paper pip

Upload: annik-erni-irawati

Post on 09-Feb-2018

233 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

  • 7/22/2019 paper pip

    1/11

    I. PENDAHULUAN

    Latar Belakang

    Tanaman jeruk (Citrus sp.) merupakan salah satu tanaman hortikultura yang sangat

    penting dalam perekonomian masyarakat. Tanaman ini sudah lama dikenal dan

    dibudidayakan di Indonesia. Jeruk adalah salah satu buah yang banyak digemari masyarakat.

    Jeruk mempunyai vitamin C yang cukup tinggi. Tentunya gizi dari jeruk ini dibutuhkan oleh

    tubuh manusia. Jeruk mempunyai faktor-faktor penghambat dalam pertumbuhan dan

    pengembangannya. Salah satu faktor penghambatnya yaitu organisme pengganggu tanaman

    (OPT) yang didalamya termasuk penyakit CVPD (Citrus Vein Phloem Degeneration).

    CVPD ini menyebabkan menurunnya tingkat produksi jeruk sehingga perlu

    dikendalikan, agar CVPD ini tidak menjangkit tanaman pertanaman karena jika pertanaman

    sudah terjangkit maka akan sulit penanggulangannya. Oleh karena itu pengenalan penyakit

    dan cara mengantisipasi serta upaya pengendalian CVPD harus disebarluaskan karena hal ini

    sangat penting untuk petani. Sehingga jika penyakit CVPD menyerang tanaman jeruk dapat

    diatasi lebih dini.

  • 7/22/2019 paper pip

    2/11

    II. TINJAUAN PUSTAKA

    Penyakit tanaman adalah sesuatu yang menyimpang dari keadaan normal, cukup jelas

    menimbulkan gejala yang dapat dilihat, menurunkan kualitas atau nilai ekonomis, dan

    merupakan akibat interaksi yang cukup lama. Tanaman sakit adalah suatu keaadaan proses

    hidup tanaman yang menyimpang dari keadaan normal dan menimbulkan kerusakan. Makna

    kerusakan tanaman adalah setiap perubahan pada tanaman yang menyebabkan menurunya

    kuantitas dan kualitas hasil (Rahmad Rukmana dan Sugandi Saputra, 2005).

    Daerah penyebaran jeruk di Indonesia yaitu Garut, Sukabumi, Purworejo, Karang

    Anyar, Sragen, Banyuwangi, Tulungagung, Jeneponto, Pangkep, Bangli, Sambas, Pontianak,

    Sumedang, Bogor, Tasikmalaya, Cilacap,Banyumas, Solo, Madura, Malang, Palembang,

    Medan, Brastagi, Bali, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur dan Sulawesi Selatan (Sarwono,1982; Dirjen Pangan, 1992).

    Penyakit CVPD merupakan penyakit cukup gawat yang timbul dan menyerang

    tanaman jeruk. Penyakit ini menyerang bagian daun tanaman jeruk dimana pada serangan

    lanjut tanaman akan menghasilkan buah yang kecil, buah tidak dapat berkembang lagi dan

    akhirnya gugur (Dirjen Tanaman Pangan, 1992).

    Penyakit berkembang terus sehingga pada waktu orang menanam jeruk dengan rasa

    tidak pasti. Pohon jeruk keprok dulu dapat mencapai umur puluhan tahun, di Jawa sekarang

    pohon-pohon inihanya dapat memberikan hasil 2-3 kali. Dewasa ini jeruk Garut dapat

    dikatakan punah karena CVPD, demikian juga dengan jeruk Tawangmangu. Di beberapa

    lokasi penyakit sedemikian meluasnya sehingga tempat-tempat ini dianggap sebagai daerah

    endemis yaitu Gumilia (Cilacap), Junggo dan Punten (Batu), Pulung dan Plaosan (Magetan),

    Wonorejo / Karangpawitan (Garut), Kutoarjo, Ogan Komering Ilir dan beberapa lokasi di

    Lampung. Di Pulau-pulau lain penyakit ini ditemukan di Pontianak, Ujung Pandang, Banteng

    dan Jeneponto (Tirtawidjaya, 1983). Setiap parasit tanaman berkembang dalam sikluskejadian-kejadian yang berurutan dengan teratur yakni :

    1. Parasit harus menghasilkan inokulum yang dapat menularkan penyakit ke tanaman yang

    sehat. Misalnya, inokulum virus adalah virion, bakteri berupa sel-sel bakteri, cendawan

    dengan spora, dan nematode dalam bentuk telur atau larva instar kedua.

