penyakit embun tepung tanaman kedelai

29
I. Sejarah penyakit embun tepung pada tanaman kedelai Gambar 1. Penyakit embun pada tanaman kedelai (Powdery Mildew) Kedelai (Glycines max L. Merr.) di Indonesia adalah komoditas kacang-kacangan unggulan, yang rentan terhadap organisme pengganggu tumbuhan (OPT) meliputi hama dan penyakit. Beberapa penyakit merugikan pada kedelai terutama disebabkan jamur patogen antara lain adalah karat Phakopsora pachyrhizi, antraknose Colletorichum dematium var truncatum, bercak daun dan bercak ungu pada biji disebabkan Cercospora kikuchii, penyakit pustul disebabkan bakteri Xanthomonas axonopodis, penyakit bacterial blight disebabkan Xanthomonas axonopodis pv. glycines, downy mildew Peronospora manshurica, powdery mildew Microsphaera diffusa, serta penyakit karena jamur-jamur tular tanah dan tular benih yaitu Rhizoctonia solani, Sclerotium rolfsii, Pythium spp (Semangun, 2000).

Upload: silvi-prisilia

Post on 06-Nov-2015

248 views

Category:

Documents


18 download

DESCRIPTION

hama penyakit embun tepung

TRANSCRIPT

I. Sejarah penyakit embun tepung pada tanaman kedelai

Gambar 1. Penyakit embun pada tanaman kedelai (Powdery Mildew) Kedelai (Glycines max L. Merr.) di Indonesia adalah komoditas kacang-kacangan unggulan, yang rentan terhadap organisme pengganggu tumbuhan (OPT) meliputi hama dan penyakit. Beberapa penyakit merugikan pada kedelai terutama disebabkan jamur patogen antara lain adalah karat Phakopsora pachyrhizi, antraknose Colletorichum dematium var truncatum, bercak daun dan bercak ungu pada biji disebabkan Cercospora kikuchii, penyakit pustul disebabkan bakteri Xanthomonas axonopodis, penyakit bacterial blight disebabkan Xanthomonas axonopodis pv. glycines, downy mildew Peronospora manshurica, powdery mildew Microsphaera diffusa, serta penyakit karena jamur-jamur tular tanah dan tular benih yaitu Rhizoctonia solani, Sclerotium rolfsii, Pythium spp (Semangun, 2000). Diantara kompleks penyakit kedelai tersebut, salah satu penyakit yang baru pertama kali ditemukan menyerang tanaman di KP (kebun percobaan) Muneng-Probolinggo adalah penyakit embun tepung (powdery mildew), dan hanya menyerang dua varietas kedelai yaitu Anjasmoro dan Mahameru. Sebelumnya penyakit embun tepung belum pernah diteliti di Indonesia, sehingga belum diketahui pengaruhnya terhadap kerugian hasil kedelai. Penyakit embun tepung pada kedelai disebabkan Microsphaera diffusa Cooke and Peck, adalah penyakit merugikan dan dapat ditemukan di negara-negara produsen kedelai. Infeksi M. diffusa menyebabkan penurunan produksi kedelai 10 30%, terutama pada varietas rentan yang terinfeksi sejak awal pertumbuhan (Dunleavy, 1999). Jamur embun tepung adalah parasit obligat dan mampu hidup pada beragam jenis tanaman. Patogen mampu bertahan dari satu musim ke musim berikutnya dengan membentuk badan buah berbentuk bulat dan berwarna hitam yang disebut kleistotesia, yang dapat dijumpai pada sisa-sisa jaringan tanaman terinfeksi di lapangan. Di dalam kleistotesia diproduksi spora seksual yang disebut askuspora dan mudah tersebar oleh angin. Spora seksual tersebut biasanya terbentuk selama musim semi. Askuspora berperan sebagai sumber inokulum primer penyakit. Sumber inokulum sekunder dihasilkan dari stuktur pembiakan berbeda yaitu spora aseksual yang disebut konidia dan terbentuk pada daun dan bagian lain tanaman. Dengan perantaraan angin konidia dapat menyebar ke areal yang jauh. Pengendalian penyakit melalui penanaman varietas resisten menguntungkan di areal produksi kedelai yang endemik embun tepung (Mudji, 2009).Penyakit bercak