petilasan gusti amat di balerant1

21
PETILASAN GUSTI AMAT DI BALERANTE (I) Keletakan Petilasan Gusti Amat atau dikenal pula dengan nama Gusti Pangeran Harya Suryaningalaga secara administratif terletak di Dusun Balerante, Kalurahan Wonokerto, Kecamatan Turi, Kabupaten Sleman, Propinsi DIY. Keletakan petilasan ini berada di sisi utara Pasar Balerante pada jarak sekitar 200 meter. Kondisi Fisik Petilasan Gusti Amat/GPH Suryaningalaga berada di tengah kebun salak. Petilasan ini telah dibuatkan bangunan cungkup dengan ukuran sekitar 2,5 m x 2,5 m. Pada sisi utara dalam tembok cungkup diterakan prasasti yang bila dibaca berbunyi: Petilasan lenggahipun Gusti Amat (Suryaningalaga) ing pondhok Pak Ledhung rikala tahun 1883.Suci moksa sampurnaning panembah (2004).

Upload: hardoyo-harjaya

Post on 23-Jul-2015

138 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Petilasan Gusti Amat Di Balerant1

PETILASAN GUSTI AMAT DI BALERANTE(I)

Keletakan

Petilasan Gusti Amat atau dikenal pula dengan nama Gusti Pangeran Harya Suryaningalaga secara administratif terletak di Dusun Balerante, Kalurahan Wonokerto, Kecamatan Turi, Kabupaten Sleman, Propinsi DIY. Keletakan petilasan ini berada di sisi utara Pasar Balerante pada jarak

sekitar 200 meter.

Kondisi Fisik

Petilasan Gusti Amat/GPH Suryaningalaga berada di tengah kebun salak. Petilasan ini telah dibuatkan bangunan cungkup dengan ukuran sekitar 2,5 m x 2,5 m. Pada sisi utara dalam tembok cungkup diterakan prasasti yang bila dibaca berbunyi: Petilasan lenggahipun Gusti Amat (Suryaningalaga) ing pondhok Pak Ledhung rikala tahun 1883.Suci moksa sampurnaning panembah (2004).

Pada ruang bagian timur mepet ke tembok telah dibangun pula semacam dhampar (tempat duduk) dari keramik berwarna hitam dan putih. Bangunan berwujud dhampar ini merupakan sumbangan dari seseorang yang berasal dari Bali dan bernama Rr. Sekar Rosida. Bangunan

Page 2: Petilasan Gusti Amat Di Balerant1

dhampar ini memiliki ukuran kira-kira 1m x 1 m. Dhampar ini berangka tahun 2009.

Sedangkan pada sisi barat, tepatnya di bawah tembok pagar/dinding cungkup terdapat sebuah batu yang dipercayai sebagai bekas tempat duduk GPH Suryaningalaga (Gusti Amat). Batu inilah sesungguhnya yang merupakan benda peninggalan yang dianggap asli sebagai peninggalan Gusti Amat. Batu tersebut merupakan batu andesit dan kenampakannya telah penuh dengan lumut. Besar batu tersebut kira-kira seukuran sebutir kelapa.

Latar Belakang

Gusti Amat memiliki nama lengkap Gusti Raden Mas Muhammad dan dikenal pula dengan nama Gusti Pangeran harya Suryaningalaga. Kelahiran Gusti Amat di lingkungan Keraton Kasultanan Yogyakarta menimbulkan hal-hal yang kontroversial. Sebagian versi menyatakan bahwa Gusti Amat adalah putra kandung dari Sultan Hamengku Buwana V dengan permaisuri keduanya yang bernama Kanjeng Ratu Kedaton. Akan tetapi versi lain menyatakan bahwa ia bukanlah putra kandung dari Sultan Hamengku Buwana V.

Versi yang menyatakan bahwa ia bukanlah putra kandung Sultan Hamengku Buwana V mendasarkan argumennya pada kondisi kesehatan Sultan Hamengku Buwana V yang demikian lemah oleh berbagai penyakit sehingga ada anggapan bahwa ia menderita impotensi. Menjelang

wafatnya yang sebelumnya diawali dengan kondisi tubuhnya yang terus melemah dan sakit, Gusti Amat lahir. Sultan Hamengku Buwana V wafat pada tanggal 5 Juni 1855 sementara Gusti Amat lahir pada tanggal 17 Juni 1855.