    2. Inokulum disebarkan ke jaringan-jaringan yang peka (rentan). Proses ini disebut

    inokulasi. Agen inokulasi dapat berupa serangga (untuk virus, bakteri, mycoplasma,

    dan cendawan) atau air dan angin (untuk cendawan).

  • 7/22/2019 paper pip

    3/11

    3. Parasit harus masuk ke dalam tanaman melalui luka, bukaan alami (stomata, hidatoda,

    lentisel), atau menginfeksi langsung pada tanaman.

    4. Parasit mulai memparasit dalam tanaman inangnya. Proses ini disebut infeksi.

    Siklus kejadian di atas berulang dengan cepat atau lambat, tergantung pada

    kelahiran (natality) parasit. Oleh karena itu bila tidak dilakukan usaha pengendalian, akan

    terjadi penyebaran dan ledakan hebat suatu penyakit (epidemi) (Rahmad Rukmana, 2005).

    Penyakit CVPD (Citrus Vein Phloem Degeneration) tergolong salah satu penyakit

    penting pada tanaman jeruk yang telah berkembang luas dan menjadi kendala utama usaha

    pengembangan dan peningkatan produksi jeruk di Bali. Penyebab penyakit CVPD yang juga

    disebut citrusgreening atau huanglongbin adalah bakteriLiberobacteryang tergolong dalam

    subdivisi Protobacteria (Sandrine et al., 1996).

    Bakteri Liberobacter hidup dalam floem tanaman jeruk dan menimbulkan gejala

    yang khas, bakteri tersebut belum bisa dibiakkan pada media buat (Wirawan, 2001).

  • 7/22/2019 paper pip

    4/11

    III. PEMBAHASAN

    A.PENYAKIT CVPD

    Penyakit CVPD merupakan penyakit cukup gawat yang timbul dan menyerang

    tanaman jeruk. Penyakit ini menyerang bagian daun tanaman jeruk dimana pada serangan

    tingkat lanjut tanaman akan menghasilkan buah yang kecil, sehingga buah tidak dapat

    berkembang lagi dan akhirnya gugur.Penyakit CVPD merupakan penyakit ganas pada jeruk

    sehingga saat wabah penyakit ini meluas petani jeruk menanam jeruk dengan perasaan tidak

    tenang. Karena penyakit ini mengakibatkan gagal panen bahkan mengakibatkan punahnya

    varietas atau jenis jeruk tertentu.

    B. GEJALA PENYAKIT CVPD

    1. Gejala Luar

    Gejala luar yang tampak pada tanaman yang usianya relatif muda yaitu kuncup yang

    berkembang dengan lambat, pertumbuhan keatasnya menghasilkan daun-daun kecil dengan

    terdapa belang-belang kuning. Tanaman ini biasanya menghasilkan buah yang mempunyai

    kualitas rendah.

    Pada tanaman dengan usia dewasa, gejala yang paling sering tampak adalah greening

    sektoral dimana terdapat suatu cabang yang daun-daunnya kuning sehingga terlihat sangat

    kontras dengan cabang lain yang mempunyai daun yang masih sehat. Daun pada cabang-

    cabang yang terinfeksi (daunnya berwarna kuning), akan menjorok ke atas sehingga terlihat

    seperti sikat. Gejala-gejala lain yang timbul saat jeruk terinfeksi CVPD adalah daun yang

    dihasilkan oleh tanaman yang terserang CVPD akan berukuran lebih kecil, lancip dengan

    warna kuning di antara pertulangan daun. Gejala-gejala ini mirip dengan gejala kekurangan

    Zn, Mn dan Fe. Apabila gejala tersebut disebabkan oleh kekurangan Zn dalam tanah, seluruh

    tanaman didalam kebun yang sama biasanya akan menunjukkan gejala. Penyebaran gejala

    yang tidak merata merupakan indikator yang sangat penting bagi adanya penyakit CVPD.

    Selama musim hujan, gejala defisiensi Zn biasanya tidak begitu tampak.

    Buah pada cabang-cabang terinfeksi biasanya tidak dapat berkembang normal dan

    berukuran kecil, terutama pada bagian yang tidak terkena cahaya matahari. Pada pangkal

  • 7/22/2019 paper pip

    5/11

    buah biasanya muncul warna orange yang berlawanan dengan buah-buah sehat. Buah-buah

    yang terserang rasanya masam dan bijinya kempes, tidak berkembang dan berwarna hitam.

