optimasi metode bioanalisis nikotin dalam ...hidroksida (e. merck) dan aquabidest yang didapatkan...
TRANSCRIPT
OPTIMASI METODE BIOANALISIS NIKOTIN DALAM PLASMA
DARAH DENGAN METODE HIGH-PERFORMANCE LIQUID-
CHROMATOGRAPHY FASE TERBALIK
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm)
Program Studi Farmasi
Diajukan oleh :
Stefanus Sofian Arissaputra
NIM : 158114039
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2018
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
OPTIMASI METODE BIOANALISIS NIKOTIN DALAM PLASMA
DARAH DENGAN METODE HIGH-PERFORMANCE LIQUID-
CHROMATOGRAPHY FASE TERBALIK
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm)
Program Studi Farmasi
Diajukan oleh :
Stefanus Sofian Arissaputra
NIM : 158114039
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2018
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
ABSTRAK
Rokok merupakan salah satu faktor resiko bagi penyakit yang menjadi
penyebab kematian di dunia. Kecanduan terhadap rokok disebabkan senyawa
nikotin menempel pada reseptor kolinergik nikotinik sehingga meningkatkan
sekresi dopamine yang memberikan rasa nyaman. Hal ini menyebabkan pentingnya
selektivitas metode analisis dalam penetapan kadar nikotin dalam darah.
Pada penelitian ini dilakukan optimasi metode pada sistem HPLC fase
terbalik detektor UV menggunakan fase diam oktadesil silika (C18) dan fase gerak
metanol: ammonium asetat 10 mM. Optimasi dilakukan pada rasio fase gerak,
kecepatan alir dan volume injeksi untuk menentukan bentuk peak yang dinilai dari
parameter tailing factor (TF), nilai resolusi (Rs) dan waktu retensi (tR).
Hasil penelitian menunjukkan kondisi optimum pada sistem tersebut berupa
fase gerak metanol: ammonium asetat 10 mM dengan rasio 70:30, kecepatan alir 1
mL/min dan volume injeksi 100 µL pada detektor UV 261 nm. Kesimpulannya,
kondisi ini memenuhi parameter optimasi yang baik yaitu TF 0,855; Rs 3,121 dan
tR 4,055.
Kata kunci: Optimasi metode, HPLC fase terbalik, Nikotin, Plasma darah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
ABSTRACT
Cigarette is one of the risk factors for diseases that causes death in the world.
Addiction to cigarettes is caused by nicotine compounds attached to nicotinic
cholinergic reseptors which increases the secretion of dopamine by giving comfort
feeling. This causes the importance of this analytical method in determining the
levels of nicotine in the blood.
In this research, method optimization was performed on the reverse phase
HPLC system using octadesil silica (C18) stationary phase and methanol:
ammonium acetate 10 mM mobile phase. Optimization was carried out on the
mobile phase ratio, flow rate and injection volume to determine the shape of the
peak assessed from the tailing factor (TF), the value of resolution (Rs) and retention
time (tR) parameters.
The results show that the optimum condition of the system is a ratio of
methanol: ammonium acetate 10 mM 70:30, flow rate of 1 mL / min and injection
volume of 100 µL at the UV 261 nm. In conclusion, this condition meets an
optimum criteria, namely TF 0.855; Rs 3,121 and tR 4,055.
Keywords: Optimization method, reverse phase HPLC, nicotine, blood plasma
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
HALAMAN PESEMBAHAN
HAL-HAL SPEKTAKULER TIDAK DATANG DARI ZONA
NYAMANMU
KARYA INI KUPERSEMBAHKAN KEPADA:
ALLAH BAPA YANG BERTAHTA DI SURGA YANG SELALU MEMBERIKAN BERKAT DAN
RAHMAT YANG BERLIMPAH DIMANA DAN KAPAN PUN AKU BERADA.
ORANG TUAKU YANG SELALU MEMBERIKAN DOA, NASIHAT, SEMANGAT DAN YANG
SELALU MEMBERIKAN YANG TERBAIK BAGI DIRIKU.
ADIK-ADIKKU YANG SELALU JADI ALASAN UNTUK AKU TERUS SEMANGAT
SAHABAT SERTA TEMAN-TEMAN ANGKATAN 2015 YANG MEMBERIKAN DUKUNGAN
DAN HIBURAN.
SERTA
ALMAMATER TERCINTA; UNIVERSITAS SANATA DHARMA.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
PRAKATA
Puji dan Syukur penulis haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas berkat dan rahmat-Nya, skripsi yang berjudul “Optimasi Metode Bioanalisis
Nikotin dalam Plasma Darah dengan Metode High-Performance Liquid-
Chromatography Fase Terbalik” dapat selesai dengan baik dan pada waktu yang
tepat. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana
Farmasi (S. Farm) di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Skripsi ini merupakan bagian dari penelitian Dr. Christine Patramurti, Apt.
yang berjudul “Studi Genotipe Sitokrom P450 2A6 Alel*1 dan *4 serta Analisis
Kadar Nikotin dalam Darah pada Perokok Suku Jawa Indonesia” berdasarkan SK
No. 039/LPPM USD/IV/2018 .
Proses penyusunan skripsi ini melibatkan banyak pihak, baik secara
langsung atau pun secara tidak langsung. Pada kesempatan ini, penulis
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dr. Yustina Sri Hartini, Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas
Sanata Dharma Yogyakarta
2. Dr. Christine Patramurti, Apt. selaku dosen pembimbing skripsi “Optimasi
Metode Bioanalisis Nikotin dalam Plasma Darah dengan Metode High-
Performance Liquid-Chromatography Fase Terbalik” yang telah membimbing
tim penelitian dengan sangat sabar dan dapat meluangkan waktunya untuk
penyusunan naskah skripsi penelitian ini.
3. Maywan Hariono, Ph.D., Apt. dan Michael Raharja Gani, M. Farm., Apt.
selaku dosen penguji yang telah memberikan arahan dan masukan yang
membangun terbentuknya naskah skripsi ini dari awal hingga akhir penelitian
ini.
