paper-31986-3508100048-paper

6
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. X, No. X, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) 1 AbstrakBatu kapur merupakan salah satu bahan galian C yang banyak terdapat di Indonesia. Besarnya potensi tersebut diiringi pula dengan konsumsi batu kapur yang besar untuk memenuhi kebutuhan manusia.Begitu banyaknya hasil olahan pabrik yang membutuhkan batuan kapur menunjukkan bahwasanya peran batu kapur dalam proses industri sangatlah penting misalnya saja sebagai bahan utama pembuatan semen . Salah satu perusahaan yang melakukan eksplorasi dan penambangan batu kapur yang digunakan sebagai bahan utama pembuatan semen adalah PT. Semen Gresik (PERSERO) Tbk. Dalam menentukan estimasi potensi batu kapur perusahaan ini mengambil data dari pemetaan topografi, yaitu melalui pengukuran pada titik-titik ketinggian kawasan pertambangan batu kapur. Dengan kemajuan teknologi dibidang penginderaan jauh, perhitungan estimasi potensi batu kapur dapat dilakukan dengan menggunakan data citra satelit Landsat 7 ETM+. Parameter yang digunakan untuk identifikasi potensi batu kapur pada penelitian ini ada 4 yaitu suhu permukaan, tutupan lahan, indeks vegetasi, dan interpretasi visual. Parameter utama yang dijadikan untuk membuat model estimasi potensi batu kapur adalah suhu permukaan tanah. Korelasi antara suhu permukaan di citra dan lapangan adalah 55,9 %. Dengan regresi linier sederhana didapatkan nilai r 2 =0,313, dengan persamaan koreksi suhu permukaan antara citra dan suhu lapangan adalah suhu Citra (°C)= 78,23-1,233. Suhu lapangan. Suhu di citra dan suhu lapangan memiliki hubungan yang terbalik artinya ketika suhu di lapangan tinggi maka suhu di citra rendah. Dari persamaan koreksi didapat ketika suhu batu kapur dilapangan adalah 38 ° C maka suhu di citra Landsat adalah 31,5 ° C. Kata Kunci : Batu Kapur, Tutupan Lahan, Indeks Vegetasi, Suhu Permukaan I. PENDAHULUAN Batu kapur merupakan salah satu bahan galian C yang banyak terdapat di Indonesia. Pegunungan kapur di Indonesia menyebar dari barat ke timur mulai dari pegunungan di Jawa Tengah hingga ke Jawa Timur, Madura, Sumatra, dan Irian Jaya. Besarnya potensi tersebut diiringi pula dengan konsumsi batu kapur yang besar untuk memenuhi kebutuhan manusia. Secara umum segala benda yang ada di rumah dan kantor membutuhkan batuan kapur dengan fase tertentu baik langsung maupun tidak langsung, baik sebagai proses primer maupun sebagai bahan tambahan. Begitu banyaknya hasil olahan pabrik yang membutuhkan batuan kapur menunjukkan bahwa peran batu kapur dalam proses industri sangatlah penting misalnya sebagai bahan utama pembuatan semen ( Haidir, 2011) Penambangan bahan galian merupakan kegiatan dalam rangka penyediaan bahan baku untuk keperluan penambangan disegala bidang. Maka dari itu usaha pertambangan tidak lepas dari pekerjaan-pekerjaan dalam mencari bahan tambang. Salah satu hal yang terpenting dalam pekerjaan pertambangan adalah perhitungan estimasi potensi tambang. Estimasi potensi tambang berperan penting dalam menentukan jumlah kualitas, kerja produksi, cara penambangan yang dilakukan, bahkan memperkirakan waktu yang dibutuhkan oleh perusahaan dalam melakukan usaha penambangan. Salah satu perusahaan yang melakukan eksplorasi dan penambangan batu kapur yang digunakan sebagai bahan utama pembuatan semen adalah PT. Semen Gresik (PERSERO) Tbk. PT. Dalam menentukan estimasi potensi batu kapur perusahaan ini mengambil data dari pemetaan topografi, yaitu melalui pengukuran pada titik-titik ketinggian kawasan pertambangan batu kapur. Dengan kemajuan teknologi dibidang inderaja, perhitungan estimasi potensi batu kapur dapat dilakukan dengan menggunakan data citra satelit Landsat 7 ETM+. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi di bidang pertambangan Indonesia, karena nantinya bisa dijadikan sebagai data spasial dengan metode yang lebih cepat dan efisien dalam perhitungan estimasi potensi batu kapur tanpa mengurangi pengukuran di lapangan. A. Rumusan Masalah Permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana menghitung estimasi potensi batu kapur dengan menggunakan hasil olahan data citra satelit Landsat 7 ETM+ B. Batasan Masalah Batasan masalah dari penelitian tugas akhir ini adalah: 1. Wilayah studi adalah kawasan pertambangan batu kapur PT. Semen Gresik (Persero) pabrik Tuban. 2. Data citra yang digunakan adalah Landsat 7 ETM+ tahun 2001 resolusi 30 m. 3. Data survei topografi yang akan digunakan adalah data tambang batu kapur bulan Juli 2011. 4. Hasil penelitian adalah sebuah permodelan untuk menghitung estimasi potensi tambang batu kapur dari hasil olahan data citra satelit Landsat 7 ETM+. PERMODELAN ESTIMASI POTENSI TAMBANG BATU KAPUR DARI HASIL ANALISA DATA CITRA SATELIT LANDSAT 7 ETM+ (Studi Kasus : Tambang Batu Kapur PT. Semen Gresik Persero Tbk. Pabrik Tuban) Nurjannah, Ir. Yuwono, MT. Jurusan Teknik Geomatika, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 Email : [email protected]

