analisa kadar fosfor (p) pada tanah mineral dengan

48
ANALISA KADAR FOSFOR (P) PADA TANAH MINERAL DENGAN MENGGUNAKAN SPEKTROFOTOMETRI ULTRA VIOLET-VISIBLE (UV-VIS) DI PUSAT PENELITIAN KELAPA SAWIT (PPKS) MEDAN LAPORAN TUGAS AKHIR NURUN NISA 152401037 PROGRAM STUDI DIPLOMA-3 FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMUPENGETAHUANALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2018 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Upload: others

Post on 03-Oct-2021

26 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: ANALISA KADAR FOSFOR (P) PADA TANAH MINERAL DENGAN

ANALISA KADAR FOSFOR (P) PADA TANAH MINERAL

DENGAN MENGGUNAKAN SPEKTROFOTOMETRI

ULTRA VIOLET-VISIBLE (UV-VIS) DI PUSAT

PENELITIAN KELAPA SAWIT

(PPKS) MEDAN

LAPORAN TUGAS AKHIR

NURUN NISA

152401037

PROGRAM STUDI DIPLOMA-3

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMUPENGETAHUANALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2018

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 2: ANALISA KADAR FOSFOR (P) PADA TANAH MINERAL DENGAN

ANALISA KADAR FOSFOR (P) PADA TANAH MINERAL

DENGAN MENGGUNAKAN SPEKTROFOTOMETRI

ULTRA VIOLET-VISIBLE (UV-VIS) DI PUSAT

PENELITIAN KELAPA SAWIT

(PPKS) MEDAN

LAPORAN TUGAS AKHIR

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat memperoleh Ahli Madya

NURUN NISA

152401037

PROGRAM STUDI DIPLOMA-3

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMUPENGETAHUANALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2018

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 3: ANALISA KADAR FOSFOR (P) PADA TANAH MINERAL DENGAN

PENGESAHAN LAPORAN TUGAS AKHIR

Judul : Analisa Kadar Fosfor (P) Pada Tanah

MineralDengan MenggunakanSpektrofotometri

Ultraviolet-Visible (Uv-Vis) Di Pusat Penelitian

Kelapa Sawit (PPKS) Medan

Kategori : Tugas Akhir

Nama : Nurun Nisa

Nomor Induk Mahasiswa : 152401037

Program Studi : Diploma Tiga (D-3) Kimia

Fakultas : Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas

Sumatera Utara

Disetujui di

Medan, Juli 2018

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 4: ANALISA KADAR FOSFOR (P) PADA TANAH MINERAL DENGAN

i

PERNYATAAN

ANALISA KADAR FOSFOR (P) PADA TANAH MINERAL

DENGAN MENGGUNAKAN SPEKTROFOTOMETERI

ULTRAVIOLET-VISIBLE (UV-VIS) DI PUSAT

PENELITIAN KELAPA SAWIT

(PPKS) MEDAN

LAPORAN TUGAS AKHIR

Saya menyatakan bahwa laporan ini adalah hasil karya saya sendiri, kecuali beberapa

kutipan dan ringkasan masing-masing disebutkan sumbernya.

Medan, Juli 2018

NURUN NISA

152401037

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 5: ANALISA KADAR FOSFOR (P) PADA TANAH MINERAL DENGAN

ii

PENGHARGAAN

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Pemurah dan Maha

Penyayang, dengan limpah karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan

tugas akhir dengan judul ANALISA KADAR FOSFOR (P) PADA TANAH

DENGAN SPEKTROFOTOMETER ULTRA VIOLET-VISIBLE (UV-VIS) DI

PUSAT PENELITIAN KELAPA SAWIT (PPKS) MEDAN.

Terima kasih penulis sampaikan kepada Bapak Prof. Dr. Zul alfian, M.Sc

selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu selama penyusunan laporan

tugas akhir ini. Terima kasih kepada Bapak Dr. Minto Supeno, MS selaku ketua

program studi dan sekretaris program studi Ibu Dra. Nurhaida Pasaribu, M.si.

FMIPA-USU Medan, dekan dan wakil dekan FMIPA USU, seluruh staf dan dosen

program studi D-3 Kimia FMIPA USU, pegawai dan rekan-rekan kuliah. Akhirnya

tidak terlupakan kepada Bapak, Ibu dan keluarga yang selama ini memberikan

bantuan dan dorongan yang diperlukan.

Semoga Tuhan Yang Maha Esa akan membalasnya.

Medan, Juli 2018

Nurun Nisa

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 6: ANALISA KADAR FOSFOR (P) PADA TANAH MINERAL DENGAN

iii

ANALISA KADAR FOSFOR (P) PADA TANAH MINERAL

DENGANMENGGUNAKAN SPEKTROFOTOMETRI

ULTRA VIOLET-VISBLE (UV-VIS) DI PUSAT

PENELITIAN KELAPA SAWIT

(PPKS) MEDAN

ABSTRAK

Telah dilakukan penentuan kadar fosfor pada tanah mineral di Pusat

Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Medan dengan menggunakan metode Bray-II

sebanyak 10 sampel. Analisis dilakukan menggunakan Spektrofotometri Ultra

Violet-Visible (UV-Vis) pada panjang gelombang 710 nm. Dari hasil analisa

diperoleh kadar fosfor pada sampel No. 1 sebesar sampel 12,33 ppm, No. 2 sebesar

6,74 ppm, No. 3 sebesar 7,47 ppm, No. 4 sebesar 12,08 ppm, No. 5 sebesar 9,01

ppm, No.6 sebesar 5,60 ppm, No. 7 sebesar 4,50 ppm, No.8 sebesar 6,01 ppm, No.9

sebesar 4,95 ppm, No.10 sebesar 5,99 ppm.

Kata kunci : Bray-II, fosfor, Spektrofotometri Ultra Violet-Visible (UV-Vis), Tanah

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 7: ANALISA KADAR FOSFOR (P) PADA TANAH MINERAL DENGAN

iv

ANALYSIS OF PHOSPHORUS (P) LEVELS IN MINERAL SOILS

SPECTROPHOTOMETRY ULTRA VIOLET (UV-VIS) IN FIELD

RESEARCH CENTER OF OIL PALM

(PPKS) MEDAN

ABSTRACT

Phosphorus concentration was determined on mineral soil from North

Bengkulu at Center of Oil Palm Research (PPKS) Medan by using Bray-II method of

10 samples. The analysis was performed using Ultra Violet-Visible (UV-Vis)

Spectrophotometry at 710 nm wavelength from No. sample 1-10. From the analysis

results obtained phosphorus levels in the sample No. 1 as much as 12.33 ppm, No. 2

of 6.74 ppm, No. 3 ie 7.47 ppm, No. 4 by 12.08 ppm, No. 5 being 9, 01 ppm, No.6 at

5.60 ppm, No. 7 of 4.50 ppm, No.8 of 6.01 ppm, No.9 of 4.95 ppm, No.10 of 5.99

ppm.

Keywords: Bray-II, Phosphorus, Ultra Violet-Visible Spectrophotometry (UV-Vis),

Soil

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 8: ANALISA KADAR FOSFOR (P) PADA TANAH MINERAL DENGAN

v

DAFTAR ISI

Halaman

PERNYATAAN i

PENGESAHAN LAPORAN TUGAS AKHIR ii

ABSTRAK iii

ABSTRACK iv

PENGHARGAAN v

DAFTAR ISI vi

DAFTAR TABEL vii

DAFTAR LAMPIRAN viii

DAFTAR SINGKATAN ix

BAB I. PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang 1

1.2. Permasalahan 4

1.3.Tujuan 4

1.4.Manfaat 4

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Sejarah Kelapa Sawit 5

2.2 . Tanaman Kelapa Sawit 6

2.3. Tanah 6

2.3.1. Klasifikasi Tanah 7

2.3.2. Sifat Fisik Tanah Dan Kimia Tanah 8

2.3.3.Unsur Hara Tanah 9

2.3.4. Analisa Tanah 12

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 9: ANALISA KADAR FOSFOR (P) PADA TANAH MINERAL DENGAN

vi

2.4. Fosfor 14

2.4.1. Unsur Hara fosfor 16

2.5. Spektrofotometri 18

2.5.1. Spektrofotometri Ultra Violet-Visible (UV-Vis) 20

2.6. Larutan Standar 21

2.7. Pupuk 22

BAB III. METODOLOGI PERCOBAAN

3.1. Alat 23

3.2. Bahan 23

3.3. Prosedur Kerja 25

3.3.1. Pengeringan Sampel Tanah 25

3.3.2. Penghalusan Sampel tanah 25

3.3.3. Analisa Sampel Tanah 25

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil 26

4.1.1. Hasil Pengukuran Absorbansi Larutan Standar Fosfor 26

4.1.2 Data Pengukuran Konsentrasi Kadar Fosfor dengan

Spektrofotometri Ultra Violet-Visible (UV-Vis) 26

4.2. Perhitungan 27

4.3. Pembahasan 28

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1.Kesimpulan 30

5.2 .Saran 30

DAFTAR PUSTAKA 31

LAMPIRAN 32

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 10: ANALISA KADAR FOSFOR (P) PADA TANAH MINERAL DENGAN

vii

DAFTAR TABEL

NomorTabel Judul Halaman

4.1. Absorbansi Larutan fosfor Standart 26

4.2. Hasil Analisa Fosfor Tersedia 26

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 11: ANALISA KADAR FOSFOR (P) PADA TANAH MINERAL DENGAN

viii

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor

Lampiran Judul Halaman

1. KriteriaPenilaianHasilAnalisis Tanah 32

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 12: ANALISA KADAR FOSFOR (P) PADA TANAH MINERAL DENGAN

ix

DAFTAR SINGKATAN

USDA : United States Department of Agriculture

P : Fosfor

C : Karbon

N : Nitrogen

KTK : Kapasitas Tukar Kation

Na : Natrium

Mg : Magnesium

Mn : Mangan

Ca : Kalsium

H : Hidrogen

O : Oksigen

K : Kalsium

Al : Aluminium

Fe : Besi

pH : Potensial Hidrogen

ATP : Adenosin Tri Posfat

RNA : Ribo Nucleic Acid

DNA : Deoxyribo Nucleic Acid

UV-Vis : Ultra Violet –Visible

Ppm : Part Per Million

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 13: ANALISA KADAR FOSFOR (P) PADA TANAH MINERAL DENGAN

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Awalnya analisis tanah tanaman dilakukan untuk mengetahui status hara di tanah dan

