tugas makalah pip

23
I. PENDAHULUAN Indonesia adalah negara agraris yang mengedepankan pada sektor pertanian dalam kegiatan pembangunan perekonomiannya. Salah satu kegiatan pertanian yang menjadi komoditi utamanya adalah perkebunan. Menurut direktorat pangan dan pertanian Indonesia, luas areal pekebunan tanaman tahunan di Indonesia seluas 14.347 ribu hektar dan luas areal perkebunan tanaman semusim seluas 14.919 ribu hektar pada tahun 2000. Salah satu hasil perkebunan di Indonesia adalah kelapa sawit( Elaeis sp. ). Kelapa sawit adalah tumbuhan industri penting penghasil minyak masak, minyak industri, maupun bahan bakar (biodiesel). Perkebunannya menghasilkan keuntungan besar sehingga banyak hutan dan perkebunan lama dikonversi menjadi perkebunan kelapa sawit. Di Indonesia penyebarannya di daerah Aceh, pantai timur Sumatra, Jawa, dan Sulawesi. Kelapa sawit termasuk dalam divisi Embryophyta Siphonagama, termasuk dalam kelas Angiospermae, ordo Monocotyledonae, family Arecaceae (dahulu disebut Palmae) serta termasuk dalam genus Elaeis. 1

Upload: adib1994

Post on 06-Aug-2015

264 views

Category:

Documents


20 download

DESCRIPTION

TUGAS MAKALAH PIP

TRANSCRIPT

Page 1: TUGAS MAKALAH PIP

I. PENDAHULUAN

Indonesia adalah negara agraris yang mengedepankan pada sektor

pertanian dalam kegiatan pembangunan perekonomiannya. Salah satu

kegiatan pertanian yang menjadi komoditi utamanya adalah

perkebunan. Menurut direktorat pangan dan pertanian Indonesia, luas

areal pekebunan tanaman tahunan di Indonesia seluas 14.347 ribu

hektar dan luas areal perkebunan tanaman semusim seluas 14.919 ribu

hektar pada tahun 2000.

Salah satu hasil perkebunan di Indonesia adalah kelapa

sawit(Elaeis sp.). Kelapa sawit adalah tumbuhan industri penting

penghasil minyak masak, minyak industri, maupun bahan bakar

(biodiesel). Perkebunannya menghasilkan keuntungan besar sehingga

banyak hutan dan perkebunan lama dikonversi menjadi perkebunan

kelapa sawit. Di Indonesia penyebarannya di daerah Aceh, pantai timur

Sumatra, Jawa, dan Sulawesi.

Kelapa sawit termasuk dalam divisi Embryophyta Siphonagama,

termasuk dalam kelas Angiospermae, ordo Monocotyledonae, family

Arecaceae (dahulu disebut Palmae) serta termasuk dalam genus

Elaeis. Macam-macam spesies Kelapa sawit antara lain: Elaeis

guineensis, Elaeis oleifera, Elaeis odora.

Komoditas kelapa sawit yang memiliki berbagai macam kegunaan

baik untuk industri pangan maupun non pangan, prospek

pengembangannya tidak saja terkait dengan pertumbuhan minyak

nabati dalam negeri dan dunia, namun terkait juga dengan

perkembangan sumber minyak nabati lainnya, seperti kedelai, rape

seed dan bunga matahari. Dari segi daya saing, minyak kelapa sawit

mempunyai daya saing yang cukup kompetitif dibanding minyak

nabati lainnya, karena produktivitas per hektar cukup tinggi serta

merupakan tanaman tahunan yang cukup handal terhadap berbagai

perubahan agroklimat dan ditinjau dari aspek gizi minyak kelapa sawit

1

Page 2: TUGAS MAKALAH PIP

tidak terbukti sebagai penyebab meningkatnya kadar kolesterol bahkan

mengandung beta karoten sebagai pro-vitamin A.

