nkp cyber

27
MARKAS BESAR KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA SEKOLAH STAF DAN PIMPINAN UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN PENYIDIK POLRI DALAM PENYIDIKAN CYBERCRIME I. PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang sangat besat saat ini mengakibatkan perubahan yang sangat besar pada kehidupan manusia di segala bidang. Salah satu produk dari perkembangan teknologi informasi dan komunikasi tersebut adalah Internet. Internet menimbulkan dunia baru yang dikenal dengan istilah ”dunia mayya” atau ”cyber space”, hal ini dikarenakan segala kegiatan yang dapat dilakukan sehari-hari bisa dilaksanakan dengan menggunakan fasilitas-fasilitas yang tersedia di internet, misalnya urusan perbankan, jual beli, mencari informasi, pendidikan hingga mencari jodoh. Kemudahan-kemudahan yang ditawarkan oleh adanya internet tersebut juga dimanfatkan oleh sekelompok orang untuk melakukan kejahatan dengan memanfaatkan kesempatan dari fasilitas yang tersedia di Internet, misalnya untuk menipu, mencuri, melakukan pelecehan/ 1

Upload: ahmad-sulaiman

Post on 30-Jun-2015

249 views

Category:

Documents


11 download

TRANSCRIPT

Page 1: nkp cyber

MARKAS BESARKEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA SEKOLAH STAF DAN PIMPINAN

UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN PENYIDIK POLRI

DALAM PENYIDIKAN CYBERCRIME

I. PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG

Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang

sangat besat saat ini mengakibatkan perubahan yang sangat

besar pada kehidupan manusia di segala bidang. Salah satu

produk dari perkembangan teknologi informasi dan komunikasi

tersebut adalah Internet. Internet menimbulkan dunia baru yang

dikenal dengan istilah ”dunia mayya” atau ”cyber space”, hal ini

dikarenakan segala kegiatan yang dapat dilakukan sehari-hari

bisa dilaksanakan dengan menggunakan fasilitas-fasilitas yang

tersedia di internet, misalnya urusan perbankan, jual beli,

mencari informasi, pendidikan hingga mencari jodoh.

Kemudahan-kemudahan yang ditawarkan oleh adanya

internet tersebut juga dimanfatkan oleh sekelompok orang untuk

melakukan kejahatan dengan memanfaatkan kesempatan dari

fasilitas yang tersedia di Internet, misalnya untuk menipu,

mencuri, melakukan pelecehan/ penghinaan, pemerasan,

perjudian dan banyak lagi, kejahatan ini dikenal dengan nama

CYBERCRIME. Hal ini sangat mudah dan aman dilakukan karena

internet tidak mengenal batas wilayah, identitas dapat

disamarkan dan dapat dilakukan darimana saja sehingga

kemungkinan diketahui oleh orang lain saat melakukan

kejahatan tersebut sangatlah kecil sekali.

1

Page 2: nkp cyber

Polri sebagai aparat penegak hukum harus segara

mengambil tindakan untuk menangani fenomena ini sebab

kejahatan ini memiliki karakteristik yang berbeda dengan

kejahatan yang biasa terjadi karena pelaku merupakan orang-

orang yang mengerti dan memahami teknologi. Saat ini

kemampuan yang dimiliki oleh penyidik Polri untuk melakukan

penanganan tindak pidana cybercrime masihlah jauh dari yang

diharapkan, hal ini disebabkan karena kurangnya pengetahuan

mengenai teknologi dan internet juga adanya anggapan bahwa

kejahatan ini belum ada undang-undang atau peraturan yang

mengaturnya sehingga tidak dapat ditindak.

Tulisan ini akan membahas mengenai upaya peningkatan

kemampuan penyidik didalam menangani kasus cybercrime

dengan telebih dahulu mengetahui apa yang dimaksud dengan

cybercrime, peraturan dan perundang-undangan yang dapat

dikenakan serta faktor-faktor yang mempengaruhi daripada

penyidikan cybercrime

2. PERMASALAHAN

” Bagaimana upaya peningkatan kemampuan penyidik

didalam pelakukan penyidikan cybercrime ? ”

3. POKOK-POKOK PERSOALAN

a. Apa yang dimaksud dengan cybercrime dan tindak

pidana yang termasuk didalamnya ?

b. Apa saja peraturan dan perundang-undangan di

Indonesia yang dapat digunakan untuk melakukan

penindakan terhadap cybercrime ?

c. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi penyidikan

tindak pidana cybercrime ?

