paper
DESCRIPTION
ManagrisTRANSCRIPT
PEMBINAAN SUMBERDAYA MANUSIA UNTUK
MENDUKUNG PENGEMBANGAN AGRIBISNIS DAN
EKONOMI PERDESAAN
Wilayah Simalungun telah lama dikenal sebagai salah satu sentra produksi
pertanian di Sumatera Utara. Wilayah Kecamatan Raya dan sekitarnya merupakan
sentra produksi jahe, jeruk dan kopi. Sementara itu, wilayah Kecamatan Purba,
Silima Kuta dan Dolok Silau terkenal sebagai sentra produksi kentang, kol, cabai,
tomat dan jagung. Sedangkan wilayah pesisir danau toba terkenal dengan
produksi bawang merah, bawang putih dan manga yang paling manis dan paling
harum di dunia. Bahkan di Wilayah sekitar Pematang siantar telah lama dikenal
dengan ikan mas Siantarnya. Disamping itu, wilayah Tanah Jawa dan sekitarnya
disebut sebagai salah satu lumbung beras di Sumatra Utara. Belum lagi hasil
perkebunan di simalungun yang sudah terkenal di Indonesia danj pasar
internasional.
Menurut data Tahun 1991 ( Simalungun Dalam Angka, 1992) produksi
kentang dari wilayah simalungun mencapai 40 ribu ton, tomat 43 ribu ton, jagung
96 ribu ton, jahe 40 ribu ton, nanas 39 ribu ton,kubis/ kol 30 ribu ton, cabai 24
ribu ton, bawang merah dan putih 11 ribu ton, jeruk manis 8 ribu ton,kopi 4 ribu
ton dan pisang 73 ribu ton. Di Sumatera Utara/ wilayah Simalungun adalah satu
satunya sentra produk jahe. Kemudian dalam produksi pisang, wilayah
Simalungun merupakan produsen terbesar di Sumatra Utara. Sebagian dari
produksi pisang tersebut (khususnya dari Kecamatan Silau Kahean dan
sekitarnya ) merupakan jenis pisang barangan yang saat ini cukup terkenal di
hotel-hotel dan restoran di Jakarta.
Dengan ragam dan tingkat produksi komoditas pertanian yang demikian,
sebenarnya masyarakat dan wilayah simalungun sudah harus lebih makmur dari
yang dicapai saat ini. Berbagi fakta menunjukkan bahwa tampaknya para petani di
wilayah Simalungun hanya menikmati sedikit dari manfaat ekonomi yang
ditimbulkan oleh wilayah Simalungun sebagai sentra produksi komoditas
pertanian. Bahkan beberapa desa di Simalungun masih tergolong sebagai desa
tertinggal (miskin). Sebaliknya, berbagai bebagai fakta menunjukkan justru
pedagang dan pengusaha yang mengolah dan memperdagangkan hasil pertanian
dari wilayah Simalungun yang justru menikmati manfaat ekonomi pertanian
Simalungun. Karena kegiatan pengolahan dan perdagangan hasil pertanian di
Wilayah simalungun sebagian besar berada diluar wilayah simalungun, maka
sebagian besar manfaat tersebut mengalami kebocoran ( leakages) dari wilayah
Simalungun ke wilayah lain. Arus kebocoran manfaat ekonomi diperbesar pula
oleh ketergantungan yang kuat wilayah Simalungun terhadap wilyah lain dalam
penyediaan sarana produksi pertanian.
Bila keadaan yang demikian berlangsung lama, maka dikhawatirkan
wilayah Simalungun akan mengalami kesulitan dalam pemupukan modal, bahkan
cenderung akan mengalami pelarian capital (capital Flight), sehingga akan
mengurangi kemampuan produksi wilayah Simalungun. Kondisi seperti ini sangat
tidak kita inginkan terutama bila kita hubungkan bahwa wilayah kabupaten
simalungun merupakan daerah percontohan ekonomi daerah tingkat II di Sumatra
Utara.
Keadaan yang terjadi pada pertanian wilayah Simalungun yang demikian,
tidak dapat dilepaskan dari paradigma pembangunan pertanian yang kita anut
dimasa lalu. Pembangunan pertanian yang hanya terfokus pada agribisnis usaha
tani saja, memang dapat meningkatkan produksi, tetapi sangat sulit berhasil
meningkatkan pendapatan petani secar riil dan meningkatkan serta menahan nilai
tambah (added value) yang lebih besar di wilayah sentra produksi pertanian.
Penyebabnya adalah karena pada agribisnis usaha tani nilai tambah yang tercipta
adalah sangat kecil dan jauh lebih kecil daripada nilai tambah yang tercipta pada
agribisnis hulu dan hilir (industri pengolahan dan perdagangan). Oleh sebab itu,
dimasa yang akan datang pembangunan pertanian di wilayah Simalungun perlu
diubah dari konsep pertanian primer ke konsep agribisnis.
