na. kesejahteraan

Upload: saptaning-ruju-paminto-sp-mh

Post on 10-Jan-2016

64 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

naskah akademik fh unsur

TRANSCRIPT

  • 1NASKAH AKADEMIK RAPERDA KABUPATEN CIANJUR

    RAPERDA TENTANGRANCANGAN PERATURAN DAERAH TENTANG KESEJAHTERAAN

    SOSIAL DI KAB. CIANJUR

    FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SURYAKANCANA CIANJURTAHUN 2013

    JL. Pasir Gede Raya Telp. (0263) 262773 Fax. (0263) 262773 Cianjur 43216

  • 2BAB IPENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Penelitian.Di dalam setiap konstitusi atau Undang-Undang Dasar, peran negara yang

    utama adalah mewujudkan cita-cita bangsa itu sendiri, dan cita-cita bangsa Indonesiatercantum dalam Undang-Undang Dasar 1945 sebagai dasar konstitusi NegaraRepublik Indonesia, baik sebelum maupun sesudah diamandemen, memilikisemangat yang kuat untuk mewujudkan kesejahteraan seluruh warga negaraIndonesia serta membentuk negara kesejahteraan.

    Konsep negara kesejahteraan menurut Bagir Manan adalah negara ataupemerintah tidak semata-mata sebagai penjaga keamanan atau ketertiban masyarakat,tetapi memikul tanggung jawab utama untuk mewujudkan keadilan sosial,kesejahteraan umum, dan sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.1 Sejalan denganpendapat Bagir Manan, menurut Sjahran Basah, berkaitan dengan negarakesejahteraan tersebut, maka tujuan pemerintah tidak semata-mata di bidangpemerintahan saja, melainkan harus melaksanakan kesejahteraan sosial dalam rangkamencapai tujuan negara melalui pembangunan nasional.2

    Negara Indonesia menunjukkan keinginan untuk membentuk negarakesejahteraan tersebut sebagaimana diamanatkan dalam Pembukaan Undang-UndangDasar 1945, yaitu: Membentuk suatu pemerintah negara Indonesia yang melindungisegenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, dan untukmemajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, serta ikutmelaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadidan keadilan sosial.3

    1 Bagir Manan, Politik Perundang-undangan Dalam Rangka Mengantisipasi LiberalisasiPerekonomian, Fakultas Hukum UNILA, Lampung, 1996, hlm. 16.

    2 Sjahran Basah, Eksistensi Dan Tolok Ukur Badan Peradilan Administrasi Di Indonesia, Alumni,Bandung, 1986, hlm. 3.

    3 C.F.G. Sunaryati Hartono, Politik Hukum Menuju Satu Sistem Hukum Nasional, Alumni, Bandung,1991, hlm. 2.

  • 3Dalam mencapai tujuan yang diamanatkan Pembukaan Undang-Undang Dasar1945 tersebut, maka dilakukanlah pembangunan nasional di dalam segala bidangkehidupan baik fisik maupun pembangunan non fisik. Dalam rangka penyelenggaraanpemerintahan negara dan pembangunan nasional untuk mencapai masyarakat adil,makmur, dan merata berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945, makaPasal 1 UUD 1945 menetapkan bahwa : Negara Indonesia adalah negara kesatuan

    yang berbentuk Republik.Di Indonesia, pembangunan ekonomi seringkali mengalami distorsi yang cukup

    serius, sehingga pertumbuhan yang dicapai tidak mampu meningkatkan kesejahteraanrakyat secara luas dan merata. Pembangunan yang terdistorsi telah menyebabkantimbulnya masalah sosial yang demikian serius, seperti kemiskinan, pengangguran,kerawanan sosial ekonomi, kriminalitas, disharmoni keluarga, tindak kekerasan,ketidakadilan terhadap perempuan, perlakuan salah terhadap anak, penelantaranorang lanjut usia, perdagangan manusia dan seterusnya. Masalah-masalah sosialtersebut telah melahirkan dehumanisasi dan melemahkan nilai-nilai serta hubunganantar manusia. Lebih lanjut, semua masalah sosial tersebut menjadi hambatan utamabagi pembangunan manusia Indonesia yang dicita-citakan dan diamanatkan olehundang-undang.

    Perubahan tatanan dunia dan perkembangan komitmen global dalam berbagaikonvensi internasional memberi pesan yang sangat jelas bahwa pembangunanekonomi sangat perlu bagi peningkatan kualitas hidup suatu bangsa. Namun,pembangunan ekonomi hendaknya dilakukan secara berkeadilan, sehingga,kemakmuran dan kesejahteraan dapat dicapai dan dirasakansecara merata danberkelanjutan oleh seluruh lapisan masyarakat dan segenap anak bangsa.

    Oleh karena itu, visi pembangunan nasional dewasa ini semakin dituntut untukuntuk menempatkan manusia sebagai pusat perhatian. Pembangunan ekonomi harusdilaksanakan sejalan dengan pembangunan kesejahteraan sosial. Sehinggapertumbuhan ekonomi dapat menyumbang langsung terhadap peningkatan kualitashidup manusia; dan sebaliknya, pembangunan manusia dapat mendorong laju

  • 4pembangunan ekonomi. Pembangunan nasional yang terpadu ini dijalankan tanpamemarjinalkan penduduk miskin, rentan dan telantar. Melainkan mampumeningkatkan keterpaduan sosial dan ekonomi yang didasari oleh prinsip hak asasimanusia dan perlindungan sosial terutama bagi mereka yang kurang beruntung.

    UndangUndang Nomor 11 Tahun 2009 Tentang Kesejahteraan Sosial selamaini telah menjadi landasan yuridis formal dalam pelaksanaan pembangunankesejahteraan sosial. Seiring dengan perkembangan sistem ketatanegaraan dalam eraotonomi daerah dan memperhatikan perkembangan masalah sosial sertaperkembangan komitmen global, keberadaan undang-undang tersebut dipandangsudah sesuai dengan keadaan dan arah kecenderungan perubahan sosial. UU tersebutdirasa dapat memadai untuk menjawab permasalahan sosial yang ada saat ini maupundi masa depan. Selain itu, UU tersebut juga semakin sejalan dengan produk hukumlainnya yang sesuai dengan perkembangan paradigma pembangunan nasional. Untukitu dengan adanya Undang-Undang Tentang Kesejahteraan Sosial yang secara jelasini dapat merinci kewajiban negara (state obligation) dan tanggung jawab sosialmasyarakat (sosial responsibility) dalam pembangunan kesejahteraan sosial. UU iniakan dapat memberikan kepastian hukum dalam menjalankan pembangunankesejahteraan sosial, termasuk di dalamnya penyelenggaraan perlindungan sosial danpelayanan sosial bagi warga negara yang mengalami masalah sosial.

    B. Identifikasi Masalah.Berdasarkan uraian sebagaimana disebutkan di atas, maka diidentifikasikan

    beberapa permasalahan, yaitu sebagai berikut :1. Apakah yang menjadi latar belakang dibentuknya Peraturan Daerah yang

    mengatur Penyelenggaraan Penanganan Kesejahteraan Sosial KabupatenCianjur. ?

    2. Apakah yang menjadi landasan filosofis, sosiologis, dan landasan yuridis, dariPeraturan Daerah tentang Penyelenggaraan Penanganan Masalah KesejahteraanSosial?

  • 53. Bagaimanakah substansi Peraturan Daerah Kabupaten Cianjur mengenaiPenyelenggaraan Penanganan Kesejahteraan Sosial Kabupaten Cianjur ?

    C. Tujuan Dan Kegunaan Naskah Akademik1. Tujuan Penyusunan Naskah Akademik.

    Adapun tujuan penyusunan naskah akademik, adalah utuk mengkaji sertamenganalisis tentang :

    a. Perlunya Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Cianjur dalamDalam Penanganan Masalah Kesejahteraan Sosial Kabupaten Cianjur.

    b. Landasan filosofis, sosiologis, dan landasan yuridis, dari pembentukanPeraturan Daerah Kabupaten Cianjur tentang Penanganan MasalahKesejahteraan Sosial.

    c. Substansi Peraturan Daerah Kabupaten Cianjur tentangPenyelenggaraan Penanganan Masalah Kesejahteraan SosialKabupaten Cianjur.

    2. Kegunaan Penyusunan Naskah Akademik.Naskah akademik merupakan naskah hasil penelitian atau pengkajian hukum terhadapsuatu masalah tertentu dalam hal ini adalah penanganan masalah kesejahteraan sosialyang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah yang dikaji dalam suatu PeraturanDaerah sebagai solusi terhadap permasalahan dan kebutuhan hukum masyarakat. Selainitu, kegunaan penyusunan nasakah akademik ini sebagai acuan atau referensipenyusunan dan pembahasanRancangan Peraturan Daerah.

    D. Metode Penelitian.Mengingat penyusunan naskah akademik pada dasarnya merupakan suatu kegiatan

    penelitian, maka dalam melakukan penyusunan naskah akademik ini digunakan metodepenyusunan naskah akademik yang berbasiskan metode penelitian hukum. Adapun metodepenyusunan naskah akademik Penyelenggaraan Penanganan Kesejahteraan Sosial ini, yaitu sebagaiberikut :

  • 61. Metode Pendekatan.Metode pendekatan yang digunakan dalam penyusunan naskah

    akademik ini adalah yuridis normatif, yaitu mempelajari dan mengkaji asas-asas hukum khususnya kaidah-kaidah hukum positif yang berasal dari bahan-bahan kepustakaan yang ada dari peraturan perundang-undangan, sertaketentuan-ketentuan terutama yang berkaitan dengan penyertaan modal daerahpada perusahaan daerah. Dalam penyusunan naskah akdemik ini jugameliputi usaha untuk menemukan hukum yang in concreto yang tujuannyauntuk menemukan hukum yang sesuai dan yang akan diterapkan dalam suatupermasalahan terutama di dalam penelitian tersebut.4

    2. Spesifikasi Penelitian.Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian deskriptif analisis, yaitu

    memberikan gambaran umum yang menyeluruh dan sistematis mengenai penyertaanmodal daerah pada perusahaan daerah. Gambaran umum tersebut dianalisis denganbertitik tolak pada peraturan perundang-undangan, pendapat para ahli, serta praktikpelaksanaan penyertaan modal yang dilakukan daerah pada perusahaan daerah, yangbertujuan untuk mencari dan mendapatkan jawaban atas pokok masalah yang akandibahas lebih lanjut.3. Jenis dan Sumber Data.

