nkp-17 mop

33
MARKAS BESAR KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA SEKOLAH STAF DAN PIMPINAN OPTIMALISASI PELAKSANAAN OPERASI ”PEKAT CANDI” DI TINGKAT KOD GUNA MENINGKATKAN PEMBERANTASAN KEJAHATAN PREMANISME DALAM RANGKA MEMELIHARA KAMTIBMAS YANG KONDUSIF BAB I PENDAHULUAN 1. Latar belakang Keamanan dan ketertiban masyarakat adalah situasi dan kondisi dinamis masyarakat sebagai prasyarat terselenggaranya proses pembangunan nasional dalam rangka tercapainya tujuan nasional yang ditandai oleh terjaminnya keamanan, ketertiban dan tegaknya hukum, serta terwujudnya ketentraman yang mengandung kemampuan membina serta mengembangkan potensi dan kekuatan masyarakat dalam menangkal, mencegah dan menanggulangi segala bentuk pelanggaran hukum dan bentuk-bentuk gangguan lainnya yang dapat meresahkan masyarakat 1 . Untuk menjamin tercipta dan terpeliharanya kamtibmas yang kondusif, Polri berdasarkan amanat Undang Undang No.2 Tahun 2002 berkewajiban untuk melaksanakan pembinaan kemanan dalam rangka mewujudkan situasi dan kondisi kamtibmas yang kondusif, melalui upaya pemeliharaan kamtibmas, penegakan hukum, perlindungan, pengayoman dan 1 Undang Undang No.2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia.

Upload: pasma-royce

Post on 30-Jun-2015

6.478 views

Category:

Documents


28 download

TRANSCRIPT

Page 1: NKP-17 MOP

MARKAS BESARKEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

SEKOLAH STAF DAN PIMPINAN

OPTIMALISASI PELAKSANAAN OPERASI ”PEKAT CANDI” DI TINGKAT KOD GUNA MENINGKATKAN PEMBERANTASAN KEJAHATAN PREMANISME

DALAM RANGKA MEMELIHARA KAMTIBMAS YANG KONDUSIF

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar belakang

Keamanan dan ketertiban masyarakat adalah situasi dan kondisi dinamis

masyarakat sebagai prasyarat terselenggaranya proses pembangunan nasional dalam

rangka tercapainya tujuan nasional yang ditandai oleh terjaminnya keamanan,

ketertiban dan tegaknya hukum, serta terwujudnya ketentraman yang mengandung

kemampuan membina serta mengembangkan potensi dan kekuatan masyarakat dalam

menangkal, mencegah dan menanggulangi segala bentuk pelanggaran hukum dan

bentuk-bentuk gangguan lainnya yang dapat meresahkan masyarakat1. Untuk

menjamin tercipta dan terpeliharanya kamtibmas yang kondusif, Polri berdasarkan

amanat Undang Undang No.2 Tahun 2002 berkewajiban untuk melaksanakan

pembinaan kemanan dalam rangka mewujudkan situasi dan kondisi kamtibmas yang

kondusif, melalui upaya pemeliharaan kamtibmas, penegakan hukum, perlindungan,

pengayoman dan pelayanan masyarakat dengan menjunjung tinggi hak azasi

manusia2.

Upaya Polri dalam mewujudkan situasi dan kondisi kamtibmas yang kondusif

akhir-akhir ini terganggu oleh maraknya praktek atau aksi premanisme di berbagai

wilayah. Maraknya aksi premanisme ini, sudah sampai pada tahap meresahkan

masyarakat dan aksi premanisme yang terjadi seringkali tidak dapat didatakan atau

tidak terdata dengan baik di kepolisian. Hal ini dapat dimaklumi, karena dalam

praktek premanisme, biasanya korban ataupun pihak yang mengetahui terjadinya

praktek pemanisme enggan melapor kepada petugas Kepolisian dikarenakan adanya

kekhawatiran akan ancaman terhadap keselamatan jiwanya.

1 Undang Undang No.2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia.2 Komjen Pol Drs. Imam Haryatna, Kababinkam Polri, Hanjar “ Manajemen Pembinaan Keamanan”, Lembang, 2010, halaman 60

Page 2: NKP-17 MOP

2

Di kota Surakarta, aksi premanisme yang terjadi sudah pada tahap

meresahkan masyarakat, yang berimplikasi pada timbulnya ekonomi biaya tinggi pada

bidang perekonomian, keresahan, ketakutan dan ketidaknyamanan masyarakat dalam

melaksanakan aktivitas hidupnya. Keresahan masyarakat Kota Surakarta terhadap

maraknya aksi premanisme ini diwujudkan dalam aksi unjuk rasa yang dilaksanakan

pada tanggal 18 Maret 2010 di bundaran Gladak Surakarta yang diiikuti oleh beberapa

elemen masyarakat, untuk menyampaikan pernyataan sikap menolak segala bentuk

praktek premanisme di Kota Bengawan Solo dan mendukung sepenuhnya upaya

penanggulangan kejahatan premanisme oleh aparat keamanan, dalam hal ini Polresta

Surakarta3.