Indonesia merupakan produsen kelapa sawit terbesar kedua setelah

Malaysia. Sebanyak 85% lebih pasar dunia kelapa sawit dikuasai oleh

Indonesia dan Malaysia. Data Ditjen Perkebunan Kementerian

Pertanian (Kementan) luas areal lahan perkebunan kelapa sawit di

Indonesia mencapai 7.824.623 hektare pada tahun dan pada 2011

mencapai 8.908.000 hektare, sementara di 2012 angka sementara

mencapai 9.271.000 hektare dan terus bertambah.

Kegiatan pertanian tidak akan lepas dari gangguan baik gangguan

biologis maupun non biologis. Gangguan hama dan penyakit

tumbuhan pasti ada dalam setiap usaha pertanian. Kelapa sawit

memiliki beberapa gangguan dari hama dan penyakit seperti ulat api

dan ulat kantong, tikus, rayap, adoretus dan apogonia, babi hutan, dan

penyakit lainnya. Untuk memperoleh hasil produksi maksimal

gangguan hama dan penyakit wajib dikendalikan agar produksi tidak

menurun dan tidak menurunkan kualitas hasil produksi. Maka dari itu

pengendalian hama dan penyakit menjadi aspek vital dalam

pertumbuhan, perkembangan dan pemeliharaan kelapa sawit.

2

Page 3: TUGAS MAKALAH PIP

II. TINJAUAN PUSTAKA

Perkebunan adalah segala kegiatan yang mengusahakan tanaman

tertentu pada tanah dan/atau media tumbuh lainnya dalam ekosistem

yang sesuai, mengolah dan memasarkan barang dan jasa hasil tanaman

tersebut, dengan bantuan ilmu pengetahuan dan teknologi, permodalan

serta manajemen untuk mewujudkan kesejahteraan bagi pelaku usaha

perkebunan dan masyarakat (Dipertanhut 2011)

Berdasarkan siklus hidupnya, tumbuhan tahunan (perennial plants)

adalah tumbuhan yang dapat meneruskan kehidupannya setelah

bereproduksi atau menyelesaikan siklus hidupnya dalam jangka waktu

lebih daripada dua tahun. Banyak di antaranya berupa pohon,

meskipun terdapat pula terna ataupun semak. Untuk mengatasi

tantangan lingkungan, tumbuhan tahunan mengembangkan berbagai

strategi untuk bertahan hidup, seperti menggugurkan daun, mengubah

morfologi, atau menghasilkan senyawa tertentu yang membuat sel-

selnya mampu bertahan pada perubahan lingkungan yang ekstrem

(Wikipedia 2012)

Kelapa sawit (Elaeis) adalah tumbuhan industri penting penghasil

minyak masak, minyak industri, maupun bahan bakar (biodiesel).

Perkebunannya menghasilkan keuntungan besar sehingga banyak

hutan dan perkebunan lama dikonversi menjadi perkebunan kelapa

sawit. Indonesia adalah penghasil minyak kelapa sawit terbesar di

dunia. Di Indonesia penyebarannya di daerah Aceh, pantai timur

Sumatra, Jawa, dan Sulawesi (Wikipedia 2012)

Daerah yang baik untuk perkebunan kelapa sawit adalah daerah

dengan lama penyinaran matahari rata-rata 5-7 jam/hari. Curah hujan

tahunan 1.500-4.000 mm. Temperatur optimal 24-280C. Ketinggian

tempat yang ideal antara 1-500 m dpl. Kecepatan angin 5-6 km/jam

untuk membantu proses penyerbukan(Prabowo 2011)

3

Page 4: TUGAS MAKALAH PIP

Pengendalian hama adalah pengaturan makhluk-makhluk atau

organisme pengganggu yang disebut hama karena dianggap

mengganggu kesehatan manusia, ekologi, atau ekonomi. Pengendalian

hama berumur setidaknya sama dengan pertanian, lantaran petani perlu

mempertahankan tanamannya dari serangan hama. Untuk

memaksimalkan hasil produksi, tanaman perlu dilindungi dari tanaman

dan hewan pengganggu(Wikipedia 2009)

