” muhammad iqbal”
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sosoknya Dr. Sir Muhammad Iqbal sangat fenomenal. Lebih dari siapa
pun, Iqbal telah merekonstruksi sebuah bangunan filsafat Islam yang dapat
menjadi bekal individu-individu Muslim dalam mengantisipasi peradaban Barat
yang materialistik ataupun tradisi Timur yang fatalistik. Jika diterapkan maka
konsep-konsep filosofis Iqbal akan memiliki implikasi-implikasi kemanusiaan
dan sosial yang luas
Bahasannya Muhammad Iqbal adalah seorang ilmuan dibidang filsafat dan
dibidang ilmu agama sehingga Muhammad Iqbal dikenal masyarakat diseluruh
dunia dan dizaman sekarang juga masih dikenal dan dipelajari ilmu “dan filosof”
lainnya, dan alangkah baiknya kita sebagai generasi muda mengulas kembali
tentang dan memperdalami ilmu-ilmu yang disebarkan oleh Muhammad Iqbal
dan pemikiran-pemikiran Muhammad Iqbaltersebut. Sehingga saya tertarik untuk
menulis kembali biografi serta pemikiran-pemikiran Muhammad Iqbal.
B. Rumusan Masalah
Adapun masalah yang akan saya angkat dalam penulisan makalah ini yaitu :
a. Tentang riwayat hidup Muhammad Iqbal
b. Tentang karakteristik Muhammad Iqbal
1
c. Tentang rekonstruksi pemikiran-pemikiran Muhammad Iqbal
C. Tujuan Masalah
Adanya tujuan dari penulisan makalah ini yaitu untuk menambah wawasan
dari ayng tidak tahu menjadi tahu.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Biografi Muhammad Iqbal
Muhammad Iqbal lahir di Sialkot, kawasan Punjab pada tanggal 9 November
1877. Daerah ini sebelumnya merupakan bagian dari India, tetapi setelah Pakistan
(1947) muncul sebagai Negara baru di Asia Selatan daerah tersebut masuk
wilayah Pakistan.1
Iqbal memiliki kedua orang tua yang begitu perhatian terhadap
pendidikannya, yaitu ayahnya bernama Nur Muhammad dan ibunya bernama
Imam Bibi. Mereka sudah mengajarkan kepada Iqbal kecil membaca Al quran
dan Iqbal juga disuruh untuk menuntut ilmu di kuttab (surau) agar pemahaman Al
qurannya lebih baik. Kesalehan orang tuanya sangat berpengaruh dalam
pembentukan kepribadian Iqbal.
Pendidikan formalnya ia mulai di Scottish Mission School di Sialkot.
Kemudia ia melanjutkan studinya ke govemment College di Lahore sampai
mendapat gelar BA (Bacchelor of Arts) tahun 1897 dan MA (Master of Arts)
tahun 1899. Setelah tamat Iqbal melanjutkan studinya ke Inggris yaitu Cambridge
University, London dan ke Jerman yaitu Munich University bahkan Iqbal
medapat gelar Doktor (1907) dalam bidang filsafat di universitas tersebut dengan
desrtasinya The Development of Metaphisyich in Persia.2
Setelah Iqbal kembali ke India ia menjadi tenaga pengajar di alamamaternya
dahulu, ia juga menjadi pengacara dan terlibat dalam kancah politik praktis. Dari
banyaknya jabatan yang ia pegang , maka dapat dikatan Iqbal seelain seorang
pemikir ulung ia juga sebagai politikus yang ulung.