di tanaman. Namun kemudian menjadi dasar bagi tindakan pemupukan dan

manajemen agronomi lainnya.Perkembangan ilmu pengetahuan membuat analisis

tanah tanaman tidak hanya berada di bidang kesuburan tanah, tetapi mulai memasuki

bidang pengetahuan lain. Pada tahun 70-an mulai memasuki bidang klasifikasi tanah

dan evaluasi lahan, diperkenalkannya sistem klasifikasi tanah yang bersifat

kuantitatif oleh USDA berupa sistem klasifikasi tanah 7thapproximationdan

kemudian disempurnakan menjadi sistem klasifikasi Soil Taxonomy, yang sejak 1989

resmi digunakan di indonesia.

Akhir tahun 90-an mulai maraknya tindakan aplikasi limbah cair pabrik

pengelolaan kelapa sawit ke areal perkebunan. Hal ini diyakini akan dapat mengatasi

limbah dan sekaligus menjadi sumber unsur hara dan sumber air bagi tanaman kelapa

sawit. Namun dibalik itu perlu diketahui dampaknya terhadap lingkungan, Menteri

Lingkungan Hidup melalui kepMen No.28dan 29 tahun 2003 mengharuskan

pengkajian aplikasi limbah cair pabrik kelapa sawit ke lahan perkebunan. Pada

kepMen ini 75 % kajian ini membutuhkan analisis tanah (Mukhlis, 2014).

Tanah adalah akumulasi partikel mineral yang tidak mempunyai atau lemah

ikatan antar partikelnya, yang terbentuk karena pelapukan dari batuan. Diantara

partikel-partikel tanah terdapat ruang kosong yang disebut pori-pori (void space)

yang berisi air danatau udara. Ikatan yang lemah antara partikel-partikel tanah

disebabkan oleh pengaruh karbonat atau oksida yang tersenyawa di antara partikel-

partikel tersebut, atau dapat juga disebabkan oleh adanya material organik.

Proses kimiawi menghasikan perubahan pada susunan mineral batuan

asalnya. Salah satu penyebab adalah air yang mengandung asam atau alkali, oksigen,

dan karbondioksida. Pelapukan kimiawi menghasilkan pembentukan kelompok-

kelompok partikel kristal berukuran koloid (< 0,002 mm)yang dikenal sebagai

mineral lempung (clay mineral).

Kebanyakan jenis tanah terdiri dari campuran dari beberapa ukuran, dan

biasanya lebih dari dua rentang ukuran. Tanah yang partikelnya terdiri dari rentang

ukuran kerikil dan pasir disebut tanah tanah berbutir kasar (coarse grained).

Sebaliknya, bila partikelnya kebanyakan berukuran partikel lempung dan lanau,

disebut tanah berbutir halus ( Craig, 1987).

Persyaratan tanah untuk pertumbuhan kelapa sawit secara optimal sangat

ditentukan oleh kedalam efektif tanah > 75 cm dan berdrainase baik. Kelapa sawit

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 14: ANALISA KADAR FOSFOR (P) PADA TANAH MINERAL DENGAN

2

dapat tumbuh pada lahan dengan tingkat kesuburan tanah yang bervariasi mulai dari

lahan yang subur sampai tanah-tanah yang kesuburannya rendah. Hal ini dicirikan

bahwa kelapa sawit dapat tumbuh pada lahan dengan pH masam sampai netral (>4,2-

7,0) dan yang optimum pada pH 5,0-6,5. Kapasitas tukar kation, kejenuhan basa,

lereng dan bentuk wilayah berombak dan bergelombang tidak menjadi pembatas

utama. Media perakaran yang optimal adalah lahan yang mempunyai tekstur halus

(liat bepasir,liat,lempung berpasir sangat halus,lempung, lempung berdebu, dan

debu) dan sedangkan bahan kasar tidak lebih lebih dari 55 % (Djaenudin et

al.,2000).

Kesuburan tanah ialah kemampuan tanah untuk menyediakan unsur hara

tanaman dalam jumlah yang mencukupi kebutuhan tanaman dan perbandingan yang

sesuai untuk pertumbuhannya sehingga dapat menghasilkan produksi yang tinggi

(Tisdale et al., 1995).

Sumber fosfor alam yang di kenal mempunyai kadar adalah batuan beku dan

bantuan endapan (sedimen), dimana bahan mineralnya mengandung apatit yang

mempunyai kadar (Ca10(PO4,CO3)6(F,Cl,OH)2.Mineralnya ini merupakan senyawa

karbonat,fluor, klor atau hidroksi apatit yang mempunyai kadar P2O5berkisar 15-30

%. Mineral ini sangat sukar larut dalam air dan tidak tersedia bagi tanaman. Dengan

adanya proses pelapukan, apatit akan mengalami perubahan yang kemudian akan

membebaskan fosfat dalam ikatan Ca-fosfat.

Kekurangan fosfor akan menampakkan gejala pertumbuhan yang terhambat

karena terjadi gangguan pada pembelahan sel. Daun tanaman menjadi hijau tua yang

kemudian berubah menjadi warna ungu. Gejala kekurangan fosfor juga akan

menunjukkan terlambatnya pemasakan buah dan biji. Gejala umumnya adalah

pertumbuhan, tanaman kerdil serta perakarannya miskin dan produksi merosot

(Nurhajati, 1986).

Ibrahim (1994) dalam Winarso menyatakan bahwa tantangan yang penting

dalam abad mendatang adalah tanah yang miskin,defisiensi unsur hara dan tanah-

tanah tererosi. Penyebab degradasi tanah-tanah di indonesia umumnya disebabkan

oleh erosi air, tidak tepatnya pengelolaan pupuk dan pestisida kimia sintesis.

Selanjutnya menyatakan bahwa faktor degradasi tanah tergantung pada faktor

lingkungan,relief tanah,iklim dan sistem pertanian yang diterapkan.

Degradasi kimia akan menyebabkan tanah-tanah tropika mempunyai

cadangan unsur hara rendah. Pemasaman tanah akan meningkatkan kadar Al dan besi

oksida. Keadaan ini berpengaruh pada terhadap fiksasi unsur hara P sehingga

ketersediaan P akan rendah seperti pada tanah Andisols, Ultisols, Oxisols dan lain

sebagainya. Keadaan sebaliknya ialah adanya pembentukan tanah-tanah dengan

kadar garam tinggi ( salinasi) dapat dikatakan sebagai salah satu bentuk degradasi

tanah (Nurmala et al., 2012).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 15: ANALISA KADAR FOSFOR (P) PADA TANAH MINERAL DENGAN

3

1.2. Permasalahan

Apakah kandungan fosfor pada tanah perkebunan kelapa sawit sudah

mencukupi kebutuhan akan unsur fosfor di dalam tanah.

1.3. Tujuan

Untuk mengetahui kandungan fosfor pada tanah perkebunan kelapa sawit

sudah mencukupi kebutuhan akan unsur fosfor di dalam tanah.

1.4 Manfaat

Manfaat dari analisa ini untuk memberikan informasi tentang kandungan

unsur hara fosfor pada tanah kelapa sawit sehingga pada saat pemupukan tanaman

kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik dan meningkatkan jumlah produksi kelapa

sawit.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 16: ANALISA KADAR FOSFOR (P) PADA TANAH MINERAL DENGAN

4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sejarah Kelapa Sawit

Kelapa Sawit adalah tanaman yang berasal dari hutan tropis di Afrika

Barat.Pada awalnya, produk utama kelapa sawit adalah inti sawit.Untuk

mendapatkan inti sawit buah direbus untuk memudahkan pengulitan.Pada saat

perebusan, minyak yang ada dalam serabut sawit diekstrak keluar dan dikutip untuk

minyak badan.Inti sawit dibawa keluar dari Afrika semasa perdagangan budak

(tahun1562-1807) sebagai bahan makanan.Pada tahun 1588-1590 inti sawit sudah

diperdagangkan di Inggris.Kelapa sawit masuk ke Indonesia pada tahun 1884, empat

benih kelapa sawit dua dari Bourbon dan dua dari Amsterdam di tanam dan tumbuh

baik di Kebun Raya Bogor. Keempat benih tersebut mempunyai asal yang sama.

