info bencana - dev.bnpb.go.id fileduka banjarnegara di akhir tahun 2014 p.2 refleksi ... penyebab...
TRANSCRIPT
INFO BENCANA
Dalam Edisi ini:
Sorotan P.1
Duka Banjarnegara di Akhir Tahun 2014 P.2
Refleksi Becana Akhir Tahun 2014 P.3
Peta Kejadian Bencana Indonesia P.4
Edisi Desember 2014 Informasi Kebencanaan Bulanan Teraktual
SOROTAN
Di penghujung tahun 2014 tercatat jumlah bencana
alam yang terjadi di Indonesia adalah 257 kejadian. Jumlah
ini adalah yang terbanyak dibandingkan bulan‐bulan lainnya
di tahun 2014. Bahkan jumlah ini pun juga lebih banyak
dibandingkan tahun sebelumnya (190 kejadian, sumber:
www.dibi.bnpb.go.id).
P.1
Rusak
Berat
Rusak
Sedang
Rusak
RinganTerendam
Tanah Longsor 111 124 5.050 268 70 182 ‐ 5 1
Banjir 86 5 142.818 82 39 238 59.228 9 20 10
Puting Beliung 52 6 1.265 113 1.626 1.228 231 ‐ 3 2
Banjir Dan Tanah Longsor 7 ‐ 2.364 5 4 1.440 ‐ ‐ ‐
Letusan Gunungapi 1 ‐ ‐ ‐ ‐ ‐
Total 257 135 151.497 468 1.739 1.648 60.899 9 28 13
Unit
Jenis BencanaJumlah
Kejadian
Kerusakan
Rumah Fasillitas
Kesehatan
Fasilitas
Peribadatan
Fasilitas
Pendidikan
Jiwa
Korban
Meninggal
& Hilang
Menderita &
Mengungsi
Tidak seper tahun‐tahun sebelumnya dimana
banjir mendominasi pada akhir tahun, pada bulan Desem‐
ber 2014 ini justru bencana tanah longsor adalah yang pa‐
ling banyak terjadi. Tanah longsor pada bulan ini terjadi
sebanyak 111 kali, jauh lebih banyak dibandingkan banjir
(86 kejadian). Kejadian bencana tanah longsor tersebar di
12 provinsi, dengan frekuensi terbanyak berturut‐turut ter‐
jadi di Jawa Tengah, Jawa Barat, dan Jawa Timur.
Bencana tanah longsor juga menjadi bencana yang
paling mema kan dibandingkan jenis bencana lain. Korban
meninggal dan hilang akibat bencana tanah longsor pada
bulan Desember 2014 sebanyak 124 jiwa. Korban meninggal dan hilang ini paling banyak disebabkan oleh bencana tanah
longsor di Dusun Jemblung, Desa Sampang, Kecamatan Ka‐
rangkobar, Kabupaten Banjarnegara.
Banyaknya bencana tanah longsor yang terjadi
mengingatkan berbagai pihak agar selalu meningkatkan
kesiapsiagaan terhadap bencana tanah longsor. Berbagai
upaya sebenarnya sudah banyak dilakukan oleh pemerintah
bekerja sama dengan akademisi dan lembaga lainnya.
Upaya pencegahan dan kesiapsiagaan tersebut haruslah
didukung oleh seluruh masyarakat yang nggal di sekitar
kawasan rawan bencana tanah longsor agar korban dan
dampak bencana yang mbul dapat ditekan hingga semini‐
Jumlah Kejadian (kejadian) 1.567
Korban Meninggal dan Hilang (jiwa) 568
Korban Menderita dan Mengungsi (jiwa) 2.680.133
Kerusakan Permukiman (unit) 51.577
STATISTIK BENCANA INDONESIA 2014
Gambar 1. Grafik Jumlah Kejadian Bencana Per Bulan Tahun 2014.
(Sumber: BNPB)
Tabel 1. Jumlah Kejadian Bencana, Korban, dan Dampaknya Bulan Desember 2014
Duka Banjarnegara di Akhir Tahun 2014
Bencana tanah longsor menimpa wilayah Dusun Jem‐blung, Desa Sampang, Kecamatan Karangkobar, Kabupaten Banjarnegara (Jumat, 12 Desember 2014) setelah sebelumnya terjadi hujan deras. Dalam bencana ini korban meninggal dunia mencapai 95 orang, 13 orang lainnya hilang, 5 orang luka berat dirawat di RSUD Banjarnegara, 9 orang luka ringan dan ribuan orang terpaksa mengungsi di tempat yang lebih aman. Sekitar 105 unit rumah ter mbun longsor beserta lahan sawah dan perkebunan masyarakat. Dusun Jemblung di dalam peta meru‐pakan daerah yang rawan longsor dengan intensitas sedang‐nggi. Kendala penanganan darurat yang dilaksanakan pada
saat itu adalah kondisi tanah masih labil, debit sungai mengalir kencang membawa lumpur, hujan yang terjadi berpotensi
memicu longsor susulan, beberapa jalan masih tertutup longsor dan jalan retak‐retak. Hal ini menyebabkan alat berat dan ken‐daraan yang dikerahkan untuk penanganan darurat terhambat. Sebelum kejadian ini terjadi Bupa Banjarnegara menegaskan bahwa masa tanggap darurat bencana longsor di Kabupaten Banjarnegara telah ditetapkan sejak 8‐21 Desember 2014.
Pemerintah baik pusat maupun daerah, relawan, dan lembaga swasta turut berkontribusi dalam penanganan tang‐gap darurat, mulai dari pencarian korban, penanganan pengungsi dan upaya rehabilitasi dan rekonstruksi. Sebanyak 1.709 personil dari TNI, Polri, BNPB, BPBD, Basarnas, SKPD dan unsur pemerintah terlibat dalam penanganan darurat. Selain itu, 2.355 relawan juga ikut membantu.
Penyebab mbulnya tanah longsor ini antara lain ada‐lah terjadinya hujan deras selama 2 hari di wilayah sekitar lo‐kasi pada tanggal 10‐11 Desember 2014 . Hal ini mengakibat‐kan tanah di lokasi tersebut menjadi penuh dengan air. Materi penyusun bukit Telaga Lele di Dusun Jemblung merupakan endapan vulkanik tua sehingga solum atau lapisan tanah cukup tebal dan terjadi pelapukan. Selain itu, kemiringan lereng di bukit tersebut kurang dari 60 persen. Saat kejadian, mahkota longsor berada pada kemiringan lereng 60‐80 persen. Tanaman di atas bukit tempat terjadinya longsor adalah tanaman semusim, dengan jenis palawija, yang dak rapat. Akibatnya,
P.2
kondisi tanah menjadi longgar dan mudah terbawa air. Selain itu, longsor juga disebabkan ulah tangan manusia. Budidaya pertanian yang dak mengindahkan konservasi juga jadi penyebab. Kondisi tanah dan air di lokasi kejadian, di mana dak ada terasering pada lereng tersebut .
Menurut ahli dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indo‐nesia (LIPI), ada dua faktor pen ng yang menyebabkan ter‐jadinya bencana tanah longsor yaitu derajat kemiringan lahan yang curam dan terjal serta aliran air. Di k longsoran diduga terdapat aliran air dalam tanah, hal itu dibuk kan dengan ditemukannya mata air gawir. Aliran air bawah tanah mengalir melalui rekana dan atau bidang terlemah pada lereng bukit yang longsor.
Presiden telah memerintahkan agar dipasang sistem peringatan dini longsor di beberapa tempat rawan longsor, khususnya di Banjarnegara. Daerah‐daerah prioritas lain perlu segera dipasang. Masyarakatnya juga perlu memperoleh so‐sialisasi dan pendidikan bencana agar mampu mengan‐sipasinya. BNPB bersama para ahli dari Kemenristek Dik ,
UGM, BPPT, LIPI, Badan Geologi, dan ITS membuat dan me‐masang alat peringatan dini longsor di beberapa daerah rawan longsor. BNPB memasang 40 unit alat peringatan dini longsor di berbagai provinsi, khususnya Jawa Tengah dan Jawa Bar‐at. Alat peringatan dini 20 unit berasal dari Badan Geologi dan Universitas Gadjah Mada (UGM), masing‐masing 10 unit. BNPB kembali akan memasang 20 unit peralatan tambahan yang berasal dari UGM untuk daerah‐daerah yang rawan berpotensi terjadi longsor lainnya di wilayah Indonesia pada bulan Januari 2015. BPPT dan LIPI juga akan memproduksi peralatan untuk dipasangkan pada tahun 2015 di daerah rawan longsor yang diprioritaskan.
Pemerintah setempat dengan dukungan pemerintah pusat telah mengupayakan proses relokasi bagi para warga terdampak. Ada 85 keluarga yang akan direlokasi. Sebanyak 43 di antaranya, dia menambahkan, berasal dari Kecamatan Karangkobar. Adapun sisanya berasal dari Kecamatan Wanayasa.
Gambar 2. Bencana Tanah Longsor di Kecamatan Karangkobar, Kabupaten Banjarnegara. (Sumber: BNPB)
Penyusun :
Tim Pusda nmas Badan Nasional Penanggulangan Bencana
Jl. Ir. H. Juanda no. 36 Lt. 4
www.bnpb.go.id
pusda [email protected]
P.3
Refleksi Bencana Akhir Tahun 2014
Selama 2014, kejadian bencana geologi seper gempa‐
bumi, tsunami dan erupsi gunungapi hanya 1% atau 18 kejadian
dari total 1.525 kejadian bencana. Sejumlah 99% adalah
bencana hirometeorologi seper pu ng beliung, banjir, longsor,
kebakaran hutan dan lahan, dan kekeringan. Ada sekitar 386
kabupaten/kota dengan jumlah penduduk 157 juta jiwa yang
terpapar sedang hingga nggi dari bahaya gempa di Indonesia.
Bahaya tsunami berpotensi mengancam 233 kabupaten/kota
dengan penduduk 5 juta jiwa yang terpapar sedang hingga ng‐
gi.
Bahaya geologi berupa erupsi gunungapi tercatat
sebanyak 5 kejadian sepanjang tahun 2014. Erupsi Gunung
Sinabung (13‐9‐2013 hingga sekarang), Gunung Kelud (13‐2‐
2014), Gunung Sangeangapi (30‐5‐2014), Gunung Slamet (13‐9‐
2014), dan Gunung Gamalama (18‐12‐2014). Total 24 orang
tewas, 128.167 jiwa mengungsi, dan 17.833 rumah rusak.
Bahkan erupsi Gunung Sinabung, saat ini masih menyebabkan
2.443 jiwa (795 KK) mengungsi di 7 k. Sebanyak 1.212 jiwa
(370 KK) harus direlokasi dalam waktu dekat ini. Erupsi Gunung
Kelud adalah yang paling fenomenal. Material dilontarkan ke
angkasa hingga 17 km. 7 tewas, sekitar 90 ribu orang mengung‐
si, dan 17 ribu lebih rumah rusak. Mengingat masyarakat seki‐
tar Gunung Kelud sudah tangguh menghadapi bencana, dan
memaknai erupsi sebagai warisan masa depan, maka pemuli‐
han berjalan dengan cepat.
Kejadian gempa yang merusak ada 11 kejadian sela‐
ma tahun 2014. Kejadian tersebut telah menyebabkan 248
orang mengungsi dan 662 rumah rusak. Gempabumi terjadi
antara lain di Jateng (25‐1‐2014) berakibat di Banyumas,
Cilacap, Kebumen dan Purworejo. Bencana tsunami yang
terjadi ada 2 yaitu tsunami dari gempa di Chile (2‐4‐2014)
dan gempa 7,3 SR di Halmahera Utara pada 15‐11‐2014.
Meskipun tsunami kecil, namun ancaman ini juga menjadi
pelajaran bagi kita bahwa ngkat kesiapsiagaan masyarakat
dan pemerintah daerah dalam menghadapi tsunami masih
rendah. Walaupun dak menimbulkan dampak dan korban,
namun pemerintah tetap harus mengeluarkan peringatan
dini tsunami sebagai kewaspadaan masyarakat. April 2014,
peringatan dini tsunami dikeluarkan di daerah Banyuwangi
Jawa Timur sebagai akibat dari gempabumi Chile dan pada
November gempabumi di wilayah Halmahera dan sekitarnya
dengan kekuatan 7,3 SR.
Bencana geologi yang mencapai 90% didominasi
oleh pu ng beliung, banjir dan tanah longsor. Bencana ini
meningkat frekuensi kejadiannya ke ka memasuki awal
musim penghujan. Konsentrasi bencana terbanyak adalah di
Provinsi Jateng (327 kejadian), Jabar (320), Ja m (244), Aceh
(57), dan Sumsel (51). Dilihat dari sebaran kabupaten/kota,
maka paling banyak ada di Bogor (38), Garut (34), Bandung
(33), Sukabumi (31), dan Cilacap (28). Tampak bahwa
bencana didominasi oleh wilayah Pulau Jawa dan kabu‐
paten/kota yang paling sering terlanda berada di wilayah
Provinsi Jawa barat.
Data kejadian bencana per tanggal 31 Desember
2014 menyebutkan bahwa 1.567 kejadian terjadi selama
setahun. Rata‐rata kejadian bencana di Indonesia adalah 131
kejadian per bulan atau 4 kejadian per hari. Jumlah korban
tewas yang mencapai 568 jiwa, hanya 2.4% dari jumlah
korban tewas akibat kecelakaan transportasi (laut dan udara)
tahun 2013 yang mencapai 23.385 jiwa dan lebih rendah
dibandingkan dengan korban meninggal pada saat mudik
lebaran 2014 yang mencapai 650 jiwa.
Foto: Sofyan Effendi, Peserta Lomba Fotografi BNPB 2014
KALIMANTANUTARA
1
1
1
2 1
12
1
2
7 1
1
4
3
2
1
2
433 1
6
5
8
3
46 91 54
BALI
BANTEN
BENGKULU
D.I.YOGYAKARTA
DKIJAKARTA
GORONTALO
PAPUABARATJAMBI
JAWABARAT
JAWATENGAH
KALIMANTANBARAT
KALIMANTANSELATAN
KALIMANTANTENGAH
KALIMANTANTIMUR
KEPULAUANBANGKA
BELITUNG
KEPULAUANRIAU
LAMPUNG
MALUKU
MALUKUUTARA
ACEH
NUSATENGGARA
BARATNUSA
TENGGARATIMUR
PAPUA
RIAU
SULAWESISELATAN
SULAWESITENGAH
SULAWESITENGGARA
SULAWESIUTARA
SUMATERABARAT
SUMATERASELATAN
SUMATERAUTARA
JAWATIMUR
BAKOSURTANAL; Sources: Esri, USGS, NOAA
0° 0°
PETA KEJADIAN BENCANA INDONESIA (Desember 2014)
Sumber Data: 1. Peta Dasar: Badan Informasi Geospasial, 2014
2. Data Bencana: Pusdatinmas, BNPB3. Indeks Rawan Bencana Indonesia, 2012
(IRBI), BNPB
Disusun oleh:Pusat Data, Informasi dan Humas, BNPB
Jl. Ir. H. Djuanda, No. 36, Jakarta PusatTelp: 021-3458400; Fax: 021-3458500
F!U0 350 700175 Km
Rekapitulasi kejadian bencanaPeriode Januari - Desember Tahun 2014: *)
2.608.133 jiwa menderita dan mengungsi
1.567 kejadian bencana568 jiwa meninggal dan hilang
Legenda
*) Per bulan Juni 2014, untuk bencana konflik sosial dan kecelakaan transportasi tidak disertakan dalam penghitungan kejadian bencana.
Frekuensi Kejadian
Peta Multirisiko BencanaTinggi
Rendah
< 55 - 10
> 10
Jumlah Kejadian7