1 Danusiri, Epistemologi Dalam Tasawuf Iqbal, 1996 :2802 Ibid hal 281
3
Sebagai seorang pemikir, tentu tidak dapat sepenuhnya dikatakan bahwa
gagasan-gagasannya tersebut lahir tanpa dipengaruhi oleh pemikir-pemikir
sebelumnya. Jika dilihat dari kondisi sosial politik di masanya, Iqbal hidup pada
masa kekuasaan kolonial Inggris. Pada masa ini, pemikiran kaum muslimin di
benua India sangat dipengaruhi oleh seorang tokoh religius, yaitu Syah
Waliyullah Ad-Dahlawi dan Sayyid Ahmad Khan . Kecuali Ahmad Khan, Syah
Waliyullah adalah pemikir muslim pertama yang menyadari bahwa kaum
muslimin tengah menghadapi jaman modern yang di dalamnya ada tantangan
serius dari Inggris mengenai masalah pemahaman Islam, terlebih ketika Dinasti
Mughal terakhir di India mengalami kekalahan saat melawan Inggris pada tahun
1857, yang juga sangat mempengaruhi 41 tahun kekuasaan Imperium Inggris ,
dan bahkan pada tahun 1858 British East India Company dihapus dan Raja
Inggris bertanggungjawab atas pemerintah imperium India .3
Adapun filosof yang mempengaruhi Iqbal diantaranya:
\ Iqbal adalah filosof Muslim yang banyak dipengaruhi oleh banyak filosof Barat
seperti Thomas Aquinas, Bergson, Nietzsche, Hegel dan masih banyak lagi yang
lainnya Di antara sekian banyak filosof, menurut Donny Gahral, Nietzsche dan
Bergsonlah yang paling banyak mempengaruhi Iqbal, oleh karena itu pemikiran
kedua filosof ini akan dipaparkan sebagai berikut:
Nietzsche dan Bergson sangat mempengaruhi Iqbal khususnya konsepnya
tentang hidup sebagai kehendak kreatif yang terus bergerak menuju realisasi.
Manusia sebagai kehendak kreatif tidak bisa dibelenggu oleh hukum mekanis
maupun takdir sebagai rencana Tuhan terhadap manusia yang ditetapkan sebelum
penciptaan. Namun semangat relegius Iqbal menyelamatkannya dari sikap
atheisme yang dianut Nitzsche sebagai konsekuensi kebebasan kreatif manusia.
Iqbal masih mempertahankan Tuhan dan mengemukakan argumentasi yang bisa
mendamaikan kemahakuasaan Tuhan dengan kebebasan manusia.
3 Ibid hal 282
4
Iqbal juga menolak konsep Nitzsche maupun Bergson tentang kehendak
sebagai sesuatu yang buta, khaotis, tanpa tujuan. Iqbal mengatakan bagaimanapun
orang sadar bahwa dalam kehendaknya ia memiliki tujuan karena kalau tidak buat
apa ia berkehendak, namun Iqbal menolak tujuan sebagai tujuan yang bukan
ditetapkan oleh manusia sendiri melainkan oleh takdir atau hukum evolusionistik.
Iqbal meninggal dunia pada uusia 71 tahun, tepatnya pada tanggal 20 April 1938.
Kematian Iqbal merupakan “kerugian” bagi muslim India dan dunia muslim pada
umumnya.4
B. Corak Pemkiran M. Iqbal
Iqbal selain terkenal sebagai filosof, ahli hukum, pemikir politik, dan reformis
muslim, juga dikenal sebagai penyair ulung. Faktor yang paling dominan dalam
pembentukan pemikiran Iqbal adalah kepergiannya ke Eropa untuk mempelajari
filsafat barat. Sejak saat itu, Iqbal memiliki kecenderungan intelektual yang khas.
Kecintaannya pada nilai – nilai dan tradisi Timur yang dipelajarinya selama
berada di Negara kelahirannya, dan ditambah dengan penghargaannya yang tinggi
terhadap tradisi keilmuan Barat, telah menjadikan Iqbal sebagai sosok yang
menguasai warisan intelektual Timur (Islam) yang diiringi dengan
pengetahuannya yang mendalam tentang filsafat Barat.5
Iqbal memandang sudah saatnya kaum muslim melakukan rekontruksi
terhadap segala pemikiran yang berkembang di dunia Islam. Hal utama yang
dilakukan dalam hal ini adalah menentang dualisme filsafat klasik abstrak, yang
telah mempertahankan pikiran dan materi dalam wadah yang ketat. Menurut
Iqbal, cita – cita yang bersumber dari idealisme dan realisme bukanlah dua
kekuatan yang saling bertentangan.