    Sehingga hasil produksi jeruknya menjadi tidak layak konsumsi.

    2. Gejala Dalam

    Pada irisan melintang tulang tengah daun jeruk berturut-turut dari luar hingga

    ketengah daun akan terlihat jaringan-jaringan epidermis, kolenkim, sklerenkim dan floem.

    Menurut Tirtawidjaja (1964) gejala dalam pada tanaman jeruk yang terken CVPD adalah:

    Floem tulang daun tanaman sakit lebih tebal dari floem tulang daun tanaman sehat. Pada floem tulang daun tanaman sakit terdapat sel-sel berdinding tebal yang

    merupakan jalur-jalur mulai dari dekat sklerenkim sampai dekat xilem. Dinding tebal

    tersebut adalah beberapa lapis dinding sel yang berdesak-desakan.

    Didalam berbagai jaringan dalam daun terjadi pengumpulan secara berlebihan butir-butir halus zat pati ( sel-sel parenkim yang masih berongga akan penuh oleh butir-

    butir pati).

    C. PENYEBAB PENYAKIT CVPD

    Penyakit ganas pada jeruk ini semula diduga disebabkan oleh suatu virus kemudian

    dilaporkan disebabkan oleh virus dan organisme. Tetapi berdasarkan hasil identifikasi

    terakhir dilaporkan bahwa penyakit CVPD disebabkan oleh bakteri Liberobacter asiaticum

    yang hidup dan hanya berkembang pada jaringan floem, akibatnya sel- sel floem mengalami

    degenerasi sehingga menghambat tanaman menyerap nutrisi. Walaupun terdapat di floem,

    tetapi penyebarannya di bagian tanaman cukup lambat. Penyakit CVPD dapat ditemukan

    pada semua jenis jeruk yang terdapat di Indonesia.

    D. KERUGIAN

    Adanya serangan sejenis bakteri dalam tubuh tanaman juga bisa mengakibatkan

    merananya pertumbuhan tanaman. Tanaman jeruk yang terserang CVPD menyebabkan

    sebagian/seluruh tajuk tanaman menjadi menguning. Daun-daun yang kuning terasa lebih

    kaku, tebal dengan urat daun menonjol terang dan umumnya berdiri tegak. Bercak-bercak

    gelap juga tampak pada daun-daun yang menguning. Pada daun tua yang semula sehat, lama-

    lama akan berubah seperti daun muda warnanya memucat dan menguning tetapi kalau diraba

    akan terasa sangat tebal. Setiap kali tanaman membentuk pucuk dan tunas, setiap kali pula

  • 7/22/2019 paper pip

    6/11

    pucuk dan tunas tersebut mengalami klorosis. Akibat klorosis tanaman tidak mampu lagi

    melakukan fotosintesa sehingga daun tidak mampu menghasilkan zat yang dibutuhkan oleh

    tumbuhan. Pertumbuhan tanaman akan menjadi sangat lambat dan akhirnya tanaman menjadi

    layu, kering dan mati. CVPD merusak sel tanaman dan penyakit ini telah menimbulkan

    kerusakan yang sangat hebat pada perkebunan jeruk di Indonesia. Penyakit ini cepat sekali

    menyebar dan sulit diberantas Pada tahun1983, penyakit CVPD menyebabkan kerugian

    senilai Rp 26,4 milyar. Sementara itu direktorat jenderal pertanian tanaman pangan (1984)

    melaporkan bahwa CVPD telah memusnahkan jutaan pohon jeruk di Indonesia. Kehilangan

    jeruk oleh penyakit tersebut ditaksir 50.000 ton buah per tahun (Hutagalung, 1985).

