asuhan keperawatan dengan pasien ulkus peptikum kel 7
TRANSCRIPT
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat, nikmat,
dan hidayahnya, sehingga kami dapat menyelesaikan penulisan makalah ini. Dengan
penulisan makalah ini semoga dapat dijadikan sebuah sarana sebagai penunjang
pembelajaran.
Kami mengucapkan terimakasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:
1. dr. Mulyo Hadi Sungkono Sp. OG (K) selaku Pembina Yayasan Kendedes Malang
2. Drg. Suharwati selaku ketua Yayasan kendedes Malang
3. Edi Murwani, Amd. Keb, Spd, MMRS selaku Ketua STIKES Kendedes Malang
4. Wiwik Handayani, S. Kep, Ners, M. Kes selaku Ka Prodi S1 Keperawatan STIKES
Kendedes Malang
5. Yuni Asri Purnomo,S.Kep,Ns,M.Kes selaku dosen pengajar mata kuliah Komunitas.
6. Kedua orang tua yang telah memberikan bantuan materil dan non materil.
7. Teman-teman yang telah bekerja sama dalam pembuatan makalah ini.
Kami sadar bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kami
mengharapkan kritik dan saran demi perbaikan di masa yang akan datang.
Penulis
DAFTAR ISI
Kata Pengantar.........................................................................................................1
Daftar Isi..................................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang..........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................1
1.3 Tujuan ......................................................................................................1
1.4 Manfaat.....................................................................................................2
BAB II TINJAUAN TEORI
2.1 Pengertian.................................................................................................3
2.2 Etiologi.....................................................................................................3
2.3 Patofisiologi..............................................................................................5
2.4 Manifestasi Klinis.....................................................................................7
2.5 Evaluasi Diagnostik..................................................................................7
2.6 Penatalaksanaan........................................................................................7
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN
2.1 Pengkajian................................................................................................9
2.2 Diagnosa.................................................................................................10
2.3 Intervensi................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................14
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ulkus peptikum merupakan keadaan di mana kontinuitas mukosa lambung terputus
dan meluas sampai di bawah epitel. Kerusakan mukosa yang tidak meluas sampai ke bawah
epitel disebut erosi, walaupun seringkali dianggap juga sebagai tukak (misalnya tukak karena
stress). Diketahui bahwa ulkus peptik terjadi hanya pada area saluran GI yang terpajan pada
asam hidrochlorida dan pepsin. Penyakit ini terjadi dengan frekuensi paling besar pada
individu antara usia 40 dan 60 tahun. Tetapi, relatif jarang pada wanita menyusui, meskipun
ini telah diobservasi pada anak-anak dan bahkan pada bayi. Pria terkenal lebih sering
daripada wanita, tapi terdapat beberapa bukti bahwa insiden pada wanita hampir sama dengan
pria. Setelah menopause, insiden ulkus peptikum pada wanita hampir sama dengan pria.
Diperkirakan bahwa 5% sampai 15% dari populasi di Amerika Serikat mengalami ulkus,
tetapi hanya kira-kira setengahnya yang diketahui. Insidens ini telah menurun sebanyak 50%
selama 20 tahun terakhir. (Bruner and Suddart, 2001).
1.2 Rumusan Masalah
Menjelaskan Asuhan Keperawatan Dengan Pasien Ulkus Peptikum
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan khususTujuan khusus dari pembuatan makalah ini agar mahasiswa dapat membuat asuhan
keperawatan pada pasien ulkus peptikum.
1.3.2 Tujuan Umum1. Untuk mengetahui pengertian ulkus peptikum2. Untuk mengetahui etiologi ulkus peptikum3. Untuk mengetahui patofisiologi ulkus peptikum4. Untuk mengetahui manifestasi ulkus peptikum5. Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostik ulkus peptikum6. Untuk mengetahui penatalaksanaan ulkus peptikum
1.4 Manfaat Bagi Penulis
Memberikan tambahan wawasan bagi penulis dalam bidang pembuatan asuhan
keperawatan, dikarenakan dengan melakukan pembuatan makalah, penulis akan
mampu mengembangkan wawasan, bersikap kritis dan ilmiah berkaitan dengan teori
yang didapat dalam bangku perkuliahan dengan realita yang ada.
