orofasial pain nurtania myra

27
1 BAB I PENDAHULUAN Nyeri dapat merupakan tanda dan gejala serta bukti ketika terjadi suatu penyakit. Seseorang dapat merasa tertekan ketika rasa nyeri menyebabkan kesulitan makan serta hal mengganggu struktur orofasial yang dapat menghasilkan rasa sakit yang hebat dan reaksi terhadap rasa sakit itu juga dapat meningkatkan ambang dari rasa nyeri tersebut (Lavelle, 1975). Reaksi terhadap rasa nyeri lebih bersifat subjektif, hal ini dapat disebabkan karena adanya pengalaman rasa nyeri sebelumnya, dan berhubungan dengan faktor emosi serta psikologis. Hal ini menyebabkan bahwa reaksi terhadap rasa nyeri sangat bervariasi, tidak hanya pada individu yang berbeda namun juga pada individu yang sama pada waktu yang berbeda (Lavelle, 1975).

Upload: nurtania-myra

Post on 11-Feb-2015

63 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

Page 1: orofasial pain nurtania myra

1

BAB I

PENDAHULUAN

Nyeri dapat merupakan tanda dan gejala serta bukti ketika terjadi suatu

penyakit. Seseorang dapat merasa tertekan ketika rasa nyeri menyebabkan

kesulitan makan serta hal mengganggu struktur orofasial yang dapat

menghasilkan rasa sakit yang hebat dan reaksi terhadap rasa sakit itu juga dapat

meningkatkan ambang dari rasa nyeri tersebut (Lavelle, 1975).

Reaksi terhadap rasa nyeri lebih bersifat subjektif, hal ini dapat

disebabkan karena adanya pengalaman rasa nyeri sebelumnya, dan berhubungan

dengan faktor emosi serta psikologis. Hal ini menyebabkan bahwa reaksi

terhadap rasa nyeri sangat bervariasi, tidak hanya pada individu yang berbeda

namun juga pada individu yang sama pada waktu yang berbeda (Lavelle, 1975).

Kecemasan juga dapat meningkatkan ambang rasa nyeri. Bahkan

kecemasan juga dapat menjadi penyebab terjadinya persepsi rasa nyeri meskipun

tidak ditemukan adanya lesi pada daerah yang dirasa nyeri (Lavelle, 1975).

Nyeri merupakan alasan yang paling umum yang membuat seseorang

mencari bantuan perawatan kesehatan. Saat ini nyeri tidak lagi dianggap sebagai

suatu gejala tetapi merupakan suatu penyakit atau sebagai suatu proses yang

sedang merusak sehingga dibutuhkan suatu penanganan dini. Proses nyeri

merupakan suatu proses fisiologik yang bersifat protektif untuk menyelamatkan

diri menghadapi stimulus noksious.

Page 2: orofasial pain nurtania myra

2

BAB II

TINJAUAN UMUM NYERI

2.1 Definisi Nyeri

Nyeri adalah sensasi lokal berupa ketidaknyamanan, distress atau rasa

sakit yang timbul dari stimulasi ujung saraf tertentu. Nyeri berfungsi sebagai

mekanisme proteksi yang menyebabkan penderitanya berusaha menghilangkan

atau menghindari sumber rasa sakit ( Okeson,2005 ).

Menurut International Assosiation for the Study of Pain, nyeri adalah

rasa tidak nyaman dan pengalaman emosional yang berkaitan dengan kerusakan

jaringan yang aktual atau potensial, atau menggambarkan terjadinya kerusakan.

Nyeri memiliki sifat yang multidimensional dan multifaktorial

diantaranya fisiologis, psikologis, patologis, dan lingkungan (ekonomi, sosial,

budaya. Secara fisiologis nyeri merupakan peringatan adanya rangsang yang

bersifat nosiseptif sehingga membangkitkan fungsi perlindungan tubuh. Secara

psikologis merupakan proses persepsi yang ditentukan oleh rangsang,

kepribadian, respon tubuh dan kondisi psikis. Sedangkan secara patologis nyeri

merupakan perasaan yang tidak menyenangkan dan ditimbulkan oleh rangsang

yang merusak jaringan dan jika terus berlangsung akan menimbulkan efek yang

merugikan (Haroen, 2002).