Page 3: Petilasan Gusti Amat Di Balerant1

Pandangan bahwa Gusti Amat bukanlah putra kandung Sultan Hamengku Buwana V ditekankan pula oleh suatu alasan bahwa selama ini Sultan Hamengku Buwana V memang tidak memiliki putra laki-laki. Semua putra keturunannya lahir sebagai putri dan sebagian besar meninggal saat usia kanak-kanak. Kondisi kesehatan Sultan Hamengku Buwana V yang terus memburuk sejak ia berusia remaja hingga tutup usia pada usia 35 tahun menyebabkan munculnya kabar bahwa ia memang lemah secara fisik dan bahkan menderita impotensi.

Penyediaan selir-selir baginya yang tidak terlalu cantik dan penyakitan sejak ia menginjak remaja dikabarkan telah menguras daya kesehatan dan tenaganya. Pelemahan yang terjadi atas diri Sultan Hamengku Buwana V ini diduga juga sengaja dilakukan oleh pihak-pihak yang kurang suka kepadanya.

Berbagai desas-desus tampaknya tidak pernah sepi dari kehidupan Sultan Hamengku Buwana V ini. Semuanya disebabkan oleh tidak segera diperolehnya anak laki-laki dari istri-istrinya. Bahkan tanggal 4 November 1834 ia menikahi Raden Ajeng Suradinah yang kemudian diberi gelar Ratu Kencana. Dari istri permaisuri ini pun Sultan Hamengku Buwana tidak memperoleh keturunan. Permaisuri ini akhirnya diceraikan setelah sebelumnya keduanya tidak bisa rukun dalam membina rumah tangga mereka. Tuduhan dan berbagai tanggapan negatif atas Ratu Kencana menyebabkan keretakan hubungan keduanya.

Sultan Hamengku Buwana V menikah kembali dengan Raden Ajeng Handaliah putra Pangeran Suryengalaga. Pangeran Suryengalaga adalah putra dari Sultan Hamengku Buwana III. Dengan demikian, Sultan Hamengku Buwana V adalah saudara sepupu Pangeran Suryengalaga. Raden Ajeng Handaliah ini kemudian diberi gelar

Page 4: Petilasan Gusti Amat Di Balerant1

Ratu Kedaton. Tujuan perkawinan ini adalah untuk mendapatkan keturunan laki-laki, namun beberapa saat sebelum perkawinannya yang kedua ini disebutkan bahwa Sultan Hamengku Buwana telah mengalami sakit kelamin (Vincent J.H. Houben, 2002, Keraton dan Kompeni: Surakarta dan Yogyakarta 1830-1870, halaman 399).

Bersambung ...

a.sartono

PETILASAN GUSTI AMAT DI BALERANTE(I)

Keletakan

Petilasan Gusti Amat atau dikenal pula dengan nama Gusti Pangeran Harya Suryaningalaga secara administratif terletak di Dusun Balerante, Kalurahan Wonokerto, Kecamatan Turi, Kabupaten Sleman, Propinsi DIY. Keletakan petilasan ini berada di sisi utara Pasar Balerante pada jarak

sekitar 200 meter.

Kondisi Fisik

Petilasan Gusti Amat/GPH Suryaningalaga berada di tengah kebun salak. Petilasan ini telah dibuatkan bangunan cungkup dengan ukuran sekitar 2,5 m x 2,5 m. Pada sisi utara dalam tembok cungkup diterakan prasasti yang bila dibaca berbunyi: Petilasan lenggahipun Gusti Amat (Suryaningalaga) ing pondhok Pak Ledhung rikala tahun 1883.Suci moksa sampurnaning panembah (2004).

Page 5: Petilasan Gusti Amat Di Balerant1

Pada ruang bagian timur mepet ke tembok telah dibangun pula semacam dhampar (tempat duduk) dari keramik berwarna hitam dan putih. Bangunan berwujud dhampar ini merupakan sumbangan dari seseorang yang berasal dari Bali dan bernama Rr. Sekar Rosida. Bangunan dhampar ini memiliki ukuran kira-kira 1m x 1 m. Dhampar ini berangka tahun 2009.

Sedangkan pada sisi barat, tepatnya di bawah tembok pagar/dinding cungkup terdapat sebuah batu yang dipercayai sebagai bekas tempat duduk GPH Suryaningalaga (Gusti Amat). Batu inilah sesungguhnya yang merupakan benda peninggalan yang dianggap asli sebagai peninggalan Gusti Amat. Batu tersebut merupakan batu andesit dan kenampakannya telah penuh dengan lumut. Besar batu tersebut kira-kira seukuran sebutir kelapa.

