oleh muhammad ancha sitorus

130
ANALISIS KAPASITAS INSTITUSI PADA PERENCANAAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN PROGRAM KEPENDUDUKAN, KELUARGA BERENCANA DAN PEMBANGUNAN KELUARGA (KKBPK) DALAM MENCAPAI TARGET SDGs DI KOTA MEDAN TESIS Oleh: MUHAMMAD ANCHA SITORUS 167024010/SP PROGRAM STUDI MAGISTER STUDI PEMBANGUNAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2019 Universitas Sumatera Utara

Upload: others

Post on 04-Oct-2021

10 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Oleh MUHAMMAD ANCHA SITORUS

ANALISIS KAPASITAS INSTITUSI

PADA PERENCANAAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN

PROGRAM KEPENDUDUKAN, KELUARGA BERENCANA

DAN PEMBANGUNAN KELUARGA (KKBPK) DALAM

MENCAPAI TARGET SDGs DI KOTA MEDAN

TESIS

Oleh:

MUHAMMAD ANCHA SITORUS

167024010/SP

PROGRAM STUDI MAGISTER STUDI PEMBANGUNAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2019

Universitas Sumatera Utara

Page 2: Oleh MUHAMMAD ANCHA SITORUS

ANALISIS KAPASITAS INSTITUSI

PADA PERENCANAAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN

PROGRAM KEPENDUDUKAN, KELUARGA BERENCANA

DAN PEMBANGUNAN KELUARGA (KKBPK) DALAM

MENCAPAI TARGET SDGs DI KOTA MEDAN

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Magister Studi

Pembangunan dalam Program Studi Studi Pembangunan pada Fakultas Ilmu Sosial

dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

Oleh:

MUHAMMAD ANCHA SITORUS

167024010/SP

PROGRAM STUDI MAGISTER STUDI PEMBANGUNAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2019

Universitas Sumatera Utara

Page 3: Oleh MUHAMMAD ANCHA SITORUS

LEMBAR PENGESAHAN TESIS

Judul Tesis : Analisis Kapasitas Institusi Pada Perencanaan Pembangunan

Berkelanjutan Program Kependudukan Keluarga

Berencana Dan Pembangunan Keluarga (KKBPK) Dalam

Mencapai Target SDGS Di Kota Medan

Nama Mahasiswa : Muhammad Ancha Sitorus

Nomor Pokok : 167024010

Program Studi : Magister (S2) Studi Pembangunan

Menyetujui,

Komisi Pembimbing

Ketua, Anggota

(Prof. Dr. Badaruddin, M.Si) (Drs. Zulkifli Lubis, MA)

NIP. 196805251992031002 NIP. 196011011986011001

Ketua Program Studi, Dekan,

(Prof. Dr. Badaruddin, M.Si) (Dr. Muryanto Amin, M.Si)

NIP. 196805251992031002 NIP.197409302005011002

Universitas Sumatera Utara

Page 4: Oleh MUHAMMAD ANCHA SITORUS

Tanggal Lulus : 16 Agustus 2019

Telah diuji pada

Tanggal 16 Agustus 2019

PANITIA PENGUJI TESIS :

Ketua : Prof. Dr. Badaruddin, M.Si

Anggota : 1. Drs. Zulkifli Lubis, MA

2. Prof. Dr. R. Hamdani Harahap, M.Si

3. Drs. Kariono, M. Si

Universitas Sumatera Utara

Page 5: Oleh MUHAMMAD ANCHA SITORUS

PERNYATAAN

Judul Tesis

“ANALISIS KAPASITAS INSTITUSI PADA PERENCANAAN

PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN PROGRAM KEPENDUDUKAN

KELUARGA BERENCANA DAN PEMBANGUNAN KELUARGA

(KKBPK) DALAM MENCAPAI TARGET SDGS DI KOTA MEDAN”

Dengan ini peneliti menyatakan bahwa tesis ini disusun sebagai syarat

untuk memperoleh gelar Magister Studi Pembangunan dalam Program Studi

Pembangunan pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera

Utara adalah benar merupakan hasil karya peneliti sendiri.

Adapun pengutipan-pengutipan yang peneliti lakukan pada bagian-bagian

tertentu dari hasil karya orang lain dalam penulisan tesis ini, telah penulis

cantumkan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah, dan etika

penulisan ilmiah.

Apabila dikemudian hari ternyata ditemukan seluruh atau sebagian tesis ini

bukan hasil karya penulis sendiri atau adanya plagiat dalam bagian-bagian

tertentu, peneliti bersedia menerima sanksi pencabutan gelar akademik yang

penulis sandang dan sanksi-sanksi lainnya sesuai dengan peraturan

perundangan yang berlaku.

Medan, Agustus 2019

Peneliti,

Muhammad Ancha Sitorus

Universitas Sumatera Utara

Page 6: Oleh MUHAMMAD ANCHA SITORUS

ANALISIS KAPASITAS INSTITUSI PADA PERENCANAAN

PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN PROGRAM KEPENDUDUKAN,

KELUARGA BERENCANA DAN PEMBANGUNAN KELUARGA

(KKBPK) DALAM MENCAPAI TARGET SDGs DI KOTA MEDAN

ABSTRAK

Penduduk menjadi modal utama pembangunan sehingga menjadi dasar dan

sasaran semua kebijakan pembangunan Negara. Salah satu program strategis

dalam meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia Program Kependudukan,

Keluarga Berencana, dan Pembangunan Keluarga (KKBPK) yang bertujuan

membangun keluarga kecil dan berkualitas sebagai upaya penting dalam mencapai

pembangunan yang berkelanjutan dibidang kesehatan dan kesetaraan gender.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kapasitas institusi dalam perencanaan

program dan perencanaan program pembangunan berkelanjutan program

kependudukan, keluarga berencana dan pembangunan keluarga. Penelitian ini

dilakukan di Kota Medan dengan menggunakan metodologi deskriptif kualitatif

dan kemudian dilakukan analisis tematik berdasarkan temuan dilapangan.

Struktur institusi dinas pengelola program sudah sesuai dengan pembagian

struktur dan beban kerja. Dalam pelaksanaan perencanaan program, masih

mengalami kendala baik internal maupun eksternal dalam penyusunan program -

program strategis yang menyebabkan menurunnya kualitas penggarapan program

di masyarakat. Penguatan kerjasama dengan mitra kerja menjadi penting dalam

peningkatan kualitas dan kuantitas program untuk mencapai target kinerja yang

sudah ditetapkan sebelumnya. Dalam dokumen perencanaan, program ini masuk

dibawah aspek pelayanan kesehatan dengan satu indikator pencapaian program.

Dokumen ini tidak sesuai dengan indikator kinerja program KKBPK permendagri

Nomor 86 tahun 2017 dengan 32 indikator. Dinas Pengendalian Penduduk dan KB

Kota Medan telah berupaya menyesuaikan indikator kinerja dalam renstra dinas

dengan menetapkan tujuan dan sasaran. Penyempurnaan indikator juga telah

dilakukan dalam usulan revisi RPJMD Kota Medan, namun hanya mencakup 7

indikator kinerja.. Dalam mencapai target SDGs, program kependudukan,

keluarga berencana dan pembangunan keluarga mempengaruhi pencapaian

program poin ke 3 dan ke 5. Roadmap database kependudukan dalam pencapaian

target SDGs untuk pembangunan berkelanjutan telah tertuang dalam perencanaan

program.

Kata Kunci: Kapasitas Institusi, Program KKBPK, SDGs

Universitas Sumatera Utara

Page 7: Oleh MUHAMMAD ANCHA SITORUS

Universitas Sumatera Utara

Page 8: Oleh MUHAMMAD ANCHA SITORUS

KATA PENGANTAR

Penulis mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah

memberikan berkah-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan

penulisan tesis ini.

Selama melakukan penelitian dan penulisan tesis ini, Penulis banyak

memperoleh bantuan moril dan materil dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada

kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tulus kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Runtung, S.H, M.Hum, selaku Rektor Universitas

Sumatera Utara.

2. Bapak Muryanto Amin, S.Sos, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial

dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si selaku Ketua Program Studi

Magister Studi Pembangunan Sekolah Pascasarjana Universitas

Sumatera Utara, sekaligus sekaligus Ketua Komisi Pembimbing yang

telah membimbing dan mengarahkan penulis dalam penulisan

tesis ini.

4. Bapak Drs. Zulkifli Lubis, M.A, selaku Anggota Komisi Pembimbing

yang telah membimbing dan mengarahkan penulis dalam

menyelesaikan penulisan tesis ini

5. Bapak Prof. Dr. R. Hamdani Harahap, M.Si., selaku Sekretaris

Program Program Magister Studi Pembangunan sekaligus Komisi

Pembanding yang telah membimbing dan mengarahkan penulis

dalam penulisan tesis ini.

6. Bapak Drs. Kariono, M. Si, selaku Komisi Pembanding atas saran dan

kritik yang diberikan

Universitas Sumatera Utara

Page 9: Oleh MUHAMMAD ANCHA SITORUS

7. Kedua orangtua tercinta, ayahanda penulis Alm. Puddin Sitorus dan

ibunda penulis Alm. Kamisam serta keluarga yang telah banyak

memberikan motivasi dari awal sampai akhir kepada penulis

8. Bapak dan ibu dosen dan seluruh pegawai di Program Studi

Pembangunan yang telah memberikan ilmu pengetahuan dan ilmu yang

bermanfaat selama penulis mengikuti perkuliahan.

9. Kepada rekan-rekan angkatan-33 Magister Studi Pembangunan yang

telah memberikan dukungan dan motivasi atas penyelesaian tesis ini.

10. Semua pihak yang telah membentu dalam proses pendidikan penulis.

Penulis menyadari tesis ini masih banyak memiliki kekurangan dan jauh

dari sempurna. Namun harapan penulis semoga tesis ini bermanfaat kepada

seluruh pembaca. Semoga kiranya Tuhan Yang Maha Esa memberkati kita

semua. Amin.

Medan, Agustus 2019

Penulis,

Muhammad Ancha Sitorus

Universitas Sumatera Utara

Page 10: Oleh MUHAMMAD ANCHA SITORUS

i

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ......................................................................................... i

DAFTAR ISI ..................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah ............................................................................... 1

1.2 Batasan Masalah ........................................................................................... 6

1.3 Rumusan Masalah ......................................................................................... 6

1.4 Tujuan Penelitian ........................................................................................... 7

1.5. Manfaat Penelitian ........................................................................................ 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kapasitas Institusi........................................................................................... 9

2.1.1 Dimensi dan Fokus Kapasitas Kelembagaan ........................................ 12

2.1.2 Level Kapasitas Kelembagaan .............................................................. 13

2.1.3 hambatan Kapasitas Kelembagaan ........................................................ 14

2.2 Perencanaan Pembangunan ............................................................................ 18

2.2.1 Manajemen Pembangunan di Indonesia ................................................ 20

2.2.2 Penyelarasan Perencanaan Pusat dan daerah ......................................... 23

2.3 Program Kependudukan, KB dan Pembangunan Keluarga ........................... 25

2.3.1 Program Kependudukan ........................................................................ 25

2.5.2 Program Keluarga Berencana ................................................................ 28

2.5.3 Program Pembangunan Keluarga .......................................................... 31

2.4 Sustainable Development Goals (SDGs) ....................................................... 33

2.4.1 Implementasi SDGs Dalam Pembangunan Daerah ............................... 36

2.5 Penelitian Terdahulu....................................................................................... 37

2.8 Defenisi Konsep Penelitian ............................................................................ 39

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian ............................................................................................... 42

3.2 Lokasi Penelitian ............................................................................................ 42

3.3 Sumber Data ................................................................................................... 42

3.4 Teknik Pengumpulan Data ............................................................................. 44

3.5 Teknik Analisa Data ....................................................................................... 45

Universitas Sumatera Utara

Page 11: Oleh MUHAMMAD ANCHA SITORUS

ii

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Organisasi Dinas PP dan KB Kota Medan ..................................................... 47

4.2 Pembahasan Hasil Penelitian.......................................................................... 50

4.2.1 Analisis Kapasitas Institusi Dalam Perencanaan Program .................... 50

4.2.1.1 Kapasitas Kebijakan Dalam Pembangunan ..................................... 50

4.2.1.1 Indikator Pembangunan Tidak Tertuang Dalam Perencanaan ........ 56

4.2.2. Dukungan Dan Kapasitas Kelembagaan ............................................. 60

4.2.3. Kapasitas Sumberdaya Manusia .......................................................... 69

4.3 Program KKBPK Dalam Dokumen Perencanaan Daerah ............................. 71

4.3.1 Analisa Internal dan Eksternal ................................................................ 76

4.3.2 Program KKBPK dan pencapaian Target SDGs .................................... 81

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan ..................................................................................................... 89

4.2 Saran ............................................................................................................... 90

DAFTAR PUSTAKA

Universitas Sumatera Utara

Page 12: Oleh MUHAMMAD ANCHA SITORUS

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Konsep penduduk merupakan titik pusat dalam pembangunan dirumuskan

dalam Konfrensi Asia Pasifik ke 5 di Bangkok pada Bulan Desember 2002. Dalam

konsep ini, penduduk diposisikan sebagai sumberdaya yang paling penting dan

berharga bagi setiap bangsa. Penduduk menjadi modal utama pembangunan

sehingga menjadi dasar dan sasaran semua kebijakan pembangunan negara.

(Faturohman: 2004) Kebijakan kependudukan yang dijalankan di Indonesia

seperti tercantum dalam visi dan misi pembangunan 2015 – 2019 untuk

mewujudkan Indonesia yang berdaulat, mandiri dan berkepribadian berdasarkan

gotong royong. Salah satu misi pembangunan pada poin ke 4 menyatakan bahwa

akan mewujudkan kualitas hidup manusia Indonesia yang tinggi, maju dan

sejahtera.

Secara kuantitas Indonesia memiliki jumlah penduduk yang sangat besar, Pada

tahun 2018 menurut BPS penduduk Indonesia mencapai 265 juta jiwa. Kondisi

ini menempatkan Indonesia sebagai negara dengan penduduk paling banyak

nomor 4 dunia setelah Cina, India dan Amerika Serikat. Pembangunan manusia

secara kuantitas dan kualitas tidak terlepas dari manajemen pembangunan pada

pemerintah nasional maupun level daerah. Berkaitan dengan hal tersebut, fungsi

perencanaan menjadi poin penting dalam mencapai tujuan pada target

pembangunan yang diterjemahkan mulai dari proses penyusunan, perencanaan,

penetapan kebijakan, pelaksanaan sampai evaluasi pada pelaksanaan program.

Universitas Sumatera Utara

Page 13: Oleh MUHAMMAD ANCHA SITORUS

2

Dalam sidang umum Perserikatan Bangsa–Bangsa (PBB) pada 25 September

2015 lalu di New York, Amerika Serikat, secara resmi telah mengesahkan Agenda

Pembangunan Berkelanjutan atau SDGs sebagai kesepakatan pembangunan

global. Mulai tahun 2016, tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) 2015–2030

berisi seperangkat tujuan transformatif yang disepakati dan berlaku bagi seluruh

bangsa tanpa terkecuali. Dalam SDGs ada 17 tujuan yang menjadi sasaran

prioritas pembangunan semua negara di dunia termasuk beberapa indikator

peningkatan kualitas manusia.

Sejak tahun 2010, pemerintah Indonesia melalui Badan Perencanaan

Pembangunan Nasional (Bappenas) telah menyusun Panduan Penyusunan

Rencana Aksi Daerah (RAD) untuk pemerintah provinsi. Dengan rencana aksi

tersebut, pemerintah provinsi akan dapat berperan aktif dan pada gilirannya,

diharapkan mempercepat pencapaian target–target pembangunan berkelanjutan.

Pada akhir pelaksanaan MDGs dalam laporan Bappenas, Indonesia masih belum

maksimal dalam mencapai sasaran–sasaran pembangunan sesuai target seperti;

1.Penurunan angka kematian ibu, 2.Penurunan angka kematian balita,

3.Penurunan angka AIDS/HIV, 4. Cakupan air minum dan sanitas.

SDGs tidak lain merupakan kelanjutan dari target–target MDGs dalam hal

bagaimana mewujudkan pembangunan manusia. Keempat sasaran yang belum

selesai itu tidak dapat dilupakan dan diabaikan begitu saja, karena sasaran–

sasaran tersebut juga termuat ke dalam beberapa tujuan dan sasaran SDGs. Proses

perumusan SDGs tidak lepas dari aspirasi dan inspirasi dari pemerintah daerah.

Melalui asosiasi kota dan pemerintah daerah di tingkat global, pemerintah daerah

telah sangat aktif ikut andil dalam perumusan dan pengesahan SDGs. Bagi

Universitas Sumatera Utara

Page 14: Oleh MUHAMMAD ANCHA SITORUS

3

pemerintah daerah pengintegrasian SDGs ke dalam perencanaan pembangunan

harus dilakukan sesuai Permendagri No 86 tahun 2017 tentang perencanaan

pembangunan daerah. Sangat wajar dan layak bila peran kota dan kabupaten

menjadi sangat sangat penting dalam mencapai target target SDGs.

Salah satu program strategis dalam meningkatkan kualitas hidup manusia

Indonesia Program Kependudukan, Keluarga Berencana, dan Pembangunan

Keluarga (KKBPK) yang bertujuan membangun keluarga kecil dan berkualitas

sebagai upaya penting dalam mencapai pembangunan yang berkelanjutan.

Pembangunan ini diarahkan sebagai upaya peningkatan dan pengembangan

kualitas penduduk melalui keluarga berencana, dengan perwujudan keluarga kecil

yang diharapkan menjadi dasar tumbuhnya keluarga berkualitas yang memberikan

peluang pada pembentukan sumber daya manusia Indonesia yang lebih handal,

tangguh dan mandiri.

Pengelolaan program KKBPK di tingkat nasional dilakukan melalui Badan

Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN). Terbitnya Undang-

Undang 23 Tahun 2014 tentang pemerintahan daerah, didalamnya menyebutkan

bahwa pengelolaan program kependudukan dan keluarga berencana dilaksanakan

oleh dinas baik di provinsi maupun kabupaten/kota sebagai urusan wajib

meskipun bukan pelayanan dasar. Sebagai pengelola program di level nasional,

salah satu upaya strategis yang dilakukan BKKBN melalui penajaman prioritas

penggarapan program melalui segmentasi wilayah yang dalam pelaksanaan

operasionalnya dilakukan sejak awal program.

Untuk Tahun 2017, di Provinsi Sumatera Utara dilakukan penyusunan

segmentasi wilayah dalam pengelolaan program KKBPK untuk memberikan

Universitas Sumatera Utara

Page 15: Oleh MUHAMMAD ANCHA SITORUS

4

umpan balik kepada pengelola, yaitu berupa penggambaran kekuatan maupun

kelemahan pelaksanaan program di semua tingkat wilayah. Berdasarkan analisis

segmentasi wilayah pada data pengendalian lapangan BKKBN ada beberapa

wilayah yang masuk dalam segmentasi wilayah prioritas. Diantaranya adalah Kota

Medan yang merupakan salah satu wilayah strategis dalam penyangga utama

Program di Sumatera Utara. Berdasarkan hasil segmentasi wilayah dalam aspek

dampak program di masyarakat pengelolaan program KKBPK di Kota Medan

masih masuk dalam segmen III yang berarti masih belum berdampak signifikan

sesuai tujuan.

Terkait dampak pelaksanaan program ke masyarakat, menurut Hendrix (2012),

untuk mencapai dampak program yang maksimal, kapasitas kelembagan menjadi

poin utama. Pemerintah Irak melakukan pengembangan kapasitas kelembagaan

melalui Amerika Serikat dalam peningkatan penganggaran yang transparan dan

efisien, peningkatan formulasi penganggaran pada pelaksanaan pembangunan

dalam peningkatan kinerja pemerintah. Upaya ini untuk memberikan pelayanan

kepada masyarakat secara maksimal sebagai salah satu upaya mewujudkan

demokrasi di masa yang akan datang. Penguatan kapasitas kelembagaan tidak

terlepas dari kebijakan yang diambil oleh pemerintah. Chong (2013) meyatakan

bahwa sebuah institusi menjadi tempat dalam pembuatan kebijakan dan

keterlibatan semua orang yang ada di dalamnya dalam membuat dan menjalankan

suatu kebijakan tersebut. Kesalahan dalam pembuatan kebijakan telah membawa

Negara Fiji dalam dampak buruk lingkungan selama 60 tahun, Rendahnya

keterlibatan pemangku kepentingan mulai dari penerapan perundangan yang ada

Universitas Sumatera Utara

Page 16: Oleh MUHAMMAD ANCHA SITORUS

5

untuk bisa muncul dalam memperluas potensi dan nilai mempengaruhi penetapan

kebijakan dimasa yang akan datang.

Rendahnya dampak program di masyarakat menurut Sari (2014), dalam

pertumbuhan suatu daerah dalam mencapai indeks kepuasan pelayanan di

masyarakat, pengembangan kapasitas kelembagaan harus berjalan baik antara

peningkatan disiplin aparatur, peningkatan kualitas SDM guna memperbaiki

kualitas pelayanan untuk peningkatan iklim investasi dan realisasi program.

Dalam peningkatan kualitas, Ratnasari (2014) menyatakan bahwa peningkatan

penyelenggaraan masyarakat perlu dilakukan upaya inovasi dalam pengembangan

kapasitas kelembagaan maupun sumber daya manusia. Pengembangan kapasitas

ini akan mempengaruhi kepada peningkatan kualitas pelayanan dengan

memetakan faktor pendukung dan penghambat dalam pengembangan kapasitas

kelembagaan.

Berdasarkan beberapa penelitian terdahulu, Program Kependudukan, KB dan

Pembangunan Keluarga (KKBPK) yang dirasakan kurang berdampak kepada

masyarakat merupakan suatu kajian yang menarik. Data Bulan Oktober 2018,

pencapaian peserta KB di Kota Medan kebih rendah dengan jumlah 16.864

akseptor atau 34,16 persen dari target yang ditetapkan sebesar 49.372 akseptor

untuk tahun 2018. Jumlah ini jauh lebih rendah dari pencapaia tahun 2017. Hal ini

berdampak pada pencapaian program di masyarakat, terutama dalam percepatan

pencapaian target SDGs. Karena itu, maka penulis ingin melakukan analisis

mengenai kapasitas institusi dalam perencanaan pembangunan berkelanjutan

berwawasan kependudukan dalam mencapai target SDGS di Kota Medan.

Universitas Sumatera Utara

Page 17: Oleh MUHAMMAD ANCHA SITORUS

6

1.2 Batasan Masalah

Terbitnya Undang-Undang 23 Tahun 2014 tentang pemerintahan daerah, di

dalamnya menyebutkan bahwa pengelolaan program kependudukan dan KB

dilaksanakan oleh dinas baik di provinsi maupun kabupaten/kota sebagai urusan

wajib meskipun bukan pelayanan dasar. Pemerintah Daerah harus dapat

menjabarkan arah kebijakan dan strategi Pembangunan Bidang Pengendalian

Penduduk dan Keluarga Berencana (Pembangunan Berwawasan Kependudukan) ke

dalam RPJMN dan RKPD di daerah masing-masing. Berdasarkan identifikasi

masalah tersebut di atas, maka permasalahan penelitian ini dibatasi pada analisis

kapasitas institusi pada perencanaan perencanaan pembangunan berkelanjutan

berwawasan kependudukan dalam pencapaian target SDGs.

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian

ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana kapasitas institusi pada perencanaan program Kependudukan, KB

dan Pembangunan Keluarga di Kota Medan?

2. Bagaimana perencanaan pembangunan berkelanjutan program kependudukan,

keluarga berencana dan pembangunan keluarga dalam mencapai target SDGs

di Kota Medan.?

Universitas Sumatera Utara

Page 18: Oleh MUHAMMAD ANCHA SITORUS

7

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan dilaksanakannya penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui dan menganalisis kapasitas institusi dalam perencanaan

program kependudukan, keluarga berencana dan pembangunan keluarga di

Kota Medan.

2. Untuk mengetahui dan menganalisis bagaimana perencanaan pembangunan

berkelanjutan program kependudukan, keluarga berencana dan pembangunan

keluarga dalam mencapai target SDGs di Kota Medan.

1.5 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian mengulas kegunaan hasil penelitian. Harus dijelaskan

manfaat penelitian tersebut bagi siapa dan untuk keperluan apa serta seberapa

besar manfaatnya bagi mereka. Kemudian, manfaat penelitian memuat tentang

pentingnya penelitian didasarkan pada hasil identifikasi kesenjangan, baik teoritik

maupun empirik. Oleh sebab itu, manfaat penelitian ini dapat dirumuskan sebagai

berikut:

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian diharapkan dapat memperkaya wawasan dan dapat

meningkatkan kemampuan berfikir melalui penulisan tesis ini, khususnya bagi

mahasiswa Magister Studi Pembangunan. Hasil penelitian juga dapat memberikan

pemahaman tentang Analisis kapasitas institusi dalam perencanaan pembangunan

berkelanjutan program kependudukan, keluarga berencana dan pembangunan

keluarga dalam mencapai target SDGs.

Universitas Sumatera Utara

Page 19: Oleh MUHAMMAD ANCHA SITORUS

8

2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian diharapkan mampu menambah referensi dan dapat

dijadikan bahan rujukan bagi peneliti berikutnya dimasa yang akan datang. Hasil

penelitian juga sebagai bahan untuk diterapkan pada perencanaan pembangunan

program kependudukan, keluarga berencana dan pembangunan keluarga.

Universitas Sumatera Utara

Page 20: Oleh MUHAMMAD ANCHA SITORUS

9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kapasitas Institusi

Dalam pengertian yang dinamis, kapasitas adalah kemampuan dan tenaga

untuk melakukan suatu perubahan. Kapasitas dapat berwujud; (1) Pemilikan

fasilitas, (2) perhatian terhadap harga diri orang dan (3) kemampuan untuk

melarutkan dan memikirkan diri dalam membentuk masa depan (Briyant and

White 1987). Tinjauan dinamis terhadap kapasitas institusi dan individu dalam

proses kehidupan masyarakat yang terus berubah maupun prasyarat kapasitas yang

diperlukan untuk dapat menampilkan tugas dan fungsi itu sebaik mungkin.

Menurut Hamilton dalam IFAD (2013) mengenai pengertian institusi.

“Institutions can be understood as settled, widely prevalent and standardized

habits and conventions defining social practices and – more formally – as

constitutional and operational rules governing different kinds of organizations.”

Dalam hal ini, institusi dianggap sebagai sebuah wadah yang mengatur standar

perilaku dengan standar tertentu yang secara formal memiliki aturan – aturan

sebagai aturan operasional dalam mengatur hubungan antar organisasi.

Menurut Milen (2004:12) kapasitas sebagai kemampuan individu,

organisasi atau sistem untuk menjalankan fungsi sebagaimana mestinya secara

efektif, efisien dan terus menerus. Selanjutnya istilah sebagaimana mestinya

menjelaskan bahwa fungsi harus spesifik dan didefinisikan dalam setiap kasus

yang harus disesuaikan dengan dasar beberapa kriteria. Dalam menjalankan fungsi

tentu banyak hal yang akan dihadapi, begitu juga yang disampaikan oleh Milen

(2004:17) bahwa penguatan kapasitas membutuhkan waktu yang lama dan

memerlukan komitmen jangka panjang dan semua pihak yang terlibat.

Universitas Sumatera Utara

Page 21: Oleh MUHAMMAD ANCHA SITORUS

10

Selanjutnya menurut Mackey yang dikutip oleh Syahyuti yang disampaikan

dalam workshop Nasional Pengembangan Lahan Rawa Lebak (11-12 Oktober

2004 di Banjarbaru, Kalimantan Selatan) bahwa kapasitas kelembagaan

merupakan kemampuan kelembagaan untuk mencapai tujuan yang telah

disepakati bersama. Terdapat lima aspek dalam kapasitas kelembagaan yaitu

aspek strategi kepemimpinan yang dipakai (strategic leadership), perencanaan

program (program planing), manajemen dan pelaksanaan (management and

execution), alokasi sumber daya yang dimiliki (resource allocation) dan hubungan

dengan pihak luar yaitu terhadap client partners, government policymaker dan

external donors.