Dari hal diatas, dapat dikatakan bahwa paradigma pemikiran yang dgunakan
Iqbal untuk menelorkan gagasan rekontruksinya adalah dengan menggunakan
4 Mustofa, Filsafat Islam, 2007 : 3335 Ibid hal 334
5
metodologi yang bersifat sintesis. Dia berhasil memadukan tradisi intelektual
Barat dengan tradisi intelektual Timur dalam ssuatu paradigma berfikir. Namun
demikian, upaya sintesis pemikiran Iqbal bukannya dilaksanakan tanpa sikap
kritis. Dia seleksi terlebih dahulu apa yang datang dari Barat, sehingga
pemikirannya tetap komprehensif: mencakup Timur dan Barat.
Bidang pendidikan telah menjadi salah satu agenda pembaruan intelektual Iqbal,
karena ia melihat bahwa intelektualisme Islam pada waktu itu dapat dikatakan
nyaris berhenti, karena kaum muslim telah berhenti mengambil inspirasi dari Al
quran. Diagnosis yang ditawarkan Iqbal untuk menyembuhkan persoalan ini
adalah dengan menumbuhkan kembali semangat intelektualisme melalui tiga
sumber, yaitu serapan indrawi, rasio, dan intuisi. 6
Ketiga sumber diatas, menurut Iqbal harus diambil dan digunakan secara
serempak, tanpa harus mengesampingkan salah satunya. Inilah yang disebut
berfikir qur’ani. Apabila kaum muslim mampu melakukan cara berfikir semacam
ini, maka revolusi pengetahuan dalam dunia Islam akan terjadi secara
mengagumkan.
C. Karya-karya Muhammad Iqbal
1. Asrar-i Khudi (Rahasia Pribadi), (1915)
2. Bang-i Dara (Seruan dari Perjalanan), (1924)
3. The Recunstruction of Relegious Thought in Islam, (1930)
4. Payam-i Masyriq (Pesan dari Timur), (1923)7
D. Filosof-Filosof yang Mempengaruhi Iqbal
Iqbal adalah filosof Muslim yang banyak dipengaruhi oleh banyak filosof
Barat seperti Thomas Aquinas, Bergson, Nietzsche, Hegel dan masih banyak lagi
yang lainnya. Di antara sekian banyak filosof, menurut Donny Gahral, Nietzsche
6 Ibid hal 2257 Thawil Aikhiyar Dasoeki, 1993 :151
6
dan Bergsonlah yang paling banyak mempengaruhi Iqbal, oleh karena itu
pemikiran kedua filosof ini akan dipaparkan sebagai berikut:
Nietzsche dan Bergson sangat mempengaruhi Iqbal khususnya konsepnya
tentang hidup sebagai kehendak kreatif yang terus bergerak menuju realisasi.
Manusia sebagai kehendak kreatif tidak bisa dibelenggu oleh hukum mekanis
maupun takdir sebagai rencana Tuhan terhadap manusia yang ditetapkan sebelum
penciptaan. Namun semangat relegius Iqbal menyelamatkannya dari sikap
atheisme yang dianut Nitzsche sebagai konsekuensi kebebasan kreatif manusia.
Iqbal masih mempertahankan Tuhan dan mengemukakan argumentasi yang bisa
mendamaikan kemahakuasaan Tuhan dengan kebebasan manusia. 8
1. Friedrich Nietzsche
Filsafat Nietzsche (1844-1900) adalah filsafat kehendak untuk
penguasaan. Konsep Nietzsche tentang kehendak untuk penguasaan berkaitan
erat dengan konsep lebenphi-losophie tentang hidup. Tradisi lebenphi-
losophie memandang hidup bukan sebagai proses biologis, melainkan sebagai
sesuatu yang mengalir, meretas, dan tidak tunduk pada apa pun yang
mematikan gerak hidup. Nietzsche memandang hidup sebagai insting atas
pertumbuhan, kekekalan dan pertambahan kuasa. Pendeknya, hidup menurut
Nietzsche adalah kehendak untuk penguasaan.9
Berdasarkan konsep hidup sebagai kehendak untuk penguasaan,
Nietzsche secara revolusioner mendekonstruksi tiga warisan klasik yang
menjadi pondasi dasar peradaban Barat: filsafat, moralitas, dan agama
(Yudeo-Kristiani) yang dinilainya tidak mewadahi kehendak untuk
penguasaan. Tiga serangkai yang membawa peradaban Barat menuju pada
kehancuran bukan kemajuan. Ketiga warisan klasik peradaban Barat itu
menurut Nietzche berlawanan dengan konsepnya tentang hidup.