daun disebabkan oleh dua jenis cendawan yaitu Cercospora canescens dan Cercospora cruenta, tetapi di lapangan C. canescens lebih banyak di temukan (Semangun 2001). Mula-mula pada daun timbul gejala bercak kecil yang berwarna kecoklatan dengan bentuk tidak teratur, kemudian melebar. Beberapa bercak dapat menjadi satu sehingga membentuk bercak yang lebih besar. Bagian tengah bercak menjadi berwarna putih, bagian tersebut merupakan kumpulan spora dari cendawan penyebab penyakit. Serangan bercak daun lebih banyak terjadi pada fase generatif .Penyakit embun tepung termasuk penyakit penting pada kacang kedelai, banyak ditemukan menyerang kacang kedelai yang ditanam pada musim kemarau di lahan sawah. Penyakit embun tepung merupakan salah satu hambatan dalam peningkatan produksi kacang kedelai di Indonesia (Sri, 2001). Penyakit tersebar di beberapa negara penghasil kacang kedelai seperti India, Filipina dan Taiwan. Penyakit embun tepung berkembang baik pada keadaan kering dan banyak angin. Sebaliknya apabila terjadi hujan terus menerus akan menghambat perkembangan penyakit. Oleh karena itu penyakit embun tepung banyak terjadi pada pertanaman kacang hijau di musim kemarau. Penyakit embun tepung disebabkan oleh cendawan Oidium sp. Stadium sempurna perkembangan cendawan tersebut adalah Erysiphe polygoni. Pada umumnya serangan dimulai dari daun bagian bawah, selanjutnya terus berkembang menyerang daun-daun yang lebih atas. Gejala mula-mula timbulnya bercak berwarna putih pada daun. Warna putih tersebut merupakan miselium dari cendawan Oidium sp. Pada perkembangan lebih lanjut sebagian atau seluruh permukaan daun tertutup oleh miselium cendawan. Pada serangan yang berat daun menjadi kekuningan, kemudian kecoklatan dan gugur. Apabila seluruh permukaan terserang embun tepung pada saat berbunga, kerugian hasil dapat mencapai 21% (Quebral 1978). Prayogo dan Hardaningsih (1993) melaporkan bahwa kehilangan hasil pada varietas No. 129 yang sangat rentan dapat mencapai 80%, apabila tanaman terinfeksi pada umur muda (14 hari setelah tanam).Penyakit ini menyerang biji yang sedang tumbuh, sehingga biji menjadi keropos dan akhirnya mati. Penyebabnya adalah cendawanperonospora parasitica. Cendawan ini kadang-kadang juga menyerang biji yang sudah mempunyai daun pertama. Tumbuhan menjadi kerdil dan daunnya bercak-bercak hitam, sehingga produksinya rendah. Tanaman yang terserang menampakkan adanya lapisan putih bertepung pada permukaan daun dan batang muda. Selanjutnya daun atau batang tersebut berubah kekuningan dan akhirnya akan mati.Cendawan dapat menyerang tunas, bunga, dan buah yang masih muda. Serangan paling merugikan bila terjadi saat pem-bungaan yang berakibat bunga/bakal buah menjadi gugur. Cendawan berkembang dengan baik di musim kering, sedikit sinar matahari dan adanya embun pagi atau hujan gerimis mengakibatkan penyakit ini meluas.penyakit embun tepung adalah penyakit tanaman yang disebabkan oleh jamur (fungus) Microsphaera diffusa yang umumnya menyerang bagian daun tanaman. Penyakit jamur embun tepung adalah salah satu penyakit yang paling luas penyebarannya, penyakit ini menjangkit hampir semua jenis tanaman dari serealia rumput, sayuram, tanaman hias, gulma, semak, pohon buah-buahan, tanaman berdaun lebar dan pohon-pohon di hutan.Penyakit ini menyerang biji tanaman kedelai sehingga biji menjadi keropos dan akhirnya mati. penyebabnya adalah cendawan peronospora parasitica. cendawan ini kadang-kadang juga menyerang biji yang sudah mempunyai daun pertama. Tumbuhan menjadi kerdil dan daunnya bercak-bercak putih, sehingga produksinya rendah.

II. Penyebab penyakit embun tepung pada tanaman kedelai dan klasifikasi

Penyakit embun tepung Pathogen : Oidium sp.Klasifikasi : Fungi Class : Laeotiomycetes Order : EryspihalesFamily : Erysiphaceae Genus : oidium Spesies : oidium sp.Tingkat keparahan penyakit ini tergantung pada banyak faktor yang mempengaruhinya seperti jenis tanaman inang yang dihinggapi, umur dan konsisi tanaman, dan kondisi cuaca atau iklim masa tanam. Penyebab penyakit ini umumnya tanaman yang berada pada iklim hangat dan kering penyakit ini dapat tumbuh subur, hal ini disebabkan karena jamur tidak membutuhkan air pada permukaan tanaman yang diserang. Namun faktor kelembaban udara yang tinggi masih diperluakan untuk penyemaian spora jamur. Penyakit ini sering ditemukan pada tanaman yang jarak tanamnya terlalu rapat dan kekurangan sirkukasi udara serta tempat-tempat rimbun dan lembab. Penyebaran infeksi akan semakin cepat dan meluas apabila tingkat kelembaban mencapai diatas 90%. Namun tidak terjadi pada permukaan daun yang basah kerena faktor hujan. Jaringan sel muda tanaman biasanya lebih rentan terinfeksi daun yang dibahas karena faktur hujan. Jaringan sel muda tanamanbiasanya lebih rentan terinfeksi dibanding jaringan sel tua. jaringan sel lembut lebih rentan terhadap serangan infeksi penyakit ini.Pada tanaman jarak pagar juga ditemukan gejala penyakit embun tepung. Gejala ini ditemukan di lahan jarak pagar Cigawir. Hal ini karena patogen Oidium sp. tumbuh baik di daerah dengan ketinggian 5001000 m dpl dan pada daun yang masih muda. Sehingga lahan di Cigawir merupakan lingkungan yang baik untuk perkembangan cendawan ini. Menurut Dadang et al. (2007) penyebab penyakit embun tepung pada tanaman jarak pagar ialah Oidium sp. Tetapi persentase serangan sangat rendah, hal ini diduga karena teknik budidaya yang baik, baru saja diaplikasikan bubur california pada lahan dan baru dilakukan pemangkasan tanaman. Pada lahan Lampung Selatan, Bandar Lampung, Cigawir, Citeureup 1, dan Citeureup 2 serangan tidak ada. Hal ini diduga faktor lingkungan seperti ketinggian tempat yang tidak mendukung perkembangan cendawan ini (Chandra, 2008).

III. Gejala penyakit embun tepung pada tanaman kedelaiTanda khas penyakit embun tepung adalah permukaan atas daun terdapat bercak-bercak putih mirip terpapar kapur. Bercak putih tersebut adalah koloni patogen M. diffusa yang membentuk lapisan tipis terdiri dari miselia dan konidia berwarna putih. Bentuk koloni bulat dengan diameter 5 20 mm, dan pada tingkat serangan lanjut antar koloni saling bergabung sehingga membentuk koloni yang lebih lebar dan dapat menutup seluruh permukaan daun kedelai (Gambar 1A dan 1B). Gejala awal serangan M. diffusa tidak merubah warna daun atau daun tetap berwarna hijau. Patogen juga tumbuh di bawah permukaan daun namun lebih berlimpah di atas pemukaan daun. Hasil pengamatan mikroskopis menunjukkan bahwa M. diffusa isolat Muneng memiliki karakter konidia berbentuk bulat telur dan selnya transparan atau bening (Gambar 1D). Penyakit yang berkembang semakin parah menyebabkan daun menjadi kekuningan (klorosis), kemudian mengering atau nekrosis dan gugur lebih awal. Jamur tidak hanya menyerang daun tetapi juga menyerang tangkai, batang dan polong sehingga tajuk tanaman kedelai nampak berdebu putih (Gambar 1C). (Mudji, 2009)

Gejala penyakit embun tepung pada tanaman kedelai karena fungus atau jamur embun tepung tidak bisa hidup tanpa inang yang cocok. Penyakit jamur ini sangat spesifik pada tanaman inang yang ditulari. Sebagai contoh : jamur jenis uncinula necator yang menulari tanaman anggur dan linden, tidak akan menulari lilac. Jamur microsphaesa alni menulari tanaman elm, catalpa, lilac dan oak tetapi tidak menulari turfgrass. jamur embun tepung memproduksi Hifa (mycelium) atau semacam benang yang tumbuh pada permukaan tanakaman. Mereka tidak menyerang jaringan sel tanaman secara langsung. Jamur ini menyerap makanan dari inangnya melalui haustoria, yaitu stuktur atau bentuk semacam akar pada jaringan terluar (epidermal) tanaman. Selama musim dingin jamur ini tidur pada sisa-sisa tanaman dalam bentuk cleistothecia atau mycelium. Pada musim semi mereka mulai bangun dan memproduksi spora yang mudah ditularkan melalui hembusan anger, percikan air hujan atau serang.Penyakit ini umum terjadi pada waktu musim pertunasan, ditandai dengan adanya lapisan tepung putih pada bagian atas daun, yang dapat menyebabkan daun malformasi (mengering akan tetapi tidak gugur). Fase kritis serangan adalah periode pertunasan dan daun muda yang sedang tumbuh, buah muda yang terserang mudah gugur. Kumpulan tepung putih pada daun, tunas dan buah muda merupakan masa konidia jamur Oidium tingitanium yang menyerang bagian daun menyebabkan serangan patogen jamur ini lebih dikenal dengan nama penyakit embun tepung. Bentuk dan ukuran tepung putih ini memiliki ukuran yang lenih kecil dari jarum pentul, dengan struktur bulat seperti buah yang pada awalnya berwarna putih kemudian berubah kuning kecoklatan dan akhirnya berubah menjadi hitam, tumbuh menyendiri atau secara berkelompok membentuk koloni. Ini yang dinamakan cleistothecia atau selongsong tubuh jamur. Daun yang terinfeksi menjadi rusak. Menguning dengan bercak hijau, dan rontok sebelum waktunya. Kuncup bunga yang terinfeksi akan gagal mengembang. Penyakit akan terjadi apabila varietas yang ditanaman rentan, ditemukan sumber patogen di sekitar kebun dan terjadi pada pada musim kemarau yang lembab. Suhu tinggi beberapa jam yang kemudian terjadi hujan, akan memicu perkecambahan konidia jamur yang berada diatas permukaan daun. Penetrasi akan terjadi dalam beberapa jam setelah perkecambahan konidia. Dilaporkan bahwa semua jenis jeruk rentan terhadap penyakit ini.Serangan patogen jamur Oidium tingitanium pada buah menyebabkan gejala burik kusam permanen pada kulit buah yang menyebabkan buah masuk dalam katagori mutu rendah (Triwiratno et al. 2006).Lapisan putih juga dapat juga terjadi pada batang dan polong. Lapisan putih itu adalah miselium, konidofor, dan konidium jamur. Pada serangan yang parah daun layu dan rontok. Bila serangan yang parah ini timbul sebelum pembungaan. Tanaman tidak dapat membentuk polong, atau membentuk polong kecil yang menghasilkan sedikit biji yang tidak normal.

IV. Daur penyakit embun tepung pada tanaman kedelaiJamur tepung dipencarkan oleh kondisinya yang terbawa oleh angin. Oidium mempunyai banyak tumbuhan inang yang termasuk ke dalam kacang-kacangan. Kondisi yang mendukung pekembangan penyakit embun tepung ini dibantu oleh udara sejuk (22-26C) dengan kelembaban nisbi 80-88C). Perkecambahan konidium dibantu oleh udara sejuk, lembab dan keadaan yang terlindung (teduh). Tetapi pembentukan spora dipicu oleh sinar matahari dan suhu yang agak tinggi. Keadaan kering dan banyak angin membantu pemencaran konidium. Sebaiknya hujan yang terus menerus akan menghambat perkembangan penyakit. Oleh karena itu, penyakit tepung lebih banyak terdapat pada pertanaman musim kemarau.untuk ini pun biasanya dihitung mulai saat inokulasi.Patogen atau penyebab penyakit dapat berupa organisme, yang tergolong dalam dunia tumbuhan, dan bukan organisme yang biasa disebut fisiophat. Sedangkan organisme dapat dibedakan menjadi : parasit dan saprofit. Sumber inokulum atau sumber penular adalah tempat dari mana inokulum atau penular itu berasal dan sesuai dengan urutan penularannya dibedakan menjadi sumber penular primer, sumber penular sekunder, sumber penular tertier dan seterusnya.Selama perkembangan penyakit dapat kita kenal beberapa peristiwa yaitu :1. Inokulasi adalah jatuhnya inokulum pada tanaman inangnya.2. Penetrasi dalah masuknya patogen ke dalam jaringan tanaman inangnya.3. Infeksi adalah interaksi antara patogen dengan tanaman inangnya.4. Invasi adalah perkembangan patogen di dalam jaringan tanaman inang Akibatnya adanya infeksi dan invasi akan timbul gejala, yang kadang-kadang merupakan rangkaian yang disebut syndrom. Pada gejala itu sering kita jumpai adanya tanda, misalnya tubuh buah atau konidi. Sehubungan dengan peristiwa-peristiwa di atas terjadilah :1. Periode (masa) inkubasi yaitu waktu antara permulaan infeksi dengan timbulnya gejala yang pertama. Namun demikian di dalam praktek sering dihitung mulai dari inokulasi sampai terbentuknya sporulasi pada gejala pertama tersebut hingga waktunya menjadi jauh lebih panjang.2. Periode (masa) infeksi adalah waktu antara permulaan infeksi sampai reaksi tanaman yang terakhir, untuk inipun biasanya dihitung mulai saat inokulasi.Siklus atau daur penyakit adalah rangkaian kejadian selama perkembangan penyakit. Di samping itu ada yang disebut siklus hidup patogen yaitu perkembangan patogen dari suatu stadium kembali ke stadium yang sama. Siklus ini biasanya dapat dibedakan menajdi :1. Stadium Patogenesis adalah stadium patogen di mana berhubungan dengan jaringan hidup tanaman inangnya.2. Stadium Saprogenesis adalah stadium patogen di mana tidak berhubungan dengan jaringan hidup tanaman inangnya .Berdasarkan kondisi sel yang dipakai sebagai sumber makanannya maka parasit atau patogen dapat dibedakan menjadi :1. Patofit apabila parasit itu mengisap makanan dari sel inang yang masih hidup.2. Pertofit apabila parasit itu mengisap makanan dari sel inang yang dibunuhnya lebih dahulu.Faktor yang mempengaruhi dapat tidaknya tanaman diserang oleh patogen, dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu :1. Predisposisi apabila faktor yang menyebabkan kenaikan kerentanan atau penurunan ketahanan itu berupa faktor luar seperti suhu, kelembaban dan lain-lain.2. Disposisi apabila faktor yang menyebabkan kenaikkan kerentanan itu berasal dari dalam artinya bersifat genetis atau bawaan.

Berdasarkan ekspresinya penyakit dapat dibedakan menjadi :1. Endemi (Enfitosis) yaitu penyakit yang selalu timbul dan menyebabkan kerugian yang cukup berarti.2. Epidemi (Epifitosis) yaitu penyakit yang timbulnya secara berkala dan menimbulkan kerugian yang cukup berarti.3. Sporadis yaitu penyakit yang timbulnya tidak menentu dan tidak menimbulkan kerugian yang berarti.

Tanggapan tanaman inang terhadap patogen dapat merupakan sifat dari tanaman inang tersebut dan dapat dibedakan menjadi :1. Tahan apabila dalam keadaan biasa tanaman tersebut tidak dapat diserang oleh patogen.2. Rentan apabila dalam keadaan biasa tanaman tersebut dapat diserang oleh patogen, jadi merupakan lawan dari tahan.3. Toleran apabila dalam keadaan biasa dapat menyesuaikan diri dengan patogen yang berada dalam jaringan tubuhnya sehingga tidak mempengaruhi kemampuan produksinya.Bentuk yang ekstrem dari ketahanan tersebut disebut Kekebalan sedang bentuk ekstrem dari toleran disebut Inapparency, artinya dalam keadaan yang bagaimanapun juga tetap memiliki sifat tersebut.

V. Faktor yang mempengaruhi penyakit embun tepung pada tanaman kedelaiEmbun Tepung ialah cendawan obligat. Konidia tumbuh baik pada suhu 731 C dan kelembaban 30%100%. Perkembangan patogen ini memerlukan keadaan lingkungan yang lembap (optimum 90%), tetapi air tidak sampai tergenang di atas permukaan tanah. Curah hujan yang tinggi merupakan kondisi yang kurang menguntungkan untuk patogen ini, sebab dapat mengganggu perkembangannya pada daun yang selalu basah. Terkena sinar matahari langsung, suhu hingga 33 C, dan kelembaban di bawah 20% akan mengganggu perkembangan patogen. Perkembangan penyakit sangat dibantu oleh sedikit hujan, tidak banyak sinar matahari, dan suhu yang agak rendah. Dari penelitian di Malaysia pertumbuhan cendawan Oidium akan cepat pada suhu 1516 C dan kelembapan nisbi 75%80% (Semangun, 2000).Cendawan ini dapat menyerang berbagai bagian tanaman, baik bagian batang, daun, atau bunga. Penyebarannya ke tanaman lain dengan bantuan angin maupun kontak dengan tanaman yang terinfeksi. Cendawan ini memiliki apresorium yang membulat, konidiofornya 60120 x 12 m, sedangkan konidiumnya mebentuk rantai yang terdiri dari 48 konidium yang melekat pada konidiofornya, konidium tidak berwarna, ukuran konidium sangat dipengaruhi oleh tanaman inang dan cuaca.Pada permukaan tanaman yang terserang tampak bercak-bercak berwarna putih kelabu seperti beludru halus, yang terdiri dari miselium, konidiofor, dan konidium cendawan. Bila serangan berat akan menimbulkan bercak coklat kemerahan. Jika serangan terjadi pada daun yang baru saja berkembang akan menyebabkan perubahan warna menjadi kusam, daun lemas dan tepi-tepinya agak mengeriting. Serangan pada daun muda ini dalam beberapa hari akan menjadi hitam dan gugur satu per satu. Jika serangan pada daun yang agak tua, daun akan mengalami perubahan warna/pemudaran warna dan hanya 1 atau 2 daun yang rontok. Di India telah dilaporkan penyakit ini menyerang pada pertanaman jarak pagar (Semangun, 2000).

VI. Pengendalian penyakit embun tepung pada tanaman kedelaiDi daerah dengan ketinggian 400 m dpl baiknya dilakukan penyemprotan dengan bubur california (1:30) (Semangun 2008). Pengendalian lainnya secara umum dapat menggunakan fungisida, baik yang alami yaitu biofungisida dengan memanfaatkan Ampelomyces quisqualis, maupun sintetik dengan menggunakan fungisida berbahan aktif triadimenol, propiconazole, dan fenarimol (Dadang et al. 2007). Kegiatan penyemprotan atau penyerbukan ini dilakukan selama masih ada daundaun muda, dilakukan tiap minggu hingga serangan tidak ada lagi. Penyerbukan juga dilakukan pada waktu daun masih basah oleh embun, sehingga serbuk belerang dapat melekat pada daun (Semangun 2000), pengaruh belerang juga akan meningkat jika terkena sinar matahari langsung . pemupukan dapat menambah ketahanan pohon terhadap embun tepung. Tindakan pengendalian selama ini hanya mengandalkan penggunaan fungisida sedangkan harga fungisida semakin meningkat. Komoditas eksport Indonesia ditolak di luar negeri karena adanya Pengendalian paling efektif dilakukan menjelang bertunas dan diulang saat daun muda mengunakan bahan aktif siprokonazol dibanding tembaga hidroksida dan kapur belerang (Fariya et al. 2005). Senyawa Azadirachtin filtrat daun nimba mampu merusak membran sel jamur Oidium tingitanium, sehingga metabolisme sel terganggu dan pertumbuhan sel terhambat. Perbedaan konsentrasi filtrat daun nimba mempengaruhi pertumbuhan embun tepung, dan filtrat daun nimba paling efektif adalah konsentrasi 60g/l, 80g/l dan 100g/l dengan prosentase serangan embun tepung 11 %, 14,59% dan 12,67% (Munah, 2014). Serangan yang parah pada tunas muda disarankan untuk dipangkas, kemudian dimasukkan kantong plastik untuk mengurangi penyebaran konidia di kebun.Terdapat beberapa praktek pengendalian lingkungan mampu mengurangi atau mencegah jamur embun tepung. Banyak tanaman, seperti mawar, kedelai, sayuran dan rumput-rumputan memiliki kultivar yang telah dikembangkan untuk menjadi kebal, resistan atau toleran terhadap jamur embun tepung. Hindari untuk menanam di lokasi teduh dan daratan rendah apabila varietas yang kebal terhadap penyakit ini tidak tersedia pada saat membeli benih.Hal yang harus dilakukan bila terjadi penularan atau infeksi: Hindari penggunaan pupuk nitrogen untuk membatasi pertumbuhan jaringan baru yang lembut dan rentan terhadap penyakit ini. Hindari penyiraman tanaman dari atas untuk mengurangi tingkat kelembaban udara Basmi dan musnahkan semua bagian tanaman yang terinfeksi. Untuk sayuran atau tanaman semusim, bersihkan semua sisa-sisa mereka dari tanah dan untuk bagian tanaman yang terinfeksi jangan dijadikan pupuk kompos karena sering jamur masih dapat bertahan hidup Pangkas bagian-bagian tanaman yang terlalu rimbun untuk membantu meningkatkan sirkulasi udara, mengurangi kelembaban udara serta resiko penularan.Penggunaan bahan kimia untuk mencegah terjadinya penyakit embun tepung pun dapat dilakukan bila pengendalian lingkungan dianggap tidak terlalu berhasil untuk menekan penyebaran infeksi penyakit, bahan kimia yang digunakan untuk penyakit emtun teoung pada tanaman kededelai adalah jenis bahan kimia sulfur, minyak neem, dan potassium bicarbonate. Penggunaan bahan kimia akan lebih efektif apabila dibarengi dengan adanya praktek pengendalian lingkungan. Penggunaan atau aplikasi fungisida dilakukan setiap atau dalam interval 7 14 hari untuk member proteksi berkelanjutan selama masa tanam. Ikuti petunjuk aturan pakai yang dianjurkan untuk jenis, varietas, dosis, interval waktu serta masa tunggu sebelum panenPenggunaan jamur parasit Ampelomyces quisqualis dan Phoma sp. dilaporkan efektif terhadap jamur embun tepung. sehingga untuk menekan perkembangan jamur embun tepung diperlukan uji efektivitas kedua jamur parasit yang telah ditemukan dan diperoleh isolatnya (Sri Hardaningsih, 2001; Sri Hardaningsih dan Yusnawan, 2002). Beberapa isolat jamur Trichoderma spp., ternyata cukup efektif menekan perkembangan jamur R. solani dan S. rolfsii di laboratorium (Sri Hardaningsih dan Yusnawan, 2002), sehingga diperlukan penelitian lapangan untuk menguji efektivitas jamur antagonis terhadap jamur-jamur patogen kacang hijau (R. solani, dan S. rolfsii),

Mikoparasit A. quisqualis dan Phoma sp. mampu menghambat pertumbuhan E. polygoni karena terbukti piknidia dari kedua mikoparasit tersebut terbentuk cukup banyak (A. quisqualis : 277.12 dan Phoma sp. : 279.50) sehingga mampu mengendalikan serangan embun tepung. Perlakuan fungisida hexaconale menekan pertumbuhan E. polygoni maupun jamur parasit Ampelomyces dan Phoma sampai 100%. Jamur antagonis Trichoderma harzianum tidak efektif menekan serangan layu di lapangan baik melalui perawatan benih maupun tabur di sekeliling tanaman pada umur 2 minggu setelah tanam dengan kondisi sering hujan.

TUGAS TEKNOLOGI BUDIDAYA TANAMAN PANGANPenyakit Embun Tepung Pada Tanaman Kedelai

Oleh : Silvi PrisiliaNIM A1M012040

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGIUNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMANFAKULTAS PERTANIANPURWOKERTO2015DAFTAR PUSTAKA

Chandra, D. 2008. Inventarisasi Hama dan Penyakit Pada Pertanaman Jarak Pagar(Jatropha curcas Linn) di Lampung dan Jawa Barat.Bogor : IPB Press.Dadang, Suastika G, Dewi R S. 2007. Hama dan Penyakit Tanaman Jarak Pagar (Jatropha curcas). Bogor: Surfactant and Bioenergy Reserch Center.Dunleavy, J.M. 1999. Soybean seed yield losses caused by powdery mildew. Crop Science 18:337-339.Fariya, E., I.. R. Sastrahidayat, S. Djauhari, A. Triwiratno, 2005. Pengendalian penyakit embun tepung (Oidium tingitanium Carter) pada tanaman jeruk manis menggunakan fungisida. Skripsi. Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian. Universitas Brawijaya Malang. Mudji, R. 2009. penyakit embun tepung microsphaera diffusa pada stadia generatif dua varietas kedelai.Balai Penelitian Tanaman Kacang dan Umbi, Malang.Munah, Mei. 2006. Uji efektifitas dosis filtrat daun nimba (Azadirachtan indica) dalam menghambat perkembangan embun tepung (Oidium tingitanium) pada tanaman jeruk siam (Citrus reticulata). Pustaka karya ilmiah Indonesia, Kementerian Riset dan Teknologi RepublikIndonesia. Diakses tanggal 25 Mei 2014.Prayogo, Y. dan S. Hardaningsih, 1993. Inokulasi jamur embun tepung (Erysiphe polygoni) pada berbagai umur kacang hijau varietas No. 129. Dalam. Sumardiyono, Y. B. (Penyunting). Risalah Kongres XII dan Seminar Ilmiah Nasional Perhimpunan Fitopatologi Indonesia, Yogyakarta. Hal. 581 586.Quebral, F.C. 1978. Powdery mildew and Cercospora leaf-spot of mungbean in the Philippines. In. The First International Mungbean Symposium August 16-19, 1977 at the University of the Philippines at Los Banos. p: 147-148Semangun H. 2000. Penyakit-Penyakit Tanaman Hortikultura di Indonesia. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Semangun, H. 2001. Penganta Ilmu Penyakit Tumbuhan. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.Sri Hardaningsih dan Yusmani, 2001. Identifikasi Jamur Antagonis untuk Pengendalian Jamur Tular Tanah pada Tanaman Kedelai. Laporan Teknik Tahun 2000. Balitkabi. Sri Hardaningsih, 2001. Jamur parasit Ampelomyces pada beberapa tanaman gulma (Laporan Hasil Pengamatan survey 2002)Triwiratno, A; O. Endarto, dan Yunimar, 2006.. Pengenalan dan pengendalian penyakit burik kusam dan hama kutu sisik pada jeruk, Prosiding Seminar Nasional Jeruk Tropika 2005, Batu, 29 Juli 2005, Puslitbanghorti : 54-74Yusnawan, 2002. Identifikasi Penyakit Layu pada Tanaman Kacang Hijau di Instalasi Penelitian Balitkabi Malang. Malakah disampaikan pada Seminar Nasional PEI dan PFI di UNSOED, Purwokerto 7 September 2002. 7 hlm.