Bagi Mahasiswa
Pembuatan makalah ini diharapkan dapat memberikan tambahan pengetahuan untuk
mengatasi apabila menemukan pasien ulkus peptikum.
Bagi Masyarakat
Memberikan wawasan kepada masyarakat agar masyarakat bisa mencegah agar tidak
terkena ulkus peptikum, dan masyarakat mengetahui tentang gejala dan cara
mengatasinya.
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Pengertian
Ulkus peptikum adalah ekskavasasi (area berlubang) yang terbentuk dalam dinding
mukosal lambung, pilorus, duodenum atau esofagus. Ulkus peptikum disebut juga sebagai
ulkus lambung, duodenal atau esofageal, tergantung pada lokasinya.
(Bruner and Suddart, 2001).
Menurut definisi, ulkus peptikum dapat terletak pada setiap bagian saluran cerna yang
terkena getah asam lambung, yaitu esofagus, lambung, duodenum, dan setelah
gastroenterostomi, juga jejenum.
.(Sylvia A. Price, 2006).
Ulkus peptikum merupakan keadaan di mana kontinuitas mukosa lambung terputus
dan meluas sampai di bawah epitel. Kerusakan mukosa yang tidak meluas sampai ke bawah
epitel disebut erosi, walaupun seringkali dianggap juga sebagai tukak (misalnya tukak karena
stress). Tukak kronik berbeda denga tukak akut, karena memiliki jaringan parut pada dasar
tukak. Menurut definisi, tukak peptik dapat ditemukan pada setiap bagian saluran cerna yang
terkena getah asam lambung, yaitu esofagus, lambung, duodenum, dan setelah
gastroduodenal, juga jejunum. Walaupun aktivitas pencernaan peptic oleh getah lambung
merupakan factor etiologi yang penting, terdapat bukti bahwa ini hanya merupakan salah satu
factor dari banyak factor yang berperan dalam patogenesis tukak peptic. Ulkus Peptikum
adalah luka berbentuk bulat atau oval yang terjadi karena lapisan lambung atau usus dua
belas jari (duodenum) telah termakan oleh asam lambung dan getah pencernaan. Ulkus yang
dangkal disebut erosi. Pepsin adalah suatu enzim yang bekerja samadengan asam klorida
(HCl) yang dihasilkan oleh lapisan lambung untuk mencerna makanan, terutama protein.
Ulkus peptikum terjadi pada lapisan saluran pencernaan yang telah terpapar oleh asam dan
enzim-enzim pencernaan, terutama pada lambung dan usus dua belas jari. Nama dari ulkus
menunjukkan lokasi anatomis atau lingkungan dimana ulkus terbentuk
2.2 Etiologi
Penyebab ulkus peptikum adalah bakteri H.pylori, sekresi bikarbonat mukosa, ciri
genetik, dan stres. Penyakit ini terjadi dengan frekuensi paling besar pada individu antara usia
40-60 tahun.
Predisposisi. Faktor prediposisi yang dihubungkan dengan ulkus peptikum mencakup
penggunaan kronis obat anti inflamasi non steroid (NSAID), minum alkohol, dan merokok
berlebihan.
Patogenesis
Destruksi Sawar Mukosa Lambung
Aspirin, alkohol, garam empedu, dan zat-zat lain yang merusak mukosa
lambung mengubah permeabilitas sawar epitel, sehingga memungkinkan difusi balik
asam klorida yang mengakibatkan kerusakan jaringan, terutama pembuluh darah.
Histamin dikeluarkan merangsang sekresi asam dan pepsin lebih lanjut dan
meningkatkan permeabilitas kapiler terhadap protein. Mukosa menjadi edema, dan
sejumlah besar protein plasma dapat hilang. Mukosa kapiler dapat rusak,
mengakibatkan terjadinya hemoragi interstisial dan perdarahan. Sawar mukosa tidak
dipengaruhi oleh penghambat vagus atau atropin, tetapi difusi balik dihambat oleh
gastrin.
Daya tahan duodenum yang kuat terhadap ulkus peptikum diduga akibat fungsi
kelenjar Brunner yang memproduksi sekret mukoid yang sangat alkali (pH8) dan
kental, untuk menetralkan kimus asam.
Faktor lain
Kebanyakan ulkus petikum terjadi “menghilir” dari sumber sekresi asam.