Pada tahun 1858, 146 benih dari Kebun Raya Bogor didistribusikan ke Jawa,

Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, dan Nusa Tenggara.Pada tahun 1875

percobaan pengembangan telah didirikan di Deli dan pada tahun 1878 di Bogor.

Pada tahun 1911 perkebunan kelapa sawit komersial yang pertama didirikan

di Pulau Raja (Asahan) dan Sungai Liput (Aceh).Pada tahun 1916 AVROS Lembaga

Penelitian tanaman perkebunan didirikan di Medan oleh asosiasi perusahaan

perkebunan di Sumatera Timur.Pada tahun 1922 pabrik Kelapa Sawit pertama

dibangun di Tanah Itam Ulu – Sumatera Utara.Pada tahun 1977 pabrik oleokimia

pertama dibangun di Tangerang dan pola PIR pertama diintroduksikan di Tebenan –

Sumatera Selatan dan Alue Merah – Aceh. Pada awal pengembangan, kelapa sawit

yang ditanam adalah sejenis Dura yang induknya berasal dari Bogor dan

dikembangkan di daerah Deli sehingga dikenal dengan nama Deli Dura. Sejak tahun

1920-an diintroduksikan plasma nutfah dari jenis tenera, pisifera, dan juga oleifera

serta Dumpy yaitu Mutan dari Deli Dura (Wahyuni, 2012).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 17: ANALISA KADAR FOSFOR (P) PADA TANAH MINERAL DENGAN

5

2.2 Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacquin)

Divisi : Spermatophyta

Subdivisi : Angiospermae

Klas : Monocotyledonae

Ordo : Palmales

Famili : Palmae

Sub famili : Cocoideae

Genus : Elaeis

Species : 1. Elaeis guineensis Jacq

2. Elaeis oleifera Cortes atau Elaeis melanococca

2.3 Tanah

Merupakan campuran yang kompleks dari udara, air, padatan anorganik dan

padatan organik. Pengkajian tanah secara alamiah dikenal dua konsep dasar yang

umumnya diterima. Pertama berkaitan dengan tanah sebagai habitat alam untuk

tanaman. Konsep ini dikenal sebagai edapologi yang memfokuskan tanah pada sifat

yang berhubungan dengan kesuburan tanah pada sifat yang berhubungan dengan

kesuburan tanah dan produksi pertanian. Analisis tanah untuk tujuan ini dikenal

sebagai uji tanah dan termasuk juga analisis tanaman. Konsep ilmu tanah lainnya

adalah tanah dikaji sebagai hancuran iklim ( weathering) biokimia dan sintesa produk

dalam alam. Pendekatan ini dikenal sebagai pedologi. Pedologi meliputi kajian

genesis, morfologi dan klasifikasi tanah. Kimia tanah menghubungkan antara

edapologi dan pedologi. Kedua konsep ini sama-sama mengkaji proses-proses kimia

yang terjadi di dalam tanah (Mukhlis, 2014).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 18: ANALISA KADAR FOSFOR (P) PADA TANAH MINERAL DENGAN

6

Tanah, sebagai suatu sistem sifat-sifatnya sangat ditentukan oleh komponen

penyusunnya. Tanah disusun oleh 4 komponen utama yaitu bahan mineral (± 45 % )

dan bahan organik (± 5 %) yang merupakan bagian padatan tanah, kemudian air (±

25 %) dan udara (± 25 %) yang menempati ruang pori tanah.

Mineral tanah dapat mengadsorpsi polutan organik dan anorganik serta

mempercepat degradasinya menjadi bentuk yang non-toksik, menghambat

perpindahan atau pergerakan polutan dalam tanah atau mencegahnya diserap oleh

tanaman. Beberapa mineral juga merupakan bahan polutan dan dapat menyebabkan

maslaah lingkungan yang serius bila muncul ke permukaan tanah melalui hancuran

iklim oleh aktivitas manusia.

Oleh Klein dan Hulbury (1993) dalam Schulze (2000) mendefinisikan

mineral sebagai suatu bentukan alam yang homogen padat dengan komposisi kimia

tertentu dan susunan atom yang tertentu pula. Biasanya terbentuk oleh proses

inorganik. Komposisi dan susunan atom struktur merupakan penentu sifat mineral

tersebut(Mukhlis, 2017).

2.3.1 Klasifikasi Tanah

Di Indonesia, tanah-tanah ini dibedakan satu dari yang lain oleh hal-hal

seperti ini:

- jumlah dan macam horison dan profilnya

- susunan horisonnya

- warna

- distribusi ukuran partikelnya (telestura) dan strukturnya

- Sifat kimia dan mineralogi

- faktor iklim

- dan lain-lain

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 19: ANALISA KADAR FOSFOR (P) PADA TANAH MINERAL DENGAN

7

Order tanah didasarkan pada morfologi (berdasarkan sifat kimia dan fisik

atau deskripsi).

Klasifikasi “ORDER” ini adalah klasifikasi umum dan sangat luas berdasarkan

gambaran-gambaran berbeda yang sedikit jumlahnya.

1. Entisol

Tanah baru (belum mempunyai perkembangan profit atau perkembangan

profit lemah, tanah berbatu, endapan sungai yang baru, dan lain-lain)

2. Vertisol

Tanah terbalik (tanah liat yang pecah-pecah dan retak-retak)

3. Inceptisol

(permulaan) atau muda (profit lemah atau baru saja mulai)

4. Aridisol

Tanah arid (daerah tandus dan kering)

5. Mollisol

Tanah lembut/tebal dan berkembang dibawah rumput

6. Spodosol

Berabu (podzal), akulasi iron aluminium (Al) dan besi (Fe)

7. Alfisol

Pedalfer (istilah lama, menunjukkan akumulasi aluminium (Al) dan besi (Fe)

8. Ultisol

Pencucian sempurna (tanah kuning kemerahan di sumatera)

9. Oxisol

Tanah axid (latosols, tanah merah yang dalam diantara banyak tanah tropis)

10. Histosols

Jaringan (organik), (kandungan bahan organik lebih dari 30% dan dalam nya

lebih dari 15 cm)

2.3.2 Sifat Fisik dan Kimia Tanah

Sifat Fisika tanah adalah sifat yang bertanggung jawab atas peredaran udara,

bahang, air, dan zat terlarut melalui tanah.Sifat ini sangat beragam dalam tanah

tropika, termasuk beberapa yang tidak dikenal di wilayah iklim sedang.Dalam

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 20: ANALISA KADAR FOSFOR (P) PADA TANAH MINERAL DENGAN

8

keadaan alaminya, umumnya dianggap mempunyai sifat fisika yang baik

sekali.Banyak tanah mudah sekali terkena pengikisan karena perubahan tekstur yang

tajam.Beberapa sifat fisika dapat dan memang berubah karena penggarapan tanah.Di

wilayah tropika pengeringan yang kuat dan suhu yang tinggi pada permukaan tanah

dapat diikuti oleh perubahan yang mendadak yang disebabkan oleh hujan yang

sangat kuat. Banyak sifat fisika tanah memburuk akibat pengolahan, membuat tanah

menjadi kurang lulus air, dan lebih mudah hilang karena limpasan dan pengikisan

(Sanches, 1992).

Karakteristik kimia tanah percobaan pra perlakuan sebagai berikut, reaksi tanah agak

masam (pH 5,47-6,37), P Bray 50 ppm (tinggi), C organik 4,75 %(tinggi), N total

0,51% (tinggi), KTK 21,46 me, K 0,15 me (rendah), Na 0,24 me, Ca 5,29 me

(sedang), Mg 0,34 me (sedang)/100 g tanah dan Ca/Mg 15,5.

2.3.4 Unsur Hara Tanah

Bahan organik merupakan bahan penting dalam menciptakan kesuburan

tanah, baik secera fisika,kimia maupun dari segi biologi tanah. Sekitar setengah dari

kapasitas tukar kation (KTK) berasal dari bahan organik. Ia merupakan sumber hara

tanaman. Disamping itu bahan organik merupakan sumber energi dari sebagian

organisme tanah(Nurhajati dkk., 1986).

Komposisi atau susunan jaringan tumbuhan akan jauh berbeda dengan

jaringan binatang. Pada umumnya jaringan binatang lebih cepat hancur dibandingkan

jaringan tumbuhan. Jaringan tumbuhan sebagian besar tersusun dari air yang

beragam dari 60-90% dan rata-rata sekitar 75%. Bagian padatan sekitar 25 % dari

hidrat arang (60%), protein (10%), lignin (10-30%) dan lemak (1-8%). Ditinjau dari

susunan unsur, karbon merupakan bagian yang terbesar (44%), disusul oleh oksigen

(40)% hidrogen dan abu masing-masing sekitar 8%. Susunan abu itu sendiri terdiri

dari seluruh unsur hara yang diserap dan diperlukan tanaman, kecuali C,H, dan O.

Walaupun kadar abu hanya terdiri 8%, tetapi mereka memainkan peranan yang amat

penting. Unsur-unsur C,H,O mendominasi bahan kering tanaman tidak dapat

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 21: ANALISA KADAR FOSFOR (P) PADA TANAH MINERAL DENGAN

9

bereaksi tanpa adanya unsur N,P,K,Ca,Mg dan unsur-unsur mikro lainnya, karena itu

pengaruh merareka harus mendapat perhatian.

Hingga sekarang telah dikenal ada 16 macam unsur hara essensial bagi tanaman.

