paper konsbang - pengolahan air
DESCRIPTION
Paper Konsbang - Pengolahan AirTRANSCRIPT
BAB 1
PENDAHULUAN
Air merupakan kebutuhan manusia yang paling utama. Banyak kegiatan manusia
yang memerlukan air, contohnya mandi, mencuci, minum, dll. Bahkan tubuh
manusia sebagian besar terdiri dari air. Bumi sebagai tempat hidup manusia dan
makhluk hidup lain menyediakan banyak sekali air untuk dimanfaatkan. Akan
tetapi sebagian besar dari air tersebut tidak dapat dimanfaatkan secara langsung,
misalnya air laut.
Untuk dapat dikonsumsi atau dimanfaatkan, air laut dan air-air yang terdapat pada
permukaan bumi harus terlebih dahulu di proses dan diolah agar menjadi bersih
dan layak untuk dikonsumsi. Proses pengolahan air secara garis besar ada tiga
macam yaitu secara fisika, biologi, dan kimia. Pada metode pengolahan air
dengan menggunakan prinsip fisika, air diolah dengan cara-cara mekanis, seperti
pengendapan, penyaringan, dll. Apabila dengan metode kimia, air dapat
ditambahkan zat kimia yang dapat membunuh bakteri-bakteri berbahaya, bahkan
dapat pula untuk menghilangkan partikel-partikel logam berat yang terlarut dalam
air. Sedangkan pada pengolahan air secara biologis , yaitu dengan memanfaatkan
mikroorganisme sebagai pengolahnya.
Proses tersebut dapat dilakukan di instalasi pengolahan air yang terdiri dari
beberapa tahap yang akan dijelaskan di bab selanjutnya. Pengolahan air ini
ditujukan unntuk membuat air yang tidak layak konsumsi tersebut menjadi layak
konsumsi, air yang aman dan baik bagi manusia, dan bebas dari zat-zat pencemar
yang dapat mengancam kesehatan manusia dan makhluk hidup lain yang
mengonsumsinya.
BAB 2
ISI
Secara umum, air yang terdapat di planet bumi ada dua macam, yaitu air tawar
dan air asin. Pada air tawar, proses pengolahan air tawar dibagi dalam 3 unit,
yaitu:
1. Unit Penampungan Awal (Intake)
Unit penampungan awal adalah tahap pertama dari pengolahan air. Unit ini
berfungsi sebagai tempat penampungan air dari sumber airnya. Pada umumnya,
sumber air untuk pengolahan air bersih, diambil dari sungai. Intake berbentuk
seperti kolam-kolam penampungan air yang memiliki saringan atau Bar
Screen yang berfungsi sebagai penyaring awal dari benda-benda yang ikut
tergenang dalam air seperti sampah daun, kayu dan benda-benda lainnya. Setelah
melewati unit ini, air akan dialirkan menuju unit selanjutnya, yaitu Water
Treatment Plant.
2. Unit Pengolahan (Water Treatment Plant)
Unit water treatment plant terdiri dari beberapa bak-bak penamppungan air
sementara. Air dari unit penampungan awal diproses melalui 4 tahapan pada bak-
bak yang berbeda yaitu tahap bak koagulasi, bak flokulasi, bak sedimentasi, dan
bak filtrasi.
a. Tahap Koagulasi (Coagulation)
Pada tahap ini, air yang berasal dari penampungan awal diproses dengan
menggunakan sistem pengadukan cepat (Rapid Mixing), hidrolis (terjunan
atau hydrolic jump), maupun secara mekanis (menggunakan batang pengaduk).
Pada uumnya, proses koagulasi menggunakan teknik hydrolic jump dengan lama
proses sekitar 30-90 detik.
