panduan penolakan resusitasi ur

7
PANDUAN PENOLAKAN RESUSITASI (DNR) A. PENGERTIAN Resusitasi merupakansegala bentuk usaha medis, yang dilakukan terhadap mereka yang berada dalam keadaan darurat atau kritis, untuk mencegah kematian. Do Not Resusitation (DNR) adalah sebuah perintah untuk tidak dilakukan Resusitasi, yang merupakan pesan untuk tenaga kesehatan ataupun masyarakat umum untuk tidak mencoba CPR (cardiopulmonary resusitation) atau Resusitasi Jantung Paru (RJP) jika terjadi permasalahan darurat pada jantung pasien atau pernapasan berhenti. Perintah ini ditulis atas permintaan pasien atau keluarga tetapi harus ditandatangani oleh dokter yang berlaku. DNR merupakan salah satu keputusan yang paling sulit, adalah masalah etika yang menyangkut perawat ataupun dokter dan tenaga kesehatan lainnya. Hal ini akan berhadapan dengan masalah moral atau pun etik, apakah akan mengikuti sebuah perintah 'jangan dilakukan resusitasi' ataupun tidak. Bagaimana tidak jika tiba-tiba pasien henti jantung sebagai perawat yang sudah handal dalam melakukan RJP membiarkan pasien mati dengan begitu saja tapi masalahnya jika kita memiliki hati dan melakukan RJP pada pasien tersebut, kita bisa dituntut oleh pasien dan keluarga pasien tersebut. Ini adalah sebuah dilema. Jika terjadi kedaruratan jantung pasien atau pernapasan berhenti.

Upload: ekakansa

Post on 08-Apr-2016

71 views

Category:

Documents


8 download

DESCRIPTION

DNR

TRANSCRIPT

Page 1: Panduan Penolakan Resusitasi Ur

PANDUAN

PENOLAKAN RESUSITASI (DNR)

A. PENGERTIAN

Resusitasi merupakansegala bentuk usaha medis, yang dilakukan

terhadap mereka yang berada dalam keadaan darurat atau kritis, untuk mencegah

kematian.

Do Not Resusitation (DNR) adalah sebuah perintah untuk tidak

dilakukan Resusitasi, yang merupakan pesan untuk tenaga kesehatan ataupun

masyarakat umum untuk tidak mencoba CPR (cardiopulmonary resusitation)

atau Resusitasi Jantung Paru (RJP) jika terjadi permasalahan darurat pada

jantung pasien atau pernapasan berhenti.

 Perintah ini ditulis atas permintaan pasien atau keluarga tetapi harus

ditandatangani oleh dokter yang berlaku. DNR merupakan salah satu keputusan

yang paling sulit, adalah masalah etika yang menyangkut perawat ataupun

dokter dan tenaga kesehatan lainnya. Hal ini akan berhadapan dengan masalah

moral atau pun etik, apakah akan mengikuti sebuah perintah 'jangan dilakukan

resusitasi' ataupun tidak. Bagaimana tidak jika tiba-tiba pasien henti jantung

sebagai perawat yang sudah handal dalam melakukan RJP membiarkan pasien

mati dengan begitu saja tapi masalahnya jika kita memiliki hati dan melakukan

RJP pada pasien tersebut, kita bisa dituntut oleh pasien dan keluarga pasien

tersebut. Ini adalah sebuah dilema. Jika terjadi kedaruratan jantung pasien atau

pernapasan berhenti.

Salah satu alasan utama orang menandatangani perintah DNR adalah

karena apa yang terjadi ketika staf rumah sakit mencoba untuk melakukan RJP.

Situasi ini umumnya disebut sebagai "kode." Hal ini kadang-kadang diberikan

nama samaran yang berbeda di rumah sakit yang berbeda. Pada pasien biasa

ketika kode staf pasien suatu kawanan seluruh tim resusitasi ruangan. Dada akan

dikompresi dengan tangan untuk mensimulasikan detak jantung dan sirkulasi

darah. Sebuah tabung dimasukkan ke dalam mulut dan tenggorokan dan Pasien

diletakkan pada ventilator untuk bernafas untuk Pasien. Jika hati Pasien dalam

irama mematikan Pasien terkejut dengan jumlah besar listrik untuk tersentak

kembali ke irama. Obat yang diberikan dan secara manual dipompa melalui

sistem dengan penekanan dada. Jika semua ini berhasil, hati Pasien mulai untuk

Page 2: Panduan Penolakan Resusitasi Ur

mengalahkan sendiri lagi dan pasien berakhir di ventilator untuk membuatnya /

napasnya. Ini tidak biasanya datang tanpa konsekuensi.