SOLUSI :
Dalam rangka pengembangan agribisnis di wilayah Simalungun, perlu
upayakan agar di wilayah Simalungun berkembang usaha-usaha pembibitan
komoditas unggul yang dapat memenuhi kebutuhan bibit (tanaman, ternak dan
ikan) para petani. Disamping itu, yang paling penting adalah mengembangkan
industri pengolahan hasil pertanian yang bahan bakunya ada di wilayah
simalungun. Kita perlu mengembangkan industri minyak dan sari jahe, industri
tepung jagung dan minyak jagung, industri buah jeruk, industri minyak bawang,
industri pengolahan kopi ( kopi bubuk dan permen kopi ), dan industri pengolahan
hasil pertanian lainnya. Dengan pengembangan agroindustri yang demikian di
wilayah simalungun maka nilai tambah agribisnis yang tertahan di wilayah
Simalungun akan lebih besar.
Untuk meningkatkan pendapatan para petani sekaligus memperluas
jaringan bisnis petani, kita perlu mendorong berkembangnya organisasi bisnis
terutama koperasi agribisnis dikalangan petani di wilayah Simalungun. Koperasi
agribisnis yang dimaksudkan di sini bukanlah konsep KUD masa lalu yang
menangani segala macam komoditas dan hanya bergerak pada pertanian primer
saja. Koperasi agribisnis yang dimaksudkan adalah koperasi yang menangani satu
jenis komoditas mulai dari hulu hingga ke hilir. Melalui koperasi agribisnis ini,
petani dapat mengembangkan jaringan bisnisnya, baik pada agribisnis hulu
maupun pada agribisnis hilir (industri pengolahan, dan perdagangan). Dengan
demikian nilai tambah yang tercipta dalam agribisnis suatu komoditas dapat
dinikmati oleh para petani sedemikian rupa sehingga pendapatan mereka dapat
meningkat lebih cepat. Hal ini akan meningkatkan gairah dan kebanggaan para
petani serta akan merangsang tumbuhnya generasi baru pengusaha agribisnis dan
keluarga petani.
Pengembangan agroindustri dan organisasi bisnis petani tersebut perlu
disertai dengan subsistem jasa agribisnis terutama pengembangan prasarana jalan.
Pengembangan prasarana jalan perlu mendapat prioritas dari pemda Tingkat II
Simalungun Karena masih banyak desa di wilayah Simalungun yang belum
terjangkau kendaraan roda empat, padahal potensi pengembangan agribisnis
cukup besar. Pengembangan jaringan jalan ini akan mendorong tumbuhnya
sentra-sentra agribisnis baru dan meningkatkan efesiensi pengangkutan komoditas
pertanian di wilayah Simalungun. Bila pengembangan agribisnis ini berhasil
diwujudkan di wilayah Simalungun, maka wilayah Simalungun akan siap
menghadapi tantangan dan memanfaatkan peluang -peluang di masa yang akan
datang.
Berkembangnya agribisnis di wilayah Simalungun akan menarik kegiatan
petani lainnya, baik yang menyediakan bahan -bahan penolong dan jasa yang
dibutuhkan oleh agribisnis, maupun sector informal. Hal ini akan menarik aliran
kapital dan sumberdaya manusia ke wilayah Simalungun. Dengan demikian
pengembangan agribisnis ini akan mampu meningkatkan kapasitas produksi dan
integrasi antar sector di wilayah Simalungun. Selanjutnya, hal ini akan
meningkatkan kemampuan wilayah Simalungun untuk membiayai sendiri
(selffinancing) pembangunan, sehingga siap melaksanakan otonomi daerah secara
penuh. Kemudian, karena produk-produk yang dihasilkan agribisnis di wilayah
Simalungun ada produk yang bersifat memiliki elastisitas permintaan terhadap
perubahan pendapatan yang tinggi (income elstic demand ). maka meningkatnya
pendapatan masyarakat di wilayah perkotaan akan menarik lebih lanjut
berkembangnya agribisnis diwilayah Simalungun. Dengan demikian,
pengembangan agribisnis dapat mengintegrasi perekonomian pedesaan dengan
perkotaan, perekonomian wilayah Simalungun dengan perekonomian Sumatra
Utara, dan ke perekonomian nasional. Selanjutnya karena komoditas yang
dihasilkan agribisnis Simalungun juga dibutuhkan di kawasan internasional, maka
manfaat ekonomi yang timbul dari liberalisasi dunia dan integrasi ekonomi
(khususnya AFTA da APEC ) abad Ke-21, dapat dinikmati oleh masyarakat yang
ada di wilayah simalungun.
Sumber :
Saragih, B. 2010. Refleksi Agribisnis. IPB Press.