4. Mas Bimo (Laboran Laboratorium Kimia Analisis Instrumen), Pak Parlan
(Laboran Laboratorium Kimia Organik), Pak Kunto (Laboran Laboratorium
Kimia Analisis), Pak Kayat (Laboran Laboratorium Biokimia), Pak Heru
(Laboran Laboratorium Biofarmasetika) dan Pak Mus (Laboratorium
Formulasi Teknologi Sediaan Farmasi Padat) yang telah melayani dan
membantu menyelesaikan kegiatan laboratorium dengan baik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL …………………………………………………. i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING……………………….. ii
HALAMAN PENGESAHAN …………………………………….…… iii
HALAMAN PERSEMBAHAN………………………………………… iv
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI…………… v
PRAKATA…………………………………………………….…...…… vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA……………………………..… viii
DAFTAR ISI………………………………………………………..….. ix
DAFTAR TABEL……………………………………………………... x
DAFTAR GAMBAR……………………………………………….….. xi
DAFTAR LAMPIRAN………………………………………………... xii
ABSTRAK……………………………………………………………… xiii
ABSTRACT……………………………………………..…………….… xiv
PENDAHULUAN……………………………………………………... 1
METODE……………………………………………………………… 2
HASIL DAN PEMBAHASAN………………………………………... 6
KESIMPULAN………………………………………………………... 17
SARAN……………………………………………………………........ 17
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………….. 18
LAMPIRAN…………………………………………………………… 19
PROFIL PENULIS…………………………………….………………. 41
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel. I Rasio dan kecepatan alir fase gerak…………………………… 4
Tabel II. Pengamatan panjang gelombang maksimum dari seri
konsentrasi Nikotin ……………..…..………..………...……..
7
Tabel III. Optimasi rasio dan kecepatan alir fase gerak………………….. 10
Tabel IV. Optimasi Volume Injeksi………………………………………. 12
Tabel.V. Data Reprodusibilitas Pemisahan Nikotin................................... 14
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Gugus kromofor dan auksokrom nikotin………………………. 6
Gambar 2. Spektrum pembacaan nikotin………………………………....... 8
Gambar 3. Interaksi nikotin denga fase diam………………………………. 8
Gambar 4. Interaksi nikotin dengan fase gerak…………….………………. 9
Gambar 5. Kromatogram Kondisi optimum HPLC fase terbalik …..………. 12
Gambar 6. Kromatogram Optimasi volume injeksi…………………………. 13
Gambar 7. Reaksi nikotin terprotonasi dengan penambahan NaOH….…...... 15
Gambar 8. Kromatogram Sampel Blank……….…………………………… 16
Gambar 9. Kromatogram Sampel Plasma…...…………………………….. 17
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Kromatogram Nikotin 200 ng/mL rasio 60:40 kecepatan alir
0,6 mL/min …………...…….……………………………….
19
Lampiran 2. Kromatogram Nikotin 200 ng/mL rasio 60:40 kecepatan alir
0,8 mL/min ……………………...….……………………….
20
Lampiran 3. Kromatogram Nikotin 200 ng/mL rasio 60:40 kecepatan alir
1,0 mL/min …………………………..…….………………..
21
Lampiran 4. Kromatogram Nikotin 200 ng/mL rasio 70:30 kecepatan alir
0,6 mL/min ……………………………...….....…………….
22
Lampiran 5. Kromatogram Nikotin 200 ng/mL rasio 70:30 kecepatan alir
0,8 mL/min ………………………………...….…………….
23
Lampiran 6. Kromatogram Nikotin 200 ng/mL rasio 70:30 kecepatan alir
1,0 mL/min ……………………………………..............…...
24
Lampiran 7. Kromatogram Nikotin 200 ng/mL rasio 80:20 kecepatan alir
0,6 mL/min …………………………………………….........
25
Lampiran 8. Kromatogram Nikotin 200 ng/mL rasio 80:20 kecepatan alir
0,8 mL/min …………………………………..............……...
26
Lampiran 9. Kromatogram Nikotin 200 ng/mL rasio 80:20 kecepatan alir
1,0 mL/min ………………………………...………….....….
27
Lampiran 10. Kromatogram Volume injeksi 50 µL ……………..…...……. 28
Lampiran 11. Kromatogram Volume injeksi 75 µL ……………….…….… 29
Lampiran 12. Kromatogram Nikotin 50 ng/mL Replikasi 1………….……. 30
Lampiran 13. Kromatogram Nikotin 50 ng/mL Replikasi 2………….……. 31
Lampiran 14. Kromatogram Nikotin 50 ng/mL Replikasi 3………….……. 32
Lampiran 15. Kromatogram Nikotin 100 ng/mL Replikasi 1……………… 33
Lampiran 16. Kromatogram Nikotin 100 ng/mL Replikasi 2……………… 34
Lampiran 17. Kromatogram Nikotin 100 ng/mL Replikasi 3……………… 35
Lampiran 18. Kromatogram Nikotin 200 ng/mL Replikasi 1……………… 36
Lampiran 19. Kromatogram Nikotin 200 ng/mL Replikasi 2……………… 37
Lampiran 20. Kromatogram sampel Blank………………………………... 38
Lampiran 21. Kromatogram sampel Plasma..…………………………...… 39
Lampiran 22. Baku Nikotin………………………………….…………….. 40
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
PENDAHULUAN
Rokok merupakan penyebab utama kematian di dunia yang dapat
membunuh sekitar 6 juta orang dan mempengaruhi ekonomi dunia hingga ratusan
miliar dolar. Apabila hal ini terus berlanjut, maka pada tahun 2030, benda ini akan
membunuh lebih dari 8 juta orang di negara-negara berpenghasilan rendah hingga
menengah di seluruh dunia setiap tahunnya (World Health Organization, 2011).
Tingginya jumlah perokok di dunia disebabkan oleh kecanduan terhadap
rokok yang mengakibatkan perokok susah untuk berhenti merokok. Zat yang
menyebabkan kecanduan pada rokok adalah nikotin. Nikotin merupakan senyawa
utama rokok yang diserap di dalam sistem peredaran darah dengan sangat cepat
(Sukmaningsih, 2009). Nikotin yang masuk ke peredaran darah pada pH 7,4 akan
memiliki 31% bentuk tak terion dan 69% bentuk terion (Geiss and Kotzias, 2007).
Dalam pembuluh darah vena, kadar nikotin berkisar antara 15-30 ng/mL pada
waktu pengambilan 5-8 menit setelah merokok (Benowitz et al., 2009).
Penelitian yang pernah ada sebelumnya menunjukan bahwa analisis nikotin
dalam plasma darah dan urin manusia dideteksi menggunakan metode High
Performance Liquid Chromatography (HPLC) fase terbalik (Nakajima et al., 2000;
Massadeh et al., 2009). Selain itu, penelitian mengenai penetapan kadar nikotin
dalam serum darah manusia juga pernah menggunakan metode HPLC (Yasuda et
al., 2013). Penelitian lainnya yang serupa adalah analisis nikotin dalam ekstrak
tembakau rokok dengan menggunakan komposisi fase gerak metanol : ammonium
asetat 10 mM yang mengandung TEA 0,1 % dan fase diam oktilsilan (C8) (Sumitro,
2013). Pada penelitian ini, penulis mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh
Sumitro dengan memodifikasi fase diam menggunakan oktadesilsilan (C18).