Salah satu konsekuensi potensial utama dilakukan RJP adalah

kekurangan oksigen ke organ-organ tubuh. Meskipun penekanan dada sedang

dilakukan untuk mengedarkan darah melalui tubuh, masih belum seefektif detak

jantung biasa. Meskipun oksigen dipompa ke paru-paru mekanik, penyakit itu

sendiri dapat mencegah beberapa oksigen dari mencapai aliran darah. Semakin

lama RJP berlangsung, semakin besar kemungkinan kerusakan pada organ-

organ. Tapi jika tidak dilakukan RJP akan berdampak dari kerusakan otak,

kerusakan ginjal, hati, atau kerusakan paru-paru. Apa pun bisa rusak

berhubungan dengan kurangnya oksigenasi.

Ada juga kemungkinan trauma tubuh dari penekanan dada. Hal ini sangat

normal untuk mendengar retak tulang rusuk dan tulang. Dibutuhkan banyak

kekuatan untuk kompres jantung dengan sternum dan tulang rusuk duduk di

sampingnya. Terutama  orang tua biasanya mengalami kerusakan dari ini.

Kejutan listrik juga dapat traumatis dalam dan dari dirinya sendiri.

Jadi bahkan jika Pasien bangkit kembali, kemungkinan Pasien pemulihan

dan kelangsungan hidup dapat berpotensi jauh lebih rendah daripada mereka

sebelum resusitasi tersebut. Biasanya Pasien berakhir pada ventilator setelah

RJP. Jika Pasien memiliki organ yang rusak, kerusakan terutama otak, ada

kemungkinan Pasien mungkin bukan karena ventilator tapi karena terlambatnya

oksigen masuk ke otak.

Pasien DNR biasanya sudah memberikan tanda utuk melarang

melakukan Resusitasi biasanya terdapat pada baju, di ruaang perawatan ataupun

di pintu masuk, sudah ada tandan tulisan “DNR”. Pasien DNR tidak benar-benar

mengubah perawatan medis yang diterima. Pasien masih diperlakukan dengan

cara yang sama. Semua ini berarti bahwa jika tubuh pasien meninggal (berhenti

bernapas, atau jantung berhenti berdetak) tim medis tidak akan melakukan

CPR/RJP.

Menjadi DNR tidak berarti obat berhenti untuk diberikan. Ketika dokter

dan perawat berhenti berfokus pada pengobatan dan mulai fokus pada tindakan

penghiburan adalah sesuatu yang disebut Perawatan Paliatif

Page 3: Panduan Penolakan Resusitasi Ur

B. TUJUAN

Untuk menyediakan suatu proses dimana pasien bisa memilih prosedur yang

nyaman dalam hal bantuan hidup oleh tenaga medis emergensi dalam kasus

henti jantung henti nafas.

C. PERTIMBANGAN STATUS DNR

DNR diberikan dengan pertimbangan-pertimbangan tertentu yaitu:

1. sudah tidak ada harapan hidup walaupun pasien itu masih sadar, misal

pasien dengan kanker stadium empat parah, jadi rasanya tidak perlu

adanya resusitasi.

2. Pasien yang pada penyakit kronis dan terminal.

3. Pasien dengan kontra indikasi CPR ataupun pasien yang di cap eutanasia

( dibiarkan mati ataupun suntik mati karena kehidupan yang sudah tidak

terjamin).

4. Kaku mayat.

5. Dekapitas: yaitu suatu tindakan untuk memisahkan kepala janin dari

tubuhnya dengan cara memotong leher janin agar janin dapat lahir per

vaginam. Dekapitasi dilakukan pada persalinan yang macet pada letak

lintang dan janin sudah meninggal.

6. Dekomposisi.

7. Lividitas dependen.

8. Jelas trauma kepala atau tubuh yang masif yang tidak memungkinkan

untuk hidup (pastikan pasien tidak memiliki tanda-tanda vital)

D. PROSEDUR MENOLAK RESUSITASI (DNR)

Untuk menentukan status DNR ini diperlukan konsultasi dan

kesepakatan para dokter yang merawat pasien dan tentu saja persetujuan dari

keluarga pasien. Karena apabila walaupun menurut para dokter yang merawat si

pasien bahwa keadaan pasien sudah tidak memungkinkan untuk dapat survive

dan status DNR diperlukan, tetapi keluarga pasien tidak menghendaki status

DNR tersebut, maka status DNR tidak dapat diberikan. Karena hal itu dapat

dianggap neglecting patient, dan pihak keluarga dapat menuntut dokter yang

merawat pasien dan rumah sakit tempat pasien dirawat. Jadi sebelum

menentukan DNR, maka keluarga pasien perlu diberitahu tentang keadaan

pasien.

Tetapi terkadang, keluarga pasien sendiri yang meminta status DNR,

walaupun pasien masih sadar. Pertimbangan mereka biasanya karena mereka

Page 4: Panduan Penolakan Resusitasi Ur

tidak ingin pasien mengalami kesakitan, mengingat bagaimanapun juga keadaan

pasien sudah parah, atau karena pasien sudah lanjut usia. Karena apabila kita

ingat dan bayangkan proses resusitasi itu sebenarnya memang menyakitkan.

Bayangkan saja tubuh yang sudah sakit parah atau renta diberikan kompresi

jantung, atau bahkan diberikan DC shock, pasti sakit sekali. makanya terkadang

keluarga pasien yang meminta DNR alias dibiarkan meninggal dengan tenang.

Prosedur yang direkomendasikan :

1. Meminta informed consent dari pasien atau walinya

2. Mengisi formulir DNR. Tempatkan kopi atau salinan pada rekam medis

pasien dan serahkan juga salinan pada pasien atau keluarga

3. Menginstruksikan pasien atau caregiver memasang formulir DNR di tempat-

tempat yang mudah dilihat seperti headboard, bedstand, pintu kamar atau

kulkas

4. Dapat juga meminta pasien mengenakan gelang DNR di pergelangan tangan

atau kaki (jika memungkinkan)

5. Tinjau kembali status DNR secara berkala dengan pasien atau walinya, revisi

bila ada perubahan keputusan yang terjadi dan catat dalam rekam medis. Bila

keputusan DNR dibatalkan, catat tanggal terjadinya dan gelang DNR di

musnahkan.

6. Perintah DNR harus mencakup hal-hal di bawah ini :

a. Diagnosis

b. Alas an DNR

c. Kemampuan pasien untuk membuat keputusan

d. Dokumentasi bahwa status DNR telah ditetapkan dan oleh siapa

7. Perintah DNR dapat dibatalkan dengan keputusan pasien sendiri atau dokter

yang merawat, atau oleh wali yang sah. Dalam hal ini, catatan DNR di rekam

medis harus pula dibatalkan dan gelang DNR (jika ada) di musnahkan.

Perintah Do Not Resuscitate (DNR) harus dengan dasar yang kuat. Bila keluarga

pasien memberikan surat perintah DNR dari dokter pribadinya, yaitu dengan

mengikuti prosedur berikut :

1. Hubungi kontrol medik.

2. Berikan keterangan yang jelas mengenai situasi yang ada.

3. Pastikan agar diagnosis yang mengakibatkan DNR sudah dijelaskan (misal

: kanker).

4. Buat laporan status pasien secara jelas (tanda-tanda vital, pemayaran

EKG).

5. Pastikan mengisi form DNR tertulis. Pastikan mencatat nama dokternya.

Page 5: Panduan Penolakan Resusitasi Ur

6. Dokter kontrol medik menentukan apakah menyetujui atau menolak

perintah DNR.

7. Bila pasien dalam henti jantung saat tiba di UGD, mulai BHD sambil

menghubungi

kontrol medik.

8. Pikirkan potensi untuk donasi organ. Pasien dengan cedera mematikan

mungkin tetap membutuhkan tindakan gadar hingga ditentukan apakah

pasien mungkin potensial sebagai donor organ atau jaringan.

9. Bila mungkin, letakkan telapak tampak segera atau leads EKG untuk

memastikan irama asistol atau agonal dan lampirkan strip kopi pada

laporan.