    Guna memperoleh data yang mendukung penyusunan naskah akademik ini,maka jenis dan sumber data diperoleh melalui :

    a. Bahan Hukum Primer yang berkaitan dengan penelitian ini, antara lainmeliputi :

    1) Undang-Undang Dasar 1945.2) Undang-Undang No. 40 Tahun 2004 Tentang Sistem Jaminan Sosial

    Nasional;

    3) Undang-Undang No. 11 Tahun 2009 Tentang Kesejahteraan Sosial;4 Ronny Hanitijo Soemitro, Metodologi Penelitian Hukum Dan Jurimetri, Ghalia Indonesia, Jakarta,

    1990, hlm. 22.

  • 74) Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 Tentang Badan PenyelenggaraJaminan Sosial;

    5) Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2011 Tentang Penanganan FakirMiskin

    6) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 2012 TentangPenyelenggaraan Kesejahteraan Sosial.

    7) Peraturan Menteri Sosial Republik Indonesia No.184 Tahun 2011 TentangLembaga Kesejahteraan Sosial (LKS).

    8) Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 10 Tahun 2012 TentangPenyelenggaraan Kesejahteraan Sosial.

    b. Bahan Hukum Sekunder, antara lain berupa tulisan-tulisan ilmiah dari parapakar yang berhubungan dengan permasalahan yang diteliti ataupun yangberkaitan dengan bahan hukum primer, meliputi literatur-literatur, makalah-makalah, jurnal ilmiah, dan hasil-hasil penelitian.

    c. Bahan Hukum Tersier, antara lain berupa bahan-bahan yang bersifatmenunjang bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder.

    4. Teknik Pengumpulan Data.Dalam melakukan pengolahan data, dilakukan melalui 2 (dua) cara, yaitu :a. Penelitian Kepustakaan (library research), yaitu dengan

    mengumpulkan dan mempelajari data sekunder yang berkaitan denganpenyertaan modal daerah pada perusahaan daerah.

    b. Penelitian Lapangan (field Research), tujuannya mencari data-datalapangan (data primer) yang berkaitan dengan materi penelitian danberfungsi hanya sebagai pendukung data sekunder.

    5. Analisis Data.Setelah beberapa tahapan dalam penyusunan naskah akademik ini dilalui,

    maka pada tahap akhir penelitian ini dilakukan analisis data. Analisis data dilakukansecara kualitatif, yaitu suatu tata cara penelitian yang menghasilkan data deskriptif

  • 8analisis, tanpa menggunakan angka-angka dan segala sesuatu yang dinyatakan olehresponden secara tertulis atau lisan, dipelajari sebagai sesuatu yang utuh. 5 Dengankata lain penelitian tidak hanya mengungkapkan kebenaran belaka, tetapi memahamikebenaran tersebut.6

    5 Ronny Hanitijo Soemitro, Op. Cit., hlm. 250.6 Ibid.

  • 9BAB IIKAJIAN TEORITIS DAN PRAKTIK EMPIRIS

    a. Kajian Teoritis.Indonesia sebagai Negara Hukum sudah berdiri sejak lebih dari enam puluh

    tahun lamanya, kualifikasi sebagai negara hukum pada tahun 1945 terbaca dalamPenjelasan Undang-Undang Dasar. Penjelasan mengenai Sistem PemerintahanNegara dikatakan Indonesia ialah negara yang berdasar atas hukum (Rechtstaat).

    Berkenaan dengan hal tersebut maka penulis berpendapat bahwa Negara Hukum(Rechtstaat) Indonesia memiliki ciri-ciri khas Indonesia. Karena Pancasila harusdiinternalisasi sebagai norma dasar dan sumber hukum, maka Negara HukumIndonesia dapat pula dinamakan Negara Hukum Pancasila.

    Adapun ciri-ciri konsep Negara Hukum Pancasila meliputi 1) ada hubunganyang erat antara agama dan negara; 2) bertumpu pada Ketuhanan Yang Maha Esa; 3)kebebasan beragama dalam arti positif; 4) ateisme tidak dibenarkan dan komunismedilarang; 5) asas kekeluargaan dan kerukunan.7

    Tujuan utama bentuk negara hukum adalah untuk menyelenggarakan ketertibanhukum, yakni tata tertib yang umumnya berdasarkan hukum yang terdapat padarakyat. Negara hukum menjaga ketertiban hukum supaya jangan terganggu dan agarsemuanya berjalan menurut hukum. Seperti yang diutarakan oleh A. Mukhtie Fadjar,bahwa negara hukum ialah negara yang susunannya di atur dengan sebaik-baiknya

    7 Muhammad Tahir Azhari, Negara Hukum Studi Tentang Prinsip-prinsipnya dilihat dari SegiHukum Islam, Implementasinya pada Periode Negara Madinah dan Masa Kini, Cet. II, PrenadaMedia, Jakarta, 2003, hlm. 99; kesimpulannya ada dua hal yang perlu diperhatikan dalam NegaraHukum Pancasila diantaranya :(1) Kebebasan beragama harus mengacu pada makna yang positif sehingga pengingkaran terhadap

    Tuhan Yang Maha Esa (ateisme) ataupun sikap yang memusuhi Tuhan Yang Maha Esa tidakdibenarkan seperti terjadi di negara-negara komunis yang membenarkan propaganda antiagama;

    (2) Ada hubungan yang erat antara negara dan agama, karena itu baik secara rigid atau mutlakmaupun secara longgar atau nisbi Negara Republik Indonesia tidak mengenal doktrinpemisahan anatara agama dan negara. Karena doktrin semacam ini sangat bertentangan denganPancasila dan UUD 1945.

  • 10

    dalam undang-undang, sehingga segala kekuasaan dari alat-alat pemerintahannyadidasarkan pada hukum. 8 Rakyat tidak boleh bertindak secara sendiri-sendiri menurutkemampuannya yang bertentangan dengan hukum. Negara hukum itu ialah negarayang diperintah bukan oleh orang-orang tetapi oleh undang-undang (the states notgoverned by men, but by law).

    Agar negara dapat dikategorikan sebagai negara hukum, maka negara tersebutharuslah memenuhi beberapa persyaratan sebagai berikut :1. Perlindungan hak-hak rakyat oleh pemerintah;2. Kekuasaan lembaga negara tidak absolut;3. Berlakunya prinsip trias politica;

    4. Pemberlakuan sistem checks and balances;5. Mekanisme pelaksanaan kelembagaan negara demokratis;6. Kekuasaan lembaga kehakiman yang bebas dan mandiri;7. Sistem pemerintahan yang transparan;

    8. Adanya kebebasan pers;9. Adanya keadilan dan kepastian hukum;10. Akuntabilitas publik dari pemerintah dan pelaksanaan prinsip good

    governance;

    11. Sistem hukum yang tertib berdasarkan konstitusi;12. Keikutsertaan rakyat untuk memilih para pemimpin di bidang eksekutif,

    legislatif, bahkan juga yudikatif sampai batas-batas tertentu;13. Adanya sistem yang jelas terhadap pengujian suatu produk legislatif, eksekutif

    maupun judikatif untuk disesuaikan dengan konstitusi. Pengujian tersebutdilakukan oleh pengadilan tanpa menyebabkan pengadilan atau legislatifmenjadi super body;

    14. Dalam negara hukum, segala kekuasaan negara harus dijalankan sesuai dengankonstitusi dan hukum yang berlaku;

    8 A. Mukhtie Fadjar, Tipe Negara Hukum, Bayumedia Publishing, Malang, 2005, hlm. 7

  • 11

    15. Negara hukum harus memberlakukan prinsip due process yang substansial;16. Prosedur penangkapan, penggeledahan, pemeriksaan, penyidikan, penuntutan,

    penahanan, penghukuman, dan pembatasan-pembatasan hak-hak si tersangkapelaku kejahatan haruslah dilakukan secara sesuai dengan prinsip due prosesyang prosedural;

    17. Perlakuan yang sama diantara warga negara di depan hukum;18. Pemberlakuan prinsip majority rule minority protection;19. Proses impeachment yang fair dan objektif;20. Prosedur pengadilan yang fair, efisien, reasonable, dan transparan;21. Mekanisme yang fair, efisien, reasonable, dan transparan tentang pengujian

    terhadap tindakan aparat pemerintah yang melanggar hak-hak wargamasyarakat, seperti melalui Pengadilan Tata Usaha Negara;

    22. Penafsiran yang kontemporer terhadap konsep negara hukum mencakup jugapersyaratan penafsiran hak rakyat yang luas (termasuk hak untuk memperolehpendidikan dan tingkat hidup berkesejahteraan), pertumbuhan ekonomi yangbagus, pemerataan pendapatan, dan sistem politik dan pemerintahan yangmodern.Negara Hukum Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar

    Negara Republik Indonesia Tahun 1945 pada hakikatnya berkewajiban untukmemberikan perlindungan dan pengakuan terhadap penentuan status pribadi danstatus hukum setiap Peristiwa Kependudukan dan Peristiwa Penting yang dialamioleh Penduduk yang berada di dalam dan/atau di luar wilayah Negara KesatuanRepublik Indonesia. 9

    Hamid S. Attamimi, dengan mengutip Burkens, mengatakan bahwa negarahukum (rechtstaat) secara sederhana adalah negara yang menempatkan hukumsebagai dasar kekuasaan negara dan penyelenggaraan kekuasaan tersebut dalam

    9 Penjelasan Umum Undang-Undang No. 23 Tahun 2006 Tentang Administrasi Kependudukan.

  • 12

    segala bentuknya dilakukan di bawah kekuasaan hukum.10 Dalam negara hukum,segala sesuatu harus dilakukan menurut hukum (everything must be done according tolaw). Negara hukum menentukan bahwa pemerintah harus tunduk pada hukum,bukannya hukum yang harus tunduk pada pemerintah.11 Pendapat tersebut sejalandengan konsep negara hukum P.J.P. Tak.12

    Dengan demikian konsekuensi dari negara hukum tersebut, maka seluruhaktifitas kenegaraan harus selalu didasarkan atas aturan hukum, termasuk dalammerancang tata ruang baik secara nasional maupun di tingkat daerah Provinsi,Kabupaten dan Kota. Dalam kegiatan merancang tata ruang maka para pihak baikeksekutif maupun legislatif disarankan untuk mempergunakan mekanisme demokrasisehingga diharapkan dalam produk tata ruang tercermin kedaulatan rakyat.

