iii. metodologi penelitian 3.1. tempat dan waktu ...eprints.umm.ac.id/58564/4/bab iii.pdfbroth)...
TRANSCRIPT
34
III. METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di laboratorium Ilmu dan Teknologi Pangan dan
laboratorium Kimia Universitas Muhammadiyah Malang. Penelitian dilaksanakan
pada 19 Februari 2018 hingga 18 Januari 2019.
3.2. Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rimpang kunyit kuning
(Curcuma domestica.) kunyit putih (Curcuma zedoaria), dan temu hitam
(Curcuma aeruginosa) yang diperoleh dari petani didaerah Ngawi, Jawa Timur,
kemudian daging sapi segar yang diperoleh dari swalayan Superindo, Kota
Malang. Selanjutnya bahan-bahan untuk ekstraksi dan analisis diantaranya
aquades, etanol 96% Merck (Darmstadt, Jerman), etanol 96% teknis, toluene
Smart-Lab (Bogor, Indonesia), petroleum eter Merck (Darmstadt, Jerman), media
PDA (Potato Dextrose Agar) Himedia (Mumbai, India), SDB (Saboraud Dextrose
Broth) Himedia (Mumbai, India), Na2CO3 Merck (Darmstadt, Jerman), Na2SO4
Merck (Darmstadt, Jerman), spiritus, reagen Folin-Ciocalteau Merck (Darmstadt,
Jerman), asam galat Sigma (Missouri, United States), asam asetat, asam asetat
glasial Merck (Darmstadt, Jerman), asam borat Merck (Darmstadt, Jerman), asam
oksalat Merck (Darmstadt, Jerman), DMSO (Dimetil Sulfoksida) Merck
(Darmstadt, Jerman), chloramfenikol, safranin, kristal violet, iodine, dan
methylene blue.
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah pengering oven Hock, mesin
penggiling (grinder) merek Jimo, peralatan distilasi, sterling bidwel, rotary
vacuum evaporator merek IKA HB 10 basic, lemari pendingin, spektrofotometer
35
UV-Vis 1800 Shimadzu, petridish, sarung tangan karet, botol semprot, timbangan
analitik Pioneer Ohaus, soxhlet, autoklaf, inkubator, laminair air flow, kertas
saring, gelas beker, kompor (alat pemanas), erlenmeyer PYREX, tabung reaksi
PYREX, rak tabung reaksi, micro pipet, tip, alat colony counter Todayβs galaxy
230, waterbath, jarum ose, mikroskop Olympus, gelas ukur, pipet tetes, dan pH
meter SI Analytics.
3.3. Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan dua tahap: tahap pertama yakni ekstraksi
oleoresin, kemudian tahap kedua yakni pengaplikasian oleoresin sebagai
antikhamir yang diisolasi dari daging sapi.
3.3.1. Tahap Pertama
Tahap ini dilakukan ekstraksi oleoresin kunyit dengan metode maserasi.
Terdapat dua faktor didalam tahap ini yakni jenis Curcuma dan lama perendaman
(maserasi). Jenis Curcuma terdiri dari 3 level dan lama ekstraksi terdiri dari 3
level. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok
(RAK) faktorial.
