paper embun tepung.doc

Upload: alit-samuh

Post on 14-Oct-2015

40 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

PENYAKIT EMBUN TEPUNG (POEDERY WILDEW)PADA TANAMAN APEL

(Disampaikan Sebagai Tugas Mata Kuliah Penyakit Penting Tanaman Utama)

Oleh :

Ni Nyoman Alit Purwaningsih

NIM : 1105105043

FAKULTAS PERTANIAN

JURUSAN AGROEKOTEKNOLOGI

UNIVERSITAS UDAYANA

TAHUN 2013

KATA PENGANTAR

Puja dan puji syukur penulis panjatkan ke hadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa, Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis mampu menyelesaikan tugas peper ini.

Dalam upaya penyusunan paper yang berjudul Penyakit Embun Tepung (Poedery Wildew) pada Tanaman Apel, penulis menyadari bahwa kelancaran penyusunan paper adalah berkat bantuan dan motivasi dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam kelancaran penyusunan paper ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.Penulis menyadari, bahwa tidak ada sesuatu apapun yang sempurna. Begitu pula dengan tugas peper ini, tentu masih ada hal hal yang kurang dan masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat konstruktif, untuk kesempurnaan tugas paper.

Akhir kata, penulis berharap agar tugas peper ini bermanfaat bagi kita semua.Denpasar, Desember 2013 Penulis,BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Apel dengan nama latin pyrus malus linn sudah banyak dikenal masyarakat. Akhir-akhir ini akan banyak menjumpai buah apel di mana pun. Tak hanya apel dari Malang,tapi juga akan dijumpai apel impor. Apel umumnya berbentuk bulat, dengan cekungan pada pangkal pucuknya. Daging apel berwarna putih, renyah dan berair dengan rasa manis atau asam. Daging buah ini dilindungi oleh kulit tipis yang umumnya mengkilap. Bila daging inidikerat keluarlah aroma yang harum dan segar. Namun ada beberapa varietas apel, aroma itu terasa sangat tajam (Ikrawan, 2009).Namun seperti tanaman lainnya, apel juga memiliki penyakit utama. Satu diantaranya adalah penyakit embun tepung. Embun tepung (poedery wildew) pada apel mulai dikenal di Batu Malang sejak tahun 1960-an, yaitu sejak apel dibudidayakan secara besar-besaran disana dan dikenal sebagai penyakit cambuk putih (Anon, 1979). Untuk pertama kali penyakit berkembang secara epidemis pada tahun 1977 (Sastrahidayat, 1978). Penyakit timbul pada 73% dari daun-daun muda, dan jika tanaman tidak disemprot dengan fungisida produksi dapat berkurang antara 75 90% (Suhardi et al., 1978). Biasanya penyakit timbul pada musim kemarau.Embun tepung pada apel terdapat di semua negara penghasil apel, baik di daerah tropika maupun daerah beriklim sedang. Kerugian yang disebabkannya bervariasi tergantung dari kondisi iklim, ketahanan kultivar, dan praktek pengelolaan tanaman (Jones dan Aldewickle, 1997). Untuk menghindari terserangnya penyakit embun tepung pada buah apel, maka diperlukan pengetahuan dalam pencegahannya.1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalahnya sebagai berikut:

1. Bagaimana gejala penyakit embun tepung pada tanaman apel yang disebabkan oleh patogen Podoshpaeria leucotricha?

2. Bagaimana siklus hidup patogen Podoshpaeria leucotricha?3. Faktor apa saja yang mempengaruhi perkembangan penyakit embun tepung pada tanaman apel?4. Apa saja pencegahan yang dapat dilakukan untuk menghindari penyakit embun tepung pada tanaman apel?1.3 Tujuan

1. Mengetahui gejala penyakit embun tepung pada tanaman apel yang disebabkan oleh patogen Podoshpaeria leucotricha.2. Mengetahui siklus hidup patogen Podoshpaeria leucotricha.3. Mengetahui faktor yang mempengaruhi perkembangan penyakit embun tepung pada tanaman apel.4. Mengetahui pencegahan yang dapat dilakukan untuk menghindari penyakit embun tepung pada tanaman apel.BAB II

PEMBAHASAN

2.1GejalaGejala penyakit dapat timbul pada daun, ranting, bunga, dan buah. Pada bagian yang terserang, jamur membentuk lapisan putih seperti beledu bertepung, yang terdiri atas miselium, koniofor dan konidium jamur. Gejala segera tampak setelah kuncup berkembang menjadi daun dan tunas yang baru. Daun yang sakit parah menggulung, kerdil, keras dan rapuh, diselimuti oleh miselium jamur dan akhirnya rontok.

Gejala awal pada daun yang sakit adalah terbentuknya bercak-bercak kecil bertepung, berwarna putih atau putih kelabu pada sisi bawah daun, tetapi setelah berkembang kedua sisi daun dan ranting tertutup oleh lapisan bertepung. Jamur berkembang di atas permukaan daun. Permukaan yang lebih atas biasanya terinfeksi lebih dulu dan mungkin menyebar pada daun yang lebih rendah. Bagian daun yang tertular mungkin menguning dan berubah, terutama pada daun-daun muda. Infeksi yang tinggi menyebabkan kerontokan daun lebih dini. Buah yang terinfeksi mungkin pecah karena tidak dapat tumbuh normal.Serangan pada bunga tampak jelas pada tangkai bunga yang menjadi berwarna putih. Proses pembuahan dapat gagal, bunga mati dan rontok. Pada buah muda jamur membentuk miselium putih. Buah dapat tetap kecil atau bentuknya agak berubah. Kelak permukaan buah yang terserang akan berwarna coklat dan kasar (Russeting; Nyawo, Jw., seperti buah sawo) sehingga harganya sangat berkurang. Penyakit juga dapat mengganggu pertumbuhan tanaman muda dipembibitan.2.2Penyebab PenyakitEmbun tepung pada apel disebabkan oleh Podoshpaeria leucotricha (Ell. et Ev.) Salm., yang juga disebut sebagai Oidium farinosum Cke. Jamur mempunyai miseluim yang tedapat pada permukaan jaringan tanaman yang membentuk jaringan haustorium (alat penghisap) yang membentuk agak membulat, masuk ke dalam sel-sel epidermis. Miselium membentuk konidiofor seperti tabung yang di ujungnya membentuk konidium secara berantai. Konidium seperti tabung pendek sampai agak bulat, hialin, berukuran 21-3113-18 m.Di daerah tropika jamur tidak membentuk tubuh buah. Di daerah beriklim sedang diketahui bahwa jamur membentuk tubuh buah kleistotesium (Sastrahidayat, 1984) yang mungkin juga berfungsi sebagai alat untuk mempertahankan diri terhadap keadaan yang kurang baik. Kleistotesium bulat, hitam, sebagian tertanam dalam miseluim dengan garis tengah 75-96 m. Pada permukaan kleistotesium terdapat dua macam rambut, yaitu panjang dan kaku, serta yang pendek dan beliku-liku. Tiap kleistotesium hanya berisi satu askus, berukuran 55-7040-50 m. Askus berisi 8 askospora. Yang masing-masing berukuran 20-2612-14 m. P. leucotricha adalah parasit obligat yang hanya dapat hidup bila memarasit jaringan yang hidup.

2.3Siklus Hidup PenyakitDi Indonesia jamur mempertahankan diri dengan mudah karena pada setiap musim selalu terdapat daun apel yang segar. Para petani melaksanakan defoliasi tidak bersama-sama agar dapat memperoleh buah sepanjang tahun. Dengan demikian infeksi selalu ada, pada waktu tidak ada daun, jamur bertahan pada sisi-sisi kuncup, dan dari sini akan menyerang daun muda yang berkembang dari kuncup itu.Koloni jamur umumnya muncul lebih dulu pada permukaan daun bawah sebagai patch felt- seperti putih. Konidia berkecambah membentuk hifa yang melintasi permukaan daun, membengkak dan kemudian merata untuk membentuk appresoria. Struktur ini melepaskan enzim, yang memungkinkan infeksi jamur pasak untuk menembus sel-sel epidermis tanaman dan kemudian memperbesar untuk membentuk haustoria (Gambar 3). Haustorium adalah organ khusus terbentuk di dalam sel tanaman hidup, yang menyerap nutrisi dan jangkar jamur. Sebagai koloni jamur mengembang atau sebagai infeksi sekunder menyebabkan pembentukan koloni baru, proses infeksi (hifa perkembangan > appresorium > pasak infeksi > haustorium) diulang sampai jaringan rentan tidak lagi tersedia. Pertumbuhan akhir musim dapat menyebabkan peningkatan mendadak dalam aktivitas jamur. Selain berkontribusi terhadap penumpukan inokulum yang cepat, siklus penyakit sekunder juga bertanggung jawab untuk menginfeksi tunas lateral dan terminal yang akan membawa jamur melalui musim dingin.Menurut Sastrahidayat (1984) konidiofor umumnya mulai membentuk konidium pada pukul 15:00. Pukul 06:00 pagi berikutnya konidium membentuk rantai terpanjang. Konidum mulai dipencarkan pada pukul 09:00, dengan pemancaran maksimum antara pukul 12:00 13:00. Konidium di pencarkan oleh angin. Konidium yang jatuh pada daun muda mulai berkecambah setelah 6 jam, dan setelah 96 jam sudah dapat membentuk konidium baru.

2.4Faktor yang Mempengaruhi PenyakitKarena sumber infeksi dan jaringan yang selalu ada, berjangkitnya penyakit lebih ditentukan oleh kadar lingkungan. Perkecambahan konidium dan infeksi yang paling baik terjadi pada kelembaban nisbi udara 70 80%, jadi justru pada cuaca yang relatif kering. Suhu yang optimum untuk perkecambahan konidium dan infeksi adalah 20 -25o C. Suhu yang lebih tinggi dari 30o C dapat mematikan jamur. Intensitas sinar matahari yang tinggi menghambat perkecambahan konidium dan infeksi.Epidemi akan terjadi bila di daerah yang bersangkutan terdapat banyak tunas dan daun muda. Dengan demikian, setelah defoliasi pada musim kemarau panjang merupakan saat kritis bagi terjadinya epidemi panyakit tepung pada apel (Sastrahidayat, 1984). Kultivar apel yang paling banyak ditanam pada waktu ini, yaitu Rome Beauty, Manalagi, dan Princess Noble. sangat rentan terhadap embun tepung.

2.5Pengendalian

Adapun beberapa pengendalian guna menghindari terserangnya tanaman apel oleh patogen Podoshpaeria leucotricha, yaitu:1. Mengurangi sumber infeksi dengan membuang atau mengurangi bagian tanaman yang terserang berat kemudian dibakar.

2. Jika diramalkan akan terjadi epidemi, daun-daun muda disemprot dengan fungisida yang sesuai dengan bahan aktif belerang, benomil, biforimat, biterntanol, heksakonazol, dinikonazol, dinobuton, dinokap, karbendasim, dan mankozeb, pirazofos, triadimenol, dan triflumizol. (Anon, 1984, 1997; Roesmiyanto et al., 1991; Rosmahani, et al., 1986; Sastrahidayat, 1984).

3. Pengendalian hayati penyakit tepung (Podosphaera leucotricha) pada apel menggunakan antagonis Trichoderma sp dapat menekan perkembangan penyakit sebesar 90,00 % sampai 94,96 %.

4. Di negara-negara lain sering dilakukan penyerbukan dengan tepung belirang atau penyemprotan dengan bubur California (belirang kapur). Tetapi dikatakan bahwa cuaca panas klon-klon apel tertentu peka terhadap belirang. Fungisida lain yang diberitakan efektif terhadap P. Leucotricha di banyak negara adalah oksitiokuinox, benzimidazol, bupimirat, nitrotalisopropil, dan pirazofos (Jones dan Aldwinckle, 1997).

5. Dengan menyemprotkan fungisida Nimrod 250 EC 2,5-5 cc/10 liter air (500liter/Ha) atau Afugan 300 EC 0,5-1 cc/liter air (pencegahan) dan 1-1,5 cc/liter air setelah perompesan sampai tunas berumur 4-5 minggu dengan interval 5-7 hari.

BAB III

PENUTUP

3.1Simpulan

Berdasarkan pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa:1. Embun tepung pada apel disebabkan oleh Podoshpaeria leucotricha (Ell. et Ev.) Salm., yang juga disebut sebagai Oidium farinosum Cke. Gejala yang ditimbulkan oleh patogen ini adalah pada bagian yang terserang, jamur membentuk lapisan putih seperti beledu bertepung, yang terdiri atas miselium, koniofor dan konidium jamur.2. Siklus hidup penyakit yang terdiri dari proses infeksi (hifa perkembangan > appresorium > pasak infeksi > haustorium) akan diulang terus sampai jaringan rentan tidak lagi tersedia.3. Perkecambahan konidium dan infeksi yang paling baik terjadi pada kelembaban nisbi udara 70 80%, jadi justru pada cuaca yang relatif kering. Suhu yang optimum untuk perkecambahan konidium dan infeksi adalah 20 -25o C. Suhu yang lebih tinggi dari 30o C dapat mematikan jamur.4. Pengendalian untuk mencegah penyakit ini ada berbagai cara, pertama adalah dengan mengurangi sumber infeksi dan membuang bagian-bagian tanaman yang terserang berat kemudian dibakar. Cara pengendalian kedua adalah dengan dilakukannya penyerbukan dengan tepung belirang atau penyemprotan dengan bubur California (belirang kapur). Cara lain apabila dengan pengendalian fisik dan hayati kurang efektif, maka dapat di terapkan cara lain yaitu menggunakan fungisida efektif seperti oksitiokuinox, benzimidazol, bupimirat, nitrotalisopropil, dan pirazofos.

DAFTAR PUSTAKA

Biggs, AlanR., etc. 2009. Relative Susceptibility of Selected Apple Cultivars to Powdery Mildew Caused by Podosphaera leucotricha. http://www.plantmanagementnetwork.org/pub/php/research/2009/powdery/ (diakses tanggal 9 Desember 2013)

Fandika. 2011. Penyakit Embun Tepung pada Apel. http://fandicka.wordpress.com/2011/03/30/penyakit-embun-tepung-pada-apel/ (diakses tanggal. 9 Desember 2013)Marine, S.C., K.S. Yoder, and A. Baudoin. 2010. Powdery mildew of apple. The Plant Health Instructor. http://www.apsnet.org/edcenter/intropp/lessons/fungi/ascomycetes/Pages/ApplePowderyMildew.aspx (diakses tanggal: 9 Desember 2013)

Lampiran

Gambar 1. Gejala penyakit embun tepung pada tunas daun dan buah.

Gambar 2. Konidia aseksual diproduksiGambar 3. Miselium tumbuh pada permukaan daun,pada konidiofor.

tetapi mampu menembus sel-sel epidermis tanamandan membentuk haustorium balon berbentuk (panah)

Gambar 4. Siklus penyakit embun tepung pada tanaman apel