    Sebagai pemahaman dasar kedaulatan rakyat atau demokrasi, sangat relevanuntuk menyimak pernyataan Abraham Lincoln, yaitu pemerintahan dari rakyat,oleh rakyat, dan untuk rakyat. yang mengandung makna kekuasaan ada di tanganrakyat, M. Duverger dalam les Regimes Politiques memberi arti demokrasi sebagaicara pemerintahan dimana golongan yang memerintah dan golongan yang diperintah

    sama dan tidak terpisah-pisah.13

    10 A. Hamid S. Attamimi, Teori Perundang-Undangan Indonesia, Makalah pada Pidato UpacaraPengukuhan Jabatan Guru Besar Tetap di Fakultas Hukum UI Jakarta, 25 April 1992, hlm. 8.

    11 H.W.R. Wade, Administrative Law, Third Edition (Oxford: Clarendon Press, 1971), hlm. 6.12 P.J.P. Tak, Rechtsvorming in Nederland, Samsom H.D. Tjeenk Willink, 1991, hlm. 32;

    Pengejawantahan pemisahan kekuasaan, demokrasi, kesamarataan jaminan undang-undang dasarterhadap hak-hak dasar individu adalah tuntutan untuk mewujudkan negara hukum, yakni negaradimana kekuasaan pemerintah tunduk pada ketentuan undang-undang dan Undang-undang Dasar.Dalam melaksanakan tindakannya, pemerintah tunduk pada aturan-aturan hukum. Dalam suatunegara hukum, pemerintah terikat pada ketentuan perundang-undangan yang dibuat oleh lembagaperwakilan rakyat berdasarkan keputusan mayoritas. Dalam suatu negara hukum, pemerintah tidakboleh membuat keputusan yang membedakan (hak) antara warga negara, pembedaan ini dilakukanoleh hakim yang merdeka. Dalam suatu negara hukum, terdapat satuan lembaga untuk menghindariketidakbenaran dan kesewenang-wenangan pada bidang pembuatan undang-undang dan peradilan.Akhirnya dalam suatu negara hukum setiap warga negara mendapatkan jaminan undang-undangdasar dari perbuatan sewenang-wenang.

    13 Miriam Budiarjdo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, Cet. XIII, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, hlm.54.

  • 13

    Pemahaman tersebut sejalan dengan pendapat Sri Soemantri yangmengatakan bahwa Demokrasi Pancasila mempunyai dua macam pengertian yaituformal dan material. Realisasi pelaksanaan Demokrasi Pancasila dalam arti formal,yaitu terlihat dalam UUD 1945 yang menganut faham indirect democracy, yaitu suatudemokrasi dimana pelaksanaan kedaulatan rakyat tidak dilaksanakan oleh rakyatsecara langsung melainkan melalui lembaga-lembaga perwakilan rakyat, sepertiDewan Perwakilan Rakyat (DPR), Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) danDewan Perwakilan Daerah (DPD); dan demokrasi dalam arti pandangan hidup ataudemokrasi sebagai falsafah bangsa (democracy in philosophy).14

    Soedjono Dirdjosisworo mengingatkan relevansi Theory of LegislationJeremy Bentham yang intinya menekankan bahwa hukum harus bermanfaat.15

    Dalam sistem demokrasi semua perubahan tatanan sosial dalam kontek demokrasi,harus didasari oleh landasan normatif maka melalui Law making process sebagai

    salah satu tugas parlemen.16 Bagir Manan menyatakan agar dalam pembentukan

    undang-undang dapat menghasilkan suatu undang-undang yang tangguh danberkualitas, undang-undang tersebut harus berlandaskan pada pertama landasan

    14 Sri Soemantri, Perbandingan Antar Hukum Tata Negara, Alumni, Bandung, 1971, hlm. 26.15 Soedjono Dirdjosisworo, Pengantar Ilmu Hukum, Rajagrapindo Persada, Jakarta 2009, hlm. 13.16 Jimly Asshiddiqie, Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara, Jilid II, Sekretariat Jenderal Mahkamah

    Konstitusi Republik Indonesia, Jakarta, 2006, hlm. 170-174 dan 240; Landasan keberlakuan dariundang-undang harus terpancar dari konsideran yang terdiri dari : Pertama, landasan filosofisundang-undang selalu mengandung norma-norma hukum yang diidealkan (ideal norms) oleh suatumasyarakat kearah norma cita-cita luhur kehidupan bermasyarakat bernegara hendak diarahkan;Kedua, landasan sosiologis bahwa setiap norma hukum yang dituangkan dalam undang-undangharuslah mencerminkan tuntutan kebutuhan masyarakat sendiri akan norma hukum yang sesuaidengan realitas kesadaran hukum masyarakat; Ketiga, landasan politis bahwa dalam konsideranharus pula tergambar adanya sistem rujukan konstitusional menurut cita-cita dan norma dasaryang terkandung dalam UUD 1945 sebagai sumber kebijakan pokok atau sumber politik hukumyang melandasi pembentukan undang-undang yang bersangkutan; Keempat, landasan yuridisdalam perumusan setiap undang-undang landasan yuridis ini haruslah ditempatkan pada bagiankonsideran Mengingat; Kelima, landasan administratif dasar ini bersifat faktual (sesuaikebutuhan), dalam pengertian tidak semua undang-undang mencerminkan landasan ini, dalamteknis pembentukan undang-undang, biasanya landasan ini dimasukan dalam konsideranMemperhatikan, landasan ini berisi pencantuman rujukan dalam hal adanya perintah untukmengatur secara administratif.

  • 14

    yuridis (juridische gelding); kedua landasan sosiologis (sociologische gelding); ketigalandasan filosofis (philosophical gelding).17

    Dalam menghadirkan hukum yang berkualitas tersebut perlu dipahami politikhukum nasional yang mempengaruhi sistem hukum nasional seperti yang

    diisyaratkan Philippe Nonet dan Philip Selznick dalam bukunya Law and Society inTransition : Toward Responsive Law, politik hukum nasional bertujuan menciptakansebuah sistem hukum nasional yang rasional, transparan, demokratis, otonom, danresponsif terhadap perkembangan aspirasi dan ekspektasi masyarakat, bukan sebuahsistem hukum yang bersifat menindas, ortodoks, dan reduksionistik.18

    Dalam hal ini Istilah kesejahteraan sosial bukanlah hal baru, baik dalamwacana global maupun nasional. Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB), misalnya, telahlama mengatur masalah ini sebagai salah satu bidang kegiatan masyarakatintemasional. PBB memberi batasan kesejahteraan sosial sebagai kegiatan-kegiatanyang terorganisasi yang bertujuan untuk membantu individu atau masyarakat gunamemenuhi kebutuhan-kebutuhan dasarnya dan meningkatkan kesejahteraan selarasdengan kepentingan keluarga dan masyarakat. Definisi ini menekankan bahwakesejahteraan sosial adalah suatu institusi atau bidang kegiatan yang melibatkanaktivitas terorganisir yang diselenggarakan baik oleh lembaga-lembaga pemerintahmaupun swasta yang bertujuan untuk mencegah, mengatasi atau memberikankontribusi terhadap pemecahan masalah sosial, dan peningkatan kualitas hidupindividu, kelompok dan masyarakat. Dalam konteks pembangunan nasional, makapembangunan kesejahteraan sosial dapat didefinisikan sebagai segenap kebijakan danprogram yang dilakukan oleh pemerintah, dunia usaha, dan civil society untukmenanggulangi masalah sosial dan memenuhi kebutuhan manusia melalui pendekatanpekerjaan sosial. Tujuan pembangunan kesejahteraan sosial, yang pertama dan utama,adalah penanggulangan kemiskinan dalam segala bentuk manifestasinya. Dalam

    17 Bagir Manan, Dasar-dasar Konstitusional Peraturan Perundang-undangan Nasional, FakultasHukum Universitas Andalas, Padang, 1994, hlm. 13-21.

    18 Soedjono Dirdjosisworo, Pengantar Ilmu Hukum, Jakarta, Rajawali Pers, 1984, hlm. 49.

  • 15

    konteks pembangunan daerah, maka pembangunan kesejahteraan sosial diarahkanuntuk menanggulangi masalah sosial sesuai dengan karakteristik sosial ekonomi danbudaya lokal. Dalam hal ini telah di atur dalam UU Nomor 32 Tahun 2004 TentangPemerintah Daerah, Pasal 14 yang mengamanatkan bahwa kewajiban pemerintahdaerah di bidang kesejahteraan sosial adalah penanggulangan masalah sosial.Meskipun pembangunan kesejahteraan sosial dirancang guna memenuhi kebutuhanpublik yang luas, target utamanya adalah para penyandang masalah sosial, yaitumereka yang mengalami hambatan dalam menjalankan fungsi sosialnya, sehinggatidak mampu memenuhi kebutuhan hidupnya yang paling mendasar dan karenanyamemerlukan pelayanan kesejahteraan sosial.

    B. Kajian Asas / Norma.Pembentukan peraturan perundang-undangan, haruslah mengacu pada

    landasan pembentukan peraturan perundang-undangan atau ilmu perundang-undangan (gesetzgebungslehre), yang diantaranya landasan yuridis. Setiap produkhukum, haruslah mempunyai dasar berlaku secara yuridis (juridische gelding). Dasaryuridis ini sangat penting dalam pembuatan peraturan perundang-undangankhususnya Peraturan Daerah.19

    Menurut Hamid S. Attamimi, bahwa : Dalam pembentukan peraturanperundang-undangan, setidaknya ada beberapa pegangan yang harus dikembangkanguna memahami asas-asas pembentukan peraturan perundang-undangan yang baik(algemene beginselen van behorlijke regelgeving) secara benar, meliputi : Pertama,asas yang terkandung dalam Pancasila selaku asas-asas hukum umum bagi peraturanperundang-undangan; Kedua, asas-asas negara berdasar atas hukum selaku asas-asashukum umum bagi perundang-undangan; Ketiga, asas-asas pemerintahan berdasar

    19 Hamzah Halim dan Kemal Redindo Syahrul Putera, Cara Praktis Menyusun & MerancangPeraturan Daerah; Suatu Kajian Teoritis & Praktis Disertai Manual; Konsepsi Teoritis MenujuArtikulasi Empiris, Kencana Prenada Media Group, Jakarta, 2010, hlm. 23; Krems, mengatakangesetzgebungslehre mempunyai tiga sub bagian disiplin, yakni proses perundang-undangangesetzgebungsverfahren (slehre); metode perundang-undangan gesetzgebungsmethode (nlehre);dan teknik perundang-undangan gesetzgebungstechnik (lehre).