Menyikapi fakta-fakta tersebut di atas dan didasarkan pada Perkiraan Keadaan

(Kirka) Intel Polda Jateng Tahun 2010, Polda Jateng telah melaksanakan Operasi

Kepolisian Mandiri Kewilayahan, yang diberi sandi Operasi ”PEKAT CANDI 2010”,

dengan sasaran operasi berbagai penyakit masyarakat, yang meliputi : praktek

perjudian, miras, PSK (Pekerja Seks Komersial) dan praktek premanisme atau

kejahatan jalanan. Untuk menindaklanjuti hal tersebut, Polresta Surakarta berdasarkan

Kirsus Intelkam Polresta Surakarta4 telah menindaklanjuti Ren Ops Polda Jateng

dengan membuat Perintah Pelaksanaan Operasi sesuai Prinlaks Ops Polresta

Surakarta No.Pol : Prin lak Ops / 37/ V/ 2010, tanggal 20 Mei 2010 tentang

pelaksanaan Operasi PEKAT Candi 2010, dimana Polresta Surakarta beserta seluruh

jajarannya menyelenggarakan Operasi Kepolisian Mandiri Kewilayahan dengan sandi

Operasi “ PEKAT CANDI 2010 “ selama 25 (dua puluh lima) hari mulai tanggal 10

Juni s/d 4 Juli 2010, dengan tugas pokok melaksanakan kegiatan penindakan dan

penanggulangan terhadap tindak pidana penyakit masyarakat yang mengedepankan

kegiatan penegakan hukum dan didukung kegiatan Inteljen serta kegiatan preemtif

guna terciptanya situasi yang kondusif di wilayah hukum Polresta Surakarta. Dalam

Operasi “Pekat Candi 2010”, fungsi yang dikedepankan adalah fungsi Samapta yang

didukung oleh fungsi operasional kepolisian lainnya secara terpadu.

Namun dalam hasil analisa dan evaluasi yang tertuang dalam laporan hasil

akhir Operasi “Pekat Candi 2010” pada tanggal 5 Juli yang lalu, didapatkan hasil yang

kurang optimal menurunkan praktek premanisme yang terjadi dan hasil

pelaksanaannya yang kurang dapat dirasakan oleh masyarakat, bahkan terkesan hanya 3 TEMPO Interaktif. “Masyarakat Solo Keluarkan Petisi Perang terhadap Premanisme”.Surakarta. terbitan tanggal 18 Maret 2010, halaman 1. 4 Kirka Intel Polresta Surakarta Nomor : R/Kirsus /37 /V/2010 /Intelkam tanggal 20 Mei 2010.

Page 3: NKP-17 MOP

3

sebagai formalitas untuk menggugurkan kewajiban saja5. Dalam pelaksanaan Operasi

“Pekat Candi 2010” yang digelar selama 25 hari tersebut, hasil yang didapat oleh

Satgas Polresta Surakarta hanya berhasil menangkap penjual minuman keras tanpa

ijin sebanyak 7 (tujuh) orang dan 3 (tiga) orang diantaranya adalah merupakan target

operasi (TO orang) yang telah ditetapkan oleh Satgas Operasi “Pekat Candi 2010”

Polresta Surakarta, sedangkan hasil penindakan terhadap sasaran penyakit masyarakat

lainnya tidak mendapatkan hasil. Belum optimalnya pelaksanaan operasi yang

berujung pada belum dapat dirasakannya hasil operasi yang didapat, dimana praktek

premanisme masih marak terjadi, diakibatkan oleh 2 (dua) hal, diantaranya : belum

akuratnya penetapan Target Operasi (TO) dan belum optimalnya atau fokusnya

penetapan CB dalam mengungkap kejahatan premanisme yang terjadi, baik TO

maupun Non TO selama pelaksanaan Operasi Pekat Candi yang dilaksanakan. Untuk

itu, penulis tertarik untuk menulis naskah karya perorangan yang berjudul :

“Optimalisasi pelaksanaan Operasi Pekat Candi di tingkat KOD guna meningkatkan

pemberantasan kejahatan premanisme dalam rangka memelihara kamtibmas yang

kondusif”.

2. Pokok Permasalahan

Mengacu pada latar belakang tersebut di atas, maka yang menjadi pokok

permasalahan dari naskah karya perorangan ini adalah Belum optimalnya pelaksanaan

Operasi Pekat Candi di tingkat KOD, sehingga upaya pemberantasan kejahatan

premanisme masih rendah atau belum optimal, dan pada akhirnya menjadi kendala

dalam upaya pemeliharaan kamtibmas yang kondusif.

3. Pokok-pokok Persoalan

a. Belum akuratnya penerapan Target Operasi (TO) dalam pelaksanaan Operasi

Pekat Candi di tingkat KOD.

b. Belum optimalnya atau belum fokusnya penetapan Cara Bertindak dalam

pelaksanaan Operasi Pekat Candi di tingkat KOD.

4. Ruang Lingkup

5 Laporan Hasil Operasi Pekat Candi 2010 Polresta Surakarta.

Page 4: NKP-17 MOP

4

Ruang lingkup pembahasan dalam naskah karya perorangan ini dibatasi pada

upaya mengoptimalkan pelaksanaan Operasi Pekat Candi oleh Polresta Surakarta

guna meningkatkan penanggulangan kejahatan premanisme di wilayah hukum

Polresta Surakarta dalam rangka memelihara kamtibmas yang kondusif. Sedangkan

pembahasan terkait pelaksanaan Operasi Pekat Candi dalam naskah karya perorangan

ini dibatasi pada pelaksanaan Operasi Pekat Candi 2010.

5. Tata Urut/ Sistematika

Tata urut yang digunakan dalam penulisan naskah karya perorangan ini, secara

keseluruhan dapat digambarkan sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

BAB II KAJIAN KEPUSTAKAAN

BAB III PELAKSANAAN OPERASI PEKAT CANDI DI TINGKAT KOD

SAAT INI

BAB IV FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

BAB V PELAKSANAAN OPERASI PEKAT CANDI DI TINGKAT KOD

YANG DIHARAPKAN

BAB VI UPAYA OPTIMALISASI PELAKSANAAN OPERASI PEKAT CANDI

DI TINGKAT KOD

BAB VII PENUTUP

BAB II

Page 5: NKP-17 MOP

5

KAJIAN KEPUSTAKAAN

6. Hanjar “ Manajemen Operasional Polri”

Dalam Hanjar “Manajemen Operasional Polri”, yang disampaikan oleh Karo

Bin Ops Polri dan team kepada Pasis Sespim Dikreg ke-50, di Lembang pada tanggal

9 Agustus 2010, disebutkan bahwa Operasi Kepolisian dibagi menjadi 3 golongan,

yaitu : Operasi Kepolisian Terpusat (kekuatan dari Mabes dengan atau tanpa Satwil),

Operasi Kepolisian Kewilayahan Kendali Pusat (Kendali Mabes, melibatkan Satgas/

Satwil, dengan atau tanpa Mabes) dan Operasi Kepolisian Mandiri Kewilayahan

(dilaksanakan oleh Satwil).

Adapun ciri-ciri Operasi Kepolisian adalah menggunakan Sandi Operasi,

waktu dan daerah terbatas, dukungan anggaran tersendiri serta Personil dan alat utama

yang digunakan tersendiri.

7. Teori Analisa SWOT.

Menurut Fredi Rangkuti, Analisis SWOT merupakan identifikasi berbagai

faktor secara sistematis untuk memutuskan strategi organisasi, analisis ini didasarkan

pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (strengts) dan peluang

(opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (weakness)

dan ancaman (threaths)6.

8. Pengertian-pengertian

a. Premanisme

Preman adalah orang/individu dan atau kelompok orang yang tidak

berpenghasilan tetap, tidak punya pekerjaan yang pasti, mereka hidup atas

dukungan orang-orang yang kena pengaruh keberadaannya. Mulanya mereka

berbuat apa saja yang dapat menghasilkan uang, namun karena dia melihat ada

orang-orang penakut yang dapat dimintai uang, mereka juga melakukan

penekanan-penekanan physik maupun psikis, agar mereka mau mendukung

kebutuhannya. Sikap, tindakan, perilaku, para preman itulah yang disebut

sebagai Premanisme (“Merenungi kiprah Polri terhadap kejahatan menonjol,

hal 195-196, Jenderal Purn.Kunarto).

6 Freddy Rangkuti, Analisa Strategi, 1977

Page 6: NKP-17 MOP

6

Premanisme (berasal dari kata bahasa Belanda vrijman = orang bebas,

merdeka dan isme = aliran) adalah sebutan pejoratif yang sering digunakan

untuk merujuk kepada kegiatan sekelompok orang yang mendapatkan

penghasilannya terutama dari pemerasan kelompok masyarakat lain7.

b. Bentuk-bentuk premanisme atau kejahatan jalanan

Dalam Hanjar “Kebijakan Polri Dalam Penanggulangan Kejahatan”

oleh Kabareskrim Polri disampaikan bahwa dalam pelaksanaan program

Jakstra Polri Tahun 2005-2009, telah ditentukan prioritas kejahatan yang

dianggap memberikan sumbangsih dalam terciptanya situasi kamtibmas yang

terkendali, yaitu 7 (tujuh) jenis kejahatan sebagai prioritas sasaran dalam

penegakan hukum dan pada program Jakstra Polri Tahun 2010-2014 masih

menjadi prioritas dalam penegakan hukum, karena dianggap sangat signifikan

sebagai tindak lanjut program yang tidak terputus dan berkelanjutan8. Salah

satu dari 7 kejahatan prioritras dimaksud adalah Kejahatan Premanisme atau

Kejahatan Jalanan.

Adapun bentuk-bentuk premanisme atau kejahatan jalanan antara lain :

1) Pelaku copet/ jambret.

2) Pelaku perampokan jalan.

3) Preman yang meresahkan masyarakat.

4) Pelaku penyebar ranjau paku di jalan.

5) Tukang tagih utang/ debt collector.

6) Pelaku pemerasan diperempatan jalan.

7) Bajing loncat.

BAB III

PELAKSANAAN OPERASI PEKAT CANDI DI TINGKAT KOD SAAT INI

7 situshttp://www.ajrc- aceh.org/file/Premanisme%5B1%5D.ppt.8 Kabareskrim Polri, Kebijakan Polri Dalam Penanggulangan Kejahatan, Jakarta, 2010

Page 7: NKP-17 MOP

7

9. Penetapan Target Operasi (TO) dalam pelaksanaan Operasi Pekat Candi di

tingkat KOD saat ini.

Penetapan Target Operasi (TO) dalam Operasi Pekat Candi di tingkat KOD

saat ini masih belum optimal atau belum akurat. Hal ini dikarenakan dalam

penentuan TO, hanya melibatkan fungsi operasional Kepolisian yang dikedepankan

saja, dalam hal ini fungsi Samapta. Penentuan dan penetapan Target Operasi (TO)

masih belum melalui proses pengkajian secara tajam yang dipadukan dengan hasil

penyelidikan fungsi Intelkam dan fungsi Reserse Kriminal terhadap kejahatan-

kejahatan yang merupakan penyakit masyarakat dan dalam taraf meresahkan

masyarakat. Akibatnya Target Operasi (TO) yang ditetapkan oleh Fungsi Samapta

yang merupakan fungsi yang dikedepankan dalam Operasi Pekat Candi 2010 hanya

sebatas TO yang sehari-hari merupakan ranah tugas fungsi Samapta dan juga

merupakan TO yang ringan dan mudah dikerjakan oleh Satgas dalam tempo waktu

yang telah ditentukan dalam pelaksanaan Operasi Pekat Candi.

Target Operasi yang ditetapkan bukan merupakan Target Operasi yang selama

ini memang meresahkan masyarakat, seperti : Pelaku copet/ jambret, Pelaku

perampokan jalan, Preman yang meresahkan masyarakat, Pelaku penyebar ranjau

paku di jalan, Tukang tagih utang/ debt collector, Pelaku pemerasan diperempatan

jalan dan Bajing loncat. Hal ini nampak dalam penetuan TO pada pelaksanaan

Operasi Pekat Candi 2010 yang digelar mulai tanggal 10 Juni s/d 4 Juli 2010 selama

25 hari, dimana TO yang telah ditetapkan adalah hanya TO orang sebanyak 3 (tiga)

orang yang merupakan penjual minuman keras tanpa ijin. Sedangkan terhadap jenis

penyakit masyarakat yang lain, yang justru lebih meresahkan masyarakat tidak

dijadikan Target Operasi yang diharapkan dapat diungkap selama pelaksanaan

Operasi Pekat Candi 2010.

Tidak akuratnya atau belum optimalnya penetapan Target Operasi selama

pelaksanaan Operasi Pekat Candi 2010 dilatarbelakangi oleh hal-hal sebagai berikut :

1) Ketidakmampuan Kabag Ops selaku Kaset Ops dalam mengendalikan

keterpaduan fungsi yang dikedepankan dengan fungsi operasional terkait,

terutama dalam hal penetapan TO, yang seharusnya merupakan hasil proses

pengkajian secara tajam yang dipadukan dengan hasil penyelidikan fungsi

Intelkam dan fungsi Reserse Kriminal. Kabag Ops selaku Kaset Ops selama

Page 8: NKP-17 MOP

8

ini hanya menyerahkan sepenuhnya terkait penetapan TO kepada fungsi yang

dikedepankan saja.

2) Adanya egosektoral fungsi, sehingga fungsi-fungsi operasional Kepolisian

lainnya sebagai pendukung dalam Operasi Pekat Candi yang dilaksanakan

kurang mau memberi kontribusi dalam penetapan TO yang dilaksanakan,

sehingga TO yang ditetapkan terkesan asal-asalan dan kurang memberikan

daya ungkit (key leverage) yang kuat terhadap upaya pemeliharaan kamtibmas

yang kondusif.

3) Rendahnya integritas dari Satgas Operasi Pekat Candi 2010 yang dibentuk,

terutama dari fungsi yang dikedepankan dalam operasi, terutama dalam

penetapan TO yang cenderung menetapkan TO yang mudah tanpa lebih jauh

menetapkan TO yang memang diharapkan masyarakat untuk bisa diungkap

selama pelaksanaan operasi. Waktu operasi yang terbatas selalu dijadikan

alasan untuk menetapkan TO yang mudah diungkap selama pelaksanaan

Operasi, bukan sebaliknya menguatkan tekad untuk menetapkan TO yang

menjadi sumber keresahan masyarakat dan berusaha sekuat tenaga dan pikiran

mengungkapnya dalam batas waktu yang ditentukan.

Penetapan Target Operasi (TO) yang kurang optimal dalam pelaksanaan

Operasi Pekat Candi 2010, pada akhirnya berujung pada pencapaian hasil operasi

yang kurang optimal juga, yang pada akhirnya kurang dapat dirasakan getaran

maupun hasilnya oleh masyarakat. Terhadap penyakit masyarakat yang justru

meresahkan masyarakat dan diharapkan pengungkapannya oleh Satgas selama

pelaksanaan Operasi Pekat Candi 2010, seperti : Pelaku copet/ jambret, Pelaku

perampokan jalan, Preman yang meresahkan masyarakat, Pelaku penyebar ranjau

paku di jalan, Tukang tagih utang/ debt collector, Pelaku pemerasan diperempatan

jalan dan Bajing loncat, sampai dengan pelaksanaan operasi selesai dilaksanakan

tidak dapat diungkap oleh Satgas, seperti yang terlihat dalam tabel sebagai berikut :

Tabel. 1Data Hasil Operasi Pekat Candi 2010

Page 9: NKP-17 MOP

9

NO JENIS PENYAKIT

MASYARAKAT

JUMLAH TO NON TO KET

1. Penjual Miras 7 orang 3 orang 4 orang

2. Pemabuk 67 orang - -

3. Pengamen 22 orang - -

4. Anak Punk 26 orang - -

5. Waria 6 orang - -

6. Gepeng

(Gelandangan Pengemis)

2 orang - -

7. Miras Jenis Ciu 104 liter - -

8. Miras Jenis lain 65 botol - -

9. Pelaku copet/ jambret. - - -

10. Pelaku perampokan jalan - - -

11. Preman yang meresahkan

masyarakat

- - -

12. Pelaku penyebar paku di jalan - - -

13. Tukang Tagih Hutang - - -

14. Pelaku pemerasan - - -

15. Bajing loncat - - -

Sumber : Kabag Ops Polresta Surakarta, Kompol Slamet Riyadi, 13 Agustus 2010

Bahkan yang lebih ironis dari penetapan TO yang kurang menyentuh harapan

masyarakat, yaitu munculnya fenomena yang kontra produktif dalam pelaksanaan

operasi premanisme tersebut, sebagai contoh nyata dari hasil operasi yang dicapai,

dimana para petugas kepolisian dari Satuan Samapta Polresta Surakarta yang

tergabung dalam Sub Satgas Tindak sebagai fungsi yang dikedepankan dalam Operasi

Pekat Candi yang dilaksanakan, menjadikan anak-anak jalanan yang mecari nafkah

dengan menjadi pengamen maupun pengemis sebagai target dari operasi premanisme

dan melanjutkan proses hukum atas anak-anak tersebut hingga ke pengadilan dalam

perkara tindak pidana ringan berupa pengemisan9 di tempat umum maupun

mengganggu ketertiban umum10. Sehingga pada akhirnya hasil yang dicapai dari

9 Vide Pasal 504 KUHP : 1.Barang siapa mengemis di muka umum, diancam karena melakukan pengemisan dengan pidana kurungan paling lama enam minggu. ; 2.Pengemisan yang dilakukan oleh tiga orang atau lebih, yang berumur di atas enam belas tahun, diancam dengan pidana kurungan paling lama tiga bulan. 10 Vide Perda Kota Surakarta Nomor 11 Tahun 1984 tentang Ketertiban dan Kebersihan Kota

Page 10: NKP-17 MOP

10

pelaksanaan Operasi Pekat Candi yang dilaksanakan di tingkat KOD, belum dapat

dirasakan oleh masyarakat, tentunya dengan menurunnya praktek premanisme yang

meresahkan masyarakat.

10. Penetapan Cara Bertindak dalam pelaksanaan Operasi Pekat Candi di tingkat

KOD saat ini.

Penetapan cara bertindak dalam pelaksanaan Operasi Pekat Candi di tingkat

KOD saat ini belum akurat dan tajam serta fokus dalam mengungkap Target Operasi

(TO) yang telah ditetapkan. Hal ini nampak dalam penentuan CB khusus dalam

Operasi Pekat Candi 2010 yang tertuang dalam Prinlaks Ops Pekat Candi 201011,

dimana ditetapkan salah satunya adalah CB melakukan razia gabungan secara

kontinyu. Ironisnya dari hasil wawancara dengan Kabag Ops selaku Kaset Ops serta

Kasat Samapta selaku Kalakhar Ops dalam pelaksanaan Operasi Pekat Candi 2010

dimaksud, CB razia gabungan ini dijadikan cara bertindak yang utama dalam

mengungkap TO maupun Non TO dalam pelaksanaan Operasi Pekat Candi yang

dilaksanakan12. Sehingga yang terjadi adalah dalam setiap kegiatan razia yang

digelar selama pelaksanaan operasi, hasil yang didapat hanyalah pelanggaran lalu

lintas saja, seperti pelanggaran tidak membawa SIM, STNK, tidak menggunakan

helm dan seterusnya.

Penetapan cara bertindak melalui kegiatan razia gabungan dalam pelaksanaan

Operasi Pekat Candi dengan sasaran penyakit masyarakat, sebenarnya kurang fokus

dalam mengungkap sasaran maupun TO yang telah ditetapkan. Sebagaimana yang

telah dibahas penulis dalam halaman sebelumnya, bahwa kejahatan premanisme

mempunyai karakteristik khusus dibandingkan dengan kejahatan lainnya, dimana

korbannya ataupun orang yang mengetahui kejahatan premanisme yang terjadi lebih

memilih diam dan tidak mau melapor kepada petugas kepolisian karena khawatir akan

keselamatan jiwanya. Sehingga untuk mensikapi hal tersebut, perlu Cara Bertindak

(CB) khusus untuk mengungkapnya, dengan lebih mengedepankan Cara Bertindak

melalui upaya penyelidikan secara tajam dan ditindaklanjuti dengan upaya

penindakan sekaligus penyidikan. Cara Bertindak dengan melakukan razia maupun

kegiatan patroli selama pelaksanaan Operasi Pekat Candi 2010 dapat digunakan hanya

sebatas sebagai tindakan preventif untuk mendukung pelaksanaan Operasi Pekat 11 Prinlaks Ops Polresta Surakarta No.Pol : Prin lak Ops / 37/ V/ 2010, tanggal 20 Mei 2010 tentang pelaksanaan Operasi PEKAT Candi 201012 Hasil wawancara via telepon dengan Kabag Ops Polresta Surakarta, Kompol S.Riyadi tanggal 13 Juni 2010.

Page 11: NKP-17 MOP

11

Candi yang dilaksanakan, namun bukan sebagai CB utama dalam pengungkapan TO

yang telah ditetapkan maupun pengungkapan terhadap jenis penyakit masyarakat

lainnya.

BAB IV

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

11. Faktor Internal

Page 12: NKP-17 MOP

12

a. Kekuatan

1) Adanya Kebijakan dari Pimpinan Polri untuk meletakkan kejahatan

premanisme sebagai salah satu sasaran dari 7 (tujuh) kejahatan prioritas

yang harus ditangani dengan sungguh-sungguh.

2) Adanya Komitmen yang tinggi dari Kapolda Jateng dan Pimpinan

Tingkat KOD untuk memberantas segala bentuk praktek premanisme

di wilayahnya dengan melaksanakan Operasi Mandiri Kewilayahan

yang diberi sandi Operasi Pekat Candi 2010.

3) Sebagian besar anggota Poltabes Surakarta memiliki integritas yang

kuat dan tinggi untuk memberantas segala bentuk praktek premanisme

yang terjadi di wilayahnya.

b. Kelemahan

1) Masih terdapatnya oknum anggota Polri yang melibatkan diri sebagai

backing aksi premanisme yang terjadi, baik yang dilakukan secara

sadar maupun tidak sadar untuk kepentingan pribadi.

2) Belum akuratnya Kaset Ops dalam menetapkan Target Operasi (TO)

selama pelaksanaan Operasi Pekat Candi 2010.

3) Masih adanya egosektoral fungsi sehingga berimplikasi pada belum

fokusnya penetapan CB (Cara bertindak) dalam mengungkap

kejahatan premanisme yang terjadi, baik TO maupun non TO.

12. Faktor Eksternal

a. Peluang

1) Adanya kepedulian dari para alim ulama dan tokoh masyarakat, dalam

menyalurkan dan menyadarkan kelompok preman ke dalam wadah

pesantren ataupun kegiatan-kegiatan yang positif. Di mana dalam hal

ini tumbuhnya atau maraknya aksi premanisme disebabkan oleh

tekanan ekonomi, sehingga pribadi pelaku premanisme itu sendiri

masih mungkin diperbaiki.

2) Adanya dukungan serta harapan yang besar dari masyarakat kepada

Kepolisian untuk mengungkap dan memberantas segala bentuk

praktek premanisme yang terjadi.

Page 13: NKP-17 MOP

13

3) Adanya pemberitaan di media massa, baik surat khabar maupun

elektronik terkait kejahatan-kejahatan atau praktek premanisme yang

terjadi dan meresahkan di masyarakat. Hal ini dapat dijadikan Polri

sebagai kontrol sosial, sekaligus pemicu dan pemacu kinerja di

lapangan dalam mengungkap dan memberantas segala bentuk praktek

premanisme yang terjadi.

b. Kendala

1) Tidak kunjung membaiknya perekonomian dalam negeri, ditambah lagi

dengan makin banyaknya PHK, memicu adanya pemikiran untuk

mengambil jalan pintas dengan melakukan aksi premanisme.

2) Masih adanya sebagian masyarakat yang masih memanfaatkan jasa

preman dalam menjalankan atau mengamankan pekerjaan atau

aktivitasnya.

3) Pertumbuhan penduduk yang semakin cepat, khususnya di kota-kota

besar dari dampak urbanisasi yang berakibat di kota sulit mencari

pekerjaan dan tempat tinggal, sehingga banyak menimbulkan

pengangguran dan masalah sosial lainnya. Hal ini memicu semakin

marak dan berkembangnya praktek premanisme untuk memenuhi

kebutuhan hidupnya.

BAB V

PELAKSANAAN OPERASI PEKAT CANDI DI TINGKAT KOD

YANG DIHARAPKAN

Page 14: NKP-17 MOP

14

13. Penetapan Target Operasi (TO) dalam pelaksanaan Operasi Pekat Candi di

tingkat KOD yang diharapkan.

Penetapan Target Operasi (TO) dalam Operasi Pekat Candi di tingkat KOD

diharapkan sudah optimal atau sudah akurat. Penentuan TO, tidak hanya melibatkan

fungsi operasional Kepolisian yang dikedepankan saja, dalam hal ini fungsi Samapta.

Penentuan dan penetapan Target Operasi (TO) harus melalui proses pengkajian secara

tajam yang dipadukan dengan hasil penyelidikan fungsi Intelkam dan fungsi Reserse

Kriminal terhadap kejahatan-kejahatan yang merupakan penyakit masyarakat dan

dalam taraf meresahkan masyarakat. Target Operasi (TO) yang ditetapkan

diharapkan tidak hanya didasarkan atas pertimbangan mudah diungkap selama kurun

waktu operasi saja.

Target Operasi yang ditetapkan diharapkan tajam dan merupakan Target

Operasi yang selama ini memang meresahkan masyarakat, seperti : Pelaku copet/

jambret, Pelaku perampokan jalan, Preman yang meresahkan masyarakat, Pelaku

penyebar ranjau paku di jalan, Tukang tagih utang/ debt collector, Pelaku pemerasan

diperempatan jalan dan Bajing loncat, sehingga hasil pelaksanaan operasi yang

digelar, diharapkan dapat benar-benar dirasakan masyarakat.

Penetapan Target Operasi (TO) secara akurat selama pelaksanaan Operasi

Pekat Candi 2010 harus didukung oleh beberapa hal sebagai berikut :

a. Kemampuan Kabag Ops selaku Kaset Ops untuk mengendalikan keterpaduan

fungsi yang dikedepankan dengan fungsi operasional terkait, terutama dalam

hal penetapan TO. Kabag Ops selaku Kaset Ops tidak hanya menyerahkan

sepenuhnya penetapan TO kepada fungsi yang dikedepankan saja, namun

merupakan hasil proses pengkajian secara tajam yang dipadukan dengan hasil

penyelidikan fungsi Intelkam dan fungsi Reserse Kriminal.

b. Adanya keterpaduan fungsi dengan melepaskan egosektoral masing-masing

fungsi, sehingga diharapkan fungsi-fungsi operasional Kepolisian lainnya

sebagai pendukung dalam Operasi Pekat Candi yang dilaksanakan mau

memberi kontribusi dalam penetapan TO yang dilaksanakan, sehingga TO

yang ditetapkan tidak terkesan asal-asalan dan dapat memberikan daya ungkit

(key leverage) yang kuat terhadap upaya pemeliharaan kamtibmas yang

kondusif.

c. Integritas yang tinggi dari Satgas Operasi Pekat Candi 2010 yang dibentuk,

terutama dari fungsi yang dikedepankan dalam operasi, terkait dengan

Page 15: NKP-17 MOP

15

penetapan TO dalam pelaksanaan operasi. Tidak hanya menetapkan TO yang

mudah tanpa lebih jauh menetapkan TO yang memang diharapkan masyarakat

untuk bisa diungkap selama pelaksanaan operasi. Integritas yang tinggi dari

Satgas Operasi, terutama dari fungsi yang dikedepankan dengan dukungan

fungsi operasional kepolisian yang lain akan menguatkan tekad untuk

berusaha sekuat tenaga dan pikiran mengungkap TO yang telah ditetapkan

dalam batas waktu yang ditentukan.

Penetapan Target Operasi (TO) yang akurat dan optimal dalam pelaksanaan

Operasi Pekat Candi 2010, diharapkan akan menghasilkan outcome yang optimal

juga, dan pada akhirnya dapat lebih dirasakan getaran maupun hasilnya oleh

masyarakat.

14. Penetapan Cara Bertindak dalam pelaksanaan Operasi Pekat Candi di tingkat

KOD yang diharapkan.

Penetapan Cara Bertindak dalam pelaksanaan Operasi Pekat Candi di tingkat

KOD diharapkan sudah optimal serta fokus dalam mengungkap Target Operasi (TO)

yang telah ditetapkan. Hal ini terkait dengan kenyataan bahwa kejahatan premanisme

mempunyai karakteristik khusus dibandingkan dengan kejahatan lainnya, dimana

korbannya ataupun orang yang mengetahui kejahatan premanisme yang terjadi lebih

memilih diam dan tidak mau melapor kepada petugas kepolisian karena khawatir akan

keselamatan jiwanya. Sehingga untuk mensikapi hal tersebut, perlu Cara Bertindak

(CB) khusus untuk mengungkapnya, dengan lebih mengedepankan Cara Bertindak

melalui upaya penyelidikan secara tajam dan ditindaklanjuti dengan upaya

penindakan sekaligus penyidikan.

Cara Bertindak dengan melakukan razia maupun kegiatan patroli selama

pelaksanaan Operasi Pekat Candi 2010 dapat digunakan hanya sebatas sebagai

tindakan preventif untuk mendukung pelaksanaan Operasi Pekat Candi yang

dilaksanakan, namun bukan sebagai CB utama dalam pengungkapan TO yang telah

ditetapkan maupun pengungkapan terhadap jenis penyakit masyarakat lainnya.

Page 16: NKP-17 MOP

16

BAB VI

UPAYA OPTIMALISASI PELAKSANAAN OPERASI PEKAT CANDI

DI TINGKAT KOD

Page 17: NKP-17 MOP

17

Upaya untuk mengoptimalkan pelaksanaan Operasi Pekat Candi di tingkat KOD

guna meningkatkan pemberantasan kejahatan premanisme dalam rangka memelihara

kamtibams yang kondusif, dapat dilakukan dengan upaya-upaya sebagai berikut :

15. Penetapan Target Operasi (TO) secara optimal dan akurat dalam pelaksanaan

Operasi Pekat Candi di tingkat KOD.

Penetapan Target Operasi (TO) secara optimal dan akurat dalam pelaksanaan

Operasi Pekat Candi di tingkat KOD, melalui langkah-langkah sebagai berikut :

a. Melibatkan fungsi Intelkam dan Fungsi Reskrim dalam penentuan Target

Operasi (TO) dalam pelaksanaan operasi Pekat Candi di tingkat KOD.

Penetapan TO yang akurat harus didasarkan pada hasil proses pengkajian

secara tajam yang dipadukan dengan hasil penyelidikan fungsi Intelkam dan

fungsi Reserse Kriminal. Hal ini sesuai dengan Hanjar ”Manajemen

Operasional Polri” yang disampaikan oleh Karo Bin Ops Polri, Brigjen Pol

Drs Sahala Allagan kepada Pasis Sespim Polri Dikreg ke-50, bahwa dalam

suatu kegiatan Operasi Kepolisian, untuk menentukan Target Operasi (TO)

harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut :

1) Harus jelas dan tajam, sehingga diharapkan dari pelaksanaan Operasi

yang dilaksanakan, hasilnya benar-benar dapat dirasakan masyarakat,

yaitu dapat menekan sekaligus memberantas praktek premanisme yang

terjadi di masyarakat.

2) Merupakan upaya lanjutan dari pelaksanaan kegiatan rutin kepolisian

atau Operasi Kepolisian yang sama sebelumnya.

3) Merupakan kegiatan yang terkonsepsi, tidak hanya bersifat formalitas.

4) Merupakan hasil kajian, dalam hal ini merupakan kajian yang

mendalam dari sasaran yang ditetapkan serta dipadukan dari hasil

penyelidikan fungsi Intelkam dan Fungsi Reskrim.

b. Dalam tahap pelaksanaan Operasi Pekat Candi, apabila terjadi perkembangan

situasi terkait Target Operasi (TO) yang telah ditetapkan sebelumnya, agar

melibatkan fungsi Intelijen, dalam hal ini Kasat Intelkam selaku Ka Anev

dalam Operasi Pekat Candi 2010 untuk membuat perkiraan cepat (Kirpat), bila

Page 18: NKP-17 MOP

18

terjadi perubahan sasaran atau Target Operasi, dalam rangka memelihara

dinamika dan keberhasilan Operasi.

c. Redefinisi arti ”tindakan premanisme”. Dalam berbagai literatur legal formal

tidak didapati pemahaman tentang kejahatan yang dikategorikan sebagai

”tindakan premanisme”. Dengan tidak adanya kejelasan definisi tersebut dari

Mabes Polri c.q. Bareskrim maupun Polda Jateng, menimbulkan

ketidakpastian terkait dengan sasaran operasi premanisme itu sendiri. Output

dari ketidakjelasan definisi tersebut salah satunya mengakibatkan para petugas

kepolisian melakukan definisi tentang kategori ”tindakan premanisme”

sebagaimana yang terjadi pada Satgas Polresta Surakarta yang mendefinisikan

bahwa perbuatan anak-anak jalanan yang mencari nafkah melalui mengemis

dan mengamen merupakan ”tindakan premanisme”. Oleh karena itulah, perlu

dilakukan redefinisi tentang arti kata ”premanisme” tersebut, termasuk

perbuatan-perbuatan melawan hukum yang dikategorikan sebagai ”tindakan

premanisme”. Pemahaman yang berbeda-beda terkait pemahaman tentang

bentuk-bentuk praktek premanisme, mengakibatkan penentuan Target Operasi

kurang akurat dan tidak menyentuh pada sasaran yang diharapkan oleh

masyarakat, yaitu pemberantasan terhadap praktek premanisme yang

meresahkan masyarakat.

16. Penetapan Cara Bertindak secara fokus dan optimal dalam pelaksanaan Operasi

Pekat Candi di tingkat KOD.

Penetapan Cara Bertindak (CB) secara optimal dan akurat dalam pelaksanaan

Operasi Pekat Candi di tingkat KOD, melalui langkah-langkah sebagai berikut :

a. Memahami dan mengerti dengan baik karakteristik dari Target Operasi (TO)

yang telah ditetapkan. Dengan memahami dan mengerti karakteristik dari

Target Operasi yang telah ditetapkan dalam Operasi Pekat Candi 2010, kita

dapat merumuskan atau menetapkan dengan tepat Cara Bertindak (CB) apa

yang tepat untuk mengungkap TO yang telah ditetapkan dalam waktu yang

telah ditentukan. Misalnya TO yang ditetapkan adalah pelaku pemerasan

terhadap pemilik toko. Karena modus operandi yang digunakan oleh pelaku

sangat rapi dan mengemasnya seolah-olah pelaku sebagai petugas keamanan

yang menjamin keamanan usaha korbannya, maka CB yang ditetapkan juga

Page 19: NKP-17 MOP

19

harus disesuaikan, tidak frontal yang pada akhirnya TO tidak dapat diungkap

dan akhirnya keselamatan korban menjadi terancam.

b. Penentuan Cara Bertindak dalam suatu Operasi Pekat Candi yang

dilaksanakan di tingkat KOD, diharapkan merupakan hasil pemikiran dari

keterpaduan fungsi operasional yang dilibatkan sebagai Satgas, tidak hanya

ditentukan oleh Kaset Ops ataupun fungsi yang dikedepankan saja. Misalnya :

fungsi yang dikedepankan Samapta, maka kecenderungan yang terjadi,

penetapan CB adalah CB terbuka, sehingga sangat kontraproduktif terkait

pengungkapan TO yang harus dilaksanakan dengan CB tertutup.

c. Melaksanakan analisa dan evaluasi tengah operasi, untuk melihat sejauh mana

efektivitas Cara Bertindak (CB) yang telah ditetapkan dalam mengungkap TO

maupun sasaran operasi lainnya. Apabila penerapan CB tidak efektif dalam

mengungkap TO, maka atas dasar pertimbangan Kanit ataupun Kasub Satgas

serta Infosus Intelijen, dirumuskan kembali Cara Bertindak yang tepat, dalam

rangka memelihara dinamika dan keberhasilan Operasi.

BAB VII

PENUTUP

Page 20: NKP-17 MOP

20

17. Kesimpulan

Untuk mengoptimalkan pelaksanaan Operasi Pekat Candi di tingkat KOD

guna meningkatkan pemberantasan kejahatan premanisme dalam rangka memelihara

kamtibams yang kondusif, dapat dilakukan dengan upaya-upaya sebagai berikut :

a. Penetapan Target Operasi (TO) secara optimal dan akurat dalam pelaksanaan

Operasi Pekat Candi di tingkat KOD, melalui : pelibatan fungsi Intelkam dan

Fungsi Reskrim dalam penentuan Target Operasi (TO), pelibatan fungsi

Intelkam melalui produk perkiraan cepat, apabila terjadi perubahan TO karena

perkembangan situasi di tengah perjalanan Operasi serta Redefinisi arti

”tindakan premanisme” agar tidak terjadi pemahaman yang parsial dalam

penetuan Target Operasi (TO).

b. Penetapan Cara Bertindak secara fokus dan optimal dalam pelaksanaan

Operasi Pekat Candi di tingkat KOD, melalui : pemahaman yang baik terkait

karakteristik dari Target Operasi (TO) yang telah ditetapkan, melibatkan

keterpaduan fungsi operasional yang dilibatkan sebagai Satgas dan

melibatkan Kanit ataupun Kasub Satgas serta Fungsi Intelijen dalam bentuk

produk Infosus, apabila dalam pelaksanaan Operasi Pekat Candi yang

dilaksanakan, CB yang digunakan tidak efektif dalam mengungkap TO.

18. Rekomendasi

Agar Pimpinan Tingkat KOD melalui Kapolda Jateng memberikan

rekomendasi kepada Kapolri cq Deops Kapolri untuk meredefinisi “tindakan

premanisme” dan dimasukkan dalam aturan legal formal seperti KUHP, sehingga

penetapan Target Operasi yang dilakukan menjadi akurat serta tidak menimbulkan

victimisasi structural maupun menimbulkan persepsi yang parsial atau pemahaman

yang berbeda-beda di kewilayahan terkait penjabaran bentuk- bentuk praktek atau

tindakan premanisme. Sekaligus direkomendasikan agar Mabes Polri tidak

menggunakan istilah-istilah yang tidak baku dan tidak diatur dalam aturan legal

formal dalam Pelaksanaan Operasi Kepolsian maupun Kegiatan rutin Kepolisian,

sehingga tidak menimbulkan persepsi yang berbeda, khususnya dalam penentuan

Target Operasi dalam pelaksanaan Operasi Kepolisian yang dilaksanakan.

Page 21: NKP-17 MOP

21

DAFTAR PUSTAKA

Page 22: NKP-17 MOP

22

Republik Indonesia. Undang-Undang No. 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik

Indonesia

Republik Indonesia. Undang-Undang Dasar Tahun 1945.

Republik Indonesia. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1946 tentang Hukum Pidana (Kitab Undang-Undang Hukum Pidana).

Allagan. Brigjen Pol Drs Sahala, Karo Bin Ops Polri, Hanjar “Manajemen Operasional Polri”, Lembang, 2010, halaman 34.

Haryatna. Komjen Pol Drs. Imam, Kababinkam Polri, Hanjar “ Manajemen Pembinaan Keamanan”, Lembang, 2010, halaman 60.

Sumardi. Komjen Pol. Drs Ito, Hanjar “Kebijakan Polri Dalam Penanggulangan Kejahatan” , Lembang, 2010, halaman 12.

Freddy Rangkuti, Analisa Strategi, 1977

Pemerintah Daerah Kota Surakarta. Peraturan Daerah Nomor 11 Tahun 1984 tentang Ketertiban dan Kebersihan Kota

Situs http://www.ajrc- aceh.org/file/Premanisme%5B1%5D.ppt