2

Page 3: nkp cyber

d. Bagaimana upaya peningkatan kemampuan penyidik

didalam melakukan penyidikan cybercrime ?

II. PEMBAHASAN

4. CYBERCRIME

Banyak pendapat dan definisi mengenai Cybercrime,

dalam dokumen konggres PBB ttg The Prevention of Crime

and The Treatment of Offlenderes di Havana, Cuba pada tahun

1999 dan di Wina, Austria tahun 2000, menyebutkan ada 2

istilah yang dikenal, yaitu:

a. Cybercrime in a narrow sense is computer crime:

any illegal behaviour directed by means of electronic

operation that target the secutity of computer system

and the data processed by them.

(Cyber crime dalam arti sempit adalah kejahatan

komputer yaitu segala tindakan ilegal yang diarahkan

dengan berbagai cara pengoperasian elektronik

dengan target keamanan sistem komputer dan data

yang terdapat di dalam komputer tersebut). Misalnya

Hacking, Cracking, Preaking, Ddos Attack, Deface, dll

b. Cybercrime in a broader sense is computer related

crime:

any illegal behaviour committed by means on relation

to, a computer system offering or system or network,

including such crime as illegal possession in, offering

or distributing information by means of computer

system or network.

3

Page 4: nkp cyber

(Cyber crime dalam arti luas adalah kejahatan yang

berhubungan dengan komputer yaitu segala tindakan

ilegal yang berkaitan atau bersinggungan dengan

sistem komputer atau jaringan, termasuk kepemilikan

illegal, pencurian data melalui sistem komputer atau

jaringan). misalnya cyber fraud, pornography, cyber

terrorism, pembajakan hak cipta/HAKI, penghinaan,

pemerasan, dll

Locus Delicti atau tempat kejadian perkara tindak

pidana cybercrime adalah tempat dimana hasil kejahatan

tersebut dapat dilihat dan server dimana website

tersebut disimpan. Maksud daripada tempat hasil kejahatan

itu dapat dilihat adalah computer dimana kita mengakses

internet, walaupun kejahatan tersebut dilakukan di Semarang

tetapi dapat dilihat di Jakarta maka pemakai computer tersebut

dapat dijadikan saksi yang melihat, misalnya kasus perjudian

atau pornography.

Sedangkan yang dimaksud dengan server tempat dimana

website tersebut disimpan adalah pada saat seorang hacker

ingin memasuki suatu sistim jaringan computer maka dia harus

memasuki server terlebih dahulu dan segala aktifitas yang

dilakukannya tercatat didalam log files server tersebut

sehingga disamping locus delicti maka dapat diketahui tempus

delicti daripada kejahatan tersebut karena waktu serangan

dilakukan tercatat diserver tersebut secara real time1,

misalnya kasus hacking KPU dan Hacking Partai Golkar.

Kunci daripada penyidikan tindak pidana Cybercrime

adalah IP Address , IP Address atau Internet Protocol Address

adalah angka-angka yang menunjukkan keberadaan suatu

1 Cybercrime Convention , Wina , 2001

4

Page 5: nkp cyber

computer yang diberikan atau dipinjamkan oleh Internet

Service Provider (ISP) kepada pengguna internet. IP Address

dapat diibaratkan seperti layaknya nomor telpon atau kode pos

pada surat, memang untuk mengetahui siapa yang

mengoperasionalkan computer tersebut harus dilakukan

penyelidikan lanjut dengan menanyakan kepada Internet

Service Provider (ISP) yang memiliki nomor tersebut tetapi kita

harus terlebih dahulu mengetahui IP Address yang terdapat

pada computer yang digunakan untuk melakukan kejahatan

dan untuk mengetahui IP Address tersebut harus dilakukan

secara on line atau terhubung dengan internet.

5.