  • 16

    sistem konstitusi selaku asas-asas umum bagi perundang-undangan, dan Keempat,asas-asas bagi perundang-undangan yang dikembangkan oleh ahli.20

    Sejalan dengan pendapat Purnadi Purbacaraka dan Soerjono Soekanto,asas-asas pembentukan perundang-undangan yang baik meliputi:a. Asas Kejelasan Tujuan adalah bahwa setiap pembentukan Peraturan Perundang-

    undangan harus mempunyai tujuan yang jelas yang hendak dicapai;b. Asas kelembagaan atau organ pembentuk yang tepat adalah bahwa setiap jenis

    peraturan perundang-undangan harus dibuat oleh lembaga/pejabat pembentukperaturan perundang-undangan yang berwenang. Peraturan perundang-undangan tersebut dapat dibatalkan atau batal demi hukum, apabila dibuat olehlembaga/pejabat yang tidak berwenang;

    c. Asas Kesesuaian antara jenis dan materi muatan adalah bahwa dalampembentukan peraturan perundang-undangan harus benar-benar memperhatikanmateri muatan yang tepat dengan jenis Peraturan Perundang-undangannya;

    d. Asas dapat dilaksanakan adalah bahwa setiap pembentukan peraturanperundang-undangan harus memperhitungkan efektifitas peraturan perundang-undangan tersebut, baik secara filosofis, yuridis maupun sosiologis.1. Aspek Filosofis adalah terkait dengan nilai-nilai etika dan moral yang

    berlaku di masyarakat. Peraturan Daerah yang mempunyai tingkatkepekaan yang tinggi dibentuk berdasarkan semua nilai-nilai yangbaik yang ada dalam masyarakat;

    2. Aspek Yuridis adalah terkait landasan hukum yang menjadi dasarkewenangan pembuatan Peraturan Daerah.

    3. Aspek Sosiologis adalah terkait dengan bagaimana PeraturanDaerah yang disusun tersebut dapat dipahami oleh masyarakat, sesuaidengan kenyataan hidup masyarakat yang bersangkutan.

    20 Yuliandri, Asas-asas Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan yang Baik; GagasanPembentukan Undang-undang Berkelanjutan, RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2009, hlm. 115.

  • 17

    e. Asas Hasil Guna Dan Daya Guna adalah bahwa setiap peraturan perundang-undangan dibuat karena memang benar-benar dibutuhkan dan bermanfaatdalam mengatur kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara;

    f. Asas Kejelasan Rumusan adalah bahwa setiap peraturan perundang-undanganharus memenuhi persyaratan teknis penyusunan peraturan perundang-undangan. Sistematika dan pilihan kata atau terminologi, serta bahasahukumnya jelas dan mudah dimengerti, sehingga tidak menimbulkan berbagaimacam interpretasi dalam pelaksanaanya.

    g. Asas Keterbukaan adalah bahwa dalam proses pembentukan peraturanperundang-undangan mulai perencanaan, persiapan, penyusunan danpembahasan bersifat transparan. Dengan demikian seluruh lapisan masyarakatmempunyai kesempatan yang seluas-luasnya untuk memberikan masukandalam proses pembuatan peraturan perundang-undangan;

    h. Asas Materi Muatan adalah materi muatan peraturan perundang-undanganmenurut Undang-Undang No. 12 Tahun 2011 Tentang Pembentukan PeraturanPerundang-undangan harus mengandung asas-asas sebagai berikut :1. Asas Kekeluargaan adalah mencerminkan musyawarah untuk mufakat

    dalam setiap pengambilan keputusan;2. Asas Kenusantaraan adalah bahwa setiap materi muatan Peraturan Daerah

    senantiasa memperhatikan kepentingan seluruh wilayah Indonesia danmateri muatan peraturan perundang-undangan yang dibuat di daerahmerupakan bagian dari sistem hukum nasional yang berdasarkanPancasila;

    3. Asas Bhinneka Tunggal Ika adalah bahwa materi muatan PeraturanDaerah harus memperhatikan keragaman penduduk, agama, suku, dangolongan, kondisi khusus daerah, dan budaya khususnya yangmenyangkut masalah-masalah sensitif dalam kehidupan bermasyarakat,berbangsa dan bernegara;

  • 18

    4. Asas Keadilan adalah mencerminkan keadilan secara proporsional bagisetiap warga negara tanpa kecuali;

    5. Asas Kesamaan Kedudukan Dalam Hukum Dan Pemerintahanadalahbahwa setiap materi muatan peraturan daerah tidak boleh berisi hal-halyang bersifat membedakan berdasarkan latar belakang, antara lain, agama,suku, ras, golongan, gender atau status sosial;

    6. Asas Ketertiban Dan Kepastian Hukumadalah bahwa setiap materimuatan peraturan daerah harus dapat menimbulkan ketertiban dalammasyarakat melalui jaminan adanya kepastian hukum;

    7. Asas Keseimbangan, Keserasian, Dan Keselarasanadalah bahwa setiapmateri muatan peraturan daerah harus mencerminkan keseimbangan,keserasian, dan keselarasan, antara kepentingan individu dan masyarakatdengan kepentingan bangsa dan Negara;

    8. Asas Pengayoman adalah memberikan perlindungan dalam rangkamenciptakan ketentraman masyarakat;

    9. Asas Kemanusiaan adalah mencerminkan perlindungan dan penghormatanhak-hak asasi manusia serta hakekat dan martabat setiap warga negarasecara proporsional;

    10. Asas Kemanusiaan adalah mencerminkan perlindungan dan penghormatanhak-hak asasi manusia serta harkat dan martabat setiap warga negarasecara proporsional;

    11. Asas Kebangsaan adalah mencerminkan sifat dan watak Bangsa Indonesiayang pluralistik dengan tetap menjaga prinsip Negara Kesatuan RepublikIndonesia.21

    Lebih lanjut, Purnadi Purbacaraka dan Soerjono Soekanto,memperkenalkan pula enam asas undang-undang yaitu :1) Undang-undang tidak berlaku surut;

    21 Purnadi Purbacaraka dan Soerjono Soekanto, Ikhtiar Antinomi Aliran Filsafat Sebagai LandasanFilsafat Hukum, Rajawali, Jakarta, 1985, hlm. 47.

  • 19

    2) Undang-undang yang dibuat oleh penguasa yang lebih tinggi mempunyaikedudukan yang lebih tinggi pula;

    3) Undang-undang yang bersifat khuhus mengenyampingkan Undang-undangyang bersifat umum;

    4) Undang-undang yang berlaku belakangan membatalkan undang-undang yangberlaku terdahulu;

    5) Undang-undang tidak dapat diganggu gugat.6) Undang-undang sebagai sarana untuk semaksimal mungkin dapat mencapai

    kesejahteraan spiritual dan materiil bagi masyarakat maupun individu, melaluipembaharuan dan pelestarian (Asas Welvaarstaat). 22

    C. Kajian Terhadap Penyelenggaraan.Permasalahan kesejahteraan sosial yang berkembang dewasa ini menunjukkan

    bahwa ada sebagian warga negara yang belum dapat memenuhi kebutuhan dasarsecara mandiri karena kondisinya yang mengalami hambatan fungsi sosial, danakibatnya mereka mengalami kesulitan dalam mengakses sistem pelayanan sosialdasar serta tidak dapat menikmati kehidupan yang layak bagi kemanusiaan.

    Bagi fakir miskin dan anak telantar seperti yang dimaksud dalam UUD 45diperlukan langkah-langkah perlindungan sosial (protection measures) sebagaiperwujudan pelaksanaan kewajiban negara (state obligation) dalam menjaminterpenuhinya hak dasar dasar warganya yang tidak mampu, miskin atau marginal.

    Dalam UUD 1945 Pasal 28 H ayat (2) dinyatakan bahwa setiap orang berhakmendapat kemudahan dan perlakukan khusus untuk memperoleh kesempatan danmanfaat yang sama guna mencapai persamaan dan keadilan. Selain itu dalamUndang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia, khususnyayang tertuang dalam Pasal 5 ayat (3) yang menyatakan setiap orang yang termasukkelompok masyarakat yang rentan berhak memperoleh perlakuan dan perlindungan

    22 Purnadi Purbacaraka dan Soerjono Soekanto, Ikhtiar Antinomi Aliran Filsafat Sebagai LandasanFilsafat Hukum, Rajawali, Jakarta, 1985, hlm. 47.

  • 20

    lebih berkenan dengan kekhususannya. Sementara itu, komitmen dunia tentangpembangunan sosial/kesejahteraan sosial, telah disepakati oleh berbagai negaratermasuk Indonesia, membawa konsekuensi bahwa permasalahan sosial danpenanganannya di setiap negara dipantau sekaligus didukung oleh masyarakatinternasional. Sebagai perwujudan dari komitmen dimaksud, setiap negaradiharapkan melaporkan hasil yang telah dicapai.

    D. Kajian Terhadap Implikasi Penerapan Sistem Baru.Untuk menciptakan situasi dan kondisi yang berkeadilan sosial maka urusan

    kepemerintahan sebagaimana yang diamanatkan oleh UUD 45 dalam alinea IVPembukaaan UUD 45 yaitu : melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruhtumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupanbangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan,perdamaian abadi dan keadilan sosial agar keadilan dan kesejahteraan umum ini dapatdicapai, maka setiap warga Negara Indonesia memiliki hak dan tanggung jawabsesuai kemampuannya masing-masing untuk sebanyak mungkin ikut sertdalammemajukan kesejahteraan sosial. Oleh karena itu diperlukan adanya kepastian hukumdalam bentuk Undang-Undang. Gagasan tentang kesejahteraan sosial yang tertuang didalam UUD 1945 merupakan salah satu alasan paling penting bagi kelahiran sebuahnegara. Negara-bangsa Indonesia didirikan dengan perjuangan para pahlawan yangsangat berat, penuh darah dan air mata. Tujuan utama pendirian negara ini adalahuntuk mewujudkan kesejahteraan rakyat yang lebih baik, lebih manusiawi danbermartabat. Penciptaan kesejahteraan sosial merupakan alasan paling mendasar bagikelahiran bangsa ini. Itulah sebabnya, gagasan kesejahteraan sosial tersebut sudahdisebut pada bagian pembukaan UUD 1945.

