2. kebijakan baru.docx

140
PENYIAPAN PENGEMBANGAN DATABASE PENGELOLAAN KSN KABUPATEN BELU, KABUPATEN MALAKA DENGAN NEGARA REPUBLIC DEMOKRATIC OF TIMOR LESTE (RDTL) BAB II KEBIJAKAN TERKAIT INFRASTRUKTUR WILAYAH PERBATASAN menguraikan tentanakan – kebijakan yang terkait dengan Penyiapan Pengembangan Database Pengelolaan KSN Perbatasan. Adapun kebijakan yang digunakan adalah RTRW Nasional, RTRW Provinsi Nusa Tenggara Timur dan RTRW Kabupaten Belu. 2.1 Kawasan Strategis Nasional Kawasan Perbatasan Kabupaten Belu-Malaka Menurut PP 26 tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN), definisi Kawasan Strategis Nasional adalah “wilayah yang penataan ruangnya diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting secara nasional terhadap kedaulatan negara, pertahanan dan keamanan negara, ekonomi, sosial, budaya, dan/atau lingkungan, termasuk wilayah yang ditetapkan sebagai warisan dunia”. Penetapan Kriteria Kawasan Strategis Nasional pasal 75 dalam PP 26 tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) dilakukan berdasarkan kepentingan: a. Pertahanan dan keamanan; b. Pertumbuhan ekonomi; c. Sosial dan budaya; d. Pendayagunaan sumber daya alam dan/atau teknologi tinggi; Halaman | II - 1

Upload: ricky

Post on 25-Dec-2015

321 views

Category:

Documents


11 download

TRANSCRIPT

PENYIAPAN PENGEMBANGAN DATABASE PENGELOLAAN KSNKABUPATEN BELU, KABUPATEN MALAKA DENGAN NEGARA REPUBLIC DEMOKRATIC OF TIMOR LESTE (RDTL)

BAB IIKEBIJAKAN TERKAIT

INFRASTRUKTUR WILAYAH

PERBATASAN menguraikan tentanakan – kebijakan yang terkait dengan Penyiapan Pengembangan Database Pengelolaan KSN Perbatasan. Adapun kebijakan yang digunakan adalah RTRW Nasional, RTRW Provinsi Nusa Tenggara Timur dan RTRW Kabupaten Belu.

2.1 Kawasan Strategis Nasional Kawasan Perbatasan Kabupaten Belu-Malaka

Menurut PP 26 tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional

(RTRWN), definisi Kawasan Strategis Nasional adalah “wilayah yang penataan ruangnya

diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting secara nasional terhadap

kedaulatan negara, pertahanan dan keamanan negara, ekonomi, sosial, budaya, dan/atau

lingkungan, termasuk wilayah yang ditetapkan sebagai warisan dunia”.

Penetapan Kriteria Kawasan Strategis Nasional pasal 75 dalam PP 26 tahun 2008

tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) dilakukan berdasarkan

kepentingan:

a. Pertahanan dan keamanan;

b. Pertumbuhan ekonomi;

c. Sosial dan budaya;

d. Pendayagunaan sumber daya alam dan/atau teknologi tinggi;

e. Fungsi dan daya dukung lingkungan hidup.

Kawasan strategis nasional dari sudut kepentingan pertahanan dan keamanan negara

memiliki hal-hal yang bersifat sensitif sehingga perlu pengaturan yang khusus. Secara makro,

pengaturannya diatur dalam Peraturan Pemerintah ini sesuai dengan Undang-Undang Nomor

26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang.

Untuk operasionalisasi RTRWN, disusun rencana rinci tata ruang yang meliputi

rencana tata ruang pulau/kepulauan; dan rencana tata ruang kawasan strategis nasional.

Sedangkan Rencana tata ruang pulau/kepulauan dan rencana tata ruang kawasan strategis

Halaman | II - 1

KEBIJAKAN RTRWN STRATEGI RTRWN

Pengembangan Kawasan Strategis

Nasional (1)

Pelestarian dan peningkatan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup

Pengembangan & peningkatan fungsikawasan dalampengembanganperekonomiannasional

menetapkan kawasan strategis nasional berfungsi lindung;mencegah pemanfaatan ruang di kawasan strategis nasional yang berpotensi mengurangi fungsi lindung kawasan;membatasi pemanfaatan ruang di sekitar kawasan strategis nasionalyang berpotensi mengurangi fungsi lindung kawasan;membatasi pengembangan prasarana dan sarana di dalam dan disekitar kawasan strategis nasional yang dapat memicu perkembangankegiatan budi daya;mengembangkan kegiatan budi daya tidak terbangun di sekitarkawasan strategis nasional yang berfungsi sebagai zona penyanggayang memisahkan kawasan lindung dengankawasan budi daya terbangunmerehabilitasi fungsi lindung kawasan yang menurun akibat dampakpemanfaatan ruang yang berkembang di dalam dan di sekitarkawasan strategis nasional.

menetapkan kawasan strategis nasional dengan fungsi khususpertahanan dan keamanan;mengembangkan kegiatan budi daya secara selektif di dalam dan disekitar kawasan strategis nasional untuk menjaga fungsi pertahanandan keamanan; mengembangkan kawasan lindung dan/atau kawasan budi daya tidakterbangun di sekitar kawasan strategis nasional sebagai zonapenyangga yang memisahkan kawasan strategis nasional dengankawasan budi daya terbang

mengembangkan pusat pertumbuhan berbasis potensi sumber dayaalam dan kegiatan budi daya unggulan sebagai penggerak utamapengembangan wilayah;menciptakan iklim investasi yang kondusif;mengelola pemanfaatan sumber daya alam agar tidak melampauidaya dukung dan daya tampung kawasan;mengelola dampak negatif kegiatan budi daya agar tidak menurunkankualitas lingkungan hidup dan efisiensi kawasan;mengintensifkan promosi peluang investasimeningkatkan pelayanan prasarana dan sarana penunjang kegiatanekonomi

Peningkatan fungsi kawasan untuk pertahanan dan keamanan negara

KEBIJAKAN RTRWN STRATEGI RTRWN

Pengembangan Kawasan Strategis Nasional (2)

Pelestarian dan peningkatan sosial dan budaya bangsa

Pemanfaatan sumber daya alam dan/atau teknologi tinggi secara optimal untuk meningkatkan kesejahteraan masyarkat

mengembangkan kegiatan penunjang dan/atau kegiatan turunan dari pemanfaatan sumber daya dan/atau teknologi tinggi;meningkatkan keterkaitan kegiatan pemanfaatan sumber daya dan/atau teknologi tinggi dengan kegiatan penunjang dan/atau turunannya; mencegah dampak negatif pemanfaatan sumber daya alam dan/atau teknologi tinggi terhadap fungsi lingkungan hidup, dan keselamatan masyarakat.

meningkatkan kecintaan masyarakat akan nilai budaya yang mencerminkan jati diri bangsa yang berbudi luhur;mengembangkan penerapan nilai budaya bangsa dalam kehidupan masyarakat; melestarikan situs warisan budaya bangsa.

melestarikan keaslian fisik serta mempertahankan keseimbangan ekosistemnya;meningkatkan kepariwisataan nasional;mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi; melestarikan keberlanjutan lingkungan hidup

Pelestarian dan peningkatan nilai kawasan yang ditetapkan sebagai warisan dunia

Pengembangan kawasan tertinggal

memanfaatkan sumber daya alam secara optimal dan berkelanjutan;membuka akses dan meningkatkan aksesibilitas antara kawasan tertinggal dan pusat pertumbuhan wilayah;mengembangkan prasarana dan sarana penunjang kegiatan ekonomi masyarakat;meningkatkan akses masyarakat ke sumber pembiayaan;meningkatkan kualitas dan kapasitas sumber daya manusia dalam pengelolaan kegiatan ekonomi

PENYIAPAN PENGEMBANGAN DATABASE PENGELOLAAN KSNKABUPATEN BELU, KABUPATEN MALAKA DENGAN NEGARA REPUBLIC DEMOKRATIC OF TIMOR LESTE (RDTL)

nasional ditetapkan dengan Peraturan Presiden. Kawasan strategis nasional diatur sesuai

dengan peraturan perundang-undangan.

Gambar 2.1 :Konsepsi KSN Kebijakan & Strategi RTRWN

Halaman | II - 2

PENYIAPAN PENGEMBANGAN DATABASE PENGELOLAAN KSNKABUPATEN BELU, KABUPATEN MALAKA DENGAN NEGARA REPUBLIC DEMOKRATIC OF TIMOR LESTE (RDTL)

Dalam sistem perencanaan tata ruang dan sistem perencanaan pembangunan

nasional,kedudukan RTR KSN dapat ditunjukkan pada Gambar sebagai berikut:

Gambar 2.2 : Kedudukan RTR KSN dalam Sistem Perencanaan Tata Ruang

dan Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional

2.1.1. Kawasan Strategis Nasional dari Sudut Kepentingan Pertahanan Keamanan

2.1.1.1 Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN)

Tahun 2005 -2025

Tinjauan Kebijakan Pembangunan Kawasan Perbatasan dalam Rencana Pembangunan

Jangka Panjang (RPJP) Undang Undang No. 17 tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan

Jangka Panjang Nasional (RPJP Nasional 2005-2025) telah menetapkan arah pengembangan

wilayah perbatasan negara yaitu “dengan mengubah arah kebijakan pembangunan yang

selama ini cenderung berorientasi ‘inward looking’, menjadi ‘outward looking’ sehingga

Halaman | II - 3

PENYIAPAN PENGEMBANGAN DATABASE PENGELOLAAN KSNKABUPATEN BELU, KABUPATEN MALAKA DENGAN NEGARA REPUBLIC DEMOKRATIC OF TIMOR LESTE (RDTL)

wilayah tersebut dapat dimanfaatkan sebagai pintu gerbang aktivitas ekonomi dan

perdagangan dengan negara tetangga”.

Paradigma pembangunan kawasan perbatasan di Indonesia berdasarkan Undang-

undang No 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional

(RPJPN) 2004-2025, menyatakan adanya 5 (lima) fungsi yang menjadi dasar kebijakan, yaitu

1. Kawasan perbatasan sebagai “beranda depan Negara dan pintu gerbang

internasional ke negara tetangga.

2. Kawasan perbatasan menerapkan keserasian prinsip pembangunan kesejahteraan

dan pertahanan keamanan.

3. Pembangunan kawasan memberikan perlindungan terhadap kawasan konservasi

dunia dan kawasan lindung nasional.

4. Pengembangan ekonomi secara selektif sesuai potensi eksternal dan internal.

5. Sebagai kerjasama ekonomi yang menguntungkan antar negara dengan melibatkan

pemerintah daerah, masyarakat dan dunia usaha.

Berdasarkan UU tersebut, di samping pendekatan keamanan, upaya pengelolaan batas

wilayah negara dan pembangunan kawasan perbatasan menggunakan pendekatan

kesejahteraan. Di samping itu, perhatian khusus diarahkan bagi pengembangan pulau-pulau

kecil terluar di perbatasan yang selama ini luput dari perhatian.

2.1.1.2 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun

2010 – 2014

Visi dan Misi pemerintah 2009‐2014, telah dirumuskan dan dijabarkan lebih

operasional ke dalam sejumlah program prioritas sehingga lebih mudah diimplementasikan

dan diukur tingkat keberhasilannya. Sebelas Prioritas Nasional di bawah ini bertujuan untuk

merespon sejumlah tantangan yang dihadapi oleh bangsa dan negara di masa mendatang.

Sebagian besar sumber daya dan kebijakan akan diprioritaskan untuk menjamin implementasi

dari 11 prioritas nasional yaitu:

1. Reformasi birokrasi dan tata kelola;

2. Pendidikan;

3. Kesehatan;

4. Penanggulangan kemiskinan;

5. Ketahanan pangan;

6. Infrastruktur;

7. Iklim investasi dan usaha;

Halaman | II - 4

PENYIAPAN PENGEMBANGAN DATABASE PENGELOLAAN KSNKABUPATEN BELU, KABUPATEN MALAKA DENGAN NEGARA REPUBLIC DEMOKRATIC OF TIMOR LESTE (RDTL)

8. Energi;

9. Lingkungan hidup dan bencana;

10. Daerah tertinggal, terdepan, terluar, dan paska konflik;

11. Kebudayaan,kreativitas, dan inovasi teknologi.

Dalam RPJMN 2010-2014 Prioritas Bidang Kawasan Strategis, Kawasan Perbatasan,

Daerah Tertinggal Dan Kawasan Rawan Bencana secara khusus, pengelolaan batas negara

dan kawasan perbatasan diarahkan ke dalam 5 fokus prioritas yaitu:

1. Penyelesaian penetapan dan penegasan batas negara;

2. Peningkatan upaya pertahanan, keamanan serta penegakkan hukum;

3. Peningkatan pertumbuhan ekonomi kawasan perbatasan;

4. Peningkatan pelayanan sosial dasar; dan

5. Penguatan kapasitas kelembagaan dalam pengembangan kawasan perbatasan

secara terintegrasi.

Tabel 2.1 Prioritas Lokasi Penanganan Wilayah Perbatasan dan

Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN) Dalam RPJMN 20102014

No Provinsi Kab/Kota PKSN

1 Kalbar

1 Sambas Paloh‐Aruk

2 Bengkayang Jagoibabang

3 Sanggau Entikong

4 Sintang ‐5 Kapuas Hulu Nanga Badau

2 Kaltim

6 Nunukan Nunukan

Simanggaris

Long Midang

7 Malinau ‐8 Kutai Barat ‐

3 Sulut9 Kepulauan Talaud Melonguane

10 Kepulauan Sangihe Tahuna

4 NTT 11 Kupang ‐12

Timor Tengah

Utara

Kefamenanu

13 Belu Atambua

Halaman | II - 5

PENYIAPAN PENGEMBANGAN DATABASE PENGELOLAAN KSNKABUPATEN BELU, KABUPATEN MALAKA DENGAN NEGARA REPUBLIC DEMOKRATIC OF TIMOR LESTE (RDTL)

No Provinsi Kab/Kota PKSN

14 Alor ‐15 Rote Ndao ‐

5 Papua

16 Keerom ‐17 Merauke Merauke

18 Boven Digoel Tanah Merah

19 Pegunungan Bintang ‐20 Kota Jayapura Jayapura

21 Supiori ‐6 Kepulauan Riau

22 Kepulauan Anambas ‐23 Karimun ‐

24 Kota Batam Batam

25 Natuna Ranai

26 Kota Bintan ‐

7 Riau

27 Dumai Dumai

28 Bengkalis ‐29 Rokan Hilir ‐30 Indragiri Hilir ‐31 Kepulauan Meranti ‐

8 Papua Barat 32 Raja Ampat ‐9 Maluku

33 Maluku Barat Daya ‐34

Maluku Tenggara

Barat

Saumlaki

35 Kepulauan Aru ‐10 Maluku Utara 36 Morotai Daruba

11 Sumatera Utara 37 Serdang Bedagai ‐ 12 NAD 38 Kota Sabang Sabang

Sumber: BAPPENAS, 2009 dan Peraturan Pemerintah No. 26 Tahun 2008

2.1.2. PP Nomor 26 tahun 2008 tentang RTRWN

1. Kawasan pertahanan negara adalah wilayah yang ditetapkan secara nasional yang

digunakan untuk kepentingan pertahanan.

Halaman | II - 6

PENYIAPAN PENGEMBANGAN DATABASE PENGELOLAAN KSNKABUPATEN BELU, KABUPATEN MALAKA DENGAN NEGARA REPUBLIC DEMOKRATIC OF TIMOR LESTE (RDTL)

2. Pasal 76 berbunyi Kawasan strategis nasional dari sudut kepentingan pertahanan

dan keamanan ditetapkan dengan kriteria:

a. Diperuntukkan bagi kepentingan pemeliharaan keamanan dan pertahanan

negara berdasarkan geostrategi nasional;

b. Diperuntukkan bagi basis militer, daerah latihan militer daerah pembuangan

amunisi dan peralatan pertahanan lainnya, gudang amunisi, daerah uji coba

sistem persenjataan, dan/atau kawasan industri sistem pertahanan;

c. Merupakan wilayah kedaulatan negara termasuk pulau-pulau kecil terluar yang

berbatasan langsung dengan negara tetangga dan/atau laut lepas.

3. Pasal 81 berbunyi Penetapan kawasan strategis nasional berdasarkan kepentingan

pertahanan dan keamanan ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.

Pengaturan lokasi yang spesifik yang mempertimbangkan sifat sensitif diatur menurut

peraturan perundang-undangan yang terkait dengan pertahanan negara. Kawasan strategis

nasional dari sudut kepentingan pertahanan dan keamanan negara, antara lain meliputi

kawasan pertahanan, seperti: kawasan basis militer, kawasan latihan militer, kawasan

disposal amunisi dan peralatan pertahanan lainnya, arsenal (gudang amunisi), kawasan uji

coba sistem pertahanan, kawasan pengembangan energy nuklir, kawasan pengembangan uji

coba nuklir, dan kawasan perbatasan negara termasuk pulau-pulau kecil terluar.

Berdasarkan PP No.26 tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional,

kawasan perbatasan merupakan kawasan strategis nasional dari sudut pandang pertahanan

dan keamanan yang meliputi 10 kawasan (3 kawasan perbatasan darat serta 7 kawasan

perbatasan laut dan pulau-pulau kecil terluar). Secara rinci, kawasan perbatasan sebagai

Kawasan Strategis Nasional Pertahanan dan Keamanan meliputi :

1. Kawasan Perbatasan Laut RI termasuk 2 pulau kecil terluar (Pulau Rondo dan

Berhala) dengan Negara Thailand/India/Malaysia (Provinsi Aceh dan Sumut)

2. Kawasan Perbatasan Laut RI termasuk 20 pulau kecil terluar (Pulau Sentut,

Tokong Malang Biru, Damar, Mangkai, Tokong Nanas, Tokong Belayar, Tokong

Boro, Semiun, Sebetul, Sekatung, Senua, Subi Kecil, Kepala, Batu Mandi, Iyu

Kecil, Karimun Kecil, Nipa, Pelampong, Batu Berhanti, dan Nongsa) dengan

Negara Malaysia/Vietnam/Singapura (Provinsi Riau dan Kepulauan Riau)

3. Kawasan Perbatasan Darat RI dengan Negara Malaysia dan Jantung Kalimantan

(Provinsi Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, dan Kalimantan Timur)

4. Kawasan Perbatasan Laut RI termasuk 18 pulau kecil terluar (Pulau

Sebatik,Gosong Makasar, Maratua, Sambit, Lingian, Salando, Dolangan,

Halaman | II - 7

PENYIAPAN PENGEMBANGAN DATABASE PENGELOLAAN KSNKABUPATEN BELU, KABUPATEN MALAKA DENGAN NEGARA REPUBLIC DEMOKRATIC OF TIMOR LESTE (RDTL)

Bangkit,Mantewaru, Makalehi, Kawalusu, Kawio, Marore, Batu Bawaikang,

Miangas, Marampit, Intata, dan Kakarutan) dengan Negara Malaysia dan Filipina

(Provinsi Kalimantan Timur, Sulawesi Tengah, dan Sulawesi Utara)

5. Kawasan Perbatasam Laut RI termasuk 8 pulau kecil terluar (Pulau Jiew, Budd,

Fani, Miossu, Fanildo, Bras, Bepondi, dan Liki) dengan negara Palau (Provinsi

Maluku Utara, Papua Barat, dan Papua)

6. Kawasan Perbatasan RI dengan Papua Nugini (Provinsi Papua)

7. Kawasan perbatasan laut termasuk 20 pulau kecil terluar (Pulau Ararkula,

Karaweira, Panambulai, Kultubai Utara, Kultubai Selatan, Karang, Enu, Batu

Goyang, Larat, Asutubun, Selaru, Batarkusu, Masela, Miatimiarang, Leti, Kisar,

Wetar, Liran, Kolepon, dan Laag) dengan Negara Timor Leste/Australia (Provinsi

Maluku dan Papua)

8. Kawasan Perbatasan Darat RI dengan Negara Timor Leste (Provinsi Nusa

Tenggara Timur)

9. Kawasan Perbatasan Laut RI termasuk 5 pulau kecil terluar (Pulau Alor, Batek,

Dana, Ndana, dan Mangudu) dengan Negara Timor Leste

10. Kawasan Perbatasan Negara termasuk 19 pulau kecil terluar (Pulau Simeleucut,

Salaut Besar, Raya, Rusa, Benggala, Simuk, Wunga, Sibaru-baru, Sinyaunyau,

Enggano, Mega, Batu Kecil, Deli, Manuk, Nusa Kambangan, Barung, Sekel,

Panehan, dan Sophialouisa) yang berhadapan dengan laut lepas (Provinsi Aceh,

Sumatera Utara, Sumatera Barat, Bengkulu. Lampung, Banten, Jawa Barat, Jawa

Tengah, Jawa Timur, dan Nusa Tenggara Barat)

Pusat Kegiatan Strategis Nasional yang selanjutnya disebut PKSN adalah kawasan

perkotaan yang ditetapkan untuk mendorong pengembangan kawasan perbatasan negara.

Reorientasi paradigma pengelolaan batas wilayah negara dan kawasan perbatasan menjadi

outward looking, diwujudkan pula ke dalam kebijakan spasial nasional. Undang-Undang No.

26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang, menetapkan kawasan perbatasan sebagai Kawasan

Strategis Nasional (KSN) dalam bidang pertahanan dan keamanan dengan tetap

memperhatikan kesejahteraan masyarakat. Dalam Peraturan Pemerintah No. 26 tahun 2008

tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN), ditargetkan pada tahun 2019

seluruh kawasan perbatasan negara sudah dapat dikembangkan dan ditingkatkan kualitasnya

dalam aspek kesejahteraan, pertahanan-keamanan, dan lingkungan. Untuk mendorong

pertumbuhan kawasan perbatasan, 26 kota di kawasan perbatasan diarahkan menjadi Pusat

Kegiatan Strategis Nasional (PKSN) sehingga dapat dimanfaatkan sebagai pusat pelayanan

Halaman | II - 8

PENYIAPAN PENGEMBANGAN DATABASE PENGELOLAAN KSNKABUPATEN BELU, KABUPATEN MALAKA DENGAN NEGARA REPUBLIC DEMOKRATIC OF TIMOR LESTE (RDTL)

atau pintu gerbang aktivitas ekonomi dan perdagangan dengan negara tetangga. Namun

demikian, pemerintah menyadari bahwa komitmen melalui kebijakan di atas belum dapat

diimplementasikan secara optimal karena berbagai kendala dari sisi konsep pembangunan,

kebijakan, maupun sistem dan prosedur pengelolaan kawasan perbatasan. Hal ini tercermin

dari masih kuatnya pendekatan sektoral, lemahnya sinergi antar sektor serta antara pusat dan

daerah, serta lemahnya affirmative action dari sektor terkait.

Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 26 tahun 2008 tentang RTRW Nasional terdapat

26 PKSN yang ditetapkan untuk mendorong pengembangan kawasan negara, yang letaknya

berada di wilayah administrasi pemerintahan daerah otonom provinsi dan kabupaten/kota

tersebar di 11 provinsi. Mengingat keberadaannya yang demikian, maka pengelolaan wilayah

perbatasan dan PKSN di dalamnya, tidak dapat dilepaskan dengan berbagai urusan

pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah otonom, baik provinsi mau pun

kabupaten/kota. Sebuah kawasan perbatasan, membutuhkan model pengelolaan yang mampu

mensinergikan antar kewenangan (pusat, provinsi, dan kabupaten/kota) yang direfleksikan

dalam norma, standard, prosedur, dan kriteria tertentu terkait pengelolaan batas wilayah

negara dan kawasan perbatasan.

Sumber : PP No. 26 tahun 2008 tentang RTRWNGambar 2.3 :

Halaman | II - 9

PENYIAPAN PENGEMBANGAN DATABASE PENGELOLAAN KSNKABUPATEN BELU, KABUPATEN MALAKA DENGAN NEGARA REPUBLIC DEMOKRATIC OF TIMOR LESTE (RDTL)

Gambar Ruang Lingkup Kawasan Perbatasan di Indonesia

Tabel 2.2Cakupan Pengelolaan Kawasan Perbatasan

Cakupan Kawasan

Provinsi WKP (Kab)PrioritasWKP

Lokasi Prioritas (Kecamatan)

A.KAWASA N PERBATASAN DARAT

KawasanPerbatasanDarat RI-Malaysia

Kalimantan Barat Sambas WKP I Paloh, Sajingan Besar, Teluk Keramat, Sejangkung

Bengkayang WKP I Seluas, Jagoi Babang, Siding

Sanggau WKP I Entikong, Sekayam

Sintang WKP I Ketungau Tengah, Ketungau Hulu

Kapuas Hulu WKP I Puttussibau, Embaloh Hulu, Batang Lupar, Empanang, Badau, Puring Kencana

Cakupan Kawasan

Provinsi WKP (Kab)Prioritas

WKPLokasi Prioritas

(Kecamatan)

Kalimantan Timur Kutai Barat WKP I Long Pahangai, Long Apari

Nunukan WKP I Lumbis, Krayan Selatan,

Sebuku, Krayan

Malinau WKP I Long Pujungan, Kayan Hulu,Kayan Hilir

KawasanPerbatasanDarat RI-PNG

Papua Jayapura WKP I Jayapura Utara, Jayapura

Selatan, Abepura, Muara Tami

Keerom WKP II Arso, Senggi, Web, Waris, Skanto

Pegunungan Bintang

WKP II Oksibil, Kiwirok, Iwur, Kiwirok Timur, Batom, Okbibab

Merauke WKP I Merauke, Sofa, Eligobel, Ulilin, Muting

Boven Digul WKP I Jair, Mindiptana, Waropko, Kouh, Tanah Merah, Bomakia

KawasanPerbatasanDarat RI-

Nusa Timur

Tenggara Kupang WKP I Amfoang Timur

Timor Tengah Utara

WKP I Kefamenanu, Nalbenu, Insana Utara, Miaomaffo

Halaman | II - 10

PENYIAPAN PENGEMBANGAN DATABASE PENGELOLAAN KSNKABUPATEN BELU, KABUPATEN MALAKA DENGAN NEGARA REPUBLIC DEMOKRATIC OF TIMOR LESTE (RDTL)

Cakupan Kawasan

Provinsi WKP (Kab)PrioritasWKP

Lokasi Prioritas (Kecamatan)

Timor Leste Barat, Bikomi Utara, Bikomi Tengah,Bikomi Nalulat, Mutis, Musi

Belu WKP I Atambua, Kobalima Timur, Lamaknen, Lamaknen Selatan, Lasiolat, Raihat, Tasifeto Timur, TasifetoBarat, Nanaet Dubesi,Kakuluk Mesak, MalakaBarat, Kobalima, Wewiku

B.KAWASAN PERBATASAN LAUT

KawasanPerbatasanLaut RI-Thailand/India/Malaysia

Aceh Kota Sabang WKP II Sukakarya

Sumatera Utara Serdang Bedagai WKP II Tanjung Beringin

KawasanPerbatasanLaut RI-Malaysia/Vietnam/Singapura

Riau Bengkalis WKP II Bukit Batu, Bantan, RupatUtara

Indragiri hilir WKP II Enok, Gaung, Kateman

Rokan hilir WKP II Sinaboi, Pasirlimau Kapuas

Kep. Meranti WKP II Merbabu, Rangsang

Dumai WKP II Dumai

Pelalawan WKP III Kuala Kampar

Kepulauan Riau Bintan WKP II Bintan Pesisir, Bintan Utara, Bintan Timur, Tambelan,Teluk Bintan

Karimun WKP II Tebing, Kundur, Melar, Moro

Kep. Anambas WKP II Paltamak, Siantan, Jemaja

Kota Batam WKP I Nongsa, Batam, Bulang,

Belakang Padang, Sekupang

Natuna WKP I Bunguran Barat, Midai, Pulau Laut, Serasan, BunguranTimur, Subi

KawasanPerbatasanLaut RI-

Kalimantan Timur Berau WKP III Maratua, Talisayang

Nunukan WKP I Nunukan, Sebatik

Sulawesi Tengah Toli-toli WKP III Dampal Utara, Toli-Toli

Halaman | II - 11

PENYIAPAN PENGEMBANGAN DATABASE PENGELOLAAN KSNKABUPATEN BELU, KABUPATEN MALAKA DENGAN NEGARA REPUBLIC DEMOKRATIC OF TIMOR LESTE (RDTL)

Cakupan Kawasan

Provinsi WKP (Kab)PrioritasWKP

Lokasi Prioritas (Kecamatan)

Malaysia danFilipina

Utara

Sulawesi Utara BolaangMongondouw Utara

WKP III Pinogaluman

Minahasa Utara WKP III Wori

Sangihe WKP I Kandahe, Tabukan Utara, Tahuna

Kep. Talaud WKP I Nanusa, Melonguane

Siau

TagulandangBiaro

WKP III Siau Barat

KawasanPerbatasanLaut RI

–Palau

Maluku Utara Halmahera Tengah

WKP III Patani Utara

P. Morotai WKP I Morotai Selatan

Papua Supiori WKP II Supiori Barat

Papua Barat Raja Ampat WKP II Kep. Ayau

Tambrauw WKP III Sausapor

KawasanPerbatasanLaut RI-TimorLeste danAustralia

Papua Merauke WKP I Kimaam

Asmat WKP III Agats

Maluku Maluku TenggaraBarat

WKP II Selaru, Tanimbar Utara,

Tanimbar Selatan

Maluku Barat Daya

WKP II Babar Timur, Leti Moa Lakor, Mdona Heira, PP. Terselatan, PP. Wetar

Kep. Aru WKP II Aru Selatan, Aru Tengah, PP. Aru

KawasanPerbatasanLaut RI-TimorLeste

NTT Alor WKP II Kalabahi, Kabola, Lembur, Mataru, PantarPantar Barat, Pantar Barat Laut, Pantar Tengah, Pantar TimurPulau Pura, Pureman, Teluk Mutiara, Alor Barat Daya, Alor Barat LautAlor Selatan, Alor Tengah Utara, Alor Timur, Alor Timur Laut

Rote Ndao WKP II Rote Barat Daya

Halaman | II - 12

PENYIAPAN PENGEMBANGAN DATABASE PENGELOLAAN KSNKABUPATEN BELU, KABUPATEN MALAKA DENGAN NEGARA REPUBLIC DEMOKRATIC OF TIMOR LESTE (RDTL)

Cakupan Kawasan

Provinsi WKP (Kab)PrioritasWKP

Lokasi Prioritas (Kecamatan)

Sabu Raijua WKP III Raijua

Sumba Timur WKP III Karera

KawasanPerbatasan Laut RI – laut lepas

Aceh Aceh Jaya WKP III Sampai Niat

Aceh Besar WKP III Lok Nga

Simeuleu WKP III Alafan, Simeuleu Tengah

Sumatera Utara Nias WKP III Pulau-Pulau Batu

Cakupan Kawasan

Provinsi WKP (Kab)PrioritasWKP

Lokasi Prioritas (Kecamatan)

Nias Selatan WKP III Afulu

Sumatera Barat Kep. Mentawai WKP III Pagai Selatan, Siberut Selatan

Bengkulu Bengkulu Utara WKP III Enggano

Lampung Lampung Barat WKP III Krui

Banten Pandeglang WKP III Cikeusik

Jawa Barat Tasikmalaya WKP III Cikalong

Jawa Tengah Cilacap WKP III Cilacap Selatan

Jawa Timur Jember WKP III Puger

Trenggalek WKP III Watulimo

NTB Lombok Barat WKP III SekotongSumber : Rencana Induk Kawasan Perbatasan Negara Tahun 2010-2014

Cakupan Wilayah Administratif (CWA) Kawasan Perbatasan Darat dan Kawasan

Perbatasan Laut tersebar di 21 provinsi, dengan Wilayah Konsentrasi Pengembangan (WKP)

sebanyak 66 kabupaten, serta Lokasi Prioritas (Lokpri) berada di 187 kecamatan. Namun

demikian, mengingat keterbatasan sumberdaya dan fokus pengelolaan, tidak seluruh lokasi

tersebut ditangani pada periode Rencana Induk ini (2010-2014). Adapun CWA pada periode

tahun 2010-2014 meliputi 12 provinsi, dengan 38 kabupaten sebagai WKP, serta 111

kecamatan sebagai lokasi prioritas. Daftar Lokasi Prioritas terbagi dalam 3 kelompok, yaitu

lokasi prioritas (Lokpri) I, II, dan III baik di darat maupun di laut. Secara rinci, daftar tersebut

ditunjukkan Tabel.

Halaman | II - 13

PENYIAPAN PENGEMBANGAN DATABASE PENGELOLAAN KSNKABUPATEN BELU, KABUPATEN MALAKA DENGAN NEGARA REPUBLIC DEMOKRATIC OF TIMOR LESTE (RDTL)

Tabel 2.3Daftar Lokasi Prioritas Penanganan Tahun 2010-2014

Pengelolaan Batas Wilayah Negara dan Kawasan Perbatasan

Provinsi KabupatenBatas Kecamatan

D/LLokasi

Prioritas ILokasi

Prioritas IILokasi Prioritas

III

NTT

Kupang D Amfoang Timur

Kefamenanu Nalbenu

TTU

D Insana Utara - Miaomaffo Barat

D Bikomi Utara - Bikomi TengahD Bikomi

Nalulat - Mutis

D - - Musi

Belu

D Kobalima Timur

Atambua Lamaknen

D Lamaknen Selatan

- Lasiolat

D Tasifeto Timur - RaihatD - - Tasifeto BaratD - - Nanaet DubesiD - - Malaka Barat

Rote Ndao L Rote Barat Daya

- -

Alor L Kalabahi - -

KALBAR

Sambas D Paloh Sajingan Besar

-

Bengkayang D Jagoi Babang Siding - Sanggau D Entikong Sekayam -

Sintang D Ketungau Hulu - Ketungau Tengah

Kapuas Hulu

D Badau Puring Kencana

Batang Lupar

D - - Embaloh Hulu

D - - Puttussibau Utara

D - - Puttussibau Selatan

KALTIM Kutai Barat

D - Long Apari -D - Long

Pahangai -

Malinau D Kayan Hulu Pujungan Kayan HilirD - - Bahau Hulu

Halaman | II - 14

PENYIAPAN PENGEMBANGAN DATABASE PENGELOLAAN KSNKABUPATEN BELU, KABUPATEN MALAKA DENGAN NEGARA REPUBLIC DEMOKRATIC OF TIMOR LESTE (RDTL)

Provinsi KabupatenBatas Kecamatan

D/LLokasi

Prioritas ILokasi

Prioritas IILokasi Prioritas

IIID - - Kayan Selatan

Nunukan

D Nunukan Krayan Selatan

Sebatik barat

D Krayan Lumbis SebukuD/L Sebatik* - -

PAPUA

MeraukeD Eligobel - MutingD Sota - UlilinD Merauke - Noukenjeri

BovendigulD Mindiptana Tanah Merah JairD Waropko - -

Peg. BintangD Batom - OksibilD Iwur - -D Kiwirok - -

Keerom

D Arso - -D Web - -D Senggi - -D Waris - -

Kota Jayapura

D Muara Tami Jayapura Utara

-

Supiori D - Supiori Barat -NAD Kota Sabang L Sukakarya -SUMUT Serdang

BedagaiL - Tanjung

Beringin -

RIAU

Rokan Hilir L Pasirlimau Kapuas

Sinaboi -

BengkalisL - Bukit Batu -L - Bantan -L - Rupat Utara -

Indragiri HilirL - Enok -L - Gaung -L - Kateman -

Kep. MerantiL - Merbau -L - Rangsang -

Kota Dumai L - Dumai -KEPRI

Natuna

L Bunguran Timur

Serasan Bunguran Barat

L - - MidaiL - - Pulau Laut

Kep. L - Jemaja -

Halaman | II - 15

PENYIAPAN PENGEMBANGAN DATABASE PENGELOLAAN KSNKABUPATEN BELU, KABUPATEN MALAKA DENGAN NEGARA REPUBLIC DEMOKRATIC OF TIMOR LESTE (RDTL)

Provinsi KabupatenBatas Kecamatan

D/LLokasi

Prioritas ILokasi

Prioritas IILokasi Prioritas

IIIAnambas

Kota BatamL - Belakang

PadangBatam

L - - Bulang

Bintan

L - - Bintan TimurL - - Bintan UtaraL - - TambelanL - - Teluk Bintan

KarimunL - - KundurL - - MeralL - - Moro

SULUT

Kepulauan Sangihe

L Tabukan Utara Tahuna -

Kepulauan Talaud

L Melonguane Nanusa -L Miangas - -

MALUKU

MBD L PP. Wetar - PP. TerselatanMTB L Tanimbar

Selatan - -

Kep. Aru L - Pulau-pulau Aru

MALUKU UTARA

Morotai LMorotai Selatan

- -

PAPUA BARAT

Raja Ampat L - - Kep. Ayau

TOTAL 111 40 31 40Catatan: * Kecamatan Sebatik termasuk dalam kawasan perbatasan laut dan darat. D = kecamatan termasuk dalam kawasan perbatasan darat L = kecamatan termasuk dalam kawasan perbatasan laut Sumber : Rencana Induk Kawasan Perbatasan Negara Tahun 2010-2014

Wilayah yang belum termasuk dalam daftar Lokasi Prioritas penanganan tahun 2010-

2014 akan menjadi wilayah penanganan pada periode selanjutnya setelah tahun 2014.

Adapun wilayah tersebut seluruhnya berada di kawasan perbatasan laut yang meliputi 20

Provinsi, 39 Kabupaten, dan 76 Kecamatan sebagaimana tergambar pada Tabel.

Halaman | II - 16

PENYIAPAN PENGEMBANGAN DATABASE PENGELOLAAN KSNKABUPATEN BELU, KABUPATEN MALAKA DENGAN NEGARA REPUBLIC DEMOKRATIC OF TIMOR LESTE (RDTL)

Tabel 2.4Daftar Lokasi Prioritas I

(Penanganan setelah tahun 2014) 9 Prov, 14 Kab, 26 Kecamatan

Provinsi Kabupaten Kecamatan Pulau Kecil Terluar

Riau Pelalawan Kuala KamparKet: Merupakan ExitEntry Point/ PLB

Kep. Riau Karimun TebingP. Iyu Kecil, P. Karimun Kecil

Kep. Riau Natuna Subi P. Subi KecilKep. Riau Lingga Senayang Merupakan Exit-Entry

Point/ PLBKep. Riau Lingga Daek Nusa Tenggara Timur

Alor Mataru Ket: Daftar kecamatan rekomendasi Bappeda kab. Alor, dimana P. Alor merupakan salah satu PPKT.

Nusa Tenggara Timur

Alor Pantar Tengah

Nusa Tenggara Timur

Alor Pantar Timur

Nusa Tenggara Timur

Alor Pureman

Nusa Tenggara Timur

Alor Alor Barat Daya

Nusa Tenggara Timur

Alor Alor Selatan

Nusa Tenggara Timur

Alor Alor Timur

Kalimantan Timur Berau Maratua P. Maratua Kalimantan Timur Berau Talisayang P. SambitSulawesi Utara Kepulauan Sangihe Kandahe P. Kawalusu, P. KawioSulawesi Utara Minahasa Utara Wori P. ManterawuSulawesi Utara Siau Tagulandang

BiaroSiau Barat P. Makalehi

Sulawesi Tengah Toli-Toli Dampal Utara P. LingianSulawesi Tengah Toli-Toli Toli-Toli

UtaraP. Salando, P. Dolangan

Maluku Maluku Barat Daya Babar Timur P. MaselaMaluku Maluku Barat Daya Leti Moa

LakorP. Leti

Maluku Maluku Tenggara Barat

Selaru P. Selaru, P. Batarkusu

Maluku Maluku Tenggara Barat

Tanimbar Utara

P. Larat

Maluku Utara Halmahera Timur Patani Utara P. Jiew

Halaman | II - 17

PENYIAPAN PENGEMBANGAN DATABASE PENGELOLAAN KSNKABUPATEN BELU, KABUPATEN MALAKA DENGAN NEGARA REPUBLIC DEMOKRATIC OF TIMOR LESTE (RDTL)

Provinsi Kabupaten Kecamatan Pulau Kecil Terluar

Papua Merauke Kimaam P. KoleponSumber : Rencana Induk Kawasan Perbatasan Negara Tahun 2010-2014

Tabel 2.5Daftar Lokasi Prioritas II

(Penanganan setelah tahun 2014) 16 Provinsi, 27 Kab, 31 Kecamatan

Provinsi Kabupaten Kecamatan Pulau Kecil Terluar

N A D Aceh Besar Lok Nga P. Rusa

N A D Aceh Jaya Sampai Niat P. Raya

N A D Simeulue Alafan P. Salaut Besar

N A D Simeulue Simeulue Tengah P. Simeleucut

Sumatera Barat Kepulauan

Mentawai

Pagai Selatan P. Sibarubaru

Sumatera Barat Kepulauan

Mentawai

Siberut Selatan P. Sinyaunyau

Sumatera Utara Nias Pulau-Pulau Batu P. Wunga

Sumatera Utara Nias Selatan Afulu P. Simuk

Bengkulu Bengkulu Utara Enggano P. Enggano, P. Mega

Lampung Lampung Barat Krui P. Batu Kecil

Kep. Riau Bintan Bintan Pesisir P. Sentut

Kep. Riau Kep. Anambas Palmatak P. Tokongbelayar

Kep. Riau Kep. Anambas SiantanP. Tokongmalangbiru, P.

Tokongnanas

Kep. Riau Kota Batam Nongsa P. Nongsa

Kep. Riau Kota Batam Sekupang P. Batu Berhanti

Jawa Barat Tasikmalaya Cikalong P. Manuk

Jawa Tengah Cilacap Cilacap Selatan P. Nusa Kambangan

Jawa Timur Jember Puger P. Barung

Jawa Timur Trenggalek Watulimo P. Sekel, P. Panehan

Banten Pandeglang Cikeusik P. Deli

Nusa Tenggara

Barat

Lombok Barat Sekotong P. Sophialouisa

Halaman | II - 18

PENYIAPAN PENGEMBANGAN DATABASE PENGELOLAAN KSNKABUPATEN BELU, KABUPATEN MALAKA DENGAN NEGARA REPUBLIC DEMOKRATIC OF TIMOR LESTE (RDTL)

Provinsi Kabupaten Kecamatan Pulau Kecil Terluar

Nusa Tenggara

Timur

Alor Kolona Utara P. Alor

Nusa Tenggara

Timur

Sabu Raijua Raijua P. Dana

Nusa Tenggara

Timur

Sumba Timur Karera P. Mangudu

Sulawesi Utara Bolang Mongondow

Utara

Pinogaluman P. Bangkit

Maluku Kep. Aru Aru SelatanP. Karang, P.

Batugoyang, P. Enu

Maluku Kep. Aru Aru Tengah Gosong Ararkula,

Gosong Karaweira, P.

Penambulai, P. Kultubai

Utara, P. Kultubai

Selatan

Maluku Maluku Barat Daya Mdona Heira P. Meatimearang

Papua Barat Sorong Sausapor P. Miossu

Papua Sarmi Sarmi P. Liki

Papua Asmat Agats P. Laag

Sumber : Rencana Induk Kawasan Perbatasan Negara Tahun 2010-2014

Tabel 2.6Daftar Lokasi Prioritas III

(Penanganan setelah tahun 2014) 1 Prov, 2 Kab, 20 Kecamatan

Provinsi Kabupaten Kecamatan Keterangan

Nusa Tenggara Timur Alor Kabola Merupakan

kecamatan yang

berada di wilayah

Kab. Alor, dimana P.

Alor adalah salah

satu

PPKT

Nusa Tenggara Timur Alor Lembur

Nusa Tenggara Timur Alor Pantar

Nusa Tenggara Timur Alor Pantar Barat

Nusa Tenggara Timur Alor Pantar Barat Laut

Nusa Tenggara Timur Alor Pulau Pura

Nusa Tenggara Timur Alor Teluk Mutiara

Nusa Tenggara Timur Alor Alor Barat Laut

Halaman | II - 19

PENYIAPAN PENGEMBANGAN DATABASE PENGELOLAAN KSNKABUPATEN BELU, KABUPATEN MALAKA DENGAN NEGARA REPUBLIC DEMOKRATIC OF TIMOR LESTE (RDTL)

Provinsi Kabupaten Kecamatan Keterangan

Nusa Tenggara Timur Alor Alor Tengah Utara

Nusa Tenggara Timur Alor Alor Timur Laut

Nusa Tenggara Timur Rote Ndao Rotendao Direkomendasikan

oleh Bappeda

Rotendao, dimana

PPKT nya hanya

berada di kecamatan

Rote Barat

Daya

Nusa Tenggara Timur Rote Ndao Rote Timur

Nusa Tenggara Timur Rote Ndao Rote Baru

Nusa Tenggara Timur Rote Ndao Rote Selatan

Nusa Tenggara Timur Rote Ndao Rote Tengah

Nusa Tenggara Timur Rote Ndao Lolobain

Nusa Tenggara Timur Rote Ndao Rote Barat

Nusa Tenggara Timur Rote Ndao Rote Barat Laut

Nusa Tenggara Timur Rote Ndao Lamduleko

Nusa Tenggara Timur Rote Ndao Ndao Nose

Sumber : Rencana Induk Kawasan Perbatasan Negara Tahun 2010-2014

2.1.3. Instansi terkait dalam Pengembangan Kawasan Strategis nasional dari Sudut

Kepentingan Pertahanan Keamanan

Lembaga fungsional dalam kegiatan penataan ruang nasional adalah Badan

Koordinasi Penataan Ruang Nasional (BKPRN), berdasarkan Keppres Nomor 4 Tahun 2009

tentang organisasi BKPRN. Salah satu tugas BKPRN yang terkait dengan pemantauan

Evaluasi RTRWN adalah pemantauan pelaksanaan Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional

dan pemanfaatkan hasil pemantauan tersebut untuk penyempurnaan Rencana Tata Ruang.

Susunan Organisasi Badan Koordinasi Penataan Ruang Nasional adalah :

A. Ketua :

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian;

B. Wakil Ketua I :

Menteri Pekerjaan Umum;

C. Wakil Ketua II :

Menteri Dalam Negeri;

D. Sekretaris :

Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan

Pembangunan

Nasional;

Halaman | II - 20

PENYIAPAN PENGEMBANGAN DATABASE PENGELOLAAN KSNKABUPATEN BELU, KABUPATEN MALAKA DENGAN NEGARA REPUBLIC DEMOKRATIC OF TIMOR LESTE (RDTL)

E. Anggota :

1. Menteri Pertahanan;

2. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral;

3. Menteri Perindustrian;

4. Menteri Pertanian;

5. Menteri Kehutanan;

6. Menteri Perhubungan;

7. Menteri Kelautan dan Perikanan;

8. Menteri Negara Lingkungan Hidup;

9. Kepala Badan Pertanahan Nasional;

Sejalan dengan reorientasi kebijakan yang baru, pemerintah kemudian menerbitkan

UU No. 43 Tahun 2008 tentang Wilayah Negara yang memberi mandate bagi pembentukan

Badan Pengelola Perbatasan di tingkat pusat dan daerah untuk mengelola kawasan

perbatasan; yang kemudian diikuti dengan terbitnya Perpres No. 12 Tahun 2010 tentang

Badan Nasional Pengelola Perbatasan (BNPP). BNPP merupakan suatu badan atau organisasi

pemerintah yang dibentuk dengan tugas menetapkan kebijakan program pembangunan

perbatasan, menetapkan rencana kebutuhan anggaran, mengoordinasikan pelaksanaan, dan

melaksanakan evaluasi

serta pengawasan terhadap pengelolaan batas wilayah negara dan kawasan perbatasan

(Perpres No. 12/2010, Pasal 3). Untuk melaksanakan tugas tersebut, salah satu fungsi yang

diselenggarakan BNPP adalah penyusunan dan penetapan Rencana Induk dan Rencana Aksi

Pengelolaan Batas Wilayah Negara dan Kawasan Perbatasan (Perpres No. 12/2010, Pasal 4

poin a). Susunan keanggotaan BNPP terdiri atas:

a. Ketua Pengarah : Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan

Keamanan;

b. Wakil Ketua Pengarah I : Menteri Koordinator Bidang

Perekonomian;

c. Wakil Ketua Pengarah II : Menteri Koordinator Bidang

Kesejahteraan Rakyat;

d. Kepala BNPP : Menteri Dalam Negeri

e. Anggota :

1. Menteri Luar Negeri;

2. Menteri Pertahanan;

3. Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia;

Halaman | II - 21

PENYIAPAN PENGEMBANGAN DATABASE PENGELOLAAN KSNKABUPATEN BELU, KABUPATEN MALAKA DENGAN NEGARA REPUBLIC DEMOKRATIC OF TIMOR LESTE (RDTL)

4. Menteri Keuangan;

5. Menteri Pekerjaan Umum;

6. Menteri Perhubungan;

7. Menteri Kehutanan;

8. Menteri Kelautan dan Perikanan;

9. Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan

Perencanaan Pembangunan Nasional;

10. Menteri Pembangunan Daerah Tertinggal;

11. Panglima Tentara Nasional Indonesia;

12. Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia;

13. Kepala Badan Intelijen Negara;

14. Kepala Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional;

15. Gubernur Provinsi terkait.

2.1.4. Kawasan Strategis Nasional Di NTT

Kawasan strategis nasional yang ada di provinsi NTT merupakan wilayah yang

penataan ruangnya diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting dalam lingkup

provinsi terhadap ekonomi, sosial, budaya, dan/atau lingkungan. Penetapan Kawasan

Strategis Provinsi (KSP) menjadi kewenangan dan ditetapkan oleh Pemerintah Provinsi

berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang

berlaku. Adapun kawasan strategis Nasional yang ada di NTT antara lain sebagai berikut :

Tabel 2.7Kawasan Strategis Nasional Di NTT

No Arahan Spasial Lokasi Keterangan

1Kota Pusat Kegiatan Nasional (PKN)

Kupang (I/C/1) I – IV: Tahapan Pengembangan

A : Percepatan Pengembangan kota-kota utama kawasan PerbatasanA/1 : Pengembangan/Peningkatan fungsiA/2 : Pengembangan BaruA/3 : Revitalisasi kota-kota yang telah berfungsi

2 Kota Pusat Kegiatan Wilayah (PKW )

Soe (II/B) Kefamenanu

(II/B) Ende (I/C/1) Maumere (I/C/1) Waingapu (II/C/1)

Halaman | II - 22

PENYIAPAN PENGEMBANGAN DATABASE PENGELOLAAN KSNKABUPATEN BELU, KABUPATEN MALAKA DENGAN NEGARA REPUBLIC DEMOKRATIC OF TIMOR LESTE (RDTL)

No Arahan Spasial Lokasi Keterangan

Ruteng (II/C/1) Labuan Bajo

(I/C/1)

B : Mendorong Pengembangan Kota-Kota Sentra ProduksiC : Revitalisasi dan Percepatan Pengembangan Kota-Kota Pusat Pertumbuhan NasionalC/1 : Pengembangan/Peningkatan fungsiC/2 : Pengembangan BaruC/3 : Revitalisasi kota-kota yang telah berfungsiD : Pengendalian Kota-kota Berbasis Mitigasi BencanaD/1 : Rehabilitasi kota akibat bencana alamD/2 : Pengendalian perkembangan kota-kota berbasis Mitigasi Bencana

3Kota Pusat Kegiatan Strategis Nasional(PKSN)

Atambua (I/A/1) Kalabahi (II/A/2) Kefamenanu

(I/A/2)

4 Kawasan Strategis Nasional (KSN)

Kawasan Perbatasan Darat RI dengan negara Timor Leste (Provinsi Nusa Tenggara Timur) (I/E/2)

Kawasan Perbatasan Laut RI termasuk 5 pulau kecil terluar (Pulau Alor,Batek, Dana, Ndana, dan Mangudu) dengan Negara Timor Leste/Australia(Provinsi Nusa Tenggara Timur) (I/E/2)

Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu Mbay (Provinsi

I – IV : Tahapan Pengembangan

A : Rehabilitasi dan Pengembangan Kawasan Strategis Nasional Dengan Sudut KepentinganEkonomiA/1 : Rehabilitasi/Revitalisasi KawasanA/2 : Pengembangan/Peningkatan kualitas kawasan

B : Rehabilitasi dan Pengembangan Kawasan Strategis Nasional Dengan Sudut Kepentingan Lingkungan HidupB/1 : Rehabilitasi/Revitalisasi KawasanB/2 : Pengembangan/Peningkatan kualitas kawasan

C : Rehabilitasi dan Pengembangan Kawasan Strategis Nasional Dengan

Halaman | II - 23

PENYIAPAN PENGEMBANGAN DATABASE PENGELOLAAN KSNKABUPATEN BELU, KABUPATEN MALAKA DENGAN NEGARA REPUBLIC DEMOKRATIC OF TIMOR LESTE (RDTL)

No Arahan Spasial Lokasi Keterangan

Nusa TenggaraTimur) (I/A/2)

Kawasan Taman Nasional Komodo (Provinsi Nusa Tenggara Timur) (I/B/1)

Sudut Kepentingan Sosial BudayaC/1 : Rehabilitasi/Revitalisasi KawasanC/2 : Pengembangan/Peningkatan kualitas kawasan

D : Rehabilitasi dan Pengembangan Kawasan Strategis Nasional DenganSudut Kepentingan Pendayagunaan Sumberdaya alam dan TeknologiTinggiD/1 : Rehabilitasi/Revitalisasi KawasanD/2 : Pengembangan/Peningkatan kualitas kawasan

E : Rehabilitasi dan Pengembangan Kawasan strategis nasional denganSudut Kepentingan Pertahanan dan KeamananE/1 : Rehabilitasi/Revitalisasi KawasanE/2 : Pengembangan/Peningkatan kualitas kawasan

Sumber : PP No 26 Tahun 2008 Tentang RTRWN

2.2 Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) PP no. 26 Tahun 2008

Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional mencakup beberapa bagian yang dikaji, yaitu

meliputi :

1. Keterkaitan antara kawasan perdesaan dan perkotaan dapat diwujudkan dengan

pengembangan kawasan agropolitan;

2. Pada wilayah pulau yang luas kawasan berfungsi lindungnya harus mencapai 30%

(tiga puluh persen) dari luas wilayah yang ada;

3. Kawasan budidaya yang dikembangkan bersifat saling menunjang satu sama lain;

Halaman | II - 24

PENYIAPAN PENGEMBANGAN DATABASE PENGELOLAAN KSNKABUPATEN BELU, KABUPATEN MALAKA DENGAN NEGARA REPUBLIC DEMOKRATIC OF TIMOR LESTE (RDTL)

4. Kawasan strategis Nasional adalah kawasan yang menjadi tempat kegiatan

perekonomian yang memberikan kontribusi besar terhadap perekonomian Nasional

dan/atau menjadi tempat kegiatan pengolahan sumber daya strategis seperti kawasan

pertambangan dan pengolahan migas, radioaktif, atau logam mulia;

5. Dikembangkannya prasarana dan sarana pendukung seperti jaringan jalan, air bersih,

jaringan listrik, dan telekomunikasi yang dapat mendorong pertumbuhan ekonomi di

kawasan tersebut dan di kawasan sekitarnya;

6. Strategi mengembangkan dan mempertahankan kawasan budi daya pertanian pangan

dilaksanakan, antara lain, dengan mempertahankan lahan sawah beririgasi teknis di

kawasan yang menjadi sentra produksi pangan Nasional;

7. Pengembangan kegiatan pengelolaan sumber daya kelautan di ALKI, ZEE Indonesia,

dan/atau landas kontinen didasarkan pada hak berdaulat atas sumber daya alam yang

terkandung di dalamnya berdasarkan Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa Tentang

Hukum Laut Internasional;

8. Adanya daya dukung lingkungan dan daya tampung lingkungan;

9. Pemanfaatan ruang secara vertikal pemanfaatan ruang secara kompak; serta

10. Kegiatan penunjang adalah kegiatan yang turut menunjang atau mendukung

terselenggaranya suatu kegiatan atau kegiatan utama yang memanfaatkan sumber

daya alam dan/atau teknologi strategis kegiatan turunan adalah kegiatan yang

memanfaatkan hasil atau produk dari kegiatan utama sebagai input produksinya.

2.1.1. Rencana Struktur Ruang

Rencana struktur ruang wilayah Nasional meliputi :

2.1.1.1. Sistem Pusat Pelayanan

Sistem perkotaan Nasional terdiri atas PKN, PKW, dan PKL :

a) PKN ditetapkan dengan kriteria :

1. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul utama

kegiatan ekspor-impor atau pintu gerbang menuju kawasan internasional;

2. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai pusat kegiatan

industri dan jasa skala Nasional atau yang melayani beberapa provinsi;

serta

3. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul utama

transportasi skala Nasional atau melayani beberapa provinsi.

b)PKW ditetapkan dengan kriteria :

Halaman | II - 25

PENYIAPAN PENGEMBANGAN DATABASE PENGELOLAAN KSNKABUPATEN BELU, KABUPATEN MALAKA DENGAN NEGARA REPUBLIC DEMOKRATIC OF TIMOR LESTE (RDTL)

1. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul kedua

kegiatan ekspor-impor yang mendukung PKN;

2. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai pusat kegiatan

industri dan jasa yang melayani skala provinsi atau beberapa kabupaten;

serta

3. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul

transportasi yang melayani skala provinsi atau beberapa kabupaten.

c) PKL ditetapkan dengan kriteria :

1. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai pusat kegiatan

industri dan jasa yang melayani skala kabupaten atau beberapa kecamatan;

serta

2. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul

transportasi yang melayani skala kabupaten atau beberapa kecamatan

Sistem perkotaan Nasional juga dikembangkan PKSN untuk mendorong

perkembangan kawasan perbatasan Negara.

d)PKSN ditetapkan dengan kriteria :

1. Pusat perkotaan yang berpotensi sebagai pos pemeriksaan lintas batas dengan

Negara tetangga;

2. Pusat perkotaan yang berfungsi sebagai pintu gerbang internasional yang

menghubungkan dengan Negara tetangga;

3. Pusat perkotaan yang merupakan simpul utama transportasi yang

menghubungkan wilayah sekitarnya; serta

4. Pusat perkotaan yang merupakan pusat pertumbuhan ekonomi yang dapat

mendorong perkembangan kawasan di sekitarnya.

Pada RTRW Nasional, Kabupaten Belu berkedudukan sebagai PKSN (Pusat Kegiatan

Strategis Nasional) dengan fungsi pengembangan/peningkatan fungsi kawasan perbatasan

Negara.

2.1.1.2. Sistem Pengembangan Jaringan Prasarana

Sistem Pengembangan Jaringan Prasarana Wilayah terdiri dari :

1. Sistem Jaringan Prasarana Utama

a. Sistem jaringan transportasi darat

Jaringan Jalan, dalam hal ini jaringan jalan strategis nasional untuk Pulau

Timor direncanakan pada ruas jalan yang menghubungkan Batuputih –

Halaman | II - 26

PENYIAPAN PENGEMBANGAN DATABASE PENGELOLAAN KSNKABUPATEN BELU, KABUPATEN MALAKA DENGAN NEGARA REPUBLIC DEMOKRATIC OF TIMOR LESTE (RDTL)

Panite – Kalbano – Oinlasi – Boking – Wanibesak – Besikama – Webua –

Motamasin – Batas Timor Leste.

Jaringan jalan, dalam hal ini. Jalan Nasional, Jalan Propinsi serta Jalan

Perbatasan yang melintasi Kabupaten Belu dapat dilihat pada tabel di bawah

ini :

Jaringan prasarana lalu lintas dan angkutan jalan

Jaringan prasarana lalu lintas, dalam hal ini adalah rencana pengembangan

terminal Tipe A terdapat di Mota’ain sebagai penghubung perbatasan antar

negara disesuaikan dengan kapasitas pelayanan dan jumlah penumpang.

Jaringan transportasi sungai, danau dan penyeberangan, dalam hal ini

pelabuhan penyeberangan lintas Kabupaten/Kota yang ada di Kabupaten

Belu adalah Pelabuhan Teluk Gurita. Lintas penyeberangan yang

menghubungkan titik-titik pergerakan antar pulau dan antar kabupaten/kota

dalam wilayah Provinsi yaitu jalur Baranusa – Atapupu.

b. Sistem jaringan transportasi laut

Sistem jaringan transportasi laut terdiri atas tatanan kepelabuhanan dan jalur

pelayaran. Tatanan kepelabuhanan, dalam hal ini pelabuhan pengumpul yang

berada di Kabupaten Belu adalah Pelabuhan Atapupu. Alur pelayaran internasional

meliputi jalur Kupang - Timor Leste; Atapupu – Timor Leste; dan Kalabahi –

Timor Leste. Alur pelayaran regional meliputi jalur Kupang – Mananga –

Lewoleba – Balauring – Baranusa – Kalabahi – Atapupu.

c. Sistem jaringan transportasi udara

Sistem jaringan transportasi udara terdiri atas tatanan kebandarudaraan dan ruang

udara untuk penerbangan. Tatanan kebandarudaraan, dalam hal ini Bandar udara

pengumpul skala tersier di Kabupaten Belu adalah Bandar Udara Haliwen. Untuk

bandar udara pengumpan adalah Bandar Udara Lekunik. Ruang udara untuk

penerbangan antara lain berupa jalur penerbangan, dalam hal ini jalur penerbangan

lokal dari Bandara El Tari; Bandara Wai Oti dan Bandara Komodo; Bandara Umbu

Mehang Kunda dan Tambolaka ke Bandara Haliwen dan Bandara Lekunik yang

berada di Kabupaten Belu.

2. Sistem Jaringan Prasarana Lainnya

a. Sistem jaringan energi

Halaman | II - 27

PENYIAPAN PENGEMBANGAN DATABASE PENGELOLAAN KSNKABUPATEN BELU, KABUPATEN MALAKA DENGAN NEGARA REPUBLIC DEMOKRATIC OF TIMOR LESTE (RDTL)

Untuk sistem jaringan energi, di Kabupaten Belu memiliki Pembangkit Listrik

Tenaga Diesel (PLTD) Atambua, Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Apoik,

dan Gardu Induk Atambua. Jaringan transmisi tenaga listrik nasional di Pulau

Timor berupa Saluran Udara Tegangan Tinggi dengan tegangan 150 KV

menghubungkan Kota Kupang – Oelmasi – Soe – Kefamenanu – Atambua.

Jaringan transmisi tenaga listrik tegangan 70 KV yang menghubungkan PLTU

Bolok ke Maulafa, Maulafa ke Naibonat, Naibonat ke Nonohamis / Soe,

Kefamenanu – Atambua. Depot Bahan Bakar Minyak terdiri atas Depot Waingapu,

Depot Reo, Depot Ende, Depot Maumere, Depot Kupang, Depot Kalabahi, dan

Depot Atapupu.

b. Sistem jaringan sumber daya air

Sistem Jaringan Sumber Daya Air terdiri atas wilayah sungai lintas negara; wilayah

sungai strategis nasional; wilayah sungai lintas kabupaten/kota; jaringan air baku

untuk kebutuhan air minum; jaringan air baku untuk pertanian; sumber air baku di

wilayah perbatasan; dan sistem pengendalian banjir.

Wilayah sungai lintas negara yang melintasi Kabupaten Belu – Timor Leste adalah

Wilayah Sungai Benanain. Daerah Irigasi (DI) di Kabupaten Belu terdiri atas D.I.

Alas, D.I. Fatubesi, D.I. Maubusa dan D.I. Obor. Sumber Air Baku di Wilayah

Perbatasan yaitu Sungai Warmre, Muturi, Aitinyo, Klasagun (SWS Wasi – Kais –

Omba), Sungai Buik, Luradik, Baukama, Baukoek, Malibaka, Motamuru,

Noelbesi, Welulik, Murabesi dan Napan.

c. Sistem jaringan telekomunikasi

Sistem jaringan telekomunikasi terdiri atas jaringan terestrial; dan jaringan satelit.

Jaringan terrestrial tersebar hampir di seluruh ibukota Kabupaten dan di beberapa

ibukota kecamatan, termasuk Atambua dan Betun di Kabupaten Belu

Tabel 2.1Jaringan Jalan Nasional, Provinsi dan Perbatasan

Di Kabupaten BeluStatus Jalan Fungsi Jalan Ruas Jalan

Nasional Arteri Primer Maubesi – Nesam (Kiupukan)

Halaman | II - 28

PENYIAPAN PENGEMBANGAN DATABASE PENGELOLAAN KSNKABUPATEN BELU, KABUPATEN MALAKA DENGAN NEGARA REPUBLIC DEMOKRATIC OF TIMOR LESTE (RDTL)

Status Jalan Fungsi Jalan Ruas Jalan

Nesam (Kiupukan) – Halilulik

Halilulik – Bts Kota Atambua

Jl. Suprapto

Jl. Supomo

Jl. M.Yamin

Jl. Basuki Rahmat

Bts Kota Atambua – Motaain

Jl. Martadinata

Jl.Yos Sudarso

Provinsi Kolektor Primer Kefamenanu – Wini – Biboki

Anleu – Atapupu

Atambua – Lamaknen –

Haekesak

Malaka Tengah – Boking –

Kolbano – Amanuban Selatan

– Amarasi – Kupang Barat

(Selatan Pulau Timor)

Jalan Perbatasan Wini – Maubesi – Sakato –

Wini – Atapupu

Mota’ain – Atapupu –

Atambua

Motamasin – Halilulik

Haekesak – Atambua

Sumber : Perda no. 1 Tahun 2011

2.1.2. Rencana Pola Ruang

2.1.2.1. Rencana Pola Ruang Lindung Nasional terdiri atas :

a) Kawasan Lindung Nasional

1. Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya;

2. Kawasan perlindungan setempat;

3. Kawasan suaka alam, pelestarian alam, dan cagar budaya;

4. Kawasan rawan bencana alam;

5. Kawasan lindung geologi; serta

6. Kawasan lindung lainnya.

Halaman | II - 29

PENYIAPAN PENGEMBANGAN DATABASE PENGELOLAAN KSNKABUPATEN BELU, KABUPATEN MALAKA DENGAN NEGARA REPUBLIC DEMOKRATIC OF TIMOR LESTE (RDTL)

b) Kawasan Budi Daya yang memiliki nilai strategis Nasional

1. Kawasan Budi Daya

Kawasan peruntukan hutan produksi dimaksudkan untuk menyediakan

komoditas hasil hutan untuk memenuhi kebutuhan untuk keperluan

industri, sekaligus untuk melindungi kawasan hutan yang ditetapkan

sebagai hutan lindung dan hutan konservasi dari kerusakan akibat

pengambilan hasil hutan yang tidak terkendali.

2. Kawasan Peruntukan Hutan Produksi

Kawasan peruntukan hutan produksi dimaksudkan untuk memenuhi

kebutuhan akan hasil hutan. Kawasan hutan rakyat berada pada lahan-

lahan masyarakat dan dikelola oleh masyarakat.

3. Kawasan Peruntukan Pertanian

Kawasan peruntukan pertanian selain dimaksudkan untuk mendukung

ketahanan pangan Nasional juga dimaksudkan untuk memenuhi

kebutuhan bahan baku industri dan penyediaan lapangan kerja.

4. Kawasan Peruntukan Perikanan

Penerapan kriteria kawasan peruntukan perikanan secara tepat diharapkan

akan mendorong terwujudnya kawasan perikanan yang dapat memberikan

manfaat berikut:

Meningkatkan produksi perikanan dan mendayagunakan investasi;

Meningkatkan perkembangan pembangunan lintas sektor dan sub

sektor serta kegiatan ekonomi sekitarnya;

Meningkatkan fungsi lindung;

Meningkatkan upaya pelestarian kemampuan sumber daya alam;

Meningkatkan pendapatan masyarakat;

Meningkatkan pendapatan Nasional dan daerah;

Meningkatkan kesempatan kerja;

Meningkatkan ekspor; serta

Meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

5. Kawasan Peruntukan Industri

Kawasan peruntukan industri ditetapkan dengan kriteria:

Berupa wilayah yang dapat dimanfaatkan untuk kegiatan industri;

Tidak mengganggu kelestarian fungsi lingkungan hidup; serta

Tidak mengubah lahan produktif.

Halaman | II - 30

PENYIAPAN PENGEMBANGAN DATABASE PENGELOLAAN KSNKABUPATEN BELU, KABUPATEN MALAKA DENGAN NEGARA REPUBLIC DEMOKRATIC OF TIMOR LESTE (RDTL)

6. Kawasan Peruntukan Permukiman

Kawasan peruntukan permukiman ditetapkan dengan kriteria:

Berada di luar kawasan yang ditetapkan sebagai kawasan rawan

bencana;

Memiliki akses menuju pusat kegiatan masyarakat di luar kawasan;

serta

Memiliki kelengkapan prasarana, sarana, dan utilitas pendukung.

7. Kawasan Peruntukan Lainnya.

Pada Kabupaten Belu terdapat kawasan lindung Nasional yang ditetapkan

oleh RTRW Nasional yaitu Suaka Margasatwa Kateri dan Cagar Alam

Maubesi.

Kawasan strategis yang terdapat di Provinsi terdiri atas Kawasan Strategis

Nasional; dan Kawasan Strategis Provinsi. Kawasan Strategis Nasional,

dalam hal ini Kawasan strategis dari sudut kepentingan pertahanan dan

keamanan Negara, yaitu Kawasan perbatasan darat Republik Indonesia

dengan Negara Timor Leste; Kawasan perbatasan laut Republik Indonesia

termasuk 5 (lima) pulau kecil terluar dengan Negara Timor Leste dan

Australia yaitu Pulau Alor, Batek, Dana, Ndana, dan Mengkudu;

Diperuntukkan bagi kepentingan pemeliharaan keamanan dan pertahanan

negara berdasarkan geostrategik nasional; dan Diperuntukkan bagi basis

militer, daerah latihan militer, daerah pembuangan amunisi dan peralatan

pertahanan lainnya, gudang amunisi, daerah ujicoba persenjataan,

dan/atau kawasan industri sistem pertahanan.

Kawasan Strategis Provinsi dari sudut kepentingan ekonomi yang

terdapat di Kabupaten Belu yaitu Kawasan Mena. Kawasan strategis dari

sudut kepentingan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup yaitu

Kawasan Benanain di Kabupaten Timor Tengah Utara dan Kabupaten

Belu. Kawasan Motaain dan Motomasin di Kabupaten Belu digolongkan

Kawasan Pendukung Strategis Perbatasan sebagai penunjang Kawasan

Strategis Nasional perbatasan darat dengan Negara Timor Leste.

2.1.2.2. Rencana Pola Ruang Budidaya Nasional terdiri atas :

Halaman | II - 31

PENYIAPAN PENGEMBANGAN DATABASE PENGELOLAAN KSNKABUPATEN BELU, KABUPATEN MALAKA DENGAN NEGARA REPUBLIC DEMOKRATIC OF TIMOR LESTE (RDTL)

Kabupaten Belu merupakan bagian dari kawasan andalan, dengan sektor

unggulannya yaitu kawasan perbatasan darat RI dengan Negara Timor Leste dengan fungsi

pengembangan/ peningkatan kualitas kawasan.

2.3 Rencana Tata Ruang Wilayah Propinsi (RTRWP) Perda no. 1 Tahun 2011

Rencana struktur ruang wilayah Provinsi terdiri atas sistem pusat kegiatan dan sistem

jaringan prasarana wilayah. Dalam Peraturan Daerah no. 1 Tahun 2011, salah satu

pengembangan sistem pusat kegiatan di wilayah Provinsi Nusa Tenggara Timur yaitu Pusat

Kegiatan Strategis Nasional (PKSN). Adapun kota yang menjadi Pusat Kegiatan Strategis

Nasional (PKSN) yaitu Kota Atambua di Kabupaten Belu; Kota Kefamenanu di

Kabupaten Timor Tengah Utara; dan Kota Kalabahi di Kabupaten Alor.

2.2.1. Rencana Struktur Ruang Wilayah Provinsi

Rencana struktur ruang wilayah Provinsi terdiri atas sistem pusat kegiatan dan sistem

jaringan prasarana wilayah. Dalam Peraturan Daerah no. 1 Tahun 2011, salah satu

pengembangan sistem pusat kegiatan di wilayah Provinsi Nusa Tenggara Timur yaitu Pusat

Kegiatan Strategis Nasional (PKSN). Adapun kota yang menjadi Pusat Kegiatan Strategis

Nasional (PKSN) yaitu Kota Atambua di Kabupaten Belu; Kota Kefamenanu di

Kabupaten Timor Tengah Utara; dan Kota Kalabahi di Kabupaten Alor.

2.2.1.1. Sistem Pengembangan Jaringan Prasarana

Sistem Pengembangan Jaringan Prasarana Wilayah terdiri dari :

1. Sistem Jaringan Prasarana Utama

a. Sistem jaringan transportasi darat

Jaringan Jalan, dalam hal ini jaringan jalan strategis nasional untuk Pulau

Timor direncanakan pada ruas jalan yang menghubungkan Batuputih –

Panite – Kalbano – Oinlasi – Boking – Wanibesak – Besikama – Webua –

Motamasin – Batas Timor Leste.

Jaringan jalan, dalam hal ini. Jalan Nasional, Jalan Propinsi serta Jalan

Perbatasan yang melintasi Kabupaten Belu dapat dilihat pada tabel di

bawah ini :

Tabel 2.2

Halaman | II - 32

PENYIAPAN PENGEMBANGAN DATABASE PENGELOLAAN KSNKABUPATEN BELU, KABUPATEN MALAKA DENGAN NEGARA REPUBLIC DEMOKRATIC OF TIMOR LESTE (RDTL)

Jaringan Jalan Nasional, Provinsi dan PerbatasanDi Kabupaten Belu

Status Jalan Fungsi Jalan Ruas Jalan

Nasional Arteri Primer Maubesi – Nesam (Kiupukan)

Nesam (Kiupukan) – Halilulik

Halilulik – Bts Kota Atambua

Jl. Suprapto

Jl. Supomo

Jl. M.Yamin

Jl. Basuki Rahmat

Bts Kota Atambua – Motaain

Jl. Martadinata

Jl.Yos Sudarso

Provinsi Kolektor Primer Kefamenanu – Wini – Biboki

Anleu – Atapupu

Atambua – Lamaknen –

Haekesak

Malaka Tengah – Boking –

Kolbano – Amanuban Selatan

– Amarasi – Kupang Barat

(Selatan Pulau Timor)

Jalan Perbatasan Wini – Maubesi – Sakato –

Wini – Atapupu

Mota’ain – Atapupu –

Atambua

Motamasin – Halilulik

Haekesak – Atambua

Sumber : Perda no. 1 Tahun 2011

Jaringan prasarana lalu lintas, dalam hal ini adalah rencana

pengembangan terminal Tipe A terdapat di Mota’ain sebagai penghubung

perbatasan antar negara disesuaikan dengan kapasitas pelayanan dan jumlah

penumpang. Jaringan transportasi sungai, danau dan penyeberangan, dalam

hal ini pelabuhan penyeberangan lintas Kabupaten/Kota yang ada di

Kabupaten Belu adalah Pelabuhan Teluk Gurita. Lintas penyeberangan yang

Halaman | II - 33

PENYIAPAN PENGEMBANGAN DATABASE PENGELOLAAN KSNKABUPATEN BELU, KABUPATEN MALAKA DENGAN NEGARA REPUBLIC DEMOKRATIC OF TIMOR LESTE (RDTL)

menghubungkan titik-titik pergerakan antar pulau dan antar kabupaten/kota

dalam wilayah Provinsi yaitu jalur Baranusa – Atapupu.

Jaringan prasarana lalu lintas dan angkutan jalan

Jaringan prasarana lalu lintas, dalam hal ini adalah rencana pengembangan

terminal Tipe A terdapat di Mota’ain sebagai penghubung perbatasan

antar negara disesuaikan dengan kapasitas pelayanan dan jumlah

penumpang. Jaringan transportasi sungai, danau dan penyeberangan,

dalam hal ini pelabuhan penyeberangan lintas Kabupaten/Kota yang ada

di Kabupaten Belu adalah Pelabuhan Teluk Gurita. Lintas penyeberangan

yang menghubungkan titik-titik pergerakan antar pulau dan antar

kabupaten/kota dalam wilayah Provinsi yaitu jalur Baranusa – Atapupu.

b. Sistem jaringan transportasi laut

Sistem jaringan transportasi laut terdiri atas tatanan kepelabuhanan dan jalur

pelayaran. Tatanan kepelabuhanan, dalam hal ini pelabuhan pengumpul yang

berada di Kabupaten Belu adalah Pelabuhan Atapupu. Alur pelayaran

internasional meliputi jalur Kupang - Timor Leste; Atapupu – Timor Leste; dan

Kalabahi – Timor Leste. Alur pelayaran regional meliputi jalur Kupang –

Mananga – Lewoleba – Balauring – Baranusa – Kalabahi – Atapupu.

c. Sistem jaringan transportasi udara

Sistem jaringan transportasi udara terdiri atas tatanan kebandarudaraan dan

ruang udara untuk penerbangan. Tatanan kebandarudaraan, dalam hal ini Bandar

udara pengumpul skala tersier di Kabupaten Belu adalah Bandar Udara

Haliwen. Untuk bandar udara pengumpan adalah Bandar Udara Lekunik. Ruang

udara untuk penerbangan antara lain berupa jalur penerbangan, dalam hal ini

jalur penerbangan lokal dari Bandara El Tari; Bandara Frans Seda dan Bandara

Komodo; Bandara Umbu Mehang Kunda dan Tambolaka ke Bandara Haliwen

dan Bandara Lekunik yang berada di Kabupaten Belu.

2. Sistem Jaringan Prasarana Lainnya

a. Sistem jaringan energi

Untuk sistem jaringan energi, di Kabupaten Belu memiliki Pembangkit Listrik

Tenaga Diesel (PLTD) Atambua, Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU)

Halaman | II - 34

PENYIAPAN PENGEMBANGAN DATABASE PENGELOLAAN KSNKABUPATEN BELU, KABUPATEN MALAKA DENGAN NEGARA REPUBLIC DEMOKRATIC OF TIMOR LESTE (RDTL)

Apoik, dan Gardu Induk Atambua. Jaringan transmisi tenaga listrik nasional di

Pulau Timor berupa Saluran Udara Tegangan Tinggi dengan tegangan 150 KV

menghubungkan Kota Kupang – Oelmasi – Soe – Kefamenanu – Atambua.

Jaringan transmisi tenaga listrik tegangan 70 KV yang menghubungkan PLTU

Bolok ke Maulafa, Maulafa ke Naibonat, Naibonat ke Nonohamis / Soe,

Kefamenanu – Atambua. Depot Bahan Bakar Minyak terdiri atas Depot

Waingapu, Depot Reo, Depot Ende, Depot Maumere, Depot Kupang, Depot

Kalabahi, dan Depot Atapupu.

b. Sistem jaringan sumber daya air

Sistem Jaringan Sumber Daya Air terdiri atas wilayah sungai lintas negara;

wilayah sungai strategis nasional; wilayah sungai lintas kabupaten/kota;

jaringan air baku untuk kebutuhan air minum; jaringan air baku untuk pertanian;

sumber air baku di wilayah perbatasan; dan sistem pengendalian banjir.

Wilayah sungai lintas negara yang melintasi Kabupaten Belu – Timor Leste

adalah Wilayah Sungai Benanain. Daerah Irigasi (DI) di Kabupaten Belu terdiri

atas D.I. Alas, D.I. Fatubesi, D.I. Maubusa dan D.I. Obor. Sumber Air Baku di

Wilayah Perbatasan yaitu Sungai Warmre, Muturi, Aitinyo, Klasagun (SWS

Wasi – Kais –Omba), Sungai Buik, Luradik, Baukama, Baukoek, Malibaka,

Motamuru, Noelbesi, Welulik, Murabesi dan Napan.

c. Sistem jaringan telekomunikasi

Sistem jaringan telekomunikasi terdiri atas jaringan terestrial; dan jaringan

satelit. Jaringan terrestrial tersebar hampir di seluruh ibukota Kabupaten dan di

beberapa ibukota kecamatan, termasuk Atambua dan Betun di Kabupaten.

2.2.2. Rencana Pola Ruang Wilayah Provinsi

2.2.2.1. Kebijakan Penetapan Kawasan Lindung dan Budidaya di Nusa Tenggara

Timur

a) Kawasan Lindung

Kebijaksanaan Nasional dalam Pengembangan Kawasan Lindung meliputi

kebijaksanaan untuk memelihara dan mewujudkan kelestarian fungsi

lingkungan hidup serta mencegah timbulnya kerusakan lingkungan hidup.

Sedangkan strategi untuk memelihara dan mewujudkan kelestarian fungsi

lingkungan hidup diselenggarakan dengan :

1. Menetapkan kawasan lindung di darat dan di lautan;

Halaman | II - 35

PENYIAPAN PENGEMBANGAN DATABASE PENGELOLAAN KSNKABUPATEN BELU, KABUPATEN MALAKA DENGAN NEGARA REPUBLIC DEMOKRATIC OF TIMOR LESTE (RDTL)

2. Mempertahankan luas kawasan berfungsi lindung dalam satu bentangan

wilayah pulau dan pesisir minimum 30% dari luas wilayah pulau, serta

sesuai kondisi ekosistem wilayah yang bersangkutan;

3. Memelihara dan mewujudkan kelestarian fungsi lingkungan hidup serta

mencegah timbulnya kerusakan lingkungan hidup, melalui perlindungan

kawasan – kawasan di darat, laut dan udara secara serasi dan selaras;

4. Mengembalikan fungsi kawasan lindung yang sudah terlanjur dikembangkan

dan telah terganggu fungsinya untuk tetap memelihara kesinambungan

alam;

5. Kawasan lindung meliputi : kawasan yang memberikan perlindungan

terhadap kawasan bawahannya; kawasan perlindungan setempat; kawasan

suaka alam; kawasan pelestarian alam; kawasan cagar budaya; kawasan

rawan bencana; kawasan cagar alam geologi; kawasan yang memberikan

perlindungan terhadap air tanah dan kawasan lindung lainnya, yang

selanjutnya dijelaskan sebagai berukut : Kawasan yang memberikan

perlindungan kawasan bawahannya, meliputi : Kawasan Hutan Lindung,

Kawasan Bergambut dan Kawasan Resapan air; Kawasan Perlindungan

Setempat, meliputi : Sempadan Mata Air; Sempadan Pantai, Sempadan

Sungai, Kawasan sekitar Danau atau Waduk, Embung dan Bendung; dan

Kawasan Terbuka Hijau Kota termasuk di dalamnya Hutan Kota;

Kawasan Suaka Alam, meliputi : Cagar Alam, Suaka Margasatwa;

Kawasan Pelestarian Alam, meliputi : Taman Nasional; Taman Hutan

Raya; Taman Wisata Alam; Kawasan Cagar Budaya tidak terbagi lagi

dalam kawasan yang lebih kecil.

6. Kawasan Rawan Bencana, meliputi : Kawasan Rawan Bencana Alam Banjir

yang tidak terbagi lagi dalam kawasan yang lebih kecil dan Kawasan

Rawan Bencana Geologi, yang mencakup : Kawasan Rawan Gerakan

Tanah, Bencana Gunung Api, Gempa Bumi, Patahan, Tsunami, Abrasi,

Lahar dan Bahaya Gas Beracun;

7. Kawasan Cagar Alam Geologi, mencakup : Kawasan Keunikan Batuan dan

Fosil, Kawasan Keunikan Bentang Alam, dan Kawasan Keunikan Proses

Geologi;

Halaman | II - 36

PENYIAPAN PENGEMBANGAN DATABASE PENGELOLAAN KSNKABUPATEN BELU, KABUPATEN MALAKA DENGAN NEGARA REPUBLIC DEMOKRATIC OF TIMOR LESTE (RDTL)

8. Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap air tanah mencakup :

Kawasan resapan (imbuhan) air tanah dan mata air serta sempadan mata

air;

9. Kawasan Lindung Lainnya, meliputi : Taman Buru, Cagar Biosfir, Kawasan

Perlindungan Plasma Nutfah, Kawasan Pengungsian Satwa, Kawasan

Pantai Berhutan Bakau, dan Kawasan perlintasan bagi jenis biota laut

yang dilindungi.

b) Kawasan Budidaya

Kebijaksanaan pengembangan dan pengelolaan kawasan budidaya

diselenggarakan untuk mewujudkan keterpaduan dan keterkaitan antar

kegiatan. Strategi pengembangan dan pengelolaan kawasan budidaya

diselenggarakan dengan : (a)

Menetapkan kawasanbudidaya untuk pemanfaatan sumberdaya alam di

darat maupun dilaut secara sinergis untuk mewujudkan keseimbangan

pemanfaatan ruang wilayah;

Mengembangkan kegiatan – kegiatan budidaya beserta prasarana

penunjangnya baik di darat maupun di laut secara sinergis;

Mengembangkan dan mempertahankan kawasan budidaya pertanian

pangan Nasional;

Mengembangkan kegiatan untuk ketahanan budidaya pengelolaan

sumberdaya alam laut yang bernilai ekonomi di ZEE dan landas kontinen;

Mengendalikan masalah perkotaan.

1. Kawasan yang diperuntukan sebagai kawasan hutan produksi, yaitu

kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok memproduksi berbagai

hasil hutan;

2. Kawasan yang diperuntukan sebagai kawasan hutan rakyat, yaitu

kawasan hutan yang tidak terbagi lagi menjadi kawasan yang lebih

kecil;

3. Kawasan yang diperuntukan sebagai pertanian, meliputi : kawasan

budidaya tanaman pangan; kawasan budidaya holtikultura; kawasan

budidaya perkebunan; kawasan budidaya peternakan.

4. Kawasan yang diperuntukan sebagai kawasan perikanan meliputi

wilayah pesisir dan laut, yang disediakan untuk memenuhi kebutuhan

perikanan;

5. Kawasan yang diperuntukan sebagai kawasan pertambangan meliputi

peruntukan ruang dengan potensi pengembangan bahan-bahan galian

Halaman | II - 37

PENYIAPAN PENGEMBANGAN DATABASE PENGELOLAAN KSNKABUPATEN BELU, KABUPATEN MALAKA DENGAN NEGARA REPUBLIC DEMOKRATIC OF TIMOR LESTE (RDTL)

yang dibagi atas tiga golongan, yaitu golongan bahan galian strategis,

bahan galian vital, atau golongan bahan galian yang tidak termasuk

dalam kedua golongan diatas;

6. Kawasan yang diperuntukan sebagai kawasan industri merupakan

kawasan yang dikembangkan bagi berbagai kegiatan industri;

7. Kawasan yang diperuntukan sebagai kawasan pariwisata merupakan

kawasan dengan luas tertentu yang dibangun atau disediakan untuk

memenuhi kebutuhan pariwisata;

8. Kawasan yang diperuntukan sebagai kawasan permukiman meliputi

kawasan yang didominasi oleh lingkungan hunian dengan fungsi

utama sebagai tempat tinggal;

9. Dalam rangka mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih efisien

maka ditetapkan kawasan andalan, yaitu kawasan yang

mengupayakan pengembangan sektor-sektor unggulan secara terpadu,

untuk keselarasan pengembangan antar wilayah dan antar sektor.

Kawasan strategis yang terdapat di Provinsi terdiri atas Kawasan Strategis

Nasional; dan Kawasan Strategis Provinsi. Kawasan Strategis Nasional, dalam

hal ini Kawasan strategis dari sudut kepentingan pertahanan dan keamanan

Negara, yaitu Kawasan perbatasan darat Republik Indonesia dengan Negara

Timor Leste; Kawasan perbatasan laut Republik Indonesia termasuk 5 (lima)

pulau kecil terluar dengan Negara Timor Leste dan Australia yaitu Pulau Alor,

Batek, Dana, Ndana, dan Mengkudu; Diperuntukkan bagi kepentingan

pemeliharaan keamanan dan pertahanan negara berdasarkan geostrategik

nasional; dan Diperuntukkan bagi basis militer, daerah latihan militer, daerah

pembuangan amunisi dan peralatan pertahanan lainnya, gudang amunisi, daerah

ujicoba persenjataan, dan/atau kawasan industri sistem pertahanan.

Kawasan Strategis Provinsi dari sudut kepentingan ekonomi yang terdapat

di Kabupaten Belu yaitu Kawasan Mena. Kawasan strategis dari sudut

kepentingan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup yaitu Kawasan Benanain

di Kabupaten Timor Tengah Utara dan Kabupaten Belu. Kawasan Motaain dan

Motomasin di Kabupaten Belu digolongkan Kawasan Pendukung Strategis

Perbatasan sebagai penunjang Kawasan Strategis Nasional perbatasan darat

dengan Negara Timor Leste.

Halaman | II - 38

PENYIAPAN PENGEMBANGAN DATABASE PENGELOLAAN KSNKABUPATEN BELU, KABUPATEN MALAKA DENGAN NEGARA REPUBLIC DEMOKRATIC OF TIMOR LESTE (RDTL)

2.4 Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kab. Belu, Perda no. 6 Tahun 2011

Kebijakan penataan ruang wilayah di Kabupaten Belu antara lain meliputi

peningkatan fungsi kawasan untuk pertahanan dan keamanan, yang meliputi mendukungnya

penetapan kawasan strategis nasional dengan fungsi khususu pertahanan dan keamanan di

perbatasan Negara RI-RDTL, mengembangkan kegiatan budidaya secara selektif didalam dan

disekitar kawasan stratrgis nasional untuk menjaga fungsi pertahanan dan keamanan,

mengembangkan kawasan lindung dan/atau kawasan budidaya tidak terbangun disekitar

kawasan strategis nasional sebagai zona penyangga yang memisahkan kawasan strategis

nasional dengan kawasan budidaya terbangun, dan turut serta menjaga dan memelihara asset-

aset pertahanan TNI.

Kebijakan lainnya adalah pengembangan kawasan industry dan perdagangan antara

Negara RI-RDTL. Adapun strategis pengembangan yang dipakai meliputi penetapan PKSN

Perkotaan Atambua dan PKLp Perkotaan Betun sebagai pusat distribusi barang dan jasa antar

Negara RI-RDTL, serta menetapkan kawasan-kawasan pengembangan antara lain :

Tabel 2.3Kawasan Pengembangan Industri Dan Perdagangan Antar Negara RI-RDTL

Di Kabupaten BeluKawasan Pengembangan Kecamatan Pusat Pengembangan

I

Kecamatan Raihat Haekesak/Kecamatan Raihat

Kecamatan Lasiolat

Kecamatan Lamaknen

Kecamatan Lamaknen Selatan

II

Kecamatan Tasifeto Timur khusus perdagangan di

Lakafehan

Kecamatan Kakuluk Mesak Pusat industry di Desa

Kenebibi/Kecamatan Kakuluk

Mesak

IIIKecamatan Tasifeto Barat Kinbana/Kecamatan Tasifeto

BaratKecamatan Nanaet Dubesi

IVKecamatan Kobalima Rainawe/Kecamatan Kobalima

Kecamatan Kobalima Timur

Sumber : Perda Kabupaten Belu no 6 Tahun 2011

2.3.1. Rencana Struktur Ruang Wilayah

Pusat – pusat kegiatan di Kabupaten Belu dapat dilihat pada tabel berikut :

Halaman | II - 39

PENYIAPAN PENGEMBANGAN DATABASE PENGELOLAAN KSNKABUPATEN BELU, KABUPATEN MALAKA DENGAN NEGARA REPUBLIC DEMOKRATIC OF TIMOR LESTE (RDTL)

Tabel 2.4Pusat – Pusat Kegiatan

Di Kabupaten BeluPusat Kegiatan Lokasi (Kecamatan/Kelurahan/Desa)

PKWp (Perkotaan Atambua) Kecamatan Kota Atambua

Kecamatan Atambua Barat

Kecamatan Atambua Selatan

PKSN (Perkotaan Atambua) Kecamatan Kota Atambua

Kecamatan Atambua Barat

Kecamatan Atambua Selatan

PKLp (Perkotaan Betun ibu kota

Kecamatan Malaka Tengah)

PPK Haekesak (Kecamatan Raihat)

Kimbana (Kecamatan Tasifeto Barat)

Eokpuran (Kecamatan Laen Manen)

Raihenek (Kecamatan Kobalima)

PPL Umarese (Kecamatan Kakuluk Mesak)

Wedomu (Kecamatan Tasifeto Timur)

Halibete (Kecamatan Lasiolat)

Piebulak (Kecamatan Lamaknen Selatan)

Weluli (Kecamatan Lamaknen)

Teteseban (Kecamatan Nanaet Duabesi)

Webora (Kecamatan Raimanuk)

Maroma Rai (Kecamatan Kobalima Timur)

Fatuao (Kecamatan Io Kufeu)

Kaputu (Kecamatan Sasitamean)

Sarina (Kecamatan Botin Leo Bele)

Boas (Malaka Timur)

Besikama (Kecamatan Malaka Barat)

Biudukfoho (Kecamatan Rinhat)

Kmilaran (Kecamatan Weliman)

Hanamasin (Kecamatan Wewiku)

Sumber : Perda Kabupaten Belu no 6 Tahun 2011

Halaman | II - 40

PENYIAPAN PENGEMBANGAN DATABASE PENGELOLAAN KSNKABUPATEN BELU, KABUPATEN MALAKA DENGAN NEGARA REPUBLIC DEMOKRATIC OF TIMOR LESTE (RDTL)

2.3.1.1. Sistem Jaringan Prasarana Utama, meliputi :

Sistem Prasarana Transportasi :

a. Sistem jaringan transportasi darat

Salah satu rencana pengembangan sistem transportasi darat adalah jaringan jalan,

meliputi :

Tabel 2.5Rencana Pengembangan Jaringan Jalan

Di Kabupaten BeluFungsi Jalan Ruas Jalan Kegunaan

Arteri Primer ruas Jalan Atambua/Kecamatan Kota

Atambua–Weluli/Kecamatan

Lamaknen (P.87)

penghubung antara Perkotaan

Atambua sebagai PKSN menuju

ke Pintu Lintas Batas RI – RDTL

pada Pintu Lintas Batas II

Turiskain

ruas Jalan Webua/Kecamatan Malaka

Tengah–Motamasin/Kecamatan

Kobalima Timur (P.125)

penghubung menuju Pintu Lintas

Batas RI–RDTL pada Pintu

Lintas Batas III Motamasin

ruas Jalan Atambua/Kecamatan Kota

Atambua – Haliwen/Kecamatan

Perkotaan Atambua –

Salore/Kecamatan Tasifeto Timur

(P.85)

penghubung antara Kecamatan

Perkotaan Atambua dan akses

menuju Pintu Lintas Batas RI–

RDTL pada Pintu Lintas Batas I

Motaain

ruas jalan yang mengalami

peningkatan kelas dari kolektor

menjadi arteri yaitu ruas jalan yang

menghubungkan Kupang–RDTL

(Timor Leste), melalui Kupang– TTS–

TTU–Sp.Halilulik–Boas–Uarau–

Wemasa–Motamasin-Timor Leste; dan

ruas jalan yang menghubungkan

Pintu Lintas Batas I dengan

RDTL.

ruas jalan Motaain-Atapupu-Anleu–

Biboki-Wini–RDTL (Oekusi)

Kolektor Primer ruas jalan yang menghubungkan

Malaka Tengah – Weliman –

Biudukfoho – Nunfutu - Boking–

Kolbano – Amanuban Selatan –

penghubung antara perbatasan

Kabupaten Belu dengan

Kabupaten TTU menuju PKlp

Halaman | II - 41

PENYIAPAN PENGEMBANGAN DATABASE PENGELOLAAN KSNKABUPATEN BELU, KABUPATEN MALAKA DENGAN NEGARA REPUBLIC DEMOKRATIC OF TIMOR LESTE (RDTL)

Fungsi Jalan Ruas Jalan Kegunaan

Amarasi – Kupang Barat (Selatan

Timor); dan

Betun

ruas jalan Rainino–Kaputu–

Umasakaer

Lokal Primer penghubung jalan-jalan dalam Kota

Atambua

penghubung jalan-jalan yang

menghubungkan antar desa dalam

kecamatan, antar kecamatan

Jalan Lingkar ruas jalan yang mengelilingi Perkotaan

Atambua yang terdiri dari lingkar barat

yang menghubungkan Naekasa –

Tukuneno – Fatuketi - Umanen

dan lingkar timur yang

menghubungkan Naekasa –

Derokfaturene - Manleten

peningkatan jalan sabuk perbatasan

yang menghubungkan 3 Pintu Lintas

Batas yaitu Pintu Lintas Batas I

Motaain, Pintu Lintas Batas II

Turiskain dan Pintu Lintas Batas III

Metamauk meliputi ruas jalan Motaain

– Silawan – Salore- Haliwen – Sadi–

Maneikun –Baudaok – Asumanu;

Cbg.Lalu – Haekesak– Turiskain;

ruas jalan Haekesak – Rusan –

Builalu– Fulur– Kewar;

ruas jalan Fulur – Henes;

ruas jalan Wedomu – Nualain;

ruas jalan Wedomu–Dafala– Lookeu –

Fatubesi - Laktutus– Fatusakar–

Metamauk;

Sumber : Perda no. 6 Tahun 2011

Halaman | II - 42

PENYIAPAN PENGEMBANGAN DATABASE PENGELOLAAN KSNKABUPATEN BELU, KABUPATEN MALAKA DENGAN NEGARA REPUBLIC DEMOKRATIC OF TIMOR LESTE (RDTL)

b. Sistem jaringan transportasi laut; dan

Rencana pengembangan sistem transportasi laut meliputi rencana pengembangan

pelabuhan Atapupu dan pelabuhan Teluk Gurita sebagai pelabuhan penyeberangan

dan pelabuhan barang; dan rencana pengembangan sarana dan prasarana penunjang

pelabuhan sesuai dengan standar kebutuhan fasilitas pelabuhan. Rencana lainnya

dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 2.6Rencana Pengembangan Pelabuhan

Di Kabupaten BeluJenis Pelabuhan Lokasi Alur Pelayaran

Pelabuhan Penyeberangan

lintas kabupaten/provinsi

Teluk Gurita Teluk Gurita –Kalabahi/Alor,

Teluk Gurita –Waibalun/Flores

Timur

Teluk Gurita – Lewoleba /

Lembata

Teluk Gurita – Kisar/Provinsi

Maluku

Pelabuhan Pengumpul Atapupu alur pelayaran regional

meliputi Jalur Kupang –

Naikliu – Wini – Atapupu –

Ende – Umbu Haramburu

Kapita;

alur pelayaran internasional

meliputi Atapupu – Timor

Leste (RDTL).

Sumber : Perda no. 6 Tahun 2011

Jaringan transportasi penyeberangan yaitu rencana pengembangan prasarana

dan sarana penyeberangan dan feri menuju Kisar, Alor, Lembata dan Flores

Timur. Jaringan prasarana lalu lintas yaitu rencana pengembangan terminal,

meliputi :

Perbaikan dan peningkatan pelayanan terminal penumpang tipe A di Pintu

Lintas Batas Motaain Kecamatan Tasifeto Timur dan Terminal Tipe B di

Kecamatan Atambua Selatan;

Halaman | II - 43

PENYIAPAN PENGEMBANGAN DATABASE PENGELOLAAN KSNKABUPATEN BELU, KABUPATEN MALAKA DENGAN NEGARA REPUBLIC DEMOKRATIC OF TIMOR LESTE (RDTL)

Pengembangan terminal penumpang tipe B di ibu kota Kecamatan Malaka

Tengah dan terminal penumpang tipe C untuk masing – masing ibukota

kecamatan lainnya di Kabupaten Belu;

Peningkatan pengelolaan di setiap terminal penumpang yang ada;

Memisahkan lokasi terminal yang tergabung dengan fasilitas perdagangan

dan jasa sehingga tidak berdampak terhadap arus masuk dan keluar

kendaraan; dan

Pengembangan terminal angkutan barang di Kecamatan Kakuluk Mesak

dan Perkotaan Atambua sebagai sarana distribusi barang dalam

mendukung kegiatan perdagangan baik skala lokal, regional maupun

internasional.

c. Sistem jaringan transportasi udara

Rencana pengembangan sistem transportasi udara mengacu pada rencana induk

Bandar udara Haliwen. Tatanan kebandarudaraan berupa bandar udara Haliwen

sebagai bandar udara pengumpul skala pelayanan tersier.

2.3.1.2. Sistem jaringan prasarana lainnya, meliputi :

a. Sistem jaringan energi

Rencana pengembangan sistem jaringan energi melalui pembangkit listrik meliputi

Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) di Atambua; Pembangkit Listrik Tenaga

Uap (PLTU) Au Fuik Desa Dualaus Kecamatan Kakuluk Mesak dengan kapasitas 4 X

6 MW; Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) di Kecamatan Lamaknen,

Kecamatan Lasiolat dan Kecamatan Raihat; Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB)

di Kecamatan Lamaknen Selatan; dan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) di

seluruh wilayah Kabupaten terutama pada daerah–daerah yang belum terlayani energi

listrik.

Rencana pengembangan sistem jaringan energi melalui gardu induk yaitu Gardu

Induk (GI) Atambua dan seluruh ibu kota kecamatan dengan kapasitas 20 MW dan

tegangan 70/20 KV. Rencana pengembangan sistem jaringan energi melalui jaringan

transmisi tenaga listrik meliputi jaringan transmisi tenaga listrik nasional berupa

saluran udara tegangan tinggi (SUTT) dengan tegangan 150 KV menghubungkan

Kota Kupang – Oelmasi – Soe – Kefamenanu – Atambua; jaringan transmisi tenaga

listrik tegangan 70/20 KV menghubungkan Kefamenanu – Atambua; dan jaringan

Halaman | II - 44

PENYIAPAN PENGEMBANGAN DATABASE PENGELOLAAN KSNKABUPATEN BELU, KABUPATEN MALAKA DENGAN NEGARA REPUBLIC DEMOKRATIC OF TIMOR LESTE (RDTL)

transmisi tenaga listrik tegangan 70/20 KV yang menghubungkan Kota Atambua

dengan seluruh ibu kota kecamatan.

Pengembangan pelayanan energi listrik meliputi peningkatan pemenuhan kebutuhan

energi listrik untuk penerangan jalan umum (PJU) pada jaringan-jaringan; dan untuk

wilayah terisolasi dan tidak layak secara ekonomis untuk dibangun jaringan distribusi

tenaga listrik diprioritaskan dibangun sistem pembangkit tenaga listrik Hybrid.

b. Sistem jaringan telekomunikasi

Sistem jaringan telekomunikasi terdiri atas jaringan teresterial; jaringan satelit; dan

jaringan telekomunikasi lainnya. Jaringan teresterial tersebar di ibu kota Kabupaten

yaitu Atambua dan di ibu kota Kecamatan Malaka Tengah yaitu Betun. Jaringan

satelit meliputi penyediaan infrastruktur telekomunikasi tower BTS (Base Transceiver

Station) bagi wilayah di Kabupaten yang belum terlayani; dan kerja sama

pengembangan telekomunikasi dengan provider yang khususnya belum melayani

wilayah Kabupaten melalui pelayanan menara bersama telekomunikasi. Jaringan

telekomunikasi lain meliputi penyediaan layanan internet; rencana pengembangan

telekomunikasi untuk penanganan bencana; rencana pengembangan jaringan stasiun

televisi lokal hingga ke desa – desa; dan rencana pengembangan jaringan stasiun radio

lokal hingga ke desa – desa.

c. Sistem jaringan sumber daya air

Rencana sistem jaringan sumber daya air meliputi wilayah sungai (WS); cekungan

air tanah (CAT); daerah irigasi (DI); prasarana air baku untuk air minum; dan sistem

pengendalian banjir. Wilayah Sungai (WS) meliputi WS Benenain yang merupakan

WS lintas negara yang melintasi wilayah Kabupaten Belu dengan negara Timor Leste

(RDTL), dimana kewenangannya menjadi kewenangan pemerintah. Daerah aliran

sungai (DAS) pada WS tersebut yang berada di Kabupaten terdiri atas DAS Talau;

DAS Masin; DAS Babulu; DAS Tomutu. Cekungan air tanah (CAT) meliputi CAT

Aroki, CAT Besikama, dan CAT Oemeo. Daerah Irigasi (DI) meliputi :

Tabel 2.7Daerah Irigasi (DI)Di Kabupaten Belu

Kewenangan Daerah Irigasi (DI) Luasan (Ha)

Pemerintah DI Malaka 6.700 ha

DI Haekesak 3.400 ha

Halaman | II - 45

PENYIAPAN PENGEMBANGAN DATABASE PENGELOLAAN KSNKABUPATEN BELU, KABUPATEN MALAKA DENGAN NEGARA REPUBLIC DEMOKRATIC OF TIMOR LESTE (RDTL)

Kewenangan Daerah Irigasi (DI) Luasan (Ha)

Pemerintah Provinsi NTT DI Alas 1650 ha

DI Fatubesi 1650 ha

DI Maubusa 1350 ha

DI Obor 1815 ha

Pemerintah Kabupaten DI Ainiba 150 ha

DI Bakateu 100 ha

DI Bauatok 100 ha

DI Buitasik 150 ha

DI Derok 9 100 ha

DI Eturaifou 125 ha

DI Haekesak 600 ha

DI Halileki 450 ha

DI Halilulik 200 ha

DI Haliwen 299 ha

DI Holeki 450 ha

DI Lakekun I & II 250 ha

DI Nobelu 128 ha

DI Raimea 400 ha

DI Raimetan 150 ha

DI Salore 150 ha

DI Seonpasar 100 ha

DI Taeksoruk 150 ha

DI Takirin 120 ha

DI Teun 100 ha

DI Tolok 600 ha

DI Tubaki 300 ha

DI Wemaromak 200 ha

DI Webua 100 ha

DI Webuni 100 ha

DI Wematek 200 ha

DI Weoan 100 ha

DI Kimbana 50 ha

DI Lalosuk 50 ha

DI Wekari Lalosuk 50 ha

Halaman | II - 46

PENYIAPAN PENGEMBANGAN DATABASE PENGELOLAAN KSNKABUPATEN BELU, KABUPATEN MALAKA DENGAN NEGARA REPUBLIC DEMOKRATIC OF TIMOR LESTE (RDTL)

Kewenangan Daerah Irigasi (DI) Luasan (Ha)

DI Weliman 1000 ha

DI Hasimetan 250 ha

DI Lahurus 175 ha

DI Dualasi 200 ha

DI Lawalu 250 ha

DI Webot 250 ha

DI Beabo 235 ha

DI Buburlaran 350 ha

DI Mausaka 450 ha

DI Weharani 230 ha

DI Raiikun 350 ha

DI Halimodok 125 ha

DI Maudemu 100 ha

DI Lelowai 138 ha

DI Halioan 75 ha

DI Daris 60 ha),

DI Kala Mesak 65 ha

DI Ekin 50 ha

Sumber : Perda no. 6 Tahun 2011

Prasarana air baku untuk air minum meliputi pendayagunaan sumber daya air

untuk air minum tetap mengutamakan pemanfaatan sumber daya air yang berasal dari

air permukaan; rencana sistem air minum yang dilayani suatu perusahaan air minum

dan non perusahaan air minum (Hippam); pemenuhan kebutuhan akan air minum baik

dari suatu perusahaan air minum dan irigasi dilakukan dengan peningkatan jaringan

sampai ke wilayah yang belum terjangkau, sedangkan irigasi dengan peningkatan

saluran dari sistem setengah teknis dan sederhana ditingkatkan menjadi irigasi teknis;

upaya penanganan untuk memenuhi kebutuhan akan air bersih yaitu dengan

pengembangan sistem jaringan air minum yang dilayani dari Embung Haikrit,

Embung Sirani dan embung lainnya serta waduk, dam dan sumber daya air lainnya

yang potensial;dan upaya penanganan untuk meningkatkan layanan fasilitas air bersih

dengan pemanfaatan air tanah dengan mengutamakan pemanfaatan air permukaan di

daerah.

d. Sistem jaringan prasarana lingkungan, meliputi :

Halaman | II - 47

PENYIAPAN PENGEMBANGAN DATABASE PENGELOLAAN KSNKABUPATEN BELU, KABUPATEN MALAKA DENGAN NEGARA REPUBLIC DEMOKRATIC OF TIMOR LESTE (RDTL)

Rencana pengelolaan persampahan

Rencana pengelolaan limbah persampahan di wilayah perkotaan meliputi

penetapan lokasi Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) di Kecamatan Tasifeto Barat

dan Kecamatan Kakuluk Mesak sebagai TPA untuk penanganan sampah

Perkotaan Atambua dan sekitarnya; penetapan lokasi TPA di Kecamatan

Malaka Tengah sebagai TPA untuk penanganan sampah Perkotaan Betun dan

sekitarnya; penambahan jumlah Tempat Penampungan Sementara (TPS), dan

perluasan jangkauan pelayanan; dan sistem pengelolaan TPA yang

dikembangkan adalah dengan menggunakan sistem controlled landfill dan

sanitary landfill.

Rencana penanganan limbah

Rencana penanganan limbah meliputi penanganan limbah padat rumah tangga

(black water) dilakukan dengan konsep septic tank, dan untuk kawasan

permukiman padat digunakan sistem septic tank komunal; penanganan limbah

untuk kawasan ekonomi, sistem gabungan antara sistem individual dan cara

kolektif; dan penanganan limbah untuk kawasan Industri dengan sistem Instalasi

Pengolahan Air Limbah (IPAL) terutama untuk kawasan industri terencana

dengan proses pengelolaan secara kimia dan biologis (disarankan memakai

proses lumpur aktif).

Kawasan Peruntukan Lainnya, salah satunya adalah Kawasan pertahanan dan

keamanan Negara meliputi Kodim 1605 Belu yang berlokasi di Kecamatan Kota

Atambua; Koramil yang tersebar di seluruh wilayah Kabupaten ; Batalyon 744

yang berlokasi di Kecamatan Tasifeto Timur; Markas Komando (MAKO)

Satuan tugas Pengamanan Perbatasan (Satgas Pamtas) yang berlokasi di

Kecamatan Atambua Barat; Markas Komando (MAKO) Brimob yang berlokasi

di Kecamatan Tasifeto Barat; dan Pos–pos pengamanan perbatasan (Pos

Pamtas) yang tersebar di sepanjang garis batas pada kawasan perbatasan RI –

RDTL.

Kawasan pertanian tanaman pangan meliputi daerah irigasi malaka,

Kecamatan Raimanuk, Kecamatan Malaka Tengah, Kecamatan Malaka Barat,

Kecamatan Weliman, Kecamatan Tasifeto Barat, Kecamatan Tasifeto Timur,

Halaman | II - 48

PENYIAPAN PENGEMBANGAN DATABASE PENGELOLAAN KSNKABUPATEN BELU, KABUPATEN MALAKA DENGAN NEGARA REPUBLIC DEMOKRATIC OF TIMOR LESTE (RDTL)

Kecamatan Raihat, dan Kecamatan Lamaknen dengan luas kurang lebih 31.946

Ha.

Kawasan perikanan tangkap di laut diarahkan pada wilayah perairan laut di

kawasan pesisir pantai utara, meliputi Kecamatan Kakuluk Mesak dan

Kecamatan Tasifeto Timur; dan kawasan pesisir pantai selatan meliputi

Kecamatan Malaka Barat, Kecamatan Kobalima, Kecamatan Wewiku, dan

Kecamatan Malaka Tengah; dengan pelabuhan pendaratan ikan, pelabuhan

perikanan di Atapupu. Kawasan perikanan tangkap di perairan umum

diarahakan di sekitar Bendung Benenai di Kecamatan Malaka Tengah, dan

Embung Haekrit serta Embung Sirani di Kecamatan Tasifeto Timur. Kedua

embung tersebut juga digolongkan dalam potensi kawasan wisata buatan yang

ada di Kabupaten Belu.

Penetapan kawasan strategis meliputi kawasan strategis nasional yang berada

di wilayah Kabupaten; kawasan strategis provinsi yang berada di wilayah

Kabupaten; dan kawasan strategis kabupaten. Kawasan strategis nasional yang

berada di wilayah Kabupaten adalah kawasan perbatasan darat Republik

Indonesia dengan Negara Republik Demokratic of Timor Leste. Kawasan

strategis provinsi yang berada di wilayah Kabupaten adalah kawasan strategis

kepentingan ekonomi daratan pada Wilayah Pengembangan I yaitu Kawasan

Benenain.

Kawasan strategis kabupaten dengan sudut kepentingan pertahanan dan

keamanan meliputi kawasan perbatasan antara RepubIik Indonesia – Republik

Democratic Of Timor Leste (RDTL); kawasan perbatasan di wilayah Kabupaten

meliputi 2 (dua) kawasan yaitu kawasan Perbatasan Utara Motaain dan

Kawasan Perbatasan Selatan Motamasin; dan panjang garis batas negara darat

RI-RDTL di sektor wilayah Kabupaten adalah 149,1 km (seratus empat puluh

sembilan koma satu), berada pada 9 (sembilan) wilayah Kecamatan dari utara ke

selatan meliputi Kecamatan Kakuluk Mesak, KecamatanTasifeto Timur,

Kecamatan Lasiolat, Kecamatan Raihat, Kecamatan Lamaknen, Lamaknen

Selatan, Kecamatan Tasifeto Barat, Kecamatan Nanaet Duabesi, Kecamatan

Kobalima dan Kecamatan Kobalima Timur. Kawasan strategis dengan sudut

kepentingan pendayagunaan sumber daya alam dan/atau teknologi tinggi

meliputi kawasan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) di Desa Dualaus

Kecamatan Kakuluk Mesak.

Halaman | II - 49

PENYIAPAN PENGEMBANGAN DATABASE PENGELOLAAN KSNKABUPATEN BELU, KABUPATEN MALAKA DENGAN NEGARA REPUBLIC DEMOKRATIC OF TIMOR LESTE (RDTL)

2.3.2. Rencana Pola Ruang Meliputi :

2.3.2.1. Penetapan Kawasan Lindung

Berdasarkan kriteria-kriteria yang ditetapkan dan disertai dengan aturan-aturan yang

sedang berlaku pada saat ini maka kawasan lindung yang ditetapkan di wilayah Kabupaten

Belu terdiri dari :

1. Kawasan Hutan Lindung

Kawasan hutan lindung terletak menyebar hampir diseluruh wilayah kecamatan

dalam wilayah administratif Kabupaten Belu terutama di sepanjang daerah perbatasan

dengan Timor Leste yaitu yang termasuk dalam Daerah Lini I (pertama) dalam selebar

1 Km, kecuali Kecamatan Rinhat, Kecamatan Sasitamean, Kecamatan Laenmanen,

Kecamatan Malaka Tengah, Kecamatan Weliman, Kecamatan Malaka Barat,

Kecamatan Wewiku, dan Kecamatan Raihat.

2. Kawasan Cagar Alam

Kawasan cagar alam hanya terletak di pantai selatan Kabupaten Belu yang terletak

dalam wilayah kecamatan Malaka Tengah, kecamatan Malaka Barat, kecamatan

Kobalima dan kecamatan Wewiku

3. Kawasan Suaka Margasatwa

Kawasan suaka margasatwa terletak di wilayah Kecamatan Malaka Tengah dan dalam

wilayah Kecamatan Sasitamean.

4. Kawasan Pantai Berhutan Bakau

Kawasan pantai berhutan bakau di Kabupaten Belu ditetapkan di bagian pantai utara

yang memiliki hutan bakau dan yang tidak tergolong dalam tiga kawasan Yang

disebut pertama, yaitu yang terdapat di kecamatan Malaka Timur dan kecamatan

Kakuluk Mesak.

5. Kawasan Pengamanan Pantai

Kawasan sempadan pantai meliputi daerah sepanjang pesisir pantai Kabupaten Belu

yang tidak tergolong dalam empat kawasan diatas, dengan jarak minimal 200 m dari

garis pasang tertinggi air laut kearah darat.

6. Kawasan Pengamanan Sungai

Kawasan sempadan sungai ditetapkan 50m dari tepi kiri kanan sungai besar

(lebar ≥ 10 m); dan 25 m dari tepi kiri kanan sungai kecil (lebar < 10 m).

7. Kawasan Sekitar Mata Air

Halaman | II - 50

PENYIAPAN PENGEMBANGAN DATABASE PENGELOLAAN KSNKABUPATEN BELU, KABUPATEN MALAKA DENGAN NEGARA REPUBLIC DEMOKRATIC OF TIMOR LESTE (RDTL)

Kawasan sekitar mata air ditetapkan dengan jarak minimal radius 200 m dari sumber

mata air.

8. Penetapan Kawasan Budidaya

1. Kawasan Budidaya Pertanian

Kawasan Hutan Produksi Tetap

Kawasan hutan produksi tetap diarahkan di wilayah Kecamatan Tasifeto

Barat.

Kawasan Hutan Produksi Terbatas

Kawasan hutan produksi terbatas diarahkan di Kecamatan Sasitamean,

Kecamatan Rinhat dan Kecamatan Kakuluk Mesak.

Kawasan Hutan Produksi Konversi

Kawasan hutan produksi konversi diarahkan di Kecamatan Laenmanen

dan Kecamatan Wewiku.

Kawasan Tanaman Pangan Lahan Basah

Kawasan Tanaman pangan lahan basah diarahkan di Kecamatan

Raimanuk, Kecamatan Malaka Tengah, Kecamatan Malaka Barat,

Kecamatan Weliman, Kecamatan Tasifeto Barat, Kecamatan Tasifeto

Timur, Kecamatan Raihat, dan Kecamatan Lamaknen.

Kawasan Tanaman Pangan Lahan Basah

Kawasan Tanaman pangan lahan basah diarahkan di Kecamatan

Raimanuk, Kecamatan Malaka Tengah, Kecamatan Malaka Barat,

Kecamatan Weliman, Kecamatan Tasifeto Barat, Kecamatan Tasifeto

Timur, Kecamatan Raihat, dan Kecamatan Lamaknen.

Kawasan Tanaman Pangan Lahan Kering

Kawasan tanaman pangan lahan kering diarahkan disemua wilayah

kecamatan, dekat dengan permukiman penduduk dan pada lereng

permukaan lahan yang relatif landai.

Kawasan Tanaman Perkebunan/Tahunan

Kawasan tanaman tahunan diarahkan hampir merata disemua wilayah

kecamatan terutama pada daerah-daerah dengan kemiringan lahan agak

curam.

Kawasan Perikanan

Halaman | II - 51

PENYIAPAN PENGEMBANGAN DATABASE PENGELOLAAN KSNKABUPATEN BELU, KABUPATEN MALAKA DENGAN NEGARA REPUBLIC DEMOKRATIC OF TIMOR LESTE (RDTL)

Kawasan Perikanan diarahkan di Kecamatan Malaka Tengah,

Kecamatan Malaka Barat, Kecamatan Wewiku, dan Kecamatan Kakuluk

Mesak.

2. Kawasan Budidaya Non Pertanian

Kawasan Pariwisata

Kawasan Pariwisata diarahkan pada beberapa wilayah Kecamatan yang

potensial yaitu di Kecamatan Kakuluk Mesak, Kecamatan Malaka

Tengah, Kecamatan Tasifeto Barat, Kecamatan Malaka Timur,

Kecamatan Kobalima, Kecamatan Wewiku, Kecamatan Malaka Barat,

Kecamatan Lamaknen, dan Kecamatan Kota Atambua.

Kawasan Permukiman Perkotaan

Kawasan permukiman perkotaan diarahkan pada Kota Atambua sebagai

ibukota Kabupaten Belu dan semua ibukota kecamatan yang ada dalam

wilayah Kabupaten Belu.

Kawasan Permukiman Perdesaan

Kawasan permukiman pedesaan diarahkan di pusat-pusat permukiman

penduduk yang tidak termasuk dalam kawasan permukiman perkotaan

dan yang terletak diluar kawasan lindung.

Kawasan Pertambangan

Kawasan pertambangan diarahkan di Kecamatan Rinhat, Kecamatan

Tasifeto Barat, dan kecamatan-kecamatan yang memiliki sungai-sungai

yang mengandung bahan galian C untuk pembangunan/konstruksi.

2.4. Arahan UU No. 38 Tahun 2004 Tentang Jalan

Jalan sebagai bagian prasarana transportasi mempunyai peran penting dalam bidang

ekonomi, sosial budaya, lingkungan hidup, politik, pertahanan dan keamanan, serta

dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat. Peran utama jalan diantaranya:

1. Jalan sebagai prasarana distribusi barang dan jasa merupakan urat nadi kehidupan

masyarakat, bangsa, dan negara.

2. Jalan yang merupakan satu kesatuan sistem jaringan jalan menghubungkan dan

mengikat seluruh wilayah Republik Indonesia

Jalan sesuai dengan peruntukannya terdiri atas jalan umum dan jalan khusus. Jalan

umum dikelompokkan menurut sistem, fungsi, status, dan kelas. Dilihat dari sistemnya,

sistem jaringan jalan terdiri atas sistem jaringan jalan primer dan sistem jaringan jalan

Halaman | II - 52

PENYIAPAN PENGEMBANGAN DATABASE PENGELOLAAN KSNKABUPATEN BELU, KABUPATEN MALAKA DENGAN NEGARA REPUBLIC DEMOKRATIC OF TIMOR LESTE (RDTL)

sekunder. Sistem jaringan jalan primer merupakan sistem jaringan jalan dengan peranan

pelayanan distribusi barang dan jasa untuk pengembangan semua wilayah di tingkat nasional,

dengan menghubungkan semua simpul jasa distribusi yang berwujud pusat-pusat kegiatan.

Sedangkan sistem jaringan jalan sekunder merupakan sistem jaringan jalan dengan peranan

pelayanan distribusi barang dan jasa untuk masyarakat di dalam kawasan perkotaan.

Dilihat dari fungsinya, jalan umum dikelompokkan ke dalam jalan arteri, jalan

kolektor, jalan lokal, dan jalan lingkungan. Jalan arteri merupakan jalan umum yang

berfungsi melayani angkutan utama dengan ciri perjalanan jarak jauh, kecepatan rata- rata

tinggi, dan jumlah jalan masuk dibatasi secara berdaya guna. Sedangkan jalan kolektor

merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan pengumpul atau pembagi dengan

ciri perjalanan jarak sedang, kecepatan rata-rata sedang, dan jumlah jalan masuk.

Jalan umum menurut statusnya dikelompokkan ke dalam jalan nasional, jalan

provinsi, jalan kabupaten, jalan kota, dan jalan desa. Jalan nasional merupakan jalan arteri

dan jalan kolektor dalam sistem jaringan jalan primer yang menghubungkan antaribukota

provinsi, dan jalan strategis nasional, serta jalan tol. Jalan strategis nasional adalah jalan yang

melayani kepentingan nasional atas dasar kriteria strategis yaitu mempunyai peranan untuk

membina kesatuan dan keutuhan nasional, melayani daerah-daerah rawan, bagian dari jalan

lintas regional atau lintas internasional, melayani kepentingan perbatasan antarnegara, serta

dalam rangka pertahanan dan keamanan.

Selain itu, untuk pengaturan penggunaan jalan dan kelancaran lalu lintas, jalan dibagi

dalam beberapa kelas jalan. Pengaturan kelas jalan berdasarkan spesifikasi penyediaan

prasarana jalan dikelompokkan atas jalan bebas hambatan, jalan raya, jalan sedang, dan jalan

kecil. Jalan bebas hambatan (freeway) adalah jalan umum untuk lalu lintas menerus yang

memberikan pelayanan menerus/tidak terputus dengan pengendalian jalan masuk secara

penuh, dan tanpa adanya persimpangan sebidang, serta dilengkapi dengan pagar ruang milik

jalan, paling sedikit 2 (dua) lajur setiap arah dan dilengkapi dengan median

Jalan itu sendiri terdiri atas bagian-bagian jalan yang meliputi ruang manfaat jalan,

ruang milik jalan, dan ruang pengawasan jalan. Ruang manfaat jalan adalah suatu ruang yang

dimanfaatkan untuk konstruksi jalan dan terdiri atas badan jalan, saluran tepi jalan, serta

ambang pengamannya. Badan jalan meliputi jalur lalu lintas, dengan atau tanpa jalur pemisah

dan bahu jalan, termasuk jalur pejalan kaki. Ambang pengaman jalan terletak di bagian

paling luar, dari ruang manfaat jalan, dan dimaksudkan untuk mengamankan bangunan jalan.

