mp baru.docx

23
PENGARUH PENAMBAHAN BUBUR KERTAS DAN BATU APUNG PADA BATAKO RINGAN Oleh: SATRIAWAN PUTRA F1A110076

Upload: satriawan-putra

Post on 29-Nov-2015

30 views

Category:

Documents


8 download

TRANSCRIPT

PENGARUH PENAMBAHAN BUBUR KERTAS DAN

BATU APUNG PADA

BATAKO RINGAN

Oleh:

SATRIAWAN PUTRA

F1A110076

JURUSAN TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS MATARAM

2013

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Secara umum pertumbuhan atau perkembangan industri konstruksi di

Indonesia cukup pesat, meskipun terjadi krisis ekonomi. Hampir semua

material yang digunakan dalam pekerjaan konstruksi adalah beton, yang

banyak dijumpai dalam pembuatan gedung, jalan, bendungan, saluran dan

lain-lain. Salah satu material konstruksi dalam pembuatan dinding bangunan

adalah batako.

Batako adalah bahan konstruksi yang terbuat berbasis perekat semen,

sedangkan agregatnya pada pembuatan batako konvensional, berupa: pasir

dan batu (kerikil). Batako umumnya banyak digunakan di bidang konstruksi

dalam pembangunan rumah, gedung, jembatan, konstruksi jalan dan lain-lain.

Karakteristik batako yang umum ada di pasaran memiliki densitas rata-rata:

2,0 - 2,5 gr/cm3, kuat tekan bervariasi dari 3 - 50 MPa (Yassar, et.al, 2003).

Bila dilihat dari nilai densitas maka batako sekarang ini tergolong cukup

berat, sehingga untuk mengangkatnya baik pada waktu pengangkutan

ataupun instalasinya memerlukan tenaga alat berat sebagai media pembantu

(Tetuko, et.al, 2008).

Kelebihan atau keunggulan dari penggunaan batako ringan yang

memiliki densitas yang sangat rendah dibandingkan dengan beton pada

umumnya antara lain: mudah dalam handling dan pemasangan, sangat bagus

dalam peredaman panas dan suara, serta waktu konstruksi akan berlangsung

dengan cepat. Dengan adanya keunggulan tersebut maka batako ringan

khususnya batako berpori sangat cocok sekali dipergunakan untuk

pembangunan perumahan, dan perkantoran.

Dalam penelitian ini akan mencoba menguasai teknologi pembuatan

batako ringan dari campuran air, semen, pasir, dan limbah padat pabrik kertas

yang menghasilkan limbah dalam jumlah yang cukup besar. Selama ini

pemanfaatan limbah padat tersebut belum optimal. Sebagian kecil limbah

hanya dimanfaatkan sebagai tanah urugan pada area di sekitar pabrik,

sedangkan sisanya ditimbun begitu saja

Apabila keadaan ini dibiarkan terus-menerus, maka semakin lama

pabrik akan kekurangan lahan untuk penimbunan limbah sehingga

dimungkinkan terjadinya pencemaran lingkungan. Dengan demikian

diperlukan upaya untuk mengatasi permasalahan tersebut, salah satu alternatif

adalah dengan melakukan daur ulang limbah menjadi bahan bangunan seperti

batako ringan.

1.2. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang mendasari dilakukan penelitian ini

adalah:

1.Bagaimana pengaruh campuran bubur kertas terhadap kuat tekan, kuat

patah, dan penyerapan air pada batako ringan.

2. Apakah penambahan limbah kertas dan batu apung di dalam batako ringan

dapat memperingan produk batako.

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui pengaruh campuran bubur kertas terhadapa kuat tekan,

kuat patah, dan penyerapan air pada batako ringan

2. Untuk mengetahui teknologi dalam pembuatan beton ringan

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah dapat memberikan

informasi tentang cara pembuatan beton ringan dengan campuran bubur kertas,

sehingga dapat mengurangi masalah-masalah tentang sampah yang ditimbulkan

kertas.

