paper

5
1. Produktivitas (Productivity) Produktivitas dapat didefinisikan sebagai suatu tingkat produksi atau keluaran berupa barang atau jasa, misalnya produktivitas padi/ha/tahun. Hasil akhir panen atau pendapatan bersih, nilai produksi dibandingkan masukan sumber. Produktifitas selalu diukur dalam pendapatan per hektar, atau total produksi barang dan jasa per rumah tangga atau negara. (Marten, 1998). Pada pengamatan lahan tegalan di kawasan Oma Campus, Dau, Malang terdapat budidaya cabe merah besar dengan luas 0,5 ha. Pemiliknya adalah Bapak Jiari dengan varietas cabe merah”dewa”. Sistem tanamnya monokultur dengan jarak tanam 45 cm. Pengairanya dengan mengandalkan air hujan. Pak Jiari menghabiskan sekitar 6.000 benih yang dibelinya dari balai pertanian. Usia cabe merah ini 3 bulan atau 90 hst sebanyak ±5 kw. Pada umumnya tanaman cabai merah diusahakan di lahan sawah (sawah irigasi, sawah tadah hujan) dan lahan kering/tegalan. Menurut Laporan RAPIM Ditjen Hortikultura, 2008, sentra produksi utama cabai merah Indonesia antara lain Jawa Barat (Garut, Tasikmalaya, Sukabumi, Cianjur, Bandung); Jawa Tengah (Magelang,Temanggung); Jawa Timur (Malang, Banyuwangi). Komoditas Hortikultura merupakan komoditas potensial yang mempunyai nlai ekonomi tinggi dan memiliki potensi untuk terus dikembangkan. Salah satu tanaman hortikultura potensial yang dikembangkan adalah komoditas cabai merah, terutama cabai besar.

Upload: choirummintin-wa-khilafah

Post on 25-Sep-2015

223 views

Category:

Documents


7 download

DESCRIPTION

nnb nnnnmknm,''xxsw4e47680

TRANSCRIPT

1. Produktivitas (Productivity)Produktivitas dapat didefinisikan sebagai suatu tingkat produksi atau keluaran berupa barang atau jasa, misalnya produktivitas padi/ha/tahun. Hasil akhir panen atau pendapatan bersih, nilai produksi dibandingkan masukan sumber. Produktifitas selalu diukur dalam pendapatan per hektar, atau total produksi barang dan jasa per rumah tangga atau negara. (Marten, 1998).Pada pengamatan lahan tegalan di kawasan Oma Campus, Dau, Malang terdapat budidaya cabe merah besar dengan luas 0,5 ha. Pemiliknya adalah Bapak Jiari dengan varietas cabe merahdewa. Sistem tanamnya monokultur dengan jarak tanam 45 cm. Pengairanya dengan mengandalkan air hujan. Pak Jiari menghabiskan sekitar 6.000 benih yang dibelinya dari balai pertanian. Usia cabe merah ini 3 bulan atau 90 hst sebanyak 5 kw.Pada umumnya tanaman cabai merah diusahakan di lahan sawah (sawah irigasi, sawah tadah hujan) dan lahan kering/tegalan. Menurut Laporan RAPIM Ditjen Hortikultura, 2008, sentra produksi utama cabai merah Indonesia antara lain Jawa Barat (Garut, Tasikmalaya, Sukabumi, Cianjur, Bandung); Jawa Tengah (Magelang,Temanggung); Jawa Timur (Malang, Banyuwangi). Komoditas Hortikultura merupakan komoditas potensial yang mempunyai nlai ekonomi tinggi dan memiliki potensi untuk terus dikembangkan. Salah satu tanaman hortikultura potensial yang dikembangkan adalah komoditas cabai merah, terutama cabai besar. Beberapa masalah pokok yang dihadapi dalam produksi cabai merah mencakup skala pengusahaan yang kecil, produktivitas yang rendah, stagnasi teknologi, mutu yang bervariasi, harga jual yang rendah dan berfluktuasi, kurangnya akses pasar, serta lemahnya kelembagaan petani (Sukiyono, 2003).Faktor produksi yang berpengaruh terhadap produksi cabai merah besar secara positif dan nyata adalah variabel luas lahan garapan, pupuk K2O, ZPT, pupuk kandang, kapur, pestisida, serta benih yang digunakan. Jika lahan Pak Jauhari hanya 0,5 ha sementara produksi 5 kwintal (=0,5 ton). Sehingga produktivitas cabai Pak Jiari 0,5 ton/0,5 ha atau 1 ton/ha . Dari pengamatan di lahan budidaya cabai merah besar milik Pak Jiari masih terlihat produktivitas yang rendah. Pada umumnya produktivitas cabai merah besar antara 4-6,5 ton/ha termasuk kategori rendah menurut Assosiasi Agribisnis Cabai Indonesia (AACI). Maka, perlu suatu solusi untuk meningkatkan produktivitas cabai Pak Jiari.Peningkatan produksi dan produktivitas cabai merah secara nyata hanya dapat dilakukan dengan inovasi teknologi baru dan perencanaan tanam yang hanya dapat dilakukan dengan inovasi teknologi baru dapat difokuskan pada penggunaan benih unggul lokal dan hibrida tersertifikasi, teknologi pemupukan secara lengkap dan berimbang , pemberian pupuk organik terstandarisasi dan peggunaan kapus sebagai unsur pembenah tanah, teknologi pengendalian hama dan penyakit secara terpadu, serta penanganan pasca panen yang prima.