Latar Belakang

Gusti Amat memiliki nama lengkap Gusti Raden Mas Muhammad dan dikenal pula dengan nama Gusti Pangeran harya Suryaningalaga. Kelahiran Gusti Amat di lingkungan Keraton Kasultanan Yogyakarta menimbulkan hal-hal yang kontroversial. Sebagian versi menyatakan bahwa Gusti Amat adalah putra kandung dari Sultan Hamengku Buwana V dengan permaisuri keduanya yang bernama Kanjeng Ratu Kedaton. Akan tetapi versi lain menyatakan bahwa ia bukanlah putra kandung dari Sultan Hamengku Buwana V.

Page 6: Petilasan Gusti Amat Di Balerant1

Versi yang menyatakan bahwa ia bukanlah putra kandung Sultan Hamengku Buwana V mendasarkan argumennya pada kondisi kesehatan Sultan Hamengku Buwana V yang demikian lemah oleh berbagai penyakit sehingga ada anggapan bahwa ia menderita impotensi. Menjelang

wafatnya yang sebelumnya diawali dengan kondisi tubuhnya yang terus melemah dan sakit, Gusti Amat lahir. Sultan Hamengku Buwana V wafat pada tanggal 5 Juni 1855 sementara Gusti Amat lahir pada tanggal 17 Juni 1855.

Pandangan bahwa Gusti Amat bukanlah putra kandung Sultan Hamengku Buwana V ditekankan pula oleh suatu alasan bahwa selama ini Sultan Hamengku Buwana V memang tidak memiliki putra laki-laki. Semua putra keturunannya lahir sebagai putri dan sebagian besar meninggal saat usia kanak-kanak. Kondisi kesehatan Sultan Hamengku Buwana V yang terus memburuk sejak ia berusia remaja hingga tutup usia pada usia 35 tahun menyebabkan munculnya kabar bahwa ia memang lemah secara fisik dan bahkan menderita impotensi.

Penyediaan selir-selir baginya yang tidak terlalu cantik dan penyakitan sejak ia menginjak remaja dikabarkan telah menguras daya kesehatan dan tenaganya. Pelemahan yang terjadi atas diri Sultan Hamengku Buwana V ini diduga juga sengaja dilakukan oleh pihak-pihak yang kurang suka kepadanya.

Berbagai desas-desus tampaknya tidak pernah sepi dari kehidupan Sultan

Page 7: Petilasan Gusti Amat Di Balerant1

Hamengku Buwana V ini. Semuanya disebabkan oleh tidak segera diperolehnya anak laki-laki dari istri-istrinya. Bahkan tanggal 4 November 1834 ia menikahi Raden Ajeng Suradinah yang kemudian diberi gelar Ratu Kencana. Dari istri permaisuri ini pun Sultan Hamengku Buwana tidak memperoleh keturunan. Permaisuri ini akhirnya diceraikan setelah sebelumnya keduanya tidak bisa rukun dalam membina rumah tangga mereka. Tuduhan dan berbagai tanggapan negatif atas Ratu Kencana menyebabkan keretakan hubungan keduanya.

Sultan Hamengku Buwana V menikah kembali dengan Raden Ajeng Handaliah putra Pangeran Suryengalaga. Pangeran Suryengalaga adalah putra dari Sultan Hamengku Buwana III. Dengan demikian, Sultan Hamengku Buwana V adalah saudara sepupu Pangeran Suryengalaga. Raden Ajeng Handaliah ini kemudian diberi gelar Ratu Kedaton. Tujuan perkawinan ini adalah untuk mendapatkan keturunan laki-laki, namun beberapa saat sebelum perkawinannya yang kedua ini disebutkan bahwa Sultan Hamengku Buwana telah mengalami sakit kelamin (Vincent J.H. Houben, 2002, Keraton dan Kompeni: Surakarta dan Yogyakarta 1830-1870, halaman 399).

