nilai-nilai moral dalam tokoh utama pada novel satin …

12
195 NILAI-NILAI MORAL DALAM TOKOH UTAMA PADA NOVEL SATIN MERAH KARYA BRAHMANTO ANINDITO DAN RIE YANTI Risman Iye, Harziko Universitas Iqra Buru Jl. Prof. Dr. H. A.R. Basalamah No. 20, Telp. (0913) 21909, Namlea-Kab. Buru Pos-el: [email protected] Abstrak Karya sastra diciptakan selain untuk memberikan hiburan atau kesenangan, juga menjadi sarana penanaman nilai moral. Keberadaan nilai moral dalam sastra diharapkan mampu memunculkan nilai- nilai positif bagi pembaca, sehingga mereka peka terhadap masalah yang berkaitan dengan kehidupan sosial dan mendorong untuk berperilaku baik. Penelitian ini bertujuan menganalisis nilai-nilai moral dalam kajian sosial budaya tokoh utama pada novel Satin Merah karya Brahmanto Anindito dan Rie Yanti. Penelitian ini merupakan jenis penelitian kepustakaan.. Data penelitian ini berupa novel yang berjudul Satin Merah karya Brahmanto Anindito dan Rie Yanti. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif. Berdasarkan hasil data secara keseluruhan, peneliti menemukan empat macam moral yakni, (1) moral murni dalam nasehat sosial pada tokoh utama; (2) moral terapan dalam pendidikan padah tokoh utama; (3) moral terapan dalam nasehat pendidikan pada tokoh utama; dan (4) moral terapan dalam pendidikan pada tokoh utama. Kata kunci: moral, novel, Satin Merah Moral Values in Main Characters in Satin Merin Novel Brahmanto Anindito and Rie Yanti Abstract Literary works collected in addition to providing entertainment or pleasure, also become a means of obtaining moral values. Moral added value in literature is expected to be able to bring up positive benefits for readers so that they are sensitive to problems related to social life and encourage good behavior. This study aims to analyze moral values in the social studies of the main characters in the Satin Merah novel by Brahmanto Anindito and Rie Yanti. This research is a type of library research. The research data are in the form of a novel entitled Satin Merah by Brahmanto Anindito and Rie Yanti. The method used in this research is the descriptive qualitative method. Based on the overall data results, the researcher found four types of morals namely, (1) pure morals in social advice to the main character; (2) applied morals in education of the main characters; (3) used morals in educational information to the main character; and (4) applied morals in knowledge of the main character. Keywords: moral, novel, Satin Merah PENDAHULUAN Nilai merupakan realitas abstrak yang dapat dirasakan dalam diri manusia masing-masing sebagai daya pendorong atau prinsip-prinsip yang menjadi pedoman dalam hidup. Nilai yang bersifat abstrak ini dapat diketahui dari tiga realitas, yaitu pola tingkah laku, pola berpikir, dan sikap-sikap seorang pribadi atau kelompok (Kaswardi dalam Murti dan Maryani, 2014: 120). Moral menurut Poespoprojo, (1986: 102) adalah kualitas dalam perbuatan manusia yang bersifat normatif, yang dapat dikatakan bahwa perbuatan itu baik atau buruk. Adapun (Suseno, 1987:120) mengemukakan bahwa kata moral selalu mengacu pada baik buruknya manusia sebagai manusia. Hal ini sejalan dengan pendapat Bartens (2003: 74), nilai moral menyangkut tindakan manusia sebagai manusia. Dengan demikian, nilai moral mencakup pengertian tentang baik buruknya perbuatan manusia berdasarkan norma-norma yang berlaku dalam masyarakat. Karya sastra diciptakan selain untuk memberikan hiburan atau kesenangan, juga

Upload: others

Post on 18-Oct-2021

11 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: NILAI-NILAI MORAL DALAM TOKOH UTAMA PADA NOVEL SATIN …

195

NILAI-NILAI MORAL DALAM TOKOH UTAMA PADA NOVEL SATIN MERAH

KARYA BRAHMANTO ANINDITO DAN RIE YANTI

Risman Iye, Harziko

Universitas Iqra Buru

Jl. Prof. Dr. H. A.R. Basalamah No. 20, Telp. (0913) 21909, Namlea-Kab. Buru

Pos-el: [email protected]

Abstrak

Karya sastra diciptakan selain untuk memberikan hiburan atau kesenangan, juga menjadi sarana

penanaman nilai moral. Keberadaan nilai moral dalam sastra diharapkan mampu memunculkan nilai-

nilai positif bagi pembaca, sehingga mereka peka terhadap masalah yang berkaitan dengan kehidupan

sosial dan mendorong untuk berperilaku baik. Penelitian ini bertujuan menganalisis nilai-nilai moral

dalam kajian sosial budaya tokoh utama pada novel Satin Merah karya Brahmanto Anindito dan Rie

Yanti. Penelitian ini merupakan jenis penelitian kepustakaan.. Data penelitian ini berupa novel yang

berjudul Satin Merah karya Brahmanto Anindito dan Rie Yanti. Metode yang digunakan dalam

penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif. Berdasarkan hasil data secara keseluruhan, peneliti

menemukan empat macam moral yakni, (1) moral murni dalam nasehat sosial pada tokoh utama; (2)

moral terapan dalam pendidikan padah tokoh utama; (3) moral terapan dalam nasehat pendidikan pada

tokoh utama; dan (4) moral terapan dalam pendidikan pada tokoh utama.

Kata kunci: moral, novel, Satin Merah

Moral Values in Main Characters in

Satin Merin Novel Brahmanto Anindito and Rie Yanti

Abstract

Literary works collected in addition to providing entertainment or pleasure, also become a means of

obtaining moral values. Moral added value in literature is expected to be able to bring up positive

benefits for readers so that they are sensitive to problems related to social life and encourage good

behavior. This study aims to analyze moral values in the social studies of the main characters in the

Satin Merah novel by Brahmanto Anindito and Rie Yanti. This research is a type of library research.

The research data are in the form of a novel entitled Satin Merah by Brahmanto Anindito and Rie

Yanti. The method used in this research is the descriptive qualitative method. Based on the overall

data results, the researcher found four types of morals namely, (1) pure morals in social advice to the

main character; (2) applied morals in education of the main characters; (3) used morals in

educational information to the main character; and (4) applied morals in knowledge of the main

character.

Keywords: moral, novel, Satin Merah

PENDAHULUAN

Nilai merupakan realitas abstrak yang

dapat dirasakan dalam diri manusia

masing-masing sebagai daya pendorong

atau prinsip-prinsip yang menjadi pedoman

dalam hidup. Nilai yang bersifat abstrak ini

dapat diketahui dari tiga realitas, yaitu pola

tingkah laku, pola berpikir, dan sikap-sikap

seorang pribadi atau kelompok (Kaswardi

dalam Murti dan Maryani, 2014: 120).