8 Donny Gahral Adian, Muhammad Iqbal, (Bandung: Teraju),.349 Ibid hal 35
7
Iqbal memang terinspirasi Nietzsche, terutama dalam semangatnya.
Hal ini tampak dari puisi lainnya tentang Nietzsche bahwa kita dapat meraih
semangat yang positif dan harapan dari ketulushatiannya:
Jika kau nada lembut, jangan datang padanyaGemuruh topannya adalah musik yang ditiup seruling penanyaIa celupkan pisau bedah ke lubuk hati BaratTangannya berlumuran darah setelah membersihkan darah salib KristusPada pembangunan Ka’bah, ia mendirikan rumah berhala sendiriHatinya adalah seorang mukmin, namun otaknya kafirPergilah dan bakar dirimu di api unggun raja Namrudz iniAgar taman bunga Ibrahim berbunga dari api azar
2. Henry Bergson
Henry Bergson (1859-1941) merupakan tokoh yang bisa dibilang
paling berpengaruh terhadap pemikiran Iqbal, khususnya tentang intuisi dan
élan vital. Bergson mengemukakan adanya dua cara pengenalan yaitu analisis
dan intuisi. Analisis adalah aktivitas intelektual yang mengenali objek dengan
observasi bergerak mengitari objek atau dengan memisahkan bagian-bagian
konstituen objek kajiannya. Analisis bekerja dengan simbol-simbol tersebut
selalu berupa generalisasi abstrak yang melenyapkan keunikan individu
Intuisi, di lain pihak, menurut Bergson merupakan semacam rasio
simpati yang mana subjek peneliti menempatkan dirinya dalam objeknya
untuk menemukan apa yang unik dalamnya dan oleh karenanya tidak dapat
diekspresikan. Berpikir secara intuitif adalah berpikir dalam durasi. Durasi
sendiri dipahami sebagai waktu dalam bergerak berkelanjutan (continuous
flow) dan bukan waktu yang terspesialisasi oleh rasio menjadi momen-momen
atau titik-titik dalam garis. Rasio hanya mampu memahami bagian-bagian
statis dan tidak mampu menangkap pergerakan terus-menerus (durasi).
Elan Vital merupakan suatu kesadaran dari mana tumbuh kehidupan
dan semua kemungkinan kreatifnya. Evolusi bersifat kreatif dan tidak
deterministik seperti dikemukakan Darwin dan Marx karena masa depan
8
bersifat terbuka. Bergson menolak, berdasarkan argumen élan vitalnya,
adanya tujuan final yang ditetapkan di depan.
E. Rekonstruksi Pemikiran-Pemikiran Islam Muhammad Iqbal
1. Filsafat Ego atau Khudi
Konsep tentang hakikat ego atau individualitas merupakan konsep
dasar dari filsafat Iqbal, dan menjadi alas penopang keseluruhan struktur
pemikirannya. Masalah ini dibahas dalam karyanya yang ditulis dalam bahasa
Persia dengan bentuk matsnawi berjudul Asrar-i Khudi; kemudian
dikembangkan dalam berbagai puisi dan dalam kumpulan ceramah yang
kemudian dibukukan dengan judul The Reconstruction of Relegious Thought
in Islam10
Menurut Iqbal, khudi, arti harfiahnya ego atau self atau individualitas,
merupakan suatu kesatuan yang riil atau nyata, adalah pusat dan landasan dari
semua kehidupan, merupakan suatu iradah kreatif yang terarah secara
rasional. Arti terarah secara rasional, menjelaskan bahwa hidup bukanlah
suatu arus tak terbentuk, melainkan suatu prinsip kesatuan yang bersifat
mengatur, suatu kegiatan sintesis yang melingkupi serta memusatkan
kecenderungan-kecenderungan yang bercerai-berai dari organisme yang hidup
ke arah suatu tujuan konstruktif. Iqbal menerangkan bahwa khudi merupakan
pusat dan landasan dari keseluruhan kehidupan. Hal ini tercantum pada
beberapa matsnawinya dalam Asrar-i Khudi.
