paper bedah
TRANSCRIPT
Referat KKS Ilmu Bedah “Malformasi Anorektal” 2013
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 LATAR BELAKANG
Malformasi anorektal merupakan suatu spektrum dari anomali kongenital yang terdiri
dari anus imperforata dan kloaka persisten. Anus imperforata merupakan kelainan kongenital
tanpa anus atau dengan anus tidak sempurna, sedangkan kloaka persisten diakibatkan karena
pemisahan antara traktus urinarius, traktus genitalia dan traktus digestivus tidak terjadi.
Malformasi anorektal merupakan kerusakan berspektrum luas pada perkembangan bagian
terbawah dari saluran intestinal dan urogenital. Banyak anak-anak dengan malformasi ini
memiliki anus imperforata karena mereka tidak memiliki lubang dimana seharusnya anus
ada. Walaupun istilah ini menjelaskan penampilan luar dari anak, istilah ini lebih ditujukan
pada kompleksitas sebenarnya dari malformasi.
Ketika malformasi terjadi, otot dan saraf yang berhubungan dengan anus juga sering
mengalami malformasi dalam derajat yang sama. Tulang belakang dan saluran urogenital
juga dapat terlibat. Malformasi anorektal terjadi setiap 1 dari 5.000 kelahiran. Malformasi ini
lebih sering terjadi pada pria dan pria dua kali lebih banyak mengalami malformasi anorektal
letak tinggi atau intermediet. Empat puluh sampai tujuh puluh persen dari penderita
mengalami satu atau lebih defek tambahan dari sistem organ lainnya. Defek urologi adalah
anomali yang paling sering berkaitan dengan malformasi anorektal, diikuti defek pada
vertebra, ekstrimitas dan sistem kardiovaskular. Manajemen dari malfomasi anorektal pada
periode neonatal sangatlah krusial karena akan menentukan masa depan dari sang anak.
Keputusan yang paling penting adalah apakah pasien memerlukan kolostomi dan diversi urin
untuk mencegah sepsis dan asidosis metabolik. Dengan pemahaman yang lebih baik tentang
anatominya, diagnosis yang lebih cepat dari malformasi anorektal dan defek yang berkaitan
dan bertambahnya pengalaman dalam memanajemen, akan didapatkan hasil yang lebih baik.
Kerusakan yang paling sering terjadi pada pria adalah anus imperforata denga fistula
rektouretra, diikuti fistula rektoperineum kemudian fistula rektovesika atau bladder neck.
Pada wanita, yang tersering adalah defek rektovestibuler, kemudian fistula kutaneusperineal.
Yang ketiga yang tersering adalah persisten kloaka. Lesi ini adalah malformasi yang
1
Referat KKS Ilmu Bedah “Malformasi Anorektal” 2013
berspektrum luas dimana rektum, vagina, dan traktus urinarius bertemu dan bersatu
membentuk satu saluran. Pada pemeriksaan fisik, dapat dilihat satu lubang saja pada
perineum. Dan terletak dimana uretra biasanya ada. Pada keaadaan ini, genital eksternanya
hipoplastik.
Cara berpikir dan bertindak dalam menangani malformasi anorektal banyak berubah
sejak tahun 1980-an. Douglas Stephen dan Durham Smith (1965) (FD Stephen dan ED Smith
keduanya ahli bedah anak dari Melbourne, Australia) yang pertama menganjurkan
penanganan malformasi anorektal sesuai letak ujung atresia terhadap otot dasar panggul
(levator ani), sehingga timbul pembagian anomali tersebut menjadi supra levator, translevator
dan intermediet (konsensus international, Melbourne 1970).
Alberto Pena dan de Vries (1982) (A Pena, ahli bedah anak Mexico dan P de Vries,
ahli bedah anak Kansas, USA) memperkenalkan cara eksplorasi malformasi anorektal
melalui deseksi postern sagital mulai dari os coccygeus ke distal tanda anus melalui garis
tengah. Deseksi ini dapat memperlihatkan komponen otot dasar panggul dan jugs ketiga ikat
serabut sfingter ani eksterna yang diabaikan pada metode yang terdahulu. Cara operasi seperti
ini dikenal dengan nama postern sagital anorektoplastik. Suatu konsensus international
tentang malformasi anorektal ini diadakan di Wingspread (1984), sehingga timbul klasifikasi
Wingspread yang membedakan malformasi pada laki-laki dan wanita menjadi 2 golongan.
I.2 . Rumusan Masalah
1. Menjelaskan tentang pengertian Malformasi anorektal
2. Menjelaskan factor penyebab terjadinya Malformasi anorektal
3. menjelaskan tanda dan gejala terjadinya Malformasi anorektal
4. Menjelaskan cara penanganan atau penatalaksanaan Malformasi anorektal
I.3. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui dan memahami tentang Malformasi anorektal
2. Menambah pengetahuan tentang Malformasi anorektal
3. Dapat mengetahui mengenai pengertian, etiologi, factor penyebab, dan juga
penatalaksanaan Malformasi anorektal.
2
Referat KKS Ilmu Bedah “Malformasi Anorektal” 2013
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Definisi
Istilah atresia ani berasal dari bahasa Yunani yaitu “ a “ yang artinya tidak ada dan
trepsis yang berarti makanan dan nutrisi. Dalam istilah kedokteran, atresia ani adalah suatu
keadaan tidak adanya atau tertutupnya lubang yang normal.
Atresia ani atau anus imperforata atau malformasi anorektal adalah suatu kelainan
kongenital tanpa anus atau anus tidak sempurna, termasuk didalamnya agenesis ani, agenesis
rekti dan atresia rekti. Insiden 1:5000 kelahiran yang dapat muncul sebagai sindroma
VACTRERL (Vertebra, Anal, Cardial, Tracheoesofageal, Renal, Limb).
II.2 Anatomi dan Fisiologi Saluran Pencernaan
Gambar.1. Susunan Saluran Pencernaan
Susunan saluran pencernaan terdiri dari :
1. Mulut
Mulut atau oris adalah permulaan saluran pencernaan yang terdiri atas 2 bagian yaitu :
3
Referat KKS Ilmu Bedah “Malformasi Anorektal” 2013
a. Bagian luar yang sempit atau vestibula yaitu ruang di antara gusi, gigi, bibir
dan pipi.
b. Bagian rongga mulut bagian dalam, yaitu rongga mulut yang di batasi sisinya
oleh tulang maksilaris, palatum mandibularis, di sebelah belakang bersambung
dengan faring.
Selaput lendir mulut ditutupi epitelium yang berlapis-lapis, di bawahnya
terletak kelenjar-kelenjar halus yang mengeluarkan lendir. Selaput ini kaya akan
pembuluh darah dan juga memuat banyak ujung akhir saraf sensoris. Di sebelah luar
mulut ditutupi oleh kulit dan di sebelah dalam ditutupi oleh selaput lendir (mukosa).
Otot orbikularis oris menutupi bibir. Levator anguli oris mengangkat dan depresor
anguli oris menekan ujung mulut.
Palatum, terdiri atas 2 bagian yaitu :
a. Palatum durum (palatum keras) yang tersusun atas tajuk-tajuk palatum dan
sebelah depan tulang maksilaris dan lebih ke belakang terdiri dari 2 tulang
palatum.
b. Palatum yang dapat bergerak, terdiri mole (palatum lunak) terletak di belakang
yang merupakan lipatan menggantung atas jaringan fibrosa dan selaput lendir.
Gerakannya dikendalikan oleh ototnya sendiri, di sebelah kanan dan kiri dari tiang
fauses terdapat saluran lendir menembus ke tonsil.
2. Lidah
Lidah terdiri dari otot serat lintang dan dilapisi oleh selaput lendir, kerja otot lidah ini
dapat digerakkan ke seluruh arah.
Lidah dibagi atas tiga bagian :
- radiks lingua (pangkal lidah),
- dorsum lingua (punggung lidah), dan
- apeks lingua (ujung lidah).
Pada pangkal lidah yang belakang terdapat epiglotis yang berfungsi untuk menutup
jalan nafas pada waktu kita menelan makanan, supaya makanan jangan masuk ke jalan
4
Referat KKS Ilmu Bedah “Malformasi Anorektal” 2013
nafas. Punggung lidah (dorsum lingua) terdapat puting-puting pengecap atau ujung saraf
pengecap. Frenulum lingua merupakan selaput lendir yang terdapat pada bagian bawah
kira-kira di tengah, jika lidah digerakkan ke atas nampak selaput lendir. Flika sublingua
terdapat di sebelah kiri dan kanan frenulum lingua, di sini terdapat pula lipatan selaput
lendir. Pada pertengahan flika sublingua ini terdapat saluran dari grandula parotis,
submaksilaris, dan glandula sublingualis.
Fungsi lidah yaitu mengaduk makanan, membentuk suara, sebagai alat pengecap dan
menelan, serta merasakan makanan.
3. Faring
Faring merupakan organ yang menghubungkan rongga mulut dengan kerongkongan
(esofagus). Di dalam lengkung faring terdapat tonsil (amandel) yaitu kumpulan kelenjar
limfe yang banyak mengandung limfosit merupakan pertahanan terhadap infeksi. Di sini
terletak bersimpangan antara jalan nafas dan jalan makanan, letaknya di belakang rongga
mulut dan rongga hidung, di depan ruas tulang belakang, ke atas bagian depan
berhubungan dengan rongga hidung, dengan perantara lubang bernama koana. Keadaan
tekak berhubungan dengan rongga mulut dengan perantaraan lubang yang disebut ismus
fausium. Tekak terdiri dari bagian superior disebut nasofaring, pada nasofaring bermuara
tuba yang menghubungkan tekak dengan ruang gendang telinga. Bagian media disebut
orofaring, bagian ini berbatas ke depan sampai di akar lidah, sedangkan bagian inferior
disebut laringofaring yang menghubungkan orofaring dengan laring.
Menelan (deglutisio), jalan udara dan jalan makanan pada faring terjadi penyilangan.
Jalan udara masuk ke bagian depan terus ke leher bagian depan sedangkan jalan makanan
masuk ke belakang dari jalan napas dan di depan dari ruas tulang belakang. Makanan
melewati epiglotis lateral melaui ressus piriformis masuk ke esophagus tanpa
membahayakan jalan udara. Gerakan menelan mencegah masuknya makanan masuk ke
jalan udara, pada waktu yang sama jalan udara ditutup sementara.
4. Esofagus
Esophagus merupakan saluran yang menghubungkan tekak dengan lambung,
panjangnya ± 25 cm, mulai dari faring sampai pintu masuk kardiak di bawah lambung.
Lapisan dinding dari dalam keluar, lapisan selaput lendir (mukosa), lapisan submukosa,
lapisan otot melingkar sirkuler, dan lapisan otot memanjang longitudinal.
5
Referat KKS Ilmu Bedah “Malformasi Anorektal” 2013
Esophagus terletak di belakang trakea dan di depan tulang punggung. Setelah melalui
thorak menembus diafragma masuk ke dalam abdomen menyambung dengan lambung.
5. Hati
Hati atau hepar adalah organ yang paling besar di dalam tubuh kita, warnanya coklat
dan beratnya kira-kira 1 ½ kg. Letaknya di bagian atas dalam rongga abdomen di sebelah
kanan bawah diafragma. Hati terdiri atas 2 lapisan utama : permukaan atas berbentuk
cembung, terletak di bawah diafragma, dan permukaan bawah tidak rata dan
memperlihatkan lekukan fisura transverses. Hati mempunyai 2 jenis peredaran darah
yaitu arteri hepatika dan vena porta.