Page 3: orofasial pain nurtania myra

3

2.2 Teori Nyeri

Nyeri pada umumnya diasumsikan sebagai pertanda bahwa telah terjadi

kerusakan pada sel maupun jaringan, dan tidak adanya persepsi nyeri

diasumsikan bahwa sel maupun jaringan dalam batas normal. Namun terkadang

proses patologis dapat berlanjut tanpa menimbulkan rasa nyeri. Berikut ini

terdapat beberapa teori yang menjelaskan mengenai sensasi nyeri( Lavelle,

1975).

Teori Spesifitas menekankan bahwa terdapat pemisahan yang nyata

antara jalur nyeri dan raba, baik pada jalur perifer maupun pada jalur sentralnya.

Teori intensif atau sumasi menekankan bahwa terdapat pemusatan

serabut saraf aferen yang berbeda yang merangsang neron pusat, nyeri

ditunjukkan oleh pola aktivitas neron pusat tertentu.

Teori interaksi sensorik menunjukan perhatiannya pada kemampuan

beberapa masukan serabut aferen yang menghambat aktivitas dalam neuron

pusat dan menyampaikan informasi nosiseptif.

Teori Gate Control menekankan interaksi pusat terhadap masukan dari

beberapa tipe aferen. Terutama interaksi antara masukan serabut besar (A-beta)

dengan serabut kecil ( A- delta dan C ) ke dalam pusat transmisi T. Disamping

memperhatikan kecakapan modulasi mekanisme gerbang oleh pengawasan

desenden pusat (DDC).

Page 4: orofasial pain nurtania myra

4

Gambar 2.1 Teori Gate Control

Teori Hambatan Keseimbangan pusat menyatakan bahwa masukan nyeri

diatur oleh kegiatan serabut tipe A-delta dan C, serta A-beta yang seimbang

melalui hambatan pascasinaps di sistem saraf pusat. Secara fisiologis serabut

saraf penghantar impuls nyeri tipe A-delta merupakan serabut saraf bermielin

terkecil, konduksinya lambat dan menimbulkan nyeri berupa sensasi ngilu (cold

pain), sedangkan serabut A-beta menghantarkan impuls raba (Lavelle, 1975).

2.3 Mekanisme Sensasi Nyeri

Mekanisme timbulnya persepsi nyeri diawali oleh rangsang yang

diterima oleh reseptor, dengan proses biolistrik rangsang diubah menjadi impuls

nyeri yang selanjutnya dihantarkan oleh jalur syaraf ke pusat nyeri di korteks

serebri (Haroen, 2002).

Sensasi nyeri timbul apabila rangsang yang diterima mengenai reseptor

nyeri (nosiseptor) pada nilai ambangnya. Nyeri yang timbul merupakan nyeri

fisiologis yang bersifat superfisialis, reversibel, akut, dengan kualitas menusuk.

Nyeri ini berfungsi protektif terhadap bahaya kerusakan jaringan dan

menimbulkan refleks otonom (Haroen, 2002).

Page 5: orofasial pain nurtania myra

5

Sensasi nyeri timbul apabila rangsang yang diterima mengenai reseptor

lain diatas nilai ambangnya. Nyeri yang timbul bersifat patologis, bersifat nyeri

yang dalam, irreversibel, lama, dengan kualitas yang berat. Hal ini disebabkan

karena adanya kerusakan sel, baik sel non saraf maupun sel saraf (Haroen,

2002).

2.4 Faktor Yang Mempengaruhi Nyeri

Persepsi nyeri merupakan proses fisioanatomi. Sifat fisiologis persepsi

nyeri merupakan faktor yang menentukan perbedaan rasa nyeri dari rasa

lainnya.Sifat persepsi nyeri memiliki ambang yang seragam, intensitas nyeri

maksimal yang berbeda, rentang yang sempit antara ambang persepsi dengan

intensitas nyeri maksimal, tidak ada sumasi spasial, tidak ada adaptasi,

ambangnya dapat dimodifikasi oleh obat-obatan (Haroen, 2002).

Reaksi nyeri merupakan proses psikofisiologis yang menunjukan

pengalaman individu yang tidak menyenangkan. Reaksi nyeri tidak sama pada

individu yang sama pada waktu yang berbeda, Reaksi nyeri dapat dipengaruhi

oleh faktor emosi, kondisi fisik, usia, jenis, kelamin, ras dan lingkungan

(Haroen, 2002).