Bentuk kejadian ialah akibat dari khudiApa saja yang kaulihat ialah rahasia khudiDijelmakannya alam cita dan pikian murniApa guna wujudmu melainkan untuk mengembangkan dayamu?Kalau kau perkuat dirimu dengan khudiKau akan pecahkan dunia sesuka khudimu;Jika kau hendak hidup, isilah dirimu dengan khudiApakah mati sebenarnya? Melepaskan semua khudi
10 Hasyimsyah Nasution, Filsafat Islam, (Jakarta: Gaya Media Pratama),185
9
Kenapa berkhayal itulah terpisahnya roh dari tubuhBermukimlah dalam khudi, penaka YusufMajulah dari rebutan yang satu ke rebutan yang lainPikirkanlah khudimu dan jadilah beraksi
Jadilah manusia-Tuhan, kandunglah rahasia dalammu. Ego bagi Iqbal adalah kausalitas pribadi yang bebas. Ia mengambil
bagian dalam kehidupan dan kebebasan Ego mutlak. Sementara itu, aliran
kausalitas dari alam mengalir ke dalam ego dan dari ego ke alam. Karena itu,
ego dihidupkan oleh ketegangan interaktif dengan lingkungan. Dalam keadaan
inilah Ego Mutlak membiarkan munculnya ego relatif yang sanggup
berprakarsa sendiri dan membatasi kebebasan ini atas kemauan bebasnya
sendiri. Menurut Iqbal, nasib sesuatu tidak ditentukan oleh sesuatu yang
bekerja di luar. Takdir adalah pencapaian batin oleh sesuatu, yaitu
kemungkinan-kemungkinan yang dapat direalisasikan yang terletak pada
kedalaman sifatnya.
Untuk memperkuat ego dibutuhkan cinta (intuisi) dan ketertarikan,
sedangkan yang memperlemahnya adalah ketergantungan pada yang lain.
Untuk mencapai kesempurnaan ego maka setiap individu mesti menjalani tiga
tahap. Pertama, setiap individu harus belajar mematuhi dan secara sabar
tunduk kepada kodrat makhluk dan hukum-hukum ilahiah. Kedua, belajar
berdisiplin dan diberi wewenang untuk mengendalikan dirinya melalui rasa
takut dan cinta kepada Tuhan seraya tidak bergantung pada dunia. Ketiga,
menyelesaikan perkembangan dirinya dan mencapai kesempurnaan spiritual
(Insan Kamil).
2. Filsafat Ketuhanan
Tuhan sebagai objek kajian metafisika memiliki kekhususan dibanding
kedua objek metafisika lainnya. Apabila manifestasi lahiriah dari semesta
maupun jiwa dapat ditangkap indra, maka hal yang sama tidak berlaku bagi
realitas ketuhanan. Tuhan adalah suatu yang mutlak tidak ditangkap indra.
10
Metafisika yang mengkaji tentang Tuhan disebut filsafat ketuhanan
(teologi naturalis) untuk membedakannya dari teologi adikodrati atau teologi
wahyu. Apabila filsafat ketuhanan mengambil Tuhan sebagai titik akhir atau
kesimpulan seluruh pengkajiannya, maka teologi wahyu sebagai titik awal
pembahasannya.
Filsafat ketuhanan berurusan dengan pembuktian kebenaran adanya
Tuhan yang didasarkan pada penalaran manusia. Filsafat ketuhanan tidak
mempersoalkan eksistensi Tuhan, disiplin tersebut hanya ingin
menggarisbawahi bahwa apabila tidak ada penyebab pertama yang tidak
disebabkan maka kedudukan benda-benda yang relatif-kontigen tidak dapat
dipahami akal.
Paling tidak, terdapat tiga argumen besar dalam filsafat ketuhanan:
argumen kosmologis, argumen teologis, dan argumen ontologis. Argumen
kosmologis mengemukakan bahwa Tuhan harus ada, karena kalau tidak maka
akan ada rangkaian kausalitas yang tak terhingga untuk menjelaskan
peristiwa-peristiwa. Argumen teologis mengemukakan bahwa dari struktur
finalitas realitas dapat ditariik kesimpulan adanya Sang Pencipta yang
menetapkan struktur tersebut. Sedangkan argumen ontologis mengemukakan
bahwa Tuhan ada karena kita memikirkannya dan memprediksikan eksistensi
terhadap Dirinya.11
Iqbal secara tegas menolak argumen-argumen para filosof skolastik
tersebut. Baginya argumen-argumen ini telah menemui kegagalan. Di
samping tampak sebagai suatu interpretasi pengalaman yang dibuat-dibuat,
menurutnya argumen-argumen itu mengundang pula kesesatan logis. Iqbal
mengungkapkan bahwa di antara penyebab kegagalan argumen-argumen ini
adalah karena dipaksakannya dualisme epistemologis, yaitu pemisahan antara
pikiran dan wujud (being). Padahal dalam argumen-argumen itu sendiri
11 Donny Gahral Adian, Muhammad Iqbal, (Bandung: Teraju),.60
11
sesungguhnya telah tersirat bahwa pikiran dan wujud pada akhirnya
merupakan satu kesatuan.
Iqbal sepakat dengan Kant bahwa rasio manusia memiliki keterbatasan
dalam mengetahui hakikat Tuhan. Namun keterbatasan rasio tidak menjadikan
Iqbal seorang skeptis seperti Kant, ia tetap meyakini bahwa manusia mampu
memperoleh pengetahuan tentang Tuhan secara langsung melalui proses
intuisi dalam pengalaman relegius. Dalam hal ini konsep intuisi Iqbal berbeda
dengan konsep intuisi kaum mistikus. Apabila kaum mistikus menekankan
kontak langsung dengan Tuhan lewat proses intuisi, Iqbal menolaknya dengan
mengatakan bahwa apa yang pertama-pertama tersingkap secara kuat lewat
intuisi adalah keberadaan ego atau diri yang kreatif dan bebas.
Filsafat ketuhanan Iqbal berbeda dengan filsafat ketuhanan
kontemplatif karena Iqbal berangkat dari filsafat manusia yang menekankan
pengetahuan langsung tentang keberadaan ego atau diri yang bebas-kreatif.
Metafisika gerak Iqbal mengemukakan bahwa manusia bukanlah
benda statis tetapi suatu aktivitas gerak dinamis-kreatif yang terus merindu
akan kesempurnaan. Hidup keberagamaan sendiri menurut Iqbal adalah suatu
proses evolusi yang dapat dibagi menjadi tiga tahap, iman, pemikiran dan
penemuan. Pada tahap pertama yaitu tahap iman kita menerima apa yang
difirmankan Tuhan tanpa keraguan sedikitpun. Pendeknya segala sesuatu yang
berasal dari Tuhan adalah mutlak benar karena berasal dari Tuhan dan bukan
konstruksi manusia. Pada tahap kedua yaitu tahap pemikiran. Kita tidak
sekadar menaati secara buta firman Tuhan melainkan mulai memikirkan
maksud dari firman tersebut atau singkatnya kita mencoba memahami secara
rasional apa yang kita percayai.12 Dan pada tahap terakhir yaitu tahap
penemuan kita mencapai kontak langsung dengan realitas ultim yang
merupakan sumber semua hukum dan kenyataan.13 12 Thomas Aquinas, seorang teolog-filosof termasyhur Abad Pertengahan, mengemukakan suatu diktum berbunyi: fides quaerit intelectum atau iman mencari penjelasan rasional.13 Donny Gahral Adian, Muhammad Iqbal, (Bandung: Teraju),.94
12
F. Analisa Penulis
Menurut Iqbal agama bukan sekadar sekumpulan ajaran untuk
menekan aktivitas nafsu instingtif manusia (agama sebagai instrumen moral)
seperti diklaim para psikoanalisis (Freud, Jung). Bagi Iqbal, agama lebih dari
sekadar etika yang berfungsi membuat orang terkendali secara moral. Fungsi
sesungguhnya adalah mendorong proses evolusi ego manusia di mana etika
dan pengendalian diri menurut Iqbal hanyalah tahap awal dari keseluruhan
perkembangan ego manusia yang selalu mendampakan kesempurnaan.