Penggunaan metode HPLC ini dengan alasan metode ini memiliki kepekaan
terhadap kadar sangat kecil (nanogram) dan memiliki daya pisah yang baik. Kadar
nikotin dalam plasma darah memiliki kadar yang sangat kecil, sehingga dibutuhkan
metode yang sensitif.
Penelitian ini merupakan rangkaian penelitian penetapan kadar nikotin
dalam plasma darah perokok menggunakan metode HPLC fase terbalik yang terdiri
dari tahap optimasi, validasi dan penetapan kadar. Peneliti akan melakukan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
optimasi terhadap metode tersebut. Optimasi metode analisis yang dilakukan oleh
peneliti bertujuan untuk mendapatkan kondisi optimum dari instrumen HPLC dapat
digunakan untuk memisahkan nikotin terhadap senyawa lain yang terdapat dalam
plasma darah. Optimasi yang dilakukan yaitu terhadap laju alir dan komposisi fase
gerak. Laju alir dan komposisi fase gerak yang optimum diharapkan dapat
menghasilkan pemisahan yang optimum. Pemisahan optimum dapat dilihat dari
bentuk peak, waktu retensi, nilai resolusi, dan reprodusibilitas bentuk peak, waktu
retensi dan resolusi. Waktu retensi yang baik yaitu < 10 menit (Meyer, 2004),
bentuk peak dengan TF ≤ 2 (Snyder et al., 2010), dan nilai resolusi ≥ 1,5 (Gandjar
dan Rohman, 2007) akan memisahkan dengan lebih baik.
METODE PENELITIAN
Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain sampel plasma darah
dari PMI Kota Yogyakarta, Metanol (p.a grade) (E. Merck), baku Nikotin for
syntesis (E. Merck), Ammonium asetat (E. Merck), Kloroform (E. Merck), Natrium
hidroksida (E. Merck) dan aquabidest yang didapatkan dari Laboratorium Kimia
Analisis Instrumen Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma.
Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah seperangkat alat HPLC
dengan detektor UV (LC-2010C merek Shimadzu), kolom C18 (merek
Phenomenex) dengan dimensi 250 x 4,6 mm dan ukuran pori 5 µm, seperangkat
komputer (merek Dell) tipe B6-RDZIS Connexant system RD01-D850 A03-0382
JP France S.A.S, Spektrofotometer UV-VIS tipe UV Mini-1240 (merek Shimadzu),
printer Deskjet 1000 J110a (merek HP), ultrasonikator (merek Retsch), timbangan
analitis (merek Scaltec) (max 60/210g, min 0,001 g; d = 0,01/0,1 mg), jarum suntik
(merek Terumo), syringe filter 0,45 µm (merek Minisart®), penyaring Whatman
0,45 µm, mikro sentrifugator (merek Thermo scientific Heraeus Pico), alat vakum
(merek Gast), corong Buchner, pompa vakum, glass firn, peralatan-peralatan gelas
yang umum digunakan di laboratorium analisis.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
Tata Cara Penelitian
Pembuatan Ammonium Asetat 10 mM
Ammonium asetat (BM = 77,08) ditimbang seksama kurang lebih 0,7708 g,
dilarutkan dengan aquabidest secukupnya pada gelas beker, kemudian dipindahkan
dalam labu takar 1000 mL, ditambahkan aquabidest hingga batas tanda. Sehingga
diperoleh larutan ammonium asetat 10 mM.
Pencampuran fase gerak
Fase gerak yang digunakan adalah metanol : ammonium asetat 10 mM.
Masing-masing cairan disaring menggunakan kertas saring Whatman yang dibantu
dengan pompa vakum dan diawaudarakan selama 15 menit. Pencampuran fase
gerak dilakukan di dalam sistem HPLC dengan berbagai rasio metanol : ammonium
asetat 10 mM.
Pembuatan larutan stok Nikotin
Larutan stok dibuat dengan cara mengambil 10,0 µL baku nikotin (ρ =
1,0097 g/mL) dan dimasukkan ke dalam labu takar 100,0 mL. Larutan diencerkan
dengan fase gerak hingga batas tanda, sehingga diperoleh larutan stok nikotin 100
µg/mL.
Pembuatan larutan intermediet
Larutan intermediet nikotin dibuat dengan cara diambil 200,0 µL dari
larutan stok nikotin lalu dimasukkan ke dalam labu takar 10,0 mL diencerkan
menggunakan fase gerak hingga batas tanda, sehingga diperoleh larutan intermediet
dengan konsentrasi 2000 ng/mL.
Pembuatan larutan kerja Nikotin
Larutan kerja nikotin dibuat dengan cara diambil 625,0; 1250,0 dan 2500,0
µL dari larutan intermediet nikotin lalu dimasukkan ke dalam labu takar 5,0 mL
diencerkan menggunakan fase gerak hingga batas tanda, sehingga diperoleh larutan
kerja nikotin dengan konsentrasi 250, 500 dan 1000 ng/mL.
Pengamatan panjang gelombang maksimum nikotin dengan spektrofotometer
UV
Larutan stok nikotin konsentrasi 100 µg/mL diambil sebanyak 500,0; 750,0
dan 1000,0 µL lalu dimasukkan ke dalam labu takar 5,0 mL dan ditambahkan fase
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
gerak hingga batas tanda, sehingga diperoleh konsentrasi 10, 15 dan 20 µg/mL.
Dilakukan pembacaan absorbansi nikotin pada daerah panjang gelombang 200-400
nm menggunakan spektrofotometer UV-Vis, kemudian dipilih panjang gelombang
pengamatan yang akan digunakan untuk deteksi pada sistem HPLC.