Bersambung ...

a.sartono

PETILASAN GUSTI AMAT DI BALERANTE(I)

Keletakan

Petilasan Gusti Amat atau dikenal pula dengan nama Gusti Pangeran Harya Suryaningalaga secara administratif terletak di Dusun Balerante, Kalurahan Wonokerto, Kecamatan Turi, Kabupaten Sleman, Propinsi DIY. Keletakan

Page 8: Petilasan Gusti Amat Di Balerant1

petilasan ini berada di sisi utara Pasar Balerante pada jarak sekitar 200 meter.

Kondisi Fisik

Petilasan Gusti Amat/GPH Suryaningalaga berada di tengah kebun salak. Petilasan ini telah dibuatkan bangunan cungkup dengan ukuran sekitar 2,5 m x 2,5 m. Pada sisi utara dalam tembok cungkup diterakan prasasti yang bila dibaca berbunyi: Petilasan lenggahipun Gusti Amat (Suryaningalaga) ing pondhok Pak Ledhung rikala tahun 1883.Suci moksa sampurnaning panembah (2004).

Pada ruang bagian timur mepet ke tembok telah dibangun pula semacam dhampar (tempat duduk) dari keramik berwarna hitam dan putih. Bangunan berwujud dhampar ini merupakan sumbangan dari seseorang yang berasal dari Bali dan bernama Rr. Sekar Rosida. Bangunan dhampar ini memiliki ukuran kira-kira 1m x 1 m. Dhampar ini berangka tahun 2009.

Sedangkan pada sisi barat, tepatnya di bawah tembok pagar/dinding cungkup terdapat sebuah batu yang dipercayai sebagai bekas tempat duduk GPH Suryaningalaga (Gusti Amat). Batu inilah sesungguhnya yang merupakan benda peninggalan yang dianggap asli sebagai peninggalan Gusti Amat. Batu tersebut merupakan batu andesit dan kenampakannya telah penuh dengan lumut. Besar batu tersebut kira-kira seukuran sebutir kelapa.

Latar Belakang

Gusti Amat memiliki nama lengkap Gusti Raden Mas Muhammad dan dikenal pula dengan nama Gusti Pangeran harya Suryaningalaga. Kelahiran Gusti Amat di lingkungan Keraton

Page 9: Petilasan Gusti Amat Di Balerant1

Kasultanan Yogyakarta menimbulkan hal-hal yang kontroversial. Sebagian versi menyatakan bahwa Gusti Amat adalah putra kandung dari Sultan Hamengku Buwana V dengan permaisuri keduanya yang bernama Kanjeng Ratu Kedaton. Akan tetapi versi lain menyatakan bahwa ia bukanlah putra kandung dari Sultan Hamengku Buwana V.

Versi yang menyatakan bahwa ia bukanlah putra kandung Sultan Hamengku Buwana V mendasarkan argumennya pada kondisi kesehatan Sultan Hamengku Buwana V yang demikian lemah oleh berbagai penyakit sehingga ada anggapan bahwa ia menderita impotensi. Menjelang

wafatnya yang sebelumnya diawali dengan kondisi tubuhnya yang terus melemah dan sakit, Gusti Amat lahir. Sultan Hamengku Buwana V wafat pada tanggal 5 Juni 1855 sementara Gusti Amat lahir pada tanggal 17 Juni 1855.

Pandangan bahwa Gusti Amat bukanlah putra kandung Sultan Hamengku Buwana V ditekankan pula oleh suatu alasan bahwa selama ini Sultan Hamengku Buwana V memang tidak memiliki putra laki-laki. Semua putra keturunannya lahir sebagai putri dan sebagian besar meninggal saat usia kanak-kanak. Kondisi kesehatan Sultan Hamengku Buwana V yang terus memburuk sejak ia berusia remaja hingga tutup usia pada usia 35 tahun menyebabkan munculnya kabar bahwa ia memang lemah secara fisik dan bahkan menderita impotensi.

Penyediaan selir-selir baginya yang tidak terlalu cantik dan penyakitan sejak ia menginjak remaja dikabarkan telah menguras daya kesehatan dan tenaganya. Pelemahan yang terjadi atas diri Sultan Hamengku Buwana V ini diduga juga sengaja dilakukan oleh pihak-pihak yang kurang suka kepadanya.

Page 10: Petilasan Gusti Amat Di Balerant1

Berbagai desas-desus tampaknya tidak pernah sepi dari kehidupan Sultan Hamengku Buwana V ini. Semuanya disebabkan oleh tidak segera diperolehnya anak laki-laki dari istri-istrinya. Bahkan tanggal 4 November 1834 ia menikahi Raden Ajeng Suradinah yang kemudian diberi gelar Ratu Kencana. Dari istri permaisuri ini pun Sultan Hamengku Buwana tidak memperoleh keturunan. Permaisuri ini akhirnya diceraikan setelah sebelumnya keduanya tidak bisa rukun dalam membina rumah tangga mereka. Tuduhan dan berbagai tanggapan negatif atas Ratu Kencana menyebabkan keretakan hubungan keduanya.

Sultan Hamengku Buwana V menikah kembali dengan Raden Ajeng Handaliah putra Pangeran Suryengalaga. Pangeran Suryengalaga adalah putra dari Sultan Hamengku Buwana III. Dengan demikian, Sultan Hamengku Buwana V adalah saudara sepupu Pangeran Suryengalaga. Raden Ajeng Handaliah ini kemudian diberi gelar Ratu Kedaton. Tujuan perkawinan ini adalah untuk mendapatkan keturunan laki-laki, namun beberapa saat sebelum perkawinannya yang kedua ini disebutkan bahwa Sultan Hamengku Buwana telah mengalami sakit kelamin (Vincent J.H. Houben, 2002, Keraton dan Kompeni: Surakarta dan Yogyakarta 1830-1870, halaman 399).

Bersambung ...

a.sartono

PETILASAN GUSTI AMAT DI BALERANTE(I)

Page 11: Petilasan Gusti Amat Di Balerant1

Keletakan

Petilasan Gusti Amat atau dikenal pula dengan nama Gusti Pangeran Harya Suryaningalaga secara administratif terletak di Dusun Balerante, Kalurahan Wonokerto, Kecamatan Turi, Kabupaten Sleman, Propinsi DIY. Keletakan petilasan ini berada di sisi utara Pasar Balerante pada jarak

sekitar 200 meter.

Kondisi Fisik

Petilasan Gusti Amat/GPH Suryaningalaga berada di tengah kebun salak. Petilasan ini telah dibuatkan bangunan cungkup dengan ukuran sekitar 2,5 m x 2,5 m. Pada sisi utara dalam tembok cungkup diterakan prasasti yang bila dibaca berbunyi: Petilasan lenggahipun Gusti Amat (Suryaningalaga) ing pondhok Pak Ledhung rikala tahun 1883.Suci moksa sampurnaning panembah (2004).

Pada ruang bagian timur mepet ke tembok telah dibangun pula semacam dhampar (tempat duduk) dari keramik berwarna hitam dan putih. Bangunan berwujud dhampar ini merupakan sumbangan dari seseorang yang berasal dari Bali dan bernama Rr. Sekar Rosida. Bangunan dhampar ini memiliki ukuran kira-kira 1m x 1 m. Dhampar ini berangka tahun 2009.

Page 12: Petilasan Gusti Amat Di Balerant1

Sedangkan pada sisi barat, tepatnya di bawah tembok pagar/dinding cungkup terdapat sebuah batu yang dipercayai sebagai bekas tempat duduk GPH Suryaningalaga (Gusti Amat). Batu inilah sesungguhnya yang merupakan benda peninggalan yang dianggap asli sebagai peninggalan Gusti Amat. Batu tersebut merupakan batu andesit dan kenampakannya telah penuh dengan lumut. Besar batu tersebut kira-kira seukuran sebutir kelapa.

Latar Belakang

Gusti Amat memiliki nama lengkap Gusti Raden Mas Muhammad dan dikenal pula dengan nama Gusti Pangeran harya Suryaningalaga. Kelahiran Gusti Amat di lingkungan Keraton Kasultanan Yogyakarta menimbulkan hal-hal yang kontroversial. Sebagian versi menyatakan bahwa Gusti Amat adalah putra kandung dari Sultan Hamengku Buwana V dengan permaisuri keduanya yang bernama Kanjeng Ratu Kedaton. Akan tetapi versi lain menyatakan bahwa ia bukanlah putra kandung dari Sultan Hamengku Buwana V.

Versi yang menyatakan bahwa ia bukanlah putra kandung Sultan Hamengku Buwana V mendasarkan argumennya pada kondisi kesehatan Sultan Hamengku Buwana V yang demikian lemah oleh berbagai penyakit sehingga ada anggapan bahwa ia menderita impotensi. Menjelang

wafatnya yang sebelumnya diawali dengan kondisi tubuhnya yang terus melemah dan sakit, Gusti Amat lahir. Sultan Hamengku Buwana V wafat pada tanggal 5 Juni 1855 sementara Gusti Amat lahir pada tanggal 17 Juni 1855.

Pandangan bahwa Gusti Amat bukanlah putra kandung Sultan Hamengku Buwana V ditekankan pula oleh suatu alasan bahwa

Page 13: Petilasan Gusti Amat Di Balerant1

selama ini Sultan Hamengku Buwana V memang tidak memiliki putra laki-laki. Semua putra keturunannya lahir sebagai putri dan sebagian besar meninggal saat usia kanak-kanak. Kondisi kesehatan Sultan Hamengku Buwana V yang terus memburuk sejak ia berusia remaja hingga tutup usia pada usia 35 tahun menyebabkan munculnya kabar bahwa ia memang lemah secara fisik dan bahkan menderita impotensi.

Penyediaan selir-selir baginya yang tidak terlalu cantik dan penyakitan sejak ia menginjak remaja dikabarkan telah menguras daya kesehatan dan tenaganya. Pelemahan yang terjadi atas diri Sultan Hamengku Buwana V ini diduga juga sengaja dilakukan oleh pihak-pihak yang kurang suka kepadanya.

Berbagai desas-desus tampaknya tidak pernah sepi dari kehidupan Sultan Hamengku Buwana V ini. Semuanya disebabkan oleh tidak segera diperolehnya anak laki-laki dari istri-istrinya. Bahkan tanggal 4 November 1834 ia menikahi Raden Ajeng Suradinah yang kemudian diberi gelar Ratu Kencana. Dari istri permaisuri ini pun Sultan Hamengku Buwana tidak memperoleh keturunan. Permaisuri ini akhirnya diceraikan setelah sebelumnya keduanya tidak bisa rukun dalam membina rumah tangga mereka. Tuduhan dan berbagai tanggapan negatif atas Ratu Kencana menyebabkan keretakan hubungan keduanya.

Sultan Hamengku Buwana V menikah kembali dengan Raden Ajeng Handaliah putra Pangeran Suryengalaga. Pangeran Suryengalaga adalah putra dari Sultan Hamengku Buwana III. Dengan demikian, Sultan Hamengku Buwana V adalah saudara sepupu Pangeran Suryengalaga. Raden Ajeng Handaliah ini kemudian diberi gelar Ratu Kedaton. Tujuan perkawinan ini adalah untuk mendapatkan keturunan laki-laki, namun beberapa saat sebelum perkawinannya

Page 14: Petilasan Gusti Amat Di Balerant1

yang kedua ini disebutkan bahwa Sultan Hamengku Buwana telah mengalami sakit kelamin (Vincent J.H. Houben, 2002, Keraton dan Kompeni: Surakarta dan Yogyakarta 1830-1870, halaman 399).

Bersambung ...

a.sartono

PETILASAN GUSTI AMAT DI BALERANTE(I)

Keletakan

Petilasan Gusti Amat atau dikenal pula dengan nama Gusti Pangeran Harya Suryaningalaga secara administratif terletak di Dusun Balerante, Kalurahan Wonokerto, Kecamatan Turi, Kabupaten Sleman, Propinsi DIY. Keletakan petilasan ini berada di sisi utara Pasar Balerante pada jarak

sekitar 200 meter.

Kondisi Fisik

Petilasan Gusti Amat/GPH Suryaningalaga berada di tengah kebun salak. Petilasan ini telah dibuatkan bangunan cungkup dengan ukuran sekitar 2,5 m x 2,5 m. Pada sisi utara dalam tembok cungkup diterakan prasasti yang bila dibaca berbunyi: Petilasan lenggahipun Gusti Amat (Suryaningalaga) ing pondhok Pak Ledhung rikala tahun 1883.Suci moksa sampurnaning panembah (2004).

Pada ruang bagian timur mepet ke tembok telah dibangun pula semacam dhampar (tempat duduk) dari keramik berwarna hitam dan putih. Bangunan berwujud dhampar ini merupakan sumbangan

Page 15: Petilasan Gusti Amat Di Balerant1

dari seseorang yang berasal dari Bali dan bernama Rr. Sekar Rosida. Bangunan dhampar ini memiliki ukuran kira-kira 1m x 1 m. Dhampar ini berangka tahun 2009.

Sedangkan pada sisi barat, tepatnya di bawah tembok pagar/dinding cungkup terdapat sebuah batu yang dipercayai sebagai bekas tempat duduk GPH Suryaningalaga (Gusti Amat). Batu inilah sesungguhnya yang merupakan benda peninggalan yang dianggap asli sebagai peninggalan Gusti Amat. Batu tersebut merupakan batu andesit dan kenampakannya telah penuh dengan lumut. Besar batu tersebut kira-kira seukuran sebutir kelapa.

Latar Belakang

Gusti Amat memiliki nama lengkap Gusti Raden Mas Muhammad dan dikenal pula dengan nama Gusti Pangeran harya Suryaningalaga. Kelahiran Gusti Amat di lingkungan Keraton Kasultanan Yogyakarta menimbulkan hal-hal yang kontroversial. Sebagian versi menyatakan bahwa Gusti Amat adalah putra kandung dari Sultan Hamengku Buwana V dengan permaisuri keduanya yang bernama Kanjeng Ratu Kedaton. Akan tetapi versi lain menyatakan bahwa ia bukanlah putra kandung dari Sultan Hamengku Buwana V.

Versi yang menyatakan bahwa ia bukanlah putra kandung Sultan Hamengku Buwana V mendasarkan argumennya pada kondisi kesehatan Sultan Hamengku

Page 16: Petilasan Gusti Amat Di Balerant1

Buwana V yang demikian lemah oleh berbagai penyakit sehingga ada anggapan bahwa ia menderita impotensi. Menjelang wafatnya yang sebelumnya diawali dengan kondisi tubuhnya yang terus melemah dan sakit, Gusti Amat lahir. Sultan Hamengku Buwana V wafat pada tanggal 5 Juni 1855 sementara Gusti Amat lahir pada tanggal 17 Juni 1855.

Pandangan bahwa Gusti Amat bukanlah putra kandung Sultan Hamengku Buwana V ditekankan pula oleh suatu alasan bahwa selama ini Sultan Hamengku Buwana V memang tidak memiliki putra laki-laki. Semua putra keturunannya lahir sebagai putri dan sebagian besar meninggal saat usia kanak-kanak. Kondisi kesehatan Sultan Hamengku Buwana V yang terus memburuk sejak ia berusia remaja hingga tutup usia pada usia 35 tahun menyebabkan munculnya kabar bahwa ia memang lemah secara fisik dan bahkan menderita impotensi.

Penyediaan selir-selir baginya yang tidak terlalu cantik dan penyakitan sejak ia menginjak remaja dikabarkan telah menguras daya kesehatan dan tenaganya. Pelemahan yang terjadi atas diri Sultan Hamengku Buwana V ini diduga juga sengaja dilakukan oleh pihak-pihak yang kurang suka kepadanya.

Berbagai desas-desus tampaknya tidak pernah sepi dari kehidupan Sultan Hamengku Buwana V ini. Semuanya disebabkan oleh tidak segera diperolehnya anak laki-laki dari istri-istrinya. Bahkan tanggal 4 November 1834 ia menikahi Raden Ajeng Suradinah yang kemudian diberi gelar Ratu Kencana. Dari istri permaisuri ini pun Sultan Hamengku Buwana tidak memperoleh keturunan. Permaisuri ini akhirnya diceraikan setelah sebelumnya keduanya tidak bisa rukun dalam membina rumah tangga mereka. Tuduhan

Page 17: Petilasan Gusti Amat Di Balerant1

dan berbagai tanggapan negatif atas Ratu Kencana menyebabkan keretakan hubungan keduanya.

Sultan Hamengku Buwana V menikah kembali dengan Raden Ajeng Handaliah putra Pangeran Suryengalaga. Pangeran Suryengalaga adalah putra dari Sultan Hamengku Buwana III. Dengan demikian, Sultan Hamengku Buwana V adalah saudara sepupu Pangeran Suryengalaga. Raden Ajeng Handaliah ini kemudian diberi gelar Ratu Kedaton. Tujuan perkawinan ini adalah untuk mendapatkan keturunan laki-laki, namun beberapa saat sebelum perkawinannya yang kedua ini disebutkan bahwa Sultan Hamengku Buwana telah mengalami sakit kelamin (Vincent J.H. Houben, 2002, Keraton dan Kompeni: Surakarta dan Yogyakarta 1830-1870, halaman 399).

Bersambung ...

a.sartono