Moral menurut Poespoprojo, (1986:

102) adalah kualitas dalam perbuatan

manusia yang bersifat normatif, yang dapat

dikatakan bahwa perbuatan itu baik atau

buruk. Adapun (Suseno, 1987:120)

mengemukakan bahwa kata moral selalu

mengacu pada baik buruknya manusia

sebagai manusia. Hal ini sejalan dengan

pendapat Bartens (2003: 74), nilai moral

menyangkut tindakan manusia sebagai

manusia. Dengan demikian, nilai moral

mencakup pengertian tentang baik

buruknya perbuatan manusia berdasarkan

norma-norma yang berlaku dalam

masyarakat.

Karya sastra diciptakan selain untuk

memberikan hiburan atau kesenangan, juga

Page 2: NILAI-NILAI MORAL DALAM TOKOH UTAMA PADA NOVEL SATIN …

Telaga Bahasa Vol. 7, No. 2, Desember 2019: 195--206

196

menjadi sarana penanaman nilai moral.

Keberadaan nilai moral dalam sastra

diharapkan mampu memunculkan nilai-

nilai positif bagi pembaca, sehingga

mereka peka terhadap masalah yang

berkaitan dengan kehidupan sosial dan

mendorong untuk berperilaku baik.

Nilai moral yang disampaikan dalam

karya sastra pada dasarnya adalah nilai

yang disampaikan pengarang dalam rangka

mendidik manusia dalam seluruh aspek

atau persoalan hidup dan kehidupannya

agar manusia dapat mengatur tingkah

lakunya untuk menjadi manusia yang baik.

Jenis dan wujud nilai moral dalam karya

sastra sangat beragam. Hal ini tergantung

pada keinginan, keyakinan, dan interes

pengarangnya sehingga jenis dan wujud

nilai-nilai moral tersebut dapat mencakup

seluruh persoalan hidup dan kehidupan;

baik moral tentang hubungan manusia

dengan Tuhannya, hubungan manusia

dengan sesama manusia, maupun

hubungan manusia dengan lingkungan

alamnya (Nurgiyantoro, 1998: 120).

Adapun penelitian yang relevan

dengan penelitian ini yakni penelitian Sri

Murti dan Siti Maryam, 2014 (“Analisis

Nilai moral Novel Bulan Jingga dalam

Kepala Karya M. Fadjroel Rahman”).

Dalam penelitian tersebut, banyak

ditemukan nilai moral, tetapi yang paling

menonjol adalah nilai moral hubungan

manusia dan pencipta.

Kemudian, penelitian Fajar Briyanta

Hari Nugraha, 2014 (“Nilai Moral Dalam

Novel Pulang Karya Leila S Chudori”)

yang mengkaji nilai moral murni yang

memfokuskan hubungan manusia dengan

sang pencipta.

Adapun perbedaan dengan kedua

penelitian di atas yakni sama-sama

mengkaji tentang nilai moral dengan objek

novel. Sementara itu, perbedaan dari

penelitian ini yakni kajian pada novel Satin

Merah membagi dua nilai moral yakni

moral murni dan moral terapan sedangkan

kedua penelitian di atas lebih terfokus

moral murni yang terdapat dalam karya

sastra.

Pemilihan novel Satin Merah dalam

penelitian ini karena di dalamnya sarat

dengan nilai-nilai kehidupan. Selain itu,

novel ini menampilkan banyak nilai moral

mengenai nilai-nilai keteladanan dalam

berperilaku sehingga dapat dijadikan

panutan atau masukan bagi pembaca.

Cerita anak sekolah yang menampilkan

kegigihan dalam mencari ilmu sehingga

bisa berprestasi. Hal itulah yang mendasari

peneliti memilih novel Satin Merah dan

memfokuskan kajian tentang nilai moral

dalam penelitian ini.

Dengan demikian, tujuan penelitian

ini adalah menganalisis nilai-nilai moral

dalam kajian sosial budaya tokoh utama

pada novel Satin Merah karya Brahmanto

Anindito dan Rie Yanti.

Unsur Pembangun Novel

Langkah awal dalam sebuah

penelitian karya sastra adalah dengan

menggunakan analisis struktural. Abrams

dalam Nurgiyantoro (2015: 86),

menjelaskan bahwa struktur karya sastra

dapat diartikan sebagai susunan, penegasan

dan gambaran semua bahan dan bagian

yang menjadi komponennya yang secara

bersama membentuk kebulatan yang indah.

Analisis struktural merupakan salah

satu kajian kesusastraan yang

menitikberatkan pada hubungan antarunsur

pembangun karya sastra. Struktur yang

membentuk karya sastra tersebut yaitu

penokohan, alur, pusat pengisahan, latar,

tema, dan sebagainya. Struktur novel yang

hadir di hadapan pembaca merupakan

sebuah totalitas. Novel yang dibangun dari

sejumlah unsur akan saling berhubungan

secara saling menentukan sehingga

menyebabkan novel tersebut menjadi

sebuah karya yang bermakna hidup.

Adapun struktur pembangun karya sastra

yang dimaksud dan akan diteliti meliputi

unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik.

Unsur Intrinsik

Unsur instrinsik merupakan unsur-

unsur yang membangun karya sastra itu

sendiri. unsur-unsur inilah yang

menyebabkan karya sastra hadir sebagai

karya sastra, unsur-unsur yang secara

Page 3: NILAI-NILAI MORAL DALAM TOKOH UTAMA PADA NOVEL SATIN …

Risman Iye, Harziko: Nilai-Nilai Moral dalam Tokoh Utama pada Novel Satin Merah Karya Brahmanto

Anindito dan Rie Yanti

197

faktual akan dijumpai jika orang membaca

karya sastra. Unsur instrinsik sebuah novel

adalah unsur-unsur yang secara langsung

turut serta membangun cerita.

Kepaduan antarunsur instrinsik inilah

yang membuat sebuah novel berwujud.

Hal-hal yang terkandung di dalam unsur

inatrinsik sangat berkaitan erat dengan jiwa

serta batin para sastrawan. Hal ini

merupakan kungkungan yang akhirnya

akan mengalami peledakan spontan yang

akan dituangkan dalam karya sastra itu.

Hal-hal semacam itu memengaruhi

pengarang atau sastrawan dalam

perwujudan imajinasinya.

Jika dilihat dari sudut pembaca,

unsur-unsur cerita inilah yang akan

dijumpai ketika membaca sebuah novel.