2. Stabilitas (Stability)Stabilitas diartikan sebagai tingkat produksi yang dapat dipertahankan dalam kondisi konstan normal, meskipun kondisi lingkungan berubah. Suatu sistem dapat dikatakan memiliki kestabilan tinggi apabila hanya sedikit saja mengalami fluktuasi ketika sistem usaha tani tersebut mengalami gangguan. Sebaliknya, sistem itu dikatakan memiliki kestabilan rendah apabila fluktuasi yang dialami sistem usaha tani tersebut besar. Produktifitas menerus yang tidak terganggu oleh perubahan kecil dari lingkungan sekitarnya. Fluktuasi ini mungkin disebabkan karena perubahan iklim atau sumber air yang tersedia, atau kebutuhan pasar akan bahan makanan. (Marten, 1998).Stabil, artinya dalam hal ini tercipta kondisi yang konsisten terhadap suatu hasil produksi. Namun secara menyeluruh, hal ini sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti variasi curah hujan, serangan hama periodik, fluktuasi harga, dll.Dilihat dari aspek produksi, dalam usaha budidaya cabe merah besar ada beberapa permasalahan (1) cuaca yang tidak menentu (cabai rentan terhadap hujan dan angin); (2) Luas lahan yang diusahakan; (3) Pola tanam yang hampir seragam; (4) Adanya serangan OPT terutama penyakit virus kuning, antraknosa, fusarium dan phytoptora; dan hama yang menyerang seperti thrips, lalat buah dan ulat. Hal-hal inilah yang menyebabkan produksi cabai merah besar tidak stabil. Permasalahan dari aspek pemasaran adalah fluktuasi harga cabai. Harga komoditas cabai merah sangat berfluktuasi antar musim dan antar waktu dan sering jatuh pada saat musim panen raya. Tingginya ketergantungan petani terhadap pedagang pengumpul atau pengepul menyebabkan rendahnya posisi tawar petani. Rendahnya kemampuan petani dan pelaku agribisnis cabai merah besar dalam memanfaatkan peluang pasar dan memperluas akses pasar. Kurangnya infrastruktur pemasaran. Persaingan yang makin ketat dengan produk-produk cabai merah besar pesaing utama . Di lahan Pak Jiari ditemukan penyakit antraknosa yang nampak pada daun, selain itu hama yang biasa menyerang adalah hama ulat dan hama thrips dengan intensitas rendah dan tidak sampai dengan mengurangi produksi yang nyata. Setiap panen Pak Jiardi menjualnya ke pengepul dengan haarga Rp 7.000,00/kg. Sedangkan harga di pasar Rp 35.000,00/kg. Jika dengan sistem tanam monokultur yang juga dipengaruhi cuaca yang tidak menentu, maka supply cabe merah besar di tengah-tengah masyarakat akan naik turun. Hal ini mempengarui harga jual dan pendapatan petani. DAFTAR PUSTAKA Sukiyono K. 2003. Faktor penentu tingkat efisiensi teknis usaha tani cabai merah di Kecamatan Selupu, Rejang Lebong. Jurnal Agroekonomi, 23(2):176-190.Ditjenhort, 2008. Membangun Hortikultura Berdasarkan Enam Pilar Pengembangan. Jakarta: Direktorat Jenderal Bina Produksi Hortikultura. Departemen Pertanian.Marten, Gerald G.,1998. Productivity, Stability, Sustainability, Equitability and Autonomy as Properties for Agroecosystem Assessment. JurnalSistem Pertanian 26 (1988) 291-316.http:/www.docs-finder.pdf.com. Diakses pada tanggal 30 November 2013.