Arteri hepatika, keluar dari aorta dan member 1/5 darah pada hati, masuk ke hati akan
membeku jaringan kapiler setelah bertemu dengan kapiler vena, akhirnya keluar sebagai
vena hepatika. Vena porta yang terbentuk dari lienalis dan vena mesentrika superior
menghantarkan 4/5 darahnya ke hati.
Fungsi hati :
a. Mengubah zat makanan yang di absorpsi dari usus dan yang disimpan di suatu tempat dalam tubuh.
b. Mengubah zat buangan dan penawar racun untuk disekresi dalam empedu dan urine.
c. Menghasilkan enzim glikogenik glukosa menjadi glikogen.
d. Sekresi empedu, garam empedu dibuat di hati, dibentuk dalam sistem retikuloendotelium.
e. Menyiapkan lemak untuk pemecahan terakhir asam karbonat.
6. Lambung
Lambung atau gaster merupakan bagian dari saluran yang dapat mengembang paling
banyak terutama di daerah epigaster. Lambung terdiri dari bagian atas fundus uteri
berhubungan dengan esophagus melalui orifisium pilorik, terletak di bawah diafragma di
depan pankreas dan limpa, menempel di sebelah kiri fundus uteri.
Sekresi getah lambung mulai terjadi pada awal orang makan. Bila melihat makanan dan
mencium bau makanan maka sekresi lambung akan terangsang. Rasa makanan
merangsang sekresi lambung karena kerja saraf menimbulkan rangsang kimiawi yang
6
Referat KKS Ilmu Bedah “Malformasi Anorektal” 2013
menyebabkan dinding lambung melepaskan hormon yang disebut sekresi getah lambung.
Getah lambung di halangi oleh sistem saraf simpatis yang dapat terjadi pada waktu
gangguan emosi seperti marah dan rasa takut.
Fungsi lambung :
1. Menampung makanan, menghancurkan dan menghaluskan makanan oleh peristaltik
lambung dan getah lambung.
2. Getah cerna lambung yang dihasilkan :
a. Pepsin, fungsinya memecah putih telur menjadi asam amino (albumin dan
pepton).
b. Asam garam (HCL), fungsinya mengasamkan makanan, sebagai antiseptic dan
desinfektan, dan membuat suasana asam pada pepsinogen sehingga menjaddi
pepsin.
c. Renin, fungsinya sebagai ragi yang membekukan susu dan membentuk kasein dari
kasinogen (kasinogen dan protein susu).
d. Lapisan lambung jumlahnya sedikit memecah lemak menjadi asam lemak yang
merangsang sekresi getah lambung.
7. Pankreas
Panjangnya kira-kira 15 cm, lebar 5 cm mulai dari deudenum sampai ke limpa.
Bagian dari pankreas : kaput pankreas, terletak di sebelah kanan rongga abdomen dan di
dalam lekukan deudenum yang melingkarinya. Korpus pankreas, merupakan bagian
utama dari organ ini, letaknya dibelakang lambung dan di depan vertebra umbalis
pertama. Ekor pankreas, bagian runcing di sebelah kiri menyentuh limpa.
8. Usus halus
Usus halus atau intestinum minor adalah bagian dari sistem pencernaan makanan
yang berpangkal pada pylorus dan berakhir pada sekum panjangnya ± 6 m, merupakan
saluran paling panjang tempat proses pencernaan dan absorpsi hasil pencernaan yang
terdiri dari lapisan usus halus (lapisan mukosa (sebelah di dalam), lapisan otot melingkar
(M.sirkuler), lapisan otot memanjang (M. longitudinal), dan lapisan serosa (sebelah
luar)).Absorpsi makanan yang sudah dicerna seluruhnya berlangsung di dalam usus halus
7
Referat KKS Ilmu Bedah “Malformasi Anorektal” 2013
melalui 2 saluran yaitu pembuluh kapiler dalam darah dan seluruh limfe di sebelah dalam
permukaan vili usus. Sebuah vilus berisi lakteal, pembuluh darah epitelium dan jaringan
otot yang diikat bersama oleh jaringan limfoid seluruhnya diliputi membran dasar dan
ditutupi oleh epitelium. Karena vili keluar dari dinding usus maka bersentuhan dengan
makanan cair dan lemak yang diabsorpsi ke dalam lakteal kemudian berjalan melalui
pembuluh limfe masuk ke dalam pembuluh kapiler darah di vili dan oleh vena porta
dibawa ke hati untuk mengalami beberapa perubahan.
Fungsi usus halus :
a. Menerima zat-zat makanan yang sudah dicerna untuk diserap melalui kapiler-kapiler
darah dan saluran-saluran limfe.
b. Menyerap protein dalam bentuk asam amino.
c. Karbohidrat diserap dalam bentuk monosakarida.
9. Duodenum
Duodenum disebut juga usus 12 jari, panjangnya ± 25 cm, berbentuk sepatu kuda
melengkung ke kiri, pada lengkungan ini terdapat pankreas. Pada bagian kanan
duodenum ini terdapat selaput lendir, yang membukit disebut papilla vateri. Pada papilla
vateri ini bermuara saluran empedu (duktus koledokus) dan saluran pankreas (duktus
pankreatikus).
Empedu dibuat di hati untuk dikeluarkan ke duodenum melalui Duktus koledokus yang
fungsinya mengemulsikan lemak, dengan bantuan lipase. Pankreas juga menghasilkan
amilase yang berfungsi mencerna hidrat arang menjadi disakarida, dan tripsin yang
berfungsi mencerna protein menjadi asam amino atau albumin dan polipeptida.
Dinding duodenum mempunyai lapisan mukosa yang banyak mengandung kelenjar,
kelenjar ini disebut kelenjar-kelenjar Brunner, berfungsi untuk memproduksi getah
intestinum.
10. Jejunum dan ileum
Jejunum dan ileum mempunyai panjang sekitar 6 m. Dua perlima bagian atas adalah
jejunum dengan panjang ± 23 m, dan ileum dengan panjang 4-5 m. Lekukan jejunum dan
8
Referat KKS Ilmu Bedah “Malformasi Anorektal” 2013
ileum melekat pada dinding abdomen posterior dengan perantaraan lipatan peritoneum
yang berbentuk kipas dikenal sebagai mesenterium.
Sambungan antara jejunum dan ileum tidak mempunyai batas yang tegas. Ujung bawah
ileum berhubungan dengan sekum dengan perantaraan lubang yang bernama orifisium
ileosekalis. Orifisium ini diperkuat oleh sfingter ileosekalis dan pada bagian ini terdapat
katup valvula sekalis valvula baukhini yang berfungsi untuk mencegah cairan dalam
kolon asenden tidak masuk kembali ke ileum.
11.Usus besar
Usus besar atau intestinum mayor panjangnya ± 1 ½ m, lebarnya 5-6 cm. Lapisan-
lapisan usus besar dari dalam keluar : selaput lendir, lapisan otot melingkar, lapisan otot
memanjang, jaringan ikat. Fungsi usus besar adalah menyerap air dari makanan, tempat
tinggal bakteri.
12. Sekum
Dibawah sekum terdapat apendiks vermiformis yang berbentuk seperti cacing
sehingga disebut juga umbai cacing, panjangnya 6 cm. Seluruhnya ditutupi oleh
peritoneum mudah bergerak walaupun tidak mempunyai mesenterium dan dapat diraba
melalui dinding abdomen pada orang yang masih hidup.
13. Kolon asendens
Panjangnya 13 cm, terletak dibawah abdomen sebelah kanan, membujur ke atas dari
ileum ke bawah hati. Di bawah hati melengkung ke kiri, lengkungan ini disebut fleksura
hepatika, dilanjutkan sebagai kolon transversum.
14. Apendiks (usus buntu)
Bagian dari usus besar yang muncul seperti corong dari ujung sekum, mempunyai
pintu keluar yang sempit tetapi masih memungkinkan dapat dilewati oleh beberapa isi
usus. Apendiks tergantung menyilang pada linea terminalis masuk ke dalam rongga
pelvis minor, terletak horizontal dibelakang sekum. Sebagai suatu organ pertahanan
terhadap infeksi kadang apendiks bereaksi secara hebat dan hiperaktif yang bisa
menimbulkan perforasi dindingnya ke dalam rongga abdomen.
15.Kolon transversum
9
Referat KKS Ilmu Bedah “Malformasi Anorektal” 2013
Panjangnya ± 38 cm, membujur dari kolon desenden, berada dibawah abdomen,
sebelah kanan terdapat fleksura hepatika dan sebelah kiri terdapat fleksura lienalis.
16. Kolon desendens
Panjangnya ± 25 cm, terletak di bawah abdomen bagian kiri membujur dari atas ke
bawah dan fleksura lienalis sampai ke depan ileum kiri, bersambung dengan kolon
sigmoid.
17. Kolon sigmoid
Kolon sigmoid merupakan lanjutan dari kolon desendens, terletak miring dalam
rongga pelvis sebelah kiri, bentuknya menyerupai huruf S, ujung bawahnya berhubungan
dengan rektum.
18. Rektum
Rektum terletak dibawah kolon sigmoid yang menghubungkan intestinum mayor
dengan anus, terletak dalam rongga pelvis di depan os sacrum dan os koksigis. Organ ini
berfungsi untuk tempat penyimpanan feses sementara.
Gambar.2. Anatomi Rectum dan Anus
10
Referat KKS Ilmu Bedah “Malformasi Anorektal” 2013
19. Anus
Anus adalah bagian dari saluran pencernaan yang menghubungkan rektum dengan
dunia luar (udara luar). Kanalis analis berasal dari proktoderm yang merupakan
invaginasi ektoderm, sedangkan rektum berasal dari endoderm. Karena perbedaan asal
anus dan rektum ini maka perdarahan, persarafan, serta penyaliran vena dan limfanya
juga berbeda, demikian pula epitel yang menutupinya. Rektum dilapisi oleh mukosa
glanduler usus sedangkan kanalis analis oleh anoderm yang merupakan lanjutan epitel
berlapis gepeng kulit luar. Tidak ada yang disebut mukosa anus. Daerah batas rektum
dan kanalis analis ditandai dengan perubahan jenis, epitel.
Kanalis analis dan kulit luar di sekitarnya kaya akan persarafan sensoris somatik dan
peka terhadap rangsangan nyeri, sedangkan mukosa rektum mempunyai persarafan
autonom dan tidak peka terhadap nyeri. Nyeri bukanlah gejala awal pengidap karsinoma
rektum, sementara fisura anus nyeri sekali. Darah vena di atas garis anorektum mengalir
melalui sistem porta, sedangkan yang berasal dari anus dialirkan ke sistem kava melalui
cabang v.iliaka. Distri¬busi ini menjadi penting dalam upaya memahami cara
penyebaran keganasan dan infeksi serta terbentuknya hemoroid. Sistem limf dari rektum
mengalirkan isinya melalui pembuluh limfe sepanjang pembuluh hemoroidalis superior
ke arah kelenjar limf paraaorta melalui kelenjar limfe iliaka interna, sedangkan limfe
yang berasal dari kanalis analis mengalir ke arah kelenjar inguinal.