Optimasi Sistem HPLC
Optimasi rasio dan kecepatan alir fase gerak
Larutan kerja nikotin dibuat dengan cara diambil 500,0 µL larutan
intermediet nikotin lalu dimasukkan ke dalam labu takar 5,0 mL diencerkan
menggunakan fase gerak hingga batas tanda, sehingga diperoleh larutan kerja
nikotin dengan konsentrasi 200 ng/mL. Larutan disaring menggunakan milipore
kemudian diawaudarakan menggunakan ultrasonikator selama 5 menit sehingga
larutan kerja nikotin siap diinjeksikan ke sistem HPLC dengan volume injeksi 100
µL dan panjang gelombang yang telah ditentukan sebelumnya serta diamati bentuk
peak, resolusi dan waktu rentensi sehingga diperoleh kondisi sistem HPLC fase
terbalik yang optimum. Berikut merupakan rasio dan kecepatan alir fase gerak yang
digunakan untuk optimasi:
Tabel I. Tabel rasio dan kecepatan alir fase gerak
Komposisi fase gerak (metanol : ammonium asetat 10 mM
60 : 40 70 : 30 80 : 20
Kecepaan
alir fase
gerak
(mL/min)
0,6 60 : 40 (0,6
mL/min)
70 : 30 (0,6
mL/min)
80 : 20 (0,6
mL/min)
0,8 60 : 40 (0,8
mL/min)
70 : 30 (0,8
mL/min)
80 : 20 (0,8
mL/min)
1,0 60 : 40 (1,0
mL/min)
70 : 30 (1,0
mL/min)
80 : 20 (1,0
mL/min)
Optimasi volume injeksi
Larutan kerja nikotin dibuat dengan cara diambil 500,0 µL larutan
intermediet nikotin lalu dimasukkan ke dalam labu takar 5,0 mL diencerkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
menggunakan fase gerak hingga batas tanda, sehingga diperoleh larutan kerja
nikotin dengan konsentrasi 200 ng/mL. Larutan disaring menggunakan milipore
kemudian diawaudarakan menggunakan ultrasonikator selama 5 menit sehingga
larutan kerja nikotin siap diinjeksikan ke sistem HPLC dengan perbedaan volume
injeksi 50, 75 dan 100 µL. Hasil kromatogram ditumpangtindihkan dan diamati
untuk mendapatkan volume injeksi yang baik.
Reprodusibilitas bentuk peak, waktu retensi dan resolusi dalam baku
Larutan baku nikotin diinjeksikan pada sistem HPLC dengan volume
injeksi, kecepatan alir dan rasio fase gerak yang optimum, dilakukan replikasi
sebanyak tiga kali pada konsentrasi 50, 100 dan 200 ng/mL. Bentuk peak, waktu
retensi dan resolusi dari kromatogram yang didapatkan kemudian dihitung CV-nya
sebagai parameter reprodusiblitas (CV ≤ 2%)
Preparasi sampel blank
Plasma darah diambil sebanyak 1800,0 µL, kemudian dipindahkan ke dalam
tabung reaksi, kemudian ditambahkan 200,0 µL fase gerak. Campuran divortex
selama 30 detik dan ditambahkan natrium hidroksida 10 N sebanyak 200,0 µL
kemudian divortex selama 30 detik dan disentrifugasi dengan kecepatan 6000 rpm
selama 12 menit. Cairan supernatan dipisahkan, kemudian diekstraksi
menggunakan 1000,0 µL kloroform, divortex selama 15 detik. Pengojogan dengan
vortex diulangi kembali. Fase kloroform dipisahkan. Proses ekstraksi diulangi
sebanyak 3 kali dan fase kloroform dikumpulkan dalam mikrotube serta diuapkan
menggunakan waterbath hingga kering, sehingga didapatkan ekstrak kering.
Ekstrak kering yang dihasilkan dilarutkan dalam fase gerak 1000,0 µL. Larutan
disaring menggunakan milipore dan diawaudarakan selama 5 menit dengan
ultrasonikator. Larutan siap diinjeksikan pada sistem HLPC pada kondisi yang
optimum.
Pemisahan nikotin dalam plasma darah
Plasma darah diambil sebanyak 1800,0 µL, kemudian dipindahkan ke dalam
tabung reaksi, kemudian ditambahkan 200,0 µL fase gerak. Campuran divortex
selama 30 detik dan ditambahkan natrium hidroksida 10 N sebanyak 200,0 µL
kemudian divortex selama 30 detik dan disentrifugasi dengan kecepatan 6000 rpm
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
selama 12 menit. Cairan supernatan dipisahkan, kemudian diekstraksi
menggunakan 1000,0 µL kloroform, divortex selama 15 detik. Pengojogan dengan
vortex diulangi kembali. Fase kloroform dipisahkan. Proses ekstraksi diulangi
sebanyak 3 kali dan fase kloroform dikumpulkan dalam mikrotube serta diuapkan
menggunakan waterbath hingga kering. Sehingga didapatkan ekstrak kering.
Ekstrak kering yang dihasilkan ditambahkan larutan kerja nikotin 250, 500 dan
1000 ng/mL sebanyak 200,0 µL kemudian dilarutkan dalam fase gerak 800,0 µL.
Larutan disaring menggunakan milipore dan diawaudarakan selama 5 menit dengan
ultrasonikator. Larutan yang diperoleh mengandung nikotin dengan konsentrasi 50,
100 dan 200 ng/mL. Larutan siap diinjeksikan pada sistem HLPC pada kondisi yang
optimum.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penentuan Fase Gerak
Fase gerak yang digunakan dalam penelitian ini adalah metanol dan
ammonium asetat yang terlarut dalam aquabides. Metanol digunakan sebagai
komponen campuran fase gerak karena metanol dapat melarutkan nikotin, serta
metanol memiliki viskositas 0,55 cP (CHROMacademy, 1999) sehingga
penggunaan metanol dapat menurunkan tekanan pada kolom. Penggunaan
ammonium asetat sebagai fase gerak pada HPLC biasa digunakan untuk
menganalisis analit basa, sehingga analit dapat terelusi dengan mudah keluar dari
kolom (Snyder et al., 2010), selain itu ammonium asetat digunakan untuk
memastikan nikotin dalam bentuk utuhnya (Geiss and Kotzias, 2007).
Pengamatan panjang gelombang maksimum nikotin
Penentuan panjang gelombang maksimum pada penelitian ini dilakukan
dengan mengukur serapan nikotin dalam pelarut metanol : ammonium asetat 10
mM (70 : 30) menggunakan spektrofotometer UV.
Gambar 1. Gugus kromofor dan auksokrom nikotin
Keterangan
Kromofor :
Auksokrom
:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
Nikotin memiliki gugus kromofor dan auksokrom pada strukturnya
(Gambar 1.). Kromofor merupakan gugus atau atom dalam senyawa organik yang
mampu menyerap sinar UV dan sinar tampak sedangkan auksokrom merupakan
gugus fungsional yang memiliki elektron bebas, nikotin memiliki gugus kromofor
pada cincin pirimidinnya dan auksokrom pada atom N yang memiliki elektron
bebas sehingga nikotin dapat memberikan serapan pada daerah sinar UV.