    E. BIOEKOLOGI

    Bakteri patogen mempunyai bentuk pleomorpik (beberapa bentuk). Bentuk batang

    panjang yang sedang tumbuh berukuran 100-250 x 500-2.500 nm, yang berbentuk sperical

    (membulat) diameternya 700-800 nm. Bakteri ini tidak dapat dikulturkan.L. asiaticumhidup

    di dalam jaringan floem, mengakibatkan sel-sel floem mengalami degenerasi sehingga

    menghambat tanaman menyerap nutrisi. Penyebaran ke bagian tanaman lain tergolong

    lambat, meskipun bakteri hidup dalam floem. Gejala baru terlihat 4-6 bulan setelah tanaman

    terinfeksi. Bahkan di lapangan, gejala terlihat jelas setelah 1-3 tahun. Penyebaran CVPD

    antar daerah atau kebun (secara geografis) biasanya melalui mata-tempel atau bibit terinfeksi,

    sedangkan penyebaran di dalam kebun antar tanaman melalui serangga kutu loncat

    (Diaphorina citri) atau mata-tempel yang terinfeksi. Tipe hubungan patogen dalam tubuh

    serangga pembawa (vektor) bersifat persisten, sirkulatif dan non propagatif, artinya jika

    vektor CVPD telah mengandung L. asiaticummaka bila kondisinya ideal selama hidupnya

    akan terus mengandung bakteri, tetapi tidak diturunkan pada anaknya. Kutu loncat baru dapat

    menularkan CVPD pada tanaman sehat setelah menghisap bakteri dari tanaman sakit minimal

    48 jam kemudian menghisap tanaman sehat selama 168-360 jam. Penularan melalui alat-alat

    pertanian terkontaminasi perlu diwaspadai seperti yang dilaporkan di Thailand. Sebaran

    geografis penyakit ini sangat luas terdapat pada hampir di semua sentra jeruk di Jawa, Bali,

    Sumatera, Sulawesi, dan NTB. Kalimantan yang selama ini bebas, mulai dicurigai tercemar

    juga. Penyakit ini ditemukan di daerah dengan ketinggian rendah (10 m dpl.) sampai

    ketinggian 1.000 m dpl. Sebagian besar varietas komersial peka terhadap penyakit ini.

    Varietas jeruk besar dan Konde Purworejo toleran.

  • 7/22/2019 paper pip

    7/11

    Tanaman inang lain patogen CVPD adalah anggota rutaceae sepertiPoncirus

    tripoliata,Murraya paniculata, swing lea glutinosa, Clausena indica,Atalantia missionis,

    Triphasia aurantiola, tapak dara dan Cuscutasp. (dirjen tanaman pangan).

    F. SERANGGA VEKTOR CVPD

    Diaphorina citridisamping berperan sebagai vektor CVPD, juga dapat menyebabkan

    kerusakan langsung pada tanaman jeruk. Namun perannya sebagai vektor CVPD jauh lebih

    penting dibanding sifatnya sebagai hama.

    1. Tanda serangan

    D. citri menyerang tangkai, kuncup bunga dan daun, tunas serta daun-daun muda.

    Bagian tanaman yang terserang parah biasanya mengering secara perlahan-lahan kemudian

    mati. Serangan ringan mengakibatkan tunas-tunas muda mengeriting dan pertumbuhannya

    terhambat. Kutu juga menghasilkan sekresi berwarna putih transparan berbentuk spiral,

    biasanya diletakkan berserak di atas daun atau tunas.

    2. Biologi dan perilaku

    D. citrimempunyai tiga stadium hidup yaitu telur, nimfa, dan dewasa. Telur berwarna

    kuning terang berbentuk seperti buah alpukat, diletakkan secara tunggal atau berkelompok di

    kuncup permukaan daun-daun muda, atau ditancapkan pada tangkai-tangkai daun, setelah 2-3

    hari telur menetas menjadi nimfa.

    Nimfa yang baru menetas hidup berkelompok di tunas-tunas dan kuncup untuk

    menghisap cairan tanaman. Setelah berumur 2 atau 3 hari, nimfa menyebar dan menyerang

    daun-daun muda. Nimfa berwana kuning sampai coklat dan mengalami 5 kali pergantian

    kulit. Nimfa lebih merusak tanaman daripada kutu dewasanya. Stadium nimfa berlangsung

    selama 17 hari.

    Pada kondisi panas siklus hidup dari telur sampai dewasa berlangsung antara 16-18

    hari, sedangkan pada kondisi dingin berlangsung selama 45 hari. Perkawinan segera

    berlangsung setelah kutu menjadi dewasa dan segera bertelur setelah terjadi perkawinan.

    Seekor betina mampu meletakkan 800 butir telur selama masa hidupnya.