1.5. Batasan Masalah

Untuk menghindari luasnya lingkup bahasan maka perlu adanya batasan-

batasan masalah antara lain:

1. Bahan campuran yang digunakan dalam campuran batako adalah bubur

kertas

2. Kertas yang digunakan kertas Koran dan kertas Tulis.

3. Sement yang digunakan sement Portland

4. Pengujian sifat mekanik batako yang dimaksud adalah kuat tekan dan kuat

patah sedangkan pengujian sifat fisik batako yang dimaksud adalah

penyerapan air

1.6. Hipotesis

Pada penelitian ini diharapkan bahwa dengan adanya penambahan bubur

kertas dan batu apung sebagai penambahan dalam pembuatan batako ringan

dapat meningkatkan nilai kepadatan dan mutu beton dapat menjadi lebih baik.

BAB II

DASAR TEORI

2.1 Tinjaun Pustaka

Penelitian terhadap pengggunaan kertas sebagai penggunaan kertas

sebagai bahan campuran beton ringan khusussnya batako jarang dilakukan.

Orang-orang mash jarang menggunakann batako sebagai pembuat dinding

rumah, sebagian besarnya menggunakan bata merah. Hal ini dikarenakan

pembuatan batako yang banyak memakan biaya disbanding dengan bata

merah, dan menganggap bata merah lebih baik di banding

penelitian dilakukan dodi (2004) dengan variasi adukan semen:

kertas:pasir 1:3:0, 1:3:2, dan 1:3:4 dengan menggunakan perbandingan

campuran bubur kertas (kertas air) sbesar 1:10, mempunyai berat antara 600

kg/m3-1500 kg/m3 dan memiliki kuat tekan antara 1,3 MPa – 2,1 MPa.

Menurut ramadhan (2009) variasi campuran dengan perbandingan berat

semen : kertas : pasir dengan SKP1:1:2 memiliki nilai susut kecil yakni

sebesar 4843,06 microstrain. Hal ini dikarenakan kandungan air yang besar

pada beton kertas dan proses pengerasannya yang lebih lambat dari beton

normal

Rinaldi (2011) hasil kuat tekan pada percobaan beton kertas merupakan

suatu material yang terbuat dari campuran bubur kertas dengan semen, kerikil,

dengan campuran agregat 70% pasir dan 30% bubur kertas menunjukan kuat

tekan yang diperoleh adalah 5,5 MPa. Pada campuran agregat 40% bubur

kertas dan 60% pasir kuat tekan yang diperoleh adalah 2 MPa.

2.2 Landasan Teori

2.2.1 Batako ringan

Batako merupakan bahan bangunan yang berupa bata cetak alternatif

pengganti batu bata yang tersusun dari komposisi antara pasir, semen portland

dan air dengan perbandingan 1 semen : 7 pasir. Batako difokuskan sebagai

konstruksi-konstruksi dinding bangunan nonstruktural

Bentuk dari batako/batu cetak itu sendiri terdiri dari dua jenis, yaitu batu cetak

yang berlubang (hollow block) dan batu cetak yang tidak berlubang (solid

block) serta mempunyai ukuran yang bervariasi. Supribadi (1986: 5)

menyatakan bahwa batako adalah ³Semacam batu cetak yang terbuat dari

campuran tras, kapur, dan air atau dapat dibuat dengan campuran semen,

kapur, pasir dan ditambah air yang dalam keadaan pollen (lekat) dicetak

menjadi balok-balok dengan ukuran tertentu

Menurut SNI 03-0349-1989, ³Conblock (concrete block) atau batu cetak

beton adalah komponen bangunan yang dibuat dari campuran semen Portland

atau pozolan, pasir, air dan atau tanpa bahan tambahan lainnya (additive),

dicetak sedemikian rupa hingga memenuhi syarat dan dapat digunakan sebagai

bahan untuk pasangan dinding´. Sedangkan Frick Heinz dan Koesmartadi

(1999: 96) berpendapat bahwa: ´ Batu-batuan yang tidak dibakar, dikenal

dengan nama batako (bata yang dibuat secara pemadatan dari trass, kapur, air)

´.

Dari beberapa pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan tentang

pengertian batako adalah salah satu bahan bangunan yang berupa batu-batuan

yang pengerasannya tidak dibakar dengan bahan pembentuk yang berupa

campuran pasir, semen, air dan dalam pembuatannya dapat ditambahkan

dengan jerami sebagai bahan pengisi antara campuran tersebut atau bahan

tambah lainnya (additive). Kemudian dicetak melalui proses pemadatan

sehingga menjadi bentuk balok-balok dengan ukuran tertentu dan dimana

proses pengerasannya tanpa melalui pembakaran serta dalam pemeliharaannya

ditempatkan pada tempat yang lembab atau tidak terkena sinar matahari

langsung atau hujan, tetapi dalam pembuatannya dicetak sedemikian rupa

hingga memenuhi syarat dan dapat digunakan sebagai bahan untuk pasangan

dinding.