Pada pengamatan panjang gelombang maksimum digunakan tiga seri
konsentrasi nikotin yaitu 10, 15 dan 20 µg/mL untuk mengamati apakah perbedaan
konsentrasi dapat menghasilkan panjang gelombang yang berbeda.
Tabel II. Pengamatan panjang gelombang maksimum dari seri konsentrasi Nikotin
Konsentrasi
Nikotin
(µg/mL)
Panjang Gelombang
Maksimum (nm) Absorbansi
10 261,20 0,310
15 261,20 0,480
20 261,20 0,659
Menurut Clayton et al. 2013, nikotin memiliki panjang gelombang 260 nm,
sehingga pada penelitian ini digunakan panjang gelombang pada rentang 200-400
nm. Panjang gelombang hasil pengukuran dapat digunakan apabila besarnya lebih
kurang 3 nm dari panjang gelombang teoritis (Snyder et al., 2010). Tabel I.
menunjukkan hasil panjang gelombang maksimum 261,20 nm dari semua seri
konsentrasi yang digunakan. Hal ini menunjukan bahwa perbedaan konsentrasi
tidak menyebabkan perubahan panjang gelombang kearah yang lebih besar ataupun
lebih kecil. Hasil pengamatan panjang gelombang maksimum sudah sesuai dengan
panjang gelombang teoritis dan dapat digunakan sebagai panjang gelombang
pengamatan pada optimasi metode HPLC. Hasil spektrum serapan nikotin (Gambar
2.) menunjukkan bahwa profil spektrum nikotin dari setiap seri konsentrasi
memiliki satu puncak pada panjang gelombang 261,20 nm, sehingga senyawa yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
dideteksi pada panjang gelombang tersebut spesifik pada senyawa nikotin.
.
Gambar 2. Spektrum pembacaan nikotin konsentrasi 10, 15 dan 20 µg/mL dengan
pelarut Metanol : Ammonium Asetat 10 mM (70:30). Pembacaan menggunakan
Spektrofotometer UV
Optimasi rasio dan kecepatan alir fase gerak
Sistem HPLC yang digunakan pada penelitian ini adalah sistem HPLC fase
terbalik dimana fase gerak lebih polar daripada fase diamnya. Fase diam yang
digunakan dalam penelitian ini adalah Oktadesilsilan (C18) dengan fase gerak
berupa campuran metanol : ammonium asetat 10 mM.
Nikotin memiliki bagian non polar yang berinteraksi dengan fase diam dan
memiliki bagian polar yang berinteraksi dengan fase geraknya sehingga diperlukan
rasio fase gerak yang mampu berinteraksi kuat (interaksi Van Der Waals) dengan
nikotin dan mampu mengelusikan nikotin keluar dari kolom. Berikut merupakan
interaksi yang terjadi pada kolom :
Gambar 3. Interaksi nikotin dengan fase diam (Interaksi Van Der Waals)
Nikotin 20 µg/mL; Abs = 0,659
Nikotin 15 µg/mL; Abs = 0,480
Nikotin 10 µg/mL; Abs = 0,310
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
Pemisahan nikotin dipengaruhi oleh interaksinya dengan fase diam dan fase
gerak. Bagian non polar pada nikotin akan berinteraksi dengan fase diam C18
melalui interaksi Van der Waals (Gambar 3.) sehingga nikotin dapat tertahan pada
fase diamnya.
Gambar 4. Interaksi nikotin dengan fase gerak (Interaksi Hidrogen)
Nikotin yang dialiri fase gerak akan berinteraksi melalui interaksi hidrogen
(Gambar 4.). Interaksi hidrogen lebih kuat dibandingkan dengan interaksi Van der
Waals sehingga interaksi nikotin dengan fase gerak lebih kuat daripada interaksi
nikotin dengan fase diamnya, oleh karena itu nikotin dapat terelusi keluar dari
kolom.
Optimasi metode HPLC dilakukan terhadap rasio dan kecepatan alir fase
gerak metanol : ammonium asetat 10 mM sehingga diperoleh kondisi optimum
metode HPLC untuk analisis nikotin. Rasio fase gerak metanol : ammonium asetat
10 mM yang digunakan adalah 60:40; 70:30 dan 80:20 serta kecepatan alir yang
digunakan adalah 0,6; 0,8 dan 1,0 mL/menit, dari optimasi ini diharapkan dapat
menganalisis nikotin dengan spesifik dan memenuhi parameter kondisi HPLC yang
optimum meliputi bentuk peak, resolusi dan waktu retensi.
Bentuk peak yang baik memiliki nilai tailing factor (TF) kurang dari 2, hal
ini menunjukkan bahwa senyawa yang dianalisis dapat keluar secara serentak dari
kolom. Waktu retensi (tR) yang diharapkan sebagai analisis rutin adalah kurang dari
10 menit, karena senyawa yang dianalisis adalah nikotin dengan bobot molekul
kecil sehingga mudah keluar dari kolom. Nilai resolusi (Rs) yang diharapkan
memiliki nilai lebih dari 1,5 karena akan memberikan pemisahan puncak yang baik
(Gandjar and Rohman 2007).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
Berikut merupakan hasil optimasi rasio dan kecepatan alir fase gerak yang
disajikan dalam Tabel III.
Tabel III. Optimasi rasio dan kecepatan alir fase gerak
No.