Secara umum, hama atau pest diartikan sebagai jasad pengganggu

(jasad renik, tumbuhan, dan hewan). Pada perkembangannya, istilah

hama didefinisikan dengan lebih khusus, yaitu hewan yang

mengganggu manusia, dan dipersempit lagi menjadi hewan yang

mengganggu tanaman (tumbuhan yang diupayakan manusia), maka

dikenal istilah Hama Tanaman atau Pests of Crops (Choirun 2011)

Ditinjau dari sudut biologi penyakit tumbuhan adalah terjadinya

perubahan fungsi sel dan jaringan inang sebagai akibat gangguan yang

terus menerus oleh agensi pathogen atau faktor lingkungan dan

berkembangnya gejala (Ningsih 2010)

Dalam perkebunan kelapa sawit terdapat dua kelompok hama

utama pemakan daun yaitu Ulat Api dan Ulat Kantong. Akibat

serangan serius hama tersebut diatas dapat menyebabkan

pertumbuhan tanaman muda terhambat sehingga akan memperpanjang

masa Tanaman Belum Menghasilkan (TBM). Defoliasi daun yang

serius pada Tanaman Menghasilkan (TM) dapat menyebabkan

penurunan produksi. Serangan yang telah meliputi areal yang luas

akan memerlukan biaya pengendalian yang mahal. Terjadinya

serangan yang serius tersebut disebabkan kegagalan dalam

melakukan deteksi pada saat serangan awal dan meliputi areal yang

sempit serta implementasi pengendalian yang tidak tepat(MMGP

2002)

4

Page 5: TUGAS MAKALAH PIP

III. PEMBAHASAN

A. Ulat Api dan Ulat Kantong

Dalam perkebunan kelapa sawit terdapat dua kelompok hama

utama pemakan daun yaitu Ulat Api dan Ulat Kantong. Akibat

serangan serius hama tersebut diatas dapat menyebabkan

pertumbuhan tanaman muda terhambat sehingga akan memperpanjang

masa Tanaman Belum Menghasilkan (TBM). Defoliasi daun yang

serius pada Tanaman Menghasilkan (TM) dapat menyebabkan

penurunan produksi. Serangan yang telah meliputi areal yang luas

akan memerlukan biaya pengendalian yang mahal. Terjadinya

serangan yang serius tersebut disebabkan kegagalan dalam

melakukan deteksi pada saat serangan awal dan meliputi areal yang

sempit serta implementasi pengendalian yang tidak tepat.

Metode Pengendalian hama dan ulat pemakan daun kelapa sawit

yang umum dilakukan menurut Pahan dan Gunawan(1997) adalah

sebagai berikut:

5

Page 6: TUGAS MAKALAH PIP

B

B. Tikus

Tikus merupakan salah satu hama utama yang dapat

menimbulkan kerusakan pada tanaman kelapa sawit dan tebu di

Indonesia. Pada kelapa sawit, bagian yang dirusak adalah pelepah

6

Umur Tanaman Metode Pengendalian

< 3 tahun

Bila rata-rata populasi larva <10

ekor/pelepah dan arealnya terbatas maka

dilakukan Handpicking

Bila rata-rata populasi larva >10 ekor maka

dilakukan penyemprotan insektisida atau

virus dengan knapsack sprayer atau mist

blower

3-7 tahun Semprot insektisida atau virus menggunakan

mist blower atau pulsfog

Infus akar dengan insektisida sistemik bila

areal serangannya terbatas

7-15 tahun

Semprot insektisida atau virus menggunakan

pulsfog

Infus akar dengan insektisida sistemik bila

areal serangannya terbatas

>15 tahun

Semprot insektisida atau virus menggunakan

pulsfog

Infus akar/trunk injection dengan insektisida

sistemik bila areal serangannya terbatas

Page 7: TUGAS MAKALAH PIP

sampai titik tumbuh pada tanaman muda, bunga dan buah pada

tanaman yang menghasilkan.