2.2.2 Batu apung

Batu apung ialah istilah tekstural untuk batuan vulkanik yang merupakan

lava berbuih terpadatkan yang tersusun atas piroklastik kaca yang amat

mikrovesikular dengan dinding batuan beku gunung berapi ekstrusif yang

bergelembung, amat tipis dan tembus cahaya. Batu apung adalah produk

umum letusan gunung (pembentukan Plinius dann ignimbrit) dan umumnya

membentuk zona-zona di bagian atas lava silikat. Pada batu apung gelembung

udara akan terperangkap dan akibat terperangkapnya gelembung itu maka batu

apung menjadi berongga dan menjadi ringan.

2.2.3 Agregat halus (pasir)

Gradasi yang baik dan teratur dari agregat halus besar kemungkinan akan

menghasilkan beton yang mempunyai kekuatan tinggi dibandingkan dengan

agregat yang bergradasi gap atau seragam. Gradasi yang baik adalah gradasi

yang memenuhi syarat zona tertentu dan agregat yang halus tidak boleh

mengandung bagian yang lolos pada satu set ayakan lebih dari 45% dan

tertahan pada ayakan berikutnya (Mulyono, 2005).

2.2.4 Semen Portland

Semen portland adalah suatu bahan konstruksi yang paling banyak

dipakai serta merupakan jenis semen hidrolik yang terpenting. Penggunaannya

antara lain meliputi beton, adukan, plesteran,bahan penambal, adukan encer

(grout) dan sebagainya.Semen portland dipergunakan dalam semua jenis beton

struktural seperti tembok, lantai, jembatan, terowongan dan sebagainya, yang

diperkuat dengan tulangan atau tanpa tulangan. Selanjutnya semen portland itu

digunakan dalam segala macam adukan seperti fundasi,telapak, dam,tembok

penahan, perkerasan jalan dan sebagainya.Apa bila semen portland dicampur

dengan pasir atau kapur, dihasilkan adukan yang dipakai untuk pasangan bata

atau batu,atau sebagai bahan plesteran untuk permukaan tembok sebelah luar

maupun sebelah dalam. Bilamana semen portland dicampurkan dengan

agregat kasar (batu pecah atau kerikil). dan agregat halus (pasir) kemudian

dibubuhi air,maka terdapatlah beton. Semen portland didefinisikan sesuai

dengan ASTM C150, sebagai semen hidrolik yang dihasilkan dengan

menggiling klinker yang terdiri dari kalsium silikat hidrolik, yang pada

umumnya mengandung satu atau lebih bentuk kalsium sulfat sebagai bahan

tambahan yang digiling bersama dengan bahan utamanya. Perbandingan-

perbandingan bahan utama dari semen Portland adalah:

- Kapur (CaO) 60%-65%

- Silika (SiO2) 20%-25%

- Oxida besi dan alumina (Fe2O3) dan (Al2O3) 7%-12%

2.2.5 Air

Air yang digunakan untuk campuran beton harus bersih, tidak boleh

mengandung minyak, asam alkali,zat organic atau bahan lainnya yang dapat

merusak beton atau tulangan, sebaiknya dipakai air tawar yang dapat

diminum.

Pada pembuatan beton air diperlukan dalam proses pengadukan untuk

melarutkan semen sehingga membentuk pasta (bereaksi dengan semen) yang

kemudian mengikat semua agregat dari yang paling besar sampai paling halus

dan menjadi bahan pelumas antara butir-butir agregat agar dapat mudah

dikerjakan dalam proses pengadukan, penuangan, maupun pemadatan. Pasta

semen merupakan hasil reaksi kimia antara air dan semen maka bukan

perbandingan jumlah air terhadap total berat campuran yang penting, tetapi

justru perbandingan air dengan semen atau yang biasa disebut Faktor Air

Semen (FAS). Air yang berlebihan akan menyebabkan banyaknya gelembung

air setelah proses hidrasi selesai, sedangkan air yang terlalu sedikit akan

menyebabkan proses hidrasi tidak tercapai seluruhnya, sehingga akan

mempengaruhi penguatan beton. Untuk air yang tidak memenuhi syarat mutu

kekuatan beton pada umur 7 hari/28 hari tidak boleh kurang dari 90% jika

dibandingkan dengan kekuatan beton yang menggunakan air standar/suling.

2.2.6 Kertas (bubur kertas)

Kertas adalah bahan yang tipis dan rata, yang dihasilkan dengan kompresi

serat yang berasal dari pulp. Serat yang digunakan biasanya adalah alami, dan

mengandung selulosa dan hemiselulosa. Kertas dikenal sebagai media utama

untuk menulis, mencetak serta melukis dan banyak kegunaan lain yang dapat

dilakukan dengan kertas misalnya kertas pembersih (tissue) yang digunakan

untuk hidangan, kebersihan ataupun toilet.

Bubur kertas memiliki beberapa senyawa oksida seperti Silikon Dioksida

(SiO2), Alumunium Oksida (Al2O3), Magnesium oksida (MgO), Kalsium

Oksida (CaO), Ferri Oksida (Fe2O3), dimana oksida-oksida tersebut

merupakan bahan dasar untuk membuat produk klinker semen seperti

Tricalsium Silicate (C3S= CaO.SiO2), Dicalsium Silicate (C2S=2CaO.SiO2),

Tricalsium Aluminate (C3A=3CaO.Al2O3) dan Tetracalsium Aluminate Ferrit

(C4AF=4CaO.Al2O3. Fe2O3). Senyawa yang paling dominan adalah Kalsium

Oksida (CaO) sebesar 56,38%, air (H2O) 16,11%, Sulfur Trioksida (SO3)

11,26% serta beberapa unsur lain (Norman, dan Juis, 2009).

Semakin banyak bubur kertas yang dicampurkan pada papan beton maka

semakin kecil nilai berat/volume, jadi papan beton semakin ringan.

Penambahan bubur kertas yang disertai pengurangan pasir dalam papan beton

menunjukkan nilai berat panel yang semakin kecil. Perubahan tersebut

dipengaruhi oleh faktor penyusun, salah satunya adalah berat jenis. Berat jenis

pasir dan kerikil sekitar 2,1-2,2 gr/cm3 lebih besar daripada berat jenis bubur

kertas 1,24 gr/cm3 (Hardiani dan Sugesty, 2009)

Maidayani (2009) juga menyebutkan hal serupa bahwa penambahan limbah

padat (sludge) pada beton cenderung akan menurunkan nilai densitas beton karena

sebagian air yang terikat di dalam sludge akan terlepas pada saat proses pengeringan

dan waktu pengeringan yang optimal adalah selama 28 hari, apabila waktu

pengeringan diperpanjang maka pengaruh terhadap nilai densitas beton tidak terlalu

signifikan. Widjaja (2008) menyatakan bahwa abu dari pembakaran bubur kertas

mengandung kaolinit dan kalsium karbonat, pembakaran pada suhu 1223-1373oK

menghasilkan abu aluminium silikat amorf dan jika bereaksi dengan alkali akan

mengkristal berubah menjadi zeolit. Zeolit mampu memperkuat permukaan beton

dari serangan asam dengan mensubstitusikan 10% dari semen. Dalam hal ini,

penggantian bubur kertas 5–10% dapat memperbaiki karakteristik beton.

Selain itu Maidayani (2009) juga menyebutkan bahwa penambahan kertas

cenderung menurunkan nilai kuat tekan dan kuat tarik beton dimana dalam

penelitiannya dengan komposisi 25% bubur kertas dan 10% lateks dan waktu

pengeringan 28 hari menghasilkan beton dengan karakteristik densitas = 2,01

gram/cm3, penyerapan air = 21,9%, penyusutan = 0,102%, kondutivitas termal = 0,34

w/moK, kuat tekan = 16,52 MPa, kuat patah = 3,60 MPa, dan kuat tarik = 2,99 MPa.

BAB II

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Laboraturium Struktur dan Bahan Fakultas

Teknik Universitas Mataram

3.2 Persiapan Penelitian

3.2.1 Bahan

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Semen tipe 1

2. Agregat halus yaitu pasir sungai

3. Air bersih

4. Pelat cetakan bata

5. Batu apung

6. Bubur kertas

3.2.2 Peralatan

Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu :

1. Timbangan untuk mengukur berat bahan dan benda uji

2. Gelas ukur untuk menakar air

3. Piknometer untuk menguji berat jenis pasir

4. Oven untuk mengeringkan benda uji

5. Cetakan

6. Tongkat penumbuk untuk memadatkan benda uji

7. Sekop untuk mencampur beton

8. Penampang untukakan digunakan mencampur beton

9. Cangkul untuk mencampur beton

3.2.3 Pemeriksaan Bahan

Pemeriksaan bahan ini dimaksudkan untuk mengetahui spesifikasi bahan

yang akan digunakan sebagai bahan penyususn beton. Adapun bahan-bahan

tersebut yaitu:

1. Semen portland

Pemeriksaan laboraturium pada semen Portland tidak dilakukan karena

telah memenuhi uji standar bahan bangunan. Pemeriksaan hanya dilakukan

pada kantong kemasan dan kehalusan butiran semen secara visual dan semen

yang digunakan tidak

Menggumpal. Semen sebagai bahan pengikat adukan sement Portland

tipe 1 merk tiga roda dengan kemasan kantong 50 kg. semen yang dipilih

dalam keadaan tertutup rapat dan kemasannya tidak rusak, bahan butirannya

halusdan tidak terjadi penggumpalan diamati secara visual.

2. Agregat

Pemeriksaan agregat ini meliputi sifat-sifat fisis dan kandungan bahan

organic, adapun pemeriksaan agregat tersebut, yaitu:

1. Pemeriksaan berat satuan pasir dan batu apung

2. Pemeriksaan berat jenis pasir

3. Pemeriksaan berat jenis batu apung

4. Pemeriksaan gradasi agregat halus ( pasir)

5. Pemeriksaan gradasi agregat kasar ( batu apung )

6. Pemeriksaan kandungan lumpur agregat halus ( pasir)

3. Air

Air yang digunakan adalah air bersih dari jaringan air laboraturium

struktur Fakultas Teknik Universitas Mataram akan tetapi tidak dilakukan

pengujian terhadap air, karena secaa visual air tersebut cukup bersih untuk

digunakan sebagai material penyusun beton.

4. Kertas

Dalam penelitian ini, untuk jenis kertas yang digunakan adalah segala

jenis kertas bekas berupa kertas HVS, Koran bekas, ketas tulis yang banyak

ditemukan di kantor-kantor, sekolahan dan lain-lain. Sebelum kertas

dicampursebagai bahan tambahan campuran beton ringan, terlebih dahulu

diolah menjadi bubur kertas dengan Proses perendaman selama 24 jam.

3.2 Perancangan benda uji

Dalam penelitian ini benda ujinya berupa silinder untuk pengujian tekan,

dengan diameter 150mm dan tinggi 300 mm, batako dengan ukuran 400 mm x

200 mm x 100 mm, untuk ujian kuat patah dan kubus dengan ukuran 50 mm

x 50 mm x 50 mm untuk pengujian peneyerapan air. Untuk masing-masing

pengujian dikelompokkan menjadi 5 variasi penambahan persen bubur kertas

yaitu 10% sampai 50%. Benda uji silinder, batako dan kubus dibuat masing-

masing sebanyak 3 buah pervariasi persen bubur kertas untuk masing-masing

pengujian. Jumlah total benda uji silinder yaitu (5 x 3) = 15 buah dan kubus

( 5 x 3) = 15 buah. Batako untuk pengujian kuat tekan patah yaitu ( 5 x 3) =15

buah. Jadi total keseluruhan benda uji adalah 45 buah.

3.3 Pembuatan benda uji

Adapun langkah-langkah dalam pembuatan benda uji berupa batako,

silinder dan kubus adalah sebagai berikut:

1. Pengadaan bubur kertas dan batu apung dengan diameter 1-5 mm

2. Pengadaan material pasir dan semen

3. Mempersiapkan cetakan benda uji berupa batako untik uji kuat patah

dengan ukuran 400 mm x 200 mm x 100 mm

4. Menyiapkan dan menimbang bahan yang digunakan dengan proporsi

yang telah ditentukan

5. Setalah ditimbang bahan semen, bubur kertas dan pasir diaduk hingga

rata mengggunakan sendok semen

6. Menambahkan air, dimana jumlah air yang digunakan sesuai dengan

perbandingan berat air.

7. Setelah adonan tercampur, baru kemudian batu apung dicampur dan

diaduk dengan rata

8. Bahan yang cicampurkan kemudian dimasukkan kedalam cetakan sesuai

dengan cetakan benda uji yang akan dibuat dan tidak lupa ditusuk-tusuk

dengan tongkat atau mesin pemadat untuk memadatkan benda uji.

9. Kemudian adonan dikeringkan untuk proses pengerasan metoda yang

digunakan pada proses pengerasan adalah secara alami yaitu 28 hari.

3.4 Pengujian Benda Uji

3.4.1 Pengujian Benda Uji

pengujian kuat tekan beton berdasarkan ASTM C39-72 dengan

menggunakan alat Compression Testing Machine dengan langkah-langkah

sebagai berikut:

a. Sebelum melakukan pengujian terlebih dahulu benda uji diratakan

permukaannya dengan menggunakan semen dan belerang

b. Setelah ditimbang, benda uji diletakkan pada alas pembenbanan mesin

uji tekan beton.

c. Kemudian pembebanan diberikan secara berangsur-angsur sampai benda

uji tersebut mencapai pembebanan maksimal. Besar beban di catat sesuai

jarum penunjuk pembebanan.

d. Beban yang mampu ditahan masing-masing benda uji dibagi dengan luas

permukaan beton yang tekan. Sehingga memperoleh kuat tekan beton

maksimum tersebut.

3.4.2 Pengujian Kuat Patah

Prosedur pengujian kuat patah adalah sebagai berikut :

a. Sampel berbentuk balok diukur lebar dan tingginya, minimal dilakukan

tiga kali pengulangan, kemudian atur jarak titik tumpu ( span) sebesar 5

cm sebagai dudukan sampel.

b. Atur tegangan supply sebesar 40 volt untuk menggerakkan motor

pergerakan kea rah atas maupun bawah. Sebelum pengujian berlangsung,

alat ukur terlebih dahulu dikalibrasi ditunjuk pada angka nol.

c. Kemudian tepatkan sampel tepat berada ditengah pada posisi pemberian

gaya, dan arahkan switch on/off kearah on, maka pembebanan secara

otomatis akan bergerak secara konstan sebesar 4 mm/ menit.

3.4.1 Pengujian penyerapan air

Untuk mengetahui besarnya penyerapan air dari batako ringan yang telah

dibuat, maka perlu dilakukan pengujian. Uji penyerapan air berdasarkan SNI

03-0348-1989

Prosedur pengukuran penyerapan air adalah sebagai berikut:

a. Sampel yang telah dikeringkan didalam driying oven dengan suhu

(105±5)ºC selama 15 menit, 30 menit, dan 60 menit, kemudian

ditimbang massa dengan menggunakan neraca digital, disebut massa

sampel kering.

b. Kemudian sampel direndam dalam air selama waktu yang telah

ditentukan yaitu 15 menit, 30 menit, dan 45 menit.

3.5. Pengujian penyerapan air

Dari hasil penelitian diperoleh data-data berikut:

a. Nilai kuat tekan (f’c)

b. Kuat patah

c. Penyerapan air

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2007, potensi bahan baku alternative untuk kertas di Indonesia,

Anonim 1989, SNI 03-0349 ( bata beton untuk pasangan dinding), badan

standarisasi Nasional Jakarta

Januardiman, 2004, Evaluasi kualitas bata merah komersil sebagai bahan

bangunan di kabupaten Lombok barat, skripsi Fakultas Teknik Sarjana

S1, Jurusan Teknik Sipil Universitas Mataram, Mataram.

Maidayani, 2009 pengaruh aditif lateks dan komposisi terhadap karakteristik

beton dengan menggunakan limbah padat skripsi Fakultas Teknik

Sarjana S1, Jurusan Teknik Sipil Universitas Mataram, Mataram

Mulyono, T, 2005. Teknologi beton, penerbit Andi, Yokyakarta

Rinaldi, 2011, Pengaruh penggunaan pozzolan alam terhadap kuat tekan beton

kertas Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil Universitas Mataram,

Mataram

http://nusantara-batako.com/page.php?link=2

http://berliina.blogspot.com/p/beton.html

http://yogie-civil.blogspot.com/2010/07/air-dalam-pembuatan-beton-normal-

0.html

http://id.pdfsb.com/readonline/5a56524c64514230566e64374158746b56454d3d

http://id.wikipedia.org/wiki/Kertas

http://terasjurnal.blogspot.com/2011/07/analisis-kuat-tarik-belah-dan-kuat.html

http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimia-industri/utilitas-pabrik/semen

portland/