Faktor 1: Jenis Curcuma Faktor 2: Lama
Perendaman (Maserasi)
K1: Kunyit Putih (Curcuma zedoaria)
K2: Kunyit Kuning (Curcuma domestica)
K3: Temu Hitam (Curcuma aeruginosa)
L1: 6 jam
L2: 24 jam
L3: 48 jam
Kombinasi perlakuan (Tc) = 3x3=9, dengan jumlah ulangan minimum
perlakuan (n) adalah:
Tc (n-1) β₯ 15
9 (n-1) β₯ 15
36
9n β₯ 24
nβ₯ 2,6 β¦ dibulatkan menjadi n=3
Tabel 7. Matrik Kombinasi Perlakuan
Faktor I
Faktor II
Jenis
Curcuma
zedoaria
(K1)
Jenis
Curcuma
domestica
(K2)
Jenis
Curcuma
aeruginosa
(K3)
Lama Perendaman 6 jam (L1) K1L1 K2L1 K3L1
Lama Perendaman 24 jam (L2) K1L2 K2L2 K3L2
Lama Perendaman 48 jam (L3) K1L3 K2L3 K3L3
Keterangan:
K1L1 = Oleoresin dengan perlakuan jenis Curcuma zedoaria dan lama
perendaman 6 jam
K1L2 = Oleoresin dengan perlakuan jenis Curcuma zedoaria dan lama
perendaman 24 jam
K1L3 = Oleoresin dengan perlakuan jenis Curcuma zedoaria dan lama
perendaman 48 jam
K2L1 = Oleoresin dengan perlakuan jenis Curcuma domestica dan lama
perendaman 6 jam
K2L2 = Oleoresin dengan perlakuan jenis Curcuma domestica dan lama
perendaman 24 jam
K2L3 = Oleoresin dengan perlakuan jenis Curcuma domestica dan lama
perendaman 48 jam
K3L1 = Oleoresin dengan perlakuan jenis Curcuma aeruginosa dan lama
perendaman 6 jam
K3L2 = Oleoresin dengan perlakuan jenis Curcuma aeruginosa dan lama
perendaman 24 jam
K3L3 = Oleoresin dengan perlakuan jenis Curcuma aeruginosa dan lama
perendaman 48 jam.
Oleoresin yang telah diperoleh kemudian dilakukan analisis. Parameter uji
oleoresin ini terdiri dari rendemen oleoresin, nilai pH, kadar total fenol, kadar
kurkumin, dan kadar minyak atsiri dianalisa menggunakan analisis data statistik
37
one way ANOVA dan uji banding DMRT (Duncanβs Multiple Range Test)
dengan taraf nyata 5% (Ξ±=0,05).
3.3.2. Tahap Kedua
Tahap ini dilakukan pengaplikasian kesembilan perlakuan oleoresin yang
telah diperoleh sebagai anti khamir yang diisolasi dari daging sapi. Parameter
analisis mikrobiologi ini terdiri dari pengamatan koloni, perhitungan jumlah
koloni, uji anti yeast pewarnaan gram, pewarnaan sederhana (methylene blue), dan
uji daya hambat metode sumuran dianalisa menggunakan metode analisis
deskriptif. Sedangkan untuk mengetahui pengaruh nilai pH, kadar total fenol,
kadar kurkumin dan kadar minyak atsiri oleoresin terhadap jumlah koloni (jumlah
mikroorganisme) dianalisa dengan rancangan regresi linier berganda
menggunakan aplikasi SPSS.
3.4. Pelaksanaan Penelitian
3.4.1. Pembuatan Oleoresin
Pembuatan oleoresin ini yakni dengan cara ekstraksi dengan menggunakan
metode maserasi. Jenis Curcuma yang digunakan terdiri dari kunyit kuning
(Curcuma domestica), kunyit putih (Curcuma zedoaria), dan temu hitam
(Curcuma aeruginosa). Ekstraksi dilakukan dengan tiga tingkatan lama waktu
(perendaman) yang berbeda yakni 6 jam, 24 jam, dan 48 jam.
Ekstraksi metode maserasi ini mengacu pada Nugraha dkk. (2014) dengan
modifikasi. Rimpang segar dikupas untuk dipisahkan dari kulitnya. Kemudian
dicuci bersih dan dikeringkan. Rimpang kering dikecilkan ukurannya (dilakukan
penepungan) dengan mesin penepung (grinder) untuk menghasilkan bubuk.
Bubuk tersebut kemudian diayak. Selanjutnya bubuk yang diperoleh ditimbang
38
sebanyak 10 gram. Ekstraksi maserasi dengan rasio bahan: pelarut yakni 1:10.