Elemen-elemen dalam kapasitas kelembagaan merupakan satu kesat uan

yang tidak dapat dipisahkan. Sebagai sebuah sistem, apabila satu elemen dibenahi

maka elemen lainnya pun akan mempengaruhi. Elemen di atas menyangkut

kemampuan, proses (penciptaan dan penerapan teknik atau metode yang tepat),

feedback (perbaikan input dan output) dan lingkungan (penciptaan situasi dan

kondisi yang kondusif). Oleh karenanya, demi memenuhi elemen kapasitas

kelembagaan maka proses pendelegasian wewenang yang efektif diperlukan guna

mengembangkan kapasitas kelembagaan. Adapun pendelegasian wewenang yang

disampaikan Koontz yang dikutip oleh Suwardi (1982:17) terbagi atas:

a. Menerangkan dengan jelas rencana-rencana dan kebijakan-kebijakan.

b. Rincian beban pekerjaan dan wewenang.

c. Menentukan pegawai dengan kompetensi.

d. Komunikasi yang terbuka.

Universitas Sumatera Utara

Page 22: Oleh MUHAMMAD ANCHA SITORUS

11

Definisi lain kapasitas kelembagaan oleh Hilderbrand dan Grindle

(1994:10) menyebutkan kapasitas kelembagaan adalah kemampuan untuk

melakukan tugas-tugas secara efektif, efisien dan berkelanjutan. Adapun elemen-

elemen kapasitas kelembagaan yaitu :

a. Sifat kapasitas: dinamis dan berkelanjutan.

b. Tujuan yang spesifik: visi, nilai-nilai, kebijakan, strategi dan kepentingan.

c. Usaha: kemauan, energi, konsentrasi, etika kerja dan efisiensi.

d. Kemampuan: intelejensi, keterampilan, wawasan dan mental.

e. Sumber daya: manusia, alam, teknologi, budaya dan finansial.

f. Organisasi kerja: perencanaan, organisasi, desain, runtutan waktu dan

mobilisasi.

g. Dasar influence mapping: mengidentifikasi individu atau grup yang

berdampak pada pengambilan keputusan.

h. Pengembangannya: mengidentifikasi dan menilai kekuatan elemen-elemen

kapasitas lembaga terhadap sebuah tujuan (terkait dengan kebijakan yang

diusung).

i. Nilai dan bobot dinilai secara subyektif.

Elemen sistem kebijakan publik juga merupakan hal terpenting yang

menentukan kemampuan penyelenggaraan pelayanan kepada masyarakat dalam

rangka meningkatkan kualitas kelembagaannya. Kebijakan publik tidak akan

berguna apabila dalam proses menentukan kebijakan akuntabilitas internal dan

eksternal dalam hal ini budaya organisasi belum berjalan baik. Apalagi kondisi

struktur dalam organisasi yang belum bisa bekerja dalam tim sehingga akan

mempengaruhi relasi kelembagaan dengan pihak lainnya. Hal yang perlu diingat

Universitas Sumatera Utara

Page 23: Oleh MUHAMMAD ANCHA SITORUS

12

adalah elemen kapasitas kelembagaan ini akan selalu berkembang dan

menyesuaikan kondisi lingkungannya.

2.1.1 Dimensi dan Fokus Kapasitas Kelembagaan

Dimensi dan fokus kapasitas kelembagaan untuk mendukung setiap langkah

yang ditempuh kelembagaan agar tujuan yang telah direncanakan dapat dijalankan

bersama-sama. United Nation membagi dimensi kapasitas kelembagaan menjadi

sebagai berikut :

a. Mandat dan Struktur legal.

b. Struktur kelembagaan

c. Pendekatan manajerial

d. Kemampuan organisasional dan teknis

e. Kemampuan fiskal lokal

f. Aktivitas-aktivitas program

Adapun dimensi kapasitas kelembagaaan merupakan bagian proses yang

dinamis dan berkelanjutan, baik itu kapasitas dalam individu, organisasi atau

kelompok. World Bank yang dikutip oleh Soeprapto (2003:12) menyebutkan

kapasitas kelembagaan terbagi atas:

a. Pengembangan sumber daya manusia; training, rekruitmen dan pemutusan

pegawai profesional, manajerial dan teknis

b. Keorganisasian yaitu pengaturan struktur, proses, sumber daya dan gaya

manajemen.

c. Jaringan kerja berupa koordinasi, aktifitas organisasi, fungsi jaringan serta

interaksi formal dan informal.

Universitas Sumatera Utara

Page 24: Oleh MUHAMMAD ANCHA SITORUS

13

d. Lingkungan organisasi yaitu aturan dan undang-undang yang mengatur

pelayanan publik, tanggung jawab dan kekuasaan antarlembaga, kebijakan

yang menjadi hambatan bagi development tasks serta dukungan keuangan

dan anggaran.

e. Lingkungan kegiatan yang lebih luas meliputi faktor politik, ekonomi dan

situasi kondisi yang mempengaruhi kinerja.

Sedangkan UNDP membagi kapasitas kelembagaan pada tiga dimensi,

sebagai berikut:

a. tenaga kerja atau dimensi human resources yaitu kualitas sumber daya

manusia dan cara sumber daya manusia dimanfaatkan

b. modal atau dimensi fisik menyangkut material, peralatan, bahan-bahan

yang diperlukan seperti ruang dan gedung.

c. Teknologi yaitu organisasi dan gaya manajemen, fungsi perencanaan,

penentuan kebijakan, pengendalian dan evaluasi, komunikasi serta sistem

informasi manajemen (Edralin dalam Soeprapto, 2003:12)

2.1.2 Level Kapasitas Kelembagaan

Permasalahan kelembagaan berkaitan erat dengan entitas yang dibentuk dan

dibatasi, serta pola interaksi dan hubungannya dengan dengan entitas lain. Pola

interaksi demikian menyebabkan batasan dan perkembangan dalam kerangka

sistem yang lebih luas. Menurut UNDP dalam Sedamaryanti (2005:156), terdapat

tiga level kapasitas kelembagaan yang harus memadai agar proses kelembagaan

yang dijalankan menjadi sangat kokoh, sebagai berikut:

Universitas Sumatera Utara

Page 25: Oleh MUHAMMAD ANCHA SITORUS

14

a. Level sistem, yaitu level yang menyangkut aspek tata aturan yang baik

(good governance) dari kelembagaan yang ada dengan seluruh

stakeholdernya, baik secara vertikal dengan instansi pemerintah lainnya

maupun horisontal dengan kelompok masyarakat dan dunia usaha.

b. Level organisasi, yaitu bentuk dan struktur kelembagaan. Pertanyaannya,

sudahkah bentuk kelembagaan yang ada saat ini ada yaitu pemerintah

pusat, propinsi, kabupaten atau kota dan pemerintah dea, berikut struktur

yang dimilikinya mampu menjawab berbagai kebutuhan pembangunan di

daerah? Berdasarkan kualitas pembangunan yang ada dapat disimpulkan

bentuk dan struktur kelembagaan yang masih mungkin dikembangkan

untuk mendukung pembangunan menjadi salah satu keharusan untuk dikaji

ulang.

c. Level individu, yaitu kualitas dan kompetensi aparatur dalam kelembagaan

yang ada di daerah. Sesungguhnya, masalah ini merupakan pertama dan

utama yang berkaitan erat dengan kualitas pemerintah daerah. Pada level

ini, walaupun posisinya bersifat mikro, kebermaknaannya merupakan hal

yang sangat menentukan.

2.1.3 Hambatan-Hambatan dalam Kapasitas Kelembagaan

Hambatan dalam kapasitas kelembagaan, menurut Yuwono yang dikutip

Riyadi (2005:67) terbagi atas lima, sebagai berikut :

a. Resistensi legal-prosedural, biasanya digunakan oleh pihak-pihak yang

kurang atau tidak mendukung program peningkatan kapasitas ini dengan

berbagai alasan. Walaupun barangkali penyebab utamanya adalah

Universitas Sumatera Utara

Page 26: Oleh MUHAMMAD ANCHA SITORUS

15

rendahnya motivasi mereka untuk berinovasi, berkompetisi serta tidak mau

melakukan perubahan. Hal ini karena perubahan merupakan sesuatu yang

dinamis dan jelas-jelas menolak faham dari kelompok status-quo.

b. Resistensi dari pemimpin, khususnya supervisor ini mendasarkan diri pada

argumen bahwa dengan peningkaan kapasitas, maka mau tidak mau

kemampuan staf akan meningkat dan bisa saja mengancam kedudukan

struktural mereka. Ini persepsi yang berlebihan tetapi bisa dimaklumi

karena aspek motivasi dan kebutuhan kekuasaan.

c. Resistensi dari staf, bervariasi tergantung kultur dan suasana yang ada

dalam lingkungan organisasi tertentu. Hambatan yang paling utama adalah

bahwa peningkatan kapasitas merupakan sebuah bentuk inovasi atau

perubahan sehingga mereka perlu melakukan perubahan atau usaha-usaha

inovatif lainnya. Mungkin ada sebagian staf yang kurang dinamis dan tidak

positif menyambut perubahan sehingga berdampak negatif terhadap

program peningkatan kapasitas tersebut.

d. Resistensi konseptual terhadap konsep pembangunan kapasitas muncul

karena program peningkatan kapasita menimbulkan pekerjaan dan beban

yang harus ditanggung oleh semua elemen dalam organisasi tertentu.

Mereka berpendapat bahwa dengan lebih aktif akan menambah beban

kerja mereka, padahal beban kerja ini belum tentu berkolerasi dengan

penambahan upah.

e. Mispersepsi bahwa kapasitas kelembagaan akan menimbulkan self

capacity building. Artinya kemampuan individu menjadi diagung-

agungkan tanpa melihat aspek-aspek lainnya. Padahal, koordnasi,

Universitas Sumatera Utara

Page 27: Oleh MUHAMMAD ANCHA SITORUS

16

kooperasi, kolaborasi, kerjasama dan berbagai elemen dalam organisasi

tersebut sangat menentukan keberhasilan program peningkatan kapasitas

organisasi dewasa ini.

Dalam Peraturan Presiden Nomor 59 Tahun 2012 Tentang Kerangka

Nasional Pengembangan Kapasitas Pemerintah Daerah, ada 3 aspek dalam

pengembangan kapasitas insitusi pemerintah daerah yaitu; kapasitas kebijakan,

kapasitas kelembagaan dan apasitas Sumber Daya Manusia.

Pengembangan kapasitas kebijakan mencakup:

a. Penyusunan dan penetapan kebijakan daerah berupa peraturan daerah dan

peraturan kepala daerah yang dilakukan berdasarkan prinsip-prinsip tata

kelola pemerintahan yang baik dan sesuai dengan peraturan perundang-

undangan;

b. Evaluasi implementasi kebijakan daerah untuk menilai efektivitas

pelaksanaannya; dan

c. Membangun komitmen seluruh penyelenggara pemerintahan daerah untuk

melaksanakan kebijakan daerah yang telah ditetapkan.

Pengembangan kapasitas kebijakan sebagaimana dimaksudkan di atas

dilakukan melalui:

a. pembentukan kebijakan daerah sesuai dengan tuntutan dan kondisi

penyelenggaraan pemerintahan daerah;

b. Pembenahan metode dan mekanisme penyusunan kebijakan;

c. Peran serta masyarakat dalam penyusunan kebijakan;

d. Menilai capaian kinerja masing-masing kebijakan untuk mengetahui

keberhasilan dan kegagalan masing-masing kebijakan; dan

Universitas Sumatera Utara

Page 28: Oleh MUHAMMAD ANCHA SITORUS

17

e. Melakukan sosialisasi setiap kebijakan kepada penyelenggara

pemerintahan daerah untuk menghasilkan pemahaman yang utuh dan

menyeluruh terhadap setiap kebijakan.

Pengembangan kapasitas kelembagaan sebagaimana dimaksud meliputi:

a. Peningkatan kapasitas struktur organisasi yang efektif, efisien, rasional dan

proporsional;

b. Peningkatan kapasitas tata laksana penyelenggaraan tugas pokok dan

fungsi setiap unit kerja pemerintahan daerah;

c. Pelembagaan budaya kerja organisasi yang produktif dan positif

berdasarkan nilai-nilai luhur budaya bangsa;

d. Peningkatan kapasitas anggaran untuk mendukung peningkatan kualitas

dan kuantitas pembangunan dan penyelenggaraan pemerintahan daerah;

e. Peningkatan kapasitas sarana dan prasarana kerja sesuai dengan kebutuhan

dan tuntutan tugas; dan

f. Penerapan standar prosedur operasi (standard operating procedure) dalam

penyelenggaraan pemerintahan daerah dan pelayanan umum.

Pengembangan kapasitas kelembagaan sebagaimana dimaksud dilakukan

melalui:

a. penataan struktur organisasi Pemerintah Daerah yang tepat fungsi dan

tepat ukuran melalui evaluasi dan analisis departementasi dan spesialisasi

unit-unit kerja organisasi pemerintahan daerah;

b. Pembenahan mekanisme kerja dan metode serta hubungan kerja antar unit

organisasi Pemerintah Daerah dan antar unit organisasi Pemerintah Daerah

dengan pihak lainnya;

Universitas Sumatera Utara

Page 29: Oleh MUHAMMAD ANCHA SITORUS

18

c. Perumusan nilai-nilai luhur sebagai budaya organisasi dan penanaman

budaya organisasi pada setiap individu;

d. Penguatan dan pemantapan metode pengalokasian anggaran sesuai dengan

visi, misi dan sasaran penyelenggaraan pemerintahan serta pengembangan

sumber penerimaan daerah;

e. Penyediaan sarana dan prasarana yang sesuai dengan standar yang

ditetapkan; dan

f. Penyediaan standar prosedur operasi (prosedur kerja) dan penerapan

metode kerja modern berbasis ilmu pengetahuan dan teknologi dalam

penyelenggaraan pemerintahan.

Pengembangan kapasitas sumber daya manusia sebagaimana dimaksud

meliputi peningkatan pengetahuan dan wawasan, keterampilan dan keahlian, serta

pembentukan sikap dan perilaku kerja penyelenggara pemerintahan daerah.

Pengembangan kapasitas sumber daya manusia sebagaimana dimaksud

pada dilakukan melalui penyelenggaraan pendidikan formal, pelatihan dan kursus,

seminar, magang, pendampingan, pendidikan kepribadian, dan pendidikan dalam

jabatan.

2.2 Perencanaan Pembangunan

Konsep pembangunan biasanya melekat dalam konteks kajian suatu

perubahan, pembangunan disini diartikan sebagai bentuk perubahan yang

sifatnya direncanakan; setiap orang atau kelompok orang tentu akan

mengharapkan perubahan yang mempunyai bentuk lebih baik bahkan sempurna

dari keadaan yang sebelumnya; untuk mewujudkan harapan ini tentu harus

memerlukan suatu perencanaan. Pembangunan secara berencana lebih

Universitas Sumatera Utara

Page 30: Oleh MUHAMMAD ANCHA SITORUS

19

dirasakan sebagai suatu usaha yang lebih rasional dan teratur bagi

pembangunan masyarakat yang belum atau baru berkembang. (Subandi:

2011:9-11)

Pembangunan mula-mula dipakai dalam arti pertumbuhan ekonomi. Sebuah

masyarakat dinilai berhasil melaksanakan pembangunan, bila pertumbuhan

ekonomi masyarakat tersebut cukup tinggi. Dengan demikian, yang diukur

adalah produktivitas masyarakat atau produktivitas negara setiap tahunnya

(Rochajat,dkk: 2011:3). Akan halnya kecenderungan konsep pembangunan

yang dikembangkan di Indonesia (Wrihatnolo dan Dwijiwinoto (2007)

mengemukakan adanya tahapan tahapan (1) Strategi pertumbuhan, (2)

Pertumbuhan dan distribusi, (3) Teknologi tepat guna, (4) Kebutuhan dasar, (5)

Pembangunan berkelanjutan, (6) Pemberdayaa.

Pembangunan adalah upaya yang secara sadar dilaksanakan oleh suatu

bangsa, negara, dan pemerintah dalam rangka pencapaian tujuan nasional

melalui pertumbuhan dan perubahan secara terncana menuju masyarakat

modren. Maka tidak akan ada suatu negara yang akan mencapai tujuan

nasionalnya tanpa melakukan berbagai jenis kegiatan pembangunan Ada

beberapa prinsip yang perlu diperhatikan di dalam upaya menuju masyarakat

yang berkelanjutan Walhi (Tatok Mardikanto dan Poerwoko Soebianto, 2013)

yaitu:

1. Menghormati dan memelihara komunitas kehidupan

2. Prinsip ini mengandung bahwa pembangunan tidak boleh

mengorbankan kelompok lain atau generasi kemudian

Universitas Sumatera Utara

Page 31: Oleh MUHAMMAD ANCHA SITORUS

20

3. Memperbaiki kualitas hidup manusia

4. Tujuan dari pembangunan adalah perbaikan mutu hidup masnusia

yang memungkinkan manusia mengetahui potensi mereka,

membangun percaya diri, dan masuk ke hidupan yang bermartabat

dan bercukupan.dan lain-lain.

Dari uraian diatas dapat dilacak dari penggeseran orientasi pembangunan

dari orientasi pertumbuhan semata-mata menuju keorientasi berkelanjutan

pembangunan, di samping arah pengeseran orientasi kesejahteraan, neo-

ekonomi, humanzing dan lain-lain. Pembangunan masyarakat menurut Dirjen

Bangdes pada hakekatnya merupakan proses dinamis yang berkelanjutan dari

masyarakat untuk masyarakat untuk mewujudkan keinginan dan harapan hidup

yang lebih sejahtera dengan strategi menghindari kemungkinan tersudutnya

masyarakat sebagai penggguna akses dari pembangunan regional/daerah atau

nasional. Pengertian tersebut mengandung makna betapa pentingnya inisiatif

lokal, partisipatif masyarakat sebagai bagian dari model-model pembangunan

yang dapat menyejahterakan masyarakat.

2.2.1. Manajemen Pembangunan Indonesia

Wujud pelaksanaan manajemen pembangunan yang paling perlu

mendapatkan perhatian baik pada level pemerintahan nasional maupun pada level

pemerintahan daerah adalah penyusunan dokumen rencana pembangunan daerah,

pelaksanaan evaluasi kinerja dan pemantauan pembangunan daerah, dan

pengelolaan sistem informasi manajemen pembangunan daerah. Secara khusus

berkenaan dengan pelaksanaan manajemen pembangunan daerah, beberapa

Universitas Sumatera Utara

Page 32: Oleh MUHAMMAD ANCHA SITORUS

21

regulasi seputar manajemen pembangunan daerah perlu mendapatkan pemahaman

yaitu UU Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan

Nasional (SPPN), UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, dan UU

Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.

Berdasarkan UU SPPN, semua lembaga perencanaan pembangunan baik di

tingkat nasional maupun tingkat daerah wajib menjalankan fungsi perencanaan.

Dokumen UU SPPN ini, telah menegaskan fungsi perencanaan yang dilakukan

Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah secara resmi ke dalam proses

manajemen pembangunan agar terdapat kepastian hukum atas fungsi perencanaan.

Pemahaman berbagai konsep perencanaan pembangunan bagi jajaran pemerintah

daerah merupakan kunci keberhasilan pelaksanaan pembangunan daerah. Dalam

rangka pencapaian target pembangunan daerah, pemahaman konsep perencanaan

pembangunan yang baik menjadi kebutuhan pokok jajaran pemeritah daerah.

Dengan demikian penyusunan perencanaan kebijakan pembangunan daerah yang

tepat sangat ditentukan oleh kemampuan jajaran pemerintah daerah dalam

memahami konsep perencanaan pembangunan. Oleh karena itu pemahaman

manajemen perencanaan pembangunan yang dimulai dari proses penyusunan

perencanaan, penetapan kebijakan pembangunan, pelaksanaan pembangunan,

hingga kembali pada monitoring dan evaluasi menjadi sangat diperlukan oleh para

pelaku pembangunan termasuk pelaku pembangunan daerah.

Berdasarkan UU Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan

Jangka Panjang Nasional 2005-2025 (RPJP 2005-2025), visi pembangunan

nasional adalah: mewujudkan indonesia yang mandiri, maju, adil dan makmur,

yaitu:

Universitas Sumatera Utara

Page 33: Oleh MUHAMMAD ANCHA SITORUS

22

1. Mandiri: mampu mewujudkan kehidupan sejajar dan sederajat dengan

bangsa lain dengan mengandalkan pada kemampuan dan kekuatan

sendiri.

2. Maju: tingkat kemakmuran yang tinggi disertai dengan sistem dan

kelembagaan politik dan hokum yang mantap.

3. Adil: tidak ada pembatasan/diskriminasi dalam bentuk apapun, baik

antar individu, gender, maupun wilayah.

4. Makmur: seluruh kebutuhan hidup masyarakat Indonesia telah terpenuhi

sehingga dapat memberikan makna dan arti penting bagi bangsa-bangsa

lain.

Sesuai RPJP 2005-2025, dibentuklah Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun

2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun

2015–2019, yang dijelaskan sebagai berikut: Visi Presiden adalah “Terwujudnya

Indonesia Yang Berdaulat, Mandiri Dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong

Royong”, dengan 7 Misi, yaitu:

1. Mewujudkan keamanan nasional yang mampu menjaga kedaulatan

wilayah, menopang kemandirian ekonomi dengan mengamankan sumber

daya maritim, dan mencerminkan kepribadian Indonesia sebagai negara

kepulauan.

2. Mewujudkan masyarakat maju, berkeseimbangan, dan demokratis

berlandaskan negara hukum.

3. Mewujudkan politik luar negeri bebas-aktif dan memperkuat jati diri

Universitas Sumatera Utara

Page 34: Oleh MUHAMMAD ANCHA SITORUS

23

sebagai negara maritim.

4. Mewujudkan kualitas hidup manusia Indonesia yang tinggi, maju, dan

sejahtera.

5. Mewujudkan bangsa yang berdaya saing.

6. Mewujudkan Indonesia menjadi negara maritim yang mandiri, maju,

kuat, dan berbasiskan kepentingan nasional.

7. Mewujudkan masyarakat yang berkepribadian dalam kebudayaan..

2.2.2. Penyelarasan Perencanaan Pusat Dan Daerah

Penyelarasan antara target RPJMN dan RPJMD perlu disesuaikan dan

diselaraskan agar tercapai arah pembangunan yang sesuai dengan visi dan misi

yang telah di tetapkan. Tujuan penyelarasan RPJMD dengan RPJMN 2015-2019

diantaranya :

1. Menjamin sinergitas sasaran pokok pembangunan dan arah kebijakan

pembangunan yang tertuang dalam RPJMN menjadi prioritas dalam

RPIMD terkait.

2. Harmonisasi hubungan pusat-daerah dan upaya pencapaian sasaran

pokok pembangunan nasional.

3. Optimalisasi penggunaan sumber daya secara efisien, efektif,

berkeadilan, dan berkelanjutan.

4. Penyesuian alokasi anggaran pembangunan pusat dan daerah.

5. Optimalisasi potensi dan keanekaragaman daerah.

Universitas Sumatera Utara

Page 35: Oleh MUHAMMAD ANCHA SITORUS

24

Gambar 2.1. menunjukkan alur perencanaan daerah disusun berdasarkan RPJP

daerah, setelah bupati/walikota terpilih melalui visi dan misinya rencana

perencanaan jangka menengah daerah disusun. Pemerintah daerah mempunyai

kebebasan seluas-luasnya dalam penyusunan perencanaan daerah daerah.

Sehingga perlu selalu diingatkan agar tidak hanya memperhatikan RPJMN namun

disinkronkan dengan program K/L.

Bappenas mengeluarkan buku terkait sinkronisasi, Pungkas Bahjuri, dkk

(2017) menulis buku modul terkait sinkronisasi di bidang kesehatan. Tujuan

modul perencaaan bidang kesehatan ini harapannya dapat sinkron dengan

perencanaan kesehatan yang tertuang dalam RPJMN bidang kesehatan, Renstra

Kementerian Kesehatan, SPM dan atau dari RPJMD ditingkat provinsi untuk

RPJMD Kabupaten/kota. Berikut alur skema seperti berikut :

Universitas Sumatera Utara

Page 36: Oleh MUHAMMAD ANCHA SITORUS

25

Gambar 2.2. menunjukkan alur sinkronisasi perencanaan yang tertuang

dalam RPJMN dan RPJMD di tingkat Provinsi dan

Kabupaten/ Kota

2.3. Program Kependudukan, KB dan Pembangunan Keluarga (KKBPK)

2.3.1. Program Kependudukan

Menurut Philip M. Hauser dan Duddley Duncan (dalam Mantra, 2000),

demografi adalah ilmu yang mempelajari jumlah, persebaran, teritorial, komposisi

penduduk dan perubahan serta sebab-sebabnya yang biasa timbul karena

kelahiran, kematian, migrasi, dan mobilitas sosial. Demografi terbagi menjadi

demografi murni dan ilmu kependudukan. Demografi murni hanya

mendeskripsikan atau menganalisis variabel-variabel demografi, sedangkan Ilmu

kependudukan mempelajari tentang hubungan-hubungan antara variabel

demografi dan variabel sistem lain, salah satunya variabel ekonomi. Penduduk

merupakan unsur penting dalam usaha untuk meningkatkan produksi dan

mengembangkan kegiatan ekonomi. Penduduk memegang peranan penting karena

Universitas Sumatera Utara

Page 37: Oleh MUHAMMAD ANCHA SITORUS

26

menyediakan tenaga kerja, tenaga ahli, pimpinan perusahaan dan tenaga usahawan

yang diperlukan untuk menciptakan kegiatan ekonomi. disamping itu,

pertambahan jumlah penduduk mengakibatkan bertambah dan makin

kompleksnya kebutuhan (Sadono Sukirno, 1985).

Pertumbuhan penduduk suatu daerah dipengaruhi oleh fertilitas, mortalitas

dan migrasi. apabila angka fertilitas lebih besar daripada angka mortalitas, maka

pertumbuhan penduduk menjadi posotif. Begitu juga dengan migrasi, apabila nilai

migrasi masuk lebih besar daripada nilai migrasi keluar, maka pertumbuhan

penduduk menjadi positif. Analisis kependudukan bertujuan untuk menerangkan

informasi dasar tentang distribusi penduduk, karakteristik, dan perubahan-

perubahannya. Serta menerangkan sebab-sebab perubahan dari faktor dasar

tersebut dan menganalisa segala konsekuensi yang mungkin terjadi di masa depan

sebagai hasil dari perubahan tersebut (R. Thomlinson, 1965). Masalah

kependudukan di Indonesia dikategorikan sebagai suatu masalah nasional yang

besar dan memerlukan pemecahan segera. Hal ini mencakup lima masalah pokok

yang terkait satu sama lainnya, yaitu:

1. Jumlah penduduk yang besar

2. Tingkat pertumbuhan yang tinggi

3. Penyebaran penduduk yang tidak merata

4. Komposisi umur penduduk yang timpang

5. Masalah mobilitas penduduk

Paket masalah kependudukan ini telah menjadi induk dari berbagai

masalah lain. Apabila tidak segera di tanggulangi tidak mustahil

mendatangkan efek yang lebih parah lagi dan dapat melumpuhkan

Universitas Sumatera Utara

Page 38: Oleh MUHAMMAD ANCHA SITORUS

27

pembangunan nasional. Laju pertumbuhan penduduk adalah perubahan

penduduk yang terjadi jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya dan

dinyatakan dalam persentase. Pertumbuhan penduduk di suatu wilayah

dipengaruhi oleh tiga komponen yaitu:

a. Fertilitas : istilah dalam demografi yang mengindikasikan jumlah anak

yang dilahirkan hidup oleh sekelompok wantia (proses reproduksi).

b. Mortalitas; adalah peristiwa menghilangnya semua tanda-tanda

kehidupan secara permanen yang bias terjadi setiap saat setelah kelahiran

hidup.

c. Migrasi; adalah perpindahan penduduk dengan tujuan untuk menetap di

suatu tempat ketempat lain melampaui batas politik / Negara ataupun

batas administrative atau batas bagian dalam suatu Negara. Jado migrasi

sering diartkan sebagai perpindahan yang relative permanen di suatu

daerah ke daerah lain.