    Sistem kesejahteraan sosial Indonesia kurang apresiatif terhadap sistem danpraktik kesejahteraan sosial lokal Indonesia (misalnya yang berbasis agama, berbasisadat-kelompok suku dan kearifan budaya lokal). Sistem kesejahteraan dan pelayanansosial yang ada masih di remedial dan terarah pada kelompok-kelompok yang

  • 21

    terbatas. Itulah sebabnya, diperlukan sebuah dasar hukum atau undang-undang yangmemungkinkan negara berbagi peran dengan komponen-komponen sosial lain, sepertidunia usaha dan lembaga-lembaga sosial masyarakat, dalam rangka mewujudkankesejahteraan sosial universal di Indonesia. Keberadaan dasar baru tersebut memilikibeberapa nilai strategis yang sangat penting dan tetap sejalan dengan semangat danprinsip-prinsip kesejahteraan sosial yang terkandung di dalam sila kelima Pancasila,yakni mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia dan UUD 1945 .

    antara lain :

    Pertama, dasar hukum tersebut akan memberi landasan hukum, perlindungandan jaminan bagi kerjasama produktif antara negara dan pemerintah dengan pihakswasta dan lembaga-lembaga kemasyarakatan dalam pengembangan,penyediaanlayanan kesejahteraan sosial dan pemberdayaan kapabilitas kalangan penyandangmasalah sosial agar mampu mengembangkan dirinya.

    Kedua, dasar hukum tersebut akan menjamin interkoneksi dan integrasipelbagai komponen perundang-undangan bidang kesejahteraan sosial yang lebihspesifik mengangkut beberapa masalah khusus. Integrasi ini akan memastikan bahwapelaksanaan pelbagai undang-undang khusus, seperti perlindungan anak, kekerasanterhadap perempuan dan lain-lain, terarah pada satu tujuan dan muara yang sama.

    Ketiga dasar hukum baru tersebut akan memberi orientasi baru programpembangunan kesejahteraan sosial yang sejalan dengan perkembangan global saat inidan sekaligus mengantisipasi kecenderungan masalah-masalah sosial yang akanditimbulkannya.

    Keempat, dasar hukum baru ini akan memberi kerangka baru pembangunansosial yang tidak semata-mata memberikan pelayanan yang bersifat pasif kepadaorang-orang, keluarga dan kelompok penyandang masalah kesejahteraan sosial;melainkan sekaligus bersifat aktif dan bernuansa investasi sosial. Undang-undang inimemastikan bahwa pembangunan sosial merupakan sebuah investasi produktif dalamrangka pengembangan potensi dan kapabilitas manusia sehingga pada gilirannyamereka dapat berkontribusi terhadap kemajuan masyarakatnya. Secara garis besar,

  • 22

    landasan hukum bidang kesejahteraan sosial, diarahkan untuk menjaminterselenggaranya pelayanan kesejahteraan dan investasi sosial yang berkualita danproduktif sehingga dapat meningkatkan kapabilitas, harkat, martabat dan kualitashidup manusia, mengembangkan prakarsa dan peran aktif masyarakat, mencegah danmenangani masalah kesejahteraan sosial, mengembangkan sistem perlindungan danjaminan kesejahteraan sosial, serta memperkuat ketahanan sosial bagi setiap warganegara

  • 23

    BAB IIIEVALUASI DAN ANALISIS PERATURAN ATURAN TERKAIT

    Pembangunan kesejahteraan sosial merupakan perwujudan dari upayamencapai tujuan bangsa yang diamanatkan dalam UUD 45. Didalam sila ke-5Pancasila dan Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 secara jelas dinyatakan bahwakeadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia menjadi dasar salah satu filosofi bangsa,karenanya setiap Warga Negara Indonesia berhak untuk memperoleh keadilan sosialyang sebaik-baiknya

    Untuk itulah, Pemerintah berkewajiban menyelenggarakan pelayanankesejahteraan sosial bagi penyandang masalah kesejahteraan sosial, sebagaimanatertuang dalam UUD 1945 yang mempertegas komitmen Negara terhadappelaksanaan pelayanan kesejahteraan sosial (Pasal 34). Mengingat pelayanankesejahteraan sosial merupakan salah satu faktor yang berfungsi sebagai sistemperlindungan sosial dasar bagi warga masyarakat beserta keluarganya, maka jaminankesejahteraan sosial pada hakikatnya merupakan bagian dari kebijakan makropembangunan kesejahteraan sosial dan dilaksanakan berlandaskan komponen hakasasi manusia yang berdimensi luas bagi hak dan martabat manusia.

    Dengan demikian, pelayanan kesejahteraan sosial erat kaitannya dengankewajiban Negara untuk melindungi warga negaranya sebagaimana dituangkan dalamDeklarasi Universal Hak Asasi Manusia (HAM) Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB)tanggal 10 Desember 1948. Sampai saat ini deklarasi tersebut masih dijadikansebagai referensi bagi setiap Negara anggota PBB untuk menaruh komitmennyadalam pelaksanaan HAM melalui jaminan sosial. Negara yang tidakmenyelenggarakan jaminan sosial, dapat dipandang sebagai Negara yang melanggarpelaksanaan HAM. Berdasarkan landasan yuridis yang ada, maka pelayanankesejahteraan sosial merupakan hak normatif warga masyarakat yang mengalamiresiko sosial sehingga tidak dapat menjalankan fungsi sosialnya secara wajar yangdititik beratkan pada prinsip keadilan, pemerataan dan standar minimum, yang

  • 24

    mengemban misi sosial. Pelayanan kesejahteraan sosial juga merupakan bentukperlindungan dan pemeliharaan taraf kesejahteraan sosial bagi warga yang miskin,tidak mampu atau mengalami hambatan fungsi sosial seperti PMKS. Usahakesejahteraan sosial yang khusus diberikan bagi penyandang masalah kesejahteraansosial selanjutnya disebut Pelayanan Kesejahteraan Sosial.

  • 25

    BAB IVLANDASAN FILOSOFIS, SOSIOLOGIS, DAN YURIDIS

    PENYELENGGARAAN PENANGANAN KESEJAHTERAAN SOSIAL

    A. Landasan Filosofis.Negara Republik Indonesia adalah negara hukum berdasarkan Pancasila

    dan Undang-Undang Dasar 1945, yang memiliki tujuan mewujudkan tata kehidupannegara dan bangsa yang adil dan sejahtera, aman, tentram, dan tertib, serta menjaminkedudukan hukum yang sama bagi warga masyarakat. Negara hukum yang dianut diIndonesia adalah negara hukum yang demokratis yang tercermin dalam Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 1 ayat (1) yang menyebutkan bahwa : Negara Indonesia

    adalah Negara Kesatuan yang berbentuk Republik, ayat (2) menyebutkan :

    Kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-UndangDasar, dan ayat (3) menyebutkan bahwa : Negara Indonesia adalah negara hukum.

    Istilah negara hukum dalam bahasa asing adalah rechtsstaat dan the rule oflaw. Istilah rechtsstaat mulai populer di Eropa sejak abad XIX, sedangkan istilahrule of law mulai populer dengan diterbitkannya sebuah buku dari Albert VennDicey tahun 1885 dengan judul Introduction to the study of the law of theconstitution. Konsep rechtsstaat bertumpu atas sistem hukum Continental yangdisebut civil law atau modern roman law, sedangkan konsep the rule of law bertumpuatas sistem hukum yang disebut common law.23

    Menurut Sri Soemantri ada empat unsur-unsur terpenting negara hukum,yaitu:

    1. Bahwa pemerintah dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya harusberdasar hukum atau perundang-undangan;

    2. Adanya jaminan terhadap hak-hak asasi manusia (warganegara);

    23 Philipus M. Hadjon, Ide Negara Hukum Dalam Sistem Ketatanegaraan Republik Indonesia, dalamBagir Manan (Editor) Kedaulatan Rakyat, Hak Asasi Manusia dan Negara Hukum, Gaya MediaPratama, Jakarta, 1996, hlm. 75-76.

  • 26

    3. Adanya pembagian kekuasaan negara; dan4. Adanya pengawasan dari badan peradilan (rechyserlijke controle).24

    Negara Republik Indonesia adalah Negara Hukum. Ini berarti bahwapenyelenggaraan kekuasaan pemerintahannya didasarkan atas hukum. Dalam negarahukum, kekuasaan menjalankan pemerintahan berdasarkan kedaulatan hukum(supremasi hukum) dan bertujuan untuk menjalankan ketertiban hukum. Adapuntujuan hokum secara sederhana adalah, mengabdi pada tujuan negara yang intinyaialah mendatangkan kemakmuran dan kebahagiaan rakyatnya, dengan cara

    menyelenggarakan keadilan dan ketertiban.25 Dengan demikian, maka hukum dibuat

    tidak lain untuk dijadikan sarana dalam upaya mensejahterakan masyarakat.Dalam pelaksanaannya, kesejahteraan masyarakat tidak dapat berjalan dengan

    sendiri tanpa didukung oleh aparatur pemerintahan yang mempunyai komitmen untukmensejahterakan rakyatnya. komitmen ini didasari atas kesadaran akan tugas dankewajibannya sebagai pelayan masyarakat dalam menciptakan kesejahteraan yangadil dan merata.

    Kesejahteraan sosial erat kaitannya dengan tugas aparatur-aparatur negarayang diberikan wewenang oleh undang-undang untuk menjalankan berbagaikebijakan yang bertujuan untuk terselenggaranya kesejahteraan sosial. Aparaturpemerintah dalam suatu negara, memiliki peran yang sangat besar dalam menjalankanfungsi dan tanggung jawab negara dalam mencapai tujuan utamanya, yaknikesejahteraan dan ketentraman bagi warga negaranya. Secara garis besar, aparatpemerintah memiliki 2 (dua) fungsi utama dalam menjalankan tugas dankewenangannya, yaitu :

    1. Fungsi memerintah (besturen functie).Fungsi memerintah merupakan fungsi pokok yang melekat pada organisasipemerintah yang menjadi tanggung jawab utama untuk dijalankan. Fungsi pokok

    24 Sri Soemantri, Asas Negara Hukum Dan Perwujudannya Dalam Sistem Hukum Nasional, dalamMoh. Busyro dkk, (Penyunting), Politik Pembangunan Hukum, UII Press, Yogyakarta, 1992, hlm.28.