Pada kelapa sawit, seekor tikus belukar dapat menghabiskan

sekitar 6 sampai 14 gram daging buah per hari dan membawa

brondolan (buah lepas matang) ke dalam tumpukan pelepah

sebanyak 30 sampai 40 kali lipat dari konsumsinya. Jika populasi

tikus dalam 1 hektar berkisar antara 183–537 ekor dan berfluktuasi

sangat lambat, maka dapat ditaksir menyebabkan kehilangan

minyak sawit mentah atau Crude Palm Oil (CPO) minimal antara

828–962 kg/ha/tahun, tidak termasuk brondolan.

Selain itu, tandan buah yang luka akibat keratan tikus dapat

memacu peningkatan asam lemak bebas pada minyak sawit. Pada

daerah pengembangan baru perkebunan kelapa sawit dapat

menimbulkan kematian tanaman muda hingga mencapai 20–30%

Pada umumnya pengendalian serangan tikus di perkebunan

kelapa sawit dilakukan dengan menggunakan racun tikus

(rodentisida). Namun cara ini banyak memiliki kelemahan yaitu

dapat menimbulkan pencemaran bahan kimia beracun terhadap

lingkungan (air, tanah dan udara); menimbulkan bau bangkai tikus

disekitar kebun; menimbulkan jera umpan terhadap tikus; dan

membutuhkan pengawasan yang ketat terhadap penyebaran umpan

dan pengamatan terhadap umpan yang dimakan oleh tikus pada

tiga hari setelah perlakuan.

Salah satu strategi pengendalian hama tikus yang mengacu

pada prinsip pengendalian hama terpadu (PHT) yaitu pengendalian

secara biologis dengan menggunakan predator burung hantu (Tyto

alba). Pengendalian ini cukup efektif diterapkan pada tikus di

perkebunan kelapa sawit dibandingkan dengan pengendalian tikus

di perkebunan tebu. Burung hantu merupakan predator tikus yang

sangat potensial pada perkebunan kelapa sawit dan mampu

menurunkan serangan tikus pada tanaman muda hingga di bawah

7

Page 8: TUGAS MAKALAH PIP

5%. Biaya pengendalian serangan tikus dengan burung hantu

hanya berkisar 50% dibandingkan penanggulangan tikus secara

kimiawi.

C. Rayap

Cara pengendalian rayap yang efektif adalah dengan

menghancurkan sarangnya danmembunuh semua anggota koloni

rayap terutama ratu. Akan tetapi di areal tanaman kelapa sawit

yang terserang, terutama di areal gambut, sulit untuk menemukan

sarang rayap. Oleh sebab itu, upaya pengendalian saat ini lebih

ditekankan untuk membunuh rayap yang menyerang pokok kelapa

sawit, serta mengisolasi pokok yang terserang agar hubungan

antara pokok dengan sarang rayap dapat diputus. Hal ini dianggap

perlu, karena rayap baru akan selalu datang dari sarangnya ke

pokok terserang untuk menggantikan rayap yang mati.

Pengendalian Rayap secara kimia menggunakan Insektisida yang

direkomendasikan untuk pengendalian rayap seperti:

1. Regent 50 SC berbahan aktif Fipronil dengan dosis aplikasi

2,50 ml/l air

2. Termiban 400 EC berbahan aktif Chlorpyriphos dengan dosis

aplikasi 6,25 ml/l air

D. Kumbang Adoretus sp. dan Apogina sp.

Hama ini pada umumnya hanya terdapat di pembibitan.

Bagian tanaman yang terserang yaitu tanaman muda baik di

pembibitan maupun di lapangan. Stadia hama yang merugikan

yaitu dewasa/imago, berupa kumbang.

Kumbang Adoretus sp. dewasa menyerang daun dan

memakan sebagian kecil dari daun bagian tengah. Sementara

kumbang Apogina sp. dewasa mulai menyerang bagian pinggir

helaian daun.

Tingkat populasi kritis berkisar 5-10 ekor kumbang

Adoretus sp. dan 10-20 kumbang Apogina sp.per tanaman.

8

Page 9: TUGAS MAKALAH PIP

Kerusakan pada tanaman yang telah berumur lebih dari satu

tahun bias diabaikan. Pengendalian stadia larva sulit untuk

dilakukan sehingga pengendalian dilakukan hanya pada

kumbangnya. Pengendalian dilakukan dengan penyemprotan

larutan insektisida sebagai berikut :

1. Thiodan 35 EC (bahan aktif Endosulfan) konsentraasi

0,2%

2. Sevidan 70 WP (bahan aktif Endosulfan) konsentrasi

0,2%

3. Temik 10 E (bahan aktif Aldikarb) dosis 4

g/polybag/bulan.

Penyemprotan larutan insektisida dilakukan pada sore hari

sampai pukul 21.00 dengan rotasi 1-2 kali seminggu. Umumnya

kumbang akan berkurang dengan sendirinya bila tanaman

kacang-kacangan penutup tanah sudah menutupi semua areal

penanaman denga sempurna.

E. Babi Hutan

1. Metode Langsung

a. Jerat

Babi-babi hutan dewasa, kecil kemungkinan untuk terjerat

karena biasanya lebih berhati-hati. Peluang besar yang

tertangkap yaitu anak babi hutan serta babi hutan baik jantan

atau betina yang masih muda. Pemasangan jerat harus lebih giat

dilakukan pada saat anak babi hutan sudah berhenti menyusu.

Kelahiran anak babi terbesar terjadi sekitar bulan Januari-

Februari, sehingga diperkirakan anak babi hutan akan berhenti

menyusu sekitar bulan Juli.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemasangan jerat yaitu:

1) Jerat bisa dipasang sepanjang tahun, tetapi pemasangan

jerat lebih digiatkan pada bulan Juli.

9

Page 10: TUGAS MAKALAH PIP

2) Jumlah jerat yang dipasang untuk 1 ha sebanyak 2-5

buah dan apabila dipasang pada jalan-jalan babi, setiap

500 m dipasang 1 jerat.

3) Di sekitar lokasi pemasangan jerat dipasang tanda

bahaya

4) Untuk menghilangkan bau manusia, jerat dilumuri

dengan lumpur

5) Jerat yang lokasinya dekat diperiksa setiap hari dan

apabila lokasi pemasangan jauh diperiksa setiap 2 (dua)

hari sekali.

b. Perangkap

Perangkap bermanfaat untuk menangkap babi hutan betina

beserta anak-anaknya. Pemasangan perangkap sebaiknya

dilakukan pada bulan Januari - Februari (masa melahirkan),

Maret – Juni (masa menyusui), dan November – Desember

(masa bunting).

c. Berburu

Perburuan bisa dilaksanakan 1 (satu) kali sebulan, yaitu

pada bulan yang diperkirakan dapat membunuh sebanyak

mungkin babi hutan betina yang sedang bunting atau sedang

menyusui, dan babi hutan muda. Lokasi dapat dipastikan sehari

atau 2 (dua) hari sebelum berburu. Gunakan tanda-tanda adanya

kegiatan babi hutan misalnya congkelan tanah, jejak, kotoran

babi hutan serta sisa-sisa tanaman yang rusak sebagai petunjuk

bahwa di sekitar daerah tersebut kemungkinan besar sebagai

tempat tinggal babi hutan dan sesuai untuk berburu.

d. Pemakaian lapun

Lapun adalah sejenis jaring yang terbuat dari kawat baja,

yang dapat digunakan untuk menangkap babi hutan secara

hidup-hidup, pada waktu berburu.

e. Meracun

10

Page 11: TUGAS MAKALAH PIP

Penggunaan racun disarankan merupakan pilihan terakhir,

mengingat efek samping yang ditimbulkan oleh racun yang

digunakan.Umpan dipasang pada jalan – jalan yang sering

dilalui babi hutan, di daerah pinggiran hutan, di pinggir areal

yang ditanami dan pada daerah yang termasuk jelajahan babi

tetapi sulit dimasuki oleh kelompok berburu.

f. Lubang parit

Pembuatan lubang parit mengelilingi kebun dengan kedalaman

± 1 m dan lebar ± 1 m.

2. Metode tidak langsung

a. Pemagaran

Pemagaran terhadap individu tanaman, menggunakan seng

dengan ketinggian ± 40 cm, mengelilingi batang tanaman kelapa

sawit pada saat mulai tanam sampai 2 tahun.