Komposisi penduduk dalam arti demografi adalah komposisi penduduk

menurut umur dan jenis kelamin. Kedua variabel ini sangat mempengaruhi

penduduk dimasa yang akan datang. Misalnya satu Negara terdapat

penduduk umur tua (50 tahun keatas) lebih banyak, maka diharapkan Negara

tersbut mempunyai angka kelahiran yang rendah. Demikian pula

ketidakseimbangan jumlah penduduk laki-laki dan wanita, bisa

mengakibatkan rendahnya fertilitas dan rendahnya angka pertumbuhan.

Susunan penduduk atau komposisi penduduk adalah penggolongan

penduduk berdasarkan umur, jenis kelamin, mata pencaharian, kebangsaan,

suku bangsa, dan sebaganya. Kepadatan penduduk merupakan indikator dari

Universitas Sumatera Utara

Page 39: Oleh MUHAMMAD ANCHA SITORUS

28

pada tekanan penduduk disuatu daerah. Kepadatan di suatu daerah

dibandingkan dengan luas tanah yang di tempati dinyatakan dengan

banyaknya penduduk perkilometer persegi.

2.3.2. Program Keluarga Berencana

Undang-Undang Nomor 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan

Kependudukan dan Pembangunan Keluarga menyebutkan bahwa Keluarga

Berencana adalah upaya mengatur kelahiran anak, jarak dan usia ideal melahirkan,

mengatur kehamilan melalui promosi, perlindungan dan bantuan sesuai dengan

hak reproduksi untuk mewujudkan keluarga berkualitas. Keluarga berkualitas

adalah keluarga yang dibentuk berdasarkan perkawinan yang sah dan bercirikan

sejahtera, sehat, maju, mandiri, memiliki jumlah anak yang ideal, berwawasan ke

depan, bertanggung jawab, harmonis dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Keluarga Berencana menurut WHO (dalam Hartanto, 2003: 26-27) adalah

tindakan yang membantu individu atau pasangan suami istri untuk: (a)

Mendapatkan objektif-objektif tertentu, (b). Menghindari kelahiran yang tidak

diinginkan, (c). Mendapatkan kelahiran yang memang diinginkan, (d). Mengatur

interval di antara kehamilan, €. Mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan

dengan umur suami-isteri, (f). Menentukan jumlah anak dalam keluarga.

Habibah (2012) mengatakan gerakan KB dan pelayanan kontrasepsi

bertujuan:

a. Tujuan demografi yaitu mencegah terjadinya ledakan penduduk

denganmenekan laju pertumbuhan penduduk (LPP) dan hal ini tentunya akan

diikutidengan menurunnya angka kelahiran atau TFR (Total Fertility Rate)

Universitas Sumatera Utara

Page 40: Oleh MUHAMMAD ANCHA SITORUS

29

dari 2,87menjadi 2,00 per wanita. Pertambahan penduduk yang tidak

terkendalikanakan mengakibatkan kesengsaraan dan menurunkan sumber daya

alam sertabanyaknya kerusakan yang ditimbulkan dan kesenjangan

penyediaan bahanpangan dibandingkan jumlah penduduk. Hal ini diperkuat

dengan teoriMalthus (1766-1834) yang menyatakan bahwa pertumbuhan

manusiacenderung mengikuti deret ukur, sedangkan pertumbuhan bahan

panganmengikuti deret hitung.

b. Mengatur kehamilan dengan menunda perkawinan, menunda kehamilan anak

pertama dan menjarangkan kehamilan setelah kelahiran anak pertama serta

menghentikan kehamilan bila dirasakan anak telah cukup.

c. Mengobati kemandulan atau infertilitas bagi pasangan yang telah menikah

lebih dari satu tahun tetapi belum juga mempunyai keturunan, hal ini

memungkinkan untuk tercapainya keluarga bahagia.

d. Married Conseling atau nasehat perkawinan bagi remaja atau pasangan yang

akan menikah dengan harapan bahwa pasangan akan mempunyai pengetahuan

dan pemahaman yang cukup tinggi dalam membentuk keluarga yang bahagia

dan berkualitas.

e. Tercapainya NKKBS (Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera) dan

membentuk keluarga berkualitas, keluarga berkualitas artinya suatu keluarga

yang harmonis, sehat, tercukupi sandang, pangan, papan, pendidikan, dan

produktif dari segi ekonomi.

Program keluarga berencana erat kaitannya dengan kontrasepsi.

Pelayanan kontrasepsi sebagai sebagian dari pelayanan KB merupakan bagian

dari pelayanan kesehatan, jenis pelayanan yang dapat diberikan kepada

Universitas Sumatera Utara

Page 41: Oleh MUHAMMAD ANCHA SITORUS

30

konsumen pada kemampuan fasilitas kesehatan dan ini berhubungan dengan

jenjang pelayanan Fasilitas pelayanan KB professional dapat bersifat teknik

statis atau mobile (TKBK, Pusling) dan diselenggarakan oleh tenaga

professional, yaitu dokter spesialis, dokter umum, bidan atau perawat

kesehatan. Pelayanan yang mobile diperlukan untuk menjangkau pedesaan

yang terpencil. Fasilitas pelayanan KB professional statis meliputi pelayanan

KB sederhana, lengkap, sempurna dan paripurna.

Kontrasepsi merupakan sendiri merupakan usaha-usaha untuk mencegah

terjadinya kehamilan. Usaha-usaha itu dapat bersifat sementara dan permanen

(Wiknjosastro, 2007). Kontrasepsi yaitu pencegahan terbuahinya sel telur oleh

sel sperma (konsepsi) atau pencegahan menempelnya sel telur yang telah

dibuahi ke dinding rahim (Nugroho dan Utama, 2014). Menurut Hartanto

(2002), ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam memilih

kontrasepsi. Metode kontrasepsi yang baik ialah kontrasepsi yang memiliki

syarat-syarat sebagai berikut:

a. Aman atau tidak berbahaya

b. Dapat diandalkan

c. Sederhana

d. Murah

e. Dapat diterima oleh orang banyak

f. Pemakaian jangka lama (continution rate tinggi).

Program KB berhubungan erat dengan fasilitas pelayanan KB dengan

jenis kontrasepsi modern. Fasilitas pelayanan KB sederhana menyediakan

jenis alat kontrasepsi seperti kondom, pil KB, suntik KB, IUD, dan implant.

Universitas Sumatera Utara

Page 42: Oleh MUHAMMAD ANCHA SITORUS

31

Untuk pelayanan medis teknis seperti Medis Operasi Wanita (MOW) atau

disebut juga tubektomi dan Medis Operasi Pria (MOP) atau disebut juga

vasektomi dilayani pada fasilitas kesehatan tertentu yang memiliki peralatan

medis lebih lengkap. Tenaga pelaksana pelayanan KB minimal perawat

kesehatan atau bidan yang dilatih. Kontrasepsi adalah upaya untuk

mencegah kehamilan. Upaya ini bersifat sementara dapat juga bersifat

permanen, penggunaan alat kontrasepsi merupakan salah satu variabel yang

mempengaruhi fertilitas, konsumen memerlukan kontrasepsi dengan

kemampuan yang dapat dipercayai untuk mencegah kehamilan.

2.3.3. Program Pembangunan Keluarga

Keluarga menurut sejumlah ahli adalah sebagai unit sosial-ekonomi

terkecil dalam masyarakat yang merupakan landasan dasar dari semua

institusi, merupakan kelompok primer yang terdiri dari dua atau lebih orang

yang mempunyai jaringan interaksi interpersonal,hubungan darah, hubungan

perkawinan, dan adopsi

Menurut Mattessich dan Hill (Zeitlin 1995), keluarga merupakan suatu

kelompok yang berhubungan kekerabatan, tempat tinggal, atau hubungan

emosional yang sangat dekat yang memperlihatkan empat hal (yaitu

interdepensi intim, memelihara batas-batas yang terseleksi, mampu untuk

beradaptasi dengan perubahan dan memelihara identitas sepanjang waktu, dan

melakukan tugas-tugas keluarga).

Adapun tujuan membentuk keluarga adalah untuk mewujudkan

kesejahteraan bagi anggota keluarganya. Keluarga yang sejahtera diartikan

sebagai keluarga yang dibentuk berdasarkan atas perkawinan yang sah,

Universitas Sumatera Utara

Page 43: Oleh MUHAMMAD ANCHA SITORUS

32

mampu memenuhi kebutuhan fisik dan mental yang layak, bertaqwa kepada

Tuhan Yang Maha Esa serta memiliki hubungan yang serasi, selaras, dan

seimbang antar anggota keluarga, dan antar keluarga dengan masyarakat dan

lingkungannya (Landis 1989; BKKBN 1992).

Dalam mencapai tujuan keluarga, Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 21

Tahun 1994 (BKKBN, 1996) menyebutkan adanya delapan fungsi yang harus

dijalankan olehkeluarga meliputi fungsi-fungsi pemenuhan kebutuhan fisik dan

nonfisik yang terdiri atas fungsi: (a) Keagamaan, (b) Sosial dan Budaya, (c) Cinta

kasih, (d) Perlindungan, (e) Reproduksi, (f) Sosialisasi dan pendidikan, (g)

Ekonomi, dan (h) Pembinaan lingkungan

Ketahanan keluarga menurut Sunarti (2001) menyangkut kemampuan

keluarga dalam mengelola masalah yang dihadapinya berdasarkan sumberdaya

yang dimiliki untuk memenuhi kebutuhan keluarganya; diukur dengan

menggunakan pendekatan sistem yang meliputi komponen input (sumberdaya

fisik dan non fisik), proses (manajemen keluarga, salah keluarga, mekanisme

penanggulangan) dan output (terpenuhinya kebutuhan fisik dan psikososial).

Pembinaan Ketahanan Keluarga di BKKBN dilakukan melalui kegiatan

Tribina : merupakan suatu kegiatan yang diperlukan untuk memantau dan

mengevaluasi terhadap pelaksanaan kegiatan program pengembangan

ketahanan keluarga di lapangan baik melalui pembinaan kelompok BKB,

BKR, dan BKL melalui pendekatan keluarga.

BKB (Bina Keluarga Balita ) adalah wadah kegiatan yang dilakukan oleh

keluarga yang memiliki balita untuk memahami dan membina kondisi dan

masalah Balita guna meningkat kan pengetahuan dan keterampilan dan sikap

Universitas Sumatera Utara

Page 44: Oleh MUHAMMAD ANCHA SITORUS

33

ibu serta anggota keluarga dalam membina tumbuh kembang anak usia di

bawah lima tahun (balita) melalui optimalisasi rangsangan emosional, moral

dan sosial. Sedangkan keluarga balita adalah pasangan suami istri yang

mempunyai anak balita, atau ayah yang mempunyai anak balita, atau ibu yang

mempunyai anak balita. Cakupan anggota kelompok BKB ber-KB adalah

upaya pembinaan kelangsungan ber-KB bagi para keluarga balita anggota

BKB, khususnya yang masih PUS, baik untuk mengatur jarak kelahiran

maupun untuk membatasi jumlah anak yang sudah dimilikinya.

BKR (Bina Keluarga Remaja ) adalah kegiatan yang dilakukan oleh

keluarga yang memiliki remaja berupa penyuluhan dari kader terlatih untuk

meningkat kan bimbingan tumbuh kembang remaja.

Dan BKL (Bina Keluarga Lansia) adalah wadah kegiatan kelompok Bina

keluarga lansia melalui peningkatan kepedulian dan peran keluarga dalam

mewujudkan lanjut usia yang sehat, produktif dan bertaqwa kepada Tuhan

Yang Maha Esa dalam wadah kelompok Bina Keluarga Lanjut Usia.

2.4. Sustainable Development Goals (SDGs)

Salah satu hasil utama dari Konferensi Rio+20, yang diselenggarakan di Rio

de Janeiro pada bulan Juni 2012 adalah kesepakatan negara-negara anggota untuk

memulai proses untuk mengembangkan satu set tujuan pembangunan

berkelanjutan (SDGs). Hasil dari konferensi Rio+20 mengamanatkan 30 anggota

Open Working Group (OWG) dari Majelis Umum PBB bertugas untuk

mempersiapkan proposal SDGs. OWG sendiri didirikan pada tanggal 22 Januari

2013. Dalam perjalanannya negara-negara anggota OWG menyampaikan

serangkaian usulan terkait SDGs. Pada pertemuan ketiga belas dan terakhir di

Universitas Sumatera Utara

Page 45: Oleh MUHAMMAD ANCHA SITORUS

34

New York pada tanggal 19 Juli 2014, OWG mengusulkan 17 tujuan yang

mencakup isu-isu pembangunan berkelanjutan, termasuk mengakhiri kemiskinan

dan kelaparan, meningkatkan kesehatan dan pendidikan, membuat kota yang lebih

berkelanjutan, memerangi perubahan iklim, dan melindungi hutan. Adapun 17

tujuan yang diusulkan tersebut adalah sebagai berikut:

1. Mengakhiri segala bentuk kemiskinan

2. Mengakhiri kelaparan, mencapai ketahanan pangan dan peningkatan gizi,

dan mencanangkan pertanian berkelanjutan

3. Menjamin kehidupan yang sehat dan meningkatkan kesejahteraan penduduk

disegala usia

4. Menjamin kualitas pendidikan yang adil dan inklusif serta meningkatkan

kesempatan belajar seumur hidup untuk semua

5. Mencapai kesetaraan gender dan memberdayakan perempuan dan anak

perempuan

6. Menjamin ketersediaan dan manajemen air dan sanitasi secara berkelanjutan

7. Menjamin akses terhadap energi yang terjangkau, dapat diandalkan,

berkelanjutan, dan modern

8. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang merata dan berkelanjutan,

kesempatan kerja penuh dan produktif, serta pekerjaan yang layak untuk

semua

9. Membangun infrastruktur tangguh, mempromosikan industrialisasi inklusif

dan berkelanjutan dan mendorong inovasi

10. Mengurangi ketimpangan dalam dan antar Negara

11. Membuat kota dan pemukiman manusia yang adil, merata, aman, tangguh

dan berkelanjutan

Universitas Sumatera Utara

Page 46: Oleh MUHAMMAD ANCHA SITORUS

35

12. Menjamin pola produksi dan konsumsi yang berkelanjutan

13. Mengambil tindakan segera untuk memerangi perubahan iklim dan

dampaknya

14. Melestarikan samudera, laut dan sumber daya kelautan secara berkelanjutan

untuk pembangunan berkelanjutan

15. Melindungi, memulihkan dan meningkatkan pemanfaatan secara

berkelanjutan ekosistem darat, mengelola hutan, memerangi desertifikasi,

dan menghentikan dan memulihkan degradasi lahan dan menghentikan

hilangnya keanekaragaman hayati

16. Meningkatkan masyarakat yang inklusif dan damai untuk pembangunan

berkelanjutan, menyediakan akses terhadap keadilan bagi semua dan

membangun institusi yang efektif, akuntabel dan inklusif di semua tingkatan

17. Memperkuat sarana pelaksanaan dan merevitalisasi kemitraan global untuk

pembangunan berkelanjutan

Dalam rangka perumusan SDGs, Sekretaris Jendral PBB juga membentuk

Sustainable Development Solutions Network (SDSN). SDSN ini merupakan

jaringan independen yang terdiri dari berbagai pemangku kepentingan, akademisi,

sektor swasta, lembaga swadaya masyarakat yang ditugaskan untuk mencari solusi

praktis untuk tujuan pembangunan dibawah pimpinan Jefrey Sach. Dalam

perkembangannya, SDSN mengusulkan 10 tujuan dengan 30 target dan 100

indikator. Adapun tujuan yang diusulkan tersebut adalah sebagai berikut:

1. Mengakhiri kemiskinan ekstrim termasuk kelaparan

2. Mendorong pertumbuhan ekonomi dan pekerjaan yang layak

3. Memastikan pembelajaran yang efektif untuk semua anak-anak dan remaja

bagi kehidupan dan lingkungannya

Universitas Sumatera Utara

Page 47: Oleh MUHAMMAD ANCHA SITORUS

36

4. Mencapai kesetaraan gender, inklusi sosial dan hak asasi manusia untuk

semua

5. Mencapai kesehatan dan kesejahteraan di semua usia

6. Meningkatkan sistem pertanian dan mencapai kemakmuran pedesaan

7. Memberdayakan kota yang inklusif, produktif dan tangguh

8. Mengurangi perubahan iklim dan memastikan energi berkelanjutan

9. Menjaga keanekaragaman hayati dan memastikan pengelolaan air, lautan,

hutan dan sumber daya alam dengan baik

10. Mentransformasikan tata kelola dan teknologi untuk pembangunan

berkelanjutan

2.4.1 Implementasi SDGs pada Pemerintah Daerah

Hoelman (2015) menyampaikan bahwa dalam rencana aksi SDGs daerah

ada dua yaitu: (a) keadilan substantif, yaitu sejauh mana prioritas dan program

mampu menjawab kebutuhan warga sebagaimana ditetapkan oleh dokumen SDGs

dengan 17 Tujuan dan 169 Sasaran SDGs; (b) keadilan prosedural, yaitu sejauh

mana warga dan para pemangku kepentingan terlibat dalam penyusunan rencana

aksi, bukan hanya tokoh masyarakat dan mereka yang berpengaruh. Artinya,

dokumen Renaksi SDGs perlu disusun secara terbuka, konsultatif dan partisipatif,

termasuk melibatkan kaum perempuan, kelompok minoritas, dan kaum marjinal.

SDGs adalah milik dan tanggung jawab semua pihak, bukan hanya pemerintah

pusat dan kelompok masyarakat sipil semata. Pemerintah kabupaten dan kota

merupakan ujung tombak realisasi SDGs. Pemerintah daerah perlu membentuk

Panitia SDGs yang inklusif dan partisipatif. Selain melibatkan unsur pemerintah,

kepanitiaan SDGs juga harus melibatkan kelompok–kelompok masyarakat sipil

Universitas Sumatera Utara

Page 48: Oleh MUHAMMAD ANCHA SITORUS

37

dan para pemangku kepentingan lainnya, termasuk keterwakilan politik dari

DPRD dalam penyusunan kelembagaan dan perencanaan pendanaan.

2.5. Penelitian Terdahulu

Dalam pengembangan penilaian kapasitas kelembagaan, tulisan Akhmad

Firman dan Samsul Alam dengan judul Penilaian Kapasitas Pelaku Dan

Kelembagaan Untuk Mendukung Reformasi Tata Pemerintahan Yang

Terdesentraslisasi Di Provinsi Sulawesi Tenggara (Jurnal Ekonomi Pembangunan

Haluoleo, Volume XVI tahun 8 Desember 2015, Halaman 1 – 12) menyatakan

Berbagai institusi pada pelaksana Proyek Bridge di tingkat Kabupaten/Kota

maupun Propinsi belum memiliki kapasitas penuh yang dapat diandalkan dalam

memberikan pelayanan kepada publik ataupun dalam menghasilkan luaran yang

bermutu melalui proses transformasi yang benar. Sebagian besar pelaku di berbagai

instansi pelaksana Proyek Bridge, di Propinsi maupun Kabupaten/Kota, memiliki

kapasitas yang moderat dalam hal kompetensi, agak kurang dalam komitmen dan

energi, dan sangat kurang dalam compliance. Pelaku yang secara sistematis

mengembangkan hubungan koneksitas yang mengacu kepada standar profesional

dalam konteks pengembangan karir dengan berbagai elemen di dalam maupun di

luar pemerintahan telah ada di berbagai instansi, tetapi jumlahnya relatif sedikit.

Mereka terdiri dari unsur pimpinan menengah dan merupakan “orang kepercayaan

pimpinan” di instansi yang lebih banyak berkiprah pada tingkat implementasi,

mereka dapat menjadi pelopor kearah introduksi program-program perubahan.

Hubungan koneksitas dengan pelaku di luar institusi birokrasi maupun di luar

institusi pemerintahan dilakukan oleh pelaku yang menduduki posisi pimpinan

tertinggi. Hubungan koneksitas seperti ini memunculkan berbagai kekuatan yang

Universitas Sumatera Utara

Page 49: Oleh MUHAMMAD ANCHA SITORUS

38

memberikan corak pada tingkat pengambilan keputusan atau kebijakan birokrasi,

terutama DPRD, Tokoh Adat dan Tokoh Informal, Kelompok Penekanan, dan

Partai Politik.

Pengembangan kapasitas institusi juga melalui tulisan Hanif Nurcholis

dengan judul Pengembangan Kapasitas Pemda : Upaya Mewujudkan Pemda Yang

Mensejahterakan Masyarakat (Jurnal Organisasi Manajemen Volume 1, Nomor 1

Halaman 49 – 58 Tahun 2006).

Dalam tulisannya, pengembangan kapasitas institusi Melalui intervensi

pada tingkat sistem, tingkat lembaga, dan tingkat individu akan lahir Pemda yang

berkemampuan menyelenggarakan fungsi-fungsinya dengan baik. pemerintah

kabupaten dan kota maka setiap pemerintah daerah dituntut untuk mencari dan

mengembangkan kekuatan intinya berdasarkan potensi daerah masing-masing.

Penemuan kekuatan inti ini sangat penting karena akan menjadi andalan dan modal

utama untuk mengembangkan daerah yang bersangkutan. Pemda perlu

mengembangkan satu kompetensi inti tersebut sebagai basis pengembangan

ekonomi daerah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Kompetensi inti

diperoleh melalui assessment yang komprehensif terhadap semua potensi yang

dimiliki.

Pengembangan kapasitas institusi melalui tulisan Jenivia Dwi Ratnasari

dengan judul Pengembangan Kapasitas (Capacity Building) Kelembagaan Pada

Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Jombang (Jurnal Administrasi Publik

Volume 1 Nomor 3 Tahun Halaman 103 – 110) menyatakan dalam rangka

penyelenggaraan pelayanan kepada masyarakat dan peningkatan daya saing daerah

diperlukan kemampuan atau kapasitas pemerintah daerah yang memadai.

Universitas Sumatera Utara

Page 50: Oleh MUHAMMAD ANCHA SITORUS

39

Pengembangan kapasitas pemerintah daerah senantiasa mengandung

sebuah pemahaman tentang berbagai upaya meningkatkan kinerja pelayanan

kepada masyarakat. Pengembangan kapasitas kelembagaan yang ada di Badan

Kepegawaian Daerah Kabupaten Jombang sudah cukup memadai dengan faktor

pendukung dan penghambat dan kedepannya harus bisa lebih inovatif dalam

pengembangan kapasitas kelembagaan.

2.6. Definisi Konsep Penelitian

Dalam penelitian ini, konsep yang digunakan adalah analisis kapasitas institusi

dalam proses perencanaan program Kependudukan, KB dan Pembangunan

Keluarga. Langkah awal dilakukan melalui pemahaman struktur kelembagaan yang

mendasari alokasi sumber daya yaitu parameter kelembagaan dimana keputusan

dalam alokasi dibuat. Schmid (2004) dalam Harera (2005) pemahaman tentang

struktur untuk mengetahui gaasan mendalam tentang struktur, actor, peraturan yang

sesuai dengan system tertentu. Hal ini akan menggambarkan situasi dan analisis

mendalam melalui struktur, deskripsi jaringan, sumberdaya, dan koordinasi dan

dijabarkan dalam deskripsi kapasitas institusi.

Konsep penelitian yang dilakukan dijabarkan kedalam uraian sebagai

berikut :

a. Kapasitas institusi adalah kemampuan untuk melakukan tugas-tugas

secara efektif, efisien dan berkelanjutan yang mencakup kebijakan,

kelembagaan dan sumber daya dalam institusi.

b. Kapasitas kelembagaan adalah kemampuan organisasi atau sistem

untuk menjalankan fungsi mencakup sumberdaya, pengetahuan dan

proses yang dipergunakan organisasi dalam mencapai tujuannya.

Universitas Sumatera Utara

Page 51: Oleh MUHAMMAD ANCHA SITORUS

40

c. Kapasitas kebijakan adalah penyusunan dan penetapan kebijakan

peraturan yang dilakukan berdasarkan prinsip-prinsip tata kelola

pemerintahan yang baik dan sesuai dengan peraturan perundang-

undangan.

d. Kapasitas sumber daya manusia adalah pengetahuan dan wawasan,

keterampilan dan keahlian, serta pembentukan sikap dan perilaku kerja

penyelenggara pemerintahan.

e. Perencanaan pembangunan adalah upaya yang secara sadar

dilaksanakan oleh suatu bangsa, negara, dan pemerintah dalam rangka

pencapaian tujuan nasional melalui pertumbuhan dan perubahan secara

terncana menuju masyarakat modren.

f. Program kependudukan, KB dan pembangunan keluarga adalah

program pembangunan berbasis keluarga dan menjadikan keluarga

sebagai sasaran utama untuk mewujudkan keluarga kecil bahagia dan

sejahtera.

g. Sustainable Development Goals (SDGs) adalah kesepakatan

pembangunan baru yang mendorong pembangunan kearah

pembangunan berkelanjutan berdasarkan hal asasi, manusia dan

kesetaraan untuk mendorong pembangunan social, ekonomi dan

lingkungan hidup.

h. Implementasi SDGs adalah rencana aksi daerah yang disusun antara

warga dan para pemangku kepentingan dengan prioritas dan program

yang menjawab kebutuhan warga sebagaimana ditetapkan oleh

dokumen SDGs dengan 17 Tujuan dan 169 Sasaran SDGs.

Universitas Sumatera Utara

Page 52: Oleh MUHAMMAD ANCHA SITORUS

41

i. Kehidupan Sehat dan Sejahtera adalah menjamin kehidupan yang sehat

dan meningkatkan kesejahteraan di semua usia dengan meningkatkan

jumlah peserta KB dan penggunaan kontrasepsi modern serta

menurunya jumlah kelahiran oleh wanita usia subur selama masa

reproduksinya.

j. Kesetaraan gender adalah meningkatkan kualitas hidup dan peran

perempuan dalam pembangunan dengan penurunan kelahiran wanita

usia 15 – 19 tahun dan peningkatan penggunaan kontrasepsi modern.

Gambar 2.3. Kerangka Berpikir

1. KEHIDUPAN SEHAT DAN SEJAHTERA

2. KESETARAAN GENDER

LINGKUNGAN EKSTERNAL

KAPASITAS INSTITUSI:

1. KAPASITAS KELEMBAGAAN

2. KAPASITAS KELEMBAGAAN

3. KAPASITAS SDM

LINGKUNGAN INTERNAL

TARGET SDGs PROGRAM KKBPK

Universitas Sumatera Utara

Page 53: Oleh MUHAMMAD ANCHA SITORUS

42

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Bentuk Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian

deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Metode deskriptif mengarahkan perhatian

pada masalah atau fenomena yang ada di lapangan saat penelitian dilakukan,

kemudian menggambarkan fakta-fakta dari permasalahan yang diteliti dengan

interpretasi yang akurat. Dalam hal ini penulis menggambarkan kondisi

perencanaan pembangunan wilayah berdasarkan kondisi kependudukan sebagai

acuan dengan dan Indikator SDGs yang berhubungan dengan kependudukan

sebagai pedoman.