Rasio
Fase
Gerak
Kecepatan
Alir
(mL/min)
Baku
(Konsentrasi)
Tailing
Factor
(TF)
Resolusi
(Rs)
Waktu
Retensi
(tR)
Keterangan
1 60 : 40
0,6 Nikotin (200
ng/mL) 0,857 4,738 7,484 Memenuhi
0,8 Nikotin (200
ng/mL) 1,090 1,988 7,142 Memenuhi
1 Nikotin (200
ng/mL) 0,851 2,715 4,455 Memenuhi
2 70 : 30
0,6 Nikotin (200
ng/mL) 0,904 4,693 6,708 Memenuhi
0,8 Nikotin (200
ng/mL) 0,896 2,673 5,043 Memenuhi
1 Nikotin (200
ng/mL) 0,910 2,020 4,036 Memenuhi
3 80 : 20
0,6 Nikotin (200
ng/mL) 1,176 1,869 6,132 Memenuhi
0,8 Nikotin (200
ng/mL) 1,332 2,349 4,619 Memenuhi
1 Nikotin (200
ng/mL) 1,004 0,914 3,710
Rs tidak
memenuhi
Optimasi yang pertama kali dilakukan adalah optimasi rasio fase gerak,
peningkatan rasio metanol dalam fase gerak menyebabkan waktu retensi yang
makin kecil karena kelarutan nikotin dalam bentuk utuhnya dalam pelarut metanol
memiliki kelarutan yang lebih besar dibandingkan didalam pelarut air. Data
optimasi pada Tabel II. dari rasio fase gerak 60 : 40 nilai TF sudah memenuhi syarat
dari TF yang baik dan nilai Rs sudah menampilkan data yang baik pula, namun
memiliki tR yang paling lama dibandingkan rasio fase gerak lainnya. Nilai TF dari
rasio fase gerak 80 : 20 sudah memenuhi syarat, namun memiliki nilai TF yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
paling tinggi dibandingkan nilai TF rasio fase gerak lainnya, hal ini disebabkan
kolom tidak mampu menahan banyaknya analit yang keluar secara bersamaan
sehingga diperoleh nilai TF yang lebih besar. Nilai Rs yang didapatkan dari rasio
ini pada kecepatan 1 mL/min paling kecil dibandingkan dari rasio fase gerak
lainnya sehingga peak nikotin dengan peak senyawa lainnya tidak terpisah atau nilai
Rs tidak memenuhi syarat, sedangkan tR pada rasio ini memiliki waktu retensi yang
lebih cepat dibandingkan rasio fase gerak lainnya karena pengaruh peningkatan
rasio metanol. Pada rasio fase gerak 70 : 30, nilai TF memiliki nilai 0,910 yang
sudah memenuhi syarat dari bentuk peak yang baik, kemudian pada nilai Rs
memiliki nilai 2,020 yang sudah memenuhi syarat dan pada tR rasio fase gerak ini
memiliki waktu 4,036 menit waktu ini sudah memenuhi waktu retensi yang baik,
sehingga pada penelitian ini dipilih fase gerak metanol : ammonium asetat 10 mM
dengan rasio yang optimum yaitu 70 : 30.
Setelah mendapatkan rasio fase gerak yang optimum yaitu 70 : 30,
selanjutnya dilakukan optimasi pada kecepatan alir fase gerak dengan
menggunakan variasi kecepatan alir yaitu 0,6; 0,8 dan 1 mL/min. Pada tabel II rasio
fase gerak 70 : 30, pada kecepatan alir 1 mL/min memiliki nilai TF yang paling
kecil yaitu 0,855 dibandingkan dengan kecepatan alir 0,6 dan 0,8 mL/min, nilai Rs
3,121 yang sudah memenuhi syarat pemisahan peak yang baik dan pada tR memiliki
waktu tercepat dibandingkan kecepatan alir lainnya yaitu 4,055 menit, sehingga
kecepatan alir 1 mL/min dipilih sebagai kecepatan alir yang optimum.
Kondisi optimum dari sistem HPLC untuk analisis nikotin menggunakan
fase gerak metanol : ammonium asetat 10 mM dengan rasio 70 : 30 dan kecepatan
alir 1 mL/menit dengan volume injek 100 µL pada fase diam C18.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
Gambar 5. Kondisi Optimum HPLC fase terbalik dengan fase diam C18 (Nikotin 200
ng/mL dengan rasio fase gerak 70:30, kecepatan alir 1 mL/min dan volume injeksi 100
µL)
Optimasi volume injeksi
Optimasi pemilihan volume injeksi dilakukan untuk mendapatkan volume
injeksi yang memiliki parameter pemisahan yang baik dengan respon Area Under
Curve (AUC) terbesar. Volume injeksi yang akan dioptimasi terdiri dari tiga variasi
volume yaitu 50, 75 dan 100 µL karena untuk membandingkan banyaknya nikotin
yang diinjekkan terhadap parameter pemisahan dengan respon AUC terbesar.
Berikut merupakan data yang dihasilkan.
Tabel IV. Optimasi Volume Injeksi
Volume
Injeksi
(µL)
Parameter
Keterangan Respon
AUC Tailing
Factor (TF)
Resolusi
(Rs)
Waktu
retensi (tR)
50 1,310 3,207 4,004 Memenuhi 20184
75 0,985 3,041 4,030 Memenuhi 30344
100 0,910 2,020 4,036 Memenuhi 37679
Tabel III menunjukan data optimasi volume injeksi, Hasil yang diperoleh
pada semua variasi volume injeksi memenuhi parameter pemisahan, pada optimasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
volume injeksi ini dipilih volume injeksi 100 µL karena memiliki nilai TF yang
paling kecil dibandingkan dengan volume injeksi yang lain serta memiliki respon
AUC terbesar yaitu 37679, sehingga volume injeksi yang memenuhi parameter
optimasi dan memiliki respon sinyal terbesar (Gambar 6.) yang akan digunakan
pada analisis selanjutnya.
Gambar 6. Optimasi volume injeksi dengan konsentrasi 200 ng/mL pada sistem HPLC
fase terbalik (rasio fase gerak 70:30, kecepatan alir 1 mL/min dan fase diam C18)
Volume injeksi yang memenuhi parameter pemisahan dan memiliki respon
sinyal terbesar (AUC) yaitu volume injeksi 100 µL, sehingga volume injeksi 100
µL yang dipilih untuk analisis kadar nikotin pada penelitian selanjutnya.
Reprodusibilitas bentuk peak, resolusi dan waktu retensi baku
Metode HPLC yang telah optimum dilakukan uji reprodusibilitas untuk
menggambarkan keterulangan metode ini pada konsentrasi yang berbeda. Pada uji
reprodusibilitas ini dilakukan pada tiga seri konsentrasi baku nikotin yang berbeda
yaitu 50 (rendah), 100 (tengah) dan 200 (tinggi) ng/mL menggunakan fase gerak
metanol: ammonium asetat 10 mM yang telah dioptimasi rasio dan kecepatan
alirnya yaitu rasio 70:30 dengan kecepatan alir 1,0 mL/min. Penggunaan tiga seri
konsentrasi bertujuan untuk mengamati keterulangan metode bila digunakan pada
tiap konsentrasi yang berbeda. Parameter reprodusibilitas yang baik adalah
memiliki nilai CV dibawah 2 % (Snyder et al. 2010). Berikut merupakan data yang
Volume Injeksi 100 µL
Volume Injeksi 75 µL
Volume Injeksi 50 µL
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
diperoleh disajikan pada tabel V.