11
Gambar.3
Referat KKS Ilmu Bedah “Malformasi Anorektal” 2013
Kanalis analis berukuran panjang kurang lebih 3cm. Batas antara kanalis anus disebut garis
anorektum, garis mukokutan, linea pektinata atau linea dentata. Linea pectinea / linea dentata
yang terdiri dari sel-sel transisional. Dari linea ini kearah rectum ada kolumna rectalis
(Morgagni), dengan diantaranya terdapat sinus rectalis yang berakhir di kaudal sebagai
valvula rectalis. Didaerah ini terdapat kripta anus dan muara kelenjar anus antara kolumna
rektum. infeksi yang terjadi disini dapat menimbulkan abses anorektum yang dapat
menimbulkan fistel. Lekukan antar sfingter sirkuler dapat diraba didalam kanalis analis
sewaktu melakukan colok dubur dan menunjukkan batas antara sfingter interna dan sfingter
eksterna (garis Hilton). Cincin sfingter anus melingkari kanalis analis dan terdiri dari sfingter
intern dan sfingter ekstern. sisi posterior dan lateral cincin ini terbentuk dari fusi sfingter
intern, oto longitudinal, bagian tengah
dari otot levator (puborektalis), dan komponen m.sfingter eksternus.
Otot-otot yang berfungsi mengatur mekanisme kontinensia adalah :
1. Pubo-rektal merupakan bagian dari otot levator ani
2. Sfingter ani eksternus (otot lurik)
3. Sfingter ani internus (otot polos)
Muskulus yang menyangga adalah m. Puborectalis. Otot yang memegang peranan terpenting
dalam mengatur mekanisme kontinensia adalah otot-otot puborektal. Bila m.puborektal
tersebut terputus, dapat mengakibatkan terjadinya inkontinensia.
12
Gambar.4.
Referat KKS Ilmu Bedah “Malformasi Anorektal” 2013
Batas-batas kanalis ani, ke kranial berbatasan dengan rectum disebut ringanorektal, ke kaudal
dengan permukaan kulit disebut garis anorektal, ke lateral dengan fossa ischiorectalis, ke
posterior dengan os koksigeus, ke anterior pada laki-laki dengan sentral perineum, bulbus
urethra dan batas posterior diafragma urogenital (ligamentum triangulare) sedang pada wanita
korpus perineal, diafragma urogenitalis dan bagian paling bawah dari dinding vagina
posterior. Ring anorektal dibentuk oleh m.puborektalis yang merupakan bagian serabut m.
levator ani mengelilingi bagian bawah anus bersama m. spincter ani ekternus.
Pendarahan arteri. arteri hemoroidalis superior adalah kelanjutan langsung a.mesenterika
inferior. Arteri ini membagi diri menjadi dua cabang utama: kiri dan kanan. Cabang yang
kanan bercabang lagi. Letak ketiga cabang terakhir ini mungkin dapat menjelaskan letak
hemoroid dalam yang khas yaitu dua buah di setiap perempat sebelah kanan dan sebuah
diperempat lateral kiri. Arteri hemoroidalis medialis merupakan percabangan anterior a.iliaka
interna, sedangkan a.hemoroidalis inferior adalah cabang a.pudenda interna. Anastomosis
antara arkade pembuluh inferior dan superior merupakan sirkulasi kolateral yang mempunyai
makna penting pada tindak
bedah atau sumbatan aterosklerotik didaerah percabangan aorta dan a.iliaka. Anastomosis
tersebut ke pembuluh kolateral hemoroid inferior dapat menjamin perdarahan di kedua
ekstremitas bawah. Perdarahan di pleksus hemoroidalis merupakan kolateral luas dan kaya
sekali darah sehingga perdarahan dari hemoroid intern menghasilkan darah segar yang
berwarna merah dan bukan darah vena warna kebiruan.
13
Gambar.5.
Referat KKS Ilmu Bedah “Malformasi Anorektal” 2013
Pendarahan vena. Vena hemoroidalis superior berasal dari pleksus hemoroidalis internus
dan berjalan kearah kranial kedalam v.mesenterika inferior dan seterusnya melalui v.lienalis
ke vena porta. Vena ini tidak berkatup sehingga tekanan ronggga perut menentukan tekanan
di dalamnnya. Karsinoma rektum dapat menyebar sebagai embolus vena didalam hati,
sedangkan embolus septik dapat menyebabkan pileflebitis, v.hemoroidalis inferior
mengalirkan darah ke dalam v.pudenda interna dan v.hemoroidalis dapat menimbulkan
keluhan hemoroid.
Gambar.6. Vaskularisasi anorektal
Penyaliran limf. pembuluh limfe dari kanalis membentuk pleksus halus yang menyalirkan
isinya menuju ke kelenjar limfe inguinal, selanjutnya dari sini cairan limfe terus mengalir
sampai ke kelenjar limfe iliaka. Infeksi dan tumor ganas di daerah anus dapat mengakibatkan
limfadenopati inguinal. Pembuluh limfe dari rektum di atas garis anorektum berjalan seiring
dengan v.hemoroidalis superior dan melanjut ke kelenjar limf mesenterika inferior dan aorta.
Operasi radikal untuk eradikasi karsinoma rektum dan anus didasarkan pada anatomi saluran
limf ini.
14
Referat KKS Ilmu Bedah “Malformasi Anorektal” 2013
Inervasi. kanalis ani diatur oleh saraf somatik sehingga sangat sensitif terhadap rasa sakit,
sedang rektum oleh saraf viseral sehingga kurang sensitif terhadap rasa sakit. Rektum
diinervasi oleh saraf simpatis dari pleksus mesenterika inferior dan n.presakralis
(hipogastrica) yang berasal dari L2,3,4 dan saraf parasimpatis dari S2,3,4.
Kontinensia anus bergantung pada konsistensi feses, tekanan didalam anus, tekanan didalam
rektum, dan sudut anorektal. Makin encer feses, makin sukar untuk menahannya didalam
usus. Tekanan pada suasana istirahat didalam anus berkisar antara 25-100mmHg dan didalam
rektum antara 5-20mmHg. Jika sudut antara rektum dan anus lebih dari 80 derajat, feses
sukar dipertahankan.
Defekasi. Pada suasana normal, rektum kosong. Pemindahan feses dari kolon sigmoid
kedalam rektum kadang-kadang dicetuskan oleh makan, terutama pada bayi. Bola isi sigmoid
masuk kedalam rektum, dirasakan oleh rektum dan menimbulkan keinginan untuk defekasi.
Rektum mempunyai kemauan khas untuk mengenai dan memisahkan bahan padat, cair dan
gas. Sikap badan sewaktu defekasi yaitu sikap duduk atau jongkok, memegang peranan yang
berarti. Defekasi terjadi akibat refleks peristalsis rektum, dibantu oleh mengedan dan
relaksasi sfingter anus eksternal. Syarat untuk defekasi normal ialah persarafan sfingter anus
untuk kontraksi dan relaksasi yang utuh, peristalsis kolon dan rektum tidak terganggu, dan
struktur anatomi organ panggul yang utuh. Keinginan berdefekasi muncul pertama kali saat
tekanan rectum mencapai 18 mmHg dan apabila mencapai 55 mmHg, maka sfingter ani
internus dan eksternus melemas dan isi feses terdorong keluar. Satu dari refleks defekasi
adalah refleks intrinsic (diperantarai sistem saraf enteric dalam dinding rectum. Ketika feses
masuk rectum, distensi dinding rectum menimbulkan sinyal aferen menyebar melalui pleksus
mienterikus untuk menimbulkan gelombang peristaltic dalam kolon descendens, sigmoid,
rectum, mendorong feses ke arah anus. Ketika gelombang peristaltic mendekati anus, sfingter
ani interni direlaksasi oleh sinyal penghambat dari pleksus mienterikus dan sfingter ani
eksterni dalam keadaan sadar berelaksasi secara volunter sehingga terjadi defekasi. Jadi
sfingter melemas sewaktu rectum teregang Sebelum tekanan yang melemaskan sfingter ani
eksternus tercapai, defekasi volunteer dapat dicapai dengan secara volunter melemaskan
sfingter eksternus dan mengontraksikan otot-otot abdomen (mengejan). Dengan demikian
defekasi merupakan suatu reflex spinal yang dengan sadar dapat dihambat dengan menjaga
agar sfingter eksternus tetap berkontraksi atau melemaskan sfingter dan megontraksikan otot
abdomen.
15
Referat KKS Ilmu Bedah “Malformasi Anorektal” 2013
II.3 Etiologi
Etiologi secara pasti dari atresia ani belum diketahui, namun ada sumber mengatakan
bahwa kelainan bawaan anus disebabkan oleh gangguan pertumbuhan, fusi, dan pembentukan
anus dari tonjolan embriogenik.
Menurut penelitian beberapa ahli, diduga faktor genetik berpengaruh terhadap
terjadinya atresia ani, namun masih jarang terjadi bahwa gen autosomal resesif yang menjadi
penyebab atresia ani. Orang tua yang mempunyai gen carrier penyakit ini mempunyai
peluang sekitar 25% untuk diturunkan pada anaknya saat kehamilan. 30% anak yang
mempunyai sindrom genetik, kelainan kromosom, atau kelainan kongenital lain juga berisiko
untuk menderita atresia ani, contohnya adalah penderita Down Syndrome.
Atresia dapat disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain:
1. Putusnya saluran pencernaan dari atas dengan daerah dubur sehingga bayi lahir tanpa
lubang dubur.
2. Kegagalan pertumbuhan saat bayi dalam kandungan berusia 12 minggu/3 bulan.
3. Adanya gangguan atau berhentinya perkembangan embriologik didaerah usus, rektum
bagian distal, serta traktus urogenitalis, yang terjadi antara minggu keempat sampai
keenam usia kehamilan.
Sebanyak 60% pasien dengan atresia ani dapat disertai dengan beberapa kelainan
kongenital saat lahir yang disebut dengan Sindroma VACTERL (Vertebrae, Anal, Cardial,
Tracheoesophageal, Renal, Limb).
Kelainan yang ada, yaitu:
1. Kelainan pada sistem kardiovaskular
- Atrial Septal Defect
- Patent Ductus Arteriosus
- Tetralogy of Fallot
- Ventricular Septal Defect
2. Kelainan sistem pencernaan
- Obstruksi duodenal
- Kelainan tracheoesophageal
16
Referat KKS Ilmu Bedah “Malformasi Anorektal” 2013
Kelainan yang sering terjadi adalah atresia esofagus.
3. Kelainan sistem perkemihan
Kelainan ini merupakan kelainan yang paling sering terjadi, dan terdapat pada 50%
pasien dengan atresia ani. Refluk vesikoureter dan hidronefrosis merupakan kondisi yang
paling sering terjadi, namun juga dapat terjadi renal agenesis, horseshoe, dan dysplastic.
Semakin tinggi letak anomali yang ada, maka semakin besar frekuensi terjadinya
abnormalitas urologi.
4. Kelainan tulang belakang
- Hemivertebrae
- Skoliosis
- Syringomyelia
- Spinal lipoma
- Myelomeningocele
Tidak adanya dua atau lebih vertebrae berhubungan dengan prognosis yang buruk
terhadap kontinensia dari usus dan vesica urinaria.
Penyebab sebenarnya dari atresia ani ini belum di ketahui pasti, namun ada sumber
yang mengatakan bahwa kelainan bawaan anus di sebabkan oleh :
1. Karena kegagalan pembentukan septum urorektal secara komplit karena gangguan
pertumbuhan, fusi, atau pembentukan anus dari tonjolan embrionik.
2. Putusnya saluran pencernaan dari atas dengan dubur, sehingga bayi lahir tanpa lubang
anus.
3. Gangguan organogenesis dalam kandungan penyebab atresia ani, karena ada
kegagalan pertumbuhan saat bayi dalam kandungan berusia 12 minggu atau 3 bulan.