3.2 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada dinas terkait yang terlibat dalam perencanaan

pembangunan di Kota Medan, dalam hal ini dimaksudkan Dinas Pengendalian

Penduduk dan Keluarga Berencana Kota Medan, Badan Pembangunan Daerah

(Bappeda) Kota Medan, Perwakilan BKKBN Provinsi Sumatera Utara. Lokasi ini

dipilih karena Kota Medan termasuk dalam segmentasi Wilayah II yang

merupakan salah satu wilayah dengan dinamika kependudukan yang tinggi.

3.3 Sumber Data

Untuk memperdalam analisis data terhadap ini penulis akan menggunakan 2

jenis data, yaitu:

Universitas Sumatera Utara

Page 54: Oleh MUHAMMAD ANCHA SITORUS

43

1) Data primer

Data primer diperoleh dari instransi pengelola program kependudukan,

keluarga berencana dan pembangunan keluarga terkait program perencanaan dalam

pembangunan berkelanjutan. Informan ini diperoleh melalui purposive sampling

dimana informan yang dilibatkan adalah yang memang sudah dipertimbangkan

dalam aspek-aspek tertentu. Informan kualitatif dalam penelitian ini terbagi sebagai

berikut:

1. Pengelola Program di OPD Kota Medan

a. Tritatih Handayani, SH, MAP (Sekretaris Dinas)

b. Dra. Yusnizar (Kabid Pengendalian Penduduk)

c. Drs. Azhar (Kabid Ketahanan Keluarga)

d. Syafrina, SE (Kasi Perencanaan)

e. Dra. Tina Sabrina Lubis (Kasi Data dan Informasi)

f. Dewi Murni, S. Pd (Kasi Pelayanan KB)

2. Pengelola Program di Bappeda (Sekretaris, Kasubbag Perencanaan Soaial)

3. Pengelola Program KB Kecamatan.

a. Drs. H. Parulian Pasaribu (Camat Medan Timur)

b. Aulia Ahmad, S. STP, M. Si (Lurah Kelurahan Gaharu)

c. Eli Wardani (Koordinator KB Kecamatan Medan Timur)

d. Rilmawati Tarigan, SKM (PLKB)

e. Ningwiyani (PLKB)

f. Nadra Rezki Lubis (PLKB)

Universitas Sumatera Utara

Page 55: Oleh MUHAMMAD ANCHA SITORUS

44

4. Perwakilan BKKBN Sumatera Utara

a. Yusrizal Batubara, S. Sos (Sekretaris)

b. Syamsurizal Lubis, SH, S. Sos (Kasubbag Perencanaan)

c. Leafio Rinta, S. Kom (Kasubbid Data dan Informasi)

2) Data sekunder.

Data sekunder penulis peroleh melalui studi pustaka dari dokumen RPJMD

Kota Medan, Resnstra Dinas Pengendalian Penduduk dan KB Kota Medan,

Renstra BKKBN, Permendagri 86 Tahun 2017, Laporan Kinerja Akuntabilitas

Program Dinas PP dan KB Kota Medan. Buku, jurnal, artikel dan hasil – hasil

seminar yang dipublikasikan. Penulis juga menambahkan sumber data sekunder

terkait perencanaan program KKBPK. Data sekunder nantinya akan dijadikan data

pendukung dari data primer terkait konsep dan teori yang penulis gunakan, studi

terdahulu, gambaran program, dan perencanaan pembangunan berkelanjutan di

Indonesia.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Teknik yang digunakan dalam proses penggalian data dan informasi untuk

penelitian ini disesuaikan dengan jenis data yang dibutuhkan.

1) Pengumpulan data primer dilakukan dengan teknik wawancara langsung yaitu

wawancara yang dilakukan secara mendalam (in depth interview) kepada

informan yang berkompeten dan memahami masalah dalam penelitian ini

dengan baik. Untuk menjaga kualitas data maka peneliti menggunakan alat

penelitian verbal dan bantuan dokumentasi melalui recorder atau video

recorder sesuai dengan persetujuan narasumber.

Universitas Sumatera Utara

Page 56: Oleh MUHAMMAD ANCHA SITORUS

45

2) Pengumpulan data sekunder dilakukan dengan teknik studi kepustakaan pada

literatur, dokumen, tulisan ilmiah lainnya dan studi penelitian sejenis yang

berhubungan dengan masalah penelitian. Peneliti juga akan melakukan

pengklasifikasian informasi yang diperoleh sesuai dengan kebutuhan dan

pembagian yang telah dibuat untuk mempermudah dalam mencari data yang

diperoleh. Klasifikasi tersebut dibagi menjadi dua yaitu data pendukung aspek

analisis kapasitas institusi dan perencanaan pembangunan berkelanjutan.

3.5 Teknik Analisis Data

Terdapat 3 jalur analisis data kualitatif yaitu reduksi data, penyajian data, dan

penarikan kesimpulan (Miles, NM and Am Hubermasn: 1992). Reduksi data

adalah proses pemilihan, pemusatan perhatian dan penyederhanaan, pengabstrakan

dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan (Miles, NM and Am

Hubermasn: 1992). Proses ini berlangsung secara terus menerus selama penelitian

berlangsung dengan meliputi kegiatan meringkas data, mengkode data, menelusur

tema, dan membuat gugus-gugus. Ini dilakukan dengan cara melakukan seleksi

ketat atas data yang diperoleh. Lalu membuat uraian singkat dari data tersebut dan

terakhir, menggolongkannya dalam data yang lebih luas.

Analisis data dilaksanakan setelah data di lapangan berhasil dikumpulkan

dan diorganisasikan dengan baik. Analisis dilakukan dengan mencatat kronologis

peristiwa yang penting dan relevan serta insiden kritis berdasarkan urutan kejadian

serta menjelaskan proses yang terjadi selama wawancara berlangsung dan juga isu-

isu pada wawancara yang penting dan sejalan serta relevan dalam penelitian.

Pembahasan dilakukan dengan analisis tematik dengan mengkode informasi yang

dapat menghasilkan daftar tema, model tema atau indikator yang kompleks,

Universitas Sumatera Utara

Page 57: Oleh MUHAMMAD ANCHA SITORUS

46

kualifikasi yang biasanya terkait dengan tema itu, atau hal-hal di antara atau

gabungan dari yang telah disebutkan. Tema-tema tersebut memungkinkan

interpretasi fenomena. Suatu tema dapat diidentifikasi pada tingkat termanifestasi

(manifest level), yakni yang secara langsung dapat terlihat. Suatu tema juga dapat

ditemukan pada tingkat laten (latent level), tidak secara eksplisit terlihat tetapi

mendasari atau membayangi (underlying the phenomena). Tema-tema dapat

diperoleh secara induktif dari informasi mentah atau diperoleh secara deduktif dari

teori atau penelitian-penelitian sebelumnya (Poerwandari, 2005). Tema dalam hal

ini mengacu pada ide-ide dan topik-topik yang diperoleh dalam analisis material

dan menghasilkan lebih dari satu kelompok data. Tema yang sama digambarkan

oleh kata yang berbeda, terdapat dalam konteks berbeda, atau diekspresikan oleh

orang yang berbeda. Selanjutnya penyajian data disusun atas sekumpulan

informasi sehingga memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan

pengambilan tindakan (Miles, NM and Am Hubermasn: 1992). Adapun bentuk

penyajian data kualitatif meliputi teks naratif yang berbentuk catatan lapangan,

grafik dan bagan untuk memudahkan pemahaman atas penggabungan bebrapa

informasi.

Universitas Sumatera Utara

Page 58: Oleh MUHAMMAD ANCHA SITORUS

47

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Organisasi Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana

Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana mempunyai tugas

melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan urusan pemerintah daerah di

bidang pengendalian penduduk dan keluarga berencana. Visi dan misi program

mengacu kepada visi dan misi Pemerintah Kota Medan yang akan disesuaikan

dengan tugas pokok dan fungsi perangkat daerah yang menangani Pengendalian

Penduduk Dan Keluarga Berencana.

Adapun VISI Dinas Pengendalian Penduduk Dan Keluarga Berencana Kota

Medan yaitu : “Terwujudnya Penduduk yang berkualitas menuju Keluarga

Bahagia Sejahtera” yang akan mewujudkan Penduduk yang dapat memenuhi

kebutuhan hidupnya secara mandiri dari aspek pendidikan, kesehatan dan Ekonomi

menuju Keluarga yang berkualitas , sejahtera, sehat, maju, mandiri dengan jumlah

anak yang ideal dan menerapkan fungsi-fungsi Keluarga. Untuk mewujudkan visi

tersebut, Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Kota Medan

menetapkan 4 (empat) misi sebagai Berikut :

1. Menyelenggarakan Pengarusutamaan Pembangunan berwawasan

Kependudukan.

2. Menyelenggarakan Keluarga Berencana dan kesehatan reproduksi

3. Memfasilitasi Pembangunan Keluarga.

4. Membangun Jejaring Kemitraan dalam pengelolaan Kependudukan, Keluarga

Berencana dan Pembangunan Keluarga.

Universitas Sumatera Utara

Page 59: Oleh MUHAMMAD ANCHA SITORUS

48

Dalam melaksanakan fungsi dan tugasnya, Kepala Dinas Pengendalian

Penduduk dan Keluarga Berencana Kota Medan dibantu oleh Pejabat Eselon III

yang terdiri dari Sekretaris, Kepala Bidang Pengendalian Penduduk, Kepala

Bidang Keluarga Berencana ,Kepala Bidang Ketahanan dan Kesejahteraan

Keluarga , sehingga dalam menjalankan tugas sebagian wewenang dapat

dilaksanakan oleh Pejabat Eselon III.

Universitas Sumatera Utara

Page 60: Oleh MUHAMMAD ANCHA SITORUS

BAGAN ORGANISASI DINAS PENGENDALIAN PENDUDUK DAN KELUARGA BERECANA KOTA MEDAN

KEPALA DINAS

Dr. EDWIN EFFENDI,M.Sc

Nip. 19610815 198710 1 001,IV/c

SEKRETARIS

Triratih Handayani, SH.M.AP

Nip. 19700213 199503 2 001 ,IV/a

KASUBBAG KEUANGAN

Siti Halina,SE

Nip. 19611020 199203 2

002,III/d

KASUBBAG UMUM

Asimah,SE

Nip.19651014 199303 2

003,IV/a

KASUBBAG PENYUSUN PROGRAM

Syafrina,SE

Nip. 19620510 199103 2 004

,III/d

KEPALA BIDANG KETAHANAN DAN

KESEJAHTERAAN KELUARGA

Drs. Azhar

Nip.19611014 198803 1 004,IV/b

KEPALA BIDANG PENYULUHAN DAN

PENGGERAKAN

HOTNITA,SE

Nip. 19610821 198903 2 004 IV/a

n

SEKSI PENULUHAN DAN KIE

Rinnna Sembiring,SE

Nip. 19631026 198603 2 003, III/d

KASI PEMBERDAYAAN KELUARGA

SEJAHTERA

Rosmawarni,SE

Nip. 9610916 198603 2 004,III/d

KASI BINA KETAHANAN KELUARGA

BALITA,ANAK DAN LANSIA

Dra. Isma Navida Sitomurang.

Nip. 19620 99103 2 004, III/d

SEKSI ADVOKASI DAN PEGGERAKAN

Dra.Faridawati Nasution.

Nip. 19630924 199203 2 005 IV/a

KEPALA BIDANG KELUARGA

BERENCANA

Dr.imam surya

Nip.19740518 2000604 1 007 III/d

SEKSI PENGENDALIAN DAN

PENDISTRIBUSIAN ALKON

SEKSI JAMINAN PELAYANAN KB

Dewi Murni Nasution.S.Pd

Nip. 19691219 19903 2 004,IV/a

KEPALA BIDANG PENGENDALIAN

PENDUDUK

Dra. YUSLINAR

Nip. 19641109 199303 2 002 IV/a

SEKSI PEMADUAN DAN

SINKRONISASI KEBIJAKAN

PENGENDALIAN PENDUDUK

Dra. Hermiati Nasution M.Si

Nip. 19621017 199203 2 002 IV/a

SEKSI PEMETAAN PERKIRAAN

PENGENDAIAN PENDUDUK

Julia Veronica SST

Nip. 19780123 201001 2 015 III/b

KELOMPOK

JABATAN

FUNGSIONAL

U P T

SEKSI DATA DAN INFORMASI

Ir.Tina Sabrina Lubis

Nip. 19631111 199203 2 005, IVa

SEKSI PEMBINAAN DAN

PENINGKATAN KESERTAAN

BER KB

Lia Alfalia SE,MM

Nip. 19800719 201001 2 010

III/b

SEKSI BINA KETAHANAN REMAJA

Martinijal SE.M.SP

NIP. 19790509 200312 2 004

SEKSI PENDAYAGUNAAN PKB/PLKB DAN

IMP

Abdul Rahim, SH.M.Si

Nip. 19681012 198903 1 010 III/d

Universitas Sumatera Utara

Page 61: Oleh MUHAMMAD ANCHA SITORUS

50

4.2. Pembahasan Hasil Penelitian

4.2.1. Analisis Kapasitas Institusi Dalam Perencanaan Program

Dalam proses perencanaan awal program, salah satu upaya awal dalam

pencapaian tujuan organisasi pemerintah sebagaimana diamanatkan dalam

Undang – undang Nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan

Pembangunan Nasional, setiap tingkatan wilayah mulai dari yang terkecil di level

desa/ kelurahan, kabupaten/ kota, provinsi dan pusat harus memiliki sistem

perencanaan pembangunan yang jelas. Melalui forum tersebut dilakukan

musyawarah untuk identifikasi apa sebenarnya yang menjadi kebutuhan di

masyarakat sebagai salah satu wadah strategis dalam menyampaikan aspirasi dan

berpasrtisipasi langsung dalam pembangunan.

4.2.1.1 Kapasitas Kebijakan Dalam Perencanaan Pembangunan

Implementasi dalam kapasitas kebijakan melibatkan langkah – langkah

yang dilakukan berdasarkan aturan dan petunjuk yang berlaku, dalam kebijakan

program Kependudukan, KB dan Pembangunan Keluarga dipengaruhi oleh

beberapa faktor. Dalam George C. Edward II ada 5 aspek yang mempengaruhi

kebijakan yaitu: Sumber Daya, Komunikasi, Disposisi, dan Struktur Birokrasi.

Program Kependudukan, KB dan Pembangunan Keluarga pada akhirnya akan

mewujudkan penduduk yang tumbuh dan seimbang. Musyawarah perencanaan

pembangunan (musrenbang) dalaam pembangunan menjadi media dalam

komunikasi timbal balik antara lembaga perencanaan dan semua pemangku

kepentingan untuk bersama menetapkan kepustusan, hal ini juga sebagai salah

satu upaya pemerintah dalam menganalisis aspirasi pembangunan masyarakat

Universitas Sumatera Utara

Page 62: Oleh MUHAMMAD ANCHA SITORUS

51

yang dilakukan secara “bottom – up” yang menjadi acuan perencanaan.

Partisipasi masyarakat dalam pembangunan dapat mengakomodir kebutuhan dan

keinginan di masyarakat.

Dukungan untuk program kependudukan atau pemberdayaan keluarga

berdasarkann penelitian masih kurang maksimal. Program strategis utama sebagai

sebagai basis data dalam perencanaan dan pembinaan kesertaan ber – KB melalui

peningkatan ketahanan dan kesejahteraan keluarga. Dalam proses perencanaan

program, dimulai melalui musrenbang pada tingkat kelurahan untuk melakukan

perencanaan pembangunan yang secara formal dengan mempertemukan aspirasi

masyarakat dari bawah dengan usulan program pembangunan dari instansi

pemerintah. Forum dialog yang dibangun antara pemerintah dengan pemangku

kepentingan di tingkat kelurahan mencakup isu/ persoalan, kebijakan, peraturan,

atau program pembangunan. Dalam musrenbang, pemerintah di keluarahan dan

masyarakat menyusun dan melakukan musyawarah untuk membicarakan program

pembangunan di kelurahannya. Dalam musrenbang, terjadi penyepakatan

penyusunan program dan kegiatan pembangunan di wilayah kelurahan, baik yang

ditangani secara swadaya, melalui pos bantuan daerah, menjadi bagian Renja

SKPD Kelurahan, maupun diajukan untuk ditangani oleh SKPD yang relevan.

Pemahaman mengenai program kependudukan, keluarga berencana dan

pembangunan keluarga kepada stakeholder yang nantinya akan berdiskusi

menetapkan rencana dalam musrenbang mengenai program menjadi poin penting.

Sebelum musrenbang tingkat kelurahan, dilakukan rembuk warga di tingkat

lingkungan, dalam rembuk warga dipanggil beberap tokoh masyarakat yang ada di

sekitar lingkungan, dan kemudian disepakati apa saja yang rencana rencana akan

Universitas Sumatera Utara

Page 63: Oleh MUHAMMAD ANCHA SITORUS

52

datang yang akan diingikankan yang diajukan. terkait keterlibatan Petugas

lapangan KB dalam musrenbang disampaikan oleh koordinator PLKB Kecamatan

Medan Timur.

“Kalau ada rembuk warga disitu kami belakangan plkb nggak diundang lagi,

tahun 2016 itu kami masih diundang. Belakangan terkait program KB, kami tidak

bias pantau karena tidak terlibat dalam rembuk warga. (EW, Wawancara 8

Oktober 2018)”

Berdasarkan wawancara, selama dua tahun terakhir, petugas lapangan KB

tidak terlibat dalam musyawarah perencanaan program di kelurahan. Dalam

musrenbang kelurahan semua masalah – masalah yang diajukan oleh kepala

lingkungan kemudian diseleksi di tingkat Kelurahan Selanjutnya menghasilkan

daftar usulan skala prioritas. Usulan ini berkaitan dengan proses untuk

mengetahui, menggali, dan mengumpulkan informasi yang bersifat lokal dalam

perencanaan musrenbang dengan melihat suatu proses perencanaaan sama dengan

tahap pengumpulan data atau informasi seperti disampaikan petugas lapangan

keluarga berencana Kecamatan Medan Timur:

“Setahun ini nggak ada keterlibatan kita ke musrenbang, dari dulupun kita

misalnya ikut ya tahun-tahun yang dulu itu banyak usulan-usulan dari PLKB gitu

ya, tapi satupun belum pernah ada yang masuk ke program. Orang itu kan lebih

mentingkan ke pembangunan infrastruktur warga seperti jalan atau parit.(RT,

wawancara 8 Oktober2018)”

Sebagai bagian penting dari proses perencanaan program yang partisipatif,

maka musrenbang perlu memiliki karakter, sesuai Keputusan menteri dalam

negeri Nomor : 050-187/Kep/Bangda/2007, tentang pedoman penilaian dan

evaluasi pelaksanaan penyelenggaraan (musrenbang) sebagai berikut: (1).

Merupakan “demand driven process” artinya aspirasi dan kebutuhan peserta

musrenbang berperanan besar dalam menentukan keluaran hasil musrenbang. (2).

Bersifat inkusif artinya musrenbang melibatkan dan memberikan kesempatan

Universitas Sumatera Utara

Page 64: Oleh MUHAMMAD ANCHA SITORUS

53

yang seluas – luasnya kepada semua stakeholders untuk menyampaikan

masalahnya, mengidentifikasi posisinya, mengemukakan pandangannya,

menentukan peranan dan kontribusinya dalam pencapaian hasil musrenbang. (3).

Merupakan proses berkelanjutan artinya merupakan bagian integral dari proses

penyusunan rencana daerah (RKPD). (4) Bersifat “strategic thinking process”

artinya proses pembahasan dalam musrenbang distrukturkan, dipandu, dan

difasilitasi mengikuti alur pemikiran strategis untuk menghasilkan keluaran nyata;

menstimulasi diskusi yang bebas dan fokus, dimana solusi terhadap permasalahan

dihasilkan dari proses diskusi dan negosiasi. (5). Bersifat partisipatif dimana hasil

merupakan kesepakatan kolektif peserta. (6). Mengutamakan kerjasama dan

menguatkan pemahaman atas isu dan permasalahan pembangunan daerah dan

mengembangkan konsensus. (7). Bersifat resolusi konflik artinya mendorong

pemahaman lebih baik dari peserta tentang perspektif dan toleransi atas

kepentingan yang berbeda; memfasilitasi landasan bersama dan mengembangkan

kemauan untuk menemukan solusi permasalahan yang menguntungkan semua

pihak (mutually acceptable solutions).

Pembangunan infrastruktur masih menjadi prioritas utama dalam

perencanaan pembangunan kelurahan yang diusulkan masing masing lingkungan.

Kurangnya pemahaman pengambil kebijakan di tingkat kelurahan dan juga

stakeholder yang ikut dalam musrenbang, maka banyak usulan strategis program

kependudukan, keluarga berencana dan pembangunan keluarga tidak tercantum

dan didokumentasikan dalam dokumen final hasil musrenbang kelurahan.

Penguatan advokasi dan KIE pada pimpinan daerah mulai dari tingkat lingkungan

dan stakeholder/ mitra kerja ini menjadi penting dalam rangka memperoleh

Universitas Sumatera Utara

Page 65: Oleh MUHAMMAD ANCHA SITORUS

54

dukungan secara luas terhadap program. termasuk penganggaran program,

pemahaman program yang kurang menghasilkan kebijakan yang kurang

mendukung, dan tidak ada dukungan perencanaan yang jelas yang berujung pada

minimnya dukungan anggaran dari Pemerintah Daerah seperti disampikan

koordinator penyuluh KB Kecamatan Medan Timur:.

“Dari kami banyak juga kami mau masukin untuk ke musrengbang, masalahnya

untuk penggerakan dibawah lah ya,untuk sub ppkb dan ppkbd itu, itu maunya

adalah dukungannya, kalau dulu itu masih ada istilahnya uang transport ya,

apalah kita bilang gitu ya, uang inget ingetnya untuk kader. kadang kasian juga

kami, ngejar ngejar-ngejar orang itu, nyuruh nyari akseptor, kita kasih tugas tapi

nggak ada kita kasih apa apa, jamannya sekarang kan bukan kayak jaman dahulu

juga kita bilang terima kasih orang itu senang keluar dari rumah, kemaren juga

orang itu ikut pelatihan, hal itu yang ditanyakan, orang dinas nggak bisa jawab

juga.(EW, wawnacara 8 Oktober 2018)”

Untuk lebih mendekatkan perencanaan ke aspirasi masyarakat, salah satu

usaha yang harus ditempuh adalah memberikan kejelasan tentang program -

program yang hendak dilaksanakan terutama mengenai program kependudukan,

keluarga berencana dan pembangunan keluarga, sehingga masyarakat benar –

benar mengerti apa yang hendak dilaksanakan. Besaran dana yang akan digunakan

dalam pelaksanaan kegiatan dan sumber pembiayaan yang akan digunakan, dan

untuk hal tersebut perlu adanya perubahan terhadap mekanisme yang ada pada

proses advokasi, komunikasi, informasi dan edukasi di tingkat kelurahan dengan

pertemuan mulai dari tingkat lingkungan seperti disampikan petugas lapangan

keluarga berencana Kecamatan Medan Timur.

“kenapa kemaren kendalanya jadi kita ya, kita itu tidak diundang, jadi dari kita,

mungkin ini kesalahan kami juga, tidak bisa menjual program kita sama pak

camat dan sama pak lurah, kan gitu”. (RT, Wawancara 9 Oktober 2019)

Setelah diusulkan melalui musrenbang kelurahan, dokumen final dalam

proses perencanaan di kelurahan akan dibahas di musrenbang kecamatan. Karena

Universitas Sumatera Utara

Page 66: Oleh MUHAMMAD ANCHA SITORUS

55

dalam proses musrenbang kelurahan banyak program kependudukan, keluarga

berencana dan pembangunan keluarga yang tidak dijadikan pembahasan dan

program utama. Maka di tingkatan kecamatan untuk perencanaan program di level

kecamatan masih banyak kegiatan strategis penggerakan lapangan yang tidak

tertampung dalam program pada tahun berjalan. Perencanaan program secara

umum masih di dominasi oleh kebijakan perangkat daerah yang terlibat dalam

proses perencanaan maupun program dari SKPD dalam hal ini Dinas

pengendalian Penduduk dan KB Kota Medan, hal ini menyebabkan realisasi

usulan kegiatan menjadi sangat terbatas sepertiyang disampaikan coordinator

penyuluh keluarga berencana Kecamatan Medan Timur:

“Untuk musrenbang, sebenarnya kita udah ada padunya, kita selalu ada target

dari atas selalu fokusnya itu ke pembangunan yang bersifat fisik, misalnya paret,

jalan, itu itu aja gitu, tapi kalau yang kegiatan yang eksplanatorik, pembangunan

sdm, pengolahan sdm lah katanya ya kan dukungannya terbatas.” (EW,

wawancara 9 Oktober 2019)

Usulan yang diberikan dan diturunkan dalam musrenbang tidak terlepas dari

penganggaran dan pada saat menyusun kegiatan pada saat pengusulan program di

dinas, berdasarkan wawancara di dinas, dokumen musrenbang yang sudah

dilakukan juga tidak terdistribusi dengan baik dan masih belum maksimalnya

koordinasi antara petugas baik di tingkat lingkungan sampai kota dalam kaitannya

dengan perencanaan program. Dalam proses penyusunan dokumen perencanaan

daerah, dalam RPJMD Kota Medan. Penyusunan awal program KKBPK masih

menggunakan buku peraturan permendagri tahun 2006 sehingga indikator yang

masuk kedalam RPJMD adalah cakupan peningkatan kesertaan ber-KB. Hal ini

menyebabkan, indikator lain tidak tercantum dalam dokumen perencanaan kota

Universitas Sumatera Utara

Page 67: Oleh MUHAMMAD ANCHA SITORUS

56

medan sehingga dukungan kegiatan hanya terfokus pada kesertaan ber-KB seperti

disampaikan kepala sub bidang pelayanan KB Kota Medan.

“Prioritas kita kalo program KB ini pastilah pelayanan, pembinaan PUS itukan

banyak kegiatan, bisa sampai 20 kegiatan atau 30 kegiatan, misalnya pembinaan

peserta KB aktif, pelayanan KB, kegiatan PKK KB kesehatan, TNI manunggal

KB, penggerakan KB pria, prioritas kita jadinya memang untuk pelayanan

program KB.” (DM, Wawancara 10 Oktober 2019).

4.2.1.2 Indikator Program Tidak Seluruhnya Tertuang Dalam Perencanaan

Daerah

Dengan tidak masuknya indikator penting dalam program kependudukan,

keluarga berencana dan pembangunan keluarga dalam dokumen perencanaan

daerah, maka ada dampak langsung dalam penganggaran dinas pengendalian

penduduk dan KB Kota Medan, karena indikator yang masuk ke dokumen

perencanaan tidak secara menyeluruh sesuai permendagri 86 tahun 2017 dalam

indikator KKBPK. Alokasi anggaran juga lebih kecil melalui APBD lebih kecil

karena fokus utama pada peningkatan kesertaan ber KB. Berdasarkan review

Bappenas dan Mendagri untuk Kota Medan pada tahun 2018 Kota Medan akan

melakukan revisi RPJMD, untuk ini pengusulan program dalam perencanaan

daerah harus sesuai Permendagri nomor 86 tahun 2017 bisa dimasukkan kedalam

dokumen perencanaan daerah. Pengusulan revisi sudah diajukan dan disusun

renstra baru Dinas Pengendalian Penduduk dan KB setelah dibentuknya

nomenklatur baru pada akhir tahun 2017 seperti disampikan sekretaris dinas

pengendalian penduduk dan KB Kota Medan.

“Orang keuangan sama bapeda pemko, ada kegiatan yang harusnya udah

diperbarui, kita konsep ulang lagi. Disitu kita tambahkan program pengendalian

penduduk dan penggerakan. Tapi terkait pengannaran keuangan, kita ikut

permendagri nomor 38 tahun 2018.” (TH, Wawancara 10 Oktober 2019)

Universitas Sumatera Utara

Page 68: Oleh MUHAMMAD ANCHA SITORUS

57

Dalam pengelolaan program, selain dana didukung oleh dana APBD

terdapat juga dana APBN yang tertuang dalam Dana Alokasi Khusus (DAK)..