Ruang manfaat jalan meliputi badan jalan, saluran tepi jalan, dan ambang pengamannya.

Halaman | II - 53

PENYIAPAN PENGEMBANGAN DATABASE PENGELOLAAN KSNKABUPATEN BELU, KABUPATEN MALAKA DENGAN NEGARA REPUBLIC DEMOKRATIC OF TIMOR LESTE (RDTL)

Ruang milik jalan (right of way) adalah sejalur tanah tertentu di luar ruang manfaat

jalan yang masih menjadi bagian dari ruang milik jalan yang dibatasi oleh tanda batas ruang

milik jalan yang dimaksudkan untuk memenuhi persyaratan keluasan keamanan penggunaan

jalan antara lain untuk keperluan pelebaran ruang manfaat jalan pada masa yang akan datang.

Ruang milik jalan meliputi ruang manfaat jalan dan sejalur tanah tertentu di luar ruang

manfaat jalan.

Adapun ruang pengawasan jalan adalah ruang tertentu yang terletak di luar ruang

milik jalan yang penggunaannya diawasi oleh penyelenggara jalan agar tidak mengganggu

pandangan pengemudi, konstruksi bangunan jalan apabila ruang milik jalan tidak cukup luas,

dan tidak mengganggu fungsi jalan. Terganggunya fungsi jalan disebabkan oleh pemanfaatan

ruang pengawasan jalan yang tidak sesuai dengan peruntukannya. Ruang pengawasan jalan

merupakan ruang tertentu di luar ruang milik jalan yang ada di bawah pengawasan

penyelenggara jalan

2.5. Arahan PP NO. 34 Tahun 2006 Tentang Jalan

Penyelenggaraan jalan umum dilakukan dengan mengutamakan pembangunan

jaringan jalan di pusat-pusat produksi serta jalan-jalan yang menghubungkan pusatpusat

produksi dengan daerah pemasaran, pembangunan jaringan jalan dalam rangka memperkokoh

kesatuan. Penyelenggaraan jalan umum harus dapat:

1. Mengusahakan agar jalan dapat digunakan sebesar-besar kemakmuran rakyat,

terutama untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional, dengan mengusahakan

agar biaya umum perjalanan menjadi serendah-rendahnya.

2. Mendorong ke arah terwujudnya keseimbangan antardaerah, dalam hal

pertumbuhannya mempertimbangkan satuan wilayah pengembangan dan orientasi

geografis pemasaran sesuai dengan struktur pengembangan wilayah tingkat nasional

yang dituju.

3. Mendukung pertumbuhan ekonomi di wilayah yang sudah berkembang agar

pertumbuhannya tidak terhambat oleh kurang memadainya prasarana transportasi

jalan, yang disusun dengan mempertimbangkan pelayanan kegiatan perkotaan.

4. Memperhatikan bahwa jalan merupakan satu kesatuan sistem jaringan jalan. Jalan

umum dikelompokkan dalam sistem jaringan jalan, fungsi jalan, status jalan, dan

kelas jalan. Sistem jaringan jalan merupakan satu kesatuan jaringan jalan yang terdiri

dari sistem jaringan jalan primer dan sistem jaringan jalan sekunder yang terjalin

dalam hubungan hierarki.

Halaman | II - 54

PENYIAPAN PENGEMBANGAN DATABASE PENGELOLAAN KSNKABUPATEN BELU, KABUPATEN MALAKA DENGAN NEGARA REPUBLIC DEMOKRATIC OF TIMOR LESTE (RDTL)

Sistem jaringan jalan primer disusun berdasarkan rencana tata ruang dan pelayanan

distribusi barang dan jasa untuk pengembangan semua wilayah di tingkat nasional, dengan

menghubungkan semua simpul jasa distribusi yang berwujud pusat-pusat kegiatan sebagai

berikut:

1. Menghubungkan secara menerus pusat kegiatan nasional, pusat kegiatan wilayah,

pusat kegiatan lokal sampai ke pusat kegiatan lingkungan; dan

2. Menghubungkan antarpusat kegiatan nasional.

Sistem jaringan jalan sekunder disusun berdasarkan rencana tata ruang wilayah

kabupaten/kota dan pelayanan distribusi barang dan jasa untuk masyarakat di dalam kawasan

perkotaan yang menghubungkan secara menerus kawasan yang mempunyai fungsi primer,

fungsi sekunder kesatu, fungsi sekunder kedua, fungsi sekunder ketiga, dan seterusnya

sampai ke persil.

Berdasarkan sifat dan pergerakan pada lalu lintas dan angkutan jalan, fungsi jalan

dibedakan atas arteri, kolektor, lokal, dan lingkungan. Fungsi jalan tersebut terdapat pada

sistem jaringan jalan primer dan sistem jaringan jalan sekunder. Jalan berdasarkan fungsinya

pada sistem jaringan primer dibedakan atas jalan arteri primer, jalan kolektor primer, jalan

lokal primer, dan jalan lingkungan primer. Sedangkan pada sistem jaringan sekunder

dibedakan atas jalan arteri sekunder, jalan kolektor sekunder, jalan lokal sekunder, dan jalan

lingkungan sekunder.

Jalan umum menurut statusnya dikelompokkan atas jalan nasional, jalan provinsi,

jalan kabupaten, jalan kota, dan jalan desa.Adapun jalan nasional terdiri atas:

1. Jalan arteri primer;

2. jalan kolektor primer yang menghubungkan antaribukota provinsi;

3. Jalan tol; dan

4. Jalan strategis nasional.

Jaringan jalan arteri primer ditetapkan dengan kriteria:

1. Menghubungkan secara berdaya guna antarpusat kegiatan nasional atau antara pusat

kegiatan nasional dengan pusat kegiatan wilayah.

2. Jalan arteri primer didesain berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 60 (enam

puluh) kilometer per jam dengan lebar badan jalan paling sedikit 11 (sebelas) meter.

3. Jalan arteri primer mempunyai kapasitas yang lebih besar dari volume lalu lintas rata-

rata.

4. Pada jalan arteri primer lalu lintas jarak jauh tidak boleh terganggu oleh lalu lintas

ulang alik, lalu lintas lokal, dan kegiatan lokal.

Halaman | II - 55

PENYIAPAN PENGEMBANGAN DATABASE PENGELOLAAN KSNKABUPATEN BELU, KABUPATEN MALAKA DENGAN NEGARA REPUBLIC DEMOKRATIC OF TIMOR LESTE (RDTL)

5. Jumlah jalan masuk ke jalan arteri primer dibatasi sedemikian rupa sehingga

ketentuan di atas harus tetap terpenuhi.

6. Persimpangan sebidang pada jalan arteri primer dengan pengaturan tertentu harus

memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud pada ketentuan di atas.

7. Jalan arteri primer yang memasuki kawasan perkotaan dan/atau kawasan

pengembangan perkotaan tidak boleh terputus.

Jaringan jalan kolektor primer ditetapkan dengan kriteria:

a. Menghubungkan secara berdaya guna antara pusat kegiatan nasional dengan

pusat kegiatan lokal, antarpusat kegiatan wilayah, atau antara pusat kegiatan

wilayah dengan pusat kegiatan lokal

b. Jalan kolektor primer didesain berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 40

(empat puluh) kilometer per jam dengan lebar badan jalan paling sedikit 9

(sembilan) meter.

c. Jalan kolektor primer mempunyai kapasitas yang lebih besar dari volume lalu

lintas rata-rata.

d. Jumlah jalan masuk dibatasi dan direncanakan sehingga ketentuan di atas masih

tetap terpenuhi.

e. Persimpangan sebidang pada jalan kolektor primer dengan pengaturan tertentu

harus tetap memenuhi ketentuan di atas.

f. Jalan kolektor primer yang memasuki kawasan perkotaan dan/atau kawasan

pengembangan perkotaan tidak boleh terputus.

Jalan strategis nasional adalah jalan yang melayani kepentingan nasional dan

internasional atas dasar kriteria strategis, yaitu mempunyai peranan untuk membina

kesatuan dan keutuhan nasional, melayani daerah rawan, merupakan bagian dari jalan

lintas regional atau lintas internasional, melayani kepentingan perbatasan antarnegara,

melayani aset penting negara serta dalam rangka pertahanan dan keamanan.

Jaringan jalan bebas hambatan ditetapkan dengan kriteria:

a. Pengendalian jalan masuk secara penuh

b. Tidak ada persimpangan sebidang, dilengkapi pagar ruang milik jalan, dilengkapi

dengan median

c. Paling sedikit mempunyai 2 (dua) lajur setiap arah

d. Dan lebar lajur paling sedikit 3,5 (tiga koma lima) meter.

Halaman | II - 56

PENYIAPAN PENGEMBANGAN DATABASE PENGELOLAAN KSNKABUPATEN BELU, KABUPATEN MALAKA DENGAN NEGARA REPUBLIC DEMOKRATIC OF TIMOR LESTE (RDTL)

Untuk lebih jelasnya, peran dari masing-masing jalan berdasarkan fungsinya (arteri

primer, kolektor primer, strategis nasional dan bebas hambatan) dapat dilihat dapat

gambar 2.5

PP No.34 Tahun 2006 ini juga mengatur mengenai spesifikasi kebutuhan ruang untuk

masing-maisng fungsi jalan. Bagian-bagian jalan meliputi

a. Ruang manfaat jalan, meliputi badan jalan, saluran tepi jalan, dan ambang

pengamannya.

b. Ruang milik jalan, meliputi ruang manfaat jalan dan sejalur tanah tertentu di luar

ruang manfaat jalan.

c. Ruang pengawasan jalan. ruang tertentu di luar ruang milik jalan yang ada di

bawah pengawasan penyelenggara jalan.

Untuk lebih jelasnya, spesifikasi kebutuhan ruang untuk masing-masing jalan

berdasarkan fungsinya dapat dilihat pada gambar 2.1 dan gambar 2.2.

Halaman | II - 57

Gambar 2.1 :Klasifikasi Jalan Berdasarkan Fungsinya

PENYIAPAN PENGEMBANGAN DATABASE PENGELOLAAN KSNKABUPATEN BELU, KABUPATEN MALAKA DENGAN NEGARA REPUBLIC DEMOKRATIC OF TIMOR LESTE (RDTL)

Selain itu, peraturan pemerintah ini juga mengatur mengenai pengendalian

pemanfaatan ruang untuk jalan, walaupun masih bersifat umum, yaitu:

1. Setiap orang dilarang memanfaatkan ruang manfaat jalan

yang mengakibatkan terganggunya fungsi jalan.

2. Apabila terjadi gangguan dan hambatan terhadap fungsi ruang milik jalan,

penyelenggara jalan wajib segera mengambil tindakan untuk kepentingan

pengguna jalan.

3. Setiap orang dilarang menggunakan dan memanfaatkan ruang milik jalan yang

mengakibatkan terganggunya fungsi jalan.

4. Setiap orang dilarang menggunakan ruang pengawasan jalan yang

mengakibatkan terganggunya fungsi jalan.

5. Dalam pengawasan penggunaan ruang pengawasan jalan, penyelenggara jalan

yang bersangkutan bersama instansi terkait berwenang mengeluarkan larangan

terhadap kegiatan tertentu yang dapat mengganggu pandangan bebas pengemudi

dan konstruksi jalan, dan/atau berwenang melakukan perbuatan tertentu untuk

menjamin peruntukan ruang pengawasan jalan.

2.6. Arahan Keputusan Menteri Pekerjaan Umum NO. 369/KPTS/M/2005 Tentang

Rencana Umum Jaringan Jalan Nasional

Halaman | II - 58

Gambar 2.2 :Spesifikasi Kebutuhan Ruang Minimal untuk Jalan Arteri Primer

PENYIAPAN PENGEMBANGAN DATABASE PENGELOLAAN KSNKABUPATEN BELU, KABUPATEN MALAKA DENGAN NEGARA REPUBLIC DEMOKRATIC OF TIMOR LESTE (RDTL)

Kepmen PU : Nomor : 369 / Kpts / M / 2005 Tentang Rencana Umum Jaringan Jalan

Nasional , Menetapkan rencana umum jaringan jalan nasional, yang terdiri dari jaringan

jalan nasional bukan jalan tol dan jaringan jalan nasional jalan tol.

2.7. Kebijakan Terkait Prasarana Wilayah

2.7.1. Muatan KSNP – SPAM

Melalui Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No: 20/PRT/M/2006 telah menetapkan

Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum, yang

selanjutnya disingkat KSNP-SPAM.

KSNP – SPAM merupakan pedoman untuk pengaturan, penyelenggaraan, dan

pengembangan sistem penyediaan air minum, baik bagi pemerintah pusat maupun daerah,

dunia usaha, swasta dan masyarakat.

KSNP-SPAM digunakan sebagai pedoman untuk pengaturan, penyelenggaraan, dan

pengembangan sistem penyediaan air minum berkualitas, baik ditingkat pusat, maupun

daerah sesuai dengan kondisi daerah setempat.

KSNP-SPAM meliputi uraian tentang visi dan misi pengembangan sistem penyediaan

air minum, isu strategis, permasalahan, dan tantangan pengembangan SPAM, tujuan/sasaran

serta kebijakan dan strategi nasional pengembangan SPAM dengan rencana tindak yang

diperlukan.

Sasaran dari Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan Sistem Penyediaan Air

Minum (SPAM) melalui perpipaan dan non perpipaan terlindungi, antara lain sebagai berikut:

1. Terwujudnya pengelolaan dan pelayanan air minum yang berkualitas dengan harga

terjangkau dengan peningkatan cakupan pelayanan melalui sistem perpipaan yang

semula 18% pada tahun 2004 menjadi 32% pada tahun 2009 dan selanjutnya

meningkat menjadi 60% pada tahun 2015.

2. Tercapainya peningkatan efisiensi dan cakupan pelayanan air dengan menekan tingkat

kehilangan air direncanakan hingga pada angka 20% dengan melibatkan peran serta

masyarakat dan dunia usaha.

3. Penurunan persentase cakupan pelayanan air minum dengan sistem non perpipaan

terlindungi dari tahun 2004 sebesar 37.47% menjadi 33% pada tahun 2009 dan 20%

pada tahun 2015, sehingga persentase penggunaan SPAM melalui sistem non-

perpipaan tidak terlindungi semakin menurun dari tahun ke tahun.

4. Pembiayaan pengembangan SPAM meliputi pembiayaan untuk membangun,

memperluas serta meningkatkan sistem fisik (teknik) dan sistem nonfisik. Dalam hal

Halaman | II - 59

PENYIAPAN PENGEMBANGAN DATABASE PENGELOLAAN KSNKABUPATEN BELU, KABUPATEN MALAKA DENGAN NEGARA REPUBLIC DEMOKRATIC OF TIMOR LESTE (RDTL)

pemerintah daerah tidak mampu melaksanakan pengembangan SPAM, Pemerintah

dapat memberikan bantuan pendanaan sampai dengan pemenuhan standar pelayanan

minimal sebesar 60 l/o/h yang dibutuhkan secara bertahap; Bantuan Pemerintah

diutamakan untuk kelompok masyarakat berpenghasilan rendah dan miskin.

5. Tercapainya kepentingan yang seimbang antara konsumen dan penyedia jasa

pelayanan

Kebijakan pengembangan SPAM dirumuskan dengan menjawab isu strategis dan

permasalahan dalam pengembangan SPAM. Secara umum kebijakan dibagi menjadi lima

kelompok yaitu:

9. Kebijakan Peningkatan cakupan dan kualitas air minum bagi seluruh masyarakat

Indonesia. Kebijakan ini darahkan untuk meningkatkan cakupan dan kualitas

pelayanan secara konsisten dan bertahap, menurunkan tingkat kehilangan air melalui

perbaikan dan rehabilitasi serta memprioritaskan pembangunan untuk masyarakat

berpenghasilan rendah.

a. Strategi Mengembangkan SPAM dalam rangka pemenuhan kebutuhan

pelayanan minimal untuk memperluas jangkauan pelayanan air minum

terutama untuk masyarakat berpenghasilan rendah yang dilakukan secara

bertahap di setiap propinsi.

Untuk daerah yang sudah dilayani SPAM

Bantuan fasilitasi perluasan pelayanan melalui penambahan kapasitas &

pengembangan jaringan untuk PDAM sehat

Bantuan teknis/ program fasilitasi penyelenggaraan SPAM dengan pola

Kerjasama Pemerintah Swasta (KPS) terutama di kota metro dan besar

maupun kawasan perumahan baru

Bantuan Program Penyehatan PDAM melalui:

- Perluasan pelayanan bagi PDAM kurang sehat untuk meningkatkan

pendapatan

- Optimalisasi sistem dengan menurunkan kapasitas tak

termanfaatkan hingga < 10%

- Perluasan pelayanan hingga mencapai skala ekonomis

Untuk daerah yang belum dilayani SPAM

Bantuan fisik pembangunan baru SPAM untuk kota sedang/kecil (IKK)

diutamakan:

- Ibukota Kecamatan yang belum memiliki sistem

Halaman | II - 60

PENYIAPAN PENGEMBANGAN DATABASE PENGELOLAAN KSNKABUPATEN BELU, KABUPATEN MALAKA DENGAN NEGARA REPUBLIC DEMOKRATIC OF TIMOR LESTE (RDTL)

- Ibukota Kabupaten/kota pemekaran

- Kawasan/desa rawan air, kawasan perbatasan, daerah pesisir,

pulaupulau terpencil

Bantuan fisik pengembangan SPAM melalui perluasan pelayanan dari

wilayah tetangga yang sudah memiliki SPAM

Bantuan fisik pengembangan SPAM untuk

Masyarakat Berpenghasilan Rendah di kawasan RSH

b. Strategi Mengembangkan aset manajemen SPAM dalam rangka

meningkatkan efisiensi dan efektifitas pengelolaan

Untuk daerah yang sudah dilayani SPAM

Bantuan teknis peningkatan manajemen dan optimalisasi asset PDAM

Bantuan program penurunan tingkat kehilangan air dari rata-rata nasional

37% menjadi sekurang-kurangnya 20%

Bantuan teknis penyusunan studi kelayakan kerja sama pengelolaan

antardaerah atas dasar pertimbangan ketersediaan air baku dan/atau

efektifitas dan efisiensi pengelolaan perusahaan (skala ekonomis)

Untuk daerah yang belum dilayani SPAM

Bantuan fisik pengembangan SPAM melalui kerjasama regional pengembangan

SPAM

c. Strategi Meningkatkan dan memperluas akses air yang aman melalui non

perpipaan terlindungi bagi masyarakat berpenghasilan rendah

Bantuan teknis/fisik pengembangan baru prasarana air minum

nonperpipaan terlindungi

Bantuan program meningkatkan prasarana air minum dari tidak

terlindungi menjadi terlindungi

d. Strategi Mengembangkan penyediaan air minum yang terpadu dengan sistem

sanitasi

Untuk daerah yang sudah dilayani SPAM

Bantuan teknis penyusunan rencana induk air minum terpadu sanitasi dan

penyusunan studi kelayakan

Untuk daerah yang belum dilayani SPAM

Bantuan teknis penyusunan rencana induk air minum terpadu sanitasi dan

penyusunan studi kelayakan

Halaman | II - 61

PENYIAPAN PENGEMBANGAN DATABASE PENGELOLAAN KSNKABUPATEN BELU, KABUPATEN MALAKA DENGAN NEGARA REPUBLIC DEMOKRATIC OF TIMOR LESTE (RDTL)

e. Strategi Mengembangkan pelayanan air minum dengan kualitas yang sesuai

dengan standar baku mutu

Untuk daerah yang sudah dilayani SPAM

Bantuan program adopsi ISO 4064 menjadi Standar Nasional Indonesia

(SNI), dan menetapkan sebagai SNI wajib.