2.5 Sifat Fisiologis Nyeri

Rasa nyeri memiliki sifat dan ciri fisiologis tertentu yaitu sebagai organ

yang bertanggung jawab pada mekanisme penerima rangsang nosiseptif yang

merupakan unit anatomi fisiologis yang dikenal dengan nosiseptor, yaitu ujung

Page 6: orofasial pain nurtania myra

6

serabut saraf bebas yang memiliki sifat reaksi yang tidak tergantung pada bentuk

rangsang, ujung saraf ini berakhir dalam sitoplasma, memiliki ambang rangsang

yang tinggi, relatif tidak beradaptasi, dan tersebar luas di seluruh jaringan tubuh

(Haroen, 2002).

Memiliki sifat perlindungan tubuh dimana fungsi perlindungan tubuh

oleh sistem saraf mudah diwujudkan bila tubuh dalam kondisi terancam bahaya

yang merusak. Perubahan lingkungan merangsang organ indera untuk

membentuk dorongan aferen dalam mencapai sistem saraf otonom yang akan

menimbulkan reaksi tertentu untuk menyesuaikan diri terhadap kondisi baru.

Konsep ini didukung oleh anatomi ujung saraf dan pola penyebarannya yang

optimal ke perifer (Haroen, 2002).

2.6 Aspek Patologis Nyeri

Aspek patologis nyeri pada dasarnya dapat dibedakan berdasarkan

lokasinya. Nyeri pada permukaan atau biasa disebut superficial pain biasanya

lokasinya terjadi pada kulit atau selaput lendir. Ciri yang menonjol dari nyeri ini

adalah memiliki kualitas yang jelas yaitu menusuk, tajam dan kuat. Lokasi nya

tepat dan lamanya nyeri dapat dirasakan cukup sehingga individu dapat

menginterpretasikannya. Sebenarnya nyeri superfisial masih bersifat fisiologis

bila kerusakan jaringan tidak berlanjut serta sensasi nyeri dapat berlangsung

akut, misalnya nyeri yang timbul secara eksperimental yang diinduksi oleh

rangsang listrik (Haroen, 2002).

Page 7: orofasial pain nurtania myra

7

Nyeri dalam atau disebut juga dengan deep pain terjadi akibat adanya

rangsang mekanis atau kimiawi pada struktur organ dalam seperti otot, tendon,

ligamen, tulang, sendi, dan pembuluh darah. Nyeri dalam ditandai oleh kualitas

yang kurang jelas, sangat menyebar, kurang dapat dilokalisir, hal ini tergantung

pada intensitas dan lama rangsang serta kedalaman jaringan yang rusak (Haroen,

2002).

Nyeri alih atau disebut juga reffered-pain biasanya sumber nyeri cukup

jauh dari lokasi yang dirasakan nyeri. Nyeri dapat dialihkan dari satu permukaan

tubuh ke permukaan tubuh lain. Misalnya nyeri dari organ viscera yang

dialihkan ke permukaan tubuh. Nyeri alih terjadi akibat reaksi sekunder dari

refleks spasme otot. Contoh yang paling sering terjadi adalah sakit kepala yang

disebabkan karena spasme otot di daerah lain (Haroen, 2002).

Nyeri visceral atau visceral pain merupakan nyeri yang terjadi pada

organ viscera, karena hanya terdapat nosiseptor, sehingga rangsang apapun yang

diterima organ viscera akan menimbulkan nyeri. Ciri khas pada nyeri viscera ini

adalah jarang menimbulkan nyeri hebat dan sulit dilokalisasi. Contoh dari

visceral pain adalah spasme pada otot polos (Haroen, 2002).

2.7 Aspek Psikologis Nyeri

Secara fisiologis nyeri merupakan tanda adanya bahaya yang

mengancam. Pengalaman subjektif dengan kualitas yang tidak menyenangkan

menentukan reaksi nya secara psikologis. Faktor yang mempengaruhi psikologis

Page 8: orofasial pain nurtania myra

8

nyeri adalah rangsang, individu, respon fisik dan psikis yang berbeda antar

individu (Haroen, 2002).

Aspek psikologis nyeri diklasifikasikan dengan mengutamakan efek

nyeri terhadap mental individu serta tergantung pada intensitas rangsang dan

reaksi emosional berdasarkan pengalaman (Haroen, 2002).