Pelarut yang digunakan yakni etanol 96%. Perendaman (maserasi) dilakukan
selama 6 jam, 24 jam dan 48 jam. Filtrat diuapkan dengan rotary vacuum
evaporator pada suhu 50ΒΊC dengan kecepatan 60 rpm sampai pelarut menguap.
Oleoresin yang terbentuk dianalisa.
39
Ampas
Penguapan filtrat dengan rotary evaporator
T= 50β°C, kecepatan 60 rpm, tβ= 20 menit
Oleoresin Parameter uji:
1. Rendemen
2. Nilai pH
3. Kadar Total Fenol
4. Kadar Kurkumin
5. Kadar Minyak
Atsiri
6. Daya Antimikroba
Penimbangan 10 gram
Ekstraksi Maserasi 6 jam,
24 jam, 48 jam
Pengecilan ukuran dan pengayakan ukuran 20 mesh
Bubuk
Rimpang segar C. zedoaria,
C.domestica, C. aeruginosa
Pencucian dan pengupasan Kulit, air Air
Pengirisan
Etanol 96% 100ml
Gambar 7. Diagram Alir Ekstraksi Oleoresin Metode Maserasi (Nugraha, dkk.,
2014) dengan Modifikasi
Penyaringan
Pengeringan oven T=60β°C,tβ= 24 jam
Parameter uji:
1. Kadar Air
2. Nilai pH
3. Kadar Total Fenol
4. Kadar Kurkumin
5. Kadar Minyak
Atsiri
40
3.4.2. Isolasi Khamir dari Daging Sapi Segar
Sampel yeast diisolasi dari daging sapi segar yang disimpan pada suhu
refrigerator (0,2oC - 5oC) selama 7 hari. Daging sapi tersebut ditimbang sebanyak
1 gram dan dilakukan pengenceran 10β1. Suspensi yeast tersebut kemudian
diambil sebanyak 1 ml dan ditanam pada media SDB. Media SDB yang
digunakan sebelumnya ditambahkan chloramphenicol sebanyak 0,010 gram per
100 ml untuk memastikan agar bakteri tidak tumbuh. Selanjutnya media yang
telah ditanami yeast diinkubasi pada suhu 37Β°C selama 96 jam.
Selanjutnya isolasi tahap kedua dilakukan untuk menumbuhkan khamir
pada media padat agar dapat dilakukan identifikasi khamir. Media SDB yang telah
diinkubasi pada isolasi tahap pertama diambil sebanyak 10 mikroliter dan ditanam
pada media PDA. Selanjutnya media yang telah ditanami yeast diinkubasi pada
suhu 37Β°C selama 96 jam.
Untuk mendapatkan kultur murni dilakukan isolasi tahap akhir. Dari media
PDA yang ditumbuhi kultur campuran diamati morfologinya dan diambil koloni
yang menyerupai khamir (yeast) dan diidentifikasi. Selanjutnya koloni yang
memiliki morfologi sel seperti khamir ditanam pada media PDA dengan metode
streak kuadran.
3.5. Parameter Penelitian
Parameter penelitian ini dilakukan beberapa pengamatan antara lain:
1. Analisis bahan baku yaitu pada bubuk rimpang Curcuma spp. Analisis
bahan baku meliputi analisis kadar air, kadar kurkumin, total fenol, dan
kadar minyak atsiri.
41
2. Analisis pada produk oleoresin. Analisis pada produk oleoresin meliputi
rendemen oleoresin, pH, total fenol oleoresin, kurkumin, kadar minyak
atsiri, pengamatan koloni, perhitungan jumlah koloni, penanaman yeast
pada media perlakuan (dengan penambahan oleoresin), pewarnaan gram,
pewarnaan sederhana (methylene blue), dan uji daya hambat metode difusi
sumuran.