Keuntungan melakukan pemagaran, yaitu:

1) Bisa dilaksanakan secara berkelompok, sehingga biaya

lebih murah

2) Apabila pemagaran dengan menggunakan pagar hidup

dapat menyumbangkan unsur hara dalam tanah, sehingga

dapat membantu mempertahankan kesuburan tanah.

Kelemahan melakukan pemagaran yaitu:

1) Tidak semua daerah dapat dipagar, akan tetapi hanya

lahan-lahan yang datar yang mudah dipagar.

2) Pagar babi hutan memerlukan perawatan yang cermat.

b. Penjagaan malam hari

Biasanya disertai dengan membuat tiruan manusia (orang-

orangan). Cara ini dianggap kurang efektif, karena babi hutan

dapat mengetahui dengan cepat tiruan manusia (orang-orangan)

tersebut.

3. Melestarikan musuh alami

11

Page 12: TUGAS MAKALAH PIP

Pengendalian ini dilakukan dengan menggunakan predator

babi hutan, antara lain harimau dan ular atau menggunakan

pestisida nabati seperti akar dan umbi Gloriosa superba LINN

(Kembang Sungsang/Katongkat/Mandalika).Pengendalian babi

hutan akan berhasil apabila dilaksanakan secara terpadu, yaitu

dengan menggabungkan semua teknik pengendalian yang

dianjurkan dengan memperhatikan keseimbangan alam serta

lingkungan sekitar.

F. Penyakit-penyakit daun di pembibitan

Penyakit yang biasa menyerang pembibitan diantaranya

penyakit antracnose (early leaf disease), penyakit curvularia (leaf

spot disease), dan penyakit pestalotiopsis palmarum.

Jamur penyebab penyakit daun di pembibitan kelapa sawit

termasuk parasit lemah. Penyakit yang ditimbulkan biasanya

bersifat sekunder. Intensitas serangan penyakit daun sangat

tergantungpada kondisi bibit.Oleh sebab itu, pengelolaan

pembibitan perlu mendapat perhatian utama. Pembibitan yang

dikelola dengan baik umumnya tidak mendapat gangguan serangan

penyakit daun yang berarti. Penyemprotan fungisida hanya bersifat

korektif, yaitu menyehatkan kembali bibit yang sakit. Fungisida

yang biasa digunakan untuk pencegahan yaitu Dithane M-45/80

WP dengan konsentrasi 0,15-0,20%.

G. Penyakit Busuk Pangkal Batang

Penyakit ini disebabkan oleh jamur Ganoderma boninense.

Patogen ini mempunyai kisaran inang yang luas, terutama dari

kelompok Palmae/Cocoidae. Pada tanaman tua, infeksi terjadi

melalui kontak akar maupun melalui spora, sedangkan pada

tanaman muda infeksi hanya melalui kontak akar.

Beberapa cara penganggulangannya adalah sebagai berikut:

12

Page 13: TUGAS MAKALAH PIP

1. Membersihkan sumber infeksi sebelum penanaman di bekas

areal kelapa dan kelapa sawit, lahan harus benar-benar bersih

dari tunggul kelapa dan kelapa sawit

2. Mencegah penularan penyakit dalam kebun a. Pohon yang

sudah menunjukkan gejala sakit pada daun umumnya tidak

dapat ditolong lagi, maka dianjurkan agar pohon tersebut

diracun, kemudian ditebang. Tunggul dan akar-akarnya digali

dalam radius 60 cm b. Bila ditemukan pohon dengan gejala

serangan awal, dapat dilakukan pembelahan surgery. Bagian

yang membusuk diambil kemudian luka tersebut ditutup

dengan penutup luka (protectant) misalnya ter, arang.

3. Melakukan pengamatan rutin 1-3 kali setahun oleh orang yang

telah berpengalaman. Adanya pembusukan di dalam batang

dapat dideteksi dengan memukul-mukul pangkal batang

4. Pengendalian secara Kultur Teknis. Untuk menghindari infeksi

(Ganoderma) sp dilakukan pembuatan lubang tanam besar (big

hole) berukuran 3 x 3 x 0,8 m.