Tujuan dari tahap ini adalah untuk membuat partikel koloid yang terkndung dalam
air menjadi tidak stabil sehingga partikel koloid tersebut dapat menggumpal dan
akan membentuk partikel yang lebih besar, akan tetapi tidak dapat mengendap
dengan sendirinya.
b. Tahap Flokulasi (Flocculation)
Tahap flokulasi adalah tahap penyisihan atau untuk menjernihkan air dengan cara
penggumpalan partikel untuk dijadikan partikel yang lebih besar (partikel flok),
sehingga partikel yang berukuran besar tersebut dapat mengendap dengan
sendirinya yant terjadi pada tahap berikutnya. Di proses Flokulasi ini dilakukan
dengan cara pengadukan lambat (Slow Mixing) atau dengan penambahan tawas.
Proses flokulasi
Tawas adalah bahan kimia (aluminium sulfat) yang berfungsi untuk mengikat
partikel dalam air hingga menggumpal dan akhirnya mengendap. Tawas dapat
berbentuk padat (bongkahan) atau dalam bentuk bubuk.
Aluminium sulfat/tawas
Air yang kotor atau keruh pada umumnya dikarenakan adanya partikel koloid
yang terlarut pada badan air dan tidak mengendap dengan sendirinya. Tujuan dari
tahap flokulasi ini adalah untuk menyatukan partikel-partikel kecil koloid menjadi
parikel yang lebih besar dan pada akhirnya akan mengendap pada dasar kolam
penampungan.
c. Tahap Pengendapan (Sedimentation)
Pada tahap ini partikel-partikel koloid yang telah di destablisasi pada unit
sebelumnya dan telah membentuk partikel flok, yang pada umumnya berupa
lumpur, akan mengendap dan terpisah dari air secara alami di dasar penampungan
karena massa jenisnya lebih besar dari unsur air. Kemudian air di alirkan masuk
ke tahap penyaringan di Unit Filtrasi.
Unit pengendapan
Ukuran panjang, lebar, diameter dan tinggi Bak Sedimentasi harus sesuai dengan
perhitungan berdasarkan Revisi SNI 19-6774-2002, Tata cara perencanaan paket
unit IPA.
a) Bentuk dinding
Unit sedimentasi mempunyai 2 bentuk dinding yaitu:
1. Dinding rata.
Pelat IPA dengan dinding rata mempunyai ketebalan dinding yang berbeda
dan tergantung pada kapasitas IPAnya, seperti pada Tabel dibawah ini.
2. Dinding corrugated.
Pelat IPA dengan dinding corrugated mempunyai ketebalan dinding yang
sama untuk kapasitas IPA 1L/detik - 50 L/detik, seperti pada Tabel
dibawah ini.
b) Bentuk bak pengendap
Bentuk bak pengendap pada unit sedimentasi ada 2 (dua) macam yatu: bentuk
bundar dan persegi/persegi panjang. Tinggi bebas di unit Sedimentasi pada
setiap kapasitas IPA ditentukan pada Tabel berikut ini.
c) Bentuk dan jenis pengendap
Bentuk dan jenis pengendap ada 2 (dua) macam yaitu:
1. Bentuk Pelat
Pengendap berbentuk pelat datar, dengan bahan terbuat dari baja tahan
karat atau baja digalbani (galvanis) atau serat kaca (fiber glass) atau PVC.
Tinggi tegak pelat pengendapan disesuaikan dengan kapasitas IPA dan
bentuk dinding rata, sesuai Tabel berikut ini. Lebar pelat disesuaikan
dengan lebar bak pengendap, jarak antar pelat dan kemiringan sesuai
dengan Revisi SNI 19-6774-2002, Tata cara perencanaan paket unit IPA.
2. Bentuk tabung pengendap (Tube Settler)
Selain bentuk pelat, pengendap pada unit sedimentasi dapat juga
digunakan tube settler dengan ketentuan lebar tube disesuaikan dengan
lebar bak pengendap, jarak antar pelat dan kemiringan sesuai dengan
Revisi SNI 19-6774-2002, tata cara perencanaan paket unit IPA.
Bentuk tube settler yang bisa digunakan: bundar, segi empat segi-enam,
segi-delapan. Diameter tube setller tergantung pada besarnya kapasitas
IPA seperti pada Tabel berikut.
d. Tahap Penyaringan (Filtration)
Pada tahap ini air disaring melewati media penyaring yang disusun dari bahan-
bahan biasanya berupa pasir dan kerikil silica. Proses ini ditujukan untuk
menghilangkan bahan-bahan terlarut dan tak terlarut. Metode ini dilakukan
dengan memanfaatkan gaya gravitasi.
Secara umum setelah melalui proses penyaringan ini air langsung masuk ke unit
Penampungan Akhir. Namun untuk meningkatkan kualitas air kadang diperlukan
proses tambahan, seperti:
- Proses Pertukaran Ion (Ion Exchange)
Air yang telah disaring masih mengandung zat-zat terlarut yang menimbulkan
kesadahan. Proses pertukaran ion bertujuan untuk menghilangkan zat pencemar
anorganik yang tidak dapat dihilangkan oleh proses filtrasi atau sedimentasi.
Proses pertukaran ion juga digunakan untuk menghilangkan arsenik, kromium,
kelebihan fluorida, nitrat, radium, dan uranium. Dengan ion exchanger,
diharapkan air yang akan digunakan pada proses memiliki kesadahan sesedikit
mungkin bahkan 0 agar tidak menimbulkan kerak.
- Proses Penyerapan (Absorption)
Proses ini bertujuan untuk menyerap / menghilangkan zar pencemar organik,
senyawa penyebab rasa, bau dan warna. Biasanya dengan membubuhkan bubuk
karbon aktif ke dalam air tersebut. Karbon aktif, atau sering juga disebut sebagai
arang aktif, adalah suatu jenis karbon yang memiliki luas permukaan yang sangat
besar. Karena memiliki luas permukaan yang sangat besar, maka karbon aktif
sangat cocok digunakan untuk aplikasi yang membutuhkan luas kontak yang besar
seperti pada bidang adsorpsi (penyerapan), dan pada bidang reaksi dan katalisis.
Karbon Aktif adalah senyawa karbon yang memiliki daya adsorbsi (daya serap)
tinggi karena mengalami proses aktivasi kimia atau aktivasi uap di mana saat
proses aktivasi tersebut gas hidrogen, gas-gas lain dan kandungan uap airnya
terlepas dari permukaan material karbon aktif.
Setelah hilang/lepasnya gas-gas dan uap air tersebut, karbon aktif memiliki
daya adsorpsi(daya serap) sangat tinggi. Rata-rata karbon aktif memiliki luas
permukaan 500- 2000 m2/g. di mana semakin besar luas permukaannya , maka
semakin banyak partikel yang bisa diserap/diadsorp oleh karbon aktif.
Karbon aktif akan "mengambil" senyawa organik dari cairan atau gas dengan
cara "adsorpsi". Pada proses adsorpsi, molekul organik yang berada di fase gas
cair. akan di"tarik" dan di ikat ke permukaan pori karbon aktif, ketika cairan atau
gas tersebut melewati karbon aktif,dan disebut sebagai adsorben (zat yang
diserap). Setelah zat-zat organik dalam cairan/gas diserap (adsorbsi), kemudian
zat organik itu di tahan di dalam permukaan karbon aktif.
- Proses Disinfeksi (Disinfection)
Sebelum masuk ke unit Penampungan Akhir, air melalui Proses Disinfeksi
dahulu. Yaitu proses pembubuhan bahan kimia Chlorine yang bertujuan untuk
membunuh bakteri atau mikroorganisme berbahaya yang terkandung di dalam air
tersebut.
3. Unit Penampung Akhir (Reservoir)
Setelah air melalui seluruh tahapan dari proses pengolahan air, air ditampung pada
unit penampungan akhir. Air yang tertampung pada unit penampung akhir telah
siap untuk didistribusikan ke konsumen
Proses tersebut hanya berlaku bagi air tawar. Proses menghilangkan kadar garam
pada air laut adalah dengan prorses desalinasi air laut. Proses desalinasi air laut
ada beberapa macam, yaitu dengan metode destilasi bertingkat, dan reverse
osmosis.
1. Destilasi Bertingkat
Sistem ini merupakan pengembangan dari sistem distilasi biasa, yaitu air
laut dipanaskan untuk menguapkan air laut dan kemudian uap air yang
dihasilkan dikondensasi untuk memperoleh air tawar yang ditampung di
tempat terpisah sebagai hasil dari proses distilasi dan dikenal sebagai air
distilasi, seperti gambar berikut.
Proses Destilasi
Pada sistem distilasi bertingkat (Multistage Flash Distillation System), air
laut dipanaskan berulang-ulang pada setiap tingkat distilasi dimana
tekanan pada tingkat sebelumnya dibuat lebih rendah dari tingkat
berikutnya.
Berikut ini adalah gambar skema multi stage distillation yang telah
disederhanakan. Pada kondisi sebenarnya, proses destilasi tersebut dapat
terjadi hingga 10 kali pengulangan.
Proses Multi Stage Destillation
Evaporator (penguap) dibagi dalam beberapa stage (tahap). Gambar di atas
memperlihatkan empat tahap evaporator. Setiap tahap selanjutnya dibagi
menjadi flash chamber yang merupakan ruangan yang terletak dibawah
pemisah kabut dan bagian kondensor yang terletak diatas pemisah kabut.
Air laut/asin dialirkan ke dalam bagian kondensor dengan pompa melalui
tabung penukar panas. Hal tersebut menyebabkan temperature air
meningkat yang disebabkan oleh uap air yang terjadi dalam setiap flash
chamber. Kemudian air laut selanjutnya dipanaskan dalam pemanas garam
dan kemudian dialirkan ke dalam flash chamber tahap pertama. Setiap
tahap dipertahankan dengan kondisi vakum tertentu dengan sistem vent
ejector, dan beda tekanan antara tahap-tahap dipertahankan dengan sistem
vent orifices yang terdapat pada vent penyambung pipa yang disambung di
antara tahap-tahap.
Air laut yang telah panas mengalir dari tahap bertemperatur tinggi ke tahap
bertemperatur rendah melalui suatu bukaan kecil antara setiap tahap yang
disebut brine orifice, sementara itu penguapan tiba-tiba (flash evaporates)
terjadi dalam setiap chamber. Dan air laut pekat (berkadar garam tinggi)
keluar dari tahap terakhir dengan menggunakan pompa garam (brine
pump).
Uap air yang terjadi dalam flash chamber pada setiap tahap mengalir
melalui pemisah kabut, dan mengeluarkan panas laten ke dalam tabung
penukar panas sementara air laut mengalir melalui bagian dalam dan
kemudian uap berkondensasi. Air yang terkondensasi dikumpulkan dalam
penampung dan kemudian dipompa keluar sebagai air tawar. Lalu
kemudian
2. Reverse Osmosis System
Pada proses dengan membran, pemisahan air dari pengotornya didasarkan
pada proses penyaringan dengan skala molekul. Di dalam proses desalinasi
air laut dengan sistem osmosis balik, tidak memungkinkan untuk
memisahkan seluruh garam dari air lautnya, karena akan membutuhkan
tekanan yang sangat tinggi sekali.
Proses reverse osmosis tidak hanya dilakukan pada air laut, akan tetapi
juga pada proses pemurnian air tawar. Pada proses desalinasi air laut
dengan proses reverse osmosis, proses akan menjadi lebih kompleks jika
dibandingkan dengan proses reverse osmosis dengan menggunakan air
tawar. Air laut yang akan dilakukan proses reverse osmosis harus terlebih
dahulu dilakukan pre-treatment, atau harus diolah terlebih dahulu. Karena
air laut masih mengandung berbagai partikel padatan tersuspensi, mineral,
bahkan makhluk hidup kecil seperti plankton.
Proses pre-treatment
Air yag telah dipompa dari laut dialirkan ke tangki reaktor sambil diinjeksi
dengan larutan klorin agar zat besi atau mangan yang larut dalam air
tersebut dapat dioksidasi menjadi senyawa yang tak larut air. Penambahan
klorin pada air laut juga dapat membunuh bakteri atau makhluk hidup
kecil lainnya yang dapat menyumbat membran.
Dari tangki reaktor, air dialirkan ke saringan agar partikel halus, plankton
dan lainnya dapat disaring. Kemudian air dialirkan ke filter penghilangan
warna, dan kemudian dialirkan menuju filter cartridge.
Setelah air laut diolah pada pre-treatment, air dimasukkan ke alat reverse
osmosis dengan pompa yang bertekanan sangat tinggi yaitu sekitar 55
hingga 85 bar, tergantunga dari suhu air dan kadar garamnya. Air yang
keluar pada sisi lain dari membrane RO berupa air tawar dan air asin yang
berkadar garam sangat tinggi atau sering disebut brine water. Air tawar
selanjutnya dialirkan ke tahapan post treatment untuk diolah kembali agar
sesuai dengan standar yang diinginkan. Sedang brine water dibuang
melalui Energy Recovery Device. Aliran Brine Water ini masih memiliki
tekanan yang tinggi. Tekanan yang tinggi ini dimanfaatkan oleh Energy
Recovery Device untuk membantu pompa bertekanan tinggi sehingga tidak
terlalu besar memakan daya listrik. Karenanya desalinasi dengan tekonlogi
RO ini dianggap yang paling rendah konsumsi daya listriknya diantara
sistem desalinasi lainnya.
Berikut skema desalinasi yang memanfaatkan teknologi Reverse Osmosis
(RO).
BAB 3
PENUTUP
1. Kesimpulan
Bumi memiliki air yang sangat banyak, akan tetapi tidak dapat
dimanfaatkan secara langsung, melainkan harus diolah terlebih dahulu. Air
tersebut dapat diolah di instalasi pengolahan air. Instalasi pengolahan air
terdiri dari beberapa tahap, yaitu tahap koagulasi, tahap flokulasi, tahap
sedimentasi, dan tahap filtrasi. Pada air asin air harus terlebih dahulu
dilakukan proses desalinasi. Proses desain dan konstruksi dari instalasi
pengolahan air tidak boleh sembarangan. Pembangunan instalasi
pengolahan air harus mengacu kepada Standar Nasional Indonesia atau
standar internasional lain yang telah diakui secara luas. Peraturan standar
nasional Indonesia tersebut mengatur berbagai aspek dari konstruksi
instalasi pengolahan air, misalnya ketebalan pelat bak penampungan,
ukuran dari bak-bak tersebut. Pembangunan yang sesuai dengan standar
nasional Indonesia bertujuan agar tidak timbul pengaruh buruk bagi
lingkungan akibat pembangunan instalasi air tersebut.
Referensi
- SNI 6773-2008, Spesifikasi unit paket instalasi pengolahan air
- http://sanfordlegenda.blogspot.com/2012/11/Desalinasi-mengolah-air-laut-
menjadi-air-tawar.html
- https://aryansah.wordpress.com/2010/12/03/instalasi-pengolahan-air-
bersih/
- http://sanfordlegenda.blogspot.com/2012/10/Water-Treatment-Tahap-
tahap-pengolahan-air.html
- Saputri, Afrike Wahyuni. 2011. Evaluasi Instalasi Pengolahan Air Minum
(IPA) Babakan PDAM Tirta Kerta Rahardja Kota Tangerang. Skripsi
Sarjana. Universitas Indonesia. Depok