Dana DAK mencakup pembangunan fisik dan non fisik dengan juknis yang telah

ditetapkan oleh BKKBN. Untuk Kota Medan, terkait dana DAK terjadi ketidak

sesuaian dalam proses perencanaan di daerah. Dana DAK yang diberikan

mengurangi porsi APBD dalam dinas PP dan KB Kota Medan seperti disampaikan

kasubbag perencanaan dinas PP dan KB Kota Medan.

“Anggaran kita dikurangi lagi dari APBD gara gara dana DAK itu, jadi maunya

jangan gitu, jadi APBD kami jadi sedikit jadinya. Kalau yang kami tau anggaran

itu tidak seharusnya menempel, karena memang dia sudah dimasukkan ke APBD

tapikan sifatnya sebagai dana perimbangan, dana DAK bukan dana apbd.

Anggaran kita berkurang 5 Miliar dari tahun sebelumnya”. (N, wawancara 10

Oktober 2018)

Pengurangan anggaran ini berpengaruh pada penajaman program sampai

ke lini lapangan. Bila dilihat dari dokumen perencanaan dinas, baik renstra dan

renja sudah sesuai dengan pedoman permendagri 86 Tahun 2017. Penyusunan

renstra dilakukan oleh dinas dan di damping tenaga ahli dari koalisi kependudukan

sumatera utara. Namun ketika berkoordinasi dengan Bappeda, terjadi

ketidaksesuaian dalam perencanaan. Untuk tahun 2018, di Kota Medan juga

terjadi efisensi anggaran yang mengurangi pagu anggaran dari yang ditetapkan

sebelumnya. Alokasi anggaran kegiatan untuk Tahun 2018 melalui dana APBD

dan APBN berdasarkan sasaran strategis dan indikator kinerja dijabarkan dalam

program kegiatan seperti tabel berikut ini:

Universitas Sumatera Utara

Page 69: Oleh MUHAMMAD ANCHA SITORUS

58

Tabel 01. Alokasi Anggaran kegiatan Dinas Pengendalian penduduk

dan KB Kota Medan Tahun 2018

No Program Anggaran

1. Keluarga Berencana 4.239.738.021,-

2. Kesehatan Reproduksi Remaja 75.427.872,-

3. Pelayanan Kontrasepsi 505.937.844,-

4. Pembinaan Peran Serta Masyarakat Dalam pelayanan

KB/KR Mandiri

799.195.349,-

5. Pengembangan Bahan Informasi Tentang Pengasuhan

dan pembinaan Tumbuh Kembang Anak

64.189.200,-

6. Pengembangan Pusat pelayanan dan Inforrmasi

Kesehatan Reproduksi Remaja

90.255.692,-

7. Penyiapan Tenaga pendamping kelompok Bina

Keluarga

78.411.320,-

8. Dalduk, Advokasi, KIE dan Penggerakan 3.101.458.180,-

Untuk tahun 2018 dilakukan perbaikan RPJMD dan diusulkan 5 indikator

yang akan dimasukkan kedalam dokumen RPJMD oleh dinas ke Bappeda

mengacu pada renstra di BKKBN seperti disampaikan kasubbag perencanaan

dinas PP dan KB Kota Medan.

“Padahal kita sudah ngirimkan dan sudah masuk ke dalam system dan

bunyinya dulu kerjakan renstra yang baru sesuai dengan permendagri 86,

suratnya itu 2 kali sudah kita kerjakan, sudah masuk ke sistem, RKPD dari

sisi penganggaran oke, tapi dari sisi perencanaan kerja, penyesuaian kerenja

belum matching, termasuk di RPJMD”. (N, Wawancara 10 Oktober 2019)

Terkait dana APBN dalam DAK fisik dan non fisik, pengurangan anggaran

cukup besar pada tahun 2018 untuk dinas PP dan KB Kota Medan. Anggaran

DAK yang tertampung di dalam APBN seperti pada lampiran. Selain melakukan

perencanaan program melalui musrenbang, Dinas Pengendalian Penduduk dan

Universitas Sumatera Utara

Page 70: Oleh MUHAMMAD ANCHA SITORUS

59

Keluarga Berencana Kota Medan juga melakukan perencanaan terkait kebutuhan

dan distribusi alat kontrasepsi juga penting untuk diperhatikan, mengingat

program Keluarga Berencana merupakan program yang menjadi indikator kinerja

utama Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana. Setelah program

Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) diluncurkan pada tanggal 1 Januari 2014

dengan tujuan peningkatan akses masyarakat pada pelayanan kesehatan yang

bermutu dan menyeluruh, sehingga tercapai jaminan kesehatan semesta atau

universal health coverage (UHC). Dalam hal ini, program Keluarga Berencana

melalui pelayanan KB merupakan bagian dari upaya promotif-preventif. alat

kontrasepsi yang disediakan BKKBN bagi peserta JKN adalah kondom, pil

kombinasi, suntikan 3 bulanan, implan/alat kontrasepsi bawah kulit (AKBK) atau

yang dikenal susuk KB, IUD/alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR), dan alat dan

obat kontrasepsi baru sesuai kebijakan pemerintah

Ketersedian keseluruhan alat kontrasepsi ini bergantung kepada BKKBN

melalui Perwakilan BKKBN Provinsi sesuai dengan pembagian kewenangan

urusan pada Undang Undang Nomor 23 tahun 2014. Perhitungan perencanaan

alat kontrasepsi dilakukan melalui penetapan perkiraan permintaan masyarakat

yang yang diberikan oleh Perwakilan BKKBN Provinsi Sumatera Utara. Setelah

didapat angka perkiraan permintaan masyarakat untuk Kota Medan, perencanaan

alat kontrasepsi ke kecamatan dan fasilitas kesehatan dihitung oleh Dinas

Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Kota Medan. Untuk penentuan

target di tiap kecamatan, perencanaan alkon melalui perkiraan permintaan

masyarakat dihitung berdasarkan jumlah pasangan usia subur di tiap kecamatan

melalui data statistik rutin yang dilaporkan setiap bulan oleh sub bagian data dan

Universitas Sumatera Utara

Page 71: Oleh MUHAMMAD ANCHA SITORUS

60

informasi berdasarkan laporan lapangan petugas keluarga berencana. System ini

masih bersifat top – down dengan dasar jumlah PUS yang tidak ber KB di

kecamatan.

Databasis yang digunakan dalam perencanaan mengunakan data statistik

rutin yang ditangani sub bagian data dan informasi dalam bidang pengendalian

penduduk. Berdasarkan data statistik rutin, untuk tahun 2018 dilakukan kebijakan

pencatatan ulang kepada keluarga dan pasangan usia subur (PUS) untuk perbaikan

data dilapangan. Perbaikan data dilakukan oleh petugas lapangan KB dan kader

yang dilakukan dari rumah ke rumah. Berdasarkan perbaruan data yang dilakukan,

untuk data PUS Kota Medan pada desember 2017 sejumlah 273.571 pasangan

menjadi 207.010 pasangan pada dedember 2018. Ini artinya bila dibandingkan

dengan data 2017, ada selisi 66.561 PUS yang berkurang. Hal ini menjadi cukup

besar dan akan berpengaruh pada capaian target kinerja dan perencanaan

kedepannya, untuk mengatasi hal ini dilakukan registrasi ulang pasangan usia

subur di setiap kelurahan oleh penyuluh keluarga berencana melalui form

R/1/PUS sebagai pembaruan basis data Kota Medan secara berjenjang.

4.2.2. Dukungan Dan Kapasitas Kelembagaan Dalam Perencanaan

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang pemerintah Daerah

sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 terjadi

perubahan kewenangan pada pemerintah daerah. Kepada pemerintah daerah

diberikan keleluasaan untuk menyelenggarakan pemerintahan yang mencakup

seluruh bidang pemerintahan, kecuali bidang-bidang yang berdasar Undang-

Undang telah ditetapkan sebagai kewenangan pusat. Berdasarkan hal ini sebagian

pemerintah Kabupaten dan Kota memiliki penafsiran yang bervariasi yang

Universitas Sumatera Utara

Page 72: Oleh MUHAMMAD ANCHA SITORUS

61

mengakibatkan sistem penyelenggaraan berjalan tidak efektif. Hal ini bisa dilihat

dari nomenklatur pengelola program di Kabupaten/ Kota yang berbeda.

Berdasarkan pasal 12 ayat (2) huruf h dan lampiran huruf (N) Undang-undang 23

Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, semakin tegas bahwa pengendalian

penduduk dan Keluarga Berencana adalah urusan Pemerintah wajib yang tidak

berkaitan dengan pelayanan dasar yang menjadi urusan Pemerintah Pusat dan

Daerah Provinsi serta Daerah Kabupaten dan Kota.

“Setelah otonomi ini, kita dalam pencapaian target kinerja secara langsung

bertanggung jawab kepada walikota. Beda dengan dulu dibawah BKKBN

langsung. Dalam penetapan target, kita juga mengacu ke target yang ada di

dokumen RPJMD”. (SRL, Wawancara 11 Oltober 2018)

Pendekatan-pendekatan dalam mengelola KB yang selama ini dilakukan

melalui BKKBN untuk mengemban dan melaksanakan visi dan misinya menemui

banyak kendala untuk dimplementasikan. Perubahan pada kewenangan dan

struktur organisasi pengelola KB di daerah serta hubungan kerja yang bersifat

hierarki antara pengelola KB di tingkat kabupaten dan BKKBN. Perubahan-

perubahan tersebut selanjutnya akan berpengaruh pada suasana dan kinerja

(corporate culture) program KKBPK di daerah yang selama ini telah

dilaksanakan. Melalui Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 dan Keputusan

Presiden Nomor 103 Tahun 2001 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi,

Kewenangan dan Susunan Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non

Departemen, Kabupaten/ Kota memiliki kemandirian dalam menangani masalah

KB, termasuk urusan anggaran dan personilnya.

Berdasarkan peraturan pemerintah nomor 18 tahun 2016 tentang perangkat

daerah, Dinas Pengendalian Penduduk dan KB Kota Medan merukapan dinas tipe

Universitas Sumatera Utara

Page 73: Oleh MUHAMMAD ANCHA SITORUS

62

A. Dinas Pengendalia Penduduk dan KB juga membawahi Balai Penyuluh di 21

kecamatan yang di pimpin oleh koordinator KB kecamatan dan membawahi

PLKB yang bertugas di tingkat kelurahan. Melalui Undang Undang Republik

Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang pemerintah daerah, program

kependudukan, KB dan Pembangunan Keluarga merupakan urusan pemerintahan

wajib yang tidak berkaitan dengan pelayanan dasar

Universitas Sumatera Utara

Page 74: Oleh MUHAMMAD ANCHA SITORUS

63

NO SUB URUSAN PEMERINTAH PUSAT DAERAH PROVINSI DAERAH

KABUPATEN/KOTA

1 2 3 4 5

1. Pengendalian Penduduk a. Pemaduan dan sinkronisasi kebijakan pengendalian

kuantitas penduduk.

b. Penetapan perkiraan pengendalian penduduk secara

nasional.

a. Pemaduan dan sinkronisasi

kebijakan Pemerintah Pusat

dengan Pemerinta Daerah provinsi

dalam rangka pengendalian

kuantitas penduduk.

b. Pemetaan perkiraan pengendalian

penduduk cakupan Daerah

provinsi.

a. Pemaduan dan sinkronisasi kebijakan Pemerintah Daerah

Provinsi dengan Pemerintah

Daerah kabupaten/kota dalam

rangka pengendalian kuantitas

penduduk.

b. Pemetaan perkiraan pengendalian penduduk

cakupan Daerah

kabupaten/kota.

2. Keluarga Berencana (KB) a. Penyusunan desain program dan pengelolaan advokasi,

komunikasi, informasi dan

edukasi

a. Pengembangan desain program, pengelolaan dan pelaksanaan

advokasi, komunikasi, informasi

dan

a. Pelaksanaan advokasi, komunikasi, informasi dan

edukasi (KIE) pengendalian

penduduk

Tabel 02. Pembagian Sub Urusan Program KKBPK.

Universitas Sumatera Utara

Page 75: Oleh MUHAMMAD ANCHA SITORUS

64

NO SUB URUSAN PEMERINTAH PUSAT DAERAH PROVINSI DAERAH KABUPATEN/KOTA

1 2 3 4 5

pengendalian penduduk

b. Pengelolaan tenaga penyuluh KB/petugas lapangan KB

(PKB/PLKB).

c. Pengelolaan dan penyediaan alat dan obat kontrasepsi untuk

kebutuhan PUS nasional.

d. Pengelolaan dan pengendalian

sistem informasi keluarga.

e. Pemberdayaan dan peningkatan peran serta organisasi

kemasyarakatan tingkat

nasional dalam pengendalian

pelayanan dan pembinaan

kesertaan

edukasi (KIE) pengendalian

penduduk dan KB sesuai

kearifan budaya lokal.

b. Pemberdayaan dan peningkatan peran serta organisasi

kemasyarakatan tingkat Daerah

provinsi dalam pengelolaan

pelayanan dan pembinaan

kesertaan ber-KB.

Dan KB sesuai kearifan budaya

lokal.

b. Pendayagunaan tenaga

penyuluh KB/petugas lapangan

KB (PKB/PLKB).

c. Pengendalian dan pendistribusian kebutuhan alat dan obat

kontrasepsi serta pelaksanaan

pelayanan KB di Daerah

kabupaten/kota.

d. Pemberdayaan dan peningkatanperan serta organisasi

kemasyarakatan tingkat Daerah

kabupaten/kota dalam

pelaksanaan pelayanan dan

pembinaan

Universitas Sumatera Utara

Page 76: Oleh MUHAMMAD ANCHA SITORUS

65

NO SUB URUSAN PEMERINTAH PUSAT DAERAH PROVINSI DAERAH

KABUPATEN/KOTA

1 2 3 4 5

ber-KB. kesertaan ber-KB.

3. Keluarga Sejahtera a. Pengembangan desain program pembangunan keluarga melalui

pembinaan ketahanan dan

kesejahteraan keluarga.

b. Pemberdayaan dan peningkatan

peran serta organisasi

kemasyarakatan tingkat nasional

dalam pembangunan keluarga

melalui ketahanan dan

kesejahteraan keluarga.

a. Pengelolaan pelaksanaan desain program pembangunan keluarga

melalui pembinaan ketahanan dan

kesejahteraan keluarga.

b. Pemberdayaan dan peningkatan

peran serta organisasi

kemasyarakatan tingkat Daerah

provinsi dalam pembangunan

keluarga melalui pembinaan

ketahanan dan kesejahteraan

keluarga.

a. Pelaksanaan pembangunan keluarga melalui pembinaan

ketahanan dan kesejahteraan

keluarga.

b. Pelaksanaan dan peningkatan

peran serta organisasi

kemasyarakatan tingkat Daerah

kabupaten/kota dalam

pembangunan keluarga

melalui pembinaan ketahanan

dan kesejahteraan keluarga.

Universitas Sumatera Utara

Page 77: Oleh MUHAMMAD ANCHA SITORUS

66

NO SUB URUSAN PEMERINTAH PUSAT DAERAH PROVINSI DAERAH

KABUPATEN/KOTA

1 2 3 4 5

4. Standardisasi dan Sertifikasi Standardisasi pelayanan KB dan sertifikasi tenaga penyuluh KB/

petugas lapangan KB (PKB/PLKB).

--- ---

Universitas Sumatera Utara

Page 78: Oleh MUHAMMAD ANCHA SITORUS

67

Sekaitan dengan kelembagaan, kepala daerah dalam hal ini walikota yang

menentukan apakah program KKBPK masuk sebagai prioritas atau tidak dalam

visi dan misi yang dituangkan dalam dokumen perencanaan daerah. Program

prioritas selain pelayanan KB adalah penggerakan melalui kampung KB sebagai

salah satu upaya pengentasan kemiskinan dan pembangunan di wilayah tertinggal.

Untuk Kota Medan, terdapat 21 Kampung KB yang menjadi wilayah prioritas

penggarapan program seperti disampaikan sekretaris Perwakilan BKKBN

Provinsi Sumatera Utara.

“Ketika berbicara kampung KB kita tidak hanya cerita program KB, tapi juga

memberdayakan potensi masyarakat agar berperan nyata dalam pembangunan.

Pendekatan yang kita lakukan adalah membangun masyarakat berbasis keluarga,

menyejahterakan masyarakat, serta memenuhi kebutuhan masyarakat melalui

pelaksanaan integrasi program lintas sektor. Pembangunan lintas sektor dan

kemitraan melibatkan peran bernagai pihak seperti swasta, provider, dan

pemangku kepentingan lainnya.” (YB, Wawancara 11 Oktober 2018)

Perubahan kelembagaan program ini sedikit banyak telah memberikan

dampak yang sifatnya cenderung beragam terhadap keberhasilan program

dilapangan. Hal tersebut disebabkan oleh komando yang terputus dari BKKBN

pusat dan provinsi ke kabupaten/ kota. Dengan menggunakan pendekatan yang

bersifat koordinatif atau bukan hirarikis. Keberhasilan program ini menjadi sangat

ditentukan oleh dukungan politis dan operasional dari para pengambil kebijakan

di daerah. Hal ini menyebabkan tidak adanya sinkronisasi antara target kinerja

BKKBN yang dituangkan kedalam target provinsi dengan target yang ada di

dokumen perencanaan Kota Medan.

Universitas Sumatera Utara

Page 79: Oleh MUHAMMAD ANCHA SITORUS

68

Terkait dengan ketersediaan alkon pada saat penelitian, secara tugas pokok

kelembagaan dalam penyediaan alkon merupakan wewenang BKKBN dalam hal

ini perwakilan BKKBN provinsi Sumatera Utara dalam pengadaan dan distribusi

sampai tingkat kota. Pada saat penelitian, di Kota Medan ada permasalahan antara

lain kekosongan alkon jenis implant dan menumpuknya ketersediaan alkon pil dan

suntik pada beberapa fasilitas kesehatan. Permasalahan ini menyebabkan fasilitas

kesehatan yang menjadi lokasi pelayanan KB tidak dapat memberikan pilihan

seluruh metode yang seharusnya ditawarkan kepada sasaran program KB yaitu

pasangan usia subur. Kejadian kekosongan alat kontrasepsi (stock out) proses

pengadaan beberapa jenis alat kontrasepsi di Perwakilan BKKBN Provinsi

Sumatera Utara masih belum selesai. Kekosongan alkon ini berdampak langsung

pada pelayanan program KB di masyarakat. Selain kekosongan, terdapat juga

penumpukan alkon di fasilitas kesehatan untuk jenis kontrasepsi pil kombinasi,

suntikan 3 bulan dan kondom seperti disampaikan kasubbid pelayanan KB Dinas

PP dan KB Kota Medan.

“Tahun 2018 ada stok alkon yang kosong karena keterlambatan proses

pengadaan di Provinsi terutama Implant. Padahal untuk pengguna Implant di

Kota Medan dalam penggarapan peserta KB baru palingdiminati. Karena stok

alkonnya kosong, kita ubah ke metode lain yang non MKJP.” (DM, wawancara

10 Oktober 2018)

Permasalahan perencanaan alkon ini terjadi karena kurangnya manajemen

inventaris sistem perencanaan dengan ketersediaan data yang akurat dan berujung

pada tidak efektifnya penyaluran alkon. Perhitungan jumlah alkon yang harus

dipasok tidak responsif terhadap pola konsumsi yang berubah-ubah dimasyarakat.

Lemahnya data penggunaan alat kontrasepsi di lapangan tidak terlepas dari,

kelemahan dalam manajemen informasi sistem logistik akibat dari ketiadaan

catatan stok atau pencatatan stok yang tidak tepat di fasilitas kesehatan pelayanan

Universitas Sumatera Utara

Page 80: Oleh MUHAMMAD ANCHA SITORUS

69

kontrasepsi. Solusi yang ditawarkan untuk mengatasi kekosongan beberapa jenis

alat kontrasepsi ini adalah dengan mengganti cara kepada metode lain yang

tersedia juga melakukan permintaan ke BKKBN.

4.2.3. Masih Kurangnya Kapasitas Sumber Daya Manusia

Dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi, Dinas Pengendalian

Penduduk dan Keluarga Berencana Kota Medan didukung aparatur sebanyak 184

pegawai dengan komposisi sebagai berikut:

Tabel 03. Komposisi Aparatur Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga

Berencana Kota Medan.

No Uraian Jumlah

(Orang)

Persentase

(%)

1. Jumlah pegawai 184 100

2. Kualifikasi Menurut Pendidikan :

1.1. SLTA Sederajat

1.2. D-III

1.3 S 1

1.4 S 2

41

56

84

3

22,29

30,44

45,66

1,63

3. Kualifikasi Menurut Golongan

3.1. Golongan II

3.2. Golongan III

3.3 Golongan IV

34

117

33

18,48

63,59

17,94

4. Kualifikasi Menurut Jabatan

4.1 Eselon II

1

6,6

Universitas Sumatera Utara

Page 81: Oleh MUHAMMAD ANCHA SITORUS

70

4.2 Eselon III

4.3 Eselon IV

4

10

26,6

66,6

Sumber : Dinas Pengendalian Penduduk dan KB Tahun 2018

Dalam menjalankan perencanaan, manajemen perencanaan pembangunan

dilakukan dibawah koordinasi bidang sekretariat. Perencanaan program dan

kegiatan kesekretariatan dengan mempedomani rencana umum kota, rencana

strategis dan rencana kerja dinas untuk terlaksananya sinergitas perencanaan.

Pelaksanaan dan pengorganisasian penyusunan bahan kebijakan standart

operasional prosedur, standard pelayanan, standard kompetensi jabatan, analisa

jabatan, analisa beban kerja, evaluasi jabatan laporan kinerja dan standard lainnya

lingkup kesekretariatan untuk terselenggaranya aktivitas dan tugas secara optimal

seperti disampikan sekretaris Dinas PP dan KB Kota Medan.

“Ada beberapa orang yang sudah dilatih tentang program pindah ke dinas lain,

sekarang diisi yang baru dari dinas lain. Jadi untuk program dengan orang baru,

harus mulai belajar lagi.” (TH, Wawancara 11 Oktober 2019)

Selain di dinas PP dan KB Kota Medan, terdapat juga petugas di lini

lapangan, untuk petugas lapangan KB Kota Medan terdapat petugas lapangan

sejumlah 139 orang. Setelah dilakukan tes kompetensi oleh Perwakilan BKKBN

Provinsi Sumatera Utara jumlah PKB dengan kompetensi diatas rata rata

mencapai 33 orang, sedangkan jumlah PKB dengan kompetensi dibawah rata –

rata mencapai 106 orang. Kompetensi ini mencakup kompetensi teknis,

kompetensi manajerial dan kompetensi sosio cultural dalam penggerakan program

KKBPK di lapangan seperti disampikan sekretaris Dinas PP dan KB Kota Medan.

Universitas Sumatera Utara

Page 82: Oleh MUHAMMAD ANCHA SITORUS

71

“Kompetensi PLKB masih banyak yang rendah, tidak hanya di Medan tetapi juga

di Sumatera Utara. Melalui BKKBN Provinsi dilakukan pelatihan untuk update

materi program, tapi memang jumlahnya terbatas. Kita di Kota Medan untuk

pelatihan memang sebagian besar masih melalui BKKBN Provinsi.” (TH,

wawancara 11 Oktober 2019)

Dalam 5 tahun terakhir, terkait pejabat pada dinas pengendalian penduduk

dan KB Kota Medan baik pejabat esselon II dan esselon III terjadi rotasi yang

menyebabkan perubahan struktur. Hal ini menyebabkan, penurunan pemahaman

terkait program KKBPK terutama pada pejabat yang sebelumnya telah dilatih dan

paham terhadap program KKBPK. Untuk Bappeda terkait perencanaan, hal yang

sama juga terjadi terkait rotasi pejabat yang berwenang. Hal ini berpengaruh pada

pemahaman pengambil kebijakan dalam proses perencanaan program KKBPK.

Terkait perencanaan program, selama dua tahun terakhir dalam penyusunan

perencanaan kegiatan dinas melalui Bappeda dalam undangan rapat yang

diundang adalah kasi perencanaan sehingga dalam pengambilan kebijakan

cenderung lebih panjang dalam prosesnya karena tidak melibatkan kepala bidang

atau kepala dinas secara langsung. Selain pengelolaan APBD, untuk Kota Medan

ada juga dukunagan dana APBN dalam DAK. Dalam pengelolaan dana DAK,

melalui seperti disampaikan kasubbag perencanaan Perwakilan BKKBN Provinsi

Sumatera Utara:

“Pada pembahasan dana DAK tahun 2018 dalam pertemuan yang dilakukan

BKKBN Sumatera Utara, Bappeda Kota Medan tidak hadir.” (SRL, wawancara 11

Oktober 2019)

4.3. Pembangunan Program KKBPK Secara Berkelanjutan Pada Dokumen

Perencanaan Daerah

Undang-undang No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka

Panjang Nasional tahun 2005-2025 menetapkan bahwa visi pembangunan

Universitas Sumatera Utara

Page 83: Oleh MUHAMMAD ANCHA SITORUS

72

nasional adalah untuk mewujudkan Indonesia Yang Mandiri, Maju, Adil dan

Makmur. Kemandirian dalam mewujudkan kehidupan sejajar dan sederajat

dengan bangsa lain dengan mengandalkan pada kemampuan dan kekuatan sendiri.

Maju dengan tingkat kemakmuran yang tinggi disertai dengan sistem dan

kelembagaan politik dan hukum yang mantap. Keadilan tanpa ada pembatasan/

diskriminasi dalam bentuk apapun, baik antar individu, gender, maupun wilayah.

Kemakmuran dengan kebutuhan hidup masyarakat Indonesia telah terpenuhi

sehingga dapat memberikan makna dan arti penting bagi bangsa-bangsa lain. Visi

pembangunan nasional untuk tahun RPJMN tahun 2015-2019 adalah:

Terwujudnya Indonesia Yang Berdaulat, Mandiri, Dan Berkepribadian

Berlandaskan Gotong-Royong.

Berdasarkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)

Kota Medan Tahun 2016 - 2021 maka visi pembangunan kota tahun 2016 - 2021

ditetapkan sebagai berikut: “Menjadi Kota Masa Depan Yang Multikultur, Berdaya

Saing, Humanis, Sejahtera Dan Religius”. Berdasarkan gambaran dan harapan Visi

Kota Medan maka ditetapkan Misi pembangunan kota tahun 2016-2021 yang

menjadi pijakan program KKBPK adalah pada poin ke 5 (lima) yaitu Mendorong

peningkatan kesempatan kerja dan pendapatan masyarakat melalui peningkatan

taraf pendidikan dan kesehatan masyarakat secara merata dan berkeadilan. Misi ini

kemudian dijabarkan dengan tujuan mewujudkan Kota Medan sebagai pusat

pelayanan kesehatan regional dengan sasaran peningkatan akses dan pelayanan

kesehatan dengan strategi peningkatan akses dan kualitas pelayanan Keluarga

Berencana.