Suatu unsur hara dikatakan essensial bila:

1. Kekurangan unsur tersebut dapat menghambat dan mengganggu pertumbuhan

baik secara vegetatif maupun generatif

2. Kekurangan unsur tersebut tidak dapat diganti oleh unsur lain dan

3. Unsur tersebut harus secara langsung terlibat dalam gizi makanan tanaman.

Tetapi perlu diingat bahwa point (2) agak sedikit lemah karena ada beberapa

unsur yang dapat diganti oleh unsur lain, misalnya molibdenum apat diganti

oleh vanadium.1986

Menurut hasil penelitian, setiap tanaman memerlukan paling sedikit 16

unsur (ada yang menyebutnya zat) agar pertumbuhannya normal, dari ke-16 unsur

tersebut, 3 unsur (C,H dan O) diperoleh dari udara sedangkan 13 unsur lagi di

sediakan oleh tanah. Ke-13 unsur tersebut adalah nitrogen (N), posfor (P), kalium

(K), kalsium (Ca), magnesium (Mg), sulfur atau belerang (S), klor (Cl), ferum atau

besi (Fe), mangan (Mn), kuprum atau tembaga (Cu), zink atau seng (Zn), boron (B),

dan molibdenum (Mo) (Lingga dan Marsono, 2011).

1. Nitrogen

Peranan utama nitrogen bagi tanaman adalah untuk merangsang pertumbuhan

secara keseluruhan, khususnya batang, cabang, dan daun. Selain itu, nitrogen

pun berperan penting dalam dalam pembentukan hijau daun yang sangat

berguna dalam proses fotosintesis. Fungsi lainnya ialah membentuk

protein,lemak, dan berbagai persenyawaan organik lainnya.

2. Fosfor

Unsur posfor bagi tanaman berguna untuk merangsang pertumbuhan akar,

khususnya akar benih dan tanaman muda. Selain itu, posfor berfungsi sebagai

bahan mentah untuk pembentukan sejumlah protein tertentu, membantu

asimilasi dan pernapasan, serta mempercepat pembuangan,pemasakan biji

dan buah

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 22: ANALISA KADAR FOSFOR (P) PADA TANAH MINERAL DENGAN

10

3. Kalium

Fungsi utama kalium adalah membantu pembentukan protein dan

karbohidrat. Kalium pun berperan dalam memperkuat tubuh tanaman agar

daun, bunga, dan buah tidak mudah gugur

4. Kalsium

Bagi tanaman, kalsium bertugas untuk merangsang pembentukan bulu-bulu

akar, mengeraskan batang tanaman, dan merangsang pembentukan biji.

5. Magnesium

Menciptakan daun yang hijau sempurna dan terbentuknya karbohidrat, lemak,

dan minyak-minyak, magnesium biangnya. Magnesium pun memegang

peranan penting dalam transportasi posfat dalam tanaman.

6. Belerang

Belerang berperan dalam pembentukan bintil-bintil akar. Sulfur ini

merupakan unsur penting dalam beberapa jenis protein seperti asam amino.

Unsur ini pun membantu pertumbuhan anakan.

7. Klor

Membantu memperbaiki dan meninggikan hasil kering tanaman seperti

tembakau, kapas, kentang dan tanaman sayuran umumnya adalah peran dari

klor.

8. Besi

Besi untuk pernapasan dan pembentukan hijau daun merupakan peran dari

besi. Sekali tidak ada, terutama pada tanah yang mengandung banyak

kapur,tanaman akan langsung terhambat pertumbuhannya.

9. Mangan

Peran mangan tak jauh beda dengan unsur besi. Selain sebagai komponen

untuk memperlancar proses asimilasi, unsur ini pun merupakan komponen

penting dalam berbagai enzim.

10. Tembaga

Fungsi tembaga ini pun baru sedikit diketahui. Kehadirannya dapat mendorong

terbentuknya hijau daun dan dapat menjadi bahan utama dalam berbagai enzim.

11. Boron

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 23: ANALISA KADAR FOSFOR (P) PADA TANAH MINERAL DENGAN

11

Boron berfungsi mengangkut karbohidrat ke dalam tubuh tanaman dan

mengisap kalsium. Pada tanaman penghasil biji, unsur ini berpengaruh

terhadap pembagian sel. Dan yang paling nyata ialah perannya dalam

menaikkan mutu tanaman sayuran dan tanaman buah.

12. Molibdenum

Sama halnya dengan tembaga, hingga kini diketahui masih sedikit peranan

molibdenum bagi tanaman. Unsur ini sangat berguna bagi tanaman jeruk dan

sayuran.

13. Seng

Seng memberi dorongan terhadap pertumbuhan tanaman karena diduga dapat

berfungsi membentuk hormon tumbuh (Lingga dan Marsono,2011).

2.3.5 Analisa Tanah

Pengeringan anginan,sesuai dengan namanya, maka pengeringan dilakukan dengan

menganginkan contoh tanah diruang yang berventilasi dan tidak langsung dipanas

matahari maka dikhawatirkan akan terjadi penguapan beberapa unsur dari tanah

seperti nitrogen,kalium dan lain-lain. Oleh sebab itu tempat pengeringan ini dibuat

khusus, yang tidak terkena sinar matahari langsung dan tempat terpisah dari ruang

laboratorium lainnya (terutama ruang ektraksi), serta jauh dari gangguan lainnya.

Pengeringan contoh tanah ini bertujuan untuk mengurangi pengaruh air tanah,

disamping itu juga agar contoh tanah tetap berada dalam keadaan homogen dan dapat

disimpan dalam waktu lama. Untuk mempercepat proses pengeringan, contoh dapat

ditempatkan di ruangan terbuka atau di ruangan dengan udara yang berhembus,

misalnya menggunakan kipas angin, tetapi tidak di ruangan yang udaranya panas.

Temperatur udara tidak lebih dari 35⁰C, karena pengeringan yang lebih tinggi akan

berakibat kepada perubahan yang drastis pada sifat fisika,kimia dan biologi.

Pengaruh pengeringan terhadap kadar fosfor tanah menyebabkan perobahan

p-fiksasi, yang berhubungan dengan perubahan kimia Fe dan Al. Pengeringan contoh

tanah, khususnya pada temperatur yang tinggi, adakalanya meningkatkan kelarutan

P-larut dalam asam, hal ini berhubungan dengan penurunan pH tanah. pH tanah yang

rendah menyebabkan Al-P atau Fe-P yang tidak larut.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 24: ANALISA KADAR FOSFOR (P) PADA TANAH MINERAL DENGAN

12

Apabila contoh tanah telah kering udara, pekerjaan selanjutnya adalah

pengayakan. Pengayakan ini bertujuan untuk memisahkan contoh dari bahan-bahan

lain seperti akar tanaman,daun atau batuan, disamping itu juga bertujuan untuk

menyeragamkan ukuran partikel tanah. Untuk analisis secara umum, ukuran partikel

tanah yang disiapkan biasanya diameter ≤ 2 mm, hal ini berkenaan bahwa yang

digolongkan kepada tanah adalah partikel yang berdiameter ≤ 2 mm (pasir : 0,05-

2,00 mm), (debu : 0.002-0,005 mm), (liat : < 0,002 mm), sedangkan yang

berdiameter >2 mm bukanlah dikategorikan sebagai tanah tetapi kerikil. Oleh sebab

itu digunakanlah ayakan yang mampu meloloskan partikel yang berdiameter ≤ 2

mm.

Tanah yang telah diayak hendaknya disimpan atau ditempatkan pada

botol/kotak contoh tanah, biasanya terbuat dari kaca atau plastik. Sebelum contoh

dianalisis maka sebaiknya kotak atau kantongan contoh disimpan pada tempat yang

tidak terkena sinar matahari langsung, tidak berair, dan jauh dari kontaminasi bahan

kimia atau pupuk.

Ekstraksi merupakan tindakan untuk memisahkan analit dari bahan aslinya,

dalam hal ini adalah tanah. Sehingga analit dapat diukur. Secara analis kuantitatif,

ektraksi dibedakan atas :

1. ekstraksi pelarut

2. ekstraksi pertukaran ion

3. ekstraksi kromatografi kertas/ lapis tipis

4. ekstraksi kromatografi gas

Dari keempat metode ekstraksi tersebut, pada analisis tanah biasanya

dilakukan ekstraksi pelarut dan ekstraksi pertukaran ion, sementara dua jenis

ekstraksi lain jarang atau tidak digunakan pada analisis fisika dan kimia tanah.

Ekstraksi pelarut biasanya menggunakan senyawa asam atau basa, ataupun

garam untuk membebaskan analit yang ditanah. Biasanya analit berada pada bentuk

yang tak larut, atau berikatan dengan senyawa lain. Analisis tanah yang

menggunakan ekstraksi pelarut ini antara lain

- Tekstur tanah, menggunakan ekstraksi Na-pyrophospate

- pH tanah, menggunakan ekstraksi H2O

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 25: ANALISA KADAR FOSFOR (P) PADA TANAH MINERAL DENGAN

13

- C-organik tanah, menggunakan ekstraksi K2Cr2O7 + H2SO4

- Nitrogen total, menggunakan ekstrakasi H2SO4

- fosfor tersedia tanah, menggunakan ekstraksi yang beragam sesuai dengan

metodenya.