    25 Subekti, Dasar-dasar Hukum dan Pengadilan, Soeroengan, Jakarta, 1955.

  • 27

    ini harus dilaksanakan oleh aparatur pemerintah sendiri berdasarkan fungsimasing-masing. Terjemahan fungsi pokok ini biasanya sering digunakanistilahkan sebagai tugas pokok dan fungsi atau tupoksi.

    2. Fungsi pelayanan (verzorgen functie).Fungsi pelayanan merupakan fungsi penunjang yang bersifat relatif. Fungsi iniditujukan bagi terlaksananya tujuan Negara dalam melayani warga negaranyamelalui organ pemerintah. Pelayanan merupakan salah satu produk organisasiberupa jasa, sehingga pada dasarnya pelayanan tidak kasat mata, diraba, dandimiliki; melainkan hanya sebatas digunakan, dirasakan, dibeli, atau disewa.Sekalipun demikian, dalam kehidupan organisasi, fungsi pelayanan memilikinilai strategis dibandingkan dengan fungsi organisasi lainnya. Ini karena fungsipelayanan sangat berpotensi dalam menentukan kelanggengan, perkembangandan keunggulan bersaing organisasi di masa yang akan datang.26

    Dalam konteks pelaksanaan fungsi pemerintah, pelayanan dapat dikategorikansebagai upaya untuk menyiapkan, menyediakan, atau mengurus keperluan wargamasyarakatnya. Pelayanan pada dasarnya adalah tindakan yang dapat ditawarkan olehsuatu pihak kepada pihak lain dan bersifat kasat mata (intangible), serta tidakmenghasilkan kepemilikan sesuatu .

    Pada prinsipnya, pelanggan yang menikmati layanan yang diberikan olehpenyedia jasa, tentu menginginkan kualitas pelayanan yang baik dan sesuai dengankeinginan. Moenir berpendapat bahwa pelayanan secara umum yang didambakanoleh setiap orang adalah :a. Memudahkan dalam pengurusan kepentingan;b. Mendapatkan pelayanan yang wajar;c. Mendapatkan perlakuan yang sama tanpa pilih kasih; dand. Mendapatkan perlakuan yang jujur dan terus terang.

    26Herdiansyah Hamzah, Fungsi Utama Aparat Pemerintahan, dikutip darigagasanhukum.wordpress.com

  • 28

    Berdasarkan pada pemahaman seperti ini, maka bagi pembentukan/pembuatan hukum atau peraturan perundang-undangan di Indonesia harusberlandaskan pandangan filosofis Pancasila, yakni :a. Nilai-nilai religiusitas bangsa Indonesia yang terangkum dalam sila

    Ketuhanan Yang Maha Esa;

    b. Nilai-nilai hak-hak asasi manusia dan penghormatan terhadap harkat danmartabat kemanusiaan sebagaimana terdapat dalam sila kemanusiaan yangadil dan beradab;

    c. Nilai-nilai kepentingan bangsa secara utuh, dan kesatuan hukum nasionalseperti yang terdapat di dalam sila Persatuan Indonesia;

    d. Nilai-nilai demokrasi dan kedaulatan rakyat, sebagaimana terdapat di dalamSila Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalampermusyawaratan/ perwakilan; dan

    e. Nilai-nilai keadilan baik individu maupun sosial seperti yang tercantum dalamsila Keadilan Sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.Kelima dasar filosofis tersebut harus tersurat maupun tersirat tertuang dalam

    suatu peraturan daerah bahkan alasan atau latar belakang terbentuknya suatuperaturan daerah harus bersumber dari kelima nilai filosofi tersebut.

    B. Landasan Yuridis.Pembentukan peraturan perundang-undangan, haruslah mengacu pada

    landasan pembentukan peraturan perundang-undangan atau ilmu perundang-undangan (gesetzgebungslehre), yang diantaranya landasan yuridis. Setiap produkhukum, haruslah mempunyai dasar berlaku secara yuridis (juridische gelding). 27

    27 Hamzah Halim dan Kemal Redindo Syahrul Putera, Cara Praktis Menyusun & MerancangPeraturan Daerah; Suatu Kajian Teoritis & Praktis Disertai Manual; Konsepsi Teoritis MenujuArtikulasi Empiris, Kencana Prenada Media Group, Jakarta, 2010, Hlm. 23; Krems, mengatakangesetzgebungslehre mempunyai tiga sub bagian disiplin, yakni proses perundang-undangangesetzgebungsverfahren (slehre); metode perundang-undangan gesetzgebungsmethode (nlehre);dan teknik perundang-undangan gesetzgebungstechnik (lehre).

  • 29

    Dasar yuridis ini sangat penting dalam pembuatan peraturan perundang-undangankhususnya peraturan daerah.

    Peraturan daerah merupakan salah satu unsur produk hukum, maka prinsip-prinsip pembentukan, pemberlakuan dan penegakannya harus mengandung nilai-nilaihukum pada umumnya. Berbeda dengan niali-nilai sosial lainya, sifat kodratinya darinilai hukum adalah mengikat secara umum dan ada pertanggungjawaban konkrit yangberupa sanksi duniawi ketika nilai hukum tersebut dilanggar.

    Oleh karena itu peraturan daerah merupakan salah satu produk hukum, makaagar dapat mengikat secara umum dan memiliki efektivitas dalam hal pengenaansanksi maka dapat disesuaikan dengan pendapat Lawrence M. Friedman,mengatakan bahwa sanksi adalah cara-cara menerapkan suatu norma atau peraturan.28

    Sanksi hukum adalah sanksi-sanksi yang digariskan atau di otorisasi oleh hukum.Setiap peraturan hukum mengandung atau menyisaratkan sebuah statemen mengenaikonsekuensi-konsekuensi hukum, konsekuensi-konsekuensi ini adalah sanksi-sanksi,janji-janji atau ancaman.

    Dalam pembentukan peraturan daerah sesuai pendapat Bagir Manan harusmemperhatikan beberapa persyaratan yuridis. Persyaratan seperti inilah yang dapatdipergunakan sebagai landasan yuridis, yang dimaksud disini adalah :a. Dibuat atau dibentuk oleh organ yang berwenang, artinya suatu peraturan

    perundang-undangan harus dibuat oleh pejabat atau badan yang mempunyaikewenangan untuk itu. Dengan konsekuensi apabila tidak diindahkanpersyaratan ini maka konsekuensinya undang-undang tersebut batal demihukum (van rechtswegenietig).

    b. Adanya kesesuaian bentuk/ jenis Peraturan perundang-undangan denganmateri muatan yang akan diatur, artinya ketidaksesuaian bentuk/ jenis dapat

    28 Lawrence M. Friedman, Sistem Hukum Persfektif Ilmu Sosial, The Legal System; A Sosial SciencePerspective, Nursamedia, Bandung, 2009, hlm. 93-95; efek pencegah atau efek insentif dari sanksipertama-tama berarti pencegahan umum, yakni kecenderungan bahwa populasi atau sebagianpopulasi yang mendengar tentang sanksi atau melihat beroperasinya sanksi akan memodifikasiperilakunya sesuai hal itu.

  • 30

    menjadi alasan untuk membatalkan peraturan perundang-undangan yangdimaksud.

    c. Adanya prosedur dan tata cara pembentukan yang telah ditentukan adalahpembentukan suatu peraturan perundang-undangan harus melalui prosedurdan tata cara yang telah ditentukan.29

    d. Tidak boleh bertentangan dengan Peraturan Perundang-undangan yang lebihtinggi tingkatannnya adalah sesuai dengan pandangan stufenbau theory,peraturan perundang-undangan mengandung norma-norma hukum yangsifatnya hirarkhis. Artinya suatu Peraturan Perundang-undangan yang lebihtinggi tingkatannya merupakan grundnorm (norma dasar) bagi peraturanperundang-undangan yang lebih rendah tingkatannya.30

    Berdasarkan teori-teori yang dikemukakan di atas, dapat diketahui bahwalandasan yuridis merupakan ketentuan hokum yang menjadi sumber hukum/ dasarhukum untuk pembentukan suatu peraturan perundang-undangan, demikian jugaperaturan daerah. Seperti landasan yuridis dibuatnya UU No. 32 Tahun 2004 TentangPemerintahan Daerah adalah Pasal 18 UUD 1945, selanjutnya UU No. 32 Tahun2004 menjadi landasan yuridis dibentuknya peraturan daerah yang menjabarkanundang-undang tersebut.

    Landasan yuridis ini dapat dibagi 2 (dua), yaitu :a. Landasan yuridis dan sudut formal, yaitu landasan yuridis yang memberikan

    kewenangan bagi instansi/ pejabat tertentu untuk membuat peraturan tertentu,misalnya Pasal 136 UU No. 32 Tahun 2004 memberikan landasan yuridis dansudut formal kepada Pemerintah Daerah dan DPRD untuk membuat peraturandaerah.Keberadaan peraturan daerah merupakan conditio sine quanon (syaratabsolute/syarat mutlak) dalam rangka melaksanakan kewenangan otonomi,

    29 Pasal 20 ayat (2) UUD 1945 dan lihat pula Pasal 136 ayat (1) UU No. 32 Tahun 2004 TentangPemerintahan Daerah.

    30 Bagir Manan, Op Cit, hlm. 14-15.

  • 31

    peraturan daerah harus dijadikan pedoman bagi Pemerintah Daerah dalammelaksanakan urusan-urusan pemerintahan, disamping itu peraturan daerahjuga harus dapat memberikan perlindungan hukum bagi rakyat didaerah.31Kewenangan Pemerintahan Daerah sesuai dengan UU No. 32 Tahun 2004tersebut di atas merupakan kewenangan atribusi dari UUD 1945 Pasal 18 ayat(6) yang menyatakan Pemerintah Daerah berhak menetapakan PeraturanDaerah dan Peraturan-peraturan lain untuk melaksanakan otonomi dan tugaspembantuan 32

    b. Landasan Yuridis dan sudut materiil, yaitu landasan yang memberikan dasarhukum untuk mengatur hal-hal tertentu, , UU No. 11 Tahun 2009 TentangKesejahteraan Sosial, yang memberikan kewenangan kepada PemerintahDaerah Kabupaten/Kota dalam Penyelenggaraan Dan PenangananKesejahteraan Sosial melalui Peraturan Daerah.Landasan yuridis adalah landasan hukum yang melandasi peraturan yang akan

    disusun. Adapun yang menjadi landasan yuridis dari pembentukan RancanganPeraturan Daerah Kabupaten Cianjur tentang Kesejahteraan Sosial, mengacu padaketentuan hukum positif antara lain:

    1) Undang-Undang Dasar 1945.2) Undang-Undang No. 40 Tahun 2004 Tentang Sistem Jaminan Sosial

    Nasional;

    3) Undang-Undang No. 11 Tahun 2009 Tentang Kesejahteraan Sosial;4) Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 Tentang Badan Penyelenggara

    Jaminan Sosial;5) Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2011 Tentang Penanganan Fakir Miskin.