Upload: toperasullgrana

Post on 05-Jan-2016

3 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

paper

TRANSCRIPT

Page 1: paper-31986-3508100048-paper

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. X, No. X, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) 1

Abstrak— Batu kapur merupakan salah satu bahangalian C yang banyak terdapat di Indonesia. Besarnya potensitersebut diiringi pula dengan konsumsi batu kapur yang besaruntuk memenuhi kebutuhan manusia.Begitu banyaknya hasilolahan pabrik yang membutuhkan batuan kapur menunjukkanbahwasanya peran batu kapur dalam proses industri sangatlahpenting misalnya saja sebagai bahan utama pembuatan semen .Salah satu perusahaan yang melakukan eksplorasi danpenambangan batu kapur yang digunakan sebagai bahan utamapembuatan semen adalah PT. Semen Gresik (PERSERO) Tbk.Dalam menentukan estimasi potensi batu kapur perusahaan inimengambil data dari pemetaan topografi, yaitu melaluipengukuran pada titik-titik ketinggian kawasan pertambanganbatu kapur.

Dengan kemajuan teknologi dibidang penginderaan jauh,perhitungan estimasi potensi batu kapur dapat dilakukan denganmenggunakan data citra satelit Landsat 7 ETM+. Parameteryang digunakan untuk identifikasi potensi batu kapur padapenelitian ini ada 4 yaitu suhu permukaan, tutupan lahan,indeks vegetasi, dan interpretasi visual. Parameter utama yangdijadikan untuk membuat model estimasi potensi batu kapuradalah suhu permukaan tanah. Korelasi antara suhu permukaandi citra dan lapangan adalah 55,9 %. Dengan regresi liniersederhana didapatkan nilai r2=0,313, dengan persamaan koreksisuhu permukaan antara citra dan suhu lapangan adalah suhuCitra (°C)= 78,23-1,233. Suhu lapangan. Suhu di citra dan suhulapangan memiliki hubungan yang terbalik artinya ketika suhudi lapangan tinggi maka suhu di citra rendah. Dari persamaankoreksi didapat ketika suhu batu kapur dilapangan adalah 38 ° Cmaka suhu di citra Landsat adalah 31,5 ° C.