Tabel V. Data Reprodusibilitas Pemisahan Nikotin
Konsentrasi
(ng/mL)
Waktu retensi
Rata-rata SD %CV Replikasi
1 2 3
50 4,170 4,168 4,164 4,167 0.003 0.073
100 4,170 4,166 4,165 4.167 0,002 0,063
200 4,053 4,059 4,036 4,049 0,011 0,295
Konsentrasi
(ng/mL)
Resolusi
Rata-rata SD %CV Replikasi
1 2 3
50 1,952 4,372 1,847 2,723 1,428 52,459
100 1,844 2,051 1,907 1,934 0,106 5,486
200 2,941 2,195 2,020 2,385 0,489 20,505
Konsentrasi
(ng/mL)
Tailing factor
Rata-rata SD %CV Replikasi
1 2 3
50 1,356 1,360 1,431 1,382 0,042 3,053
100 1,388 1,441 1,498 1,442 0,055 3,815
200 0,866 0,858 0,910 0,878 0,028 3,189
Berdasarkan data yang didapat pada waktu retensi ketiga konsentrasi
memiliki reprodusibilitas yang baik karena memiliki nilai CV dibawah 2 %. Pada
data resolusi ketiga konsentrasi didapatkan CV yang belum memenuhi
reprodusibilitas yang baik, hal ini dikarenakan tiap kromatogram memiliki residu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
peak yang berbeda-beda sehingga suatu peak dapat muncul disuatu waktu dan
terhitung oleh sistem dengan otomatis, namun nilai resolusi dari semua konsentrasi
tiap replikasinya memenuhi parameter resolusi yang baik yaitu diatas 1,5. Pada data
TF, ketiga konsentrasi menghasilkan reprodusibilitas yang kurang baik yaitu
memiliki CV diatas 2%, namun dalam tiap replikasinya memenuhi parameter TF
yang baik yaitu dibawah 2.
Preparasi sampel blank dan plasma darah
Sampel biologis yang digunakan pada penelitian bioanalisis ini adalah
plasma darah manusia. Penggunaan sampel plasma darah ini penting dilakukan
untuk menggambarkan kondisi penetapan kadar nikotin dalam darah perokok.
Preparasi sampel merupakan langkah yang penting pada analisis senyawa
sebelum larutan sampel dianalisis menggunakan metode HPLC. Teknik preparasi
sampel plasma darah pada penelitian ini mengacu pada penelitian yang dilakukan
oleh Massadeh, Gharaideh dan Omari (2009) yang telah dimodifikasi sesuai dengan
studi literatur lainnya. Protein pada plasma diendapkan dengan bantuan
penambahan natrium hidroksida 10 N dan disentrifugasi. Tujuan penggunaan
natrium hidroksida selain digunakan untuk mendenaturasi protein, juga dapat untuk
membasakan larutan sehingga nikotin dalam bentuk terion menjadi bentuk tak
terion (Gambar 7.).
Gambar 7. Reaksi nikotin terprotonasi dengan penambahan NaOH
Sampel plasma yang telah disentrifugasi diekstraksi menggunakan
kloroform, proses ekstraksi yang dilakukan bertujuan untuk mengisolasi nikotin
dari sampel plasma dan pemilihan kloroform untuk ekstraksi nikotin ini karena
koefisien distribusi pada air : kloroform sebesar 0,013 (Badgett, 1950). Sampel
plasma harus disaring menggunakanan milipore dengan bantuan syringe untuk
menghilangkan zat yang mungkin tidak larut dalam pelarut sebelum diinjeksikan
pada HPLC. Ultrasonikasi dilakukan untuk menghilangkan gelembung udara yang
+ NaOH Na+ H2O + +
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
ada pada sampel yang dapat mengacaukan pembacaan sampel. Larutan yang akan
dianalisis dengan HPLC harus jernih dan bebas dari kontaminasi zat atau
gelembung udara karena dapat mengakibatkan kerusakan kolom.
Sampel blank adalah sampel yang tidak dilakukan penambahan nikotin dan
merupakan sampel plasma darah yang diektraksi dan dilarutkan dalam fase gerak.
Perlakuan sampel blank dilakukan untuk mengamati kondisi kromatogram sampel
yang akan dilakukan pengaplikasian. Berikut merupakan hasil kromatogram
sampel blank yang dilakukan.
Gambar 8. Sampel blank ( Fase Gerak Metanol : Ammonium Asetat 10 mM dengan
rasio fase gerak 70:30, kecepatan alir 1 mL/min dan fase diam C18)
Pada penggunaan sampel plasma dilakukan dalam konsentrasi 200 ng/mL
untuk mengamati pemisahan nikotin yang akan digunakan dalam validasi dan
penetapan kadarnya. Berikut merupakan hasil dari pengunaan sampel plasma dalam
pemisahan nikotin.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
Gambar 9. Pengunaan sampel plasma dalam pemisahan nikotin
Berdasarkan pengunaan sampel plasma diperoleh data TF 0,855, Rs 3,121
dan tR 4,055, data berikut memenuhi parameter optimasi sehingga metode
bioanalisis nikotin dalam plasma darah dengan metode HPLC fase terbalik sudah
optimum.
KESIMPULAN
Dari hasil penelitian ini dapat ditarik kesimpulan bahwa kondisi optimum
pada bioanalisis nikotin metode HPLC fase terbalik menggunakan kolom C18 (250
x 4,6 mm, 5 µm) yang dapat memisahkan nikotin dari matriks sampel plasma adalah
fase gerak metanol : ammonium asetat 10 mM (70:30) pada kecepatan alir 1.0
mL/menit; menggunakan detektor UV pada panjang gelombang 261 nm; serta
volume injeksi 100 µL.
SARAN
Perlu dilakukan tahap validasi metode setelah tahap optimasi untuk dapat
dikembangkan pada penetapan kadar Nikotin dalam darah manusia.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
DAFTAR PUSTAKA
Badgett, C.O., 1950. Solvents for Extracting Nicotine from Aqueous Solutions.
Industrial & Engineering Chemistry, 42 (12), 2530–2531.
Benowitz, N.L., Hukkanen, J., and Jacob, P., 2009. Nicotine psychopharmacology.
Nicotine CHemistry, Metabolism, Kinetics and Biomarkers, 6 (4), 1–29.
CHROMacademy, 1999. Reversed Phase Chromatography. Amersham
Biosciences, 93117–93117.
Clayton, P.M., Vas, C.A., Bui, T.T.T., Drake, A.F., and Mcadam, K., 2013.
Spectroscopic Studies on Nicotine and Nornicotine in the UV Region.
Chirality, 26 (April), 553–562.
Gandjar, I.G. and Rohman, A., 2007. Kimia Farmasi Analisis. Pustaka Pelajar
Yogyakarta, Jilid 2.
Geiss, O. and Kotzias, D., 2007. Tobacco , Cigarettes and Cigarette Smoke.
Reproduction.