Secara umum aspek psikologis nyeri dapat dibedakan sebagai berikut

yaitu : nyeri yang tidak dapat ditolerir dimana terdapat gerakan ekstrim individu

yang terus menerus yang bersifat menahan, menangis, berteriak yang

berpengaruh pada kondis fisiknya. Nyeri berat biasanya sulit dilokalisir, individu

merasa menderita, cenderung berdiam diri untuk mencari ketenangan,

penampilan fisik terlihat tegang bahkan mengerang kesakitan. Pada Nyeri

sedang penderita dapat tampak tenang, berusaha melawan saat nyeri dan lokasi

nyeri masih dapat ditentukan. Dan yang terakhir, pada nyeri ringan lokasi dapat

ditentukan dengan tepat, kesadaran individu terkontrol, tenang dan tidak

terpengaruh untuk menimbulkan gerakan perlawanan (Haroen, 2002).

Di bidang kedokteran gigi, nyeri yang mempengaruhi mental seseorang

individu lebih banyak muncul dalam bentuk takut atau cemas dan dikenal

dengan sebutan dental anxiety (Haroen, 1997).

Pada individu dengan dental anxiety menunjukkan cemas atau takut akan

perawatan gigi karena antara lain oleh rasa takut yang berkembang sehubungan

dengan nyeri atau sebab yang tidak diketahui atau pengalaman akan perawatan

gigi yang telah lalu yang menimbulkan rasa nyeri. Faktor perawatan gigi yang

Page 9: orofasial pain nurtania myra

9

sering menimbulkan rasa takut atau cemas adalah injeksi, ekstraksi dan atau

pengeboran gigi (Haroen, 1997).

Di samping itu terdapat penyakit yang ditimbulkan oleh faktor

psikosomatik yang banyak berhubungan dengan penyakit mulut, misalnya :

sariawan (stomatitis aftosa) atau lesi-lesi pada jaringan mulut yang ternyata

bukan disebabkan oleh kekurangan vitamin C atau karena pemakaian protesa

yang salah, tetapi disebabkan oleh faktor psikis yang berupa stres, seprti

penyakit ANUG (acute necrotizing ulcerative gingivitis) ( Haroen, 1997 ).

Page 10: orofasial pain nurtania myra

10

BAB III

NYERI PADA SISTEM OROFASIAL

Dasar persepsi nyeri oro-fasial sama dengan nyeri umumnya, yaitu

diawali dari masuknya rangsang baik berupa mekanik, termal, kimia, maupun

listrik, sampai terjadi eksitasi (keadaan rangsangnya).

Rangsangan suatu jaringan didefinisikan sebagai suatu perubahan

lingkungan jaringan yang bila dirangsang oleh suatu rangsang dengan intensitas

cukup kuat mengakibatkan jaringan tersebut bereaksi.

Rangsangan mengakibatkan perubahan polaritas aksolema dan bila

lamanya perubahan serta intensitasnya adekuat , maka perubahan ini disebarkan

ke sepanjang serabut saraf dalam bentuk gelombang yang disebut impils saraf.

Penjaran impuls saraf dari suatu titik ke titik sepanjang serabut saraf disebut

konduksi ( Haroen, 1997 ).

3.1 Aspek Fisiologis Reseptor pada Sistem Orofasial

Dalam suatu jaringan terdapat suatu reseptor yang peka terhadap suatu

rangsang tertentu dan untuk mengawali terjadinya suatu impuls saraf, rangsang

tersebut harus memiliki kekuatan yang dapat menimbulkan perubahan polaritas

pada aksolemanya ( Haroen, 1997 ).

Page 11: orofasial pain nurtania myra

11

3.2 Reseptor Sensorik pada Gigi dan Jaringan Pendukung

Satu-satunya sensasi yang timbul pada rangsangan gigi adalah nyeri. Hal

ini terjadi karena satu-satunya reseptor yang terdapat pada gigi adalah

nosiseptor, sedangkan pada jaringan pendukung gigi dan jaringan mulut lainnya

terdapat semua jenis reseptor. Reseptor sensorik pada gigi adalah nosiseptor

yang terminalnya terletak di dentin, predentin, atau pulpodentinal junction

(Haroen, 1997) .

Persarafan gigi terdiri dari serabut saraf sensorik yang masuk ke ruang

pulpa gigi melalui foramen apikal bersama-sama dengan pembuluh darah dan

memungkinkan terjadi hubungan antara pulpa dengan jaringan pendukung gigi

dan jaringan sekitar gigi. Serabut saraf ini bermielin dan bercabang-cabang yang

akhirnya melepaskan sarung myelin nya dan dan berhenti sebagai reseptor di

dalam kanalikuli dentin bagian dalam, pre dentin atau di antara sel dentinoblas,

dan di daerah pulpo-dentinal junction, bahkan ada yang berakhir di dento-

enamel junction. Karena itu di daerah-daerah tersebut sangat sensitive terhadap

rangsangan, diduga merupakan hasil rangsangan langsung pada nosiseptor nya.

( Haroen, 1997 ).

Serabut saraf dalam kanalikuli dentin berjalan bersama-sama serat Tomes

sampai 1/3- ½ bagian dalam dentin. Satu sel dentinoblas bersama-sama satu atau

lebih ujung saraf bebas yang menyertainya membentuk suatu kompleks

mekanoreseptif yang juga menimbulkan sensitivitas dentin ( Haroen, 1997 ).

Page 12: orofasial pain nurtania myra

12

3.3 Reseptor pada Gusi

Pada gusi terdapat reseptor: nosiseptor, korpuskulus Meissner,

korpuskulus Pacini, korpuskulus Ruffini, dan korpuskulus Krause. Dengan

demikian rangsangan pada gusi dapat menimbulkan sensasi nyeri, suhu, dan

taktil ( Haroen, 1997 ).

3.4 Reseptor pada membran periodontal

Region proksimal membrane periodontal mengandung mekanoreseptor

sederhana yang berasal dari serabut syaraf bermielin yang dikelilingi

endonerium dan kapsul dari dua sel kapsular yang dikelilingi jaringan ikat.

Disamping itu terdapat juga mekanoreseptor gabungan end ring.

Regio sentral membran periodontal mengandung mekanoreseptor

sederhana yang berasal dari serabut saraf bermielin yang dikelilingi oleh

sitoplasma sel Schwan dan lamina basalis, dipisahkan oleh septum sel kapsular

dari reseptor yang berasal serabut saraf tanpa myelin yang mempunyai

mitokondria, nerofilamen, dan nerofibril.

Regio distal mengandung reseptor yang berasal dari serabut saraf

bermielin yang melepaskan sarung myelin nya kemudian bercabang-cabang dan

masuk ke dalam kompleks neural dan mekanoreseptor gabungan yang berasal

dari serabut saraf myelin dan tanpa myelin yang dikelilingi sitoplasma sel

Schwann.

Mekanoreseptor kompleks yang merupakan mekanoreseptor sederhana

dan gabungan tersebut di atas yang tersebar di dalam membran periodontal.

Page 13: orofasial pain nurtania myra

13

Mekanisme penghantaran impuls saraf pada jaringan pendukung gigi dan

sensasi pada gigi ( Haroen, 1997 ).

3.5 Nyeri Pada Regio Oro-Fasial

3.5.1 Nyeri gigi

Nyeri oro-fasial yang paling biasa terjadi adalah nyeri gigi. Berbagai

aspek klinik dan banyak keadaan yang menunjukkan nyeri gigi dipelajari dalam

patologi oral dan endodontik.

Efek dari rangsang pulpa direfleksikan sebagai perubahan di dalam

aktivitas neuron yang tersebar di daerah luas pada otak, yaitu pada nuklei

sensorik trigeminal batang otak, nuklei motorik saraf otak, serebellum, formasio

retikuler, talamus ventrobasal, hipotalamus, somato sensorik korteks serebri, dan

korteks serebri orbital. Melalui aktivitas saraf tersebut, rangsang pulpa sampai di

tingkat persepsi sadar yang menghasilkan emosi, motivasi, dan perubahan

perilaku lain, dan juga berhubungan dengan respon refleks.

Terdapat dua tanda yang penting pada sensasi pulpa. Yaitu mengenai

lokalisasinya dan kualitasnya. Dalam menegakkan diagnosis nyeri gigi, maka

yang penting dan berguna adalah menentukan lokalisasinya, walaupun pada

kenyataannya nyeri gigi merupakan hal sulit di lokalisasi. Observasi

eksperimental dengan menggunakan rangsang listrik untuk menginduksi nyeri

gigi dapat menentukan sensasi gigi yang timbul ( Haroen, 1997 ).

Pengalaman sensorik yang ditimbulkan secara alami (karies, trauma) atau

secara artifisial (rangsang listrik) terhadap pulpa gigi adalah timbulnya nyeri

Page 14: orofasial pain nurtania myra

14

gigi. Pengalaman nyeri ini ditandai oleh nyeri pertama dengan sensasi nyeri

tajam yang pada peristiwa selanjutnya ditandai oleh nyeri sekunder dengan

sensasi nyeri tumpul. Di lain pihak jenis kualitas nyeri berguna dalam

menegakkan difrensial diagnosis keadaan pulpa juga kualitas sensasinya

( Haroen, 1997 ).

3.5.2 Nyeri Kepala

Seperti halnya sindrom disfungsi nyeri, maka nyeri kepala juga

merupakan kondisi dengan berbagai simptom, teori etiologinya. Nyeri kepala

berkisar dari nyeri kepala frontal atau temporal yang ringan yang banyak dialami

individu sampai kondisi nyeri yang berat pada migren. Nyeri kepala juga

merupakan manifestasi klinik dari sejumlah penyakit yang berbeda.

Mekanisme utama nyeri kepala masih merupakan materi yang diraba-

raba, pandangan lama mengatakan bahwa nyeri kepala merupakan faktor

psikologik yang dipasu oleh stres dan kecemasan.

Perkembangan penelitian menemukan bahwa etiologi stres

mengakibatkan kontraksi otot kulit kepala dan perubahan aliran darah serebral

dan perubahan pada pembuluh darah kulit kepala.

3.5.3 Neuralgia

Dikarakteristikan oleh nyeri paroxysmal yang tiba-tiba, yang teras hingga

ke peripheral pada nervus yang terlibat. Nyeri ini episodik, biasanya dalam

periode remisi total dari nyeri. Trigeminal neuralgia merupakan kondisi nyeri

Page 15: orofasial pain nurtania myra

15

yang mengenai wajah unilateral dalam pendistribusian 1 atau lebih cabang

nervus trigeminenal. Karakateristiknya brief-shock like, dengan stimulus non-

nyeri seperti menyentuh atau mencuci wajah, mencukur, merokok, bicara dan

menggosok gigi.

Page 16: orofasial pain nurtania myra

16

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

1. Nyeri adalah sensasi lokal berupa ketidaknyamanan, distress atau rasa sakit

yang timbul dari stimulasi ujung saraf tertentu yang berfungsi sebagai

mekanisme proteksi yang menyebabkan penderitanya berusaha

menghilangkan atau menghindari sumber rasa sakit.

2. Nyeri memiliki sifat yang multidimensional dan multifaktorial diantaranya

fisiologis, psikologis, patologis, dan lingkungan (ekonomi, sosial, budaya).

3. Di bidang kedokteran gigi, nyeri yang mempengaruhi mental seseorang

individu lebih banyak muncul dalam bentuk takut atau cemas dan dikenal

dengan sebutan dental anxiety

4. Nyeri gigi, nyeri kepala dan neuralgia merupakan nyeri pada regio orofasial

yang paling banyak terjadi.

5. Dokter gigi memiliki pengetahuan yang mendalam mengenai nyeri untuk

dapat menegakkan diagnosa yang tepat terhadap suatu keluhan nyeri, dan

memastikan bahwa nyeri yang dikeluhkan bukan merupakan suatu nyeri

alih.

Page 17: orofasial pain nurtania myra

17

DAFTAR PUSTAKA

Bradley, RM. 1995. Essentials of Oral Physiology. Mosby. St. Louis.

Haroen, Edeh Roletta. 1997. Faal Sistem Stomatognatik : Respon Sistem

Orofasial terhadap Rangsang. Bandung

Haroen, Edeh Roletta. 2002. Biologi oral II. Buku Pegangan Kuliah Mahasiswa.

FKG Unpad Bandung

Lavelle, C.L.B. 1975. Applied Physiology Of The Mouth. John Wright and Sons

Limited. Bristol.

Okeson, JP. 2005. Bell’s Orofacial Pains: The Clinical Management of

Orofacial Pain. 6th edition. Quintessence Publishing Co,Inc. Chicago.