Kata Kunci : Batu Kapur, Tutupan Lahan, Indeks Vegetasi,Suhu Permukaan

I. PENDAHULUANBatu kapur merupakan salah satu bahan galian C

yang banyak terdapat di Indonesia. Pegunungan kapur diIndonesia menyebar dari barat ke timur mulai daripegunungan di Jawa Tengah hingga ke Jawa Timur,Madura, Sumatra, dan Irian Jaya. Besarnya potensi tersebutdiiringi pula dengan konsumsi batu kapur yang besar untukmemenuhi kebutuhan manusia. Secara umum segala bendayang ada di rumah dan kantor membutuhkan batuan kapurdengan fase tertentu baik langsung maupun tidak langsung,baik sebagai proses primer maupun sebagai bahantambahan. Begitu banyaknya hasil olahan pabrik yangmembutuhkan batuan kapur menunjukkan bahwa peran batukapur dalam proses industri sangatlah penting misalnyasebagai bahan utama pembuatan semen ( Haidir, 2011)

Penambangan bahan galian merupakan kegiatandalam rangka penyediaan bahan baku untuk keperluanpenambangan disegala bidang. Maka dari itu usahapertambangan tidak lepas dari pekerjaan-pekerjaan dalammencari bahan tambang. Salah satu hal yang terpentingdalam pekerjaan pertambangan adalah perhitungan estimasipotensi tambang. Estimasi potensi tambang berperan pentingdalam menentukan jumlah kualitas, kerja produksi, carapenambangan yang dilakukan, bahkan memperkirakanwaktu yang dibutuhkan oleh perusahaan dalam melakukanusaha penambangan.

Salah satu perusahaan yang melakukan eksplorasidan penambangan batu kapur yang digunakan sebagai bahanutama pembuatan semen adalah PT. Semen Gresik(PERSERO) Tbk. PT. Dalam menentukan estimasi potensibatu kapur perusahaan ini mengambil data dari pemetaantopografi, yaitu melalui pengukuran pada titik-titikketinggian kawasan pertambangan batu kapur.

Dengan kemajuan teknologi dibidang inderaja,perhitungan estimasi potensi batu kapur dapat dilakukandengan menggunakan data citra satelit Landsat 7 ETM+.Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dibidang pertambangan Indonesia, karena nantinya bisadijadikan sebagai data spasial dengan metode yang lebihcepat dan efisien dalam perhitungan estimasi potensi batukapur tanpa mengurangi pengukuran di lapangan.

A. Rumusan MasalahPermasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimanamenghitung estimasi potensi batu kapur denganmenggunakan hasil olahan data citra satelit Landsat 7ETM+

B. Batasan MasalahBatasan masalah dari penelitian tugas akhir ini adalah:1. Wilayah studi adalah kawasan pertambangan batu kapur

PT. Semen Gresik (Persero) pabrik Tuban.2. Data citra yang digunakan adalah Landsat 7 ETM+

tahun 2001 resolusi 30 m.3. Data survei topografi yang akan digunakan adalah data

tambang batu kapur bulan Juli 2011.4. Hasil penelitian adalah sebuah permodelan untuk

menghitung estimasi potensi tambang batu kapur darihasil olahan data citra satelit Landsat 7 ETM+.

PERMODELAN ESTIMASI POTENSI TAMBANG BATUKAPUR DARI HASIL ANALISA DATA CITRA SATELIT

LANDSAT 7 ETM+(Studi Kasus : Tambang Batu Kapur PT. Semen Gresik Persero

Tbk. Pabrik Tuban)

Nurjannah, Ir. Yuwono, MT.Jurusan Teknik Geomatika, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan,

Institut Teknologi Sepuluh NopemberJl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111

Email : [email protected]

Page 2: paper-31986-3508100048-paper

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. X, No. X, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) 2

C. Tujuan PenelitianTujuan penulisan penelitian ini adalah pembuatan modeluntuk mengetahui estimasi potensi tambang batu kapur diPT. Semen Gresik (Persero) Tbk. dari data citra satelitLandsat 7 ETM+.

D. Manfaat PenelitianManfaat yang ingin diperoleh dari penelitian ini adalah :1. Adanya informasi mengenai estimasi potensi tambang

batu kapur di PT. Semen Gresik (Persero) Tbk.2. Memberikan kontribusi berupa model perhitungan

estimasi potensi tambang batu kapur di sektorpertambangan di Indonesia.

II. METODOLOGI PENELITIAN

A. Lokasi PenelitianLokasi penelitian tugas akhir ini mengambil daerah

studi kawasan pertambangan batu kapur milik PT SemenGresik (Persero) Tbk pabrik Tuban yang berada di desaSumberarum kecamatan Kerek Tuban.