Agar analit mudah diukur, maka pada beberapa analisis perlu dilakukan

pemisahan hasil ekstraksi dari bahan asalnya, dalam hal ini tanah. Proses pemisahan

ini dilakukan dengan beberapa cara, tergantung kepada analit yang akan diukur.

Metode pemisahan tersebut antara lain:

a. Penyaringan

Pemisahan dengan cara penyaringan dilakukan dengan menggunakan

kertas saring yang ditempatkan pada corong, pemisahan dengan cara ini

disebut sebagai filtrat. Analisis tanah yang melakukan pemisahan dengan

cara menyaring adalah :

- Al dapat dipertukarkan (Al-dd), menggunakan kertas saring biasa

- Kapasitas Tukar Kation (KTK), menggunakan kertas saring biasa

- Kation-kation tukar (K, Ca, Mg, dan Na), menggunakan kertas

saring biasa

- fosfor tanah, menggunakan kertas saring Whatmann No. 42

b. Sentrifus

Pemisahan ini dilakukan dengan alat sentrifus, dimana bahan tanah

dan larutan di putar dengan kecepatan tertentu. Akibat pemutaran ini bahan tanah

akan mengendap sedangkan larutannya terpisah pada bagian atas. Larutan hasil

sentrifus ini disebut sebagai supernatan. Beberapa analisis tanah yang melakukan

sentrifus untuk memisahkan hasil ekstraksi adalah :

- Pemisahan fraksionasi fosfat

- Kapasitas Tukar Kation

- Adsorpsi Isoterm Fosfat

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 26: ANALISA KADAR FOSFOR (P) PADA TANAH MINERAL DENGAN

14

2.4 Fosfor

Senyawa fosfor merupakan unsur esensial dalam setiap proses metabolisme

tanaman, karena P diperlukan dalam sebagian besar reaksi biokimia tanaman. Dalam

hal-hal tertentu fungsi P tidak dapat digantikan oleh unsur yang lain, misalnya

mekanisme osmosis sel, serta penyusunan DNA/RNA kromosom didalam inti sel,

fungsi P di dalam proses transfer energi yang mana P bersama ADP akan membentuk

ATP, dalam penyusunan klorofil dan reaksi fotosintesis tanaman, dalam

pembentukan dan penguat dinding sel (Mukhlis, 2017).

Hampir seluruh fosfor (P) terikat secara kimia di dalam tanah dan mempunyai

kelarutan yang rendah. Pada pH tanah alkalis Ca-P terbentuk sedangkan pada pH

rendah Al-P,Mn-P dan Fe-P yang terbentuk pH tanah merupakan faktor pengontrol

kelarutan P. Ketersediaan maksimum terjadi pada pH 5,5-7,2. Ketersediaan Ca-P

lebih banyak dibandingkan dengan Al-P dan Fe-P. Ketersediaan P tanah yang dapat

digunakan tanaman adalah sekitar 1 % atau kurang dari total P di dalam tanah.

Ketersediaan imorganik P berkaitan dengan kelarutan senyawa yang ada. Semakin

banyak jumlah yang tersedia di dalam tanah maka semakin banyak P yang akan

tersedia bagi tanaman. Disamping itu semakin dekat akar tanaman dengan sumber P

maka jumlah P yang dapat diambil tanaman akan semakin besar. Jenis P yang

dominan diambil tanaman adalah H2PO4-,HPO4

=,PO4=

Fosfor (P) merupkan salah satu unsur hara yang mutlak dibutuhkan oleh

tanaman karena berperan dalam menyimpan dan mentrasfer energi serta sebagai

komponen protein dan asam nukleat. Oleh fungsi tersebut maka suplai P yang tinggi

ditunjukkan oleh perkembangan akar,perkembangan dan pembuahan yang lebih

cepat (Mukhlis, 2017).

P segera tersedia adalah bentuk P anorganik di larutan tanah dalam bentuk

orthofosfat. Bentuk P yang potensial tersedia meliputi bentuk P organik dan beberapa

bentuk P anorganik yang relatif tidak tersedia seperti bentuk P terendapkan ( P-Al, P-

Fe, P-Mn atau P-Ca). Bentuk P ini cenderung terakumulasi dalam keadaan sangat

stabil, namun dalam keadaan tertentu dapat berubah menjadi tersedia ( Hesse, 1971).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 27: ANALISA KADAR FOSFOR (P) PADA TANAH MINERAL DENGAN

15

P tersedia tanah dapat dianalisis dengan berbagai metode.Teknik kimia dalam

analisis P tersedia, telah lama dilakukan dan hingga kini masih diterima, dengan

menggunakan beberapa larutan ekstraktan.Larutan ekstraktan yang digunakan juga

cukup banyak, mulai dari larutan asam sulfat pekat hingga soda alkali panas. Dari

sekian banyak ekstraktan, yang umumnya digunakan adalah ekstraktan Bray I,

ekstraktan Bray II, Olsen dan Truog

Reaksi Bray II

3NH4F + 3 HCl + AlPO4→ PO43- + NH4+ +Al3+ + Cl- + F-

3NH4F + 3HCl + FePO4→ PO43- + NH4+ + Fe3+ +Cl- + F-

Selanjutnya

PO43- + 12 MoO4

= + 27 H+→ H7[𝑃(𝑀𝑜₂𝑂₇)₆] + 10 𝐻₂𝑂

H7[𝑃(𝑀𝑜₂𝑂₇)₆] + vit. C → Biru molibden

2.4.1 Unsur Hara Fosfor

Bentuk fosfor anorganik tanah lebih sedikit dan sukar larut. Walupun terdapat

CO2di dalam tanah tetapi mineralisasi mineral-mineral fosfat tetap sukar, sehingga

dengan demikian P yang tersedia dalam tanah relatif rendah.

P organik dengan proses dekomposisi akan menjadi bentuk anorganik.

Pengaruh CO2terhadap fosfor tanah adalah sebagai berikut :

Ca3(PO4)2+ 4H2O + 4CO2→ Ca (HPO4)2 + 2Ca (HCO3)2

P tidak larut P larut dalam air Ca-bikarbonat larut

Dengan cara ini tanaman memperoleh tambahan P dari tanah karena larutan

tanah pada umumnya sedikit mengandung P tersedia. Reaksi sebaliknya seperti

halnya dengan nitrogen dapat terjadi. Jasad renik dapat menggunakan P tersedia dan

membentuk senyawa P organik. Demikian juga pupuk P seperti Ca(H2PO4)2 dan

NH4PO4 dapat berubah menjadi Ca, Fe atau Al-fosfat yang sukar larut(Nurhajati,

1986).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 28: ANALISA KADAR FOSFOR (P) PADA TANAH MINERAL DENGAN

16

Fosfor terdapat dalam bentuk phitin,nuklein dan fostide merupakan bagian

dari protoplasma dan ini sel. Sebagai bagian dari inti sel sangat penting dalam

pembelahan sel demikian pula bagi perkembangan jaringan meristem, fosfor diambil

tanaman dalam bentuk H2PO4- dan HPO4

2-

Secara umum fungsi fosfor sebagai berikut:

1. Dapat mempercepat pertumbuhan akar semai

2. Dapat mempercepat serta memperkuat pertumbuhan tanaman muda

menjadi tanaman dewasa

3. Dapat mempercepat pembungaan dan pemasakan buah biji atau gabah

4. Dapat meningkatkan produksi biji-biji.

Kekurangan fosfor dapat menyebabkan tanaman menjadi kerdil, pertumbuhan

tidak baik, pertumbuhan akar atau ranting meruncing, pemasakan buah terlambat,

warna daun lebih hijau dari pada keadaan normalnya, daun yang tampak

menguning sebelum waktunya serta hasil buah dan biji menurun(Pranata, 2004).

Tanaman menyerap sebagian besar unsur P dalam bentuk ion ortofosfat

primer (H2PO4). Sejumlah kecil diserap dalam bentuk ion ortofosfat sekunder

(HPO42-). Kemasaman (pH) tanah sangat besar pengaruhnya terhadap perbandinga

serapan ion-ion tersebut,yakni masam kadar H2PO4- makin besar sehingga makin

banyak yang diserap oleh tanaman dibandingkan dengan HPO42- (Winarso, 2005).

Faktor –faktor yang mempengaruhi ketersediaan P tanah sebagai berikut :

1. Jumlah klei (clay), semakin tinggi kadar klei semakin besar retensi P dalam

tanah.

2. pH tanah. Menentukan bentuk-bentuk P dalam larutan tanah ( pada pH

rendah dominan bentuk HPO42- dan pada pH tinggi dominan bentuk H2PO4

1- )

3. kadar P tanah. Tanah mengandung P sangat tinggi cenderung melepaskan P

ke dalam larutan tanah.

4. Waktu dan metode penggunaan P. Waktu kontak langsung P dengan tanah

bertambah lama meningkatkan ketidak-tersediaan P tanah. Pada dengan

retensi P yang tinggi, metode penggunaan pupuk P dengan cara pita

(banding) memberikan P tersedia lebih tinggi. Penggunaaan pupuk P dengan

cara sebar (broadcasting) lebih cepat dan lebih murah dapat memberikan laju

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 29: ANALISA KADAR FOSFOR (P) PADA TANAH MINERAL DENGAN

17

pemupukan P lebih besar tanpa kerusakan tanaman dan menghasilkan

campuran lebih baik antara P dan tanah.