Lebih dari 90% ulkus duodenum terletak pada dinding anterior atau posterior bagian
pertama duodenum , dalam 3cm dari cincin pilorus. Walaupun ulkus peptikum dapat
terjadi disetiap tempat dan lambung, 90% terletak sepanjang kurvatura minor dan
daerah kelenjar pilorus.
Sindrom Zollinger-Ellison
Sindrom Zollinger-Ellison adala suatu sindrom yang disebabkan oleh tumor
pnkreas enyekresi noninsulin yang menyekresi gastrin dalam jumlah banyak. Gastrin
yang berlebihan merangsang lambung unuk meyekresi sejumlah besar HCl dan
pepsin, yang memicu terjadinya ulkus yang terletak pada bulbus duodenum dan
kurang berespon terhadap pengobatan ulkus. Gejala khasnya adalah diare ,
hiperkalsemia, dan disfungsi hipofisis.
2.3 Patofisiologi
Ulkus peptikum terjadi terutama pada mukosa gastroduodenal karena jaringan ini tidak dapat menahan kerja asam lambung pencernaan dan pepsin. Erosi yang terjadi berkaitan dengan peningkatan konsentrasi dan kerja asam-pepsin, atau berkenaan dengan penurunan pertahanan normal dari mukosa. Mukosa yang rusak tidak dapat mensekresi mukus yang cukup untukbertindak sebagai barier terhadap asam klorida.
Sekresi lambung. Sekresi lambung terjadi pada tiga fase:
1. Sefalik: fase ini dimulai dengan rangsangan seperti pandangan, bau, atau rasa
makanan yang bekerja pada reseptor kortikal serebral yang pada giliranya,
merangsang saraf vargal. Intinya, makanan yang tidak menimbulkan nafsu
makan mempunyai sedikit efek pada sekresi lambung. Inilah yang
menyebabkan makanan secara konvensional diberikan pada pasien ulkus
peptikum.
2. Fase Lambung: pada fase ini asam lambung dilepaskan sebagai akibat dari
rangsangan kimiawi dan mekanis terhadap reseptor di dinding lambung.
Reflek vargal menyebabkan sekresi asam sebagai respon terhadap distensi
lambung oleh makanan.
3. Fase usus: makanan dalam usus menyebabkan pelepasan hormon, yang pada
waktunya akan merangsang sekresi asam lambung.
Barier Mukosa Lambung
Sekresi lambung adalah campuran mukopolisakarida dan mukoprotein yang
disekresi secara continuemelalui kelnjar mukosal. Mukus ini mengabsorbsi
pepsin dan melindungi mukosa terhadap asam. Asam hidroklorida disekresi
secara continue, tetapi sekresi meningkat karena mekanisme neurogenik dan
hormonal yang dimulai oleh rangsangan lambung dan usus. Bila asam
hidroklorida tidak dibuffer dan dinetralisasi, dan bila lapisan luar mukosa
tidak memberikan perlindungan, asam hidroklorida, bersamaan dengan pepsin,
akan merusak lambung. Asam hidroklorida kontak hanya dengan sebagian
kecil permukaan mukosa lambung; kemudian menyebar kedalamnya dengan
lambat. Mukosa yang tidak dapat masuk disebut dengan Barrier Mukosa
Lambung. Barier ini adalah pertahanan utama lambung terhadap pencernaan
yang dilakukan oleh sekresi lambung itu sendiri.