Unsur yang dimaksud untuk menyebut

sebagian saja, misalnya, peristiwa, cerita,

plot, penokohan, tema, latar, sudut

pandang penceritaan, bahasa atau gaya

bahasa, dan lain-lain.

Unsur Ekstrinsik

Unsur ekstrinsik adalah unsur-unsur

yang berada di luar karya sastra itu, tetapi

secara tidak langsung mempengaruhi

bangunan-bangunan atau sistem

organisme karya sastra. Secara lebih

khusus ia dapat dikatakan sebagai unsur-

unsur yang memengaruhi bangun cerita

sebuah karya sastra, tetapi sendiri tidak

ikut menjadi bagian di dalamnnya.

Walaupun demikian, unsur ekstrinsik

cukup barpengaruh terhadap totalitas

bangun cerita yang dihasilkan.

Pemahaman unsur ekstrinsik suatu karya,

bagaimanapun, akan membantu dalam hal

pemahaman makna karya itu mengingat

bahwa karya sastra tak muncul dari situasi

kekosongan budaya.

Sebagaimana halnya unsur instrinsik,

unsur ekstrinsik juga terdiri dari sejumlah

unsur. Unsur-unsur yang dimaksud antara

lain adalah keadaan subjektivitas individu

yang memiliki sikap, keyakinan,

pandangan hidup yang kesemuanya itu

akan mempengaruhi karya yang ditulisnya.

Unsur ekstrinsik berikutnya adalah

keadaan di lingkungan pengarang seperti

religius, sosial, budaya juga akan

berpengaruh terhadap karya sastra, dan hal

itu merupakan unsur ekstrinsik pula

(Nurgiyantoro, 2015: 87).

Nilai Moral

Menurut (Sumantri, 2000: 12), nilai

merupakan hal yang terkandung dalam hati

nurani manusia yang lebih memberi dasar

dan prinsif akhlak yang merupakan standar

dari keindahan dan efisiensi atau keutuhan

kata hati (potensi). Menurut Fraenkel

(dalam Susiati dan Iye, 2018: 17) Nilai

adalah idea atau konsep yang bersifat

abstrak tentang apa yang dipikirkan

seseorang atau dianggap penting oleh

seseorang.

Sejalan dengan pendapat tersebut

Ambroise (dalam Mulyana, 2004: 65)

mengungkapkan bahwa nilai sebagai

realitas abstrak, nilai dirasakan dalam diri

seseorang sebagai pendorong dan prinsip

hidup. Oleh karena itu, nilai menduduki

tempat yang penting dalam kehidupan

seseorang, sampai pada suatu tingkat

ketika seseorang lebih baik mengorbankan

hidupnya ketimbang mengorbankan nilai.

Nilai yang menjadi sesuatu yang abstrak

dapat dilacak dari tiga realitas, yaitu: pola

tingkah laku, pola berfikir, dan sikap.

Untuk mengetahui nilai, ketiga realitas

tersebut tidak dapat dipisahkan satupun

dari ketiga realitas itu.

Moral menurut Salam (2000: 24)

adalah ilmu yang mencari keselarasan

perbuatan-perbuatan manusia (tindakan

insani) dengan dasar-dasar yang sedalam-

dalamnya yang diperoleh dengan akal budi

manusia.

Adapun moral secara umum

mengarah pada pengertian ajaran tentang

baik buruk yang diterima mengenai

perbuatan, sikap, kewajiban, budi pekerti,

dan sebagainya. Remaja dikatakan

bermoral jika mereka memiliki kesadaran

moral yaitu dapat menilai hal-hal yang

baik dan buruk, hal-hal yang boleh

dilakukan dan tidak boleh dilakukan serta

hal-hal yang etis dan tidak etis. Remaja

yang bermoral dengan sendirinya akan

tampak dalam penilaian atau penalaran

Page 4: NILAI-NILAI MORAL DALAM TOKOH UTAMA PADA NOVEL SATIN …

Telaga Bahasa Vol. 7, No. 2, Desember 2019: 195--206

198

moralnya serta pada perilakunya yang

baik, benar, dan sesuai dengan etika (Selly

Tokan dalam Siswanto, 2008: 24).

Dalam Kamus Besar Bahasa

Indonesia bahwa moral merupakan ajaran

tentang baik buruk perbuatan dan kelakuan

mengenai akhlak, budi pekerti, kewajiban,

dan sebagainya (Ana, 2009: 12).

Moral menurut Darajat (dalam

Ratna, 2003: 17) kelakuan yang sesuai

ukuran (nilai-nilai) masyarakat yang

timbul dari hati dan bukan paksaan dari

luar, yang disertai pula oleh rasa tanggung

jawab atas kelakuan (tindakan) tersebut.

Tindakan ini haruslah mendahulukan

kepentingan umum daripada kepentingan

pribadi.

Moral merupakan pengetahuan yang

menyangkut budi pekerti manusia yang

beradab. Moral juga berarti ajaran yang

baik dan buruk perbuatan, dan kelakuan

(akhlak). Demoralisasi berarti kerusakan

moral. Moral juga dapat dibedakan

menjadi dua macam (Hartoko, 1984: 123),

yaitu:

a. Moral murni, yaitu moral yang

terdapat pada setiap manusia, sebagai

suatu pengejawantahan dari pancaran

ilahi. Moral murni disebut juga hati

nurani.

b. Moral terapan, adalah moral yang

didapat dari kehidupan manusia, yang

menggambarkan sifat dan tingkah

laku.

Kata moral selalu mengacu kepada

baik buruk manusia. Sikap moral disebut

juga moralitas yaitu sikap hati seseorang

yang terungkap dalam tindakan lahiriah.

Moralitas adalah sikap dan perbuatan baik

yang betul-betul tanpa pamrih dan hanya

moralitaslah yang dapat bernilai secara

moral.

Nilai moral dapat diperoleh di

dalam nilai moralitas. Moralitas adalah

kesesuaian sikap dan perbuatan dengan

hukum atau norma batiniah, yakni

dipandang sebagai kewajiban. Apabila

dikatakan bahwa karya sastra itu semata-

mata tiruan alam, dengan sendirinya sastra

itu bisa dipandang sebagai sesuatu yang

tidak memperjuangkan kebenaran. Dalam

kenyataan, ukuran kebenaran merupakan

ukuran yang sering digunakan dalam

menilai suatu karya sastra. Pembaca sering

mempertanyakan tentang sesuatu yang

diungkapkan pengarang itu mempunyai

hubungan dengan kebenaran. Nilai-nilai

moral atau lainnya dalam kehidupan

sehari-hari, sikap dan tingkah laku tokoh

tersebut hanyalah model-model atau sosok

yang sengaja ditampilkan pengarang

sebagai sikap dan tingkah laku yang baik

atau diikuti minimal dicenderungi oleh

pembaca.