Universitas Sumatera Utara

Page 84: Oleh MUHAMMAD ANCHA SITORUS

73

Kementerian Dalam Negeri melalui Peraturan Mentri Dalam Negeri

(Permendagri) Nomor: 86 Tahun 2017 menjelaskan poin aspek dan indikator

kinerja menurut bidang urusan penyelenggaraan tingkat outcome pemerintah

daerah seperti pada lampiran. Dalam penetapan indikator kinerja Dinas

Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana dalam RPJMD tahun 2016 –

2021 belum semua indikator bisa dicantumkan sesuai dengan Permendagri Nomor

86 Tahun 2017 dengan 31 indikator kinerja. Dalam RPJMD Kota medan indikator

kinerja program Kependudukan, KB dan Pembangunan Keluarga yang tercantum

hanya satu indikator prevalensi peserta KB aktif. Telah ada upaya yang dilakukan

oleh dinas PP dan KB Kota Medan dalam sinkronisasi indikator kinerja seiring

dengan perubahan nomenklatur sebelumnya dari Badan ke Dinas. Dinas

Pengendalian Penduduk dan KB di Kota Medan. Sinkronisasi dilakukan antara

renstra dinas dengan renstra Kemendagri dan BKKBN. Selain di dokumen Renstra,

Dinas Pengendalian Penduduk dan KB berupaya merevisi indikator kinerja bidang

pengendalian penduduk dan KB sesuai RPJMN 2016 - 2021. Revisi ini dilakukan

secara menyeluruh oleh Pemerintah Kota Medan dan DPRD untuk merevisi Perda

Kota Medan tentang rencana pembangunan jangka menengah daerah (RPJMD)

Kota Medan 2016-2021 sebagai konsekuensi dialihkan sejumlah kewenangan ke

pemerintah provinsi. Ada beberapa kewenangan pemerintah kota yang dialihkan ke

pemerintah provinsi. Hal ini berpengaruh terhadap Perda RPJMD yang telah

disahkan 2016. Pelimpahan kewenangan ini berimplikasi terhadap perubahan

organisasi perangkat daerah (OPD) di wilayah kerja Pemko Medan. Untuk Dinas

Pengendalian Penduduk dan KB Kota Medan, perubahan kewenangan ada pada

pengelolaan Petugas Keluarga Berencana (PKB) yang sebelumnya merupakan

Universitas Sumatera Utara

Page 85: Oleh MUHAMMAD ANCHA SITORUS

74

urusan pemerintah daerah, setelah perubahan kewenangan maka urusan PKB

diserahkan ke pemerintah pusat melalui instansi BKKBN.

Dalam Perbaikan RPJMD Kota Medan, Dinas Pengendalian Penduduk dan

Keluarga Berencana Kota Medan telah menetapkan rencana strategis mengacu

pada permendagri nomor Permendagri Nomor 86 Tahun 2017. Namun, dari 31

indikator kinerja, yang tercantum dalam renstra hanya 30 indikator, indikator

persentase pembiayaan program kependudukan, KB dan pembangunan keluarga

melalui APBD dan APBDes tidak dicantumkan. Penetapan indikator kinerja untuk

Tahun 2018 antara Walikota Medan dengan kepala Dinas Pengendalian Penduduk

dan KB Kota Medan pada bulan April 2018 telah diusulkan penambahan indikator

perjanjian kerja dengan penambahan:

1. Menurunkan tingkat kemiskinan dan penanggulangan masalah

kesejahteraan sosial.

2. Jumlah rata rata anak yang dilahirkan perempuan/Total Fertility Rate

(TFR)

3. Rata rata jumlah anak per Keluarga

4. Cakupan petugas keluarga berencana yang didayagunakan perangkat

daerah KB untuk perencanaan dan pelaksanaan pembangunan daerah di

bidang pengendalian penduduk.

5. Rasio petugas pembantu Pembina keluarga berencana kelurahan di tiap

kelurahan.

Selain sinkronisasi dalam RPJMD, dalam penyusunan renstra dinas

memperhatikan perubahan lingkungan strategis dalam penajaman program

KKBPK di lini lapangan, diantaranya terkait otonomi daerah. Langkah yang dapat

Universitas Sumatera Utara

Page 86: Oleh MUHAMMAD ANCHA SITORUS

75

dilakukan untuk mengatasi permasalahan rentang kendali manajemen pelayanan

Program KKBPK di Kota Medan, diantaranya melalui:

1. Ketersediaan instrumen regulasi yang mendukung penuangan program dan

kegiatan Pembangunan Bidang Kependudukan dan KB ke dalam program

dan kegiatan pemerintah kota;

2. Ketersediaan rancang bangun program Kependudukan, KB dan

Pembangunan Keluarga (KKBPK) yang tertuang dalam arah kebijakan

umum daerah, Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)

dan Rencana Strategis Daerah (Renstrada) serta Rencana Kerja Pemerintah

Daerah (RKPD) Kota Medan;

3. Penguatan kelembagaan Pengendalian Penduduk dan KB di Kota Medan;

4. Pendayagunaan Tenaga Penyuluh KB dan Petugas Lapangan KB

(PKB/PLKB) oleh Pemerintah Kota Medan serta Optimalisasi fungsi

PPKBD dab Sub-PPKBD (kader) sebagai ujung tombak pelaksana Program

KKBPK di lini lapangan.

Namun sampai saat ini, usulan yang dilakukan oleh Dinas PP dan KB kota

medan ke bappeda masih belum terealisasi dalam revisi dokumen RPJMD.

Sasaran pembangunan manusia dan masyarakat dapat dilihat dari target pada tabel

dibawah ini:

Tabel 04. Sasaran Pembanagunan Masyarakat Dinas Pengendalian

Penduduk dan Keluarga Berencana Kota Medan

No Pembangunan Baseline 2014 Sasaran 2019

1 Rata Rata Laju Pertumbuhan

Penduduk

1,49

(2000 – 2010)

1,19

(2010 – 2020)

2 Angka Kelahiran Total

(TFR)

2.6

(SDKI 2012)

2.3

3 Angka Prevalensi Pemakaian 61.9% 66%

Universitas Sumatera Utara

Page 87: Oleh MUHAMMAD ANCHA SITORUS

76

Kontrasepsi (CPR) semua

metode

(SDKI 2012)

4 Penggunaan Metode

Kontrasepsi Jangka Panjang

18.3 12.5

5 Tingkat Putus Pakai

Kontrasepsi

27.1 24.6

4.3.1 Analisa Internal dan Eksternal dalam Pengelolaan Program KKBPK

Analisis pada lingkuan internal dan eksternal untuk mengidentifikasi faktor

yang menjadi kekuatan dan kelemahan yang menjadi sumber daya Dinas

Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Kota Medan untuk

menghadapi peluang dan ancaman. Keterkaitan antara lingkungan dan eksternal

adalah seperti Tabel berikut ini:

Tabel 05. Analisa Internal dan Eksternal Lingkungan Strategis Dinas

Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Kota Medan.

Kekuatan Kelemahan

Internal 1. Dukungan Sumber Daya

Manusia yang Kompeten.

2. Adanya Tugas Pokok dan Fungsi

yang jelas.

3. Ketersediaan Data dan Informasi

Program KB.

4. Adanya Komitmen untuk

meningkatkan Kinerja Aparatur

5. Tersedianya dana UPPKS.

6. Tersedianya Peraturan

Perundang-undangan dalam

melaksanakan kegiatan.

7. Tersedianya dukungan sarana dn

prasarana yang memadai.

8. Tersedianya Potensi Koordinator

Penyuluh Lapangan Keluarga

Berencana sesuai kebutuhan di

kecamatan.

9. Dapat ditingkatkan kuantitas dan

kualitas tenaga lapangan

(penyuluh KB) sesuai kebutuhan.

1. Ketersediaan anggaran yang

terbatas untuk pelaksanaan

program dan kegiatan.

2. Koordinasi antar SKPD

belum optimal.

3. Terbatas dan kurangnya

kompetensi SDM di

lapangan.

4. Belum maksimalnya fungsi

konseling.

5. Belum maksimalnya fungsi

tim monitoring evaluasi

dilapangan secara

berjenjang.

6. Masih lemahnya penguatan

desentralisasi data.

7. Akses online system belum

maksimal.

Universitas Sumatera Utara

Page 88: Oleh MUHAMMAD ANCHA SITORUS

77

10. Antusias Institusi Masyarakat

(PPKBD dan sub PPKBD)

terhadap KB masih cukup tinggi

Eksternal 1. Sasaran menjadi peserta KB bagi

Pasangan Usia Subur (PUS)

masih terbuka luas.

2. Sasaran peserta KB Pria masih

terbuka luas untuk menekan

Angka Kelahiran dalan upaya

pengendalian pertumbuhan

penduduk.

3. Antusias Institusi Masyarakat

(PPKBD dan Sub PPKBD)

terhadapa KB masih cukup tinggi

4. Membangun kerjasama antar

Dinas/Instansi, Lintas Sektoral

dan Organisasi Kemasyarakatan,

Tokoh agama.

5. Dapat ditingkatkan jumlah

anggaran yang diperlukan untuk

pelaksanaan program dan

kegiatan yang bersumber dari

APBD.

6. Dapat ditingkatkan kuantitas dan

kualitas Tenaga Lapangan

(Penyuluh KB) sesuai kebutuhan

1. Masig terbatasnya

ketersedian Alat Kontrasepsi

terutama Implant

2. Masih tingginya Kawin Usia

Muda pada masyarakat

tertentu.

3. Budaya anak lebih dari dua

masih berlaku pada

masyarakat tertentu.

Berdasarkan analisis dan pemetaan kinerja tahun 2016 – 2017, telah

dilakukan identifikasi beberapa isu strategis dan permasalahan pengendalian

kuantitas penduduk, yang memerlukan perhatian khusus adalah:

1. Peningkatan akses dan kualitas pelayanan KB yang merata untuk dapat

mengatasi permasalahan pelayanan KB, antara lain: (1) angka pemakaian

kontrasepsi cara modern tidak meningkat secara signifikan, (susenas

2015); (2) kebutuhan ber-KB yang tidak terpenuhi (unmet need) masih

tinggi, apabila dengan menggunakan metode formulasi baru; (3) tingkat

putus pakai penggunaan kontrasepsi masih tinggi, (4) penggunaan metode

Universitas Sumatera Utara

Page 89: Oleh MUHAMMAD ANCHA SITORUS

78

kontrasepsi jangka panjang (MKJP) yang cenderung menurun, (5) kualitas

pelayanan KB (supply side) belum sesuai standar, yaitu berkaitan dengan

ketersediaan dan persebaran fasilitas kesehatan/klinik pelayanan KB,

ketersediaan dan persebaran tenaga kesehatan yang kompeten dalam

pelayanan KB, kemampuan bidan dan dokter dalam memberikan

penjelasan tentang pilihan metode KB secara komprehensif termasuk

mengenai efek samping alokon dan penangananya, serta komplikasi dan

kegagalan; (6) jaminan pelayanan KB belum seluruhnya terpetakan pada

fasilitas pelayanan KB, terutama dalam rangka sinkronisasi Dengan

Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) kesehatan.

2. Penguatan Advokasi dan komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) tentang

program kependudukan, keluarga berencana, dan pembangunan keluarga

(KKBPK) pelaksanaanya masih dihadapkan dengan beberapa

permasalahan antara lain: (1) masih lemahnya komitmen dan dukungan

para pemangku kepentingan (stakeholders) terhadap program KKBPK

terutama yang terkait dengan kelembagaan, kebijakan, perencanaan

program dan penganggran; (2) masih tingginya jumlah anak yang di

inginkan dari setiap keluarga, yaitu sekitar 2,7 sampai dengan 2,8 anak

satu di atas angka kelahiran total sebesar 2,4 (SDKI 2017); (3) masih

terjadinya kesenjangan dalam memproleh informasi tentang program

KKBPK antara wilayah perdesaan-perkotaan maupun antar tingkat

pendidikan dan pengeluaran keluarga; (4) muatan dan pesan dalam

Advokasi dan KIE masih perlu untuk terus dikembangkan; (5) peran

tenaga lapangan KB dalam Konseling KB belum optimal.

Universitas Sumatera Utara

Page 90: Oleh MUHAMMAD ANCHA SITORUS

79

3. Peningkatan pemahaman dan kesadaran remaja mengenai kesehataan

dalam upaya mengendalikan jumlah kelahiran dan menurunkan resiko

kematian ibu melahirkan. Permasalahan kesehatan reproduksi remaja

antara lain: (1) Angka kelahiran pada remaja perempuan berusia 15-19

tahun masih tinggi (2) Masih banyaknya perkawinan usia muda ditandai

dengan median usia kawin pertama perempuan yang rendah yaitu 20,1

tahun bagi perempuan dan 25 tahun bagi pria (usia ideal pernikahan

menurut kesehatan reproduksi adalah 21 tahun bagi perempuan dan 25

tahun bagi pria); (3) terdapat kesenjangan dalam pembinaan pemahaman

remaja tentang Kesehatan Reproduksi Remaja (KRR) yang tergambar

pada tingkat kelahiran remaja (angka kelahiran remaja kelompok usia 15-

19 tahun); (4) Tingginya perilaku seks pranikah di sebagian kalangan

remaja, berakibat pada kehamilan yang tidak diinginkan masih tinggi; (5)

Pengetahuan remaja mengenai kesehatan reproduksi dan perilaku beresiko

masih rendah.

4. Pembangunan keluarga melalui peningkatan pemahaman dan kesadaran

delapan fungsi keluarga. Dalam rangka pembinaan ketahanan dan

kesejahteraan keluarga melalui pembinaan kelestarian kesertaan ber-KB

masih dihadapkan pada beberapa permasalahan, antara lain: (1) masih

tingginya jumlah keluarga miskin; (2) Terbatasnya akses keluarga dan

masyarakat untuk mendapatkan informasi dan konseling ketahanan dan

kesejahteraan keluarga; (3) Pelaksanaan program ketahanan keluarga dan

kesejahteraan keluarga akan peran dan fungsi kelompok kegiatan belum

optimal dalam mendukung pembinaan kelestarian kesertaan ber-KB.

Universitas Sumatera Utara

Page 91: Oleh MUHAMMAD ANCHA SITORUS

80

Disamping itu, kelompok kegiatan Bina Keluarga Balita (BKB), Bina

Keluarga Remaja (BKR), Bina Keluarga Lansia (BKL) dan Usaha

Peningkatan Pendapatan Keluarga Sejahtera (UPPKS) belum optimal

dalam memberikan pengaruh kepada masyarakat akan pentingnya ber-

KB/pelestarian Peserta KB Aktif (PA); dan (4) Terbatasnya materi

program KKBPK dalam kelompok kegiatan serta terbatasnya jumlah dan

kualitas kader/tenaga kelompok kegiatan.

5. Penguatan landasan hukum dalam rangka optimalisasi pelaksanaan

pembangunan bidang Kependudukan dan Keluarga Berencana (KKB).

Penguatan landasan hukum dan penyerasian kebijakan Pembangunan

Bidang Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana memiliki

beberapa permasalahan sebagai berikut: (1) Belum seluruh kebijakan

perencanaan program dan penyelenggaraan yang terkait dengan bidang

pengendalian penduduk dan KB dimasukkan dalam perencanaan daerah

(Indikator Pembangunan Bidang Pengendalian Penduduk dan KB dalam

RPJMN dan Rentra BKKBN ke dalam RPJMD dan Renstrada Kota; (2)

Koordinasi Pembangunan Bidang Pengendalian Penduduk dan KB dengan

program pembangunan lainnya masih lemah (antara lain: koordinasi

pembangunan dengan program bantuan pemerintah seperti Program

Keluarga Harapan/PKH, Jamkesmas/Jamkesda, Jampersal, PNPM dan

SJSN Kesehatan), serta perlunya penguatan koordinasi pelaksanaan

kegiatan bidang KKB lintas sektor (missal: kegiatan Kampung KB).

6. Penguatan data dan informasi Kependudukan, KB dan KS. Terdapat

beberapa sumber data pembangunan kependudukan yang mencatat

Universitas Sumatera Utara

Page 92: Oleh MUHAMMAD ANCHA SITORUS

81

registrasi pendudukan dan registrasi vital; sensus penduduk dan beberapa

survei terkait bidang kependudukan dan KB termasuk data-data kajian dan

evaluasi pembangunan kependudukan dan KB. Data sektoral memegang

peranan penting dalam penyusunan rencana, pelaksanaan, evaluasi

pembangunan bidang KKB. Namun, data sektoral yang diperoleh melalui

statistik rutin pendataan kependudukan, KB dan keluarga belum dapat

digunakan secara optimal dalam pengawasan, pemantauan, pengendalian,

evaluasi program KKBPK, dikarenakan sistem pengolahan data masih

kurang berkualitas. Pengembangan pada Renstra Dinas Pengendalian

Penduduk dan Keluarga Berencana Kota Medan tahun 2017-2021 harus

dapat mengakomodir berbagai prioritas yang mempertimbangkan

sinergitas dari empat sub urusan yang menjadi kewenangan bersama, yaitu

1) pengendalian penduduk, 2) Keluarga Berencana (KB), 3) Keluarga

Sejahtera serta 4) Standarisasi pelayanan KB dan sertifikasi Tenaga

Penyuluh KB (PKB/PLKB). Pengembangan detail pelaksanaan sub urusan

tersebut diatur dalam Peraturan Pemerintah RI (PP) nomor 18 tahun 2016

tentang Perangkat daerah.

4.3.2 Program KKBPK dan Pencapaian Target SDGs.

Dalam RPJMN 2015 - 2019, Bapennas akan fokus dalam target SDGs yang

akan memberi warna penting dalam Agenda Pembangunan antara lain: (i)

pembangunan manusia seperti kemiskinan, kelaparan kekurangan gizi,

pembangunan kesehatan, pendidikan dan kesetaraan gender; (ii) pemenuhan akses

masyarakat terhadap air dan sanitasi tetap menjadi isu penting, dan akses terhadap

energi merupakan fokus baru yang ditambahkan; (iii) untuk pembangunan

Universitas Sumatera Utara

Page 93: Oleh MUHAMMAD ANCHA SITORUS

82

ekonomi berkelanjutan merupakan isu baru yang akan difokuskan pada

pertumbuhan ekonomi yang terjaga dan inklusif, serta industrialisasi yang

berkelanjutan dan pembangunan hunian dan kota berkelanjutan yang secara

keseluruhannya disertai dengan penerapan pola produksi dan konsumsi

berkelanjutan; (iv) pembangunan lingkungan yang tercermin pada fokus mitigasi

kepada perubahan iklim, konservasi sumberdaya alam dan perlindungan ekosistem

serta keanekaragaman hayati; dan terakhir adalah adanya rumusan cara pencapaian

(means of implementation).

Pemerintah melalui BKKBN dan Kementrian Dalam Negeri di tingkat

pusat dan Dinas Pengendalian Penduduk dan KB di Provinsi/ Kabupaten/Kota

melalui pedoman arah pembangunan Pemerintah sebagaimana tertera dalam

Buku I RPJMN Tahun 2015 – 2019 berkomitmen dalam mendukung visi dan

misi pembangunan untuk mewujudkan penduduk tumbuh seimbang melalui

penurunan laju pertumbuhan penduduk (LPP) dan mewujudkan keluarga yang

berkualitas. Dalam mencapai target SDGs, Program Kependudukan, KB dan

Pembangunan Keluarga memelalui pencapaian tujuan ke 3 (tiga) dalam

menjamin kehidupan yang sehat dan mempromosikan kesejahteraan bagi semua

penduduk dalam segala usia, seerta pencapaian tujuan ke 5 (lima) yaitu mencapai

kesetaraan gender serta memberdayakan perempuan dan anak perempuan.

Target pencapaian tujuan SDGs ke 3 (tiga) dilakukan dilaksanakan melalui

(a) Peningkatan angka prevalensi pemakaian kontrasespi/ CPR semua cara untuk

Pasangan Usia Subur (PUS), (b) Penurunan angka kelahiran remaja usia 15 – 19

tahun. Target dan indikator untuk pencapaian tujuan SDGs ke 5 (lima)

dilaksanakan melalui: (a) Peningkatan median usia kawin pertama perempuan,

Universitas Sumatera Utara

Page 94: Oleh MUHAMMAD ANCHA SITORUS

83

(b) penurunan angka kelahiran usia remaja 15 – 19 tahun, (c) penurunan angka

unmet need KB, (d) Peningkatan pengetahuan dan pemahaman Pasangan Usia

Subur (PUS) tentang kontrasespsi modern minimal 4 jenis, dan (e) tersedianya

Undang Undang atau Peraturan Pemerintah yang menjamin akses perempuan

untuk mendapatkan pelayanan informasi, serta pendidikan kesehatan seksual dan

reproduksi.

Pemerintah melalui peraturan presiden nomor 59 tahun 2017 Tentang

Pelaksanaan Pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan menyatakan bahwa

Sustainable Development Goals atau pembangunan berkelanjutan adalah dokumen

yang memuat tujuan dan sasaran global tahun 2016 sampai tahun 2030. Rencana

aksi daerah dalam pembangunan berkelanjutan disusun dalam dokumen rencana

kerja 5 (lima) tahunan dengan berbagai kegiatan yang secara langsung atau tidak

langsung mendukung pencapaian pembangunan berkelanjutan sesuai dengan

sasaran nasional. Untuk penetapan rencana pembangunan daerah, Bupati/ Walikota

bersama Gubernur menyusun sasaran pembangunan berkelanjutan daerah

melibatkan lintas sector untuk berkoordinasi dalam penyusunan, pemantauan dan

evaluasi pembangunan berkelanjutan selama 5 (lima) tahun.

Dalam pembangunan berkelanjutan, dinas pengendalian penduduk dan KB

Kota Medan juga telah menyusun Dokumen Grand Desain pembangunan

Kependudukan Kota Medan sampai tahun 2015 - 2040. Penyusunan Grand Desain

Pembangunan Kependudukan Kota Medan berdasarkan peraturan Walikota Medan

nomor 16 tahun 2016. Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana

Kota Medan melalui bidang Pengendalian Penduduk dan mitra kerja akademisi

dari koalisi kependudukan kota medan, perguruan tinggin serta dinas terkait telah

Universitas Sumatera Utara

Page 95: Oleh MUHAMMAD ANCHA SITORUS

84

melakukan penyusunan roadmap database kependudukan diinginkan dalam pokok

pokok pembangunan Kota Medan seperti disampaikan sekretaris Bappeda Kota

Medan.

“Untuk perencanaan, Kota Medan sudah ada Grand Desain pembangunan

kependudukan. Grand desain ini untuk diterapkan ke instansi terkait, untuk dinas

KB sendiri sudah ada targetan insikator utara dalam renstra dinas yang di susun

sampai tahun 2021.”

Isu kependudukan dalam variabel demografi seperti kelahiran, kematian

dan mobilitas penduduk serta kuantitas (jumlah, komposisi, kepadatan) dan

kualitas (pendidikan, kesehatan, dan ekonomi). Dalam mendukung pencapaian

target SDGs poin ke 3 dan ke 5, melalui roadmap indikator dan parameter

pengendalian kuantitas penduduk kota medan disusun target seperti tabel di bawah

ini:

Tabel 06. Roadmap Pengendalian Kualitas Penduduk Kota Medan

2015 – 2040

No Indikator Periode Roadmap 2015 – 2040

2015 2020 2025 2030 2035 2040

1 Laju Pertumbuhan

Penduduk (%)

1,11 0,93 0,75 0,58 0,45 0,30

2 Total Fertility Rate

(Rata rata wanita

punya anak)

2.16 2.12 2.08 2.05 2.02 2.0

3 Persentase kesertaan

ber-KB

60 64 67 70 74 79

4 Usia Kawin Pertama

Wanita

22 22 22 23 23 23

Grand Desain pembangunan Kota Medan kemudian disusun untuk

diintegrasikan dalam variable demografi dengan variable pembangunan,

harmonisasi dinamika kependudukan dengan sosial dan budaya dalam integrasi

isu kependudukan kedalam pembangunan. Dalam Renstra Dinas Pengendalian

Universitas Sumatera Utara

Page 96: Oleh MUHAMMAD ANCHA SITORUS

85

Penduduk dan KB Kota Medan, untuk pencapaian target SDGs sampai dengan

tahun 2021 telah ditetapkan seperti tabel berikut ini:

Tabel 07. Target Kinerja Dinas Pengendalian penduduk dan KB Kota

Medan Dalam Pencapaian SDGs

No Indikator Kondisi

Awal

Target Capaian

Tahun

2017

Tahun

2018

Tahun

2019

Tahun

2020

Tahun

2021

1 Total fertility

Rate

2.6 2.5 2.5 2.4 2.3 2.3

2 Jumlah

Kebijakan

Daerah Untuk

Pengendalian

penduduk

1 1 1 2 3 3

3 Angka

Pemakaian

Kontrasepsi

(CPR)

- 76 76.72 76.97 77.12 77.48

4 Angka

Kelahiran

Remaja

(ASFR 15 –

19 tahun)

- 0 0 0 0 0

5 Cakupan PUS

Ingin ber-KB

Tidak

Terpenuhi

- 13.41 13.01 12.68 12.32 12.13

6 Penggunaan

Kontrasepsi

Jangka

Panjang

- 28.84 29.12 29.40 29.69 29.90

Pengaturan ini dilakukan untuk mengurangi dua komponen utama

kependudukan yaitu pengaturan kelahiran/ fertilitas dan penurunan kematian/

mortalitas dengan program pengaturan kelahiran untuk mengurangi angka

kematian ibu dan balita.

Dalam proses perencanaan Kota Medan, dokumen grand desain

kependudukan masih belum dimanfaatkan optimal. Kurangnya koordinasi dan

Universitas Sumatera Utara

Page 97: Oleh MUHAMMAD ANCHA SITORUS

86

sosialisasi hasil rancangan grand desain menjadi masalah utama. Sebagai langkah

antisipasi kejadian di masa yang akan datang, berbagai permasalahan pokok yang

dihadapi dalam penyelenggaraan Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga

Berencana dalam lima tahun ke depan dapat disajikan sebagai berikut:

1. Pesatnya pertumbuhan penduduk yang tidak diimbangi dengan kemampuan

produksi menyebabkan tingginya beban pembangunan berkaitan dengan

penyediaan pangan, sandang dan papan

2. Kepadatan penduduk yang tidak merata menyebabkan pembangunan hanya

berpusat pada daerah tertentu yang padat penduduknya saja. Hal ini

menyebabkan hasil pembangunan tidak bisa dinikmati secara merata

sehingga menimbulkan kesenjangan sosial antara daerah yang padat dan

daerah yang jarang penduduknya.

3. Tingginya tingkat urbanisasi menyebabkan munculnya kawasan kumuh di

kota besar sehingga menimbulkan kesenjangan sosial antara kelompok

kaya dan kelompok miskin kota

4. Pesatnya pertumbuhan penduduk yang tidak seimbang dengan penyediaan

lapangan kerja menyebabkan terjadinya pengangguran yang berdampak

pada kerawanan sosial.

5. Penanganan kualitas penduduk menyangkut penanggulangan bayi, anak

remaja dan lansia

6. Penanganan kualitas menyongsong bonus demografi menyangkut

kemandirian, pemberdayaan, peluang dan kesempatan kerja serta pelatihan.

Secara dokumen terkait pencapaian program, indicator pencapaian target

SDGs sudah dituangkan dalam Grand Desain Kependudukan yang tertuang dalam

Universitas Sumatera Utara

Page 98: Oleh MUHAMMAD ANCHA SITORUS

87

renstra dinas pengendalian penduduk dan KB kota Medan, namun bila dilakukan

analisis dari capaian tahun 2017 dan 2018 masih banyak hal yang perlu dianalisis

untuk perbaikan program kedepan seperti disampaikan kasubbag perencanaan

dinas PP dan KB Kota Medan.

“Secara khusus memang dalam rapat perencanaan mulai dari koordinasi

Bappeda sampai rapat kordinasi ke lini lapangan kita tidak pernah secara

langsung membahas isu SDGs. Tapi secara tersurat sudah ada kita susun

dalam grand desain pembangunan kependudukan dan dituangkan dalam

target tahunan.” (N, Wawancara 10 Oktober 2018)

Karena indikator yang masuk ke dokumen perencanaan tidak secara

menyeluruh sesuai permendagri 86 tahun 2017, maka ada pengaruh dalam

penganggaran dinas pengendalian penduduk dan KB Kota Medan. Alokasi

anggaran juga lebih kecil karena fokus utama pada peningkatan kesertaan ber KB.