Asam dalam lumen + empedu, ASA, alkohol, lain-lain
Penghancuran sawar epitel
Asam kembali berdisfusi ke mukosa
Penghancuran sel mukosa
Asam
Rangsangan kolinergik
Motilitas
pepsinogen
Pepsinogen Pepsin Histamin
VasodilatasiPermeabilitas thdp proteinPlasma bocor ke intertisium
EdemaOlasma bocor kelumen
lambung
Fungsi Sawar
Destruksi kapiler vena
Perdarahan
Ulkus
Nyeri
Epigastrium
Kandungan asam lambung
Pirosis
Sensasi luka bakar pd esofagus
Perubahan nutrisi
Mediator Nyeri
Nyeri
Akumulasi Kuman
Infeksi
Resti penyebaran
infeksi
Anemia
Pe Transport O2 + nutrisi kejaringan
Gangguan pemenuhan Kebutuhan
ADL
Intoleransi aktivitas
POHON MASALAH
2.4 Manifestasi Klinis
Pasien yang teken ulkus pept ikum ini biasanya terjadi gejala-geala sebgai berikut:
Nyeri, pasien ulkus petikum mengeluh nyeri tumpul, seperti tertusuk atau
sensasi terbakar di epigastrium tengah atau dipunggung. Nyeri terjadi apabila
kandungan asam lambung dan duodenum meningkat menimbulkan erosi dan
merngsang ujung saraf yang terpajan. Nyeri biasanya hilang dengan makan,
karena makan menetralisasi asam atau dengan menggunakan alkali; namun,
bila lambung telah kosong atau alkali tidak digunakan, nyeri kembali timbul
Pirosis (nyeri uluhati), beberapa pasien mengalami sensasi luka bakar pada
esofagus dan lambung, yang naik ke mulut, kadang-kadang disertai eruktasi
asam. Eruktasi atau sendawa terjadi apabila lambung kosong.
Muntah, pada obstruksi jalan keluar lambung oleh spasme mukosal pilorus
atau oleh obstruksi jaringan parut atau pembengkakan akut dari membra
mukosa yang mengalami inflamasi disekitarnya pada ulkus akut.
Konstipasi atau perdarahan, konstipasi dapat kemungkinan terjadi apabila
pasien diet atau diakibatkan karena obat-obatan.
2.5 Pemeriksaan Penunjang
Endoskopi gasrtointestinal atas digunakan untuk mengidentifikasi perubahan
inflamasi, ulkus, dan lesi. Melalui endoskopi, mukosa dapat secara langsung dilihat dan
biopsi didapatkan. Feses dapat diambil setiap hari sampai laporan laboraturium adalah negatif
terhadap darah samar. Pemeriksaan sekretori lambung merupakan nilai yang menentukan
dalam mendiagnosis aklorhidria dan sindrom Zollinger-Ellison.
2.6 Penatalaksanaan
Beberapa metode digunakan untuk mengontrol keasaman lambung termasuk peerubahan gaya hidup, obat-obatan, dan intervensi pembedahan.
1. Penurunan stress dan Istirahat
Pasien memerlukan bantuan dalam mengidentifikasi situasi yang penuh stres atau melelahkan. Gaya hidup terburu-buru dan jadwal tidak teratur dapat memperberat gejala dan mempengaruhi keteraturan pola makan dan pemberian obat dalam lingkungan yang rileks. Selain itu dalam upaya mengurangi stres, pasien juga mendapat keuntungan dari periode istirahat teratur selama sehari, sedikitnya selama fase akut penyakit.
2. Penghentian Merokok
Penelitian menunjukkan bahwa merokok terus menerus dapat menghambat secara bermakna perbaikan ulkus. Oleh karena itu pasien sangat dianjurkan untuk berhenti merokok.
3. Modifikasi Diet
tujuan diet untuk pasien ulkus peptikum adalah untuk menghindari sekresi asam yang berlebihan dan hipermotilitas saluran Gl.hal ini dapat diminimalkan dengan menghindari suhu ekstrim dan stimulasi berlebihan makan ekstrak, alkohol, dan kopi. Selain itu, upaya dibuat untuk menetralisasi asam dengan makan tiga kali sehari makanan biasa.
4. Obat-obatan
Saat ini, obat-obatan yang paling sering digunakan dalam pengobatan ulkus mencakup antagonis reseptor histamin, yang mnurunkan sekresi asam dalam lambung; inhibator pompa proton, yang juga menurunkan sekresi asam; agen sitoprotektif, yang melindungi sel mukosa dari asam atau NSAID; antasida; antikolinergis, yang menghambat sekresi asam; atau kombinasi antibiotik dengan garam bismutyang menekan bakteri H. Pylori.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
Pada pasien Ulkus Peptikum pasien diminta untuk menggambarkan nyeri dan metode
yang digunakan untuk menghilangkannya (makanan,antasida). Nyeri ulkus peptikum
biasanya digambarkan sebagai “rasa terbakar” atau “menggrogoti” dan kira-kira 2 jam setelah
makan. Nyeri ini sering membangunkan pasien antara tengah malam dan jam 3 pagi. Pasien
biasanya menyatakan bahwa nyeri dihilangkan dengan menggunakan antasida, makan-
makanan atau dengan muntah.
Pengkajian
1. Identitas Pasien.
Nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, agama, status marital, suku,
keluarga/orang terdekat, alamat, nomor register.
2. Riwayat Atau Adanya Faktor Resiko.
Riwayat garis pertama keluarga tentang ulkus peptikum.
Penggunaan kronis obat yang mengiritasi mukosa lambung (misal, aspirin, steroid
atau indometasin).
Perokok berat.
Stres emosi kronis.
3. Pengkajian Fisik.
Nyeri epigastrik. Ini gejala paling menonjol selama periode eksaserbasi. Pada ulkus
duodenal, nyeri terjadi 2-3 jam setelah makan dan sering disertai dengan mual dan
muntah. Pada ulkus gastrik, nyeri terjadi dengan segera setelah makan. Nyeri dapat
digambarkan sebagai nangging, tumpul, sakit, atau rasa terbakar. Ini sering hilang
dengan makanan dan meningkat dengan merokok dan stres emosi.
Selama remisi pasien asimtomatik
Penurunan berat badan.
Perdarahan sebagai hematemesis atau melena (bila ulkus aktif)
4. Kaji diet khusus dan pola makan selama 72 jam pra-perawatan di rumah sakit.
5. Kaji respons emosi pasien dan pemahaman tentang kondisi, rencana tindakan,
pemeriksaan diagnostik, dan tindakan perawatan diri preventif.
6. Kaji metode pasien dalam menerima peristiwa yang menimbulkan stres dan persepsi
tentang dampak penyakit pada gaya hidup.
3.2 Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan efek sekresi asam lambung pada jaringan yang rusak
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, berhubungan dengan nyeri yang
berkaitan dengan makan.
3. Ansietas berhubungan dengan sifat penyakit dan pentalaksanaa jangka panjang
4. Kurang pengetahuan tentang pencegahan gejala dan penatalaksanaan kondisi
3.3 Intervensi
1. Nyeri berhubungan dengan efek sekresi asam lambung pada jaringan yang rusak
Tujuan: Menghilangkan nyeri
Beri terapi obat-obatan sesuai program:
i. Antagonis Histamin
ii. Garam antibiotik
iii. Agen sitroprotektif
iv. Inhibator pompa proton
v. Antasida
vi. Antikolinergik
Rasional: Farmakoterapi membantu mengurangi nyeri sebagai berikut:
Antagonis Histamin mempengaruhi sekresi asam lambung
Antibiotik diberikan bersamaan garam bismut mematikan H.Pylori
Agen sitoprotektif melindungi mukosa lambung
Inhibitor pompa proton menurunkan asam lambung
Antikolinergis menghambat pelepasan asam lambung
Kriteria Hasil: Menggunakan obat-obatan sesuai resep
Mengalami penurunan nyeri
Anjurkan menghindari obat-obatan yang dijual bebas
Rasional: Obat-Obatan yang mengandung salisilat mengiritasi mukosa lambung
Kriteria Hasil: Menggantikan aspirin dengan asitaminofen
Menghindari obat yang dijual bebas yang mengandung asam
asetilsilisat
Anjurkan pasien untuk menghindari makanan/ minuman yang mengiritasi
lapisan lambung; kafein dan alkohol
Rasional: Makanan atau minuman yang mengandung kafein merangsang sekresi
asam hidroklorida
Kriteria Hasil: Mentaati pembatasan yang dianjurkan
Mengidentifikasi makanan dan minuman yang dihindari
Anjurkan pasien untuk menggunakan makan dan kudapan pada interval yang
teratur.
Rasional: jadwal makan yang teratur membantu mempertahankan partikel makanan
didalam lambung, yang membantu menetralisasi keasaman sekresi asam
lambung
Kriteria Hasil: Mentaati jadwal makan dan kudapan secara teratur
Anjurkan pasien untuk berhenti merokok
Rasional: Merokok merangsang kemungkinan kekambuhan ulkus
Kriteria Hasil: Berhenti merokok
Berantisipasi dalam program penghentian merokok bila perlu
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, berhubungan dengan nyeri yang
berkaitan dengan makan
Tujuan: mendapatkan tingkat nutrisi optimal
Anjurkan makan makanan dan minuman yang tidak mengiritasi
Rasional: makanan yang tidak mengiritasi mengurangi nyeri epigastrik
Kriteria Hasil: menghindari makanan/minuman yang mengiritasi
Anjurkan makanan dimakan pada jadwal waktu teratur hindari kudapan waktu
sebelum tidur.