Dengan demikian, aspek moral

adalah segala aspek yang menyangkut baik

buruknya suatu perbuatan. Dalam hal ini,

mengenai sikap, kewajiban, akhlak, budi

pekerti, dan susila.

Kajian Sosial Budaya

Aspek kepengarangan merupakan

salah satu faktor dalam menangkap

kenyataan kehidupan melalui berbagai

permasalahannya. Dalam hal ini, termasuk

kehidupan pengarangnya. Aspek sosial

karya sastra menyangkut latar belakang

masyarakat pada saat karya sastra itu

diciptakan. Nilai-nilai dalam karya sastra

merupakan hasil ekspresi dan kreasi estetik

sastrawan yang ditimba dari kebudayaan

masyarakatnya. Nilai-nilai ini merupakan

nilai intrinsik sastra dan nilai ekstrinsik

sastra (Sumardjo, 1999: 120).

Unsur intrinsik ini meliputi alur

cerita (plot), penokohan, latar (setting),

permasalahan, suasana cerita dan

sebagainya. Adapun unsur ekstrinsiknya

berupa gagasan sastrawan akibat reaksi dan

tanggapan terhadap hidup lingkungan

sosial dan budaya. Dalam aspek ini, unsur

intrinsik mengandung nilai-nilai kognitif

konteks budayanya, dan nilai-nilai ideal

kehidupan pribadinya (Sumardjo, 1999:

97).

Objek kajian Sosiologi Sastra

merupakan bagian yang tak terpisahkan

dari perkembangan budaya suatu

komunitas yang memiliki kehidupan sosial

(Hadi, 2003: 56). Adapun kajian analisis

Page 5: NILAI-NILAI MORAL DALAM TOKOH UTAMA PADA NOVEL SATIN …

Risman Iye, Harziko: Nilai-Nilai Moral dalam Tokoh Utama pada Novel Satin Merah Karya Brahmanto

Anindito dan Rie Yanti

199

sosial budaya yaitu pendidikan dan nasihat

sosial.

a. Nilai Pendidikan

Nilai Pendidikan adalah usaha sadar

dan terencana untuk mewujudkan

suasana belajar dan proses

pembelajaran agar peserta didik

secara aktif mengembangkan potensi

dirinya untuk memiliki kekuatan

spiritual keagamaan, pengendalian

diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak

mulia, serta keterampilan yang

diperlukan dirinya dan masyarakat.

Pendidikan ini merupakan sebuah

nilai yang memberikan sumbangsih

terhadap semua elemen masyarakat.

Nilai pendidikan sangat urgen

dalam segala hal, termasuk juga

dalam karya sastra. Karya sastra yang

baik adalah karya sastra yang

memiliki nilai, termasuk di dalamnya

nilai pendidikan (edukatif). Menurut

Uhbiyati (1999: 64) bahwa nilai

dalam sastra dapat menuntun segala

kekuatan kodrat yang ada pada anak-

anak, agar mereka sebagai manusia

dan sebagai anggota masyarakat dapat

mencapai keselamatan dan

kebahagiaan setinggi-tingginya.

b. Nasihat Sosial

Nasihat sosial merupakan sesuatu

yang ingin disampaikan pengarang

kepada pembaca, merupakan makna

yang terkandung dalam karya sastra,

makna yang disaratkan lewat cerita.

Nasehat dapat dipandang sebagai

tema dalam bentuk yang sederhana.

Menurut Nurgiyantoro (2015: 100)

nasihat yang terkandung dalam

karya sastra bertujuan mendidik

manusia, sehingga tercipta suatu

tatanan hubungan manusia dalam

masyarakat yang dianggap baik,

serasi, dan bermanfaat.

Analisis sosilogi sastra memberikan

perhatian yang besar terhadap fungsi-

fungsi sastra, karya sastra sebagai produk

masyarakat tertentu. Konsekuensinya,

sebagai timbal balik, karya sastra mesti

memberikan masukan, manfaat, terhadap

struktur sosial yang menghasilkannya.

Mekanisme tersebut seolah-olah bersifat

imperatif, tetapi tidak dalam pengertian

yang negatif. Artinya, antarhubungan yang

terjadi tidak merugikan secara sepihak.

Sebaliknya, antarhubungan akan

menghasilkan proses regulasi dalam

sistemnya masing-masing (Ratna, 2003:

60).

Jadi, karya sastra hampir mencakup

seluruh aspek kehidupan manusia

sehingga karya sastra sangat dekat dengan

aspirasi masyarakat. Karya sastra yang

dihasilkan pengarang di dalamnya memuat

masalah yang terdapat dalam masyarakat.

Dalam hubungan inilah, pengarang

merupakan wakil dari masyarakat. Oleh

karena itu, penelitian terhadap karya sastra

pada dasarnya identik dengan meneliti

seluruh aspek kehidupan masyarakat.

Sebagaimana pendapat Luxemburg dalam

(Susiati dan Iye, 2018: 6) yang membuat

hubungan antara sastra dan masyarakat

dapat diteliti dengan berbagai cara.

a. Yang diteliti ialah faktor-faktor di

luar teks sendiri, gejala konteks

sastra, sedangkan teks sastra itu tidak

ditinjau. Misalnya, dengan meneliti

kedudukan pengarang di dalam

masyarakat, sidang pembaca,

penerbitan, dan seterusnya.

b. Yang diteliti ialah hubungan antara

aspek-aspek teks sastra dan susunan

masyarakat. Penilaian tidak hanya

berdasarkan norma-norma estetik,

tetapi juga norma-norma politik dan

etik.

Peneliti tidak menentukan bagaimana

pengarang menampilkan jaringan sosial

budaya dalam karyanya, tetapi juga

menilai pandangan pengarang.

Berdasarkan pendapat (Luxemburg,

1992:12) di atas, penelitian ini akan

digunakan untuk menganalisis konteks

eksternal yang meliputi: aspek

kepengarangan novel Satin Merah (riwayat

hidup pengarang, pandangan dunia

pengarang terhadap permasalahan novel

Satin Merah). Nilai-nilai moral dalam

kajian sosial budaya dalam proses

Page 6: NILAI-NILAI MORAL DALAM TOKOH UTAMA PADA NOVEL SATIN …

Telaga Bahasa Vol. 7, No. 2, Desember 2019: 195--206

200

kreatifnya, pengarang mempunyai

beberapa kemungkinan di balik karya

sastra yang diciptakannya. Kemungkinan-

kemungkinan tersebut merupakan wujud

nyata pemikiran pengarang yang tertuang

dalam hasil karyanya.