4. Kelainan bawaan, anus umumnya tidak ada kelainan rektum, sfingter, dan otot dasar
panggul. Namum demikian pada agenesis anus, sfingter internal mungkin tidak
memadai. Menurut penelitian beberapa ahli masih jarang terjadi bahwa gen autosomal
17
Referat KKS Ilmu Bedah “Malformasi Anorektal” 2013
resesif yang menjadi penyebab atresia ani. Orang tua tidak diketahui apakah
mempunyai gen carier penyakit ini. Janin yang diturunkan dari kedua orang tua yang
menjadi carier saat kehamilan mempunyai peluang sekitar 25 % - 30 % dari bayi yang
mempunyai sindrom genetik, abnormalitas kromosom, atau kelainan kongenital lain
juga beresiko untuk menderita atresia ani.
Malformasi anorektal memiliki etiologi yang multifaktorial. Salah satunya adalah
komponen genetik. Pada tahun 1950an, didapatkan bahwa risiko malformasi meningkat pada
bayi yang memiliki saudara dengan kelainan malformasi anorektal yakni 1 dalam 100
kelahiran, dibandingkan dengan populasi umum sekitar 1 dalam 5000 kelahiran. Penelitian
juga menunjukkan adanya hubungan antara malformasi anorektal dengan pasien dengan
trisomi 21 (Down's syndrome). Kedua hal tersebut menunjukkan bahwa mutasi dari
bermacam-macam gen yang berbeda dapat menyebabkan malformasi anorektal atau dengan
kata lain etiologi malformasi anorektal bersifat multigenik.
Faktor Predisposisi
Atresia ani dapat terjadi disertai dengan beberapa kelainan kongenital saat lahir, seperti :
1. Kelainan sistem pencernaan terjadi kegagalan perkembangan anomali pada
gastrointestinal.
2. Kelainan sistem perkemihan terjadi kegagalan pada genitourinari.
II.4 Epidemiologi
Angka kejadian rata-rata malformasi anorektal di seluruh dunia adalah 1 dalam 5000
kelahiran. Secara umum, malformasi anorektal lebih banyak ditemukan pada laki-laki
daripada perempuan. Fistula rektouretra merupakan kelainan yang paling banyak ditemui
pada bayi lakilaki, diikuti oleh fistula perineal. Sedangkan pada bayi perempuan, jenis
malformasi anorektal yang paling banyak ditemui adalah anus imperforata diikuti fistula
rektovestibular dan fistula perineal. Hasil penelitian Boocock dan Donna di Manchester
menunjukkan bahwa malformasi anorektal letak rendah lebih banyak ditemukan
dibandingkan malformasi anorektal letak tinggi.
II.5 Embriologi
Secara embriologis, saluran pencernaan berasal dari Foregut, Midgut dan Hindgut.
Foregut akan membentuk faring, sistem pernapasan bagian bawah, esofagus, lambung
18
Referat KKS Ilmu Bedah “Malformasi Anorektal” 2013
sebagian duodenum, hati dan sistem bilier serta pankreas. Midgut membentuk usus halus,
sebagian duodenum, sekum, appendik, kolon ascenden sampai pertengahan kolon
transversum. Hindgut meluas dari midgut hingga ke membran kloaka, membran ini tersusun
dari endoderm kloaka, dan ektoderm dari protoderm / analpit .
Gambar.7. Pembentukan Anorektal pada masa embriologi
Hindgut membentuk sepertiga distal dan kolon tranversum , kolon desenden, sigmoid,
rektum, bagian atas kanalis ani. Endoderm hindgut ini juga membentuk lapisan dalam
kandung kemih dan uretra. Bagian akhir hindgut bermuara ke dalam kloaka, suatu rongga
yang dilapisi endoderm yang berhubungan langsung dengan ektoderm permukaan. Daerah
pertemuan antara endoderm dan ektoderm membentuk membrana kloaka.
19
Referat KKS Ilmu Bedah “Malformasi Anorektal” 2013
Pada perkembangan selanjutnya, timbul suatu rigi melintang, yaitu septum urorektal,
pada sudut antara allantois dan usus belakang. Sekat ini tumbuh ke arah kaudal, karena itu
membagi kloaka menjadi bagian depan, yaitu sinus urogenitalis primitif, dan bagian
posterior, yaitu kanalis anorektalis. Ketika mudigah berumur 7 minggu, septum urorektal
mencapai membran kloaka, dan di daerah ini terbentuklah korpus perinealis. Membran
kloakalis kemudian terbagi menjadi membrana analis di belakang, dan membran urogenitalis
di depan.
Sementara itu, membrana analis dikelilingi oleh tonjolan-tonjolan mesenkim, dan
pada minggu ke-8 selaput ini terletak di dasar cekungan ektoderm, yang dikenal sebagai celah
anus atau proktoderm. Pada minggu ke-9 membran analis koyak, dan terbukalah jalan antara
rektum dengan dunia luar. Bagian atas kanalis analis berasal dari endoderm dan diperdarahi
oleh pembuluh nadi hindgut, yaitu arteri mesenterika inferior. Akan, tetapi sepertiga bagian
bawah kanalis analis berasal dari ektoderm dan diperdarahi oleh aa. Rektales, yang
merupakan cabang dari arteri pudenda interna. Tempat persambungan antara bagian
endoderm dan ektoderm dibentuk oleh linea pektinata, yang terdapat tepat di bawah kolumna
analis. Pada garis ini, epitel berubah dari epitel torak menjadi epitel berlapis gepeng.
Usus terbentuk mulai minggu keempat disebut sebagai primitif gut. Kegagalan
perkembangan yang lengkap dari septum urorektalis menghasilkan anomali letak tinggi atau
supra levator. Sedangkan anomali letak rendah atau infra levator berasal dari defek
20
2.1
Referat KKS Ilmu Bedah “Malformasi Anorektal” 2013
perkembangan proktoderm dan lipatan genital. Pada anomali letak tinggi, otot levator ani
perkembangannya tidak normal. Sedangkan otot sfingter eksternus dan internus dapat tidak
ada atau rudimenter. Tahap-tahap pertumbuhan terjadi pada formasi anatomi normal dari
bagian bawah yaitu anus, rektum dan saluran urogenital. Pada minggu ke-4 pertumbuhan
terdapat kloaka dan struktur yang disebut membran kloaka. Kloaka adalah struktur normal
pada burung dan ada pada manusia untuk waktu yang singkat pada tahap pertumbuhan.
Sebelum manusia lahir, kloaka adalah struktur dimana kolon, saluran urin, dan genital
bermuara kemudian keluar dari tubuh melalui satu lubang. Manusia melalui suatu tahap
pertumbuhan dimana kloaka merupakan struktur yang normal, kemudian tumbuh lubang
yang terpisah untuk rektum dan traktus urin dan pada wanita juga terbentuk vagina.
Perkembangan normal ini juga terjadi pada perkembangan struktur yang disebut membran
kloaka. Jika membran ini tidak berkembang normal, kloaka mungkin masih terdapat setelah
kelahiran pada wanita atau pada pria akan berkembang bentuk dari anus imperforata.
Figure 14.36 Cloacal region in embryos at successive stages of development. A. The hindgut
enters the posterior portion of the cloaca, the future anorectal canal; the allantois enters the
anterior portion, the future urogenital sinus. The urorectal septum is formed by merging of
the mesoderm covering the allantois and the yolk sac (Fig. 14.1D). The cloacal membrane,
which forms the ventral boundary of the cloaca, is composed of ectoderm and endoderm. B.
As caudal folding of the embryo continues, the urorectal septum moves closer to the cloacal
membrane, although it never contacts this structure. C. Lengthening of the genital tubercle
pulls the urogenital portion of the cloaca anteriorly; breakdown of the cloacal membrane
creates an opening for the hindgut and one for the urogenital sinus. The tip of the urorectal
septum forms the perineal body)
21
Gambar.8.
Referat KKS Ilmu Bedah “Malformasi Anorektal” 2013
II.6 Patofisiologi
Malformasi anorektal terjadi akibat kegagalan penurunan septum anorektal pada
kehidupan embrional. Manifestasi klinis diakibatkan adanya obstruksi dan adanya fistula.
Obstruksi ini mengakibatkan distensi abdomen, sekuestrasi cairan, muntah dengan segala
akibatnya. Apabila urin mengalir melalui fistel menuju rektum, maka urin akan diabsorbsi
sehingga terjadi asidosis hiperchloremia, sebaliknya feses mengalir kearah traktus urinarius
menyebabkan infeksi berulang. Pada keadaan ini biasanya akan terbentuk fistula antara
rektum dengan organ sekitarnya. Pada wanita 90% dengan fistula ke vagina (rektovagina)
atau perineum (rektovestibuler). Pada laki2 biasanya letak tinggi , umumnya fistula menuju
ke vesika urinaria atau ke prostate. (rektovesika). pada letak rendah fistula menuju ke urethra
(rektourethralis). Atresia anorektal terjadi karena ketidaksempurnaan dalam proses
pemisahan. Secara embriologis hindgut dari apparatus genitourinarius yang terletak di
depannya atau mekanisme pemisahan struktur yang melakukan penetrasi sampai perineum.
Pada atresia letak tinggi atau supra levator, septum urorektal turun secara tidak
sempurna atau berhenti pada suatu tempat jalan penurunannya Urorektal dan rektovaginal
bisa terjadi karena septum urorektal turun ke bagian kaudal tidak cukup jauh, sehingga
lubang paling akhir dari hindgut berbelak ke anterior sehingga lubang akhir hindgut menuju
ke uretra atau ke vagina. Atresia rektoanalmungkin dapat meninggalkan jaringan fibrous atau
hilangnya segmen dari rektum dan anus, defek ini mungkin terjadi karena adanya cedera
vaskular pada regio ini sama dengan yang menyebabkan atresi pada bagian lain dari usus.
Anus imperforata terjadi ketika membran anal gagal untuk hancur.
22
Referat KKS Ilmu Bedah “Malformasi Anorektal” 2013
II.7 Klasifikasi
Klasifikasi yang paling sering digunakan untuk malformasi anorektal adalah
klasifikasi Wingspread yang membagi malformasi anorektal menjadi letak tinggi, intermedia
dan letak rendah. Akan tetapi, untuk tujuan terapi dan prognosis digunakan klasifikasi yang
dibuat berdasarkan jenis.
Secara umum Anomali Anorctal dapat dibedakan menjadi:
1. Tanpa Fistula
2. Dengan Fistula
Macam-macam Fistula:
1. Fistula Recto Vesical = hubungan punctum dengan buli-buli
2. Fistula Recto Urethral = hubungan punctum dengan urethra
3. Fistula Recto Perineal = hubungan punctum dengan perineum
4. Stenose Ani = beberapa fistula ke dimple anal
5. Fistula Recto Scrotal (♂) = hubungan punctum dengan Scrotum
6. Fistula Recto Vaginal (♀) = hubungan punctum dengan vagina
7. Fistula Recto vertibularis (♀) = hungan punctum dengan vertibulum
Secara tradisional, klasifikasi atresia ani dibagi menjadi dua berdasarkan letak
terminasi rektum terhadap dasar pelvis, yaitu:
1. Anomali letak rendah
Rektum menembus muskulus levator ani sehingga jarak antara kulit dan ujung rektum
paling jauh 1 cm. Anomali ini dapat berupa stenosis anus yang hanya membutuhkan dilatasi
23
Figure 14.37 Urorectal (A) and rectovaginal (B) fistulas that result from incomplete separation of the hindgut from the urogenital sinus by the urorectal septum. These defects may also arise if the cloaca is too small, which causes the opening of the hindgut to shift anteriorly. C. Rectoperineal (rectoanal atresia). These defects probably result from vascular accidents involving the caudal region of the hindgut, resulting in atresias and fistulas. D. Imperforate anus resulting from failure of the
anal membrane to break down.
Gambar.9.
Referat KKS Ilmu Bedah “Malformasi Anorektal” 2013
membran atau merupakan membran anus tipis yang mudah dibuka segera setelah anak lahir.
Baik pada laki-laki maupun perempuan, anomali letak rendah berhubungan dengan perineal
fistula. Pada laki-laki, fistula berhubungan dengan midline raphe dari skrotum atau penis.
Pada perempuan, fistula dapat berakhir pada vestibulum vagina (fistula rektovestibular),
karena rektum lebih ke depan mendekati vestibulum. Terdapat sfingter internal dan eksternal
yang berkembang baik dengan fungsi normal dan tidak terdapat hubungan dengan saluran
genitourinarius.
2. Anomali letak tinggi (supralevator)
Pada anomali letak tinggi, ujung rektum tidak mencapai tingkat muskulus levator ani
dengan jarak antara ujung buntu rektum sampai kulit perineum lebih dari 1 cm. Hal ini
biasanya berhubungan dengan fistel genitourinarius – rektovesikal (pria) atau rektovagina
(perempuan). Pada perempuan, anomali letak tinggi sering berhubungan dengan kloaka
persisten. Jika fistula yang terbentuk adekuat, maka secara klinis tidak terdapat tanda-tanda
obstruksi. Sedangkan bila tidak adekuat, maka terdapat tanda-tanda obstruksi yang lebih
nyata.
Sumber lain menyebutkan, bahwa klasifikasi dari atresia ani dibagi menjadi 3 berdasarkan
letak anatominya.
Melbourne membagi atresia ani berdasarkan garis pubococcygeus dan garis yang melewati
ischii:
1. Letak tinggi, rektum berakhir diatas muskulus levator ani (muskulus pubococcygeus).
2. Letak intermediet, akhiran rektum terletak di muskulus levator ani tetapi tidak
menembusnya. Lesung anal dan sfingter eksternal berada pada posisi yang normal.
3. Letak rendah, akhiran rektum berakhir di bawah muskulus levator ani.
Menurut Ladd dan Gross (1966) anus imperforata dalam 4 golongan, yaitu:
1. Stenosis rektum yang lebih rendah atau pada anus.
2. Membran anus yang menetap.
3. Anus imperforata dan ujung rektum yang buntu terletak pada bermacam-macam jarak
dari peritoneum.
24
Referat KKS Ilmu Bedah “Malformasi Anorektal” 2013
4. Lubang anus yang terpisah dengan ujung rectum.
Gambar.10. Klasifikasi Malformasi anorektal, normal, lesi rendah dan lesi tinggi
Modifikasi Klasifikasi (Wingspread 1984).
25
Tabel.2.2
Referat KKS Ilmu Bedah “Malformasi Anorektal” 2013
Berdasarkan klasifikasi Wingspread, atresia ani dikelompokkan menurut jenis kelamin.
1. Laki – laki, dibagi menjadi 2 golongan, yaitu golongan I dan golongan II.
Pada laki – laki golongan I dibagi menjadi 4 kelainan yaitu kelainan fistula urin,
atresia rektum, perineum datar, dan fistula tidak ada. Jika ada fistula urin, tampak mekonium
keluar dari orifisium eksternum uretra, mungkin terdapat fistula ke uretra maupun ke vesika
urinaria. Cara praktis menentukan letak fistula adalah dengan memasang kateter urin. Bila
kateter terpasang dan urin jernih, berarti fistula terletak uretra karena fistula tertutup kateter.
Bila dengan kateter urin mengandung mekonium maka fistula ke vesika urinaria. Bila
evakuasi feses tidak lancar, penderita memerlukan kolostomi segera. Jika fistula tidak ada
dan udara > 1 cm dari kulit pada invertogram, maka perlu segera dilakukan kolostomi.
Golongan II pada laki – laki dibagi 4 kelainan yaitu kelainan fistula perineum, membran anal,
stenosis anus, dan fistula tidak ada. Fistula perineum sama dengan pada wanita; lubangnya
terdapat pada anterior dari letak anus normal. Pada membran anal biasanya tampak bayangan
mekonium di bawah selaput. Bila evakuasi feses tidak ada sebaiknya dilakukan terapi
definitif secepat mungkin. Pada stenosis anus, sama dengan perempuan, tindakan definitif
harus dilakukan. Bila tidak ada fistula dan udara < 1 cm dari kulit pada invertogram, perlu
juga segera dilakukan pertolongan bedah.
2. Perempuan, dibagi menjadi 2 golongan, yaitu golongan I dan golongan II.
Pada perempuan golongan I dibagi menjadi 5 kelainan, yaitu kelainan kloaka, fistula
vagina, fistula rektovestibular, atresia rektum, dan fistula tidak ada. Pada fistula vagina,
26
Referat KKS Ilmu Bedah “Malformasi Anorektal” 2013
mekonium tampak keluar dari vagina. Evakuasi feses menjadi tidak lancar sehingga
sebaiknya dilakukan kolostomi. Pada fistula vestibulum, muara fistula terdapat di vulva.
Umumnya evakuasi feses lancar selama penderita hanya minum susu. Evakuasi mulai
terhambat saat penderita mulai makan makanan padat. Kolostomi dapat direncanakan bila
penderita dalam keadaan optimal. Bila terdapat kloaka maka tidak ada pemisahan antara
traktus urinarius, traktus genetalis, dan saluran cerna. Evakuasi feses umumnya tidak
sempurna sehingga perlu cepat dilakukan kolostomi. Pada atresia rektum, anus tampak
normal tetapi pada pemerikasaan colok dubur, jari tidak dapat masuk lebih dari 1-2 cm. Tidak
ada evakuasi mekonium sehingga perlu segera dilakukan kolostomi. Bila tidak ada fistula,
dibuat invertogram. Jika udara > 1 cm dari kulit perlu segera dilakukan kolostomi.
Sedangkan golongan II pada perempuan dibagi 3 kelainan, yaitu kelainan fistula perineum,
stenosis anus, dan fistula tidak ada. Lubang fistula perineum biasanya terdapat diantara vulva
dan tempat letak anus normal, tetapi tanda timah anus yang buntu menimbulkan obstipasi.
Pada stenosis anus, lubang anus terletak di tempat yang seharusnya, tetapi sangat sempit.
Evakuasi feses tidak lancar sehingga biasanya harus segera dilakukan terapi definitif. Bila
tidak ada fistula dan pada invertogram udara < 1 cm dari kulit, dapat segera dilakukan
pembedahan definitif. Dalam hal ini evakuasi tidak ada, sehingga perlu dilakukan kolostomi.
Alberto Pena
Alberto Pena membagi klasifikasi atresia ani berdasarkan lokasi dari permulaan fistula.
Tabel.2.2. Klasifikasi Atresia Ani Menurut Alberto Pena
Males Females
Perineal fistula Perineal fistula
Rectourethral fistula
Bulbar (the lowest portion of the posterior
urethra)
Prostatic the upper portion of the posterior
urethra
Vestibular fistula
Rectovesical fistula (bladder neck) Persistent cloaca
< 3cm common channel
> 3cm common channel
27
Referat KKS Ilmu Bedah “Malformasi Anorektal” 2013
Imperforate anus without fistula Imperforate anus without fistula
Rectal atresia Rectal atresia
Complex defects Complex defects
Laki-laki
1. Fistula perineal
Fistula perineal adalah kelainan yang paling sederhana yang dapat terjadi baik pada
pria maupun wanita. Pasien memiliki lubang kecil yang terletak pada perineum anterior ke
pusat sfingter eksternal, dekat dengan skrotum pada pria atau vulva pada wanita. Pasien ini
biasanya memiliki sakrum yang baik, alur garis tengah, dan lesung anal. Frekuensi kerusakan
organ lain terkait yang mempengaruhi sekitar 10%. Diagnosis ditetapkan oleh inspeksi
perineum sederhana, tetapi sering kali diagnosis ini terlewatkan karena pemeriksaan neonatal
yang kurang memadai. Keterlambatan diagnosis mungkin memiliki dampak signifikan yaitu
obstipasi.
2. Fistula rektouretral
Dalam fistula rektouretral, rektum berkomunikasi dengan bagian bawah uretra (uretra
bulbar) atau bagian atas dari uretra (uretra prostat). Mekanisme sfingter pada umumnya baik,
tetapi pada sebagian pasien memiliki otot-otot perineal dan perineum datar. Sakrum juga
memiliki derajat perkembangan yang berbeda, terutama dalam kasus fistula rektouretral
prostat. Sebagian besar pasien memiliki sakrum yang kurang berkembang, perineum yang
datar, skrotum terpecah menjadi dua belah, dan letak lesung anal sangat dekat dengan
skrotum.
3. Fistula rektovesikal (bladder neck)
Pada pasien yang memiliki fistula rektovesikal, rektum berkomunikasi dengan saluran
kemih pada tingkat leher kandung kemih. Mekanisme sfingter pada umumnya kurang
berkembang. Sakrum kurang berkembang dan perineum terlihat datar. Kelainan ini terjadi
pada 10% dari jumlah pasien laki-laki. Prognosis biasanya tidak baik.
4. Anus imperforata tanpa fistula
Kelainan ini memiliki karakteristik yang sama pada kedua jenis kelamin. Anus yang
tertutup biasanya ditemukan 2 cm diatas kulit perineum. Sakrum dan mekanisme sfingter
28
Referat KKS Ilmu Bedah “Malformasi Anorektal” 2013
pada umumnya berkembang dengan baik. Prognosis pada umumnya juga baik. Kelainan ini
sering dikaitkan dengan sindrom down.
5. Atresia rektum
Kelainan ini merupakan kelainan yang jarang terjadi, yaitu hanya 1% dari anomali
anorektal. Karakteristik pada kedua jenis kelamin sama. Gambaran yang unik dari kelainan
ini yaitu bahwa pasien memiliki lubang anus yang normal dan anus yang normal. Sebuah
halangan terdapat sekitar 2 cm diatas permukaan kulit. Prognosis fungsionalnya sangat baik
karena memiliki sfingter yang normal dan sensasi yang normal.
Perempuan
1. Fistula vestibular
Kelainan ini merupakan kelainan yang sering pada wanita. Rektum terbuka di depan
alat kelamin wanita diluar selaput dara. Pasien sering disalah artikan sebagai fistula
rektovaginal. Prognosis fungsionalnya baik, sakrum biasanya normal, alur garis tengah
perineum, dan lesung anal yang semuanya menunjukkan mekanisme sfingter masih utuh.
2. Kloaka persisten
Dalam kasus kloaka persisten, rektum, vagina, dan saluran kemih bertemu dalam satu
saluran tunggal. Perineum memperlihatkan suatu lubang tunggal tepat di belakang klitoris.
Panjang saluran ini bervariasi antara 1-10 cm, panjang dari saluran ini menunjukkan suatu
prognosis. Pasien dengan saluran dengan panjang < 3 cm pada umumnya sakrum dan sfingter
berkembang dengan baik. Pasien dengan panjang saluran > 3 cm sering kali menunjukkan
kelainan yang lebih kompleks dengan sakrum dan sfingter yang kurang berkembang dengan
baik. Pasien dengan kloaka persisten merupakan suatu kedaruratan urologi karena 90%
memiliki kelainan urologi. Sebelum dilakukan kolostomi, diagnosis urologi harus segera
ditegakkan untuk dekompresi saluran kemih.
II.8. Manifestasi Klinis
Gejala yang menunjukan terjadinya malformasi anorektal terjadi dalam waktu 24-48 jam.
Gejala itu dapat berupa :
1. Perut kembung
2. Muntah
29
Referat KKS Ilmu Bedah “Malformasi Anorektal” 2013
3. Tidak bisa buang air besar
4. Pada pemeriksaan radiologis dengan posisi tegak serta terbalik dapat dilihat sampai dimana
terdapat penyumbatan.
Malformasi anorektal sangat bervariasi, mulai dari anus imperforata letak rendah
dimana rectum berada pada lokasi yang normal tapi terlalu sempit sehingga feses bayi tidak
dapat melaluinya, malformasi anorektal intermedia dimana ujung dari rektum dekat ke uretra
dan malformasi anorektal letak tinggi dimana anus sama sekali tidak ada. Sebagian besar bayi
dengan anus imperforata memiliki satu atau lebih abnormalitas yang mengenai sistem lain.
Insidennya berkisar antara 50% - 60%. Makin tinggi letak abnormalitas berhubungan dengan
malformasi yang lebih sering. Kebanyakan dari kelainan itu ditemukan secara kebetulan,
akan tetapi beberapa diantaranya dapat mengancam nyawa seperti kelainan kardiovaskuler.
Beberapa jenis kelainan yang sering ditemukan bersamaan dengan malformasi anorektal
adalah :
1. Kelainan kardiovaskuler
Ditemukan pada sepertiga pasien dengan anus imperforata. Jenis kelainan yang paling banyak
ditemui adalah atrial septal defect dan paten ductus arteriosus, diikuti oleh tetralogi of fallot
dan vebtrikular septal defect.
2. Kelainan gastrointestinal
Kelainan yang ditemui berupa kelainan trakeoesofageal (10%), obstruksi duodenum (1%-
2%)
3. Kelainan tulang belakang dan medulla spinalis
Kelainan tulang belakang yang sering ditemukan adalah kelainan lumbosakral seperti
hemivertebrae, skoliosis, butterfly vertebrae, dan hemisacrum. Sedangkan kelainan spinal
yang sering ditemukan adalah myelomeningocele, meningocele, dan teratoma intraspinal.
4. Kelainan traktus genitourinarius
Kelainan traktus urogenital kongenital paling banyak ditemukan pada malformasi anorektal.
Beberapa penelitian menunjukkan insiden kelainan urogeital dengan malformasi anorektal
letak tinggi antara 50 % sampai 60%, dengan malformasi anorektal letak rendah 15% sampai
20%.
30
Referat KKS Ilmu Bedah “Malformasi Anorektal” 2013
Kelainan tersebut dapat berdiri sendiri ataupun muncul bersamaan sebagai VATER
(Vertebrae, Anorectal, Tracheoesophageal and Renal abnormality) dan VACTERL
(Vertebrae,Anorectal, Cardiovascular, Tracheoesophageal, Renal and Limb abnormality).
II.9 Diagnosis
Pasien dengan atresia ani biasanya berada dalam kondisi yang stabil dan diagnosisnya segera
tampak setelah kelahiran. Cara penegakkan diagnosis adalah semua bayi yang lahir harus
dilakukan pemasukan termometer melalui anusnya, tidak hanya untuk mengetahui suhu
tubuh, tapi juga untuk mengetahui apakah terdapat atresia ani atau tidak. Selain itu juga
diperlukan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang secara cermat.
A. Anamnesis
Manifestasi klinis yang terjadi pada atresia ani adalah kegagalan lewatnya mekonium
setelah bayi lahir, tidak ada atau stenosis kanal rektal, adanya membran anal, dan fistula
eksternal pada perineum. Gejala yang menunjukan terjadinya atresia ani terjadi dalam waktu
24-48 jam. Gejala itu antara lain :
- Tidak dapat atau mengalami kesulitan mengeluarkan mekonium (tidak bisa buang air besar
sampai 24 jam setelah lahir).
- Perut membuncit dan pembuluh darah di kulit abdomen terlihat menonjol (Adele, 1996).
Perut kembung biasanya terjadi antara empat sampai delapan jam setelah lahir.
- Muntah (cairan muntahan dapat berwarna hijau karena cairan empedu atau juga berwarna
hitam kehijauan karena cairan mekonium).
Adapun perbedaan gejala klinis antara anomali letak rendah dan letak tinggi, yaitu:
- Obstruksi usus halus letak tinggi memiliki gejala muntah lebih dahulu dan dehidrasi yang
sangat cepat.
- Obstruksi usus halus letak rendah, nyeri lebih dominan pada sentral distensi. Muntah
biasanya lebih lambat.
Gejala yang ada terjadi karena adanya obstruksi usus, oleh karena itu banyak penyakit lain
yang dapat menjadi diagnosis banding.
31
Referat KKS Ilmu Bedah “Malformasi Anorektal” 2013
Tabel 2.4. Penyakit penyebab obstruksi ususPenyakit Keterangan
Atresia Intestinal Dapat berupa multiple
Fibrosis Kistik Dapat menyebabkan obstruksi usus akibat
mekonium inspissated.
Malrotasi Intestinal Merupakan predisposisi dari volvulus midgut
letal.
Alimentary Tract Duplications Dapat menyebabkan obstruksi, perdarahan,
atau intususepsi.
Hirschsprung’s Disease Mekonium yang tidak keluar setelah lahir
Malformasi Anorektal Cek keadaan anus pada bayi dengan
obstruksi usus.
B. Pemeriksaan fisik
Inspeksi dan Palpasi Perianal
- Apakah terdapat anus atau tidak, bisa juga tidak ada anus dan hanya berupa lengkungan
(anal dimple).
- Jika tidak ditemukan anus, kemungkinan ada fistula.
- Bila terdapat mekonium pada perineum mengindikasikan defek letak rendah dan mekonium
di urine merupakan bukti adanya fistula di saluran kemih. Bila terdapat mekonium bercampur
urin, maka terdapat 2 kemungkinan, yaitu fistula rektouretral atau rektovesika. Pada fistula
ektouretral didapatkan mekoneum mula-mula keluar bersama miksi, urine selanjutnya makin
lama makin jernih, dan dapat juga mekoneum keluar tanpa melalui miksi. Sedangkan pada
fistula ektovesika, didapatkan miksi bercampur bersama dengan mekoneun dan dari awal
sampai akhir miksi berwarna kehitaman. Selain itu, cara membedakannya juga dapat dengan
menggunakan kateter. Jika setelah dipasang kateter didapatkan urin jernih, maka fistula
rektouretral karena fistula tertutup oleh kateter, sedangkan bila terdapat urin bercampur
mekonium maka fistula rektovesika.
- Pada perempuan diperiksa genitalia eksterna (fistula vestibulum).
- Pada perempuan jika urine bercampur mekonium dan terdapat hematuria maka defek berupa
letak tinggi. Jika dari uretra keluar mekonium, kencing jernih, dan terdapat fistula pada
perineum maka defek letak rendah.
32
Referat KKS Ilmu Bedah “Malformasi Anorektal” 2013
- Dilihat pada saat anak menangis apakah anus menonjol atau tidak, jika menonjol maka
anomali letak rendah, sedangkan jika tidak maka anomali letak tinggi.
- Pada bayi yang baru lahir, hal yang harus kita lakukan adalah mengukur suhu rektum
sekaligus melihat apakah terdapat adanya lubang pada anus dengan menggunakan
termometer yang sudah diberi gel.
- Pemeriksaan abdomen:
Inspeksi = perut tampak kembung
Palpasi = distensi, nyeri tekan tidak dijumpai.
Perkusi = hipertimpani
Auskultasi = Peristaltik meningkat, dapat terdengar metalic sound
- Jika dalam 24 jam pertama tidak tampak mekonium baik pada perineum ataupun urin, dapat
dilakukan cross table lateral x-ray dengan posisi bayi tengkurap.
C. Pemeriksaan Penunjang
Meskipun diagnosis atresia ani dapat dibuat dengan pemeriksaan fisik, sering kali
sulit untuk menentukan apakah bayi memiliki lesi tinggi atau rendah. Sebuah radiograf polos
dari perut dapat membantu menemukan lesi. Selain itu, harus dicari adanya kelainan lain
yang terkait (Sindrom VACTERL) sampai tidak terbukti adanya kelainan tersebut. Untuk
memperkuat diagnosis sering diperlukan pemeriksaan penunjang sebagai berikut :
- Invertogram (Radiografi Abominal Lateral dengan marker radiopaque pada perineum)
Teknik pengambilan foto ini dapat dibuat setelah udara yang ditelan oleh bayi sudah
mencapai rektum, dan bertujuan untuk menilai jarak puntung distal rektum terhadap tanda
timah atau logam lain pada tempat bakal anus di kulit peritoneum. Pemeriksaan foto abdomen
setelah 18-24 jam setelah bayi lahir agar usus terisi udara, dengan cara Wangensteen & Rice
(kedua kaki dipegang dengan posisi badan vertikal dengan kepala di bawah) atau knee chest
position (sujud), dengan sinar horizontal diarahkan ke trochanter mayor. Prinsipnya adalah
agar udara menempati tempat tertinggi. Selanjutnya, diukur jarak dari ujung udara yang ada
di ujung distal rektum ke tanda logam (marker Pb) di perineum. Cara Wangensteen dan Rice
digunakan pada kondisi dengan fistula, sedangkan pada knee chest position digunakan pada
kondisi tanpa fistula dengan adanya gejala ostruksi usus. Dengan menggunakan invertogram,
dapat diketahui anomali yang terjadi merupakan letak rendah atau tinggi.
33
Referat KKS Ilmu Bedah “Malformasi Anorektal” 2013
Gambar.11. Invertogram
Adapun perbedaan gambaran radiologis antara anomali letak rendah dan letak tinggi, yaitu:
- Obstruksi usus halus letak tinggi terdapat distensi minimal dan sedikir air fluid level pada
pemeriksaan radiologi.
- Obstruksi usus halus letak rendah terdapat multiple central air fluid level terlihat pada
pemeriksaan radiologi.
Syarat dari pembuatan invertogram adalah sebagai berikut:
1. Setelah usia > 24 jam (paling cepat 18 jam, karena udara sudah sampai ke anus).
2. Hip joint fleksi maksimal.
3. Arah cahaya dari lateral.
4. Kepala di bawah, kaki ke atas agar udara naik ke atas dan mekanium akan ke bawah.
5. Interpretasi pada invertogram
a. Pada Wangensteen dan Rice
Bila letak udara paling distal: > 1 Cm = letak tinggi / high
< 1 cm = letak rendah / low
= 1 cm = letak intermediate / sedang
b. Pada knee chest position
34
Referat KKS Ilmu Bedah “Malformasi Anorektal” 2013
Dengan Pubococcygeal line (PC line), yaitu dibuat garis imajiner antara Pubo/Pubis
(tumpang tindih dengan trochanter mayor) dengan os coccygeal.
Interpretasinya adalah sebagai berikut:
Ujung buntu di atas PC Line = letak rendah
Ujung buntu di bawah PC Line = letak tinggi
- USG
USG abdomen dapat membantu menentukan apakah ada anomali saluran kemih atau saraf
pada tulang belakang. Selain itu, Ultrasound pada perineum (daerah dubur dan vagina) juga
berguna untuk menentukan jarak antara rektum distal mekonium.
- Ekokardiografi
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengevaluasi apakah terdapat kelainan bawaan pada
jantung pasien.
Gambar.12. Pubococcygeal line
II.10. Penatalaksanaan
Prinsip penatalaksanaan pada atresia ani berpusat pada penentuan klasifikasinya, yaitu
anomali letak tinggi atau letak rendah, ada atau tidak adanya fistula, dan mengevaluasi
apakah terdapat kelainan kongenital lain yang menyertai. Dibutuhkan waktu sampai 24 jam
sebelum fistula dapat ditemukan, oleh karena itu, observasi pada neonatus sangat dibutuhkan
sebelum operasi definitif dilakukan. Semua pasien dimasukkan nasogastric tube sebelum
makan untuk melihat adanya atresia esofagus dan dimonitoring apakah terdapat mekonium
35
Referat KKS Ilmu Bedah “Malformasi Anorektal” 2013
pada perineum atau urine. Selain itu, dalam 24 jam pertama, bayi harus mendapatkan terapi
cairan dan antibiotik. Pada anomali letak tinggi dengan atau tanpa fistel dan atresia ani
dengan fistula yang tidak adekuat, sifat tatalaksananya adalah emergency, sedangkan pada
ada atresia ani dengan fistula yang adekuat dan anterior anus adalah elektif.
Diagram.1.1. Skema alur penatalaksanaan malformasi anorektal
Penatalaksanaan Anomali Letak Rendah
Pada anomali letak rendah, tindakan yang dilakukan adalah operasi perineal tanpa kolostomi.
Operasi yang dilakukan berupa repair yaitu anoplasti. Terdapat 3 pendekatan yang dapat
dilakukan. Untuk anal stenosis, dimana pembukaan anus berada pada lokasi yang normal,
maka dilatasi serial merupakan penatalaksanaan kuratif. Dilatasi dapat dilakukan sehari-hari
oleh orang tua atau pengasuh anak dan ukuran dari dilator harus dinaikkan secara progresif
(dimulai dari 8 atau 9 French dan dinaikkan ke 14 atau 16 French). Jika pembukaan anal
berada di sebelah anterior dari sfingter eksternus dengan jarak yang kecil antara pembukaan
dan bagian tengah dari sfingter eksternus, dan perineal intak, maka anoplasti cutback
dilakukan. Tindakannya terdiri dari insisi dari orifisium anal ektopik menuju bagian tengah
dari sfingter anus, dan dengan demikian terjadi pelebaran pembukaan anal. Namun, jika
jaraknya lebar antara pembukaan anal dengan bagian tengah dari sfingter ani eksternus, maka
yang dilakukan adalah anoplasti transposisi, dimana pembukaan anal yang tidak pada
tempatnya dipindahkan ke posisi yang normal pada bagian tengah dari otot sfingter, dan
perineal di rekonstruksi.
Penatalaksanaan Anomali Letak Tinggi
Penatalaksanaan pada anomali letak tinggi dan intermediat membutuhkan tiga tahapan
rekonstruksi. Tahapan pertama yang harus dilakukan adalah kolostomi terlebih dahulu segera
36
Referat KKS Ilmu Bedah “Malformasi Anorektal” 2013
setelah lahir untuk dekompresi dan diversi, diikuti dengan operasi definitif berupa prosedur
abdominoperineal pullthrough (Swenson, Duhamel, Soave) setelah 4-8 minggu (sumber lain
menyebutkan 3-6 bulan) dan diakhiri dengan penutupan dari kolostomi yang dilakukan
beberapa bulan setelahnya. Tindakannya berupa pemisahan fistula rektourinari atau
rektovagina secara pull-through dari kantong rektal bagian terminal menuju posisi anus yang
normal. Dilatasi anus dimulai 2 minggu setelah operasi definitif dan dilanjutkan beberapa
bulan setelahnya dengan penutupan kolostomi.
Pena dan DeVries pada tahun 1982 memperkenalkan metode operasi definitif dengan
pendekatan postero-sagital anorectoplasty (PSARP), yaitu dengan cara membelah muskulus
sfingter eksternus dan muskulus levator ani untuk memudahkan mobilisasi kantong rektum
dan pemotongan fistel dengan stimulasi elektrik dari perineum. Jika terdapat adanya kloaka
persisten, maka traktus urinarius perlu dievaluasi secara hati-hati saat kolostomi untuk
memastikan terjadinya pengosongan yang normal dan menentukan apakah vesica urinaria
perlu di drainase dengan vesikostomi. Pada perempuan, jika terdapat kloaka persisten maka
perlu dilakukan rekonstruksi traktus urinarius dan vagina. Jika terdapat keraguan dalam
penentuan letak anomalinya, lebih baik dilakukan kolostomi. Keberhasilan penatalaksanaan
atresia ani dinilai dari fungsinya secara jangka panjang, meliputi anatomisnya, fungsi
fisiologisnya, bentuk kosmetik serta antisipasi trauma psikis. Sebagai tujuan akhirnya adalah
defekasi secara teratur dan konsistensinya baik.
Akhir-akhir ini, teknik operasi definitif dapat difasilitasi dengan prosedur laparoskopi
transabdominal sebagai penatalaksanaan untuk anomali letak tinggi dan intermediat. Teknik
ini memiliki keuntungan teoritis karena dilakukan dengan penglihatan secara langsung dan
menghindari pemotongan struktur-struktur lain yang ada. Namun, perbandingan hasil akhir
jangka panjang antara PSARP dan teknik ini belum diketahui.
Penatalaksanaan pada anomali letak tinggi dilakukan secara operatif, yaitu:
1. Kolostomi
Kolostomi merupakan kolokutaneostomi yang disebut juga anus preternaturalis yaitu
pembuatan lubang sementara atau permanen dari usus besar melalui dinding perut untuk
mengeluarkan feses. Kolostomi dapat dilakukan pada kolon transversalis ataupun sigmoid
yang merupakan organ intraabdominal. Kolon dipisahkan pada daerah sigmoid, dengan usus
bagian proksimal sebagai kolostomi dan usus bagian distal sebagai mukus fistula. Pemisahan
secara komplit dari usus akan meminimalkan kontaminasi feses menuju fistula rektourinarius
sehingga mengurangi risiko terjadinya urosepsis. Selanjutnya, bagian distal usus di evaluasi
37
Referat KKS Ilmu Bedah “Malformasi Anorektal” 2013
secara radiografik untuk menentukan lokasi dari fistula rektourinarius. Kolostomi dilakukan
pada kolon transversum sebelah kiri di flexura lienalis atas pertimbangan sebagai proteksi
karena di sebelah kiri tidak ada organ-organ penting, kolon lebih mobile sehingga lebih
mudah, dan pada daerah ini tidak terjadi dehidrasi karena absorbsi elektrolit maksimal di
daerah tersebut sehingga konsistensi feces tidak keras.
Adapun indikasi kolostomi adalah sebagai berikut:
- Dekompresi usus pada obstruksi
- Stoma sementara untuk bedah reseksi usus pada radang atau perforasi
- Sebagai anus setelah reseksi usus distal untuk melindungi anastomosis distal.
Manfaat kolostomi, yaitu:
a. Mengatasi obstruksi usus.
b. Memungkinkan pembedahan rekonstruktif untuk dikerjakan dengan lapangan operasi yang
bersih.
c. Memberi kesempatan pada ahli bedah untuk melakukan pemeriksaan lengkap dalam usaha
menentukan letak ujung rektum yang buntu serta menemukan kelainan bawaan yang lain.
Tipe kolostomi yang dapat digunakan pada bayi dengan atresia ani adalah kolostomi loop
yaitu dengan membuat suatu lubang pada lengkung kolon yang dieksteriorisasi. Jenis anestesi
pada tindakan kolostomi adalah anestesi umum.
Gambar.12. Kolostomi
38
Referat KKS Ilmu Bedah “Malformasi Anorektal” 2013
2. Posterosagital Anorectoplasty (PSARP)
Suatu tindakan operasi definitif pada pasien atresia ani dengan teknik operasi
menggunakan irisan kulit secara sagital mulai dari tulang koksigeus sampai batas anterior
bakal anus. Prosedur ini memberikan beberapa keuntungan seperti kemudahan dalam operasi
fistula rektourinaria maupun rektovaginal dengan cara membelah otot dasar perlvis, sling,
dan sfingter. Saat ini, teknik yang paling banyak dipakai adalah minimal, limited atau full
PSARP.
Macam-macam PSARP
1. Minimal PSARP
Tidak dilakukan pemotongan otot levator maupun vertical fibre, yang penting adalah
memisahkan common wall untuk memisahkan rektum dengan vagina dan yang dibelah hanya
otot sfingter eksternus. Indikasi dari minimal PSARP, yaitu dilakukan pada fistula perineal,
anal stenosis, anal membran, bucket handle dan atresia ani tanpa fistula yang akhiran rektum
kurang dari 1 cm dari kulit.
39
Gambar.13.
Referat KKS Ilmu Bedah “Malformasi Anorektal” 2013
2. Limited PSARP
Yang dibelah adalah otot sfingter eksternus, muscle fiber, muscle complex serta tidak
membelah tulang koksigeus. Yang penting adalah diseksi rektum agar tidak merusak vagina.
Indikasi dari limited PSARP adalah atresia ani dengan fistula rektovestibuler.
Gambar.14. Posterior sagittal anorectoplasty untuk fistula rectobladder neck. Kateter
dapat diposisikan di depan otot levator ke presacral space. Otot kemudian dapat
dilakukan rekonstruksi, luka ditutup dan pasien diposisikan untuk prosedur
abdominal.
3. Full PSARP
Dibelah otot sfingter eksternus, muscle complex, dan koksigeus. Indikasi dari full
PSARP, yaitu atresia ani letak tinggi dengan gambaran invertogram gambaran akhiran rektum
lebih dari 1 cm dari kulit, pada fistula rektovaginalis, fistula rektouretralis, atresia rektum,
dan stenosis rektum.
Teknik operasi PSARP
1. Dilakukan dengan anestesi umum, dengan endotrakeal intubasi, dengan posisi pasien
tengkurap dan pelvis ditinggikan (prone jackknife position).
2. Stimulasi perineum dengan alat pena muscle stimulator untuk identifikasi anal dimple.
40
Referat KKS Ilmu Bedah “Malformasi Anorektal” 2013
3. Insisi bagian tengah sakrum ke arah bawah melewati pusat sfingter dan berhenti 2 cm di
depannya.
4. Dibelah jaringan subkutis, lemak, parasagital fiber dan muscle complex. Os coccygeus
dibelah sampai tampak musculus levator, lalu muskulus levator dibelah sampai tampak
dinding belakang rektum.
5. Fistula yang ada dari rektum menuju ke vagina atau traktus urinarius dipisahkan.
6. Rektum dibebaskan dari jaringan sekitarnya.
7. Rektum ditarik melewati levator, muscle complex dan parasagital fiber.
8. Dilakukan anoplasti dan dijaga jangan sampai terjadi tension (dilakukan rekonstruksi pada
muskulus dan dijahit ke rektum)
Gambar.15. Kondisi Anus Sebelum dan sesudah PSARP
Perawatan Pasca Operasi PSARP
1. Antibiotik intra vena diberikan selama 3 hari dan salep antibiotik diberikan selama 8-10
hari.
2. Pada kasus fistula rektouretral, kateter foley dipasang hingga 5-7 hari. Sedangkan pada
kasus kloaka persisten, kateter foley dipasang hingga 10-14 hari. Drainase suprapubik
diindikasikan pada pasien persisten kloaka dengan saluran lebih dari 3 cm.
3. Dilatasi anus dimulai 2 minggu setelah operasi dengan Heger dilatation. Untuk pertama
kali dilakukan oleh ahli bedah, kemudian dilatasi dua kali sehari dilakukan oleh petugas
kesehatan ataupun keluarga. Setiap minggu, lebar dilator ditambah 1 mm hingga tercapai
ukuran yang diinginkan. Dilatasi harus dilanjutkan dua kali sehari sampai dilator dapat lewat
41
Referat KKS Ilmu Bedah “Malformasi Anorektal” 2013
dengan mudah. Kemudian dilatasi dilakukan sekali sehari selama sebulan diikuti dengan dua
kali seminggu pada bulan berikutnya, sekali seminggu dalam 1 bulan kemudian dan terakhir
sekali sebulan selama tiga bulan. Setelah ukuran yang diinginkan tercapai, dilakukan
penutupan kolostomi.
4. Indikasi penutupan kolostomi adalah apabila sudah tercapai ukuran pada dilatasi anal yang
sudah sesuai dengan umur (maksimal 16 French pada usia 3 tahun).
5. Setelah dilakukan penutupan kolostomi, eritema popok sering terjadi karena kulit perineum
bayi tidak pernah kontak dengan feses sebelumnya. Salep tipikal yang mengandung vitamin
A, D, aloe, neomycin dan desitin dapat digunakan untuk mengobati eritema popok ini.
II.11. Komplikasi
42
2.5
Referat KKS Ilmu Bedah “Malformasi Anorektal” 2013
Komplikasi yang terjadi post operasi banyak disebabkan oleh karena kegagalan
menentukan letak kolostomi, persiapan operasi yang tidak adekuat, keterbatasan pengetahuan
anatomi, dan keterampilan operator yang kurang serta perawatan post operasi yang buruk.
Komplikasi awal dari PSARP adalah infeksi dari luka, perdarahan, fistula berulang, serta
cedera pada uretra dan kandung kemih. Pada komplikasi selanjutnya, pada umumnya terjadi
stenosis, striktur anorektal, prolaps, dan inkontinensia.
Komplikasi awal dapat dihindari dengan penutupan luka yang adekuat tanpa meninggalkan
celah. Sebagian besar pasien yang melakukan operasi untuk memperbaiki atresia ani
memiliki berbagai derajat konstipasi. Gejala ini lebih berat terjadi pada kelainan letak rendah
dan intermediat. Pasien yang sebelumnya dilakukan kolostomi baik di daerah proksiamal
maupun distal dapat mengalami obstipasi maka dari itu pasien memerlukan diet kaya serat
dan kadang-kadang sampai dibutuhkan obat pencahar.
II.12 Prognosis
Pada atresia ani tanpa kelainan bawaan lainnya (bocor jantung, kelainan
pernafasan,kelainan ginjal,sindrom down, dan lain-lain). Prognosisnya baik. Buang air besar
dan buang air kecil akan seperti anak normal.
Jika atresia ani disertai dengan kelainan bawaan yang lain maka prognosisnya akan buruk,
walaupun sudah dilakukan operasi bertahap. Sering terjadi konstipasi, inkontinensia yang
berkaitan dengan syaraf di sekitar otot rektum tidak lengkap.
Morbiditas yang ada pasien berhubungan dengan anomali lain yang ada pada pasien.
Tujuan utama dari tatalaksana pada atresia ani adalah kontinensia feses. Sebanyak 75%
pasien memiliki pergerakan usus volunter. Konstipasi merupakan sekuele yang paling umum.
Prognosis pada atresia dapat dievaluasi dengan cara melihat fungsi klinisnya dan
psikologisnya.
Evaluasi Fungsi Klinis
- Kontrol feses dan kebiasaan buang air besar
- Sensasi rektal dan soiling
- Kontraksi otot yang baik pada colok dubur
Pada anomali letak rendah, hasil akhir yang sering terjadi adalah konstipasi, sedangkan pada
anomali letak tinggi adalah inkontinensia feses.
43
Referat KKS Ilmu Bedah “Malformasi Anorektal” 2013
Evaluasi Psikologis
Fungsi kontinensi tidak hanya tergantung integritas atau kekuatan sfingter atau sensasi saja,
tetapi tergantung juga pada bantuan orangtua dan kerja sama serta keadaan mental penderita.
Pasien dengan fistula perineal, atresia rektal, dan anus imperforata tanpa fistula pada
umumnya setelah dilakukan operasi perbaikan memiliki fungsi defekasi yang baik. Sekitar
80% dapat mencapai kontrol usus anatara usia 3- 4 tahun.
Pasien pria dengan fistula prostat rektouretral sekitar 60% dapat mencapai kontrol usus pada
usia 3 tahun. Pasien dengan fistula rektovesikal prognosisnya kurang baik sekitar 20% dapat
mencapai kontrol usus atau buang air besar secara normal pada usia 3 tahun. Pada sakrum
yang tidak normal atau letak rendah pada umumnya akan terjadi inkontinensia feses, dan
sakrum yang tidak normal pada umumnya terjadi pada fistula rektovesikal dan prostat
rektouretral.
Pasien wanita dengan fistula rektovestibular sekitar 90% dapat memiliki gerakan usus yang
normal pada usia 3 tahun. Pasien wanita dengan kloaka dengan saluran kurang dari 3 cm
sekitar 80% dapat mencapai gekaran usus yang normal pada umur 3 tahun. Bila saluran lebih
dari 3 cm pada umumnya juga terdapat kelainan pada sakrum, maka prognosisnya sekitar 25
% terjadi inkontinensia feses, dan 70 % dari pasien kloaka persisten dengan saluran lebih dari
3 cm menbutuhkan katerisasi intermiten untuk mengosongkan kandung kemih.
Pasien dengan inkontinensia fekal dan diare pada umumnya memerlukan kolostomi
permanen.
44
Referat KKS Ilmu Bedah “Malformasi Anorektal” 2013
BAB III
KESIMPULAN
Malformasi anorektal merupakan suatu spektrum dari anomali kongenital yang terdiri
dari anus imperforata dan kloaka persisten. Anus imperforata atau atresia ani merupakan
kelainan kongenital tanpa anus atau dengan anus tidak sempurna, sedangkan kloaka persisten
diakibatkan karena pemisahan antara traktus urinarius, traktus genitalia, dan traktus
digestivus tidak terjadi. Etiologi secara pasti atresia ani belum diketahui, namun faktor
genetik diduga berpengaruh terhadap insiden tersebut.
Berdasarkan letak anatomi, atresia ani dapat dibagi mejadi 3 yaitu letak tinggi,
intermediet, dan rendah. Dan dapat juga di klasifikasikan berdasarkan ada atau tidaknya
fistula dan letak fistula.
Manifestasi klinis diakibatkan adanya obstruksi dan adanya fistula. Obstruksi ini
mengakibatkan distensi abdomen, sekuestrasi cairan, muntah dengan segala akibatnya.
Diagnosis didapatkan dengan melihat manifestasi klinis yang muncul dan dengan inspeksi
pada regio perianal. Tindakan yang dilakukan untuk evakuasi feses yang utama yaitu dengan
kolostomi dilanjutkan dengan PSARP disesuaikan dengan kelainan yang ada.
45
Referat KKS Ilmu Bedah “Malformasi Anorektal” 2013
LAPORAN HASIL PERSENTASI
Judul Referat : Malformasi Anorektal
Hari / Tanggal Pelaksanaan : Rabu, 30 Oktober 2013
Jam / Ruang : 11.00 WIB – selesai, Ruang Komite Medik RSU. Prof.
Dr.Boloni Medan
Pembimbing : dr. Hans Marpaung, Sp.B. FICS
Moderator : Nurhayati
Notulen : Rhismidea Istinari
Presentator : Wina Widia Yanti,
M. Reza Kurniansyah
Ratih Adhia Sari
Rangkuman Pertanyaan
1. Penanya : Yusiana Mustika
Pertanyaan : Penatalaksanaan Kolostomi emergency/elektif
Jawaban : Penatalaksanaan Kolostomi emergency
Pada anomali letak tinggi dengan atau tanpa fistel dan atresia
ani dengan fistula yang tidak adekuat.
Penatalaksanaan Kolostomi elektif
Pada atresia ani dengan fistula yang adekuat dan anterior anus
2. Penanya : Senna M J
Pertanyaan : Bagaimana cara membedakan letak fistula pada wanita dan laki-laki
Jawaban : Dengan cara memasang kateter urin dan berdasarkan klasifikasi dapat
dibetakan dari letak ujung fistulanya.
46
Referat KKS Ilmu Bedah “Malformasi Anorektal” 2013
3. Penanya : Megaria
Pertanyaan : Diferential Diagnosis dari Malformasi anorektal ?
Jawaban : Atresia intestinal
Fibrosis Kistik
Malrotasi Intestinal
Hirschsprung’s Disease
Alimentary Tract Duplications
Ekstrofibrobladder
Hipospadia
4. Penanya : Furqon Harimas S
Pertanyaan : Macam – macam kelainan yang dapat menyebabkan prognosis buruk
pada malformasi anorektal ?
Jawaban : Kelainan Kardivaskular, kelaianan pada sistem pernafasan dan
kelainan pada ginjal, serta penyakit penyerta lainnya yang
membutuhkan tindakan lanjut
5. Penanya : Risma Ayunia Insani
Pertanyaan : Jelsakan apa yang dimaksud dengan persisten coalca <3 cm dan >3
cm
47
Referat KKS Ilmu Bedah “Malformasi Anorektal” 2013
Jawaban :
1. Pasien dengan saluran dengan panjang < 3 cm pada umumnya sakrum dan sfingter
berkembang dengan baik. Pada tindakan operasi akan lebih mudah dan
Prognosisnya biasanya baik
2. Pasien dengan panjang saluran > 3 cm sering kali menunjukkan kelainan yang
lebih kompleks dengan sakrum dan sfingter yang kurang berkembang dengan
baik. Pada tindakan operasi biasanya dapat lebih mempersulit dan prognosisnya
biasanya buruk.
Insiden dari pasien dengan malformasi anorectal (kloaca persisten) hanya 1 %
6. Penanya : Nurhayati
Pertanyaan : Bagaimana cara menegakan diagnosis atresia ani dan bagaimana cara
membedakan gejala klinis malformasi anorektal letak tinggi dan
letak rendah
Jawaban : - Cara penegakkan diagnosis adalah semua bayi yang lahir harus
dilakukan pemasukan termometer melalui anusnya, tidak hanya
untuk mengetahui suhu tubuh, tapi juga untuk mengetahui apakah
terdapat atresia ani atau tidak.
Gejala klinis malformasi anorectal letak tinggi dan letak rendah
Letak tinggi : - muntah terlebih dahulu dan dehidrasi yang
Sangat cepat.
48
Referat KKS Ilmu Bedah “Malformasi Anorektal” 2013
Pada saat anak menangis, anus tidak menonjol
Pada perempuan : jika urin bercampur
mekonium dan terdapat hematuria
Letak rendah : - nyeri lebih dominan pada central distensi,
muntah biasanya lebih lambat.
- Pada perempuan : pada urethra keluar
mekoneum, kencing jernih dan terdapat fistula
pada perineum
- Pada saat anak menangis, anus menonjol
49