3.6. Prosedur Analisis
3.6.1. Kadar Air Bahan Baku Metode Distillasi Azeotropik (SNI 01-3181-
1992 dengan modifikasi yang Diacu dalam Faridah et al., 2010)
Labu didih dan tabung Bidwell-Sterling dikeringkan dalam oven bersuhu
105Β°C dan didinginkan dalam desikator. Sebanyak 3 g sampel (Ws) dimasukkan
dalam labu didih yang telah dikeringkan dan ditambahkan 60-80 ml toluena. Alat
destilasi, labu didih, dan pemanas dirangkai dan direfluks dengan suhu rendah
(skala hot plate 4-5) selama 45 menit. Suhu dinaikkan dan dilakukan pemanasan
selama 60-90 menit. Hasil analisis dapat dibaca dengan melihat volume air yang
terdestilasi (Vs).
Kadar air bahan dapat dihitung dengan rumus:
Kadar air = ππ
ππ x 100%
3.6.2. Rendemen Oleoresin
Oleoresin hasil ekstraksi ditimbang dalam wadah yang sudah diketahui
beratnya. Kemudian rendemen oleoresin dihitung berdasarkan berat kering bahan.
Rendemen oleoresin % = π΅ππππ‘ πππππππ ππ πππ ππ (ππ)
π΅ππππ‘ ππβππ ππ’ππ’π (ππ) x 100%
42
3.6.3. Nilai pH (Sudarmadji dkk., 2006)
Elektroda pH meter dikalibrasi ke dalam larutan buffer pH 4 dan ke dalam
larutan buffer pH 7 kemudian dibilas dengan aquades. Elektroda pH meter
dicelupkan ke dalam sampel, kemudian ditunggu hingga menunjukkan angka
konstan dan pH sampel dapat dibaca.
3.6.4. Kandungan Total Fenol
3.6.4.1. Pembuatan Kurva Kalibrasi Asam Galat dengan Reagen Fenol
FolinβCiocalteu (Waterhouse, 1999)
Ditimbang 50 mg asam galat, ditambahkan 1 mL etanol 96 %, lalu
ditambahkan aquades sampai volume akhir 50 mL, sehingga diperoleh konsentrasi
1 mg/mL. Dari larutan induk asam galat konsentrasi 1 mg/mL dipipet 1 mL, 1,25
mL, 1,5 mL, 1,75 mL dan 2 mL, secara berturut turut lalu diencerkan dengan
aquades sampai volume akhir 10 mL sehingga dihasilkan konsentrasi 100, 125,
150, 175, 200 ΞΌg/ml asam galat, secara berturut-turut. Dari masing-masing
konsentrasi larutan asam galat dipipet 0,2 mL lalu ditambah 15,8 mL aquades dan
1 mL Reagen Folin-Ciocalteu dan dikocok sampai homogen serta didiamkan
selama 8 menit. Diambahkan 3 mL larutan , ππ2πΆπ3 10% lalu dikocok homogen,
dan selanjutnya didiamkan selama 2 jam pada suhu kamar. Ukur serapan pada
panjang gelombang serapan maksimum 765 nm, lalu dibuat kurva kalibrasi
hubungan antara konsentrasi asam galat (ΞΌg/ml) dengan serapan.
3.6.4.2. Penetapan Kandungan Fenol Total dengan Metoda FolinβCiocalteu
(Orak, 2006)
Ditimbang 100 mg oleoresin kemudian dilarutkan sampai 10 mL dengan
aquades sehingga diperoleh konsentrasi 10 mg/mL. Dari konsentrasi 10 mg/mL
dipipet 1 mL dan diencerkan dengan aquades hingga 10 mL dan diperoleh
43
konsentrasi ekstrak 1 mg/mL. Dipipet 0,2 mL ekstrak, ditambahkan 15,8 mL
aquades dan 1 mL reagan FolinβCiocalteu lalu dikocok. Didiamkan selama 8
menit kemudian ditambahkan 3 mL , ππ2πΆπ3 10% ke dalam campuran.