Terkait dana APBN dalam DAK fisik dan non fisik, pengurangan anggaran cukup

besar pada tahun 2018 untuk dinas PP dan KB Kota Medan. Dari dukungan dana

non fisik DAK Program KB, dana yang terserap hanya 32,23 persen. Jumlah ini

adalah dukungan dibalai penyuluh KB, kegiatan kampung KB, dan kegiatan

poktan ketahanan keluarga. Dana ini terkait penggerakan di lini lapangan, dengan

serapan yang rendah pada 2018, dapat dilihat bahwa kurang optimalnya

penggerakan program di lini lapangan. DAK fisik Kota Medan Tahun 2018 tidak

terealisasi. Rendahnya dukungan APBD terkait dengan musrenbang yang tidak

maksimal dalam dukungan program KKBPK mulai dari lingkungan sampai

tingkat kota, hal ini menyebabkan dukungan anggaran dari APBD sangat kecil

untuk program KKBPK. Terkait alkon yang dikelola dan disitribusikan BKKBN,

keterlambatan dan distribusi alkon menyebabkan meningkatnya kebutuhan ber-

KB yang tidak terpenuhi dan menurunnya penggunaan KB kontrasepsi jangka

panjang berdasarkan data stattistik rutin.

Universitas Sumatera Utara

Page 99: Oleh MUHAMMAD ANCHA SITORUS

88

Melihat data capaian kinerja berdasarkan laporan statistik rutin, untuk kota

Medan pencapaian peserta KB semua metode kontrasepsi tercapai sebesar 67

persen atau 2.017.010 pasangan. Sementara untuk penggunaan kontrasepsi jangka

panjang, jumlah yang dicapai lebih rendah dengan capaian 30 persen atau 62.617

pasangan. Berdasarkan data ini, didapat data ketidak berlangsungan penggunaan

kontrasepsi sebesar 42,15%. Angka ini jauh diatas angka toleransi nasional yaitu

sebesar 25 persen. Kebutuhan ber-KB yang tidak terlayani juga mengalami

peningkatan sebsar 19.4 persen atau 59.733 pasangan. Kota Medan merupakan

daerah penyangga utama untuk Provinsi Sumatera Utara, sehingga berdasarkan

data ini dibutuhkan evaluasi dan revitalisasi terkait perencanaan dan pengelolaan

program KKBPK. Untuk pembinaan peserta KB melalui kelompok kegiatan,

cakupan kota medan juga masih jauh dibawah 50%. Untuk keluarga yang memiliki

balita 44%, keluarga yang memiliki remaja 37 persen dan keluarga yang memiliki

balita 43 persen. Sementara kelompok Usaha Peningkatan Pendapatan keluarga

Sejahtera (UPPKS) capaiannya jauh lebih rendah yaitu 12 persen.

Melalui perbaikan dalam perencanaan yang tertuang dalam RPJMD Kota

Medan, Dinas Pengendalian Penduduk Dan Keluarga Berencana Kota Medan

memiliki potensi untuk lebih berkontribusi pada pembangunan kesehatan melalui

peningkatan pelayanan KB dan kesehatan reproduksi. Pengembangan yang

dilakukan dapat dilakukan melalui perumusan berbagai kegiatan yang secara

langsung terkait dengan 5 (lima) kegiatan prioritas: pelayanan KB, advokasi dan

KIE KKBPK, pembinaan remaja, pembangunan keluarga, dan kelembagaan, serta

data dan informasi.

Universitas Sumatera Utara

Page 100: Oleh MUHAMMAD ANCHA SITORUS

89

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Institusi memiliki kapasitas dalam mencapai tujuan pembangunan yang

tercantum dalam dokumen rencana pembangunan. Program Kependudukan,

Keluarga Berencana dan Pembangunan Keluarga merupakan program strategis

dalam peningkatan kualitas manusia yang merupakan salah satu tujuan

pembangunan berkelanjutan dalam pencapaian target SDGs. Berdasarkan hasil

penelitian yang telah dipaparkan, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa:

1. Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Kota Medan

secara struktur institusi sudah sesuai dengan pembagian struktur dan

beban kerja. Dalam mekanisme pelaksanaan perencanaan, Dinas

Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana masih mengalami

kendala baik internal maupun eksternal dalam penyusunan program -

program strategis yang menyebabkan menurunnya kualitas penggarapan

program di masyarakat. Penguatan kerjasama dengan mitra kerja

menjadi penting dalam peningkatan kualitas dan kauntitas program

untuk mencapai target kinerja yang sudah ditetapkan sebelumnya.

Dalam dokumen perencanaan, program KKBPK masuk dibawah aspek

pelayanan kesehatan dengan satu indikator pencapaian program.

Dokumen ini tidak sesuai dengan indikator kinerja program KKBPK

permendagri Nomor 86 tahun 2017 dengan 32 indikator. Dinas

Pengendalian Penduduk dan KB Kota Medan telah berupaya

Universitas Sumatera Utara

Page 101: Oleh MUHAMMAD ANCHA SITORUS

90

menyesuaikan indikator kinerja dalam renstra dinas dengan menetapkan

tujuan dan sasaran. Penyempurnaan indikator juga telah dilakukan

dalam usulan revisi RPJMD Kota Medan, namun hanya mencakup 7

indikator kinerja.

2. Dalam mencapai target SDGs, program KKBPK mempengaruhi

pencapaian program poin ke 3 dan ke 5. Roadmap database

kependudukan dalam pencapaian target SDGs untuk pembangunan

berkelanjutan telah tertuang dalam Grand Desain Pembangunan

Kependudukan Kota Medan. Namun untuk pemanfaatan lintas sektor

masih belum maksimal dalam perencanaan dan pengambilan kebijakan.

Sehingga berdampak pada rendahnya pencapaian program dilapangan.

5.2 Saran

Proses perencanaan memiliki peranan penting dalam pencapaian tujuan

institusi yang tertuang dalam dokumen pembangunan daerah. Dalam analisis

kapasitas institusi Dinas Pengendalian Penduduk dan KB Kota Medan

permasalahan dan hambatan yang dialami dalam menjalankan fungsi perencanaan

menjadi alasan penting bagi peneliti untuk memberikan saran yang bermanfaat

baik secara praktis kepada pengelola program kependudukan, keluarga berencana

dan pembangunan keluarga maupun secara akademis bagi pemerhati masalah

pembangunan daerah. Adapun saran tersebut meliputi:

1. Dalam perencanaan, advokasi kepada pemangku kepentingan dilakukan

sejak awal penetapan RPJMN/ RPJMD sebelum pemilihan kepala daerah

Universitas Sumatera Utara

Page 102: Oleh MUHAMMAD ANCHA SITORUS

91

agar program strategis kependudukan, keluarga berencana dan

pembangunan keluarga menjadi isu yang akan dianalisis dan masuk

kedalam visi dan misi pembangunan daerah.

2. Penetapan perencanaan program jangka menengah mulai dari pusat

sampai daerah mengacu pada indikator rencana pembangunan

kemendagri dan renstra kementrian/ lembaga yang menjadi pengalola

program dan dokumen pembangunan jangka panjang agar terpadu untuk

pencapaian tujuan pembangunan nasional yang ditetapkan dan dievaluasi

dalam pertemuan strategis komponen perencana.

3. Bagi para pemerhati pembangunan diharapkan untuk lebih

mengkesplorasi bentuk penelitian, teori dan tema penelitian terkait

dengan analisi kapasitas institusi dan perencanaan pembangunan

berkelanjutan. Salah satu ranah yang bisa dieksplor adalah kesesuaian

usulan program usulan musrenbang secara bertahap dengan perencanaan

pemerintah daerah. Membandingkan dokumen perencanaan antara

pemerintah daerah dibawah kemendagri dengan dokumen kementrian/

lembaga, dan aspek lainnya

Universitas Sumatera Utara

Page 103: Oleh MUHAMMAD ANCHA SITORUS

92

DAFTAR PUSTAKA

Annas, Julissas. 2005. Pembangunan Berkelanjutan Dan Relevansinya Untuk

Indinesia. Jurnal Madani, Edisi 2.

Aoki. Mashiko. 2001. Toward A Comparative Institutional Analysis. London: The

MIT Press

Askar Jaya. 2004, Konsep Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable

Development), Program Pasca Sarjana IPB, Bogor.

Azis, Iwan P dkk. 2010. Pembangunan Berkelanjutan Peran dan Kontribusi Emil

Salim. Kepustakaan Populer Gramedia. Jakarta.

Barclay, George W, 1984. Teknik Analisa Data Kependudukan. Jakarta: PT. Bina

Aksara.

Babbie, Earl R., 1977. Society By Agreement: An Introduction to Sociology.

California: Wadsworth Publishing Company, Inc.

Basurto, Xavier. Dkk. 2009. A Systematic Approach to Institutional Analysis

Applying Crawford and Ostrom’s Grammar. Utah: Political Research

University of Utah

Bhagavan, MR. I Virgin. 2001. Generic Aspects of Institutional Capacity

Development in Developing Countries. Stockholm: Stockholm

Envirovmental Institute

BKKBN, 2006. Buku Panduan praktis Kontrasepsi . Jakarta : PT bina pustaka.

BPS, 2014. Kajian Indikator Sustainable Development Goals (SDGs), Jakarta:

BPS

Budimanta, A, 2005, Memberlanjutkan Pembangunan di Perkotaan melalui

Pembangunan Berkelanjutan dalam Bunga Rampai Pembangunan Kota

Indonesia dalam Abad 21.

Chong, Joan. Dkk. 2013. An Institutional Analysis of Value Creation From lami

Dump, Fiji (The Jurnal Of Pacific Studies Volume 33 No. 1 Tahun 2013

Halaman 96 – 113)

Dwijowijoto, Riant Nugroho, 2003. Reinventing Government: Menata Ulang

Paradigma Pembangunan untuk Membangun Indonesia Baru dengan

Keunggulan Global. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.

Fauzi, A. 2004. Ekonomi Sumberdaya Alam dan Lingkungan. PT. Gramedia.

Pustaka Utama. Jakarta.

Universitas Sumatera Utara

Page 104: Oleh MUHAMMAD ANCHA SITORUS

93

Fauzi, Ahmad dkk. 2014. Measurment as Sustainable Development in Indonesia.

Jurnal Ekonomi Pembangunan Vol. 15.

Firman, Akhmad dkk, 2015. Penilaian Kapasitas Pelaku Dan Kelembagaan Untuk

Mendukung Reformasi Tata Pemerintahan Yang Terdesentraslisasi Di

Provinsi Sulawesi Tenggara (Jurnal Ekonomi Pembangunan Haluoleo,

Volume XVI tahun 8 Desember 2015, Halaman 1 – 12)

Hatmadji, S.H (1981), Fertilitas, Dasar-Dasar Demografi, Lembaga

Demografi.UI

Hariyoso, S., 2002. Pembaruan Birokrasi dan Kebijaksanaan Publik. Jakarta:

Peradaban.

Harun, Haryono P Kamse. 2012. Accounting Change and Institutional Capacity:

The Case of a Provincial Government in Indonesia (Australasian

Accounting Business and Finance Journal Volume 6 Nomor 2 tahun 2012

Halaman 35 – 50)

Harrera, A Paul. dkk. 2005. A Generic Four-Step Methodology For Institutional

Analysis Of Governance Structures. Copenhagen: EAAE

Hendrix, Steven. 2012. Institutional Capacity Building and Legal Reform in Iraq:

Toward Innovation and Public Administration Modernization (Jurnal De

Gruyter, Edisi 6 Tahun 2012 Hal. 225 – 253)

Hoelman, B Mikhael. dkk. 2015. Panduan SDGs Untuk Pemerintah Daerah (Kota

dan Kabupaten) dan Pemangu Kepentingan. Jakarta: INFID.

IFAD. 2014. A Field Practitioner’s Guide Institutional and Organizational

Analysis and Capacity Strengthening. Rome: International Found for

Agricultural Development

Imbaruddin, Amir. 2003. Understanding Institutional Capacity of Local

Government Agencies in Indonesia. Canberra: Thesis The Australian

national University.

Mantra, IB. 2006. Rural Area, Urban Area and Internal Migration online 9

Halaman tersedia di: Http://www.ed/mantra.HTML (26 Desember 2017)

Marlina, Ani, 2009, Karakteristik Untuk Mendefinisikan Sustainable, wordpress:

Jakarta.

Mubarak, WI., 2012, Ilmu Kesehatan Masyarakat Konsep dan Aplikasi dalam.

Kebidanan, Jakarta: Salemba.

Universitas Sumatera Utara

Page 105: Oleh MUHAMMAD ANCHA SITORUS

94

Nurcholis, Hanif. 2006. Pengembangan Kapasitas Pemda : Upaya Mewujudkan

Pemda Yang Mensejahterakan Masyarakat (Jurnal Organisasi Manajemen

Volume 1, Nomor 1 Halaman 49 – 58 Tahun 2006).

Ostrom, Elinor. 2012. Institutional Analysis and Development: Elements Of the

Framework in Historical Perspective. USA: Indiana University

Otto, Soemarwoto. 2004. Buku Ekologi Lingkungan Hidup Dan Pembangunan.

Jakarta; Djambatan.

Pollard dan Yusuf, F. 1989. Teknik Demografi. Bina Aksara. Jakarta.

Ratnasari, Jenivia Dwi. Pengembangan Kapasitas (Capacity Building)

Kelembagaan Pada Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Jombang

(Jurnal Administrasi Publik Volume 1 Nomor 3 Tahun Halaman 103 – 110).

Rizer, George. 2011. Teori Sosial. Nusa Media. Jakarta

Salim, H.S. 2003. Dasar-Dasar Hukum Kehutanan. Jakarta. Sinar Grafika

Sari, Novita dkk. 2014. Pengembangan Kapasitas Kelembagaan Pemerintah

Daerah Dalam Meningkatkan Kualitas Pelayanan Perizinan Terpadu Studi

pada Kantor Pelayanan dan Perizinan Terpadu Kabupaten Kediri (Jurnal

Administrasi Publik Vol. 2 Nomor 4 Halaman 634 – 640 tahun 2014)

Shirley, M. Mari. 2008. Institutions and Development. Cheltenham UK: MPG

Books Ltd

Siagian, Sondeng P., 2001. Administrasi Pembangunan: Konsep, Dimensi dan

Strateginya. Jakarta: Bina Aksara.

Sidik, Soengko. 2016. Implementasi Kebijakan Musyawarah Erencanaan

Pembangunan (Musrenbang) Kabupaten Sumenep (Jurnal Ilmu Sosial dan

Politik Volume 5 Nomor 2 Halaman 46 – 51 tahun 2016)

Sukirno, Sadono. 2010. Ekonomi Pembangunan: Proses, Masalah dan Dasar

Kebijakan. Jakarta: Kencana.

Sutamihardja, 2004 Perubahan Lingkungan Global; Program Studi Pengelolaan

Sumber Daya Alam dan Lingkungan Sekolah Pascasarjana; IPB.

Tanuwidjaja, Gunawan dkk. 2013. Revitalisasi Kota dan Kabupaten Yang lebih

Berkelanjutan: Kerangka Kerjasama dan Perencanaan Partisipatif di

bangkalan Madura, Jurnal Pembangunan Daerah, Edisi I Vol 1.

UNDP. 2011. Governance Principles, Institutional Capacity and Quality. New

York: Berau For Development Policy UNDP

Universitas Sumatera Utara

Page 106: Oleh MUHAMMAD ANCHA SITORUS

95

USAID, 2010. Human And Institutional Capacity Development Handbook. New

York: Berau for Economic Growth, Agriculture & Trade USAID.

Universitas Sumatera Utara

Page 107: Oleh MUHAMMAD ANCHA SITORUS

96

MENTERI DALAM NEGERI

REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 86

TAHUN 2017

TENTANG

TATA CARA PERENCANAAN, PENGENDALIAN DAN EVALUASI PEMBANGUNAN

DAERAH, TATA CARA EVALUASI RANCANGAN PERATURAN DAERAH TENTANG

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH DAN RENCANA

PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH, SERTA TATA CARA PERUBAHAN

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH, RENCANA PEMBANGUNAN

JANGKA MENENGAH DAERAH, DAN RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 277 Undang-

Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan

Daerah, perlu menetapkan Peraturan Menteri Dalam Negeri

tentang Tata Cara Perencanaan, Pengendalian dan Evaluasi

Pembangunan Daerah, Tata Cara Evaluasi Rancangan

Peraturan Daerah tentang Rancangan Peraturan Daerah

Tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah

dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah,

Serta Tata Cara Perubahan Rencana Pembangunan Jangka

SALINAN

Universitas Sumatera Utara

Page 108: Oleh MUHAMMAD ANCHA SITORUS

97

Panjang Daerah, Rencana Pembangunan Jangka Menengah

Daerah, dan Rencana Kerja Pemerintah Daerah

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian

Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008

Nomor 166, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 4916);

2. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang

Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana

telah beberapa kali diubah, terakhir dengan Undang-

Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua

atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang

Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 5679);

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI TENTANG TATA CARA

PERENCANAAN, PENGENDALIAN DAN EVALUASI

PEMBANGUNAN DAERAH, TATA CARA EVALUASI RANCANGAN

PERATURAN DAERAH TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN

JANGKA PANJANG DAERAH DAN RENCANA PEMBANGUNAN

JANGKA MENENGAH DAERAH, SERTA TATA CARA PERUBAHAN

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH,

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH,

DAN RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH.

Universitas Sumatera Utara

Page 109: Oleh MUHAMMAD ANCHA SITORUS

98

NO BIDAN

G

URUSAN/INDIKATOR

RUMUS

8. Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana

8.1.

Laju

pertu

mbuhan penduduk (LPP)

r={(𝑃𝑡) X (

l - 1} x 100

)

𝑃0

𝑡 r = laju pertumbuhan penduduk

Pt = Jumlah penduduk pada tahun t

Po = Jumlah penduduk pada tahun dasar t = selisih tahun Pt dengan P0

Pt= Po + (B - D) + (Mi - Mo)

Pt = Jumlah penduduk pada tahun ke t

Po = Jumlah penduduk pada tahun dasar (0) B (birth) = Jumlah kelahiran selama periode 0 - t D

(death) = Jumlah Kematian selama periode 0 - t Mo =

Jumlah migrasi keluar selama periode 0 - t

Mi = Jumlah migrasi masuk selama periode 0 - t

8.2.

Total Fertility Rate

(TFR)

TFR = S ∑7

𝐴S𝐹R i

𝑖=l

ASFRi = 𝑏𝑖

x K

𝑃𝑖𝑓

TFR = Angka Kelahiran Total

ASFR = Angka Kelahiran Menurut Kelompok Umur

bi = Jumlah kelahiran dari perempuan pada kelompok umur i pada tahun tertentu

pi = Jumlah penduduk perempuan kelompok umur i pada

pertengahan tahun yang sama

i = kelompok umur (i=1 untuk kelompok umur 15-19,

i=2 untuk kelompok umur 20-24,....., i=7 untuk kelompok umur

45-49

K = bilangan kontanta biasanya 1000

8.3.

Persentase

Perangkat Daerah (Dinas/Badan)

yang berperan

aktif dalam

pemba

ngunan Daerah

melalui Kampung

KB

Jumlah perangkat daerah yang berperan aktif di kampung KB x100%

Jumlah semua perangkat daerah

8.4.

Persentase

Perangkat Daerah (Dinas/Badan) yang menyusun dan memanfaatkan Rancangan Induk Pengendalian Penduduk

Jumlah perangkat daerah yang menyusun &

memanfaatkan Rancangan Induk pengendalian penduduk x100%

Jumlah semua perangkat daerah

Universitas Sumatera Utara

Page 110: Oleh MUHAMMAD ANCHA SITORUS

99

NO BIDAN

G

URUSAN/INDI

KATOR

RUMUS

8.6.

Jumlah sektor yang menyepakati dan memanfaatkan data profil (parameter dan proyeksi penduduk) untuk perencanaan dan pelaksanaan program pembangunan

Jumlah Sektor

8.7.

Jumlah

ker

jasama

penyelenggaraan

pendidikan formal,

non formal, dan informal yang

melakukan

pen

didikan

kependudukan

Jumlah kerja sama pendidikan kependudukan

8.8. Rata-rata jumlah anak per keluarga Jumlah anak

Jumlah keluarga

8.9.

Ratio Akseptor KB Jumlah Akseptor KB

x100% Jumlah pasangan usia subur

8.10.

Angka pe

makaian

kontrasepsi/CPR

bagi perempuan menikah usia 15 -

49

Jumlah peserta KB aktif x100%

Jumlah pasangan usia subur

8.11.

Angka kelahiran

remaja (perempuan usia 15–19)

per 1.000

perempuan usia

15–19 tahun

(ASFR 15–19)

Jumlah kelahiran dari perempuan pada kelompok umur 15-19 Jumlah

penduduk perempuan kelompok umur 15-19 pada x1000

pertengahan tahun yang sama

8.12. Cakupan Pasangan Usia Subur (PUS)

yang istrinya

dibawah 20 tahun

Jumlah pasangan usia subur dengan istri di umur kurang 20 th x100%

Jumlah pasangan usia subur

8.13. Cakupan PUS yang

ingin ber-KB tidak terpenuhi (unmet

need)

Jumlah PUS yang ingin ber-KB tetapi tidak terlayani x100%

Jumlah pasangan usia subur

8.14. Persentase Penggunaan

Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP)

Jumlah akseptor KB yang menggunakan MKJP x100%

Jumlah akseptor KB

8.15. Persentase tingkat keberlangsungan pemakaian kontrasepsi Jumlah pasangan usia subur yang tidak lagi menggunakan

kontrasepsi x100%

Jumlah akseptor KB

8.5.

Jumlah

kebija

kan (Peraturan

Daerah/Peraturan

Kepala Daerah)

yang mengatur

tentang

penge

ndalian kuantitas

dan kualitas penduduk

Jumlah Perda atau Perkada tentang Pengendalian Penduduk

Universitas Sumatera Utara

Page 111: Oleh MUHAMMAD ANCHA SITORUS

100

8.16. Cakupan anggota Bina Keluarga

Balita (BKB) ber-

KB

Jumlah anggota kelompok BKB yang ber-KB x100%

Jumlah anggota kelompok BKB

8.17. Cakupan anggota Bina Keluarga

Remaja (BKR) ber-

KB

Jumlah anggota kelompok BKR yang ber-KB x100%

Jumlah anggota kelompok BKR

8.18. Cakupan anggota

Bina Keluarga Lansia (BKL) ber-

KB

Jumlah anggota kelompok BKL yang ber-KB x100%

Jumlah anggota kelompok BKL

8.19.

Pusat

Pel

ayanan Keluarga

Sejaht

era (PPKS) di setiap Kecamatan

Jumlah PPKS x100%

Jumlah kecamatan

8.20.

Cakupan Remaja dalam Pusat Informasi Dan Konseling Remaja/Mahasiswa

Jumlah PIK R/M x100%

Jumlah kecamatan

NO BIDANG

URUSAN/INDIK

ATOR

RUMUS

8.21.

Cakupan

PKB/PLK

B yang

didayagu

nakan Perangkat Daerah KB untuk perencanaan dan pelaksanaan pembangunan daerah di bidang pengendalian penduduk

Jumlah PKB dan PLKB yang didayagunak

Jumlah PKB/PLKB

an

x1

00%

8.22.

Cakupan PUS peserta KB anggota Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga Sejahtera (UPPKS) yang ber-KB mandiri

Jumlah anggota kelompok UPPKS yang ber-KB mandiri x100%

Jumlah anggota kelompok UPPKS

8.23.

Rasio petugas Pembantu Pembina

KB Desa (PPKBD) setiap desa/kelurahan

Jumlah petugas Pembantu Pembina KB Desa x100%

Jumlah desa/kelurahan

8.24.

Cakupan ketersediaan dan

distribusi alat dan

obat kontrasepsi

untuk memenuhi

permintaan

masyarakat

Jumlah alkon per mix kontrasepsi yang tersedia di Faskes dan

gudang Alkon kab/kota x100%

Perkiraan Permintaan Masyarakat

8.25.

Persentase Faskes dan jejaringnya

(diseluruh tingkatan

wilayah) yang

bekerjasama

dengan BPJS dan

memberikan

pelayanan KBKR

sesuai dengan

stand

arisasi pelayanan

Jumlah Faskes dan jejaring yang bekerjasama

Jumlah Faskes dan jejaring

dengan BPJS

x100

%

Universitas Sumatera Utara

Page 112: Oleh MUHAMMAD ANCHA SITORUS

101

8.26. Cakupan peny

ediaan Informasi

Data Mikro Keluarga

di setiap desa

Jumlah informasi data mikro keluarga yang tersedia x100%

Jumlah seluruh informasi data mikro keluarga

8.27. Persentase remaja yang terkena Infeksi

Menular Seksual (IMS)

Jumlah remaja yang terkena Infeksi Menular Seksual (IMS) x100%

Jumlah remaja

8.28.

Cakupan kel

ompok kegiatan yang

melakukan

pembinaan

keluarga melalui 8

fungsi keluarga

Jumlah kelompok kegiatan yang melakukan pembinaan

keluarga melalui 8 fungsi keluarga x100%

Jumlah kelompok kegiatan

8.29.

Cakupan keluarga yang mempunyai

balita dan anak yang memahami dan melaksanakan pengasuhan dan

pembinaan

t

umbuh kembang

anak

Jumlah keluarga yang mempunyai balita dan anak yang memahami dan melaksanakan pengasuhan dan pembinaan tumbuh kembang x100% Jumlah keluarga mempunyai balita dan anak

8.30.

Rata-rata usia kawin pertama wanita

Jumlah (umur kawin pertama wanita x jumlah wanita menurut

usia kawin pertama)

Jumlah wanita menurut usia kawin pertama

8.31.

Persentase Pembiayaan Program

Kependudukan,

Keluarga Bencana

dan Pembangunan

Keluarga melalui APBD dan APBDes

Jumlah anggaran untuk urusan PPKB

Jumlah APBD dan APBDes

Universitas Sumatera Utara

Page 113: Oleh MUHAMMAD ANCHA SITORUS

102

NO ASPEK BIDANG/ INDIKATOR

TARGET

SDGs

1 Kesejahteraan Masyarakat Keluarga Pra Sejahtera dan Sejahtera I Poin 3

2 Pelayanan Urusan Wajib Non

Dasar Laju Pertumbuhan Penduduk Poin 3

3 Pelayanan Urusan Wajib Non

Dasar Total Fertility Rate (TFR) Poin 3

4 Pelayanan Urusan Wajib Non

Dasar

Persentase Perangkat Daerah (Dinas/Badan) yang

berperan aktif dalam pembangunan Daerah melalui

Kampung KB

Poin 3

5 Pelayanan Urusan Wajib Non

Dasar

PersentasePerangkat Daerah (Dinas/ Badan) yang

menyusun dan memanfaatkan rancangan induk

pengendalian penduduk

Poin 3

6 Pelayanan Urusan Wajib Non

Dasar

Jumlah Kebijakan (Perda) yang mengatur tentang

kualitas dan kuantitas penduduk Poin 3

7 Pelayanan Urusan Wajib Non

Dasar

Jumlah sektor yang menyepakati dan memanfaatkan data

(parameter dan proyeksi penduduk) untuk perencanaan

dan pelaksanaan pembangunan

Poin 3

8 Pelayanan Urusan Wajib Non

Dasar

Jumlaha kerjasama penyelenggaraan pendidikan formal,

non formal dan informal yang melakukan pendidikan

kependudukan

Poin 3

9 Pelayanan Urusan Wajib Non

Dasar Rata rata jumlah anak per keluarga Poin 3

10 Pelayanan Urusan Wajib Non

Dasar Ratio akseptor KB Poin 3

11 Pelayanan Urusan Wajib Non

Dasar

Angka pemakaian kontrasepsi perempuan menikah usia

15 - 49 tahun Poin 5

12 Pelayanan Urusan Wajib Non

Dasar

Angka kelahiran remaja (perempuan usia 15 - 19 tahun)

per 1000 perempuan (ASFR 15 - 19 Tahun) Poin 5

13 Pelayanan Urusan Wajib Non

Dasar

Cakupan pasangan usia subur (PUS) yang istrinya

dibawah 20 tahun Poin 5

14 Pelayanan Urusan Wajib Non

Dasar Cakupan PUS yang ingin ber-KB tidak terpenuhi Poin 5

15 Pelayanan Urusan Wajib Non

Dasar Persentase penggunaan kontrasepsi jangka panjang Poin 5

16 Pelayanan Urusan Wajib Non

Dasar Persentase tingkat keberlanjutan penggunaan kontrasepsi Poin 5

17 Pelayanan Urusan Wajib Non

Dasar cakupan anggota Bina Keluarga Balita (BKB) ber - KB Poin 3

18 Pelayanan Urusan Wajib Non

Dasar cakupan anggota Bina Keluarga Remaja (BKR) ber - KB Poin 3

19 Pelayanan Urusan Wajib Non

Dasar cakupan anggota Bina Keluarga Lansia (BKL) ber - KB Poin 3

20 Pelayanan Urusan Wajib Non

Dasar

Pusat Pelayanan Keluarga Sejahtera (PPKS) di setiap

Kecamatan Poin 3

21 Pelayanan Urusan Wajib Non

Dasar

Cakupan Remaja dalam Pusat Informasi Konseling

Remaja Poin 3

22 Pelayanan Urusan Wajib Non

Dasar

Cakupan PKB/PLKB yang di dayagunakan perangkat

daerah KB untuk perencanaan dan pelaksanaan

pembangunan daerah bidang pengendalian penduduk

Poin 3

23 Pelayanan Urusan Wajib Non

Dasar

Cakupan PUS peserta KB anggota UPPKS yang ber -KB

Mandiri Poin 3

24 Pelayanan Urusan Wajib Non

Dasar

Ratio petugas Pembantu Pembina KB Desa (PPKBD)

setiap Desa/ kelurahan Poin 3

Universitas Sumatera Utara

Page 114: Oleh MUHAMMAD ANCHA SITORUS

103

25 Pelayanan Urusan Wajib Non

Dasar

Cakupan ketersediaan dan distribusi alat dan obat

kontrasepsi untuk memenuhi permintaan masyarakat Poin 5

26 Pelayanan Urusan Wajib Non

Dasar

Jumlah faskes dan jejaringnya (seluruh tingkatan

wilayah) yang bekerjasama dengan BPJS dan

memberikan pelayanan KB/KR sesuai dengan

standarisasi pelayanan

Poin 3

27 Pelayanan Urusan Wajib Non

Dasar Cakupan penyediaan informasi data makro di setiap desa Poin 3

28 Pelayanan Urusan Wajib Non

Dasar

Persentasi remaja yang terkena infeksi menular seksual

(IMS) Poin 3

29 Pelayanan Urusan Wajib Non

Dasar

Cakupan kelompok kegiatan yang melakukan pembinaan

keluarga melalui 8 fungsi keluarga Poin 3

30 Pelayanan Urusan Wajib Non

Dasar

Cakupan keluarga yang punya balita dan anak yang

memahami dan melaksanakan pengasuhan dalam

pembinaan tumbuh kembang anak

Poin 3

31 Pelayanan Urusan Wajib Non

Dasar Rata rata usia kawin pertama wanita Poin 5

32 Pelayanan Urusan Wajib Non

Dasar

Persentase pembiayaan Program Kependudukan, KB dan

pembangunan keluarga melalui APBD dan APBDes Poin 3

Universitas Sumatera Utara

Page 115: Oleh MUHAMMAD ANCHA SITORUS

104

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 59 TAHUN 2012

TENTANG

KERANGKA NASIONAL PENGEMBANGAN KAPASITAS PEMERINTAHAN DAERAH

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang:

bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 54 ayat (3) Peraturan

Pemerintah Nomor 6 Tahun 2008 tentang Pedoman Evaluasi

Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah, perlu menetapkan Peraturan

Presiden tentang Kerangka Nasional Pengembangan Kapasitas

Pemerintahan Daerah.

Mengingat:

1. Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

2. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437)

sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang-

Undang Nomor 12 Tahun 2008 (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 4844);

3. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2008 tentang Pedoman Evaluasi

Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2008 Nomor 19, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 4815).

Universitas Sumatera Utara

Page 116: Oleh MUHAMMAD ANCHA SITORUS

105

MEMUTUSKAN:

Menetapkan:

PERATURAN PRESIDEN TENTANG KERANGKA NASIONAL

PENGEMBANGAN KAPASITAS PEMERINTAHAN DAERAH

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Presiden ini yang dimaksud dengan:

1. Pemerintah Pusat, selanjutnya disebut Pemerintah, adalah Presiden Republik

Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintahan negara Republik Indonesia

sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang

Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

2. Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh

Pemerintah Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah menurut asas

otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya

dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia

sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia Tahun 1945.

3. Pemerintah Daerah adalah gubernur, bupati, atau walikota, dan

perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan

daerah.

4. Kapasitas Pemerintahan Daerah adalah kemampuan pemerintahan

daerah untuk merencanakan, mengorganisasikan, melaksanakan,

mengawasi dan mengevaluasi penyelenggaraan urusan pemerintahan

yang dilaksanakan oleh pemerintahan daerah berdasarkan asas

desentralisasi dan tugas pembantuan secara efektif, efisien, dan

berkesinambungan.

5. Pengembangan Kapasitas Daerah adalah upaya yang dilakukan oleh

Pemerintah dan Pemerintah Daerah untuk meningkatkan kapasitas

pemerintahan daerah.

6. Kebijakan Teknis adalah tindakan yang dipilih oleh kepala daerah untuk

mengoperasionalkan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi

agar bisa dilaksanakan di daerah;

Universitas Sumatera Utara

Page 117: Oleh MUHAMMAD ANCHA SITORUS

106

7. Pembinaan adalah upaya yang dilakukan oleh Pemerintah dan/atau gubernur untuk

meningkatkan kinerja pemerintahan daerah yang mengacu pada hasil evaluasi kinerja

penyelenggaraan pemerintahan daerah;

8. Rencana Aksi Pengembangan Kapasitas Pemerintahan Daerah adalah

dokumen perencanaan pengembangan kapasitas daerah provinsi,

kabupaten/kota yang memuat program dan pengembangan kapasitas

pemerintahan daerah untuk periode 5 (lima) tahun.

9. Program Pengembangan Kapasitas adalah satu atau lebih kegiatan

guna meningkatkan kapasitas pemerintahan daerah yang disusun

berdasarkan pedoman yang ditetapkan dalam kerangka nasional

pengembangan kapasitas pemerintahan daerah.

10. Fasilitasi adalah pemberian bantuan dan bimbingan teknis,

pendampingan, bantuan program, bantuan peralatan atau bantuan

dana kepada pemerintahan daerah.

11. Satuan Kerja Perangkat Daerah, selanjutnya disingkat SKPD,

adalah perangkat daerah yang bertanggungjawab atas

pelaksanaan urusan pemerintahan di daerah.

Pasal 2

Pengembangan kapasitas pemerintahan daerah bertujuan untuk

meningkatkan kinerja pemerintahan daerah dalam menyelenggarakan urusan

pemerintahan yang menjadi kewenangannya.

Pasal 3

Kerangka nasional pengembangan kapasitas pemerintahan daerah merupakan

pedoman pengembangan kapasitas daerah yang mengatur mengenai ruang

lingkup, mekanisme dan tahapan, anggaran, hubungan antar susunan

pemerintahan, wewenang dan tanggung jawab dalam rangka pembinaan

pengembangan kapasitas pemerintahan daerah oleh Pemerintah dan dalam

rangka penyelenggaraan pengembangan kapasitas pemerintahan daerah oleh

Pemerintah Daerah

Universitas Sumatera Utara

Page 118: Oleh MUHAMMAD ANCHA SITORUS

107

BAB II

RUANG LINGKUP PENGEMBANGAN KAPASITAS PEMERINTAHAN DAERAH

Pasal 4

Ruang lingkup pengembangan kapasitas pemerintahan daerah meliputi:

a. pengembangan kapasitas kebijakan;

b. pengembangan kapasitas kelembagaan; dan

c. pengembangan kapasitas sumberdaya manusia.

Pasal 5

(1) Pengembangan kapasitas kebijakan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf a meliputi:

a. penyusunan dan penetapan kebijakan daerah berupa peraturan

daerah dan peraturan kepala daerah yang dilakukan berdasarkan

prinsip-prinsip tata kelola pemerintahan yang baik dan sesuai

dengan peraturan perundang-undangan;

b. evaluasi implementasi kebijakan daerah untuk menilai efektivitas pelaksanaannya; dan

c. membangun komitmen seluruh penyelenggara pemerintahan

daerah untuk melaksanakan kebijakan daerah yang telah

ditetapkan.

(2) Pengembangan kapasitas kebijakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan melalui:

a. pembentukan kebijakan daerah sesuai dengan tuntutan

dan kondisi penyelenggaraan pemerintahan daerah;

b. pembenahan metode dan mekanisme penyusunan kebijakan;

c. peran serta masyarakat dalam penyusunan kebijakan;

Universitas Sumatera Utara

Page 119: Oleh MUHAMMAD ANCHA SITORUS

108

d. menilai capaian kinerja masing-masing kebijakan untuk

mengetahui keberhasilan dan kegagalan masing-masing

kebijakan; dan

e. melakukan sosialisasi setiap kebijakan kepada

penyelenggara pemerintahan daerah untuk menghasilkan

pemahaman yang utuh dan menyeluruh terhadap setiap

kebijakan.

Pasal 6

(1) Pengembangan kapasitas kelembagaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf b meliputi:

a. peningkatan kapasitas struktur organisasi yang efektif, efisien, rasional dan proporsional;

b. peningkatan kapasitas tata laksana penyelenggaraan tugas

pokok dan fungsi setiap unit kerja pemerintahan daerah;

c. pelembagaan budaya kerja organisasi yang produktif dan

positif berdasarkan nilai-nilai luhur budaya bangsa;

d. peningkatan kapasitas anggaran untuk mendukung

peningkatan kualitas dan kuantitas pembangunan dan

penyelenggaraan pemerintahan daerah;

e. peningkatan kapasitas sarana dan prasarana kerja sesuai dengan

kebutuhan dan tuntutan tugas; dan

f. penerapan standar prosedur operasi (standard operating

procedure) dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah dan

pelayanan umum.

(2) Pengembangan kapasitas kelembagaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan melalui:

Universitas Sumatera Utara

Page 120: Oleh MUHAMMAD ANCHA SITORUS

109

Bagian Kedua

Penetapan Kebijakan Nasional

Pasal 9

(1) Kementerian/lembaga pemerintah non kementerian menetapkan

kebijakan nasional pengembangan kapasitas pemerintahan daerah

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (2) huruf a berupa norma,

standar, prosedur dan kriteria kapasitas daerah sesuai dengan bidang

tugas masing-masing.

(2) Kebijakan pengembangan kapasitas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disusun

sesuai bidang tugas masing-masing kementerian/lembaga pemerintah non

kementerian yang sekurang-kurangnya memuat:

a. standar kapasitas penyelenggaraan urusan pemerintahan;

b. sasaran kunci pengembangan kapasitas pemerintahan daerah; dan

c. indikator kapasitas penyelenggaraan pemerintahan daerah.

(3) Norma, standar, prosedur dan kriteria sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) digunakan sebagai pedoman bagi gubernur, bupati/walikota dalam

menetapkan kebijakan teknis peningkatan kapasitas pemerintahan daerah

di daerahnya masing-masing.

Bagian Ketiga

Pemetaan Kapasitas Pemerintahan Daerah

Pasal 10

(1) Menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang pemerintahan dalam

negeri menetapkan pedoman teknis pemetaan kapasitas pemerintahan daerah

berdasarkan kebijakan yang ditetapkan oleh kementerian/lembaga pemerintah non

kementerian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1).

(2) Pedoman teknis pemetaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) juga

digunakan sebagai pedoman bagi gubernur, bupati/walikota dalam

menetapkan kebijakan teknis peningkatan kapasitas pemerintahan

daerah di daerahnya masing-masing.

Universitas Sumatera Utara

Page 121: Oleh MUHAMMAD ANCHA SITORUS

110

Pasal 11

(1) Pemetaan kapasitas pemerintahan daerah dilakukan sesuai dengan kebijakan nasional.

(2) Pemetaan kapasitas pemerintahan daerah dilakukan untuk memperoleh

gambaran obyektif mengenai kondisi kapasitas kebijakan, kapasitas

kelembagaan dan kapasitas sumberdaya manusia pemerintahan daerah.

(3) Pemetaan kapasitas pemerintahan daerah sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) dilakukan sekurang-kurangnya 5 (lima) tahun sekali.

Pasal 12

(1) Menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang

pemerintahan dalam negeri melakukan pemetaan terhadap kapasitas

pemerintahan daerah provinsi dan gubernur melakukan pemetaan

kapasitas pemerintahan daerah kabupaten/kota dan bupati/walikota

melakukan pemetaan kapasitas pemerintahan desa.

(2) Pemetaan kapasitas pemerintahan daerah sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) dilakukan dengan melibatkan daerah yang

bersangkutan.

(3) Dalam melakukan pemetaan kapasitas, menteri yang menyelenggarakan

urusan pemerintahan di bidang pemerintahan dalam negeri atau gubernur

membentuk tim atau bekerjasama dengan pakar/lembaga independen

yang berkompeten di bidang pengembangan kapasitas sesuai dengan

peraturan perundang-undangan.

(4) Tim yang dibentuk oleh menteri yang menyelenggarakan urusan

pemerintahan di bidang pemerintahan dalam negeri sebagaimana

dimaksud pada ayat (3) beranggotakan unsur dari kementerian/lembaga

pemerintah non kementerian.

(5) Tim yang dibentuk oleh gubernur sebagaimana dimaksud pada ayat (3)

beranggotakan unsur dari satuan kerja perangkat daerah terkait.

(6) Hasil pemetaan kapasitas pemerintahan daerah wajib disampaikan

kepada Pemerintah Daerah yang bersangkutan.

Universitas Sumatera Utara

Page 122: Oleh MUHAMMAD ANCHA SITORUS

111

Pasal 13

Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pemetaan kapasitas pemerintahan

daerah diatur dengan peraturan menteri yang menyelenggarakan urusan

pemerintahan di bidang pemerintahan dalam negeri.

Bagian Keempat

Penyusunan Rekomendasi

Pasal 14

(1) Menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang

pemerintahan dalam negeri berkoordinasi dengan menteri yang

menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang perencanaan

pembangunan nasional menyusun rekomendasi prioritas program

pengembangan kapasitas pemerintahan daerah masing-masing

daerah provinsi.

(2) Rekomendasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memuat daftar

prioritas program dan kegiatan peningkatan kapasitas pemerintahan

daerah provinsi.

(3) Rekomendasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disusun

berdasarkan informasi hasil pemetaan dan target pencapaian tujuan

penyelenggaraan pemerintahan dan kemampuan keuangan masing-

masing daerah provinsi.

(4) Menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang

pemerintahan dalam negeri dalam penyusunan rekomendasi wajib

melibatkan pemerintah daerah provinsi yang bersangkutan.

(5) Rekomendasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan oleh

menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang

pemerintahan dalam negeri kepada gubernur dan kepada

kementerian/lembaga pemerintah non kementerian sebagai acuan dalam

menyusun rencana aksi pengembangan kapasitas pemerintahan daerah

oleh pemerintahan daerah provinsi dan kementerian/lembaga pemerintah

non kementerian untuk masing-masing daerah provinsi.

Universitas Sumatera Utara

Page 123: Oleh MUHAMMAD ANCHA SITORUS

112

Pasal 15

(1) Gubernur berkonsultasi dengan menteri yang menyelenggarakan

urusan pemerintahan di bidang pemerintahan dalam negeri menyusun

rekomendasi pengembangan kapasitas pemerintahan daerah

kabupaten/kota dalam wilayahnya berdasarkan hasil pemetaan

kapasitas pemerintahan daerah sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 12 ayat (1).

(2) Rekomendasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memuat daftar

prioritas program dan kegiatan peningkatan kapasitas pemerintahan

daerah kabupaten/kota.

(3) Rekomendasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disusun

berdasarkan informasi hasil pemetaan dan target pencapaian tujuan

penyelenggaraan pemerintahan dan kemampuan keuangan masing-

masing daerah.

(4) Gubernur dalam penyusunan prioritas program wajib melibatkan

pemerintah daerah kabupaten/kota yang bersangkutan.

(5) Prioritas program sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

disampaikan oleh gubernur kepada bupati/walikota sebagai

rekomendasi dalam menyusun rencana aksi pengembangan

kapasitas pemerintahan daerah masing-masing kabupaten/kota.

(6) Selain disampaikan kepada bupati/walikota, gubernur menyampaikan

rekomendasi kepada menteri yang menyelenggarakan urusan

pemerintahan di bidang pemerintahan dalam negeri untuk dikoordinasikan

dengan menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang

perencanaan pembangunan nasional dan kementerian/lembaga

pemerintahan non kementerian sebagai acuan dalam menyusun program

dan kegiatan pengembangan kapasitas pemerintahan daerah

kabupaten/kota pada masing-masing kementerian/lembaga pemerintah

non kementerian.

Pasal 16

Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penyusunan rekomendasi diatur

dalam peraturan menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di

bidang pemerintahan dalam negeri.

Universitas Sumatera Utara

Page 124: Oleh MUHAMMAD ANCHA SITORUS

113

Bagian Kelima

Perencanaan dan Penganggaran

Pasal 17

(1) Menteri/pimpinan lembaga pemerintah non kementerian bertanggung jawab

melaksanakan dan/atau memfasilitasi program pengembangan kapasitas

pemerintahan daerah sesuai dengan bidang tugasnya masing-masing terutama bagi

pemerintahan daerah yang berkinerja dan/atau kemampuan fiskal rendah.

(2) Perencanaan program pengembangan kapasitas pemerintahan daerah

berupa pelaksanaan dan/atau fasilitasi oleh kementerian/lembaga

pemerintah non kementerian sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dilakukan berdasarkan rekomendasi pengembangan kapasitas

pemerintahan daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 dan

Pasal 15.

(3) Mekanisme penyusunan rencana pengembangan kapasitas

pemerintahan daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (2)

mengikuti mekanisme perencanaan sesuai ketentuan peraturan

perundang-undangan.

(4) Tata cara penyusunan anggaran Pemerintah dalam rangka

pengembangan kapasitas pemerintahan daerah dilaksanakan sesuai

dengan peraturan perundang-undangan.

Pasal 18

(1) Gubernur menyusun program pengembangan kapasitas pemerintahan daerah provinsi dan fasilitasi pengembangan kapasitas pemerintahan daerah kabupaten/kota dalam

wilayahnya berdasarkan rekomendasi yang disampaikan oleh menteri

yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang pemerintahan

dalam negeri.

(2) Mekanisme penyusunan program sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) mengikuti mekanisme perencanaan sesuai ketentuan

peraturan perundang-undangan.

(3) Pemerintahan daerah provinsi menyediakan anggaran pengembangan

kapasitas pemerintahan daerah provinsi.

(4) Pemerintah provinsi dapat melakukan fasilitasi pengembangan kapasitas pemerintahan kabupaten/kota.

Universitas Sumatera Utara

Page 125: Oleh MUHAMMAD ANCHA SITORUS

114

Pasal 19

(1) Bupati/walikota menyusun program pengembangan kapasitas

pemerintahan daerah kabupaten/kota berdasarkan rekomendasi yang

disampaikan oleh gubernur.

(2) Mekanisme penyusunan program sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) mengikuti mekanisme perencanaan sesuai ketentuan

peraturan perundang-undangan.

(3) Pemerintah kabupaten/kota menyediakan anggaran pengembangan

kapasitas pemerintahan daerah kabupaten/kota sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan dan kewenangan serta

tanggung jawabnya.

(4) Pemerintah kabupaten/kota dapat melakukan fasilitasi pengembangan kapasitas pemerintah desa.

Pasal 20

(1) Program dan kegiatan pengembangan kapasitas pemerintahan

daerah yang dilaksanakan oleh Pemerintah dibebankan pada

Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.

(2) Program dan kegiatan pengembangan kapasitas pemerintahan daerah yang

dilaksanakan oleh pemerintah daerah dibebankan pada Anggaran

Pendapatan dan Belanja Daerah masing-masing.

Bagian Keenam

Pelaksanaan

Pasal 21

(1) Pemerintah, Pemerintah Daerah provinsi dan Pemerintah Daerah

kabupaten/kota menyelenggarakan program pengembangan kapasitas

pemerintahan daerah sesuai dengan kewenangan dan tanggung

jawabnya masing-masing.

(2) Dalam pelaksanaan program pengembangan kapasitas pemerintahan

daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Pemerintah, Pemerintah

Daerah provinsi dan Pemerintah Daerah kabupaten/kota dapat

Universitas Sumatera Utara

Page 126: Oleh MUHAMMAD ANCHA SITORUS

115

melakukan kerjasama dengan pihak lain sesuai dengan peraturan

perundang-undangan.

Pasal 22

(1) Menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang

pemerintahan dalam negeri mengoordinasikan pelaksanaan program

dan kegiatan pengembangan kapasitas pemerintahan daerah secara

nasional baik yang menjadi kewenangan dan tanggung jawab

Pemerintah maupun menjadi kewenangan dan tanggung jawab

Pemerintah Daerah.

(2) Gubernur mengoordinasikan pelaksanaan program dan kegiatan

pengembangan kapasitas pemerintahan daerah yang diselenggarakan

oleh kabupaten/kota dalam wilayah kerjanya.

Pasal 23

(1) Menteri/pimpinan lembaga pemerintah non kementerian melakukan

pembinaan dan pengawasan terhadap penyelenggaraan

pengembangan kapasitas pemerintahan daerah yang dilaksanakan

oleh kementerian/lembaga pemerintah non kementerian masing-

masing.

(2) Gubernur melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap

penyelenggaraan pengembangan kapasitas pemerintahan daerah yang

dilaksanakan oleh SKPD Provinsi.

(3) Bupati/walikota melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap

penyelenggaraan pengembangan kapasitas pemerintahan daerah

yang dilaksanakan oleh SKPD Kabupaten/Kota.

Bagian Ketujuh

Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan

Pasal 24

(1) Gubernur wajib menyusun laporan pelaksanaan program pengembangan

kapasitas pemerintahan daerah provinsi masing-masing setiap tahun.

(2) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan kepada

menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang

Universitas Sumatera Utara

Page 127: Oleh MUHAMMAD ANCHA SITORUS

116

pemerintahan dalam negeri bersamaan dengan laporan penyelenggaraan

pemerintahan daerah.

(3) Bupati/walikota wajib menyusun laporan pelaksanaan program

pengembangan kapasitas pemerintahan daerah kabupaten/kota masing-

masing setiap tahun.

(4) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) disampaikan kepada

gubernur bersamaan dengan laporan penyelenggaraan pemerintahan

daerah.

Pasal 25

(1) Kementerian/lembaga pemerintah non kementerian melakukan

monitoring dan evaluasi teknis terhadap program dan kegiatan

pengembangan kapasitas pemerintahan daerah provinsi sesuai dengan

bidang tugas masing-masing.

(2) Menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang

pemerintahan dalam negeri melakukan evaluasi umum terhadap

pelaksanaan program dan kegiatan pengembangan kapasitas

pemerintahan daerah secara nasional.

BAB IV

PENGENDALIAN

Pasal 26

(1) Menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang

pemerintahan dalam negeri melakukan pengendalian terhadap

perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi penyelenggaraan program

pengembangan kapasitas pemerintahan daerah provinsi secara nasional.

(2) Pengendalian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan upaya

untuk menjamin dan memastikan agar setiap kebijakan yang ditetapkan

oleh gubernur dalam perencanaan dan pelaksanaan program serta

kegiatan pengembangan kapasitas pemerintahan daerah provinsi

dilaksanakan sesuai dengan kebijakan nasional sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 9 ayat (1) dan rekomendasi sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 14 ayat (1).

(3) Dalam rangka pengendalian program pengembangan kapasitas

pemerintahan daerah provinsi sebagaimana dimaksud pada ayat (1),

menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang

Universitas Sumatera Utara

Page 128: Oleh MUHAMMAD ANCHA SITORUS

117

pemerintahan dalam negeri berwenang untuk memverifikasi ketersediaan

anggaran dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah provinsi

untuk membiayai program dan kegiatan peningkatan kapasitas

pemerintahan daerah setiap tahun sesuai dengan mekanisme verifikasi

anggaran berdasarkan peraturan perundang-undangan.

(4) Verifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan berdasarkan

hasil pemetaan dan rekomendasi pengembangan kapasitas pemerintahan

daerah provinsi yang telah disampaikan oleh menteri yang

menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang pemerintahan dalam

negeri.

Pasal 27

(1) Gubernur melakukan pengendalian terhadap perencanaan, pelaksanaan

dan evaluasi penyelenggaraan program pengembangan kapasitas

pemerintahan daerah kabupaten/kota dalam wilayahnya.

(2) Pengendalian sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) merupakan upaya

untuk menjamin dan memastikan agar setiap kebijakan yang ditetapkan

oleh bupati/walikota dalam perencanaan dan pelaksanaan program serta

kegiatan pengembangan kapasitas pemerintahan daerah kabupaten/kota

dilaksanakan sesuai dengan kebijakan nasional sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 9 ayat (1) dan rekomendasi sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 15 ayat (1).

(3) Dalam rangka pengendalian program pengembangan kapasitas

pemerintahan daerah kabupaten/kota sebagaimana dimaksud pada ayat

(1), gubernur berwenang untuk memverifikasi ketersediaan anggaran

dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah kabupaten/kota setiap

tahun sesuai dengan mekanisme verifikasi anggaran berdasarkan

peraturan perundang-undangan.

(4) Verifikasi dilakukan berdasarkan hasil pemetaan dan rekomendasi yang telah disampaikan oleh gubernur.

BAB V

PEMBINAAN

Universitas Sumatera Utara

Page 129: Oleh MUHAMMAD ANCHA SITORUS

118

Pasal 28

(1) Menteri/pimpinan lembaga pemerintah non kementerian

melakukan pembinaan teknis terhadap pelaksanaan program

pengembangan kapasitas pemerintahan daerah.

(2) Menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang

pemerintahan dalam negeri melakukan pembinaan umum terhadap

pelaksanaan program pengembangan Kapasitas pemerintahan daerah.

(3) Pemerintah dapat memberikan penghargaan kepada

Pemerintah Daerah yang dinilai berhasil melaksanakan

program pengembangan kapasitas pemerintahan daerah.

Pasal 29

kapasitas pemerintahan daerah yang dilaksanakan oleh masing-masing SKPD.

BAB VI

KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 30

Program dan kegiatan pengembangan kapasitas pemerintahan daerah yang

telah direncanakan dalam dokumen perencanaan nasional dan dokumen

perencanaan daerah sebelum ditetapkannya Peraturan Presiden ini tetap

berlaku.

BAB VII

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 31

Peraturan Presiden ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Universitas Sumatera Utara

Page 130: Oleh MUHAMMAD ANCHA SITORUS

119

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan

Peraturan Presiden ini dengan penempatannya dalam Lembaran

Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan Di Jakarta,

Pada Tanggal 30 Mei 2012

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Ttd

DR. H. SUSILO BAMBANG YUDHOYONO

Diundangkan Di Jakarta,

Pada Tanggal 30 Mei 2012

MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA,

Ttd.

AMIR SYAMSUDIN

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2012 NOMOR 127

Universitas Sumatera Utara