Iqbal juga menolak konsep Nitzsche maupun Bergson tentang
kehendak sebagai sesuatu yang buta, khaotis, tanpa tujuan. Iqbal mengatakan
bagaimanapun orang sadar bahwa dalam kehendaknya ia memiliki tujuan
karena kalau tidak buat apa ia berkehendak, namun Iqbal menolak tujuan
sebagai tujuan yang bukan ditetapkan oleh manusia sendiri melainkan oleh
takdir atau hukum evolusionistik.
BAB III
PENUTUP
13
A. Kesimpulan
Dari makalah yang saya tullis maka dapatlah kesimpulantentang riwayat
Muhammad Iqbal dan pembuktian adanya tuhan sebab Muhammad Iqbal
beranggapan bahwa tuahan itu ialah iradah yang abadi. Adapun ajaran-ajaran
Muhammad Iqbal yaitu diantaranya filssafat dan lain-lain. Dan Muhammad Iqbal
dalam memproses adanya tuhan dengan memahami dengan menggunakan metode
intuisi-intuisi yang merupakan suatu mata bahu yang tajam tetapi tidak boleh
disamakan dengan sifat kemanusiaan yang utuh.
B. Kritik Dan Saran
Bahwasanya dalam makalah ini masih banyak sekali kekirangan dan
kesalahan yang harus kita benahi bersama, maka kritik dan saran dari teman-teman
semua sangat kami harapkan untuk perbaikan makalah ini untuk lebih baik dan yang
baik.
DAFTAR PUSTAKA
14
Danusiri, Epistemologi Dalam Tasawuf Iqbal, Jakarta :CV Pustaka Setia 1996
Mustofa. 2007. filsafat islam. Bandung : CV Pustaka Setia
Adian, Donny Gahral, Muhammad Iqbal, Teraju, Bandung: 2003
Iqbal, Muhammad, Rekonstruksi Pemikiran Agama dalam Islam, Lazuardi,
Yogyakarta: 2002
Nasution, Hasyimsyah, Filsafat Islam, Gaya Media Pratama, Jakarta: 1999
KATA PENGANTAR
15
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, serta sholawat dan salam
semoga tercurahkan kepada junjungan kita Nabi besar kita Muhammad SAW. Berkat
rahmat dan hidayahnya sehingga penulis bisa menyelesaikan makalah yang yang
berjudul “ Muhammad Iqbal
Dengan adanya makalah ini penulis berharap semoga makalah ini dapat
membantu para mahasiswa memahami tentang pemikiran Muhammad Iqbal. Penulis
juga menyadari dalam pembuatan makalah ini masih terdapat kekurangan, oleh
karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca. Ucapan
terimakasih penulis ucapkan kepada dosen pembimbing yang telah memberikan
waktu sehingga penulis bisa menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya, dan
ucapan terimakasih juga untuk teman-teman yang memberikan dukungan kepada
penulis.
Demikian yang dapat penulis sampaikan, semoga makalah ini dapt bermanfaat
bagi para pembaca.
Bengkulu,
Penulis
DAFTAR ISI
16
i
HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i
KATA PENGANTAR...................................................................................... ii
DAFATR ISI.................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...................................................................................... 1
B. Rumusan masalah................................................................................. 2
C. Tujuan ......................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. Biografi................................................................................................. 3
B. Corak Pemkiran M. Iqbal..................................................................... 5
C. Karya karya Muhammad Iqbal............................................................. 6
D. Filososf yang mempengarui.................................................................. 7
E. Rekonstruksi Pemikiran pemikiran Muhammad Iqbal......................... 9
F. Analisa Penulis..................................................................................... 13
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan........................................................................................... 14
B. Kritik dan Saran ................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... iii
MAKALAHMAKALAH
17
ii
FILSAFAT ISLAMFILSAFAT ISLAM Muhammad Iqbal
Oleh :Lisi Yarti
Linda JunitaLeo Waldi
Dosen pembimbing : Drs. Murkilim, M.Ag
PRODI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAHFAKULTAS TARBIYAH DAN TADRISINSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
IAIN (BENGKULU)2013
18