Didiamkan larutan selama 2 jam pada suhu kamar. Diukur serapannya dengan
spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang serapan maksimum 765 nm.
Dilakukan 3 (tiga) kali pengulangan sehingga kadar fenol yang diperoleh hasilnya
didapat sebagai mg ekuivalen asam galat/g sampel segar.
3.6.5. Kadar Kurkumin (Tonnasen, 1986 dalam Yulianti, 2010)
0,2 gram oleoresin ditimbang lalu dimasukkan ke dalam labu ukur 50 ml.
Selanjutnya ditambahkan 25 ml asam asetat dan dipanaskan dalam waterbath
selama 1 jam pada suhu 100 Β°C. selanjutnya larutan didinginkan. Setelah dingin,
ditambahkan asam borat dan asam oksalat masing-masing sebanyak 1 gram.
Larutan dipanaskan kembali selama 10 menit pada suhu 100 Β°C kemudian
didinginkan. Larutan diencerkan dengan menggunakan asam asetat sampai
mencapai tanda tera. Lalu dipipet sebanyak 0.1 ml dan diencerkan dengan
menggunakan asam asetat glacial sampai menjadi 10 ml. larutan diukur dengan
menggunakan spektrofotometer pada panjang gelombang 530 nm. Nilai
absorbansi yang diperoleh dari pengukuran dibandingkan terhadap kurva standar
untuk mengetahui konsentrasi kurkumin yang terdapat di dalam sampel oleoresin.
Kadar Kurkumin (%) = ππππ‘ππ πππππππππππ π₯ ππππ πππ‘πππ π ππ’πππ’πππ (πππ)
πππππ‘ πππππππ ππ x 100%
44
3.6.6. Kadar Minyak Atsiri
3.6.6.1. Kadar Minyak Atsiri Bahan Baku (Metode Soxhlet, Abbasi et al.
2008 dengan modifikasi)
Bubuk Curcuma spp. ditimbang sebanyak 1 gram dan bungkus dengan
kertas saring serta dimasukkan kedalam soxhlet. Labu lemak diisi dengan
petroleoum eter sebanyak 31 ml dan dihubungkan dengan soxhlet. Kemudian
dipanaskan dengan waterbath suhu 79,5oC selama 6 jam. Labu lemak di oven
dengan suhu 35oC untuk menguapkan pelarut. Labu lemak ditimbang dan dicatat
hasilnya.
3.6.6.2 Kadar Minyak Atsiri Oleoresin (Metode Hidrodistilasi Rennecius et al
1988 dalam Yulianti, 2010 dengan modifikasi)
Oleoresin ditimbang sebanyak 0,5 g dan dimasukkan ke dalam labu didih
250 ml. Kemudian ditambahkan 25 ml air dan dihubungkan dengan alat penyuling
minyak atsiri. Labu didihkan selama 1 jam. Volume minyak atsiri yang ditampung
dalam alat penampung. Kemudian ditambahkan petroleum eter dan dikurangi
kadar airnya dengan penambahan ππ2ππ4 anhidrat. Minyak atsiri beserta
petroleum eter dipindahkan pada botol dan didiamkan hingga pelarut menguap
kemudian ditimbang. Kadar minyak atsiri dihitung dengan menggunakan
persamaan berikut ini.
Kadar Minyak Atsiri = πππππ‘ ππππ¦ππ ππ‘π πππ
πππππ‘ πππππππ ππ x 100%
3.6.7. Pengamatan Koloni
Pengamatan dilakukan pada koloni yang terbentuk saat tahap isolasi dari
daging sapi maupun saat penanaman pada media perlakuan oleoresin. Koloni
yang tumbuh pada media diamati kenampakannya seperti ukuran, penampakan,
warna dan pola tumbuh koloni dan dicatat.
45
3.6.8. Perhitungan Jumlah Mikroorganisme (Wachid dan Sukardi, 2015)
Perhitungan dilakukan pada koloni yang terbentuk saat tahap isolasi dari
daging sapi maupun saat penanaman pada media perlakuan oleoresin. Koloni
yang tumbuh pada media dihitung jumlahnya dengan menggunakan colony
counter. Selanjutnya hasil perhitungan koloni dikonversikan menjadi CFU/g
untuk menghitung jumlah mikroorganisme.
3.6.9. Penanaman Yeast pada Media Perlakuan (dengan Penambahan
Oleoresin)
Isolat yeast yang telah didapat selanjutnya ditanam pada media PDA
dengan penambahan oleoresin perlakuan. Media PDA cair dituangkan pada cawan
petri sebanyak 20 ml dan ditambahkan oleoresin perlakuan sebanyak 100
mikroliter (konsentrasi 80%, pengenceran dengan DMSO) dengan total 9 media
PDA dengan oleoresin perlakuan dan 1 media PDA tanpa campuran sebagai
kontrol. Selanjutnya satu ose isolat yeast diambil dan dilakukan pengenceran
sebanyak 10β3. Sebanyak 0,5 suspensi yeast ditanam pada media dengan metode
spread plate. Selanjutnya media yang telah ditanami yeast diinkubasi pada suhu
37Β°C selama 96 jam.
3.6.10. Pewarnaan Gram (Wachid dan Sukardi, 2015)
Biakan diulaskan pada preparat dan difiksasi. Kemudian dilakukan
penetesan kristal violet pada ulasan selama 1 menit dan dicuci dengan aquades
mengalir. Selanjutnya mordan (lugol iodine) diteteskan pada ulasan selama 1
menit dan dicuci dengan aquades mengalir. Kemudian preparat ditetesi etanol
96% hingga etanol yang jatuh berwarna jernih dan dicuci dengan aquades
mengalir. Selanjutnya penetesan safranin pada preparat selama 45 detik dan dicuci
dengan aquades mengalir. Preparat dikeringkan dengan kertas tissue yang
46
ditempelkan disisi ulasan lalu biarkan mengering diudara. Preparat ditutup dengan
cover glass. Pengamatan dengan perbesaran 100 x 10 menggunakan mikroskop.
3.6.11. Pewarnaan Sederhana dengan Methylene Blue (Wachid dan Sukardi,
2015)
Suspensi biakan diulaskan pada object glass lalu ditetesi Methylene Blue
hingga rata (jangan difiksasi). Preparat ditutup dengan cover glass. Pengamatan
dengan perbesaran 100x10 menggunakan mikroskop.
3.6.12. Uji Pembentukan Zona Hambat Oleoresin terhadap Khamir (Metode
Sumuran)
Pengujian ini dilakukan dengan metode difusi sumur (Berghe dan
Vlientinck, 1992; Rios et al., 1988 dalam Rosihan, 2015 dengan modifikasi). Uji
ini dilakukan untuk menentukan daya hambat oleoresin dengan melihat
terbentuknya zona hambat disekitar sumur oleoresin, meliputi zona hambat total
yang ditandai dengan zona bening sempurna, zona hambat parsial yang ditandai
dengan zona hambat tidak bening sempurna dan zona hambat yang tidak dapat
terukur.
Sebanyak 1 ml suspensi isolat dengan konsentrasi 0,5 Mc Farland
(absorbansi 0,1-0,5 dengan panjang gelombang 530 nm) dimasukkan ke dalam
cawan petri kemudian dituangi media PDA 20 ml yang masih cair. Biakan
tersebut digoyang sampai isolat tercampur rata ke seluruh media. Setelah beku
dibuat lubang dengan sedotan steril Β± 6 mm di media yang telah memadat.
Selanjutnya lubang sumur diisi 80 Β΅l oleoresin (konsentrasi 80%, pengenceran
dengan DMSO). Biakan diinkubasi pada suhu 30-34Β°C selama 24-72 jam sampai
jamur (khamir) memenuhi petri. Selanjutnya diameter zona hambat diukur dengan
jangka sorong.