METODE PENELITIAN

Metode yang digunakan dalam

penelitian ini adalah metode deskriptif

kualitatif. Endaswara (2004: 60) membuat

definisi bahwa, penelitian kualitatif adalah

penelitian yang dilakukan dengan tidak

mengutamakan angka-angka, tetapi

mengutamakan kedalaman penghayatan

terhadap interaksi antarkonsep yang

sedang dikaji secara empiris. Penelitian ini

menggunakan metode kualitatif, karena

penelitian kualitatif adalah penelitian yang

paling cocok dengan fenomena sastra. Hal

ini perlu dipahami, sebab karya sastra

adalah dunia kata dan simbol yang penuh

makna sehingga perlu ditafsirkan

maknanya agar mudah dimengerti dan

dipahami.

Jenis penelitian ini adalah jenis

penelitian kepustakaan. Dalam penelitian

ini peneliti menggunakan berbagai

referensi dan data-data pustaka yang

menunjang masalah penelitian tentang

struktur novel Satin Merah (penokohan,

alur, latar, tema dan amanat), konteks

eksternal novel Satin Merah yang meliputi:

aspek kepengarangan novel Satin Merah

(riwayat hidup pengarang dan pandangan

dunia pengarang), nilai-nilai moral dalam

kajian sosial budaya tokoh utama.

Sumber data dalam penelitian ini

adalah sumber data tertulis, yaitu novel

Satin Merah karya Brahmanto Anindito

dan Rie Yanti. (Anindito, 2010).

Data yang dimaksud dalam penelitian

ini adalah struktur novel Satin Merah yang

meliputi: unsur penokohan, alur, latar,

tema dan amanat dan nilai-nilai moral

(moral murni dan moral terapan) dalam

kajian Sosial Budaya pada tokoh utama

dalam novel Satin Merah karya Brahmanto

Anindito dan Rie Yanti.

Penelitian ini tergolong penelitian

deskriptif kualitatif. Oleh kerena itu,

teknik yang digunakan dalam

pengumpulan data yaitu: (a) teknik baca,

yaitu teknik yang dilakukan seseorang

untuk melihat, mendengar,

memperhatikan, mempelajari, serta

memahami isi dari apa yang tertulis dan

yang diucapkan orang; (b) teknik catat,

yaitu teknik yang digunakan untuk

mencatat data yang ditemukan melalui

teknik baca.

Setelah data terkumpul, langkah yang

ditempuh selanjutnya adalah menganalisis

data tersebut berdasarkan prinsip-prinsip

analisis data kualitatif. Dalam menganalisis

data penelitian ini, pendekatan yang

digunakan adalah metode analisis isi.

Metode analisis isi terdiri atas dua

macam, yaitu: isi laten dan isi komunikasi.

Isi laten adalah isi yang terkandung dalam

dokumen dan naskah, sedangkan isi

komunikasi adalah tranformasi bahasa

daerah. Isi laten adalah isi sebagaimana

dimaksudkan oleh penulis, sedangkan isi

komunikasi adalah isi sebagai terwujud

dalam hubungan naskah dengan konsumen,

dimaksudkan agar pembaca lebih mudah

memahami sebuah karya sastra.

Teknik analisis data yang digunakan

peneliti adalah: (a) membaca secara

keseluruhan dan berulang-ulang novel

yang dijadikan sebagai objek penelitian;

(b) mengidentifikasi bagian-bagian cerita

dalam novel yang dijadikan sebagai objek

penelitian; (c) mengidentifikasi data pada

kelompok data yang sesuai dengan tujuan

penelitian yakni moral murdi dan moral

terapan (d) mendeskripsikan

(menggambarkan) data-data yang telah

diklasifikasi; (e) menyeleksi data sesuai

dengan tujuan yang telah ditetapkan

sebagai hasil penelitian; (f) menyajikan

data yang telah ditransformasikan dengan

metode analisis isi dan isi komunikasi.

Page 7: NILAI-NILAI MORAL DALAM TOKOH UTAMA PADA NOVEL SATIN …

Risman Iye, Harziko: Nilai-Nilai Moral dalam Tokoh Utama pada Novel Satin Merah Karya Brahmanto

Anindito dan Rie Yanti

201

Hasil dan Pembahasan

Seperti telah dijelaskan bahwa tujuan

penelitian ini adalah menganalisis nilai-

nilai moral dalam kajian sosial budaya

tokoh utama pada novel Satin Merah karya

Brahmanto Anindito dan Rie Yanti.

Setelah dianalisis dan dideskripsikan

sesuai dengan analisis data dalam

penelitian ini, terlihat nilai-nilai moral

dalam kajian sosial budaya pada tokoh

utama dalam novel Satin Merah karya

Brahmanto Anindito dan Rie Yanti sangat

bervariasi dan kreatif .

Isi novel Satin Merah secara

keseluruhan berjumlah 313 halaman.

Adapun frekuensi penggunaan nilai-nilai

moral dalam kajian sosial budaya tokoh

utama sebanyak 26 kutipan. Pada novel

Satin Merah ini terdapat empat kelompok

aspek nilai moral dalam kajian sosial

budaya tokoh utama, yakni (1) moral

murni dalam nasehat sosial pada tokoh

utama; (2) moral terapan dalam pendidikan

padah tokoh utama; (3) moral terapan

dalam nasihat pendidikan pada tokoh

utama; dan (4) moral terapan dalam

pendidikan pada tokoh utama.

Dalam novel Satin Merah ini,

ditemukan frekuensi tentang moral murni

dalam nasehat sosial pada tokoh utama

terdapat 5 kutipan, moral terapan dalam

pendidikan padah tokoh utama terdapat 3

kutipan, moral terapan dalam nasehat

pendidikan pada tokoh utama terdapat 3

kutipan, dan moral terapan dalam

pendidikan pada tokoh utama terdapat 12

kutipan.

Moral Murni dalam Nasihat Sosial

Moral murni dalam nasihat sosial

merupakan sesuatu yang ingin

disampaikan pengarang kepada pembaca,

berupa makna yang terkandung dalam

karya sastra atau yang disaratkan lewat

cerita.

Adapun data moral murni dalam

nasihat sosial pada tokoh utama

dideskripsikan pada Tabel 1 berikut.

Tabel 1.

Data Moral Murni dalam Nasihat Sosial

NO. DATA MORAL MURNI

DALAM NASIHAT SOSIAL

HALAMAN FREKUENSI

1 Nandya pun tak memperdulikan tatkala ruangan

berangsur-angsur menggelap, seolah-olah Tuhan

sedang meredupkan lampu teater kehidupan besutan-

Nya.