    31 Suko Wiyono, Otonomi Daerah Dalam Negara Hukum Indonesia, Pembentukan PeraturanDaerah Partisipatif, Faza Media, Jakarta, 2006, Hlm. 81-82.

    32 Mahendra Putra Kurnia dkk, Pedoman Naskah Akademik PERDA Partisipatif (urgensi, strategi,dan proses bagi pembentukan Perda yang baik), Total Media, Yogyakarta, 2007, hlm. 18.

  • 32

    6) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 2012 TentangPenyelenggaraan Kesejahteraan Sosial.

    7) Peraturan Menteri Sosial Republik Indonesia No.184 Tahun 2011 TentangLembaga Kesejahteraan Sosial (LKS).

    8) Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 10 Tahun 2012 TentangPenyelenggaraan Kesejahteraan Sosial.

    C. Landasan Sosiologis.

    Kesejahteraan sosial pada dasarnya merupakan suatu bidang atau lapanganusaha praktik pekerjaan sosial. Ini berarti menunjukkan bahwa kesejahteraan sosial,program-program dan kegiatan-kegiatan sosial lainnya dalam bidang kehidupanmanusia. Konsep kesejahteraan sosial sebagai suatu program berhubungan denganberbagai upaya yang terorganisasi dan sistematis yang dilengkapi dengan berbagaiketrampilan ilmiah. Oleh karena itu, lapangan kesejahteraan sosial melibatkan sertamencakup berbagai fungsi dari berbagai keahlian dan profesi dalam bidang pelayananmanusia, seperti : ekonomi, sosiologi, psikologi, dokter, penasehat hukum, guru,perawat, psikiater, perencana, dan pekerja sosial.

    Luasnya bidang atau lapangan usaha kesejahteraan sosial dengan melibatkanberbagai profesi dan keahlian selaras pula dengan perkembangan serta kemajuan-kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, telah mampu mengembangkan penelitian-penelitian dan studi di bidang kesejahteraan manusia. Perkembangan bagi konsep-konsep kesejahteraan sosial, pelayanan sosial, dan pekerjaan sosial semakin

    dirasakan sebagai suatu bidang yang bukan hanya mencakup upaya dan kegiatan-kegiatan yang secara langsung ditujukan untuk penyembuhan dan pencegahanmasalah-masalah sosial, namun dirasakan pula sebagai bagian penting dari upayauntuk mengembangkan sumber-sumber daya manusia serta perbaikan kualitaskehidupan.

  • 33

    Kesejahteraan sosial, disamping mencakup berbagai upaya perbaikan danpengembangan sumber-sumber manusiawi, mencakup juga pelayanan-pelayanansosial bagi individu-individu maupun kelompok keluarga yang ditujukan untukmemperkuat dan mengubah institusi-institusi sosial. Oleh karena itu, di dalamnyamencakup usaha-usaha dan pelayanan-pelayanan yang ditujukan untuk memenuhikebutuhan-kebutuhan sosial, baik di dalam maupun di luar sumber-sumber yangsecara alamiah disediakan oleh kelompok keluarga maupun masyarakat.Pengembangan dan peningkatan kualitas manusia dalam lingkup kesejahteraan sosialdapat dilakukan dengan cara-cara meningkatkan kemampuan, melindungi darikekurang-mampuan orang-perorangan maupun kelompok masyarakat, memelihara

    masyarakat dari gangguan dan masalah-masalah yang dapat merusak ataupunmengurangi kemampuan yang telah dimiliki, dan mengoptimalkan berbagaikemampuan dan keikutsertaan dalam sistem kesejahteraan umat manusia.

    Berbagai upaya dalam bidang kesejahteraan sosial memerlukan keterlibatanprofesi yang memiliki tanggung jawab, maka disinilah keberadaan profesi pekerjaansosial sebagai suatu bidang keahlian utama yang bertanggung jawab terhadappelaksanaan praktek dalam pelayanan kesejahteraan sosial. Dalam kaitan ini, PorterR. Lea (1929) mengemukakan dalam suatu Konferensi Pekerjaan Sosial bahwakeberhasilan pelayanan kesejahteraan sosial terletak di dalam kemampuan pekerjasosial untuk mengadministrasikan tanggung jawab-tanggung jawab fungsionalnyayang berkesinambungan sebagai pelayan. Pengertian ini menunjukkan bahwa profesipekerjaan sosial merupakan salah satu dari beberapa profesi yang bergerak dalambidang pelayanan kemanusiaan, khususnya bidang kesejahteraan sosial.

    Hubungan kesejahteraan sosial dengan pekerjaan sosial jelas menunjukkansuatu hubungan yang menyatu antara kesejahteraan sosial sebagai lapangan usahaatau bidang pelayanan dengan pekerjaan sosial sebagai profesi yang bertugasmelaksanakan penyelenggaraan serta membantu manusia dalam membina danmengembangkan kualitas hidup serta menggunakan program-program kesejahteraansosial.

  • 34

    Walter A. Friedlander (1976) mengemukakan bahwa pengertian pekerjaansosial adalah suatu pelayanan profesional yang didasarkan kepada ilmu pengetahuandan ketrampilan dalam relasi kemanusiaan yang bertujuan untuk membantu individu-individu, baik secara perseorangan maupun dalam hubungannya dengan kelompokuntuk mencapai kepuasan dan ketidak-tergantungan secara pribadi maupun sosial.Berdasarkan berbagai pendapat tentang pengertian pekerjaan sosial, sesuai denganperkembangannya sebagai suatu profesi, pekerjaan sosial dapat diartikan sebagaisuatu seni, dan sebagai suatu profesi yang membantu orang untuk memecahkanmasalah-masalah pribadi, kelompok (keluarga), dan masyarakat. Disamping itu pulauntuk menciptakan hubungan antarpribadi, kelompok, maupun masyarakat yangmemuaskan dengan menggunakan metode-metode tertentu, sehingga pekerjaan sosialbukan hanya untuk membantu orang memecahkan masalah-masalah mereka sendiri,melainkan juga untuk mencegah timbulnya masalah dan bahkan dapat digunakanuntuk mengembangkan kondisi ataupun kualitas kehidupan manusia.

    Kesejahteraan sosial merupakan suatu bidang atau lapangan usaha dimanapekerjaan sosial dipraktekkan. Sebagai suatu bidang kegiatan, maka mencakuplembaga-lembaga sosial di mana ia merupakan bidang praktek dimana keahlianpekerjaan sosial dilakukan. Selain itu pula mencakup suatu kegiatan ilmupengetahuan yang dilaksanakan secara ilmiah serta dapat dilaksanakan diberbagaibidang kesejahteraan sosial.

  • 35

    BAB VJANGKAUAN, ARAH PENGATURAN, DAN RUANG LINGKUP

    MATERI PERATURAN DAERAH TENTANGPENYELENGGARAAN PENANGANAN

    KESEJAHTERAAN SOSIAL

    A. Ketentuan Umum.Dalam naskah akademik peraturan daerah tentang penyelenggaraan penanganankesejahteraan sosial kabupaten Cianjur ini memuat ketentuan umum sebagaiberikut :1. Daerah adalah Daerah Otonom Kabupaten Cianjur.2. Pemerintah Daerah adalah Kepala Daerah beserta perangkat daerah otonom

    yang lain sebagai badan eksekutif daerah Kabupaten Cianjur.3. Kepala Daerah adalah Bupati Kabupaten Cianjur.4. Dewan Perwakilan Daerah adalah, yang selanjutnya disebut DPRD adalah

    Badan Legislatif Daerah Kabupaten Cianjur.5. Satuan kerja perangkat Daerah yang selanjutnya disingkat SKPD adalah

    satuan jerja perangkat daerah dilingkungan pemerintah daerah yangberwenang di bidang penyelenggaraan dan penanganan kesejahteraan sosial.

    6. Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah yang selanjutnya disingkat kepalaSKPD adalah kepala satuan kerja perangkat daerah yang berwenangdibidang penyelenggaraan dan penanganan kesejahteraan sosial.

    7. Pejabat yang ditunjuk adalah pejabat di lingkungan pemerintahan daerahyang membidangi kesejahteraan sosial, dan mendapat pendelegasianwewenang dari Bupati.

    8. Anggaran pendapatan dan belanja daerah yang selanjutnya disebut APBDadalah anggaran pendapatan dan Belanja Daerah Kota Bandung.

  • 36

    9. Kesejahteraan sosial adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan material,spriritual dan sosial warga Negara agar dapat hidup layak dan mampumengembangkan diri, sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya.

    B. Materi Yang Akan Di atur.Adapun materi yang akan di atur dalam Raperda Tentang Penyelenggaraan

    Penanganan Kesejahteraan Sosial di Kabupaten Cianjur, yaitu sebagai berikut :Bab I Tentang Ketentuan Umum.Bab II Tentang Asas .Bab III Tentang Maksud Dan Tujuan.Bab IV Tentang Sasaran.Bab V Tentang Wewenang.Bab VI Tentang Tanggung Jawab.Bab VII Tentang Pelayanan Kesejahteraan Sosial.Bab VIII Tentang Penanganan Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial.Bab IX Tentang Sumber Daya.BAB X Tentang Peran Serta Masyarakat.

    BAB XI Tentang Organisasi Sosial.BAB XII Tentang Pendataan, Pendaftaran Dan Perijinan.BAB XIII Tentang Penyelenggaraan Pengumpulan Sumbangan Uang Atau

    Barang.

    BAB XIV Tentang Penyelenggaraan Undian.BAB XV Tentang Standar Pelayanan Minimal.BAB XVI Tentang Kerjasama Dan Kemitraani.BAB XVII Tentang Sistem Informasi.