Massadeh, A.M., Gharaibeh, A.A., and Omari, K.W., 2009. A single-step extraction
method for the determination of nicotine and cotinine in jordanian smokers’
blood and urine samples by RP-HPLC and GC-MS. Journal of
Chromatographic Science, 47 (2), 170–177.
Meyer, V., 2004. Theoretical Principles. Practical High-Performance Liquid
Chromatography.
Nakajima, M., Yamamoto, T., Kuroiwa, Y., and Yokoi, T., 2000. Improved highly
sensitive method for determination of nicotine and cotinine in human plasma
by high-performance liquid chromatography. Journal of chromatography. B,
Biomedical sciences and applications, 742 (1), 211–215.
Snyder, L.R., Kirkland, J.J., and Dolan, J.W., 2010. Introduction to Modern Liquid
Chromatography. Introduction to Modern Liquid Chromatography.
Sukmaningsih, 2009. Penurunan Jumlah Spermatosit Pakiten dan Spermatid
Tubulus Seminiferus Testis pada Mencit ( Mus Musculus ) yang Dipaparkan
Asap Rokok. Jurnal Biologi, 13 (September), 31–35.
Sumitro, I., 2013. Validasi Metode dan Penetapan Kadar Nikotin dalam Ekstrak
Tembakau Rokok ‘Merek X’ dengan Metode Kromatografi Cair Kinerja
Tinggi (KCKT) Fase Terbalik Menggunakan Standar Internal Asetanida.
Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma.
World Health Organization, 2011. WHO report on the global tobacco epidemic,
2011: warning about the dangers of tobacco. Most, 152, 1–152.
Yasuda, M., Ota, T., Morikawa, A., Mawatari, K. ichi, Fukuuchi, T., Yamaoka, N.,
Kaneko, K., and Nakagomi, K., 2013. Simultaneous determination of nicotine
and cotinine in serum using high-performance liquid chromatography with
fluorometric detection and postcolumn UV-photoirradiation system. Journal
of Chromatography B: Analytical Technologies in the Biomedical and Life
Sciences, 934, 41–45.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
LAMPIRAN
Lampiran 1. Kromatogram Nikotin 200 ng/mL rasio 60:40 kecepatan alir 0,6
mL/min
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
Lampiran 2. Kromatogram Nikotin 200 ng/mL rasio 60:40 kecepatan alir 0,8
mL/min
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
Lampiran 3. Kromatogram Nikotin 200 ng/mL rasio 60:40 kecepatan alir 1,0
mL/min
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
Lampiran 4. Kromatogram Nikotin 200 ng/mL rasio 70:30 kecepatan alir 0,6
mL/min
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
Lampiran 5. Kromatogram Nikotin 200 ng/mL rasio 70:30 kecepatan alir 0,8
mL/min
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
Lampiran 6. Kromatogram Nikotin 200 ng/mL rasio 70:30 kecepatan alir 1,0
mL/min
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
Lampiran 7. Kromatogram Nikotin 200 ng/mL rasio 80:20 kecepatan alir 0,6
mL/min
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
Lampiran 8. Kromatogram Nikotin 200 ng/mL rasio 80:20 kecepatan alir 0,8
mL/min
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
Lampiran 9. Kromatogram Nikotin 200 ng/mL rasio 80:20 kecepatan alir 1,0
mL/min
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
Lampiran 10. Kromatogram Volume injeksi 50 µL
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
Lampiran 11. Kromatogram Volume injeksi 75 µL
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
Lampiran 12. Kromatogram Nikotin 50 ng/mL Replikasi 1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
Lampiran 13. Kromatogram Nikotin 50 ng/mL Replikasi 2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
Lampiran 14. Kromatogram Nikotin 50 ng/mL Replikasi 3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
Lampiran 15. Kromatogram Nikotin 100 ng/mL Replikasi 1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
Lampiran 16. Kromatogram Nikotin 100 ng/mL Replikasi 2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
Lampiran 17. Kromatogram Nikotin 100 ng/mL Replikasi 3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
Lampiran 18. Kromatogram Nikotin 200 ng/mL Replikasi 1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
Lampiran 19. Kromatogram Nikotin 200 ng/mL Replikasi 2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
Lampiran 20. Kromatogram sampel Blank
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
Lampiran 21. Kromatogram sampel Plasma
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
Lampiran 22. Baku Nikotin
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
BIOGRAFI PENULIS
Penulis skripsi berjudul “Optimasi Metode
Bioanalisis Nikotin dengan Metode High-Performance
Liquid-Chromatography Fase Terbalik” memiliki nama
lengkap Stefanus Sofian Arissaputra. Penulis lahir di
Kebumen tanggal 10 September 1997 sebagai anak
pertama dari tiga bersaudara dari pasangan So Tjin Gie
dan Julita Ratnawati. Pendidikan formal yang pernah
ditempuh penulis adalah menyelesaikan pendidikan di TK
Pius Sidareja (2001-2003), SD Pius Sidareja (2003-2009),
SMP Negeri 1 Sidareja (2009-2012) dan SMA Negeri 1
Sidareja (2012-2015). Penulis melanjutkan
pendidikannya di Fakultas Farmasi Universitas Sanata
Dharma Yogyakarta pada tahun 2015. Selama menempuh pendidikan di Fakultas
Farmasi Universitas Sanata Dharma penulis terlibat dalam berbagai kegiatan dan
organisasi, antara lain Dewan Perwakilan Mahasiswa Fakultas (DPMF) sebagai
anggota komisi Quality Control (QC) tahun 2015-2016, sebagai Koodinator komisi
QC tahun 2016-2017 dan Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas (BEMU) sebagai
Menteri Koordinator Kemahasiswaan tahun 2017-2018. Selain itu penulis pernah
menjadi Ketua Umum Proton (LCC, LKTI dan PI) (2017), Panitia Faction sebagai
Koordinator Sponsorship (2016), Panitia Faction#2 sebagai Ketua Bidang Umum
(2017) , Panitia Insadha sebagai anggota Cerdisk (2017) dan sebagai Penanggung
Jawab (2018), Panitia Titrasi sebagai anggota Humas (2016) dan Panitia Pharmacy
Performance Road to School (PPRToS) sebagai anggota Humas (2015). Pada
bidang akademik penulis pernah menjadi asisten dosen Praktikum Farmasi Fisika
(2017), Praktikum Biokimia (2017 dan 2018) dan Praktikum Kimia Analisis
(2018). Penulis juga pernah terlibat sebagai anggota tim dalam Program Kreativitas
Mahasiswa Pengabdian Masyarakat yang didanai oleh Direktorat Jendral
Pendidikan Tinggi (2017).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI