nkp 1 gusti
DESCRIPTION
uuuTRANSCRIPT
OPTIMALISASI PENGAMALAN NILAI-NILAI PANCASILA MELALUI GOTONG-ROYONG POLRES X BERSAMA MASYARAKAT
GUNA MENGANTISIPASI KEBAKARAN LAHAN DAN HUTAN DALAM RANGKA TERPELIHARANYA KAMTIBMAS
BAB IPENDAHULUAN
A. Latar Belakang Kebakaran lahan dan hutan adalah masalah menahun yang
menjadi momok bagi Provinsi Riau, ini berhubungan dengan iklim di
Indonesia pada umumnya dan dampaknya pada dareah di provinsi Riau
pada khususnya. Iklim di Indonesia memiliki 2 musim, yaitu musim panas
dan musim hujan, namun pada penghujung musim hujan, provinsi Riau
akan merasakan dampak El nino, yaitu fenomena peningkatan suhu muka
laut yang dapat memberikan dampak kekeringan. Sehingga dalam
setahun, wilayah-wilayah pada provinsi Riau bisa merasakan musim
kemarau lebih dari 6 bulan.
Pada saat kekeringan tersebutlah dapat terjadi kebakaran hutan
dan lahan, yang apabila tidak diantisipasi dampaknya, maka akan
menyebabkan gangguan kesehatan yang berat yaitu kabut asap.
Pada bulan September tahun 2015, yaitu puncak musim kemarau di
Provinsi Riau dinyatakan Riau sebagai provinsi Darurat Kabut Asap.1 Hal
ini menandakan masalah Kebakaran lahan dan hutan yang tiada hentinya.
Polri sebagai bagian dari unsur pemerintahan Indonesia, yang
merupakan lembaga yang bertugas untuk memberikan perlindungan,
pelayanan dan pengayoman kepada masyarakat, memelihara kamtibmas,
serta melakukan penegakan hukum, turut bertanggung jawab agar
1 Menteri LHK: Hari Ini Riau Dinyatakan Darurat Asap, senin, 14 September 2015 <m.detik.com>
LEMBAGA PENDIDIKAN POLRISEKOLAH STAF DAN PIMPINAN MENENGAH
masalah yang ada di Indonesia ini, khususnya provinsi Riau, dapat
teratasi, oleh karena itu, Polri perlu melakukan langkah-langkah bersama
masyarakat, saling bahu membahu, tolong menolong, berpastisipasi untuk
mengatasi kebakaran lahan dan hutan.
Masyarakat adalah kekuatan utama Polri, mengutip slogan yang
sering kita dengar di Polri sebagai berikut, “kekuatan utama Polri adalah
simpati masyarakat”. Polri tidak dapat bekerja sendiri, perlu ada partisipasi
masyarakat agar apa yang diusahakan oleh Polri ini berhasil. Oleh karena
itu perlu upaya dari Polri untuk merangkul masyarakat, mengambil simpati
masyarakat dan bersama-sama bekerja untuk menciptakan situasi yang
diharapkan, yaitu mangantisipasi terjadinya kebakaran lahan dan hutan.
Dalam Negara kita, Republik Indonesia, terdapat nilai-nilai luhur
Pancasila, yang merupakan warisan leluhur kita, yang di rumuskan dalam
5 sila, sebagai dasar Negara, filosofi bangsa, dan moral bangsa. Pada sila
ke-4 yang berbunyi, “Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan
dalam permusyawaratan/perwakilan”, mengharuskan pemerintahan
Negara kita dijalankan dengan sistem Demokrasi, yaitu pemerintahan
yang berasal dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Pada pengertian
dan pelaksanaan nilai-nilai luhur Pancasila sila ke-4 ini pula terdapat asas
partisipasi didalamnya, yaitu pancasila sebagai moral Negara berarti
Negara melaksanakan peningkatan partisipasi rakyat dalam pelaksanaan
tugas-tugas nasional. Dan juga Pancasila sebagai moral perorangan
berarti setiap individu menyadari diri sebagai warga Negara dan ikut
bertanggung jawab atas keselamatan Negara dan pelaksanaan tugas-
tugasnya memajukan kesejahteraan umum.2
Dengan adanya asas partisipasi sebagai salah satu moral bangsa,
yang merupakan warisan leluhur bangsa kita, maka dapat kita dilakukan
gotong-royong antara polri dengan masyarakat untuk mengantisipasi
kebakaran lahan dan hutan, yaitu suatu wujud partisipasi masyarakat dan
partisipasi Polri untuk bekerja bersama-sama, saling tolong-menolong,
bantu-membantu,3 untuk mewujudkan kegiatan dalam mengantisipasi
kebakaran lahan dan hutan.
2 Kirdi Dipoyudo, Pancasila dan Arti pelaksanaannya, Penerbit Yayasan Proklamasi CSIS, Jakarta, 1979, h. 66.
B. Permasalahan Bagaimana mengamalkan nilai-nilai Pancasila melalui kegiatan
gotong-royong yang dilaksanakan oleh Polres X bersama-sama dengan
masyarakat guna mengantisipasi kebakaran lahan dan hutan dalam
rangka terwujudnya Kamtibmas?
C. Pokok Persoalan Berdasarkan uraian permasalahan tersebut maka pokok persoalan
yang mendasari penulisan naskah ini adalah :
1. Bagaimana kemampuan anggota Polres X dalam mengamalkan
nilai-nilai Pancasila melalui kegiatan gotong-royong bersama
masyarakat?
2. Bagaimana mengoptimalkan pengamalan nilai-nilai Pancasila di
Polres X melalui kegiatan gotong-royong agar dapat mengantisipasi
kebakaran lahan dan hutan?
D. Ruang Lingkup Pembahasan Ruang lingkup penulisan NKP ini dibatasi pada pembahasan
mengenai bagaimana mengoptimalkan pengamalan nilai-nilai Pancasila
melalui kegiatan gotong-royong Polres X bersama-sama dengan
masyarakat guna mengantisipasi kebakaran lahan dan hutan dalam
rangka terwujudnya pemeliharaan Kamtibmas
E. Maksud dan Tujuan 1. Maksud
Maksud dari penulisan ini adalah yang pertama adalah untuk
memenuhi penugasan peserta didik Sespimmen dikreg ke-56 TA
2016, yang kedua adalah untuk memberikan gambaran tentang
pengamalan nilai-nilai Pancasila melalui kegiatan gotong-royong
oleh Polres X.
2. Tujuan
3 Arti kata “gotong royong” menurut KBBI, KBBI.co.id <kbbi.co.id/arti-kata/gotong+royong
Penulisan naskah ini bertujuan yang pertama adalah untuk
mengaplikasikan mata perkuliahan pengamalan Nilai-nilai Pancasila
dalam kegiatan yang dilaksanakan oleh Polres X, sedangkan tujuan
yang kedua adalah untuk memberikan gambaran serta masukan
kepada pimpinan mengenai pengamalan nilai-nilai Pancasila
melalui kegiatan gotong-royong oleh Polres X.
F. Metode dan Pendekatan 1. Metode
Metode yang digunakan dalam tulisan ini adalah metode
deskriptif analaitis. Metode ini merupakan metode yang mencoba
mendeskripsi fakta-fakta yang terjadi sekaligus memberikan analisis
dan interpretasi terhadap fakta-fakta tersebut.
2. PendekatanPendekatan yang digunakan penulis dalam naskah ini adalah
pendekatan manajemen sumber daya manusia dan manajemen
perubahan berdasarkan pengalaman penulis selama bertugas di
Polres X. Serta studi kepustakaan dengan menggali beberapa teori
dan konsep sebagai pedoman dalam mengupas permasalahan.
G. Tata Urut Agar penulisan tersusun secara sistematis maka urutan penulisan
pada naskah ini adalah sebagai berikut :
1. Bab I Pendahuluan
2. Bab II Landasan Teori
3. Bab III Kondisi Saat Ini Terkait Kemampuan Anggota Dan Metode
Yang Dilaksanakan Dalam Mengamalkan Nilai-nilai Pancasila
Melalui Kegiatan Bergotong-royong
4. Bab IV Faktor-faktor Yang Mempengaruhi
5. Bab V Kondisi Yang Diharapkan Terkait Kemampuan Anggota Serta
Metode Dalam Mengamalkan Nilai-nilai Pancasila Melalui Kegiatan
Bergotong-royong Guna Mengantisipasi Kebakaran Lahan Dan
Hutan.
6. Bab VI Optimalisasi Impelementasi Kegiatan Bergotong-royong Guna
Mengantisipasi Kebakaran Lahan Dan Hutan Dalam Rangka
Terwujudnya Kamtibmas.
7. Bab VII Penutup
H. Pengertian - Pengertian 1. Pengamalan
Pengamalan diartikan sebagai suatu proses, cara, perbuatan
mengamalkan, penerapan, pelaksanaan.
2. Nilai-nilai PancasilaPancasila memuat nilai-nilai luhur yang telah menjadi milik bersama
bangsa Indonesia, karena nilai-nilai luhur Pancasila sudah ada
pada bangsa kita jauh sebelum Negara Republik Indonesia
terbentuk. Pada Pancasila sila ke-4 yaitu, kerakyatan yang dipimpin
oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan,
terdapat maksud bahwa Negara kita menganut paham demokrasi,
yaitu pemerintahan yang bersumber dari rakyat, untuk rakyat, dan
oleh rakyat. Demokrasi dalam arti yang luas memiliki asas pokok
yaitu asas partisipasi rakyat serta pengakuan akan harkat dan
martabat manusia yang berwujud adanya tindakan-tindakan
pemerintah yang melindungi hak-hak asasi manusia demi
kepentingan bersama.4
3. Gotong-royongGotong-royong merupakan akitivitas untuk bekerja-sama, saling
tolong-menolong, serta bantu-membantu. Gotong-royong
merupakan pengamalan dari nilai-nilai Pancasila sila ke-4 dari asas
partisipasi masyarakat serta tindakan demi kepentingan bersama.
4. OptimalisasiOptimalisasi berdasarkan pemahaman dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia diartikan sebagai “meningkatkan” atau “menjadikan lebih
baik” Jadi dalam naskah ini optimalisasi berarti upaya meningkatkan
atau menjadikan lebih baik.4 Drs. Burhanuddin Salam, Filsafat Pancasilaisme, Bina Aksara, 1988, hal. 178.
5. KemampuanKemampuan menurut Stephen P. Robbins adalah kapasitas
seorang individu untuk mengerjakan berbagai tugas dalam
pekerjaan. Lebih lanjut Robbins menyatakan bahwa kemampuan
(ability) adalah sebuah penilaian terkini terhadap apa yang dapat
dilakukan seseorang.5
6. MasyarakatMasyarakat adalah sekelompok orang/warga yang hidup dalam
sutu wilayah dalam arti yang lebih luas misalnya kecamatan, kota,
provinsi, atau bahkan yang lebih luas, sepanjang mereka memiliki
persamaan kepentingan, misalnya masyarakat pedesaan,
masyarakat perkotaan, masyarakat tradisional, masyarakat modern
dan sebagainya.
7. KamtibmasKeamanan dan ketertiban masyarakat merupakan kondisi dinamis
masyarakat sebagai salah satu prasyarat terselenggaranya proses
pembangunan nasional dalam rangka tercapainya tujuan nasional
yang ditandai oleh terjaminnya keamanan, ketertiban, tegaknya
hukum, serta terbinanya ketentraman, yang mengandung
kemampuan membina serta mengembangkan potensi masyarakat
dalam menangkal, mencegah dan menanggulangi segala bentuk
pelanggaran hukum yang dapat meresahkan masyarakat.6
BAB IILANDASAN TEORI
A. Teori Kerjasama Menurut Thomson dan Perry dalam Keban (2007:28), Kerjasama
memiliki derajat yang berbeda, mulai dari kordinasi dan kooperasi
5 Stephen P. Robbins, Perilaku Organisasi, PT. Indeks, Jakarta, 1996, hal. 1146 UU No. 2 tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia, pasal 1.
(cooperation) sampai pada derajat yang lebih tinggi yaitu collaboration.
Para ahli pada dasarnya menyetujui bahwa perbedaan terletak pada
kedalaman interaksi, integrasi, komitmen, dan kompleksitas dimana
cooperation terletak pada tingkatan yang paling rendah. Sedangkan
collaboration pada tingkatan yang tinggi.
Pendekatan ini diutarakan oleh Thomson dan Perry dengan maksud
bahwa dalam melakukan suatu kerjasama ternyata mempunyai tingkatan
yang berbeda-beda dalam hal bagaimana cara interaksinya, bagaimana
cara integrasinya, serta bagaimana komitmen dari dua belah pihak atau
lebih yang melakukan kerjasama, maka dalam hal ini diperlukan suatu
kordinasi dan kooperasi yang jelas serta apabila dimungkinkan dilakukan
suatu kolaborasi kepentingan diantara keduanya.7
Dalam tulisan ini, teori kerjasama akan digunakan sebagai landasan
anggota Polres X untuk mengamalkan kegiatan gotong-royong bersama
masyarakat.
B. Teori Motivasi Motivasi adalah serangkaian sikap dan nilai-nailai yang
mempengaruhi individu untuk mencapai hal yang spesifik sesuai dengan
tujuan individu. Sikap dan nilai tersebut merupakan suatu invisible yang
memberikan kekuatan untuk mendorong individu bertingkah laku dalam
mencapai tujuan.8
Teori motivasi yang digunakan adalah teori ERG, teori ERG
(existence relatedness growth) mengansumsikan tiga kategori kebutuhan,
yakni kebutuhan akan eksistensi (E), kebutuhan untuk berhubungan
dengan pihak lain (R), dan kebutuhan akan pertumbuhan (G).
Dalam tulisan ini, teori motivasi akan digunakan sebagai pisau
analisis untuk mengetahui kebutuhan apa saja yang dapat memotivasi
masyarakat agar dapat bekerjasama dengan anggota Polres X dalam
bergotong-royong guna mengantisipasi kebakaran lahan dan hutan.
7 Scribd.com/doc/60055605/teori-kerja-sama, diakses pada tanggal 1 Mei 2016, pkl 18:05 Wib.8 Veithzal Rivai, Manajemen Sumber Daya Manusia untuk Perusahaan; dari Teori ke Praktik, Raja Grafindo Utama, Jakarta, 2008, hal. 455.
C. Analisis SWOT Sebagai dasar dalam merumuskan faktor-faktor yang
mempengaruhi maka teori analisis SWOT digunakan sebagai dasar untuk
menjabarkan faktor tersebut secara sistematis.
Menurut freddy Rangkutin analisis SWOT merupakan sebuah
konsepsi yang digunakan untuk mengidentifikasi berbagai faktor
didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (strength)
dan kelemahan (weakness) serta peluang (opportunity) dan ancaman
(threats) secara sistematis.
Sehingga mengacu pada teori tersebut faktor-faktor yang
mempengaruhi akan diidentifikasi berdasarkan unsur internal yang terdiri
dari faktor kekuatan dan kelemahan serta faktor eksternal yang terdiri dari
faktor peluang dan kendala.
BAB III KONDISI SAAT INI POLRES X DALAM MENGAMALKAN NILAI-NILAI
PANCASILA MELALUI KEGIATAN BERGOTONG-ROYONG
A. Kemampuan Anggota Polres X Dalam Mengamalkan Nilai-nilai Pancasila melalui Kegiatan Bergotong-royong Saat Ini
1. Pengetahuan (Knowledge).
Anggota Polres X berjumlah 534 Personel, dengan jenjang
pendidikan 4 pers tamat S2, 200 pers tamat S1, dan 300 pers
tamatan SMU atau sederajat.
Bila dilihat dari pengetahuan/jenjang pendidikan, dapat kita
pahami bahwa seluruh anggota Polres X sebanyak 534 Pers telah
memahami nilai-nilai Pancasila, karena pada sistem pendidikan di
Indonesia pada setiap tingkatan memasukkan materi Pendidikan
Pancasila.
2. Keterampilan (Skill)
a. Pada saat berdinas, anggota Polres X belum pernah
mendapatkan pelatihan tentang pemahaman dan
pengamalan Pancasila.
b. Pengetahuan tentang Pancasila tidak pernah secara
langsung didapatkan, melainkan secara tidak langsung
melalui pengarahan-pengarahan dari pimpinan mengenai
nilai-nilai bermasyarakat, yang didalamnya terkandung nilai-
nilai Pancasila, seperti nilai persatuan, nilai kemanusiaan,
nilai toleransi, nilai kerjasama, nilai gotong-royong, dan
sebagainya.
3. Sikap (Attitude)
a. Anggota Polres X belum sepenuhnya mampu mengamalkan
nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari di
lingkungan masyarakat, hal ini terlihat dari masih adanya
keluhan/komplain masyarakat mengenai sikap dan perilaku
anggota yang tidak sesuai dengan harapan masyarakat.
b. Masih ditemukan sikap dan perilaku anggota Polres X yang
kurang peka, kurang memberikan simpati, acuh dan tidak
tanggap terhadap persoalan yang ada di masyarakat. Sikap
seperti ini dapat menjauhkan simpati masyarakat sehingga
akan membuat semakin susahnya anggota Polres X untuk
mengajak masyarakat bergotong-royong.
B. Metode Yang Dilakukan Oleh Polres X Saat ini Dalam Mengamalkan Nilai-nilai Pancasila melalui kegiatan Bergotong-royong Guna Mengantisipasi Kebakaran Lahan Dan Hutan
1. Pembinaan rohani dan mental yang bertujuan anggota dapat
melaksanakan tupoksi dengan kondisi mental dan kejiwaan yang
baik, saat ini tidak dilaksanakan secara konsisten, dari jadwal yang
direncanakan, binrohtal ini dilaksanakan seminggu sekali, namun
kadang dilaksanakan kadang tidak.
2. Pengawasan yang dilakukan pada keseharian anggota Polres X
memang terbatas, pengawasan dapat dilakukan secara langsung
yaitu pada kegiatan seperti operasi bersama, apel, pekerjaan rutin
di kantor, dan tugas yang dilakukan secara bersama oleh pimpinan
dengan anggota sesuai tupoksi anggota masing-masing.
3. Sosialisasi pemahaman nilai-nilai Pancasila tidak pernah diberikan
secara langsung kepada anggota, melainkan melalui arahan-arahan
oleh pimpinan mengenai nilai-nilai bermasyarakat, etos kerja,
semangat bekerjasama untuk institusi dan masyarakat serta nilai-
nilai yang terdapat dalam Tribrata dan Catur Prasetya yang
kesemuanya bersumber kepada nilai-nilai luhur bangsa kita yaitu
Pancasila.
4. Pada Polres X dijalankan program Bhakti Bhabinkamtibmas yang
dilaksanakan setiap sebulan sekali, program Bhakti
Bhabinkamtibmas ini merupakan program yang dilaksanakan untuk
mengajak masyarakat bergotong-royong di lingkungan kerja
Bhabinkamtibmas, dengan sasaran yang ditentukan oleh Kepala
Desa, masyarakat dan Bhabinkamtibmas itu sendiri, kemudian saat
pelaksanaannya dilaksanakan oleh masyarakat dan juga oleh
anggota Polres dan Polsek, bukan hanya Bhabinkamtibmasnya.
5. Pada Polres X telah dibuat forum masyarakat untuk melaksanakan
gotong-royong melawan kebakaran lahan dan hutan, tetapi bukan
untuk mengantisipasi kebakaran lahan dan hutan, yaitu disebut
dengan Forum Masyarakat Gotong-royong melawan api (FMGR)
yang dibentuk di tingkat desa, namun belum semua desa telah
terbentuk, yang memiliki tugas apabila ada kebakaran lahan dan
hutan, maka FMGR membantu tugas pemerintah dalam hal ini
Polres X untuk mematikan api kebakaran diwilayahnya.
C. Implikasi Belum Optimalnya pengamalan Nilai-nilai Pancasila melalui kegiatan Bergotong-royong Guna Mengantisipasi Kebakaran Lahan Dan Hutan
1. Implikasi Dari Segi Kemampuan
a. Implikasi dari belum dilaksanakannya pelatihan mengenai
pemahaman dan penerapan nilai-nilai Pancasila, maka anggota
Polres X belum dapat memahami dan melaksanakan nilai-nilai
Pancasila secara utuh.
b. Dari adanya pelanggaran yang dilakukan oleh anggota Polres X,
berimplikasi terhadap menurunnya kepercayaan masyarakat
terhadap Polres X, sehingga apabila anggota Polres X
melaksanakan program dengan mengajak masyarakat untuk
bergotong-royong mengantisipasi kebakaran lahan dan hutan
bisa berakibat program tersebut tidak diterima atau ajakan
tersebut tidak diikuti.
2. Implikasi Dari Segi Metode
a. Implikasi dari belum dilaksanakannya binrohtal secara konsisten
mengakibatkan belum optimalnya kondisi rohani dan mental
anggota yang baik dalam melaksanakan tupoksi sehari-hari.
b. Implikasi dari terbatasnya pengawasan maka dapat berakibat
adanya perbuatan yang dilakukan anggota Polres X yang tidak
sesuai dengan nilai-nilai luhur Pancasila.
c. Implikasi dari belum adanya program pelatihan dan penerapan
nilai-nilai Pancasila, namun telah adanya arahan-arahan dari
pimpinan mengenai nilai-nilai bermasyarakat, Tribrata dan
Catur Prasetya dapat berakibat kurangnya wawasan tentang
nilai-nilai Pancasila, perbuatan yang dilakukan terarah pada
nilai-nilai Tribrata dan Catur Prasetya, berdampak pada tidak
optimalnya penerapan nilai-nilai Pancasila kepada masyarakat.
d. Implikasi adanya Forum Masyarakat Gotong-royong (FMGR)
melawan api dapat menumbuhkan nilai-nilai gotong-royong pada
masyarakat, namun, nilai ini ada pada saat bila telah terjadi
kebakaran lahan dan hutan, sehingga ada kepasifan nilai-nilai
bergotong-royong bila hanya ada kebakaran saja. Hal ini
mengakibatkan kebakaran lahan dan hutan terus terjadi.
BAB IVFAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI OPTIMALISASI
PENGAMALAN NILAI-NILAI PANCASILA MELALUI GOTONG-ROYONG POLRES X BERSAMA MASYARAKAT
A. Internal a. Kekuatan
1) Grand Staregy Polri yang telah memasuki tahap ke-3, yaitu
Strive For Exellence, merupakan landasan bagi Polri untuk
terus melakukan perubahan ke arah yang lebih baik.
2) Adanya Kode Etik Profesi Polri yang tertuang dalam Perkap
No 14 Tahun 2011 sebagai pedoman etika profesi Polri
termasuk didalamnya etika kemasyarakatan.
3) Adanya UU No 2 Tahun 2002 tentang Polri yang memberikan
landasan tugas dan wewenang bagi Polri untuk melindungi,
melayani dan mengayomi masyarakat, memelihara
Kamtibmas serta melakukan penegakan hukum.
4) Adanya program Bhakti Bhabinkamtibmas dari Kapolres X
yaitu program bergotong-royang anggota Polres X bersama-
sama dengan masyarakat.
5) Komitmen dari Kapolres X dalam melakukan pembinaan
rohani dan mental kepada anggota Polres X.
6) Komitmen dari Kapolres X dalam melakukan upaya
mengantisipasi kebakaran lahan dan hutan.
b. Kelemahan 1. Masih lemahnya kemampuan anggota Polres X dalam
mengamalkan nilai-nilai pancasila melalui kegiatan gotong-
royong.
2. Terbatasnya pengawasan dan pengendalian dari pimpinan
Polres X terhadap sikap dan perilaku anggota dalam
mengamalkan nilai-nilai Pancasila di masyarakat.
3. Masih adanya pelanggaran yang dilakukan anggota Polres X
di tengah-tengah masyarakat yang menyebabkan
masyarakat tidak simpati kepada Polres X.
4. Kurangnya dilakukan analisa dan evaluasi oleh Pimpinan
terhadap perilaku anggota Polres X dalam mengamalkan
nilai-nilai Pancasila.
B. Eksternal a. Peluang
1) Adanya kemauan yang sama antara pemerintah daerah,
serta intansi lainnya di wilayah Polres X untuk mengatasi
musibah kebakaran lahan dan hutan di wilayah X.
2) Adanya FMGR melawan Api yang dibentuk oleh Polri di
setiap desa di wilayah Polres X. Hal ini akan sangat
membantu apabila Polres X merubah metode dalam
mengatasi kebakaran lahan dan hutan.
3) Adanya nilai-nilai luhur yang dipegang oleh masyarakat, yang
dapat dibangkitkan agar mau bersama-sama mengantisipasi
kebakaran hutan dan lahan. Karena kebakaran lahan dan
hutan adalah masalah bersama yang harus diatasi bersama.
4) Adanya lembaga pers dan LSM yang dapat diajak untuk
mengkampanyekan bahaya kebakaran lahan dan hutan,
serta mengajak seluruh masyarakat untuk bersama-sama
berjuang mengatasi kebakaran lahan dan hutan.
b. Kendala 1) Masih adanya rasa tidak simpati masyarakat kepada Polres
X akibat dari pelanggaran yang dilakukan anggota Polres X
di tengah-tengah masyarakat.
2) Adanya ketergantungan masyarakat terhadap peran
pemerintah, sehingga masyarakat merasa kebakaran lahan
dan hutan adalah tanggung jawab dari pemerintah saja.
3) Adanya rasa ketidakpedulian masyarakat terhadap
kebakaran lahan dan hutan yang terjadi, diakibatkan
sebagian masyarakat merasa bahwa kebakaran lahan dan
hutan terjadi adalah tanggung jawab para pemilik lahan dan
kebun. Sehingga masyarakat enggan untuk mengantisipasi
kebakaran yang akan terjadi.
4) Adanya anggapan bahwa perbuatan baik yang dilakukan
Polri adalah pencitraan, sehingga masyarakat kurang tertarik
dengan ajakan Polres X untuk melakukan gotong-royong
mengantisipasi kebakaran lahan dan hutan.
BAB VKONDISI YANG DIHARAPKAN PADA POLRES X DALAM MENGAMALKAN
NILAI-NILAI PANCASILA MELALUI KEGIATAN BERGOTONG-ROYONG
A. Kemampuan Anggota Polres X Dalam Mengamalkan Nilai-nilai Pancasila melalui Kegiatan Bergotong-royong Yang Diharapkan
1. Pengetahuan (Knowledge).
a. Diharapkan pengetahuan anggota Polres X mengenai nilai-
nilai Pancasila meningkat begitu juga dengan pemahaman
tentang nilai-nilai Tribrata dan Catur Prasetya.
b. Diharapkan anggota Polres X juga dapat memahami Perkap
No 14 tahun 2011 tentang kode etik profesi Polri.
2. Keterampilan (Skill)
1) Diharapkan anggota Polres X pernah mendapatkan pelatihan
tentang pengamalan nilai-nilai luhur Pancasila.
2) Diharapkan pimpinan Polres X dalam melakukan pembinaan
serta arahan mengenai tupoksi, mental dan rohani serta
disiplin, dapat memberikan pemahaman tentang nilai-nilai
luhur Pancasila serta keterkaitannya dengan tupoksi Polri
serta dengan Tribrata dan Catur Prasetya.
3. Sikap (Attitude)
1) Anggota Polres X dapat mengamalkan nilai-nilai luhur
Pancasila dalam sikap perilaku sehari-hari, sehingga tidak
ada komplain mengenai sikap anggota Polres X yang
melakukan pelanggaran di tengah-tengah masyarakat.
2) Anggota Polres X peduli, peka dan tanggap terhadap
persoalan yang ada di masyarakat, mau membantu kesulitan
yang ada di masyarakat, dan mendapat kepercayaan dari
masyarakat.
B. Metode Yang Diharapkan Dalam Mengamalkan Nilai-nilai Pancasila melalui kegiatan Bergotong-royong Guna Mengantisipasi Kebakaran Lahan Dan Hutan oleh Polres X
1. Pembinaan rohani dan mental dilaksanakan secara konsisten,
dapat dilakukan dengan metode terjadwal serta tempat yang
variatif.
2. Pengawasan terhadap anggota ditingkatkan, tidak hanya pada saat
kegiatan di kantor, dan apel, dapat juga dilaksanakan dengan
melakukan pertemuan di luar jam kantor, perkumpulan dengan
keluarga serta kegiatan bersama anggota dengan masyarakat.
3. Melakukan sosialisasi terhadap nilai-nilai luhur Pancasila kepada
anggota Polres X, kemudian berusaha di amalkan dalam
pelaksanaan tupoksi sehari-hari.
4. Pada program Bhakti Bhabinkamtibmas dapat dipadukan dengan
kegiatan Forum Masyarakat Gotong-royong (FMGR) melawan api,
dengan metode kerjasama untuk mengantisipasi kebakaran lahan
dan hutan, yaitu melakukan kegiatan-kegiatan untuk mengantisipasi
kebakaran lahan dan hutan agar tidak terjadi.
5. Forum Masyarakat Gotong-royong (FMGR) melawan api, dirubah
menjadi FMGR mengantisipasi api.
C. Kontribusi Optimalnya pengamalan Nilai-nilai Pancasila melalui kegiatan Bergotong-royong Guna Mengantisipasi Kebakaran Lahan Dan Hutan 1. Kontribusi Kemampuan
1) Anggota Polres X dapat memahami dan mengamalkan nilai-
nilai luhur Pancasila secara utuh.
2) Anggota Polres X memperoleh kepercayaan masyarakat,
sehingga dapat dengan mudah mengajak masyarakat untuk
melaksanakan gotong-royong mengantisipasi kebakaran
lahan dan hutan.
b. Kontribusi Metode1) Konsistennya pembinaan rohani dan mental menjadikan
anggota Polres X selalu siap dalam melaksanakan tugas
sehari-hari dengan baik.
2) Kontribusi dari dikembangkannya pola pengawasan
menjadikan perbuatan anggota Polres X lebih terarah kepada
pengamalan nilai-nilai luhur Pancasila.
3) Adanya pelatihan nilai-nilai Pancasila menjadikan anggota
lebih paham tentang penerapan nilai-nilai Pancasila dalam
tugas sehari-sehari maupun tugas lain yang lebih berat.
4) Kontribusi dari adanya perpaduan program Bhakti
Bhabinkamtibmas dengan FMGR mengantisipasi api,
menjadikan wilayah Polres X dapat melakukan upaya
mengantisipasi kebakaran lahan dan hutan agar tidak terjadi
di wilayah Polres X.
5) Kontribusi dari berubahnya FMGR melawan api menjadi
FMGR mengantisipasi api yaitu dari perubahan metode kerja
FMGR dari kerja pasif menunggu api menjadi kerja aktif
mengantisipasi agar tidak ada api.
BAB VI OPTIMALISASI PENGAMALAN NILAI-NILAI PANCASILA MELALUI
GOTONG-ROYONG POLRES X BERSAMA MASYARAKAT GUNA MENGANTISIPASI KEBAKARAN LAHAN DAN HUTAN DALAM
RANGKA TERPELIHARANYA KAMTIBMAS
Optimalisasi pengamalan nilai-nilai Pancasila melalui kegiatan gotong-
royong, oleh Polres X bersama dengan masyarakat, guna mengantisipasi
kebakaran lahan dan hutan, dalam rangka terpeliharanya Kamtibmas. Konsepsi
pemecahan masalah yang dikemukakan merupakan bentuk dari translation
process dengan menjabarkan elemen dasar dalam perumusan strategi (meliputi
pernyataan Visi, Misi, Tujuan, Sasaran, Strategi, Kebijakan dan Action Plan).9
Adapun untuk penjabaran lebih jelasnya yaitu sebagai berikut :
1. Visi.
Visi yang dapat dirumuskan dalam penulisan ini adalah :
“Terpeliharanya Kamtibmas dengan cara optimalisasi pengamalan nilai-
nilai Pancasila melalui kegiatan gotong-royong Polres X bersama-sama
masyarakat guna mengantisipasi kebakaran lahan dan hutan”.
2. Misi.Berdasarkan rumusan visi tersebut di atas, selanjutnya akan
diuraikan tentang penjabaran misi Polres X dalam optimalisasi
pengamalan nilai-nilai Pancasila melalui kegiatan gotong-royong Polres X
bersama-sama masyarakat guna mengantisipasi kebakaran lahan dan
hutan adalah sebagai berikut :
a. Mewujudkan kepercayaan masyarakat di wilayah Polres X melalui
pengamalan nilai-nilai luhur Pancasila oleh anggota Polres X.
b. Terpeliharanya Kamtibmas di wilayah Polres X melalui kegiatan
gotong-royong oleh Polres X bersama-sama dengan masyarakat
dalam mengantisipasi terjadinya kebakaran lahan dan hutan.
3. Tujuan.
a. Meningkatnya pemahaman anggota Polres X tentang nilai-nilai
luhur Pancasila.
b. Terwujudnya anggota Polres X yang dapat mengamalkan nilai-nilai
luhur Pancasila dalam pelaksanaan tugas.
9 Crown Dirgantoro, 2001, Manajemen Stratejik konsep, kasus dan implementasi, Grasindo, hal 9-10.
c. Terciptanya kepercayaan masyarakat kepada anggota Polres X,
guna terjalinnya kerjasama anggota Polres X dengan masyarakat.
d. Tersusunnya metode yang tepat dan sistematis dalam optimalisasi
pengamalan nilai-nilai Pancasila melalui kegiatan gotong-royong
Polres X bersama masyarakat guna mengantisipasi kebakaran
lahan dan hutan.
4. Sasaran.
a. Meningkatkan kemampuan anggota dalam optimalisasi pengamalan
nilai-nilai Pancasila.
b. Membuat metode yang tepat dan sistematis dalam optimalisasi
pengamalan nilai-nilai Pancasila melalui kegiatan gotong-royong
Polres X dengan masyarakat.
c. Meningkatkan kepercayaan masyarakat melalui pengamalan nilai-
nilai Pancasila sehingga dapat mewujudkan kerjasama Polres X
dengan masyarakat dalam melakukan gotong-royong
mengantisipasi kebakaran lahan dan hutan.
5. Kebijakan.
a. Meningkatkan kemampuan anggota melalui pembinaan rohani dan
mental secara konsisten.
b. Meningkatkan kemampuan anggota melalui pelatihan-pelatihan
pemahaman dan pengamalan nilai-nilai luhur Pancasila.
c. Menyusun metode yang tepat dan sistematis berupa petunjuk untuk
meraih kepercayaan masyarakat melalui pengamalan nilai-nilai
luhur Pancasila.
d. Menyusun metode yang tepat dan sistematis berupa kegiatan
gotong-royong bersama Polres X dengan masyarakat guna
mengantisipasi kebakaran lahan dan hutan.
e. Melakukan analisa dan evaluasi terkait kegiatan optimalisai
pengamalan nilai-nilai Pancasila melalui gotong-royong Polres X
dengan masyarakat guna mengantisipasi kebakaran lahan dan
hutan.
6. Strategi.
Sebelum merumuskan strategi yang akan diterapkan dalam
optimalisasi pengamalan nilai keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia guna meningkatkan perilaku anggota yang bermoral, maka
penulis menggunakan analisa Matrik TOWS (Threats-Opportunities-
Weakness-Strenght), yang dijelaskan pada tabel sebagai berikut:
Tabel 6.1Matrik TOWS
KEKUATAN (S)
1) Grand Staregy Polri yang telah memasuki tahap ke-3, yaitu Strive For Exellence, merupakan landasan bagi Polri untuk terus melakukan perubahan ke arah yang lebih baik.
2) Adanya Kode Etik Profesi Polri yang tertuang dalam Perkap No 14 Tahun 2011 sebagai pedoman etika profesi Polri termasuk didalamnya etika kemasyarakatan.
3) Adanya UU No 2 Tahun 2002 tentang Polri yang memberikan landasan tugas dan wewenang bagi Polri untuk melindungi, melayani dan mengayomi masyarakat, memelihara Kamtibmas serta melakukan penegakan hukum.
4) Adanya program Bhakti Bhabinkamtibmas dari Kapolres X yaitu program bergotong-royang anggota Polres X bersama-sama dengan masyarakat.
5) Komitmen dari Kapolres X dalam melakukan pembinaan rohani dan mental kepada anggota Polres X.
6) Komitmen dari Kapolres X dalam melakukan upaya mengantisipasi kebakaran lahan dan hutan.
KELEMAHAN (W)
1. Masih lemahnya kemampuan anggota Polres X dalam mengamalkan nilai-nilai pancasila melalui kegiatan gotong-royong.
2. Terbatasnya pengawasan dan pengendalian dari pimpinan Polres X terhadap sikap dan perilaku anggota dalam mengamalkan nilai-nilai Pancasila di masyarakat.
3. Masih adanya pelanggaran yang dilakukan anggota Polres X di tengah-tengah masyarakat yang menyebabkan masyarakat tidak simpati kepada Polres X.
4. Kurangnya dilakukan analisa dan evaluasi oleh Pimpinan terhadap perilaku anggota Polres X dalam mengamalkan nilai-nilai Pancasila.
PELUANG (O)
1. Adanya kemauan yang sama antara pemerintah daerah, serta intansi lainnya di wilayah Polres X untuk mengatasi musibah kebakaran lahan dan hutan di wilayah X.
2. Adanya FMGR melawan Api yang dibentuk oleh Polri di setiap desa di wilayah Polres X. Hal ini akan sangat membantu apabila Polres X merubah metode dalam mengatasi kebakaran lahan dan hutan.
3. Adanya nilai-nilai luhur yang dipegang oleh masyarakat, yang dapat dibangkitkan agar mau bersama-sama mengantisipasi kebakaran hutan dan lahan. Karena kebakaran lahan dan hutan adalah masalah bersama yang harus diatasi bersama.
4. Adanya lembaga pers dan LSM yang dapat diajak untuk mengkampanyekan bahaya kebakaran lahan dan hutan, serta mengajak seluruh masyarakat untuk bersama-sama berjuang mengatasi kebakaran lahan dan hutan.
STRATEGI (SO)
1. Kapolres bekerjasama dengan pemerintah daerah, instansi lainnya untuk membuat metode mengantisipasi kebakaran lahan dan hutan. (S6+O1)
2. Kapolres bekerjasama dengan pemerintah daerah dan instansi lainnya serta LSM dan pers untuk mensosialisasikan kegiatan larangan membakar lahan dan hutan dan mengajak masyarakat mengantisipasi (S6+01+04)
3. Kapolres memadukan program Bhakti Bhabinkamtibmas dengan FMGR melawan api dengan merubah metode menjadi mengantisipasi api. (S4+O2+O3)
STRATEGI (WO)
1. Melakukan kegiatan pelatihan nilai-nilai Pancasila melalui gotong-royong bekerjasama dengan pemerintah daerah. (W1+O1)
2. Melakukan pengawasan pengamalan nilai-nilai Pancasila diluar jam kantor dengan melakukan kegiatan bersama pemerintah daerah, instansi lain, ataupun dengan masyarakat. (W2+O1+O4)
KENDALA (T)
1. Masih adanya rasa tidak simpati masyarakat kepada Polres X akibat dari pelanggaran yang dilakukan anggota Polres X di tengah-tengah masyarakat.
2. Adanya ketergantungan masyarakat terhadap peran pemerintah, sehingga masyarakat merasa kebakaran lahan dan hutan adalah tanggung jawab dari pemerintah saja.
3. Adanya rasa ketidakpedulian
STRATEGI (ST)
1. Melakukan pembinaan rohani dan mental secara disiplin, serta menerapkan sistem reward dan punishment yang efektif. (S5+T1+T4)
2. Melaksanakan sosialisasi kepada masyarakat tentang ancaman kebakaran lahan dan hutan, serta menimbulkan tanggungjawab bahwa kebakaran lahan dan hutan adalah masalah bersama. (S6+T2+T3)
STRATEGI (WT)
1. Melaksanakan kegiatan Kepolisian yang dijiwai nilai-nilai luhur Pancasila secara masiv dan konsisten.
FAKTORINTERNAL
FAKTOREKSTERNAL
masyarakat terhadap kebakaran lahan dan hutan yang terjadi, diakibatkan sebagian masyarakat merasa bahwa kebakaran lahan dan hutan terjadi adalah tanggung jawab para pemilik lahan dan kebun. Sehingga masyarakat enggan untuk mengantisipasi kebakaran yang akan terjadi.
4. Adanya anggapan bahwa perbuatan baik yang dilakukan Polri adalah pencitraan, sehingga masyarakat kurang tertarik dengan ajakan Polres X untuk melakukan gotong-royong mengantisipasi kebakaran lahan dan hutan.
Dari matrik TOWS diatas terlihat bagaimana kondisi peluang dan
ancaman dari luar Polres X yang dikaitkan dengan kekuatan dan
kelemahan, sehingga dapat dirumuskan strategi dalam optimalisasi
pengamalan nilai keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia dalam
meningkatkan perilaku anggota yang bermoral, adalah sebagai berikut :
a. Strategi Jangka Pendek1) Melakukan pembinaan rohani dan mental secara disiplin, serta
menerapkan sistem reward dan punishment yang efektif.
2) Kapolres bekerjasama dengan pemerintah daerah dan instansi
lainnya serta LSM dan pers untuk mensosialisasikan kegiatan
larangan membakar lahan dan hutan dan mengajak masyarakat
untuk mengantisipasi kebakaran lahan dan hutan.
3) Kapolres memadukan program Bhakti Bhabinkamtibmas dengan
FMGR melawan api dengan merubah metode menjadi FMGR
mengantisipasi api.
b. Strategi Jangka Menengah1) Melakukan kegiatan pelatihan nilai-nilai Pancasila melalui
gotong-royong bekerjasama dengan pemerintah daerah.
2) Kapolres bekerjasama dengan pemerintah daerah, instansi
lainnya untuk membuat metode mengantisipasi kebakaran
lahan dan hutan.
3) Melaksanakan sosialisasi kepada masyarakat tentang ancaman
kebakaran lahan dan hutan, serta menimbulkan tanggungjawab
bahwa kebakaran lahan dan hutan adalah masalah bersama.
c. Strategi Jangka Panjang1) Melaksanakan kegiatan Kepolisian yang dijiwai nilai-nilai luhur
Pancasila secara masiv dan konsisten.
2) Melakukan pengawasan pengamalan nilai-nilai Pancasila diluar
jam kantor dengan melakukan kegiatan bersama pemerintah
daerah, instansi lain, ataupun dengan masyarakat.
7) Action Plan a. Action Plan Jangka Pendek
1) Melakukan kegiatan pelatihan nilai-nilai Pancasila melalui
gotong-royong bekerjasama dengan pemerintah daerah, yaitu
dengan :
a) Melaksanakan jadwal pelatihan.
b) Mengundang tokoh masyarakat untuk ikut berlatih
menanamkan nilai-nilai Pancasila.
c) Melaksanakan kegiatan-kegiatan yang
mengimplementasikan nilai-nilai Pancasila melalui
gotong royong, seperti kegiatan penanaman pohon,
pasar bersih, sungai bersih, selokan bersih, fogging,
dan lain-lain.
2) Kapolres bekerjasama dengan pemerintah daerah dan
instansi lainnya serta LSM dan pers untuk mensosialisasikan
kegiatan larangan membakar lahan dan hutan dan mengajak
masyarakat untuk mengantisipasi kebakaran lahan dan
hutan, yaitu dengan:
a) Memberitakan tentang kejadian kebakaran lahan dan
hutan serta dampaknya.
b) Mengadakan pertemuan dengan toga, tomas, dan
tokoh pemuda untuk mensosialisasikan bahaya
kebakaran lahan dan hutan serta dampaknya serta
mengajak masyarakat untuk mengantisipasi
kebakaran lahan dan hutan.
c) Memberitakan kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan
dalam rangka sosialisasi mengantisipasi kebakaran
lahan dan hutan.
3) Kapolres memadukan program Bhakti Bhabinkamtibmas
dengan FMGR melawan api dengan merubah metode
menjadi FMGR mengantisipasi api, yaitu dengan:
a) Melaksanakan sosialisasi perubahan nama FMGR
melawan api menjadi FMGR mengantisipasi api.
b) Melaksanakan gotong-royong Bhakti
Bhabinkamtibmas bersama-sama dengan FMGR
mengantisipasi api dengan sasaran membuat embung
dan tanggul (canal blocking) di daerah-daerah yang
rawan terjadi kebakaran lahan dan hutan.
b. Action Plan Jangka Menengah1) Melaksanakan pembinaan kejujuran dan keadilan kepada
anggota sebagai landasan dalam kehidupan sehari-hari di
lingkungan masyarakat. Hal ini diwujudkan dengan :
a) Mengarahkan para Perwira Polres untuk memberikan
contoh dan keteladan mengenai sikap jujur dan adil
dengan memperlakukan seluruh anggota secara
setara tanpa membedakan golongan atau kesamaan
latar belakang.
b) Menerapkan sistem dan metode pengawasan secara
melekat oleh setiap atasan langsung secara
berjenjang.
2) Kapolres bekerjasama dengan pemerintah daerah, instansi
lainnya untuk membuat metode mengantisipasi kebakaran lahan
dan hutan. Hal ini dilakukan dengan :
a) Mengadakan rapat untuk mencari pemecahan
masalah guna mengantisipasi Kebakaran lahan dan
hutan.
b) Membuat program pencegahan kebakaran lahan dan
hutan, seperti pembuatan embung dan tanggul
bersama-sama masyarakat di lahan-lahan yang
rawan terbakar.
c) Membuat program sosialisasi pencegahan kebakaran
lahan dan hutan dengan melibatkan Forum
masyarakat gotong-royong mengantisipasi api serta
masyarakat peduli lainnya.
c. Action Plan Jangka Panjang1) Melaksanakan kegiatan Kepolisian yang dijiwai nilai-nilai luhur
Pancasila secara masiv dan konsisten. Yaitu dengan membuat
program Polisi hadir ditengah-tengah masyarakat, seperti
pelayanan kegiatan masyarakat di pagi hari dan sore hari, Polisi
sahabat anak, Polisi peduli pendidikan, Polisi peduli
pengangguran dan lain-lain.
2) Melakukan pengawasan pengamalan nilai-nilai Pancasila diluar
jam kantor dengan melakukan kegiatan bersama pemerintah
daerah, instansi lain, ataupun dengan masyarakat, dengan cara:
a) Mengefektifkan pengawasan dan pengendalian
terhadap sikap dan perilaku anggota dalam
mengamalkan nilai-nilai luhur Pancasila baik dalam
pelaksanaan tugas maupun dalam kehidupan sehari-
hari dilingkungan masyarakat
b) Melakukan kegiatan pengawasan non formal diluar kantor,
seperti family gathering, kunjungan ke rumah-rumah anggota
bersama-sama tokoh masyarakat dan sebaliknya.
BAB VIIPENUTUP
A. Kesimpulan
a. Kemampuan anggota Polres X dalam pengamalan nilai-nilai
Pancasila melalui gotong-royong guna mengantisipasi kebakaran
lahan dan hutan belum dapat terlaksana dengan optimal. Oleh
karena itu perlu dilakukan upaya untuk meningkatkan Kemampuan
anggota Polres X melalui peningkatan pengetahuan tentang
pemahaman serta pelatihan nilai-nilai luhur Pancasila agar dapat
menjadi Polisi yang dipercaya masyarakat serta dapat mengajak
masyarakat bergotong-royong guna mengantisipasi kebakaran
lahan dan hutan.
b. Penerapan metode yang digunakan oleh Polres X dalam
mengantisipasi kebakaran lahan dan hutan belum optimal. Untuk
itu, dibutuhkan metode yang tepat dan sistematis berupa
pembentukan Forum Masyarakat Gotong-royong mengantisipasi
kebakaran lahan dan hutan yang bersama-sama dengan Polres X
melakukan tindakan-tindakan nyata dalam mengantisipasi
terjadinya kebakaran lahan dan hutan.
B. Rekomendasi a. Merekomendasikan untuk membentuk Forum Masyarakat Gotong-
royong di setiap Polres yang rawan terjadi kebakaran lahan dan
hutan, yang bertujuan untuk bekerja bersama-sama Polri dalam
melakukan tindakan antisipasi kebakaran lahan dan hutan.
b. Merekomendasikan untuk dilakukan program peningkatan
kemampuan setiap anggota Polri dalam pengamalan nilai-nilai luhur
Pancasila agar dapat menjadi Polisi yang dipercaya dan dicintai
masyarakat.