Gambar 1. Lokasi penelitian

B. Data dan Peralatan

1) Data Data pengukuran topografi tambang batu kapur

Juli 2011 Citra Landsat 7 ETM+ tahun 2001 tanggal

akuisisi 27 Agustus 2001 path/row 118/065dengan resolusi 30 m

Softcopy peta geologi lembar jatirogo skala 1:100.000 tahun 1992 yang digunakan sebagai datapembanding untuk proses klasifikasi sebaranbatuan

Citra Landsat 7 ETM Orthometrik tahun 2000dengan tanggal akuisisi 17 Agustus 2000path/row 118/065

2) Peralatan Sistem Operasi Windows 7 Microsoft Office 2007 ArcGIS 10 ENVI 4.6.1 Matlab 7.0 Autodesk Land Desktop 2004 GPS Handheld

C. Tahapan Kegiatan Penelitian

Pada penelitian, kegiatan yang dilakukan sebagai berikut:

Gambar 2. Diagram Alir Kegiatan Penelitian

D. Tahap Pengolahan Data

Gambar 3. Tahap Pengolahan Data

Identifikasi Awal

Studi Literatur

Pengumpulan Data

Pengolahan Data

Analisa

Penyusunan Laporan

Page 3: paper-31986-3508100048-paper

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. X, No. X, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) 3

1. Citra yang digunakan adalah citra Landsat 7 ETM+akuisisi 27 Agustus tahun 2001 dengan ketelitian citrasebesar 30 meter.

2. Pemotongan (cropping) dilakukan untuk mendapatkancitra digital yang hanya meliputi daerah penelitian yaitukawasan tambang batu kapur PT. Semen Gresik(PERSERO) Tbk.

3. Koreksi Geometrik dilakukan dengan tujuan mereduksikesalahan geometrik sehingga dihasilkan citra yangterkoreksi geometrik. Koreksi dilakukan dengan citraLandsat 7 ETM Ortho akuisisi 17 Agustus 2000path/row 118/065. Metode yang digunakan adalahmetode polynomial dengan intepolasi linear dan metoderesampling nearest neighbour.

4. RMSE adalah parameter tingkat keakurasian dari proseskoreksi geometrik, yaitu nilai yang dipresentasikan olehselisih antara koordinat titik kontrol hasil transformasidengan koordinat titik control. Pada penelitian ini RMSEyang didapatkan adalah 0,586191 dengan 13 titik yangtersebar di kawasan penelitian.

5. Citra kemudian diolah menjadi 4 peta yaitu peta suhupermukaan, tutupan lahan, indeks vegetasi dan sebaranbatuan.

6. Ground Truth pada penelitian ini dilakukan dua kaliyaitu ground truth untuk uji ketelitian tutupan lahan danground truth suhu permukaan tanah.

7. Uji ketelitian adalah proses yang dilakukan untukmelakukan pengecekan antara hasil pengolahan di citradan pengukuran di lapangan. Uji ketelitian tutupan lahandidapatkan hasil 83,3 %

8. Empat peta hasil pengolahan citra di overlay untukmendapatkan peta potensi batu kapur.

9. Data koordinat X,Y, dan Z batu kapur bulan juli 2011yang telah didapat harus ditransformasikan darikoordinat lokal ke UTM. Selanjutnya akan dilakukanplotting autodesk land desktop 2004 untuk menghitungluasan potensi batu kapur yang ada di PT. Semen Gresik(Persero) Tbk.

10. Overlay dalam penelitian ini dilakukan terhadap 4 petayaitu peta suhu permukaan, peta tutupan lahan, petaindeks vegetasi, dan peta geologi hasil interpretasivisual. Peta suhu permukaan adalah parameter utamauntuk membuat model identifikasi potensi batu kapur,sedangkan 3 peta yang lain hanya menjadi informasipendukung.

11. Tahap AnalisaAnalisa dilakukan pada suhu permukaan hasilpengolahan citra dan suhu permukaan di lapangan.Selanjutnya dengan regresi sederhana akan dibuat modelidentifikasi potensi batu kapur.