56 5

2 Nadya menarik napas menatap lubang yang dia gali.

Dengan susah payah, dia menarik tubuh Yahya menuju

lubang itu. Mulutnya beromat kamit, seperti orang

berzikir,”Maafin saya, Pak. Maafin saya…”

107

3 Gadis itu menutup ritualnya dengan menimbun

kembali liang lahat Yahya, membuatnya tampak

sealami mungkin. Nadya bersimpuh. Dengan kaki

yang terasa lemas, dia memanjatkan do’a di samping

pusaran Yahya.

107

4 Membunuh orang adalah dosa besar. Di negeri ini,

pidana semacam ini memungkinkan pelakunya diseret

ke depan regu tembak.

111

5 Nadya mulai tercerahkan. Sesuatu yang selama ini

dianggpnya anugrah ajaib dari Tuhan ternyata bisa

diperjelaskan secara logika.

212

Kutipan contoh pada tabel no. 1 di

atas ditandai pada kalimat Nadya pun tak

memperdulikan tatkala ruangan

berangsur-angsur menggelap, seolah-olah

Tuhan sedang meredupkan lampu teater

kehidupan besutan-Nya, karena tokoh

Page 8: NILAI-NILAI MORAL DALAM TOKOH UTAMA PADA NOVEL SATIN …

Telaga Bahasa Vol. 7, No. 2, Desember 2019: 195--206

202

utama (Nadya) merasa Tuhan seakan-

seakan melelapkan kehidupan manusia.

Moral murni tersebut muncul sebagai

akibat dari tindakan tokoh utama sehingga

ia berpikir bahwa tuhan telah menghukum

dirinya atas pebuatanya. Kalimat tersebut

menjelaskan moral murni dalam nasehat

sosial yang merupakan sesuatu

penyampaian pengarang kepada pembaca.

Hal ini dipertegas pula pada

kutipan no. 2, yaitu Mulutnya berkomat

kamit, seperti orang berzikir,”Maafin

saya, Pak. Maafin saya, kalimat tersebut

menjelaskan tokoh utama (Nadya) ingin

meminta maaf kepada Yahya. Kalimat ini

muncul pada diri pengarang atas kesalahan

yang ia lakukan yang dianggapnya salah

menurut agama sehingga ia berusaha

meminta maaf kepada orang lain. Contoh

di atas merupakan bentuk moral murni

sebab tuturan itu muncul dari dalam diri

tokoh utama sebagai pancaran dari Tuhan

dan nasihat sosial yang terdapat pada

contoh di atas adalah pengarang

mewujudkan tokoh utama sebagai orang

yang telah melakukan kesalahan dan wajib

untuk meminta maaf.

Moral Murni dalam Pendidikan

pada Tokoh Utama

Moral murni dalam pendidikan pada

tokoh utama adalah usaha sadar dan

terencana untuk mewujudkan suasana

belajar dan proses pembelajaran agar

peserta didik secara aktif mengembangkan

potensi dirinya, serta keterampilan yang

diperlukan dirinya untu masyarakat.

Adapun data moral murni dalam

pendidikan pada tokoh utama

dideskripsikan pada Tabel 2 berikut.

Tabel 2.

Data Moral Murni dalam Pendidikan

Kutipan No. 1 di atas ditandai pada

kalimat Ya… Tuhan mudah-mudahan

adikku bisa menghasilan pialah untuk

sekolah ini, karena kalimat tersebut

menjelaskan tokoh utama (Nadya) berdo’a

agar adiknya mendapatkan prestasi dalam dunia pendidikan. Tuturan di atas

menjelaskan moral murni dalam

pendidikan sebab kalimat tersebut muncul

dari dalam diri tokoh utama (Nadya)

sebagai harapan kepada Tuhan agar

keinginannya bisa dikabulkan. Contoh

tersebut merupakan usaha sadar dan

terencana Nadya untuk mewujudkan

proses pembelajaran agar adiknya bisa

mengembangkan potensi dirinya, serta

keterampilan yang diperlukan untuk berprestasi di sekolah.

Hal ini ditegaskan pula pada contoh

No. 2 kutipan di atas, yang ditandai pada

kalimat “Pak Didi, terima kasih atas ilmu

yang Bapak berikan. Semoga Tuhan dapat

NO DATA MORAL MURNI DALAM PENDIDIKAN HALAMAN FREKUENSI

1 Nadya sengaja mampir ke sekolah SMP-nya dulu.

Hari ini, kelasnya bubar lebih cepat karena Bu Hera

guru Bahasa Indonesia hanya memberi soal-soal

latihan dan Nadya mampu mengerjakannya dengan

cepat. Nadya mengalihkan pandangan ke halaman

sekolah. Dia menunggu Pak Guntur, salah satu guru

bahasa Sunda di SMP ini.

26 3

2 Nadya sangat ingin mengatakan, “Pak Didi, terima

kasih atas ilmu yang Bapak berikan. Semoga Tuhan

dapat membalasnya.Tapi saya berhenti di sini,

soalnya kegiatan sekolah tambah padat.”

122

3 Nadya mulai tercerahkan. Sesuatu yang selama ini

dianggpnya anugrah ajaib dari Tuhan ternyata bisa

diperjelaskan secara logika.

212

Page 9: NILAI-NILAI MORAL DALAM TOKOH UTAMA PADA NOVEL SATIN …

Risman Iye, Harziko: Nilai-Nilai Moral dalam Tokoh Utama pada Novel Satin Merah Karya Brahmanto

Anindito dan Rie Yanti

203

membalasnya, contoh tersebut menjelaskan

tokoh utama (Nadya) berdoa pada Tuhan

dan berterima kasih kepada gurunya karena

telah memberikan pengetahuan. Tuturan di

atas merupakan tuturan yang mengandung

moral murni dalam pendidikan sebab

munculnya tuturan Nadya murni dari

dalam dirinya sebagai bagian rasa terima

kasihnya terhadap gurunya. Jadi, contoh di

atas menjelaskan moral murni dalam

pendidikan sebab adanya usaha sadar dan

terencana Nadya untuk mewujudkan

proses pembelajarannya secara aktif untuk

mengembangkan potensi dirinya, serta

keterampilan yang diperlukan dirinya dan

masyarakat.

Moral Terapan dalam Nasihat Sosial

pada Tokoh Utama Moral terapan dalam nasihat sosial

pada tokoh utama merupakan sesuatuyang

ingin disampaikan pengarang kepada

pembaca, makna yang disaratkan lewat

cerita. Nasehat dapat dipandang sebagai

tema dalam bentuk yang sederhana.

Adapun data moral terapan dalam

nasehat sosial pada tokoh utama

dideskripsikan pada Tabel 3 berikut.

Tabel 3

Data Moral Terapan dalam Nasihat Sosial

NO. MORAL TERAPAN DALAM NASEHAT SOSIAL HALAMAN FREKUENSI

1 Membunuh orang adalah dosa besar. Di negeri ini,

pidana semacam ini memungkinkan pelakunya

diseret ke depan regu tembak.

111 3

2 Kalau saat ini dia mengeksekusi dirinya sendiri,

mungkin dosa membunuh Yahya Soemantri akan

diampuni Tuhan. Tak perlu sidang. Tak usah

minta maaf pada keluarga Yahya, toh laki-laki itu

hidup sebatang kara. Tak ada rasa bersalah dan

malu. Tak akan ada konsekuensi sosial.

111

3 Dengan susah payah, dia menarik tubuh Yahya

menuju lubang itu. Mulutnya berkomat kamit,

seperti orang berzikir,”Maafin saya, Pak. Maafin

saya…”

110

Pada contoh No. 1 di atas, ditandai

pada kalimat “Di negeri ini, pidana

semacam ini memungkinkan pelakunya

diseret ke depan regu tembak. Contoh di

atas merupakan moral terapan sebab

kalimat itu muncul pada diri tokoh utama

(Nadya) dengan menghubungkan pada

realita sosisal, yaitu ketika seseorang

melakukan kesalahan (membunuh) pasti

hukumannya adalah pidana. Jadi, kalimat

tersebut menjelaskan moral terapan dalam

nasehat sosial yang merupakan sesuatu

penyampaian pengarang kepada pembaca.

Contoh No. 2 di atas, pula ditandai

pada kalimat “Tak perlu sidang. Tak usah

minta maaf pada keluarga Yahya, toh laki-

laki itu hidup sebatang kara. Tak ada rasa

bersalah dan malu. Tak akan ada

konsekuensi sosial, karena kalimat tersebut

menjelaskan tokoh utama (Nadya)

berupaya menutupi dirinya dengan

kesalahan yang ia perbuat tanpa adanya

penyesalan. Jadi, kalimat tersebut

menjelaskan moral terapan dalam nasihat

sosial dan merupakan sesuatu

penyampaian pengarang kepada pembaca

bahwa ketika melakukan kesalahan,

seseorang harus bertanggung jawab.

Moral Terapan dalam Pendidikan pada

Tokoh Utama

Moral terapan dalam nilai pendidikan

pada tokoh utama adalah usaha sadar dan

terencana untuk mewujudkan suasana

belajar dan proses pembelajaran agar

peserta didik secara aktif mengembangkan

Page 10: NILAI-NILAI MORAL DALAM TOKOH UTAMA PADA NOVEL SATIN …

Telaga Bahasa Vol. 7, No. 2, Desember 2019: 195--206

204

potensi dirinya untuk memiliki,

pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,

serta keterampilan yang diperlukan dirinya

dan masyarakat.

Adapun data moral terapan dalam

pendidikan pada tokoh utama

dideskripsikan pada Tabel 4 berikut.

Tabel 4.

Data Moral Terapan dalam Pendidikan

NO. DATA MORAL TERAPAN DALAM PENDIDIKAN HALAMAN FREKUENSI

1 Seleksi tahap kedua, Dewan Guru bermusyawarah

menentukan 25 besar berdasarkan sikap dan

kepribadian sisiwa yang lolos tahap pertama selama

mereka bersekolah di SMA tersebut. Nadya pun akan

lolos pada tahap ini, siapa yang tega mengamputasi

jalannya? Anak ini tidak pernah berbuat neko-neko,

selalu datang tepat waktu, berseragam rapi, sopan

kepada guru, langganan juara kelas, pernah menang

ketika mewakili sekolah dalam lomba melukis di kelas

10.

5 12

2 Pada kompetensi ini, Nadya berencana habis-habisan

membanting tulang sampai remuk pun dia rela demi

sebuah pengakuan bahwa dirinya signifikan dan lebih

unggul dibandingkan dengan adiknya.

11

3 Dia merasa ada sesuatu yang bisa dia lakukan dengan

tema tersebut, bahasa Sunda ‘Bahasa tuh…budaya …

masyarakat … sosial… ah, abstrak susah diteliti ntar.’

13

4 Namun, Nadya memiliki keistimewaan unik. Begitu

gadis 17 tahun ini bertemu dan mengobrol dengan

pengarang buku yang dia baca, dia bisa segera

mengerti teori-teori di buku itu. Kemudian Nadya

akan bisa mengerjakan soal-soal apa pun berkaitan

dengan buku tersebut dengan sempurna. Jika hal itu

sudah terjadi, kecerdasan Alfi tak ada apa-apanya.

22

5 Nadya tercenung mencoba memahami penjelasan

Yahya, lalu Yahya menambahkan betapa keunggulan

sastra Sunda terletak pada kekayaan bahasanya, juga

juga deskripsi latar cerita. Itulah kenapa dari dulu

Yahya keukeuh dengan tulisan bergaya deskriptif.

41

6 “Tidak apa-apa. Saya malah senang ada anak yang

mau belajar menulis, apalagi bahasa Sunda. Tapi,

masalah bahasa nanti saja. Eneng punya kemauan

menulis itu saja sudah bagus.”

43

7 Pemikiran inilah yang membuat Nadya sang anggota

baru berani membuat topik diskusi baru. Topik itu dia

isi dengan puisinya. Nadya ingin membuat komentar.

Sebenarnya dia bisa meminta saran dan kritikan

berharga dari Yahya Soemantri, tapi sayangnya

Sastrawan itu sudah tak mungkin memberikan

komentar.

68

Page 11: NILAI-NILAI MORAL DALAM TOKOH UTAMA PADA NOVEL SATIN …

Risman Iye, Harziko: Nilai-Nilai Moral dalam Tokoh Utama pada Novel Satin Merah Karya Brahmanto

Anindito dan Rie Yanti

205

NO. DATA MORAL TERAPAN DALAM PENDIDIKAN HALAMAN FREKUENSI

8 Walaupun Nadya adalah siswa terpandai di mata Siti

di bidang Matematika, walaupun dia baru saja

menyuap donat, semua pasti setuju betapa kecil

peluang Nadya untuk lolos dari hukuman. Namun,

ternyata mereka salah. Hukuman paling ringan dari

seorang Siti, yakni “menutup pintu dari luar” alias

diusir dari kelas pun tidak perlu menimpa Nadya.

120

9 Hari ini dan kemarin lusa, Nadya memosting dua

cerpen Sunda bergenre kriminal. Banyak orang suka.

Nadya kembali menjadi bahan perbincangan di grup

sastra Sunda plus alias PSS+. Dia telah membuktikan

diri mampu membuat cerita dengan penokohan kuat.

Para kritikus yang tempo hari sadis menelanjangi puisi

Nadya, kini bungkam.

138

10 Sebagian besar anggota grup terkagum-kagum pada

kemampuan Nadya yang meningkat pesat, entah

dalam teknis menggambarkan tokoh maupun dalam

mengutak-atik kosakata Sunda. Yang masih

berkomentar sinis hanya satu-dua. Itu pun kritikannya

pendek-pendek saja.

138

11 Nadya manggut-manggut girang. Dia jadi teringat

teman-temanya di sekolah yang suka

mengerdilkannya. Dari dulu, aku merasa nggak

seharusnya bergaul sama mereka. Tapi baru sekarang

aku nemuin alasannya.

156

12 Kedua puluh lima siswa yang berhasil lolos pada

tahap ketiga ini harus membuat makalah setebal 30--

50 halaman, inilah seleksi ketiga, Tenggatnya tiga

bulan, tema yang diangkat bebas, termaksud Nadya.

5

Kutipan No. 1 di atas ditandai pada

kalimat “Nadya pun akan lolos pada tahap

ini, siapa yang tega mengamputasi

jalannya? Anak ini tidak pernah berbuat

neko-neko, selalu datang tepat waktu,

berseragam rapi, sopan kepada guru,

langganan juara kelas, pernah menang

ketika mewakili sekolah dalam lomba

melukis di kelas 10, karena kalimat

tersebut menjelaskan tokoh utama (Nadya)

yang memiliki kepribadian berprestasi dan

memiliki sifat sopan kepada guru. Jadi

kalimat tersebut menjelaskan moral

terapan dalam pendidikan dan merupakan

suatu penyampaian pengarang kepada

pembaca.

Kutipan di atas ditandai pada

kalimat “Nadya berencana habis-habisan

membanting tulang sampai remuk pun dia

rela demi sebuah pengakuan bahwa

dirinya signifikan dan lebih unggul

dibandingkan dengan adiknya, karena

kalimat tersebut menjelaskan tokoh utama

(Nadya) yang memiliki kepribadian

berprestasi yang siap bersaing. Jadi kalimat

tersebut menjelaskan moral terapan dalam

pendidikan yang merupakan sesuatu

penyampaian pengarang kepada pembaca.

Kutipan di atas ditandai pada

kalimat “Dia merasa ada sesuatu yang

bisa dia lakukan dengan tema tersebut,

bahasa Sunda ‘Bahasa tuh…budaya

…masyarakat …sosial…ah, abstrak susah

diteliti ntar”, karena kalimat tersebut

menjelaskan tokoh utama (Nadya) yang

memiliki kepribadian konsisten terhadap

sesuatu yang ia telah putuskan. Jadi,

kalimat tersebut menjelaskan moral

Page 12: NILAI-NILAI MORAL DALAM TOKOH UTAMA PADA NOVEL SATIN …

Telaga Bahasa Vol. 7, No. 2, Desember 2019: 195--206

206

terapan dalam pendidikan yang merupakan

sesuatu penyampaian pengarang kepada

pembaca.

PENUTUP

Simpulan

Bertolak dari hasil pembahasan

sebelumnya, adapun simpulan yang

didapatkan dalam penelitian ini adalah

bahwa nilai-nilai moral dalam kajian sosial

budaya tokoh utama pada novel Satin

Merah karya Brahmanto Anindito dan Rie

Yanti terdapat empat pembagian moral,

yaitu 1) moral murni tokoh utama dalam

nasihat sosial, 2) moral murni tokoh utama

dalam pendidikan, 3) moral terapan tokoh

utama dalam nasehat sosial, dan 4) moral

terapan dalam pendidikan. Hasil penelitian

ditemukan frekuensi tentang moral murni

dalam nasehat sosial pada tokoh utama

terdapat lima kutipan, moral terapan dalam

pendidikan pada tokoh utama terdapat tiga

kutipan, moral terapan dalam nasihat

pendidikan pada tokoh utama terdapat tiga

kutipan, dan moral terapan dalam

pendidikan pada tokoh utama terdapat

duabelas kutipan.

DAFTAR PUSTAKA

Anindito, Brahmanto dan Rie Yanti. 2010.

Satin Merah. ed. Gagasmedia.

Jakarta.

Bartens, K. 2003. Etika. Jakarta: PT

Gramedia.

Endaswara, Suwardi. 2004. Metodologi

Penelitian. Yogyakarta: Pustaka

Pelajar.

Hartoko, Dick. 1984. Pengantar Ilmu

Sastra. Jakarta: Gramedia.

Luxemburg. 1992. Pengantar Ilmu Sastra.

Jakarta: PT Gramedia Pustaka Umum.

Mulyana, Deddy. 2004. Kajian

Komunikasi Dan Budaya

Kontemporer. Bandung: PT Remaja.

Murti, Sri dan Siti Maryani. 2014.

“Analisis Nilai Moral Novel Bulan

Jingga dalam Kepala Karya M.

Fadjroel Rachman”.

Nurgiyantoro, Burhan. 1998. Teori

Pengkajian Fiksi. Yogyakarta:

Gajahmada University Pres.

———. 2015. “Teori Pengkajian Fiksi/

Burhan Nurgiyantoro.” In Teori

Pengkajian Fiksi.

Ratna. 2003. Sosiologi Sastra. Yogyakarta:

Pustaka Pelajar.

Salam, Burhanudin. 2000. Etika Individu

Pola Dasar Filsafat Moral. Jakarta:

Citra Adytia Bakti.

Siswanto, Wahyudi. 2008. Pengantar

Teori Sastra. Jakarta: Grasindo.

Sumantri, Endang. 2000. Materi Pokok

Pembinaan Generasi Muda. Jakarta:

Universitas Terbuka.

Sumardjo. 1999. Konteks Sosial Novel

Indonesia 1920--1977. Bandung:

Alumni.

Susiati, Iye, Risman. 2018. “Nilai Edukatif

dalam Novel Sebait Cinta di Bawah

Langit Kairo Karya Mahmud Jauhari

Ali" (Educative Values in Sebait

Cinta Di Bawah Langit Kairo by

Mahmud Jauhari Ali). Sirok Bastra,

6.(2), 185--191.

Uhbiyati, dan Ahmad. 1999. Filsafat

Pendidikan Islam. Jakarta: Logos

Wacana Ilmu.