    D.citrimampu menghasilkan 9-10 generasi dalam 1 tahun. Stadium dewasa ditandai

    oleh adanya sayap sehingga mudah meloncat apabila terkena sentuhan. Serangga dewasa

    berwarna coklat tua, dengan panjang tubuh 2-3 mm. Apabila sedang menghisap cairan sel

    tanaman,D. citrimemperlihatkan posisi menungging. D. citri lebih aktif pada saat tanaman

    jeruk dalam fase istirahat. D. citri dewasa hinggap pada daun tua dan menghisap cairan

    selnya. Stadium dewasa ini bisa bertahan hidup selama 80-90 hari.

  • 7/22/2019 paper pip

    8/11

    Kutu dewasa pertama yang membentuk koloni pada awal periode pertunasan sering

    kali sangat infektif dan membawa bakteri penyebab penyakit pada tunas-tunas baru. Populasi

    D. citriyang viruliferousdari suatu populasi sangat bervariasi. Tingkat penularan yang sangat

    tinggi ditentukan oleh ketepatan kutu menusukkan stiletnya pada tanaman sakit.

    Pada kondisi alamiah, penyebaran CVPD tergantung pada jumlah inokulum bakteri

    pada tanaman, kepadatan populasi vektor, lamanya periode inoculation feeding.

    G. MEKANISME INFEKSI

    Serangga Vektor Diaphorina citri infektif (Membawa bakteri patogen CVPD, L.

    asiaticum)Tanaman JerukTanaman Jeruk tertular bakteri patogen CVPD,L. Asiaticum

    Bakteri CVPD, L. Asiaticus masuk ke dalam sel-sel floem danmenyebar melalui pembuluh

    floem bersamatranslokasi nutrisi/fotosintat Sel-sel bakteri CVPD menghasilkan protein

    virulen (toksik) yangkemudian berinteksi dengan protein reseptor yang dihasilkan oleh sel-sel

    tanaman jeruk Interaksi kedua molekul protein berikatan secara kimia dengan domain

    membran protein saluran (channel protein) sehinggamengganggu mekanisme transport ion ke

    dalam sel tanaman jerukTanaman jeruk sakit : Tanaman kekurangan unsur-unsur seperti

    Zn, Mn, dan Ca,sehingga muncul gejala serangan penyakit CVPD.

    H. PENGENDALIANPengendalian penyakit CVPD harus dilakukan secara terpadu. Faktot- faktor yang

    perlu diperhatikan dalam penanggulangan CVPD tersebut antara lain :

    1. Pengadaan dan penggunaan bibit jeruk bebas penyakit

    Pengadaan bibit mendapat pengawasan dari balai pengawasan dan sertifikasi benih

    (BPSB). Dalam rangka ini, pusat penelitian dan pengembangan hortikultura telah

    mengembangkan teknik sambung tunas pucuk (shoot tip grafting, STG) seperti di Riau, Jawa

    Timur, Sulawesi Selatan, Jawa Barat dan Bali.

    2. Pengendalian serangga vektor

    Serangga penularan dalam penyebaran CVPD adalah D. citri. Vektor ini menularkan

    CVPD dipersemaian dan kebun serta terutama ditemukan pada tunas (Tirtawidjaja, 1964).

    Agar populasinya tidak bertambah, penggunaan pestisida dapat dipertimbangkan. Insektisida

    yang dapat mengendalikan populasi vektor tersebut diantaranya dimethoate (perfekthion,

    roxion 40 EC, rogor 40 EC, cygon) yang diaplikasikan pada daun atau disuntikan pada

    batang, dan edosulfan (dekasulfan 350 EC). Aplikasi insektisida hendaknya dilakukan pada

    saat tanaman menjelang dan ketika bertunas. Selain penggunaan pestisida, penggunaan

  • 7/22/2019 paper pip

    9/11

    agensia hayati juga bisa dilakukan untuk pengendalian kutu loncat ini yaitu dapat

    dikendalikan oleh dua parasit nimfa: Tamarixia radiata dan Diaphorencyrtus aligarhensis

    dengan tingkat parasitisme berturut-turut 90 % dan 60-80 %. Predator seperti Curinus

    coeruleusjuga mampu mengendalikan populas hama ini. EntomopatogenHirsutellasp. dapat

    menginfeksi kutu dewasa hingga 60%.

    3. Penggunaan antibiotika oksitetrasiklin

    Tanaman jeruk yang terkena CVPD dengan tingkat serangan ringan, masa

    produktivitasnya dapat diperpanjang dengan infusan oksitetrasiklin HCI konsentrasi 200

    ppm. Penyembuhan yang terjadi hanya bersifat sementara sehingga cara ini harus diulangi.