III. ANALISIS

E. Hasil Peta1. Peta Suhu Permukaan

Lokasi penelitian didominasi oleh suhu permukaandengan kisaran suhu 34°C – 36°C seluas 3,838 hektar dankisaran suhu 32°C – 34°C seluas 3,359.7 hektar.Berdasarkan peta geologi skala 1: 100.000 lembar jatirogodapat dilihat bahwa lokasi penelitian didominasi olehformasi paciran dengan satuan batu gamping pejal dan batugamping dolomitan. Jika demikian, berdasarkan tabelemisivitas maka suhu permukaan yang mendominasiseharusnya adalah suhu 38°C, namun pada hasil pengolahan

citra band 61 suhu permukaan 38°C hanya 319,7 hektar .Oleh karena itu hasil pengolahan citra yang ada perludilakukan koreksi dengan melakukan pengecekan lapangan.

Gambar 4. Peta Suhu Permukaan

2. Peta Tutupan LahanPada lokasi penelitian didapatkan 4 tipe tutupan

lahan yaitu permukiman, sawah, air, semak belukar,ladang/tegalan.

Gambar 5. Peta Tutupan Lahan

Tabel 2. Luasan Tutupan Lahan

No Jenis Tutupan Lahan Luas (Ha)1 Permukiman 2521,92 Sawah 1946,13 Tubuh Air 106,94 Semak Belukar 3031,45 Ladang/Tegalan 5163,1

Jumlah 12769,4

Berdasarkan parameter penutup lahan, maka untukmengidentifikasi potensi batu kapur tutupan lahan yangdiperkiraan terdapat batu kapur adalah tutupan lahan ladangdan semak belukar.

Page 4: paper-31986-3508100048-paper

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. X, No. X, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) 4

3. Peta Indeks Vegetasi

Gambar 6. Peta indeks vegetasi

Jika ditinjau dari parameter kerapatan vegetasi,menurut Syaeful dalam bahri menyatakan bahwa salah satusyarat terbentuknya kawasan karst (dengan dominasi batukapur dan dolomit) adalah memiliki vegetasi penutuplahan dengan kerapatan tinggi. Namun ketika dilakukanpengolahan di citra dan pengecekan dilapangan di dapatkanhasil bahwa indeks vegetasi yang ada di lokasi tambang batukapur tersebut masuk dalam tipe kerapatan vegetasi yangjarang (range -1 sampai 0,32). Hal tersebut dikarena lokasitambang yang ada sudah berubah menjadi dari semakbelukar menjadi ladang/tegalan. Range -1 sampai 0.32memiliki luasan paling besar dalam pembagian tipe indeksvegetasi yaitu 8374,6 hektar.

4. Interpretasi VisualBerdasarkan hasil interpretasi visual,peta geologi

lembar jatirogo, dan pengecekan dilapangan didaptkan hasilbahwa batuan yang ada di lokasi penelitian antara lain :1. Anggota ngrayong, formasi tuban (Tmtn)

Batupasir kuarsa berselingan batugamping danbatulempung. Dalam kenampakan di citra memilikiwarna biru cerah dengan selingan warna kuning danorange. Formasi ini memiliki luasan 1150,7 hektar.

2. Formasi paciran (Tpp)Batugamping pejal, dan batugamping dolomitan. Dalamkenampakan di citra memiliki warna biru cerah dandiselingi warna biru tua. Formasi ini memiliki luasan8225,1 hektar.

3. Aluvium (Qa)Pasir, lempung, lanau, dan kerikil. Dalam kenampakandi citra memiliki warna merah diselingi warna biru tua.Formasi ini memiliki luasan 3265, 7 hektar.

Gambar 7. Peta geologi hasil interpretasi

Dari hasil pengolahan citra diketahui bahwa tambangbatu kapur berada pada formasi paciran (tpp) dengan satuanbatuan satuan batugamping pejal, dan batugampingdolomitan. Formasi ini memiliki luasan 8225,1 hektar.

5. Pengolahan Data KoordinatPengolahan data koordinat x,y,z dilakukan dengan

menggunakan menggunakan Autocad Land Dekstop 2004.Semua koordinat yang ada akan diolah untuk selanjutnyadidapatkan luasan tambang batu kapur di PT. Semen GresikPersero, Tbk. Dari hasil perhitungan dalam Autocaddidapatkan bahwa luasan tambang batu kapur yaitu 866,9hektar.

Gambar 8. Peta Tambang Batu Kapur

F. Analisis dan Pembahasan1. Uji Ketelitian Klasifikasi Tutupan Lahan

Pengukuran suhu permukaan ini dilakukan denganmenggunakan termometer yang ditancapkan ke dalam tanah.Pengukuran dilakukan dengan mengambil 20 sampel yangmenyebar pada lokasi yang berdasarkan peta geologiterdapat potensi batu kapur. Pengukuran dilakukan padatanggal 20 Juli 2013 pukul 12.00 – 14.00 WIB.

Uji korelasi ini dilakukan dengan membandingkansuhu permukaan di citra dengan hasil ground truth. Hal inidilakukan untuk mengetahui sejauh mana korelasi ataukedekatan suhu permukaan hasil pengolahan citra denganhasil lapangan. Ketika dilakukan uji korelasi antara suhupermukaan di citra dan lapangan didapatkan nilai 0,559dapat diartikan bahwa keeratan hubungan antara suhu citradan suhu di lapangan adalah 55,9 %

Page 5: paper-31986-3508100048-paper

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. X, No. X, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) 5

2. Permodelan Estimasi Potensi Batu KapurUntuk membuat model estimasi potensi batu kapur

dilakukan dengan metode regresi linier sederhana. Berikutini grafik regresi antara data lapangan dan hasil pengolahancitra.

3938373635

38

36

34

32

30

28

Suhu lapangan

Suhu

Citr

a(°

C)

S 2.54957R-Sq 31.3%R-Sq(adj) 27.4%

Suhu Citra (°C) = 78.23 - 1.233 Suhu lapangan

Gambar 9. Grafik regresi suhu pengolahan citra band61 dan data lapangan

Dengan regresi linier sederhana didapatkan nilair2=0,313, seperti pada gambar 4.22. Dengan persamaankoreksi suhu di citra sebagai berikut :

Suhu Citra (°C)= 78,23-1,233 . Suhu Lapangan

Nilai r2=0,313 bermakna bahwa 0,313 atau 31,3%diantara keragaman total nilai Citra (y) dapat dijelaskan olehhubungan liniernya dengan nilai lapangan (x). Daripersamaan koreksi diatas didapat ketika suhu batu kapurdilapangan untuk identifikasi adalah 38 ° C maka suhu dicitra adalah 31,5 ° C.

Berikut ini distribusi suhu permukaan tanah hasilpengukuran lapangan dan hasil pengolahan citra.

2018161412108642

40.0

37.5

35.0

32.5

30.0

Sample

Suhu

(°C)

Suhu lapanganSuhu Citra (°C)

Variable

Gambar 10. Pola Distribusi suhu permukaan di citradan Data Lapangan

Grafik di atas menunjukan pola distibusi suhupermukaan hasil pengolahan citra dengan hasil pengukuranlapangan. Dari grafik tersebut dapat disimpulkan bahwaantara hasil pengolahan citra dan data lapangan hubunganyang terbalik.

Dari hasil uji korelasi dapat didapatkan bahwakeeratan hubungan antara data lapangan dan data citra hanya55,9 %, itu artinya data citra yang ada tidak bisa dijadikanpatokan identifikasi untuk estimasi potensi. Jika akanmencari estimasi batu kapur harus menggunakan persamaankoreksi hasil regresi. Koreksi yang ada dikarenakan suhuyang direkam oleh citra bisa saja suhu yang berada di atasvegetasi dan bukan suhu pada permukaan tanahnya. Indeksvegetasi juga mempengaruhi suhu permukaan karenasemakin rapat suatu vegetasi maka suhu yang terekam akan

semakin dingin karena tertutup oleh vegetasi yang adadiatasnya. Analisa lain karena terlalu banyak faktor yangmempengaruhi seperti yang telah dijelaskan pada bab 2,faktor yang mempengaruhi suhu permukaan tanah ada 2yaitu faktor luar dan faktor dalam. Yang dimaksud denganfaktor luar adalah radiasi matahari, awan, curah hujan,angin, kelembapan udara. Faktor dalamnya adalah faktortanah, struktur tanda, kadar air tanah, kandungan bahanorganik, dan warna tanah. Banyaknya faktor yangmempengaruhi suhu permukaan akan sulit dijadikan sebagaipatokan identifikasi jenis batuan dan harus dilakukanpenelitian yang cukup dalam dari waktu ke waktu.

.Identifikasi potensi batu kapur dari parametertutupan lahan tidak cukup dengan menggunakan satu jenistipe tutupan lahan karena pada awal terbentuknya kawasankarst tutupan lahan berupa semak belukar telah berubahmenjadi ladang/tegalan pada sebagian luasannya. Yangperlu diperhatikan pada parameter ini adalah prosesperubahan tutupan lahan yang terjadi dari tahun ke tahunsehingga bisa membantu proses identifikasi potensi yangada. Adanya peta geologi lokasi penelitian akan sangatmembantu identifikasi potensi batu kapur.

Hasil analisa yang ada menunjukkan bahwaparameter indeks vegetasi berkaitan dengan parametertutupan lahan. Tutupan lahan ladang/tegalan memiliki nilaiyang lebih rendah dibandingkan dengan tutupan lahansemak belukar dan sawah. Ladang/tegalan memiliki nilaiindeks vegetasi berkisar antara -1 sampai 0,32 sedangkansemak belukar berkisar antara 0,32 sampai 0,42 dan sawahantara 0,42 sampai 1.

Litologi batuan pada lokasi penelitian adalah formasitpp dengan satuan batugamping pejal, dan batugampingdolomitan. Peta geologi sebagai data sekunder untukmembantu proses interpretasi visual pada citra Landsat 7ETM+ kombinasi band 457. Untuk membantu interpretasivisual juga bisa didukung oleh data DEM dan peta RBIuntuk menunjukkan adanya ketinggian, cekungan tertutupdan lembah kering yang merupakan ciri dari adanyakawasan karst.

VI. PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Korelasi antara suhu permukaan di citra danlapangan adalah 55,9 %.

2. Persamaan koreksi hasil regresi adalah Suhu Citra(°C)= 78,23-1,233.Suhu Lapangan. Jika suhu batukapur di lapangan untuk identifikasi adalah 38 ° Cmaka suhu di citra adalah 31,5 ° C.

3. Penutup lahan yang ada di daerah penelitianmemiliki 5 jenis tutupan lahan, yaitu permukiman,sawah, air, ladang/tegalan, dan semak belukar.Batu kapur ditemukan pada tutupan lahan semakbelukar dan ladang/tegalan.

4. Nilai Indeks vegetasi di daerah penelitian berkisarantara -1,0000 sampai 0,7802, sedangkan untuktambang batu kapur memiliki tipe indeks vegetasijarang dengan nilai kisaran -1,0000 sampai 0,32.

5. Formasi batuan yang ada yaitu anggotan ngrayongformasi tuban (Tmtn), formasi paciran (Tpp), danAluvium (Qa). Formasi batuan yang ada ditambang batu kapur adalah formasi paciran dengansatuan batu gamping pejal dan batu gampingdolomitan.

Page 6: paper-31986-3508100048-paper

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. X, No. X, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) 6

B. Saran

1. Interpretasi visual pada citra perlu didukungdengan data DEM dan peta RBI untukmenunjukkan adanya ketinggian, cekungan tertutupdan lembah kering yang merupakan ciri dariadanya kawasan karst.

2. Sampel untuk pengukuran di lapangan harusditambah agar hasil koreksi lebih akurat danmewakili lokasi penelitian

3. Mengingat suhu citra yang terekam oleh citraadalah suhu diatas vegetasi maka suhu permukaanhasil pengolahan citra harus dikoreksi juga denganindeks vegetasi.

4. Sebaiknya untuk mengidentifikasi potensi batukapur diusahakan pada lokasi yang belummengalami penambangan oleh perusahaan. Prosespenambangan yang ada akan sangat berpengaruhpada tutupan lahan, suhu permukaan, dan indeksvegetasi.

5. Kabupaten Tuban sebagai daerah penelitianmemiliki potensi yang sangat besar dengan adanyakawasan karst, namun hal tersebut tidak seharusnyadi eksploitasi terus menerus tanpa adanya upayapelestarian dari pihak-pihak terkait.

DAFTAR PUSTAKA

[1] Barsi, Julia A., John L. Barker, John R.Schott, (2003), “An Atmospheric CorrectionParameter Calculator for Single Thermal BandEarth-Sensing Instrument”, IEEE.