    BAB XVIII Tentang Sanksi.BAB XIX Tentang Penyidikan.BAB XX Tentang Ketentuan Peralihan.

    BAB XXI Tentang Ketentuan Penutup.

  • 37

    BAB VIPENUTUP

    Dari keseluruhan paparan dan pembahasan yang telah diuraikan di atas, sertadari hasil analisis data baik data primer maupun data sekunder, maka dapatdisimpulkan bahwa :

    A. Kesimpulan.1. Latar belakang dibentuknya Raperda Tentang Penanganan Masalah

    Kesejahteraan Sosial adalah Secara umum, pemerintah telah menerbitkanUndang-Undang Nomor 11 Tahun 2009 Tentang masalah sosial, dimanadalam pertimbangannya disebutkan bahwa latar belakangdiundangkannya UU tentang kesejahteraan sosial untuk mewujudkankehidupan yang layak dan bermartabat, serta untuk memenuhi hakatas kebutuhan dasar warga negara demi tercapainya kesejahteraansosial, negara menyelenggarakan pelayanan dan pengembangankesejahteraan sosial secara terencana, terarah, dan berkelanjutan.Pembentukan peraturan daerah tentang kesejahteraan sosial di KabupatenCianjur ditujukan untuk menjamin hak-hak sosial dan ekonomi berbagailapisan masyarakat. Sebagai wujud dari upaya masyarakat terhadappeningkatan kesejahteraan sosial penyandang cacat, berbagai kegiatanpemberdayaan yang bersumberdaya masyarakat terhadap penyandangcacat telah dilakukan diberbagai wilayah di Indonesia. Hanya dalampelaksanaannya memerlukan kebijakan pemerintah daerah sebagai pihakyang secara langsung mengetahui latar belakang berbagai permasalahankesejahteraan sosial warganya.

    2. Landasan Filosofis, yuridis dan sosiologis, yang mendasarai dariPenanganan Masalah Kesejahteraan sosial adalah :a. Landasan Filosofis : Dalam pelaksanaannya, kesejahteraan

    masyarakat tidak dapat berjalan dengan sendiri tanpa didukung oleh

  • 38

    aparatur pemerintahan yang mempunyai komitmen untuk

    mensejahterakan rakyatnya. komitmen ini didasari atas kesadaranakan tugas dan kewajibannya sebagai pelayan masyarakat dalammenciptakan kesejahteraan yang adil dan merata.Kesejahteraan sosial erat kaitannya dengan tugas aparatur-aparaturNegara yang diberikan wewenang oleh undang-undang untukmenjalankan berbagai kebijakan yang bertujuan untukterselenggaranya kesejahteraan sosial. Aparatur pemerintah dalamsuatu negara, memiliki peran yang sangat besar dalam menjalankanfungsi dan tanggung jawab negara dalam mencapai tujuan utamanya,yakni kesejahteraan dan ketentraman bagi warga negaranya. Secaragaris besar, aparat pemerintah memiliki 2 (dua) fungsi utama dalammenjalankan tugas dan kewenangannya, yaitu fungsi memerintah danfungsi pelayan.

    b. Landasan yuridis adalah landasan hukum yang melandasi peraturanyang akan disusun. Adapun yang menjadi landasan yuridis daripembentukan Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Cianjurtentang Kesejahteraan Sosial, mengacu pada ketentuan hukum positifantara lain:

    1. Undang-Undang Dasar 1945.2. Undang-Undang No. 40 Tahun 2004 Tentang Sistem Jaminan

    Sosial Nasional;

    3. Undang-Undang No. 11 Tahun 2009 Tentang KesejahteraanSosial;

    4. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 Tentang BadanPenyelenggara Jaminan Sosial;

    5. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2011 Tentang PenangananFakir Miskin.

  • 39

    6. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 2012Tentang Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial.

    7. Peraturan Menteri Sosial Republik Indonesia No.184 Tahun2011 Tentang Lembaga Kesejahteraan Sosial (LKS).

    8. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 10 Tahun 2012Tentang Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial.

    3. Substansi Peraturan Daerah Kabupaten Cianjur naskah akademik RaperdaPenanganan Masalah Kesejahteraan Sosial Kabupaten Cianjur.Secara substansial, peraturan Daerah kabupaten Cianjur tentang KesejahteraanSosial memuat berbagai hal yang menjadi isu pokok di Kabupaten Cianjurberkaitan dengan masalah kesejahteraan sosial yang akan dimuat di dalamPeraturan daerah tentang kesejahteraan Sosial di Kabupaten Cianjur.

    B. Saran.1. Diharapkan Pemerintah Daerah dalam pembentukan peraturan hukum daerah

    selalu berdasarkan kepada prosedur penyusunan peraturan hukum yang berlakusupaya peraturan perda tersebut tidak dibatalkan atau batal demi hukum.

    2. Setiap pembentukan perarturan daerah diharapkan melibatkan peran serta darimasyarakat supaya memudahkan dalam menyusun arah, ruang lingkup danjangkauan peraturan daerah tersebut.

    3. Naskah akademik merupakan salah satu sarana agregasi aspirasi dan espektasimasyarakat dalam menyusun peraturan daerah sehingga peran naskah akademikmenjadi sangat strategis dan mutlak keberadaanya kedepan.

  • 40

    DAFTAR PUSTAKA

    A. Buku.A.Mukhtie Fadjar, Tipe Negara Hukum, Bayumedia Publishing, Malang, 2005Bagir Manan, Dasar-dasar Konstitusional Peraturan Perundang-undangan Nasional,

    Fakultas Hukum Universitas Andalas, Padang, 1994Bagir Manan, Politik Perundang-undangan Dalam Rangka Mengantisipasi

    Liberalisasi Perekonomian, Fakultas Hukum UNILA, Lampung, 1996.C.F.G. Sunaryati Hartono, Politik Hukum Menuju Satu Sistem Hukum Nasional,

    Alumni, Bandung, 1991.Hamzah Halim dan Kemal Redindo Syahrul Putera, Cara Praktis Menyusun &

    Merancang Peraturan Daerah; Suatu Kajian Teoritis & Praktis DisertaiManual; Konsepsi Teoritis Menuju Artikulasi Empiris, Kencana PrenadaMedia Group, Jakarta, 2010

    Jimly Asshiddiqie, Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara, Jilid II, Sekretariat JenderalMahkamah Konstitusi Republik Indonesia, Jakarta, 2006.

    Lawrence M. Friedman, Sistem Hukum Persfektif Ilmu Sosial, The Legal System; ASosial Science Perspective, Nursamedia, Bandung, 2009.

    Mahendra Putra Kurnia dkk, Pedoman Naskah Akademik PERDA Partisipatif(urgensi, strategi, dan proses bagi pembentukan Perda yang baik), TotalMedia, Yogyakarta, 2007.

    Miriam Budiarjdo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, Cet. XIII, Gramedia Pustaka Utama,Jakarta.

    Muhammad Tahir Azhari, Negara Hukum Studi Tentang Prinsip-prinsipnya dilihatdari Segi Hukum Islam, Implementasinya pada Periode Negara Madinahdan Masa Kini, Cet. II, Prenada Media, Jakarta, 2003

    P.J.P. Tak, Rechtsvorming in Nederland, Samsom H.D. Tjeenk Willink, 1991

  • 41

    Philipus M. Hadjon, Ide Negara Hukum Dalam Sistem Ketatanegaraan RepublikIndonesia, dalam Bagir Manan (Editor) Kedaulatan Rakyat, Hak AsasiManusia dan Negara Hukum, Gaya Media Pratama, Jakarta, 1996

    Purnadi Purbacaraka dan Soerjono Soekanto, Ikhtiar Antinomi Aliran FilsafatSebagai Landasan Filsafat Hukum, Rajawali, Jakarta, 1985

    Ronny Hanitijo Soemitro, Metodologi Penelitian Hukum Dan Jurimetri, GhaliaIndonesia, Jakarta, 1990

    Sjahran Basah, Eksistensi Dan Tolok Ukur Badan Peradilan Administrasi DiIndonesia, Alumni, Bandung, 1986.

    Soedjono Dirdjosisworo, Pengantar Ilmu Hukum, Jakarta, Rajawali Pers, 1984_____________ngantar Ilmu Hukum, Raja Grapindo Persada, Jakarta 2009.Sri Soemantri, Asas Negara Hukum Dan Perwujudannya Dalam Sistem Hukum

    Nasional, dalam Moh. Busyro dkk, (Penyunting), Politik PembangunanHukum, UII Press, Yogyakarta, 1992.

    ___________, Perbandingan Antar Hukum Tata Negara, Alumni, Bandung, 1971.Subekti, Dasar-dasar Hukum dan Pengadilan, Soeroengan, Jakarta, 1955.Suko Wiyono, Otonomi Daerah Dalam Negara Hukum Indonesia, Pembentukan

    Peraturan Daerah Partisipatif, Faza Media, Jakarta, 2006.Yuliandri, Asas-asas Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan yang Baik;

    Gagasan Pembentukan Undang-undang Berkelanjutan, RajaGrafindoPersada, Jakarta, 2009.

    b. Peraturan Perundang-Undangan.Undang-undang Dasar 1945Undang-undang Nomor 11 Tahun 2009 Tentang Kesejahtertaan SosialUndang-Undang Nomor 13 Tahun 2011 Tentang Penanganan Fakir MiskinPeraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 2012 TentangPenyelenggaraan Kesejahteraan Sosial

  • 42

    Peraturan Menteri Sosial Republik Indonesia No. 128 Tahun 2011 TentangKampung Siaga Bencana

    Peraturan Menteri Sosial Republik Indonesia No.184 Tahun 2011 TentangLembaga Kesejahteraan Sosial (LKS)Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 10 Tahun 2012 TentangPenyelenggaraan Kesejahteraan Sosial

    c. Makalah, Jurnal Ilmiah, Kamus, Ensiklopedia.A.Hamid S. Attamimi, Teori Perundang-Undangan Indonesia, Makalah pada Pidato

    Upacara Pengukuhan Jabatan Guru Besar Tetap di Fakultas Hukum UIJakarta, 25 April 1992

    H.W.R. Wade, Administrative Law, Third Edition (Oxford: Clarendon Press, 1971Herdiansyah Hamzah, Fungsi Utama Aparat Pemerintahan, dikutip dari gagasan

    hukum.wordpress.com