    Untuk memperoleh hasil optimum, tanaman yang telah diinfus harus dipupuk dan mendapat

    pengairan yang cukup (Hutagalung, 1985).

    4. Eradikasi

    Produksi tanaman yang terserang CVPD adalah rendah, tanaman jarang bahkan tidak

    menghasilkan buah. Tanaman sakit tersebut merupakan sumber inokulum bagi tanaman

    disekitarnya. Dengan demikian, tanaman sakit harus dimusnahkan melalui eradikasi.

    5. Karantina

    Dalam rangka mencegah CVPD, telah dikeluarkan surat keputusan menteri pertanian

    nomor 129/Kpts/Um/3/1982 yang isinya melarang pengangkutan tanaman / bibit jeruk dari

    daerah endemik ke daerah yang masih bebas CVPD.

    6. Sterilisasi alat-alat

    Mengingat bahwa penyakit dapat menular melalui alat-alat pertanian yang digunakan

    seperti gunting pangkas, pisau okulasi dan semacamnya, maka perlu dilakukan sterilisasi alat-

    alat itu bisa dengan cara dipanaskan selama 10-15 menit menggunakan api lilin sebelum

    digunakan pada tanaman jeruk yang belum terinfeksi.

    7. Pemetaan daerah terkena penyakit CVPD

    Data ini sangat penting untuk penyusunan program secara lengkap. Data yang

    diperlukan adalah jumlah daerah perbanyakan jeruk, jumlah tanaman yang terkena CVPD,

    intensitas/tingkat serangan, penyebaran penyakit, cara pengendalian serta pengembangan

    pengendalian penyakit CVPD.

    8. Pengairan dan pemupukan

    Gejala CVPD banyak terdapat didaerah kekurangan air dan daerah daerah yang belum

    biasa melakukan pemupukan jeruk. Idealnya tanaman jeruk tersebut diberi pemupukan

    berimbang antara pupuk makro dan pupuk mikro (tjiptono, 1984 dalamhutagalung,1989).

  • 7/22/2019 paper pip

    10/11

    IV. KESIMPULAN

    1. Kerugian akibat penyakit CVPD sangat besar sehingga penyakit ini menjadi penyakityang penting di Indonesia.

    2. Penyakit CVPD disebabkan oleh bakteri Liberobacter asiaticum yang biasanyaditularkan melalui serangga vektorDiaphorina citri.

    3. Pengendalian penyakit CVPD dapat dilakukan secara terpadu, yaitu antara lain :Pengadaan dan penggunaan bibit jeruk bebas penyakit, pengendalian serangga vektor,

    penggunaan antibiotika oksitetrasiklin, eradikasi, karantina, sterilisasi alat-alat dan

    pemetaan daerah serangan terkena penyakit CVPD.

    4. Kutu dewasa pertama yang membentuk koloni pada awal periode pertunasan seringkali sangat infektif dan membawa bakteri penyebab penyakit pada tunas-tunas baru.

    5. Diaphorina citrimempunyai tiga stadium hidup yaitu telur, nimfa, dan dewasa. Telurberwarna kuning terang berbentuk seperti buah alpukat, diletakkan secara tunggal

    atau berkelompok di kuncup permukaan daun-daun muda, atau ditancapkan pada

    tangkai-tangkai daun, setelah 2-3 hari telur menetas menjadi nimfa.

    6. CVPD merupakan penghambat produksi (rendahnya produksi jeruk).

    DAFTAR PUSTAKA

  • 7/22/2019 paper pip

    11/11

    Anonim. 2002.http://litbang.deptan.go.id.Di akses tanggal 21 November 2012

    Hutagalung, L. 1985. Antibiotika dan penyakit CVPD pada tanaman jeruk di Indonesia. Kongr. Nas.

    VIII PFI, Cibubur, Jakarta, Okt. 1985 : 43-45

    Semangun, H. 1996. Pengantar Ilmu Penyakit Tumbuhan. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

    Tirtawidjaja, S. 1964. Citrus Vein Phloem Degeneration Virus, penyebab Citrus Chlorosis di Jawa.

    Disertasi, Inst. Pert. Bogor.

    http://litbang.deptan.go.id/http://litbang.deptan.go.id/