[2] Danoedoro, P. 1996. Pengolahan Citra Digital :Teori dan Aplikasi dalam Bidang PenginderaanJauh. Yogyakarta: Fakultas Geografi UniversitasGadjah Mada.

[3] Desi, 2011. Aplikasi penginderaan jauh untukmenduga suhu Permukaan dan udara di lahangambut dan mineral Dengan menggunakan metodeneraca energi (area studi : sampit, kalimantantengah). Departemen Geofisika dan Meteorologi,FMIPA-IPB, Bandung

[4] Ford, D. and Williams, P. 1992. KarstGeomorphology and Hydrology, Chapman andHall, London

[5] Haidir, S. 2011. Uji Kemurniaan Komposisi FasaBatu Kapur Tuban dengan Analisis Rietveld DataDifraksi Sinar-X, Tugas Akhir, Jurusan FisikaFMIPA-ITS, Surabaya.

[6] Hariyanto, T. 2006. Penggunaan Citra DigitalPenginderaan Jauh untuk Perhitungan VolumeLumpur di Lokasi Semburan Lumpur PT.LapindoBrantas Porong – Sidoarjo, Prosiding PertemuanIlmiah Tahunan III, Teknik Geomatika FTSP-ITS,Surabaya.

[7] Lillesand, Thomas, M., dan Ralph, W., Kiefer,1990, “Penginderaan Jauh dan Interpretasi Citra”. ,Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.

[8] Lillesand T.M., and Kiefer R.W. 1994. RemoteSensing and Image Interpretation. Second Edition.New York: John Willey & Sons.

[9] Maryantika, N. 2011. Analisa Perubahan VegetasiDitinjau dari Tingkat Ketinggian dan KemiringanLahan Menggunakan Citra Satelit Landsat danSPOT 4, Teknik Geomatika FTSP-ITS, Surabaya

[10] Mustika, A. 2012. Perhitungan Volume Semburandan Sebaran Lumpur Sidoarjo dengan Citra IkonosMultitemporal 2011, Tugas Akhir, TeknikGeomatika FTSP-ITS, Surabaya

[11] Noor, K. 2008. Pemetaan Prediksi Lokasi MineralUranium dengan Citra Landsat 7 ETM+ , TeknikGeomatika FTSP-ITS, Surabaya

[12] Prahasta, Eddy. 2008. Remote Sensing PraktisPenginderaan Jauh dan Pengolahan Citra Dijitaldengan Perangkat Lunak ER Mapper. Bandung:Informatika.

[13] Purwadhi, Sri Hardiyanti.2001. Interpretasi CitraDigital. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana

[14] Shilu, T. 2008. Using Remote Sensing and GISTechniques in Spatial Information Monitoring ofCoal Refuse Disposal Piles.The InternationalArchives of the Photogrammetry, Remote Sensingand Spatial Information Sciences. Vol. XXXVII.Part B8. Beijing

[15] Sofani, R. 2011. Deliniasi Prospek Panas BumiDaerah Tiris Probolinggo Dan Sekitarnya DenganAnalisa Citra Satelit Landsat 7 Etm+, FisikaFMIPA-ITS, Surabaya

[16] Sucipto, E. 2007. Hubungan Pemaparan PartikelDebu pada Pengolahan Batu Kapur TerhadapPenurunan Kapasitas Fungsi Paru, ProgramMagister Ilmu Lingkungan-UNDIP, Semarang

[17] Sutanto. 1994. Penginderaan Jauh. Jilid 2.Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.

[18] Thoha, Achmad Siddik. 2008. Karakteristik CitraSatelit. Medan: Departemen Kehutanan FakultanPertanian Universitas Sumatra Utara

[19] Yuwono. 2004. Pendidikan dan Pelatihan (Diklat)Teknik Pengukuran

[20] Undang-Undang RI No.4 Tahun 1992 tentangPermukiman dan Perumahan. Jakarta : KantorSekretariat Negara

[21] Yuwono. 2004. “Pendidikan dan Pelatihan(DIKLAT) Teknis Pengukuran dan PemetaanKota”. Surabaya: Teknik Geomatika InstitutTeknologi Sepuluh Nopember

[22] Zhou, Q. Lees, B. Tang, G. 2008. “Advances inDigital Terrain Analysis”. Berlin: Springer-VerlagBerlin Heidelberg