5. Kelarutan danatau ukuran partikel tanah. Retensi P cenderung meningkat

dengan kelarutan tanah bertambah dan ukuran partikel bertambah besar

menyebabkan retensi P menurun.

6. Pumupukan P dengan cara inkorporasi vs P sebar di pemupukan tanah. Cara

inkorporasi lebih efektif daripada sebar di permukaan tanah. Cara inkorporasi

dapat digunakan bila tanah diolah dan dibajak, tetapi tidak dapat digunakan

bila tanah tanpa diolah (tanpa olah tanah).

2.5 Spektrofotometri

Pengukuran dengan alat spektrophotometerdilakukan terhadap bahan analit

yang dapat berwarna. Beberapa unsur atau senyawa analit dapat menimbulkan warna

bila direaksikan dengan bahan tertentu. Agar konsentrasi analit dapat diukur maka

kepekatan warna yang yang ditimbulkannya yang di ukur, dengan menggunakan alat

spektrofotometer.

Spektrofotometer pada hakekatnya mengukur besarnya absorbsi radiasi dari

sinar yang melalui medium bewarna. Oleh hukum Beer-Lambert dinyatakan bahwa

besarnya absorbsi radiasi berbanding lurus dengan konstrasi zat yang dilalui oleh

radiasi. Jika suatu larutan analit ingin di ukur, maka sebelumnya harus direaksikan

dengan bahan tertentu sehingga menimbulkan warna yang spesifik, yang

kepekatannya sebanding dengan konsentrasinya. Namun yang diperoleh adalah nilai

absorbennya saja. Untuk mengetahui konsentrasi analitnya maka digunakan larutan

standar, yaitu larutan yang telah ditetapkan konsentrasinya dan diberi bahan yang

dapat memberikan warna yang sama. Kemudian diukur absorbennya di

spektrofotometer. Bila konsentrasi larutan standar bertingkat maka dapat dibuat

grafik hubungan antara absorben dengan konsentrasi. Besarnya konsentrasi analit

dari bahan yang diukur dapat diketahui dengan menginterpolasikan nilai absorbennya

ke grafik larutan standar( Mukhlis, 2014).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 30: ANALISA KADAR FOSFOR (P) PADA TANAH MINERAL DENGAN

18

Komponen-komponen pokok spektrofotometer meliputi:

1. Sumber tenaga radiasi

Sumber radiasi yang ideal untuk pengukuran serapan harus menghasilkan

spektrum kontinu dengan intensitas yang seragam pada keseluruhan kisaran

panjang gelombang. Sumber radiasi sinar ultraviolet yang kebanyakan

digunakan adalah lampu hidrogen dan lampu deuterium. Kedua lampu

tersebut dari sepasang elektroda yang terselubung dalam tabung gelas dan

diisi gas hidrogen atau deuterium pada tekanan yang rendah.

Sumber radiasi sinar lihat dan radiasi sinar infra merah dekat yang

biasa digunakan adalah lampu filamen tungsten. Filamen dipanaskan oleh

sumber arus searah atau baterai. Filamen tungsten menghasilkan radiasi

kontinu dalam daerah antara 350 dan 2500 nm.

2. Monokromator

Dalam spektrofotometer, radiasi yang polikromatik haarus diubah menajdi

radiasi monokromatik. Ada dua jenis alat yang digunakan untuk mengurai

radiasi polikromatik menjadi monokromatik yaitu penyaring/filter dan

monokromator. Penyaring terbuat dari benda khusus yang hanya meneruskan

radiasi pada daerah panjang gelombang tertentu dan menyerap radiasi

panjang gelombang yang lain. Monokromator merupakan serangkain alat

optik yang menguraikan radiasi polikromatik menjadi jalur-jalur dengan

panjang gelombang tunggal.

3. Tempat cuplikan

Cuplikan yang akan dianalisis pada daerah sinar ultraviolet atau sinar

terlihat/tampak yang berwujud gas atau larutan ditempatkan dalam sel atau

kuvet. Untuk analisis pada daerah ultraviolet lazim digunakan quartz atau sel

dari silika yang dilebur, sedangkan untuk analisis daerah terlihat/tampak

digunakan gelas biasa atau quartz. Sel yang digunakan untuk berwjud gas

mempunyai panjang lintasan 0,1 hingga 100 nm, sedangkan sel untuk larutan

mempunyai panjang lintasan tertentu dari 1 hingga 10 cm.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 31: ANALISA KADAR FOSFOR (P) PADA TANAH MINERAL DENGAN

19

4. Detektor

Detektor menyerap tenaga foton yang mengenainya dan mengubah tenaga

tersebut untuk dapat diukur secara kuantitatif seperti sebagai arus listrik atau

sebagai perubahan panaspersyaratan paling penting untuk detektor meliputi:

1. Sensivitas yang tinggi hingga dapat mendeteksi tenaga cahaya yang

memiliki tingkatan rendah sekaligus.

2. Waktu respon yang pendek

3. Stabilitas yang lama untuk menjamin respons secara kuantitatif dan

4. Sinyal elektronik yang mudah diperjelas.

Detektor yang digunakan dalam sinar ultraviolet dan terlihat disebut detektor

fotolistrik(Sastrohamidjojo, 2013).

2.5.1 Spektrofotometri Ultra Violet-Visible (UV-Vis)

Pelarut yang dapat digunakan untuk spektrofotometri ultraviolet-sinar

tampak,dengan panjang gelombang transparan terendahnya adalah air (190 nm),

etanol (210nm), n-heksan (195 nm), sikloheksan (210 nm), benzen (280 nm), dietil

eter (210 nm), aseton (330 nm), dan 1,4-dioksan (220 nm).

Analisis kualitatif, kegunaan spektrofotometri ultraviolet dan sinar tampak

dalam analisis kualitatif sangat terbatas, karena rentang radiasi yang relatif sempat

(500 nm) hanya dapat mengakomodasi sedikit sekali puncak absorpsi maksimum dan

minimum, karena itu identifikasi senyawa yang tidak diketahui, tidak

memungkinkan.

Analisis kuantitatif , penggunaan utama spektroskopi ultraviolet-sinar tampak

adalah dalam analisa kuantitatif. Apabila dalam alur radiasi spektrofotometer

terdapat senyawa yang mengabsorpsi radiasi, akan terjadi pengurangan kekuatan

radiasi yang mencapai detektor.parameter kekuatan energi radiasi khas yang di

absorbsi yang diabsorbsi oleh molekul adalah absorban (A) yang dalam batas

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 32: ANALISA KADAR FOSFOR (P) PADA TANAH MINERAL DENGAN

20

konsentrasi rendah nilainya sebanding dengan banyak nya molekul yang

mengabsorpsi radiasi dan merupakan dasar analisi

2.6 Larutan Standar

Suatu larutan standar adalah larutan yang megamdung reagensia dengan

bobot yang diketahui dalam suatu volume tertentu larutan. Selama bertahun-tahun,

konsentrasi dinyatakan dalam molaritas (yaitu jumlah mol per liter) dan normalitas

yaitu jumlah ekuivalen per liter. Dengan diambilnya mol sebagai mol sebagai satuan

dasar kuantitas oleh International Union of Pure and Applied Chemistry, dengan

definisi mol adalah jumlah zat yang mengandung unit dasar yang sama yang sama

banyaknya dengan banyaknya atom yang terdapat dalam gram satuan atom. Unit

dasar ini harus dispesifikasikan (ditetapkan) dan boleh berupa satu atom, satu

molekul, satu ion, satu radikal, satu elektron atau partikel lain atau gugus yang terdiri

dari partikel-partikel demikian yangdispesifikasikan, maka mol bukan lagi

merupakan satuan banyaknya zat, dan istilah seperti gram molekul, gram ion, dan

sebagainya adalah usang.

Jika suatu reagensia tersedia dalam keadaan murni, suatu larutan dengan

normalitas tertentu disiapkan hanya dengan menimbang satu ekuivalen atau satu

fraksi tertentu atau kelipatan dari satu ekuivalen, melarutkannya dalam pelarut,

biasanya air, dan mengencerkan larutan sampai volume yang diketahui.

Suatu zat standar primer harus memenuhi persyaratan berikut :

1. Zat harus mudah diperoleh, mudah dimurnikan, mudah dikeringkan

(sebaiknya pada 110-120⁰C) dan mudah dipertahan kan dalam keadaan

murni. (syarat ini biasanya tak dapat dipenuhi oleh zat-zat terhidrasi, karena

adalah sukar untuk menghilangkan air permukaan dengan lengkap tanpa

menimbulkan penguraian parsial).

2. Zat harus tak berubah dalam udara selama penimbangan: kondisi –kondisi ini

mengisyaratkan bahwa zat tidak boleh higroskopis, tak pula dioksidasi oleh

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 33: ANALISA KADAR FOSFOR (P) PADA TANAH MINERAL DENGAN

21

udara, atau dipengaruhi oleh karbon dioksida. Standar ini harus dijaga agar

komposisinya tidak berubah selama penyimpanan.

3. Zat harus dapat diuji terhadap zat-zat pengotor dengan uji-uji kualitatif atau

uji lain yang kepekaannya diketahui (jumlah total zat-zat pengotor, umumnya

tidak boleh melebihi 0,01-0,02).

4. Zat harus mempunyai ekuivalen yang tinggi, sehingga sesatan penimbangan

dapat diabaikan.(Ketelitian dalam penimbangan biasanya adalah 0,1-0,2 mg,

untuk kecermatan 1 bagian dalam 1000, perlu diginakan contoh-contoh yang

beratnya paling sedikit kira-kira).

5. Zat harus mudah larut pada kondisi dimana ia digunakan.

6. Reaksi dengan larutan standar itu harus stoikiometri dan praktis. Sesatan

titrasi harus dapat diabaikan, atau mudah ditetapkan dengan cermat dengan

eksperimen. (Vogel, 1994).

2.7 Pupuk

Pupuk adalah bahan yang digunakan untuk menambah kesuburan

tanah.Pemupukan adalah kegiatan menambah unsur hara tertentu untuk memenuhi

kebutuhan tanaman yang tidak dapat disediakan oleh tanah.Pemupukan atau

penambahan unsur hara hanya dilakukan jika tanah tidak dapat menyediakan unsur

hara yang dibutuhkan oleh tanaman.Tanah subur yang dijadikan lahan untuk budi

daya tanaman tidak perlu dilakukan pemupukan (Leiwakabessy dan Sutandi 2004).

Pupuk organik adalah pupuk yang sebagian besar atau seluruhnya terdiri atas

bahan organik yang berasal dari tanaman atau kotoran hewan yang telah melalui

rekayasa dapat berbetuk cair yang digunakan mensuplai bahan organik atau

memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah(Simanungkalit, 2006).

Menurut Prihmantoro (2007) pupuk buatan merupakan pupuk yang dibuat di

dalam pabrik. Bahannya dari bahan anorganik dan dibentuk dengan proses kimia

sehingga pupuk ini lebih dikenal dengan nama pupuk anorganik. Pupuk anorganik

umumnya diberi kandungan zat hara tinggi.Pupuk ini tidak diperoleh di alam, tetapi

merupakan hasil ramuan dipabrik.Oleh karena pupuk anorganik dibuat manusia

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 34: ANALISA KADAR FOSFOR (P) PADA TANAH MINERAL DENGAN

22

maka kandungan haranya dapat beragam dan disesuaikan dengan kebutuhan

tanaman.

Pemupukan bertujuan untuk menjamin kecukupan dan keseimbangan hara

tanaman sehingga pertumbuhan bibit maksimal.Kebutuhan unsur hara bagi tanaman

kelapa sawit pada setiap fase pertumbuhannya berbedabeda.(Siahaan et al., 2005).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 35: ANALISA KADAR FOSFOR (P) PADA TANAH MINERAL DENGAN

23

BAB III

METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Alat

1. Shaker SM

2. Spektrofotometer UV-Vis

3. Neraca analitik Metler Toledo

4. Botol kaca 30 ml

5. Botol plastik 100 ml

6. Corong plastik

7. Kertas saring whatmann No. 2

8. Pipet volume

9. Bola karet D&G

10. Wadah pengering sampel

11. Ayakan < 0,5 mm

12. Spatula

3.2 Bahan

1. Sampeltanah

2. Larutanasamklorida (HCl) 4N

Dipipet asam klorida (HCl) 333,34 ml pekat,dimasukkanperlahan-

lahanmelalui dinding ke dalam labu ukur 500 ml yang sudah berisi 200 ml

aquadestkemudianpenuhkanhinggatandabatas.

3. Larutan Ammonium Flourida ( NH4F ) 2N

Ditimbang 37 gram NH4F, dilarutkankedalamlabuukur 500 mL

denganaquadestsampaitandabatas.Larutan disimpan dalam botol polietilen

4. Larutanpengestrak P-Bray II

Campuran NH4F 0,03 N + HCl 0,1 N

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 36: ANALISA KADAR FOSFOR (P) PADA TANAH MINERAL DENGAN

24

Dipipet 25 mL larutan HCl4 N dan 15 ml larutan NH4F 2N.

Masukkankedalamlabuukur 1 liter

danencerkandenganaquadestsampaitandabatas.

5. LarutanAsam sulfat ( H2SO4 ) 5N

Dipipet 138,89 ml H2SO4pekat, kemudiandimasukkanperlahan-

lahanmelaluidindingkedalamlabuukur 1 liter yang berisiaquadestsetengahnya.

Dipenuhkanhingatandabatas.

6. Larutan Ammonium Molibdat ( NH4F)6MO7O24 4%

Ditimbang 40 gram ammonium molibdat,dilarutkankedalamlabuukur 1 liter

denganaquadestdandipenuhkanhinggatandabatas.Disimpandalambotolberwar

nagelap.

7. Larutan Asam Askorbat (C6H8O6) 0,1N

Ditimbang 0,889 gram C6H8O6kemudiandilarutkandenganaquadesthingga 50

ml didalam labu ukur 50 ml.

8. LarutanKalium Antimonil tartarat ( KSbOC4H8O6)

Ditimbang 0,247 gram KSbOC4H4O6kemudiandilarutkandenganaquadest di

dalam labu ukur 100 ml’

9. LarutanCampuran

Dicampurkan 50 ml H2SO4 5 N, 15 ml (NH4F)6MO7O244%, 30 ml (C6H8O6)

0,1N dan 5 ml KSbOCH4O6.

10. Larutan standar PO4 100 ppm

Dipipet 10 ml larutan standar induk 1000 ppm PO4kedalamlabuukur 100 ml

laludiencerkandengan aquadest sampai tanda batas.

11. Larutan deret standar PO4, 0-2-4-8-12-16-20

Dipipet 0, 2, 4, 8, 12, 16, 20 ml larutan standar PO4 100 ppm

kemudiandimasukkankedalamlabuukur 100 ml dan yang telahberisi 2,5 ml

HCl 4N dan 1,5 ml NH4F 2N. Kemudianditambahkanhinggatandabatas

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 37: ANALISA KADAR FOSFOR (P) PADA TANAH MINERAL DENGAN

25

3.3 Prosedurkerja

3.3.1 Pengeringansampeltanah

Diletakkan sampel tanah pada wadah pengering sampel

Diletakkan ditempat pengeringan sampel selama 2-3 hari

3.3.2 Penghalusansampeltanah

Dihaluskan sampel tanah yang kering menggunakan alu dan lumping

Disaring dengan ayakan< 0,5 mm

Dimasukkan kedalam botol sampel

3.3.3 AnalisaSampel Tanah

Ditimbang 2 gram sampel tanah

Dimasukkan kedalambotolplastik 30 ml

Ditambahkan 20 ml larutanpengestrak P-Bray II disertaiblanko

Ditutuprapat

Dikocokselama 5 menitdengan shaker

Disaringdenganmenggunakankertassaringwhatmann No. 2

Dipipet 1 ml filtrat disertaiblankodanderetstandar

Ditambahkan 5 ml aquadest

Ditambah 1 ml larutancampurankocok

Dihomogenkan

Ditunggu 30 menit

Dibacaabsorbansinyapadaspektrofotometer 710 nm

Dicatathasilnya.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 38: ANALISA KADAR FOSFOR (P) PADA TANAH MINERAL DENGAN

26

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 HASIL

Hasil Analisa fosfor (P) yang tersedia pada tanah terdapat pada tabel

berikut ini:

Tabel 4.1.1 Absorbansi Larutan fosfor Standart

Absorbansi Larutan Standar PO4

(ppm)

Kurva Linear

0,005 0 0,000

0,086 2 0,081

0,147 4 0,142

0,251 8 0,246

0,350 12 0,345

0,454 16 0,449

0,562 20 0,557

Tabel 4.1.2 Hasil Analisa Fosfor Tersedia

No.

Sampel

Absorbansi

Konsentrasi Berat Kering

(g)

P

(ppm) Sampel Sampel-

blanko

Blanko 0,005

Sampel 1 0,073 0,068 1,747 0,924 12,33

Sampel 2 0,078 0,073 1,932 1,871 6,74

Sampel 3 0,083 0,078 2,117 1,849 7,47

Sampel 4 0,117 0,112 3,377 1,823 12,08

Sampel 5 0,059 0,054 1,229 0,889 9,01

Sampel 6 0,047 0,042 0,784 0,913 5,60

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 39: ANALISA KADAR FOSFOR (P) PADA TANAH MINERAL DENGAN

27

Sampel 7 0,061 0,056 1,303 1,889 4,50

Sampel 8 0,072 0,067 1,710 1,857 6,01

Sampel 9 0,065 0,060 1,451 1,911 4,95

Sampel

10 0,070 0,065 1,636 1,782 5,99

4.2 Perhitungan

Perhitungan Kadar fosfor

Kadar P tersedia (ppm) =𝑝𝑝𝑚 𝑘𝑢𝑟𝑣𝑎 𝑥 𝑚𝑙 𝑒𝑘𝑠𝑡𝑟𝑎𝑘 (20)𝑥(

31

95)

𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑆𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝐾𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔 105⁰𝐶

Keterangan :

Ppm kurva = ( 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙−𝑏𝑙𝑎𝑛𝑘𝑜 )− 𝑠𝑙𝑜𝑝𝑒

𝑖𝑛𝑡𝑒𝑟𝑠𝑒𝑝𝑡

fp = faktor pengenceran ( bila ada )

31/95 = faktor konversi bentuk PO4 menjadi P

Contoh Perhitungan Sampel No. 1-10 (Tabel 4.1.2)

Sampel 1

Kadar P tersedia (ppm) =1,747 𝑥 20 𝑥 (

31

95)

0,924

= 12,33 ppm

Sampel 2

Kadar P tersedia (ppm) =1,932 𝑥 20 𝑥 (

31

95)

1,871

= 6,74 ppm

Sampel 3

Kadar P tersedia (ppm) =2,117 𝑥 20 𝑥 (

31

95)

1,849

= 7,47 ppm

Sampel 4

Kadar P tersedia (ppm) =3,377 𝑥 20 𝑥 (

31

95)

1,823

= 12,08 ppm

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 40: ANALISA KADAR FOSFOR (P) PADA TANAH MINERAL DENGAN

28

Sampel 5

Kadar P tersedia (ppm) =1,229𝑥 20 𝑥 (

31

95)

0,889

= 9,01 ppm

Sampel 6

Kadar P tersedia (ppm) =0,784 𝑥 20 𝑥 (

31

95)

0,913

= 5,60 ppm

Sampel 7

Kadar P tersedia (ppm) =1,303 𝑥 20 𝑥 (

31

95)

1,889

= 4,50 ppm

Sampel 8

Kadar P tersedia (ppm) =1,710 𝑥 20 𝑥 (

31

95)

1,857

= 6,01 ppm

Sampel 9

Kadar P tersedia (ppm) =1,451 𝑥 20 𝑥 (

31

95)

1,911

= 4,95 ppm

Sampel 10

Kadar P tersedia (ppm) =1,636 𝑥 20 𝑥 (

31

95)

1,782

= 5,99 ppm

4.3 Pembahasan

Dari hasil analisa kadar fosfor tanah mineral dengan menggunakan

spektrofotometri Ultra Violet – Visible (UV-Vis) untuk memperoleh kadar unsur

hara dari fosfor (P) yang diperoleh di Laboratorium Tanah, Air dan Limbah Pusat

Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Medan, kemudian dibandingkan dengan Angka

Kadar Hara Tanah yang menunjukkan Sangat rendah, Rendah, Sedang, Tinggi, dan

Sangat tinggi pada tanah tersebut.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 41: ANALISA KADAR FOSFOR (P) PADA TANAH MINERAL DENGAN

29

Dari hasil data pada penentuan kadar unsur hara fosfor (P) diperoleh data

yang bervariasi bahwa tanah tersebut mengalami kekurangan unsur hara fosfor (P)

yaitu kadar fosfor (P) sampel tanah yang diperoleh adalah sampel No.1 tinggi sebesar

12,33 ppm, No. 2 rendah sebesar 6,74 ppm, No.3 rendah sebesar 7,47 ppm, No. 4

tinggi 12,08 ppm, No. 5 sedang sebesar 9,01 ppm, No.6rendah 5,60 ppm, No.7

sangat rendah sebesar 4,50 ppm, No.8 rendah sebesar 6,01 ppm, No.9 sangat rendah

sebesar 4,95 ppm, dan No. 10 redah sebesar 5,99 ppm. Berdasarkan lampiran

penilaian hasil analisi tanah nilai sangat rendah < 4, rendah 5-7, sedang 8-10, tinggi

11-15, dan sangat tinggi >15, bila dibandingkan kadar fosfor yang dibutuhkan di

daun dan di tanah, pada analisa fosfor daun kelapa sawit nilai defisiensi nya sebesar

<0,15%, optimum sebesar 0,16-0,19% dan tinggi sebesar >0,25%, maka dapat

disimpulkan unsur hara fosfor pada tanah masih mengalami kekurangan. Hal ini

dikarenakan jenis tanah yang dianalisa termasuk jenis tanah yang pH dan kandungan

bahan organik rendah dan miskin,unsur hara fosfor (P), kandungan Aluminium

tertukar tinggi serta mempunyai daya fiksasi tinggi(Buol et al.,1980; Koch et

al.,1992). Oleh karena itu, untuk mengatasi kendala tersebut pemupukan fosfor (P)

sangat menentukan keberhasilan pengembangan tanaman perkebunan di tanah ini.

Hasil yang diperoleh untuk memudahkan para petani maupun perkebunan

untuk memudahkan para petani untuk mengetahui beberapa unsur hara buatan yaitu

pemupukan sesuai dosis yang dibutuhkan karena pemupukan merupakan menambah

ketersediaan unsur hara dalam tanah.

Fosfor dalam tanah menjadi sangat penting ketersediaanya bagi tanaman

karena peranannya yang cukup penting,diantaranya seperti penyusunan metabolit dan

senyawa kompleks, mengatur banyak proses enzimatik, fosforilasi adenosindifosfat

(ADP) menjadi adenosintrifosfat (ATP), pembentukan sel, albumin dan lemak

(Soepardi 1983), namun di dalam tanah selain jumlahnya yang lebih rendah

dibandingkan N,K, dan Ca, fosfor juga mengalami pengikatan (fiksasi) oleh Al pada

tanah masam atau oleh Ca pada tanah alkalis, sehingga menyebabkan tingginya

akumulasi P ke dalam bentuk yang tidak tersedia bagi tanaman. Menurut Tisdale et

al., (1975); Lindsay (1971); Black (1976), bahwa ketersediaan fosfor di dalam tanah

dipengaruhi oleh banyak faktor seperti: pH, jumlah ion, senyawa Al, Fe, Mn, Ca,

kadar bahan organik, Cu, Zn, suhu, dan kelembapan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 42: ANALISA KADAR FOSFOR (P) PADA TANAH MINERAL DENGAN

30

Melihat sifatnya yang mudah terfiksasi dan keberadaan fosfor di dalam tanah

yang sedikit namun dibutuhkan dalam jumlah yang banyak, maka peranan dari

pemupukan fosfor sangatlah penting dalam menjaga ketersediaan fosfor bagi

pertumbuhan tanaman.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 43: ANALISA KADAR FOSFOR (P) PADA TANAH MINERAL DENGAN

31

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

No.

Sampel

Absorbansi

Konsentrasi Berat Kering

(g)

P

(ppm) Sampel Sampel-

blanko

Blanko 0.005

Sampel 1 0.073 0.068 1.747 0.924 12.33

Sampel 2 0.078 0.073 1.932 1.871 6.74

Sampel 3 0.083 0.078 2.117 1.849 7.47

Sampel 4 0.117 0.112 3.377 1.823 12.08

Sampel 5 0.059 0.054 1.229 0.889 9.01

Sampel 6 0.047 0.042 0.784 0.913 5.60

Sampel 7 0.061 0.056 1.303 1.889 4.50

Sampel 8 0.072 0.67 1.710 1.857 6.01

Sampel 9 0.065 0.060 1.451 1.911 4.95

Sampel

10 0.070 0.065 1.636 1.782 5.99

5.1 Kesimpulan

Dari hasil percobaan yang telah dilakukan diperoleh kadar fosfor (P) dalam

tanah bernilai sangat rendah 4,50 ppm, 4,95 ppm, rendah 6,74 ppm, 5,60 ppm, 6,01

ppm, 5,99 ppm, sedang 9,01 ppm, dan tinggi 12,33 ppm dan 12,01 ppm.

Kadar fosfor (P) dalam tanah bervariasi dikarenakan banyak faktor yang

mempengaruhi ketersediaan fosfor dalam tanah.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 44: ANALISA KADAR FOSFOR (P) PADA TANAH MINERAL DENGAN

32

5.2 Saran

1. Diharapkan agar mahasiswa/I menguasai metode lain untuk analisa

fosfor(P).

2. Diharahapkan agar pada saat menggunakan alat spektrofotometer

pengukuran absorbansi lebih teliti.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 45: ANALISA KADAR FOSFOR (P) PADA TANAH MINERAL DENGAN

33

DAFTAR PUSTAKA

Craig,R.F.1987.Mekanika Tanah.Erlangga : Jakarta

Djaenuddinl,dkk.2002.Kriteria kesesuaian Lahan untuk Komoditas

Hesse,P.R. 1971.A Textbook of Soil Chemistry Analysis.Jhon Muray:London

Pertanian.Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat:Bogor

Mukhlis,dkk.2017.Kimia Tanah.Usu Press : Medan

Nurhajati,dkk.1986.Dasar-Dasar Ilmu Tanah.Universitas Lampung : Lampung

Nurmala,dkk.2012.Pengantar Ilmu Pertanian.Graha Ilmu:Yogyakarta

Pranata,A.S.2004.Pupuk Organik Cair Aplikasi dan Manfaat Agromedia : Jakarta

Tisdale& Nelson. 1975. Soil Fertility and Fertilizers. Third Edition. New York. Mc

Milan publishing Co

Sastrohamamidjojo,H.2013.Dasar-Dasar Spektroskopi.Gadjah Mada University

Press:Yogyakarta

Satiadarma,dkk.2004.Asas Pengembangan Prosedur AnalisAir Langga Univeristy

Press:Surabaya

Simanungkalit.2006. Pupuk Organik dan Pupuk Hayati. Balai Besar Penelitian dan

Pengembangan Sumber Daya Lahan Pertanian : Bogor

Vogel.1994.Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik.Edisi ke-4.Penerbit Buku

Kedokteran-EGC.Jakarta

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 46: ANALISA KADAR FOSFOR (P) PADA TANAH MINERAL DENGAN

34

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 47: ANALISA KADAR FOSFOR (P) PADA TANAH MINERAL DENGAN

35

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 48: ANALISA KADAR FOSFOR (P) PADA TANAH MINERAL DENGAN

36

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA