p.2 antibiosis tanah
TRANSCRIPT
PRAKTIKUM II
PENENTUAN KEHADIRAN ANTIBIOTIKA
1. Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui ada tidaknya antibiotika pada bakteri
yang diisolasi dari tanah.
2. Dasar Teori
Kata “Antibiotik” berasal dari bentuk antibiasis yang secara literal berarti perlawan
terhadap kehidupan (Anti : perlawanan, bios : Kehidupan / makhluk hidup). Konsep yang paling
aman diterima tentang defini antibiotik adalah substansi kimia yang diproduksi mikroorganisme
yang dalam konsentrasi rendah dapat menghambat secara selektif atau bahkan menghancurkan
bakteri atau mikroorganisme lain melalui antibiotik (Tyler, 1993). Ada beberapa antibiotik yang
tidak dihasilkan oleh golongan jamur, melainkan oleh golongan bakteri sendiri. Misalnya Tirosin
dihasilkan oleh Bacillus brevis. Basitrasin oleh Basillus Subtilis, Polimexin oleh Basilus
Polimyxa.
Dalam mencari antibiotik baru, cara sederhana dan cepat dikembangkan untuk
mengetahui mikrobia yang mempunyai kemampuan menghasilkan antibiotika. Umumnya
termasuk mikrobia prokariotik yang bercabang yang taksonominya terletak antara bakteri dan
fungi. Sampel tanah banyak digunakan dalam skrining karena mereka banyak mengandung
banyak mikrobia penghasil antibiotika. Golongan mikrobia ini dalam taksonomi disebut
Actinimycetales dan disebut secara umum Actinomycetes. Peneliti-peneliti dari Amerika Serikat
dan Jepang mendapatkan bahwa 85% antibiotika yang digunakan dalam terapi dihasilkan oleh
Actinomycetes, 11% oleh fungi dan 4 % oleh bakteri. (Pelczar, 1998). Bermacam-macam cairan
dari tanah di streak platekan ke media cawan agar yang dapat mendukubd pertumbuhan
Actynomycetes. Dengan beberapa tes organisme dapat menunjukan indikasi kegunaan potensial
dari antibiotik. Cawan yang diuji diinkubasi dalam kondisi yang cocok agar petumbuhan
mikroorganisme uji dapat maksimum setelah diinkubasi, membentuk zone bersih disekililing
Actynomycetes yang dapat diasumsikan bahwa antibiotik ini dapat menghambat pertumbuhan
organsime uji.
Tanah merupakan cadangan utama kehidupan mikroorganisme. Mikroorganisme paling
besar jumlahnya menghuni tanah adalah bacteria yang mencapai jumlah berjuta-juta yang dapat
dijumpai dalam jumlah yang besar menghasilkan substansi dalam wujud yang dinamakan
geosmin.Fungi juga terdapat di tanah yang jumlahnya lebish sedikit dibandingkan dengan bakteri
Actinomycetes. Selain mikroba di atas ada jasad hidup yang laindi tanah, misal : Algae dan
Cyanobacteria (Tarigan,1988). Skrining adalah sejenis tes yang digunakan untuk mendeteksi
adanya antibodi spesifik atau mikroorganisme dalam sejumlah besar spesimen. Tes skrining
relatif mudah dan tidak mahal (peralatan yang dibutuhkan tidak terlalu rumit). Beberapa tes
skrining masih dapat dilanjutkan dengan tes lain yang lebih spesifik. (Singleton, 2001)
Dalam skrining, banyak dari isolasi yang memproduksi antibiotik yang diketahui, jadi industri
mikrobiologi harus cepat mengidentifikasi dari antibiotik yang ditemukan. Ditemukan organisme
penghasil antibiotik yang baru, antibiotik yang diproduksi dalam jumla yang cukup untuk
analisis struktur dan kemudian diuji aktifitas toksisitosnya dan terapelitik pada infeksi binatang.
Saat ini, sangat sedikit antibiotik yang baru digunakan secara penuh untuk kebutuhan medis dan
produksi komersial. Metode yang umum untuk skrining ialah menambahkan bahan kimia pada
sampel tanah untuk menghambat pertumbuhan mikrobia yang tidak dikehendaki yaitu bakteri
dan fungi tetapi tidak menghambat mikrobia yang dikehendaki yaitu Actinomycetes.
Alat dan Bahan
Alat
a. Cawan petri 2 set
b. Gelas ukur 1 buah
c. Tabung reaksi 2 buah
d. Pipet tetes 3 buah
e. Ose 1 buah
f. Cotton soap 1 buah
g. Kaca objek+cover 2 buah
h. Penjepit tabung 2 buah
i. Lampu spiritus 1 set
j. Inkubator 1 set
k. Neraca analitik 1 set
Bahan
a. Tanah halaman Lebah Siung
b. Tanah Kebun Botani
c. Medium Nutrien Agar
d. Biakan murni bakteri E. coli dan S.
aureus
e. Air
f. Alkohol 75%
g. Pewarna kristal violet
h. Minyak emersi
3. Prosedur Kerja
Praktikum menentukan kehadiran antibiotika ini secara garis besar terdiri atas 3
tahap, yang pertama adalah mengisolasi bakteri pada tanah sampel hingga didapat kultur
campuran. Kemudian jika terdapat suatu zona hambat pada kultur campuran tersebut,
langkah kedua adalah mengisolasi bakteri yang memiliki zona hambat tersebut ke medium
yang telah berisi bakteri E. coli dan S. aureus. Prosedur ini bertujuan untuk mengetahui tipe
antibiotik yang dihasilkan, apakah spektrum luas atau spektrum sempit. Langkah terakhir
adalah mengamati morfologi bakteri dengan pewarnaan sederhana. Adapun prosedur
detailnya adalah:
Mengisolasi Mikroba dari Tanah
a. Mensterilisasi cawan petri dan tabung reaksi.
b. Menuangkan medium Nutrien Agar ke dalam cawan petri yang telah steril, kemudian
mendinginkannya.
c. Menimbang sampel tanah sebanyak 1 gram
d. Menuangkan sebanyak 10 ml aquades ke dalam tabung reaksi.
e. Mencampurkan 1 gram sampel tanah yang telah ditimbang ke dalam aquades, kemudian
mengocoknya hingga merata.
f. Mengkalibrasi pipet tetes.
g. Meneteskan campuran tanah dan aquades sebanyak 1 ml, kedalam nutrien agar yang telah
dingin.
h. Meratakan medium biakan dengan menggerakkannya membentuk angka delapan.
i. Menginkubasi biakan selama 24 jam di dalam inkubator.
Mengujikan Isolat Bakteri Penghasil Antibiotik ke Biakan Bakteri E. coli dan S. aureus
a. Mensterilisasi 1 pasang cawan petri
b. Membagi dua cawan petri dengan memberi garis dibaliknya, kemudian memberi label
masing-masing wilayah ( satu bagian untuk bakteri Escherichia coli, dan bagian lainnya
untuk bakteri Staphylococcus aureus)
c. Menuangkan medium nutrien agar ke dalam cawan petri, kemudian mendinginkannya.
d. Saat nutrien agar telah dingin, masing-masing bagian kemudian diolesi biakan bakteri
Escherichia coli dan Staphylococcus aureus menggunakan cotton soap. Usahakan
mengolesi medium agar secara merata, dan tepat memenuhi setengah bagian cawan petri
tersebut.
e. Memeriksa keberadaan bakteri penghasil antibiotik (ditunjukkan dengan adanya zona
hambat) pada biakan bakteri tanah sampel.
f. Apabila ada bakteri penghasil antibiotik, koloni bakteri tersebut kemudian digoreskan
kedalam cawan petri yang telah berisi biakan bakteri E. coli dan S. aureus menggunakan
ose. Masing-masing bagian cukup satu goresan saja.
g. Menginkubasi biakan tersebut di dalam inkubator selama 24 jam.
h. Setelah 24 jam, baru kemudian mengamati ada-tidaknya zona hambat terhadap kedua
jenis bakteri tersebut.
Mengamati Morfologi Bakteri dengan Pewarnaan Sederhana
a. Mensterilisasi kaca objek menggunakan alkohol dan pemanasan pada lampu spiritus.
b. Meneteskan aquades pada kaca objek.
c. Menggores isolat bakteri penghasil antibiotik menggunakan ose, kemudian
mencampurkannya ke aquades pada kaca objek.
d. Memfiksasi isolat bakteri agar bakteri mati dan menempel pada kaca objek.
e. Meneteskan pewarna kristal violet ke kaca objek, kemudian mengering anginkan selama
semenit.
f. Membilas kaca objek dengan aquades hingga seluruh pewarna luntur.
g. Meneteskan minyak imersi pada kaca objek.
h. Mengamati isolat bakteri menggunakan mikroskop, mulai dari pembesaran terkecil.
4. Hasil Pengamatan
No Gambar Keterangan
1
Isolat Campuran Bakteri dari Tanah Lebah Siung
a. Koloni bakteri yang
menghasilkan zona
hambat terhadap bakteri
lain disekitarnya.
2 Zona Hambat Bakteri Tanah Lebah Siung terhadapBiakan Bakteri E. coli dan S. aureus
b. Zona hambat isolat
a
bakteri tanah Lebah
Siung terhadap bakteri
Staphylococcus aureus
3
Photo Mikroskop Bakteri Penghasil Antibiotikdari Tanah Lebah Siung
Keterangan:
- Bakteri berbentuk
batang / basil.
5. Pembahasan
Pada praktikum pertama, yaitu mengisolasi mikroba dari tanah, digunakan dua
sampel tanah. Sampel pertama diambil dari tanah halaman rumah di wilayah dusun Lebah
Siung, Desa Anturan, Singaraja. Sampel kedua diambil dari tanah kebun Botani Jurusan
b
Pendidikan Biologi, UNDIKSHA. Setelah dilakukan isolasi pada medium nutrien agar,
hanya biakan dari sampel pertama yang terdapat koloni bakteri yang membentuk zona
hambat. Sementara biakan sampel kedua tidak terdapat koloni bakteri pembentuk zona
hambat, bahkan koloni bakteri yang terbentuk sangat sedikit.
Pada praktikum tahap kedua, dilakukan pengujian bakteri tanah penghasil antibiotik
terhadap biakan bakteri Escherichia coli dan Staphylococcus aureus guna mengetahui
karakteristik bakteri terkait, apakah antibiotika yang dihasilkan merupakan antibiotik
spektrum luas atau spektrum sempit. Pada hasil pengamatan diatas, dapat dilihat bahwa
bakteri tanah yang diujikan hanya mampu menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus
aureus, sementara pertumbuhan bakteri Escherichia coli sama sekali tidak terhambat. Dari
kenyataan tersebut kami memutuskan bahwa bakteri dari sampel tanah kami menghasilkan
antibiotik spektrum sempit, karena hanya mampu menghambat pertumbuhan bakteri
Staphylococcus aureus.
Tahap yang terakhir adalah mengamati morfologi bakteri tanah penghasil antibiotik
melalui pewarnaan sederhana. Pada gambar hasil pengamatan diatas, dapat dilihat bahwa
bakteri tersebut berbentuk batang atau basil. Dari penelusuran pada beberapa literatur, kami
menemukan kemiripan morfologi dari bakteri sampel tanah kami dengan bakteri dari genus
Bacillus. Secara morfologi, genus Bacillus memiliki bentuk batang, dan bentuk koloni dari
sampel bakteri kami pun mirip dengan koloni genus Bacillus ini.
Bakteri dari genus Bacillus diketahui meruapakan bakteri yang normal ditemukan di
tanah. Winogradsky (1925) dalam Rao (1994), menggolongkan bakteri dari genus Bacillus
ini sebagai organisme zimogen, artinya dia membuthkan sumber energy dari luar dan
populasi normalnya dalam tanah sangat rendah. Genus Bacillus sendiri merupakan bakteri
yang sudah diketahui bisa menghasilkan antibiotik, contohnya antibiotik polimiksin dan
basitrasin.
Namun dari pengamatan yang dilakukan, kami hanya baru bisa menduga bahwa
bakteri dari sampel tanah kami merupakan genus Bacillus. Untuk menentukan benar
tidaknya, dibutuhkan penelitian dan pengamatan lebih lanjut, baik itu pengujian kualitatif
ataupun kuantitatif terhadap bakteri tanah ini.
6. Kesimpulan
Dari pengamatan yang telah kami lakukan, kami menyimpulkan bahwa, bakteri yang
diisolasi dari tanah Lebah Siung ini termasuk ke dalam Genus Bacillus. Bakteri tanah ini
berpotensi menghasilkan antibiotik yang mampu menghambat pertumbuhan bakteri
Staphylococcus aureus. Adapun zat antibiotika yang dihasilkan merupakan spektrum sempit,
karena baru mampu menghambat pertumbuhan Staphylococcus aureus saja.
7. Saran-Saran
Adapun saran-saran yang dapat kami rekomendasikan adalah agar diadakan
penelitian lebih lanjut mengenai mikroba-mikroba penghasil antibiotik dari tanah, agar
pemanfaatan antibiotika pada segala bidang semakin luas dan terjangkau.
8. Daftar Pustaka
Rao, Subba. 1994. Mikroorganisme Tanah dan Pertumbuhan Tanaman. Jakarta: Universitas
Indonesia Press