6. PERATURAN DAN PERUNDANG-UNDANGAN YANG

MENGATUR

Menjawab tuntutan dan tantangan komunikasi global lewat

internet, undang-undang yang diharapkan (ius konstituendum)

adalah perangkat hukum yang akomodatif terhadap

perkembangan serta antisipatif terhadap permasalahan,

termasuk dampak negatif penyalahgunaan internet dengan

berbagai motivasi yang dapat menimbulkan korban-korban

seperti kerugian materi dan non materi.

Saat ini, Indonesia belum memiliki undang - undang khusus

/ Cyber Law yang mengatur mengenai cybercrime walaupun

rancangan undang undang tersebut sudah ada sejak tahun 2000

dan revisi terakhir dari rancangan undang-undang tindak pidana

di bidang teknologi informasi sejak tahun 2004 sudah dikirimkan

ke Sekretariat Negara RI oleh Departemen Komunikasi dan

Informasi serta dikirimkan ke DPR namun dikembalikan kembali

ke Departemen Komunikasi dan Informasi untuk diperbaiki .

Tetapi, terdapat beberapa hukum positif lain yang berlaku umum

dan dapat dikenakan bagi para pelaku cybercrime terutama

5

Page 6: nkp cyber

untuk kasus-kasus yang menggunakan komputer sebagai

sarana, antara lain :

a. Kitab Undang Undang Hukum pidana

Dalam upaya menangani kasus kasus yang terjadi Para

penyidik melakukan analogi atau perumpamaan dan

persamaaan terhadap pasal-pasal yang ada dalam KUHP.

Pasal-pasal didalam KUHP biasanya digunakan lebih dari

satu pasal karena melibatkan beberapa perbuatan

sekaligus, Pasal - pasal yang dapat dikenakan dalam KUHP

pada cybercrime antara lain :

1) Pasal 362 KUHP yang dikenakan untuk kasus carding

dimana pelaku mencuri nomor kartu kredit milik orang

lain walaupun tidak secara fisik karena hanya nomor

kartunya saja yang diambil dengan menggunakan

software card generator di internet untuk melakukan

transaksi di E-Commerce. Setelah dilakukan transaksi

dan barang dikirimkan, kemudian penjual yang ingin

mencairkan uangnya di bank ternyata ditolak karena

pemilik kartu bukanlah orang yang melakukan

transaksi.

2) Pasal 378 KUHP dapat dikenakan untuk penipuan

dengan seolah olah menawarkan dan menjual suatu

produk atau barang dengan memasang iklan di salah

satu website sehingga orang tertarik untuk membelinya

lalu mengirimkan uang kepada pemasang iklan. Tetapi,

pada kenyataannya,barang tersebut tidak ada. Hal

tersebut diketahui setelah uang dikirimkan dan barang

yang dipesankan tidak datang sehingga pembeli

tersebut menjadi tertipu.

6

Page 7: nkp cyber

3) Pasal 335 KUHP dapat dikenakan untuk kasus

pengancaman dan pemerasan yang dilakukan melalui

email yang dikirimkan oleh pelaku untuk memaksa

korban melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang

diinginkan oleh pelaku dan jika tidak dilaksanakan akan

membawa dampak yang membahayakan. Hal ini

biasanya dilakukan karena pelaku biasanya mengetahui

rahasia korban.

4) Pasal 311 KUHP dapat dikenakan untuk kasus

pencemaran nama baik dengan menggunakan media

internet. Modusnya adalah pelaku menyebarkan email

kepada teman teman korban tentang suatu cerita yang

tidak benar atau mengirimkan email ke suatu mailing

list sehingga banyak orang mengetahui cerita tersebut.

5) Pasal 303 KUHP dapat dikenakan untuk menjerat

permainan judi yang dilakukan secara on line di

internet dengan penyelenggara dari Indonesia.

6) Pasal 282 KUHP dapat dikenakan untuk penyebaran

pornografi maupun website porno yang banyak beredar

dan mudah diakses di internet. Walaupun berbahasa

Indonesia, sangat sulit sekali untuk menindak pelakunya

karena mereka melakukan pendaftaran domain tersebut

diluar negri dimana pornografi yang menampilkan orang

dewasa bukan merupakan hal yang illegal.

7) Pasal 282 dan 311 KUHP dapat dikenakan untuk kasus

penyebaran foto atau film pribadi seseorang yang

vulgar di internet , misalnya kasus Sukma Ayu-Bjah.

8) Pasal 378 dan 262 KUHP dapat dikenakan pada kasus

carding, karena pelaku melakukan penipuan seolah olah

ingin membeli suatu barang dan membayar dengan

7

Page 8: nkp cyber

kartu kreditnya yang nomor kartu kreditnya merupakan

curian.

b. Undang-undang no 19 tahun 2002 tentang Hak

Cipta.

Menurut pasal 1 (8) Undang-Undang no 19 tahun 2002

tentang Hak Cipta , program komputer adalah

sekumpulan intruksi yang diwujudkan dalam bentuk

bahasa, kode, skema ataupun bentuk lain yang apabila

digabungkan dengan media yang dapat dibaca dengan

komputer akan mampu membuat komputer bekerja untuk

melakukan fungsi fungsi khusus atau untuk mencapai hasil

yang khusus, termasuk persiapan dalam merancang

intruksi intruksi tersebut. Hak cipta untuk program

komputer berlaku selama 50 tahun (pasal 30).

Maraknya pembajakan software di Indonesia yang terkesan

“dimaklumi” tentunya sangat merugikan pemilik hak cipta.

Tindakan pembajakan program komputer tersebut juga

merupakan tindak pidana sebagaimana diatur dalam pasal

72 (3) yaitu “ Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa

hak memperbanyak penggunaan untuk kepentingan

komersial suatu program komputer dipidana dengan

pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau

denda paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus

juta rupiah) “.

c. Undang-undang no 36 tahun 1999 tentang

Telekomunikasi

Menurut pasal 1 (1) Undang undang no 36 tahun 1999,

Telekomunikasi adalah setiap pemancaran, pengiriman,

dan / atau penerimaan dan setiap informasi dalam bentuk

8

Page 9: nkp cyber

tanda-tanda, isyarat, tulisan, gambar, suara, dan bunyi

melalui sistem kawat, optik, radio, atau sistim

elektromagnetik lainnya. Dari definisi tersebut, maka

internet dan segala fasilitas yang dimilikinya merupakan

salah satu bentuk alat komunikasi karena dapat

mengirimkan dan menerima setiap informasi dalam bentuk

gambar, suara maupun film dengan sistim

elektromagnetik.

Penyalahgunaan internet yang mengganggu ketertiban

umum atau pribadi dapat dikenakan sanksi dengan

menggunakan undang undang ini , terutama bagi para

hacker yang masuk ke sistim jaringan milik orang lain

sebagaimana diatur pada pasal 22 , yaitu “ Setiap orang

dilarang melakukan perbuatan tanpa hak, tidak sah, atau

memanipulasi :

a) Akses ke jaringan telekomunikasi

b) Akses ke jasa telekomunikasi

c) Akses ke jaringan telekomunikasi khusus “

Apabila ada melakukan hal tersebut seperti yang pernah

terjadi pada website KPU www.kpu.go.id atau website

partai Golkar www.golkar.or.id , maka dapat dikenakan

pasal 50 yang berbunyi “Barang siapa yang melanggar

ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22,

dipidana dengan pidana penjara paling lama 6 (enam)

tahun dan / atau denda paling banyak Rp 600.000.000,00

(enam ratus juta rupiah)”

d. Undang-undang no 8 tahun 1997 tentang Dokumen

Perusahaan

Dengan dikeluarkannya Undang-undang No. 8 tahun 1997

tanggal 24 Maret 1997 tentang Dokumen Perusahaan,

9

Page 10: nkp cyber

pemerintah berusaha untuk mengatur pengakuan atas

mikrofilm dan media lainnya (alat penyimpan informasi

yang bukan kertas dan mempunyai tingkat pengamanan

yang dapat menjamin keaslian dokumen yang dialihkan

atau ditransformasikan. Misalnya Compact Disk - Read

Only Memory (CD - ROM), dan Write - Once - Read - Many

(WORM), yang diatur dalam pasal 12 undang-undang

tersebut sebagai alat bukti yang sah.

e. Undang-Undang no 25 tahun 2003 tentang Pencucian

Uang

Undang undang ini merupakan undang undang yang paling

ampuh bagi seseorang penyidik untuk mendapatkan

informasi mengenai tersangka yang melakukan penipuan

melalui internet , karena tidak memerlukan prosedur

birokrasi yang panjang dan memakan waktu yang lama,

sebab penipuan merupakan salah satu jenis tindak pidana

yang termasuk dalam pencucian uang ( pasal 2 (1q) ).

Sehingga penyidik dapat meminta kepada bank yang

menerima transfer untuk memberikan identitas dan data

perbankan yang dimiliki oleh tersangka tanpa harus

mengikuti peraturan sesuai dengan yang diatur dalam

Undang Undang Perbankan.

Undang-undang ini juga mengatur mengenai alat bukti

elektronik atau digital evidence sesuai dengan pasal 38 (b)

yaitu alat bukti lain berupa informasi yang diucapkan,

dikirimkan, diterima, atau disimpan secara elektronik

dengan alat optik atau yang serupa dengan itu.

10

Page 11: nkp cyber

f. Undang-undang no 15 tahun 2003 tentang

Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme

Selain undang-undang no 25 tahun 2003 tentang

pencucian uang , maka hanya undang-undang ini yang

mengatur mengenai alat bukti elektronik sesuai dengan

pasal 27 (b) yaitu alat bukti lain berupa informasi yang

diucapkan, dikirimkan, diterima, atau disimpan secara

elektronik dengan alat optik atau yang serupa dengan itu.

Digital evidence atau alat bukti elektronik sangatlah

berperan dalam penyelidikan kasus terorisme, karena saat

ini komunikasi antara para pelaku dilapangan dengan

pimpinan atau aktor intelektualnya dilakukan dengan

memanfaatkan fasilitas di internet untuk menerima

perintah atau menyampaikan kondisi dilapangan karena

para pelaku mengetahui pelacakan terhadap internet lebih

sulit dibandingkan pelacakan melalui handphone, fasilitas

yang sering digunakan adalah email dan chat room selain

mencari informasi dengan menggunakan search engine

serta melakukan propaganda melalui bulletin board atau

mailing list.

7. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYIDIKAN

CYBERCRIME

a. Internal

1) Kekuatan

- Adanya unit V IT/Cybercrime Mabes Polri yang

dapat memberikan arahan dan back up terhadap

penyidikan cybercrime

- Labolatorium komputer forensik Mabes Polri

yang dapat memeriksa hasil barang bukti yang

disita oleh penyidik

11

Page 12: nkp cyber

- Adanya pelatihan dan dikjur cybercrime bagi

penyidik yang dilakukan didalam dan luar

negeri.

2) Kelemahan

- Kurangnya motivasi penyidik didalam melakukan

penyidikan cybercrime karena kasus yang terjadi

termasuk dalam katagori kering.

- Terbatasnya sarana dan prasarana yang

mendukung penyidikan cybercrime terutama

internet

- Terbatasnya dana operasional dan dukungan

dari pimpinan karena beranggapan bahwa kasus

cybercrime tidak mungkin untuk diungkap

- Pengetahuan penyidik yang sangat kurang

dalam mengunakan internet dan fasilitas yang

tersedia untuk melakukan penyelidikan

cybercrime

- Kurangnya pemahaman penyidik terhadap

peraturan dan perundang-undangan yang dapat

dikenakan dalam penindakan cybercrime

b. Eksternal

1) Peluang

- Adanya Undang-undang dan peraturan lain yang

dapat dikenakan pada cybercrime

- Bantuan dan dukungan dari luar negri berupa

pelatihan, peralatan dan informasi dalam

penanganan cybercrime

- Adanya masyarakat IT, ISP dan tenaga ahli yang

dapat memberikan keterangan, kesaksian dan

12

Page 13: nkp cyber

informasi dalam melakukan penyidikan

cybercrime

- Adanya dukungan pemerintah khususnya Dep

Kominfo yang mengadakan sosialisasi serta

menyiapkan RUU Informasi dan Transaksi

Elektronik yang tinggal menunggu persetujuan

dari DPR

2) Kendala

- Persepsi para pelaku kejahatan yang

menganggap bahwa tindakan mereka bukan

kejahatan tetapi hanya kesenangan saja.

- Tidak adanya regulasi dalam melakukan koneksi

dari warnet, sedangkan banyak pelaku

kejahatan cybercrime menggunakan warnet

sebagai tempat melakukan aksinya.

- Belum adanya pemahaman terhadap cybercrime

oleh aparat penegak hukum yang lain sehingga

banyak kasus yang ditangani oleh Polri tidak

dapat dilanjutkan kepengadilan.

- Banyaknya Software yang secara gratis tersedia

di internet yang mengajarkan cara dan teknik

melakukan kejahatan ini terutama yang

menjadikan komputer sebagai sasaran

- Perbedaan yuridiksi karena cybercrime

merupakan kejahatan yang tidak mengenal

batas wilayah sehingga belum tentu tindakan

yang dianggap kejahatan di Indonesia

merupakan kejahatan di negara lain, misalnya

cyber sex dan cyber gambling

- Tidak adanya saksi yang melihat langsung

terjadinya cybercrime saat pelaku melakukan

13

Page 14: nkp cyber

kegiatannya dan keberadaan saksi yang sering

kali berada diluar negeri.

8. UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN PENYIDIK POLRI

DALAM PENYIDIKAN CYBERCRIME

Untuk mengantisiapasi perkembangan teknologi internet

yang sering digunakan sebagai sarana dan sasaran kejahatan

atau Cybercrime, maka diperlukan kemampuan tersendiri dari

penyidik Polri. Upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan

kemampuan penyidik Polri dalam melakukan penyidikan

cybercrime, yaitu :

a. Pelatihan teknis penyelidikan

Sebelum menangani tindak pidana cybercrime

penyidik terlebih dahulu harus dapat

mengoperasionalkan komputer serta memahami

semua fasilitas yang tersedia di internet seperti

email, massanger, mailing list, blog, website dan

search engine disamping memahami mengenai IP

Address. Hal ini dikarenakan penyidikan yang

dilakukan terhadap tindak pidana cybercrime

kebanyakan dilakukan dengan menggunakan fasilitas

yang ada di internet.

Misalnya untuk melakukan pelacakan situs porno atau

pengrusakan tampilan website (deface) , kejadian

tersebut terjadi dan hanya terdapat di internet

sehingga untuk melakukan penyidikannya harus

mengumpulkan terlebih dahulu bukti-bukti yang

terdapat di internet. Disamping itu IP Adress

merupakan kunci daripada penyidikan di internet ,

karena dengan IP Address maka kita dapat

mengetahui siapa pelaku daripada kejahatan

14

Page 15: nkp cyber

cybercrime sehinga sangat penting sekali untuk

memiliki pengetahuan mengenai pelacakan IP Adress.

b. Pemahaman terhadap peraturan dan perundang-

undangan yang berlaku

Walaupun belum ada undang-undang yang secara

khusus mengatur mengenai masalah cyber law tetapi

banyak undang-undang dan peraturan yang mengatur

mengenai pidana dan pelanggaran secara umum,

penyidik harus mencoba memahami terlebih dahulu

tindak pidana atau pelanggaran yang terjadi dalam

cyberspace dan mengaplikasikan kedalam undang-

undang yang sudah ada, sebab pada hakekatnya

unsur-unsur pasal yang terjadi hampir sama dengan

tindak pidana lain hanya medianya saja berbeda.

c. Sarana dan prasarana

Penyelidikan kejahatan yang memanfaatkan tehnologi

informasi tidak terlepas dari dukungan peralatan yang

digunakan, saat ini akses jaringan internet yang

dimiliki masih sangat lambat sekali sehingga kadang

menyulitkan anggota dalam melakukan penyelidikan

secara on line, hal ini sangat penting sekali sebab apa

yang ditemui di internet harus dilakukan penyelidikan

awal melalui internet juga untuk mengetahui dari

mana asal kejadian tersebut.

Kebutuhan akan peralatan sangatlah mendukung

sekali dalam penyidikan tindak pidana cybercrime

yaitu fasilitas komputer forensik, terutama dalam

pembuktian tindak pidana yang terjadi sebab barang

bukti kejahatan cybercrime yang paling penting

15

Page 16: nkp cyber

adalah digital evidence (barang bukti digital) yang

mana untuk pembuktiannya membutuhkan peralatan

yang tidak murah dan khusus.

Seiring dengan perkembangan jaman, alat untuk

mencari dan menemukan digital evidence terus

berkembang sesuai dengan kemajuan tehnologi

sehingga jika kita tidak mengikuti perkembangan

tersebut dengan selalu memperbarui dan menambah

(upgrade) fasilitas komputer forensik maka akan

sangat sulit sekali untuk menemukan digital evidence

yang menjadi barang bukti utama kejahatan

cybercrime termasuk didalam melakukan pengolahan

TKP kejahatan Cybercrime disamping adanya akses

internet kecepatan tinggi karena dalam melakukan

penyidikan cybercrime harus melakukan koneksi ke

internet.

d. Biaya operasional

Penyelidikan tindak pidana berbasis tehnologi

informasi merupakan suatu kegiatan yang

membutuhkan biaya tidak sedikit walau kasus

yang ada mungkin tidak terlalu berat. Misalnya kasus

penyebaran gambar porno di internet , walupun

ancaman hukuman bagi pelakunya tidak terlalu berat

tetapi biaya yang dikeluarkan sangat besar sekali,

paling tidak harus ada hard disk kosong yang

disiapkan sebagai media bagi barang bukti yang

diperiksa dan waktu yang tidak sebentar untuk

membangkitkan data yang ada di dalam hard disk

yang disita.

16

Page 17: nkp cyber

Di dalam penyelidikan terhadap website atau situs

perjudian , dibutuhkan kartu kredit atau rekening

undercover untuk melakukan interaksi dengan

pelaku agar dapat melacak keberadaan pelaku,

tentunya ini juga membutuhkan dana atau biaya yang

tidak sedikit tetapi tidak terlihat secara nyata hasilnya.

Penggunaan informan dan bantuan tenaga ahli

dari luar Polri juga membutuhkan biaya yang tidak

sedikit , hal ini disebabkan sumber daya manusia yang

dimiliki saat ini belum dapat melakukan semua hal

yang berkaitan dengan penggunaan tehnologi

informasi.

Dengan demikian maka dana biaya operasional untuk

penyidikan kasus cybercrime menjadi lebih besar

daripada penanganan perkara kasus biasa walaupun

tindak pidana yang terjadi tidak jauh berbeda

penerapan pasal dan ancaman hukumannya tetapi

metode penyidikan dan pembuktian tindak pidana

cybercrime memiliki karakteristik yang berbeda dan

lebih sulit dibanding tindak pidana biasa.

e. Metode

Dalam melakukan penyidikan tindak pidana

cybercrime diperlukan metode penyidikan yang

berbeda dengan penyidikan biasa, karena penyidikan

yang diawali dengan penyelidikan harus dilakukan

secara on line, antara lain under cover didalam chat

room atau menjadi anggota dari website yang

melanggar hukum misalnya prostitusi atau perjudian.

Setelah dilakukan penyelidikan secara on line atau

menggunakan fasilitas yang terdapat di internet maka

17

Page 18: nkp cyber

dilanjutkan dengan penyelidikan secara konvensional

untuk menindak lanjuti penyelidikan yang dilakukan

secara on line untuk menghadirkanya atau

membuktikannya sebagai tindak pidana konvensional

lainnya. Disamping itu harus dibuatkan Standart

Operasional Prosedur (SOP) didalam penanganan

tindak pidana cybercrime agar penanganan yang

dilakukan terhadap kejahatan ini memiliki kesamaan

dalam pelaksanaan dilapangan dan bukan lagi

berdasarkan interprestasi penyidik terutama didalam

penanganan terhadap barang bukti digital

(digital evidence).

f. Kerjasama

Lakukan koordinasi dengan instansi terkait di dalam

penegakan hukum maupun dalam penggunaan

tehnologi informasi baik itu swasta maupun

pemerintah, antara lain:

- Kejaksaan yang menerima berkas dari POLRI ,

apabila jaksa tidak mengerti dan memahami

tehnologi maka berkas yang sudah dikerjakan

sampai kapanpun tidak akan maju ke

pengadilan ,sehingga diperlukan penjelasan kepada

jaksa sehingga memahami kasus yang terjadi

sebab penerapan pasal yang digunakan sering kali

tidak menejemahkan Undang – undang yang ada

secara sesuai yang tertulis.

- Departemen Komunikasi dan Informasi ,

departemen ini merupakan garis depan dari pada

perkembangan tehnologi informasi di Indonesia

termasuk menentukan regulasi yang harus

18

Page 19: nkp cyber

dilakukan sehingga Polri harus selalu mengikuti

perkembangan tehnologi yang ada di Indonesia

serta memberikan masukan terhadap regulasi yang

di lakukan.

- Internet Service Provider , merupakan perusahaan

penyedia jasa akses internet yang merupakan pintu

masuk dan keluar segala aktivitas data melalui

internet di Indonesia , apabila Polri melakukan

penyelidikan terhadap tindak pidana dengan basis

tehnologi informasi maka peran log server yang

ada di provider sangatlah penting sekali sehingga

hubungan baik harus dijalin dengan koordinasi

untuk mendukung penyelidikan.

III. PENUTUP

9. KESIMPULAN

a. Internet adalah salah satu produk perkembangan

teknologi Informasi dan komunikasi yang membawa

dampak positif dan negatif, dampak negatif daripada

internet dikenal dengan nama Cybercrime

b. Cybercrime terbagi kedalam 2 katagori yaitu computer

crime dan computer related crime. Computer crime,

contohnya : hacking, cracking, deface, Ddos Attack,

Botnet dll sedangkan computer related crime,

contohnya : cyber terrorism, cyber sex, cyber praud,

cyber gambling, dll

c. Penyidikan Cyber crime berbeda dengan penyidikan lain

sebab dalam melakukan penyelidikan harus

menggunakan teknologi dan kemampuan penyidik saat

ini masih sangat kurang sekali

19

Page 20: nkp cyber

d. Banyak faktor yang menyebabkan terbatasnya

kemampuan penyidik, baik internal maupun eksternal

e. Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kemampuan

penyidik adalah dengan melakukan pelatihan teknis

penyelidikan, pemahaman terhadap undang-undang,

sarana prasarana, metode, anggaran dan koordinasi

10. REKOMENDASI

Untuk melakukan peningkatan kemampuan penyidik dalam

melakukan penyidikan cybercrime sebaiknya mereka yang

dikirim untuk mengikuti pelatihan adalah penyidik yang bertugas

menangani kasus cybercrime dan mengusulkan serta mendesak

pada pemerintah untuk segera menjadikan RUU ITE menjadi UU

Lembang, 12 April 2007

Penulis

DICKY PATRIANEGARA, SH,SIK,MSI

KOMPOL / 71110257

DAFTAR PUSTAKA

Andi, 2004,

Mengenal Virus dan Cara Penanggulangannya, Wahana

Komputer dan Penerbit Andi, Semarang.

Ariyus , Donny , 2004,

20

Page 21: nkp cyber

Kamus Hacker , Penerbit Andi , Yogjakarta.

Bayley, David, 1998,

Polisi Masa Depan, Cipta Manunggal, Jakarta.

Bailey, William G, 2005,

Ensiklopedia Ilmu Kepolisian, YPKIK, Jakarta.

Casey , Eoghan , 2001,

Digital Evidence and Computer Crime , A Harcourt Science and

Technology Company, London.

Casey , Eoghan , 2003,

Computer Crime Investigation , Academic Press , London.

Clifford, Ralph C , 2001,

Cybercrime, Carolina Academic Press, North Carolina.

Creswell, John W, 1994,

Desain Penelitian Pendekatan Kualitatif & Kuantitatif, KIK Press,

Jakarta.

Febrian , Jack , 2002 ,

Kamus Komputer dan istilah Teknologi Informasi , Informatika,

Bandung.

Gibson , William, 1984,

Neuromancer , Ace , New York .

Harahap, M.Yahya, 2000,

Pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUHAP Penyidikan

dan Penuntutan, Sinar Grafika, Jakarta.

21