5. Pengendalian secara Hayati. Dapat dilakukan dengan

melakukan aplikasi Trichoderma spp atau Gliocladium sp.

6. Pengendalian secara Kimiawi. Pengendalian kimiawi dengan

aplikasi fungisida berbahan aktif triadimenol dan Triademorph

10-20 cc untuk menahan perkembangan penyakit.

H. Marasimus Bunch Root (MBR)

Penyakit ini disebabkan oleh Saprophytic pathogen,

Marasmius palmivoris, umumnya mulai menyerang pada gagang

tandan antara pelepah dan batang pohon sawit. Penyakit ini

kemudian masuk ke tiap brondolan menghasilkan warna coklat

terang. Penyerangan penyakit ini meningkat pada musim hujan

yang berkepanjangan, dan terutama pada tanah asam sulphate.

Pengendalian penyakit busuk tandan buah dapat dilakukan

secara kultur teknis, pengendalian dilakukan dengan cara :

13

Page 14: TUGAS MAKALAH PIP

1. Semua bunga dan buah yang busuk dibuang. Penunasan juga

perlu dilakukan pada cabang daun sebelumdan sesudah panen

secara teratur di sekitar pangkal batang

2. Tandan yang lewat masak jangan dibiarkan tetap berada di

pohon, khususnya di daerah pengembangan. Tandan-tandan

yang belum mencapai ukuran tertentu dipotong dengan teratur,

meskipun pabrik belum siap

3. Tandan yang terserang berat oleh cendawan sebaiknya tidak

dikirim ke pabrik karena akan meningkatkan kadar asam lemak

bebas dalam minyak.

Pengendalian secara kimiawi dilakukan jika pengendalian

cara kultur teknis tidak dapat menekan perkembangan penyakit.

Fungisida yang dianjurkan yaitu Difolatan(Kaptafol) dosis 0,7

liter/ha dengan volume semprot 150 liter/ha dilakukan dua

minggu sekali.

IV. Kesimpulan

1) Pengendalian hama dan penyakit tanaman pada kelapa sawit adalah

aspek penting dalam usaha pencapaian produksi yang maksimal.

2) Hama dan penyakit pada kelapa sawit antara lain seperti : ulat,

rayap, tikus, kumbang, babi hutan, jamur dsb.

3) Hama ulat kantong dan ulat api dikendalikan dengan handpicking,

knapsack sprayer, mist blower, pulsfog, infuse akar.

4) Pengendalian hama tikus dapat dilakukan dengan predator bologis

yaitu burung hantu.

5) Hama rayap dapat atasi dengan insektisida yaitu: Regent 50 SC

berbahan aktif Fipronil dan Termiban 400 EC berbahan aktif

Chlorpyriphos.

14

Page 15: TUGAS MAKALAH PIP

6) Hama babi hutan dapat ditanggulangi dengan metode langsung

dan tak langsung.

7) Jamur dapat dikendalikan dengan kultur teknis maupun dengan

fungisida

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2008, Pengembangan Teknologi Kelapa Sawit, www.deptan.co.id, akses 19 November 2012

Anonim, 2008, Kajian Pasar dan Produksi Minyak Kelapa Sawit, www.deptan.co.id, akses 19 November 2012

Departemen Pertanian, 2005, Prospek dan Arah Pengembangan, Balai Penelitian dan Pengembangan Pertanian

Katalog BPS, 2008, Statistik Indonesia

Pahan, Iyung, 2008, Panduan Lengkap Kelapa Sawit, Penebar Swadaya, Jakarta

Setyamidjaja, D, 1991, Budidaya Kelapa Sawit, Kanisius, Yogyakarta

15

Page 16: TUGAS MAKALAH PIP

Statistik, 2009, Perkebunan Indonesia, Departemen Pertanian, Direktorat Jenderal Perkebunan

Susila, W. R., 2004, Peluang Investasi Bisnis Kelapa Sawit di Indonesia, Lembaga Riset Perkebunan Indonesia

16