Rasional: makan teratur membantu menetralisasi sekresi lambung; kudapan sebelum
waktu tidur meningkatkan sekresi asam lambung.
Kriteria Hasil: makan makanan dan kudapan pada interval yang dijadwalkan secara
teratur.
Dorong mkan makanan pada lingkungan yang rileks.
Rasional: Lingkungan yang rileks kurang menimbulkan ansietas. Menurunkan
ansietas membantu menurunkan sekresi asam hidroklorida
Kriteria Hasil: Memilih lingkungan rileks untuk makan
3. Ansietas berhubungan dengan sifat penyakit dan pentalaksanaa jangka panjang
Tujuan: penurunan ansietas
Dorong pasien untuk mengekspresikan masalah dan rasa takut dan ajukan
pertanyaan sesuai kebutuhan
Rasional: Komunikasi terbuka membantu mengembangkan BHSP, yang membantu
mengurangi ansietas dan stres.
Kriteria Hasil: Mengekspresikan rasa takut dan masalah.
Jelaskan untuk mentaati jadwal pengobatan yang direncanakan
Rasional: Pengetahuan mengurangi ansietas yang tampak sebgai “rasa takut akibat
ketidaktahuan”.
Kriteria Hasil: Memahami rasional untuk berbagai pengobatan dan pembatasan
Memodifikasi perilaku dengan tepat.
Bantu pasien untuk mengidentifikasi situasi yang menimbulkan ansietas.
Rasional: Stresor perlu diidentifikasi sebelmum dapat diatasi
Kriteria Hasil: Mengidentifikasi situasi yang menimbulkan ansietas
Ajarkan stategi penatalaksanaan stres
Rasional: Penurunan ansietas menurunkan sekresi asam hidroklorida
Kriteria Hasil: Menggunakan strategi penatalaksanaan stress dengan tepat.
4. Kurang pengetahuan tentang pencegahan gejala dan penatalaksanaan kondisi
Tujuan: mendapatkan pengetahuan tentang pencegahan dan penatalaksanaan
Kaji tingkat pengetahuan dan kesiapan untuk belajar
Rasional: Keinginan untuk belajar tergantung pada kondisi fisik pasien, tingkat
ansietas, dan kesiapan mental.
Kriteria Hasil: Mengekspresikan minat dalam belajar bagaimana mengatasi penyakit
Ajarkan informasi yang diperlukan
Rasional: Individualis rencana penyuluhan meningkatkan pembelajaran
Kriteria Hasil: Berpartisipasi dalam sesi penyuluhan
Mengajukan pertanyaan
Yakinkan pasien bahwa penyakit dapat diatasi.
Rasional: Memberi keyakinan dapat memberikan pengaruh positif pada perubahan
perilaku
Kriteria Hasil: Menyatakan keinginan untuk bertanggung jawab terhadap perawatan
diri.
3.4 Evaluasi
1. Bebas nyeri diantara makan
2. Mematuhi program terapeutik
a. Menghindari makanan dan minuman yang mengiritasi
b. Makan dengan jadwal teratur
c. Meminum obat sesuai yang diresepkan sesuai jadwal
d. Menggunakanan mekanisme koping untuk mngatasi stres
3. Sedikit mengalami ansietas dengan menghindari stres
4. Tidak mengalami komplikasi.
DAFTAR PUSTAKA
Burnner & Suddrath. 1997 Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: Buku Kedokteran EGC
A, Price, Silvya. Patofisiologi. Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi 2.
Penerbit Buku Kedokteran EGC. 1991: Jakarta.
http://harnawatiaj.wordpress.com/2008/02/21/ulkus-peptikum
ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN PASIEN ULKUS PEPTIKUM
MAKALAH
Disusun untuk memenuhi tugas matakuliah:
Sistem Pencernaan
Yang dibina oleh Ibu Yuni Asri Purnomo,S.Kep,Ns.M.Kes
Oleh :
Firdaus Frederica
Marenciana Bete Bouk
Maria Oriance Manek
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KENDEDES
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
April 2011