Bantuan teknis peningkatan pelayanan sekurang-kurangnya mencapai

standar pelayanan minimal sesuai NSPM yang berlaku

Bantuan teknis peningkatan kualitas pelayanan sesuai dengan standar

baku mutu kualitas air minum berdasarkan ketentuan Dep. Kesehatan

Untuk daerah yang belum dilayani SPAM

Bantuan teknis pengawasan kualitas air minum

Bimbingan teknis konstruksi SPAM individual/komunal

f. Strategi Mengembangkan sistem informasi dan pendataan dalam rangka

monitoring dan evaluasi kinerja pelayanan air minum

Untuk daerah yang sudah dilayani SPAM

Bantuan teknis penyusunan dan validasi database cakupan layanan air

minum

Bantuan teknis pendidikan dan pelatihan teknis SDM

Untuk daerah yang belum dilayani SPAM

Bantuan teknis penyusunan dan validasi database cakupan layanan air

minum

10. Kebijakan Pengembangan pendanaan untuk penyelenggaraan SPAM dari berbagai

sumber secara optimal. Arah kebijakan ini adalah untuk meningkatkan alokasi dana

pembangunan SPAM melalui pengembangan alternatif sumber dan pola pembiayaan

serta memperkuat kemampuan finansial PDAM

a. Strategi Mengembangkan sumber alternatif pembiayaan melalui penciptaan

sistem pembiayaan dan pola investasi

Bantuan teknis fasilitasi peningkatan pendanaan melalui bank komersial

untuk PDAM sehat

Bantuan teknis fasilitasi peningkatan pendanaan melalui lembaga nonbank

Bantuan teknis fasilitasi peningkatan pendanaan untuk pengembangan

SPAM melalui PHLN

Bantuan teknis fasilitasi peningkatan pendanaan melalui penerbitan

obligasi daerah dan obligasi perusahaan

Halaman | II - 62

PENYIAPAN PENGEMBANGAN DATABASE PENGELOLAAN KSNKABUPATEN BELU, KABUPATEN MALAKA DENGAN NEGARA REPUBLIC DEMOKRATIC OF TIMOR LESTE (RDTL)

Pengembangan pola pembiayaan melalui skema Water Fund

b. Strategi Meningkatkan peran dunia usaha/swasta & atau masyarakat

(koperasi) dalam pembiayaan sarana air minum

Untuk daerah yang sudah dilayani SPAM

Bantuan teknis penyusunan pre-studi kelayakan kerja sama pemerintah

dan dunia usaha/swasta

Bantuan teknis peningkatan pendanaan melalui kerja sama pemerintah dan

dunia usaha/swasta

Bantuan dana stimulan untuk mendorong pengembangan SPAM oleh

masyarakat secara mandiri

Bantuan teknis penyusunan pola pembiayaan pengembangan SPAM

melalui koperasi dan masyarakat

Untuk daerah yang belum dilayani SPAM

Bantuan teknis penyusunan pre-studi kelayakan kerja sama pemerintah

dan dunia usaha/swasta

Bantuan teknis peningkatan investasi melalui dana masyarakat dan dunia

usaha/swasta

Bantuan teknis penyusunan pola pembiayaan pengembangan SPAM

melalui koperasi dan masyarakat

Meningkatkan kemampuan finansial PDAM

Restrukturisasi/penetapan tarif:

- Menerapkan tarif dengan prinsip pemulihan biaya penuh

- Menerapkan subsidi pemerintah daerah apabila tarif lebih rendah

dari tarif pemulihan biaya penuh - Penetapan tarif:

Untuk masyarakat mampu diberlakukan tarif pemulihan

biaya penuh dan progresif

Untuk masyarakat berpenghasilan rendah, diberlakukan tarif

subsidi sampai dengan 60 L/o/h

Restrukturisasi hutang melalui:

- Penjadwalan ulang

- Pengkondisian (peninjauan persyaratan) hutang

- Penghapusan denda

Halaman | II - 63

PENYIAPAN PENGEMBANGAN DATABASE PENGELOLAAN KSNKABUPATEN BELU, KABUPATEN MALAKA DENGAN NEGARA REPUBLIC DEMOKRATIC OF TIMOR LESTE (RDTL)

11. Kebijakan Pengembangan kelembagaan, peraturan dan perundang-undangan

Kebijakan ini diarahkan untuk memperkuat fungsi regulator dan operator dalam

penyelenggaraan SPAM, menerapkan prinsip kepengusahaan pada lembaga

penyelenggaraan dan menyusun peraturan perundangan.

a. Strategi Memperkuat peran dan fungsi dinas/instansi di tingkat

kabupaten/kota dalam pengembangan SPAM

Untuk daerah yang sudah dilayani SPAM

Bantuan teknis penyusunan dan penyempurnaan tupoksi dinas-dinas

terkait pengembangan SPAM

Bantuan teknis peningkatan SDM melalui:

- Sertifikasi ahli bidang air minum di semua tingkatan

- Pelatihan Operasi dan Pemeliharaan SPAM

Peningkatan fungsi regulator dalam rangka perkuatan kelembagaan

melalui penyelenggaraan tugas dekonsentrasi dan pembantuan

Pengisian jabatan struktural/fungsional oleh SDM yang memiliki

kompetensi yang sesuai

Untuk daerah yang belum dilayani SPAM

Bantuan teknis penyusunan dan penyempurnaan tupoksi dinas-dinas

terkait pengembangan SPAM

Bantuan teknis peningkatan SDM melalui:

- Sertifikasi ahli bidang air minum di semua tingkatan

- Pelatihan Operasi dan Pemeliharaan SPAM

Peningkatan fungsi regulator dalam rangka perkuatan kelembagaan

melalui penyelenggaraan tugas dekonsentrasi dan pembantuan

Pengisian jabatan struktural/fungsional oleh SDM yang memiliki

kompetensi yang sesuai

b. Strategi Menerapkan prinsip-prinsip Good Governance dan Good Corporate

Governance terutama untuk penyelenggara/operator SPAM

Untuk daerah yang sudah dilayani SPAM

Bantuan teknis untuk PDAM sehat:

Bantuan teknis peningkatan SDM melalui:

- Sertifikasi ahli bidang air minum di semua tingkatan

- Pelatihan Operasi dan Pemeliharaan SPAM

Halaman | II - 64

PENYIAPAN PENGEMBANGAN DATABASE PENGELOLAAN KSNKABUPATEN BELU, KABUPATEN MALAKA DENGAN NEGARA REPUBLIC DEMOKRATIC OF TIMOR LESTE (RDTL)

Meningkatkan tata kelola perusahaan yang baik berdasarkan

prinsipprinsip good corporate governance

Menerapkan sistem manajemen mutu dalam penyelenggaraan SPAM

Peningkatan manajemen pengusahaan melalui pengisian jabatan

struktural/fungsional oleh SDM yang memiliki kompetensi yang sesuai

Peningkatan manajemen kepengusahaan melalui pengisian jabatan

struktural/fungsional PDAM oleh SDM dengan kompetensi yang sesuai di

setiap tingkatan

Bantuan teknis peningkatan SDM melalui:

- Sertifikasi ahli bidang air minum di semua tingkatan

- Pelatihan manajerial

- Pelatihan Operasi dan Pemeliharaan SPAM

- Peningkatan tata kelola perusahaan yang baik berdasarkan good

corporate governance

Untuk daerah yang belum dilayani SPAM

Bantuan teknis penyusunan dan penyempurnaan tupoksi dinas-dinas

terkait pengembangan SPAM

Bantuan teknis peningkatan SDM melalui:

- Sertifikasi ahli bidang air minum di semua tingkatan

- Pelatihan Operasi dan Pemeliharaan SPAM

Peningkatan fungsi regulator dalam rangka perkuatan kelembagaan

melalui penyelenggaraan tugas dekonsentrasi dan pembantuan

Pengisian jabatan struktural/fungsional oleh SDM yang memiliki

kompetensi yang sesuai

c. Strategi Melengkapi produk-produk peraturan perundangan dalam

penyelenggaraan SPAM

Untuk daerah yang sudah dilayani SPAM

Bantuan teknis penyusunan Kebijakan & Strategi Nasional

Pengembangan SPAM propinsi, kabupaten/kota

Penyusunan NSPM pengembangan SPAM

Penyusunan pedoman tentang kerjasama pemerintah dan dunia

usaha/swasta

Halaman | II - 65

PENYIAPAN PENGEMBANGAN DATABASE PENGELOLAAN KSNKABUPATEN BELU, KABUPATEN MALAKA DENGAN NEGARA REPUBLIC DEMOKRATIC OF TIMOR LESTE (RDTL)

Penyusunan pedoman pola investasi dan sistem pembiayaan

pengembangan SPAM

Untuk daerah yang belum dilayani SPAM

Bantuan teknis penyusunan Kebijakan & Strategi Nasional

Pengembangan SPAM propinsi, kabupaten/kota

Penyusunan NSPM pengembangan SPAM

Penyusunan pedoman tentang kerjasama pemerintah dan dunia

usaha/swasta

Penyusunan peraturan tentang kerjasama koperasi dan masyarakat

Penyusunan pedoman pembentukan kelembagaan pengelola SPAM

Penyusunan pedoman pola investasi dan sistem pembiayaan

pengembangan SPAM

Penyusunan pola pembiayaan pengembangan SPAM melalui koperasi dan

masyarakat

12. Peningkatan penyediaan Air Baku secara berkelanjutan. Arah dari kebijakan ini

adalah untuk meningkatkan penyediaan air baku untuk kebutuhan air minum,

meningkatkan pengelolaan sumber daya air terpadu berbasis wilayah sungai serta

meningkatkan perlindungan air baku dari pencemaran

a. Strategi Konservasi wilayah sungai dan perlindungan sumber air baku

Untuk daerah yang sudah dilayani SPAM

Mengembalikan kapasitas DAS kritis

Pengembangan pengelolaan dan konservasi melalui pemulihan sungai,

danau, dan sumber air lainnya

Peningkatan efisiensi penyelenggaraan SPAM dan perlindungan air baku

- Perlindungan air baku dari pencemaran

- Pengendalian laju permukiman

- Pengendalian penggunaan air tanah

- Keterpaduan antara penyelenggaraan SPAM dengan sanitasi

Mendorong pemerintah daerah untuk membangun sumur-sumur resapan

terutama di daerah permukiman

Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan (GN-RHL)

Untuk daerah yang belum dilayani SPAM

Halaman | II - 66

PENYIAPAN PENGEMBANGAN DATABASE PENGELOLAAN KSNKABUPATEN BELU, KABUPATEN MALAKA DENGAN NEGARA REPUBLIC DEMOKRATIC OF TIMOR LESTE (RDTL)

Mendorong pemerintah daerah untuk membangun sumur-sumur resapan

terutama di daerah permukiman

Rehabilitasi situ-situ dan tandon air

Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan

b. Strategi Peningkatan dan penjaminan kuantitas dan kualitas air baku terutama

bagi kota metro dan besar

Untuk daerah yang sudah dilayani SPAM

Bantuan teknis identifikasi kebutuhan air baku untuk penyediaan air

minum nasional

Pemeliharaan danau dan waduk untuk air baku

Bantuan program penyediaan air baku melalui pembangunan bendungan,

intake, saluran transmisi, pembangunan embung, rehabilitasi prasarana

pengambilan dan pembawa, serta pembangunan sumur air tanah

Untuk daerah yang belum dilayani SPAM

Penyediaan air baku untuk rumah tangga melalui penyediaan jaringan

pembawa air, khusus untuk kawasan terpencil, pulau-pulau kecil,

perbatasan, dan kawasan rawan air

c. Strategi Menyediakan air baku bagi daerah-daerah rawan air

Pembuatan waduk-waduk lapangan, embung-embung, dan jaringan

pembawa

Pembangunan sumur-sumur air tanah

Rehabilitasi situ-situ dan tandon air

Mendorong pemerintah daerah untuk membangun sumur-sumur resapan

terutama di daerah permukiman

d. Strategi Meningkatkan efisiensi dan efektifitas pengelolaan sumber daya air

melalui pendekatan berbasis wilayah sungai. Bantuan teknis dan fasilitasi

dalam rangka mendorong kerja sama antardaerah dalam penyelenggaraan

SPAM

13. Peningkatan peran dan kemitraan dunia usaha, swasta dan masyarakat Kebijakan ini

diarahkan dalam rangka meningkatkan peran serta masyarakat dan dunia usaha/swasta

dalam penyelenggaraan SPAM.

a. Strategi Meningkatkan pemberdayaan masyarakat khususnya bagi masyarakat

berpenghasilan rendah

Halaman | II - 67

PENYIAPAN PENGEMBANGAN DATABASE PENGELOLAAN KSNKABUPATEN BELU, KABUPATEN MALAKA DENGAN NEGARA REPUBLIC DEMOKRATIC OF TIMOR LESTE (RDTL)

Untuk daerah yang sudah dilayani SPAM

Sosialisasi peran, hak dan kewajiban masyarakat dalam penyelenggaraan

SPAM

Sosialisasi hidup bersih dan sehat

Untuk daerah yang belum dilayani SPAM

Sosialisasi peran, hak dan kewajiban masyarakat dalam penyelenggaraan

SPAM

Sosialisasi hidup bersih dan sehat

Penyebarluasan ciri keberhasilan kelompok masyarakat yang membangun

SPAM

Sosialisasi NSPM SPAM berbasis masyarakat (khusus PAM berbasis

masyarakat)

Mendorong pertumbuhan penyelenggara SPAM berbasis masyarakat

dengan konsep pemberdayaan terutama utk masyarakat miskin & yg

belum mendapatkan pelayanan air minum

Bantuan teknis pembentukan kelembagaan masyarakat pengelola air

minum

b. Strategi Menciptakan iklim investasi dengan pola insentif dan kepastian

hukum

Meningkatkan kapasitas masyarakat dalam penyelenggaraan SPAM melalui fasilitasi

kemitraan pemerintah dan dunia usaha/swasta/ masyarakat dalam pengembangan SPAM.

Berkaitan dengan pentingnya pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) maka

pihak Direktorat Jenderal Sumber Daya Air (Ditjen SDA) – institusi pelaksana

pengembangan infrastruktur penyedia air baku, bersama Direktorat Jenderal Cipta Karya

akan melakukan sinkronisasi program air baku dan program pengembangan Sistem

Penyediaan Air Minum (SPAM). Sinkronisasi dilakukan melalui kerjasama antara Balai

Besar maupun Balai Wilayah Sungai milik Ditjen SDA dengan Satuan Kerja (Satker) dari

Ditjen Cipta Karya di daerah. Sinkronisasi dilakukan untuk menghindari terjadinya tumpang

tindih pekerjaan. Dalam hal ini Dtijen SDA hanya melakukan pengerjaan pengambilan air

dari sumbernya hingga ke penampungan di bak terdekat di pedesaan warga sementara

distribusinya diserahkan ke Ditjen CK atau pemerintah daerah (pemda).

Halaman | II - 68

PENYIAPAN PENGEMBANGAN DATABASE PENGELOLAAN KSNKABUPATEN BELU, KABUPATEN MALAKA DENGAN NEGARA REPUBLIC DEMOKRATIC OF TIMOR LESTE (RDTL)

Sebagaimana terdapat dalam Peraturan Pemerintah (PP) No. 16/2005 tentang

Pengembangan SPAM, unit air baku merupakan sarana pengambilan dan atau penyediaan air

baku adalah wewenang Ditjen SDA yang batas wilayahnya ditentukan kemudian.

Mengingat pengembangan SPAM yang berkaitan erat dengan ketersediaan SDA atau

air baku yang dapat berasal dari sumber air permukaan, cekungan air tanah dan/atau air hujan

yang memenuhi baku mutu tertentu sebagai air baku untuk air minum, kedua Ditjen merasa

perlu menyelaraskan program pada TA 2010.

Air baku makin susah dicari, sebaiknya dipikirkan secara tidak parsial, karena

kedepannya permasalahan air baku dan penyediaan air minum ini bisa semakin membebani,

air minum bisa semakin mahal harganya oleh karena itu sinkronisasi program menjadi

penting.

Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 294/PRT/M/2005 tentang

Badan Pendukung Pengembangan SPAM dan PP. No. 16/2005 tentang Pengembangan

SPAM, disebutkan SPAM merupakan satu kesatuan sistem fisik dan non fisik dari prasarana

dan sarana air minum, yang pengembangannya meliputi kegiatan yang bertujuan

membangun, memperluas dan/atau meningkatkan sistem fisik dan non fisik (kelembagaan,

manajemen, keuangan, peran masyarakat, dan hukum) dalam kesatuan yang utuh untuk

melaksanakan penyediaan air minum kepada masyarakat menuju keadaan yang lebih baik.

Penyelenggara pengembangan SPAM adalah badan usaha milik negara/badan usaha

milik daerah, koperasi, badan usaha swasta, dan/atau kelompok masyarakat yang

merencanakan, melaksanakan konstruksi, mengelola, memelihara, merehabilitasi, memantau,

dan/atau mengevaluasi sistem fisik (teknik) dan non fisik penyediaan air minum, yang

pelaksanaannya dilakukan secara terpadu dengan pengembangan prasarana dan sarana

sanitasi.

Saat ini penyelenggaraan SPAM mengalami kesulitan dalam masalah pendanaan

untuk pengembangan, maupun operasional dan pemeliharaan yang diantaranya disebabkan

oleh masih rendahnya tarif dan masih tingginya beban utang

2.7.2. Matriks Keterkaitan Substansi RTRWN Dengan KSNP-SPAM

Berdasarkan muatan di dalam KSNP SPAM, maka berikut ini diuraikan mengenai

keterkaitan muatan RTRWN (fungsi eksternal) dengan muatan didalam KSNP SPAM. Dari

tabel dibawah ini memperlihatkan bahwa kawasan perkotaan memiliki fungsi eksternal yang

didukung melalui pengembangan SPAM, kerjasama antardaerah dalam pengembangan

SPAM, standar baku mutu air dan konservasi WS dan perlindungan sumber air baku.

Halaman | II - 69

PENYIAPAN PENGEMBANGAN DATABASE PENGELOLAAN KSNKABUPATEN BELU, KABUPATEN MALAKA DENGAN NEGARA REPUBLIC DEMOKRATIC OF TIMOR LESTE (RDTL)

Tabel 2. 8Matriks Keterkaitan Substansi Antara RTRWN Dengan KSNP SPAM –

Terkait Fungsi Kawasan Perkotaan Dan PerdesaanRTRWN Muatan KSNP SPAM

Fungsi Eksternal KawasanPerkotaan dan Perdesaan

KeterkaitanImplikasi dan Kebutuhan Pengembangan Infrastsruktur KOTDES

Pusat Kawasan Andalan Sebagai Pusat Kawasan Andalan Kota Besar dan Metro diarahkan untuk mengembangkan SPAM secara bertahap di setiap

provinsi(Perpipaan dan Non Perpipaan Terlindung) Konservasi WS dan Perlindungan

Sumber Air Baku Peningkatan dan penjaminan

kuantitas air baku terutama bagi kota metro dan besar

Kerjasama antar daerah dalam penyelenggaraan SPAM

Simpul Transportasi Darat, Laut dan UdaraSimpul Pelayanan PrasaranaLainnya (energi/listrik, telekomunikasi)Simpul kegiatan ekspor - imporSimpul Kegiatan Industri dan Jasa

Mendukung simpul kegiatan industri dan jasa melalui pengembangan penyediaan air minum yang terpadu dengan sistem sanitasi

Mengembangkan pelayanan air minum dengan kualitas yang sesuai dengan standar baku mutu (adopsi ISO 4064)

Pintu gerbang internasional yang menghubungkan negara tetangga atau kawasan internasional

Sumber: Hasil Analisis, 2009

Halaman | II - 70

PENYIAPAN PENGEMBANGAN DATABASE PENGELOLAAN KSNKABUPATEN BELU, KABUPATEN MALAKA DENGAN NEGARA REPUBLIC DEMOKRATIC OF TIMOR LESTE (RDTL)

Dapat dikatakan bahwan “kekuatan KSNP – SPAM dalam konstelasi fungsi eksternal

kawasan perkotaan adalah pada perkuatan sebagai pusat kawasan andalan (didukung oleh

pengembangan SPAM, kerjasama antar daerah, konservasi WS, penjaminan kuantitas air

baku bagi kota metro dan besar) dan mendukung kota sebagai simpul kegiatan industri dan

jasa melalui keterpaduan sistem air minum dengan sistem sanitasi (drainase, prasarana dan

sarana pengelolaan persampahan dan prasarana dan sarana pengelolaan air limbah).

2.8. Muatan KSNP – Sistem Pengelolaan Persampahan

Acuan Penyelenggaraan pengelolaan persampahan telah diatur di dalam UU No. 18

Tahun 2008 tentang Pengelolaan Persampahan serta Peraturan Menteri PU No. 21 Tahun

2006 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengelolaan Persampahan. Kebijakan dan

Strategi Nasional Pengembangan Sistem Pengelolaan Persampahan dirumuskan sebagai

berikut:

1. Kebijakan Pengurangan sampah semaksimal mungkin dimulai dari sumbernya

Pengurangan sampah dari sumbernya yang dimana merupakan aplikasi pengelolaan

sampah dengan paradigma baru yang tidak lagi bertumpu pada end of pipe system,

dimaksudkan untuk mengurangi volume sampah yang harus diangkut dan dibuang ke

TPA dan memanfaatkan semaksimal mungkin material yang dapat di daur ulang.

Pengurangan sampah tersebut selain dapat menghemat lahan TPA juga dapat

mengurangi jumlah angkutan sampah dan menghasilkan kualitas bahan daur ulang

yang cukup baik karena tidak tercampur dengan sampah lain. Potensi pengurangan

sampah di sumber dapat mencapai 50 % dari total sampah yang dihasilkan. Untuk

operasionalisasi kebijakan tersebut maka beberapa strategi ditetapkan yaitu:

a. Strategi Meningkatkan pemahaman masyarakat akan upaya 3R

(ReduceReuse¬Recycle) dan pengamanan sampah B3 (Bahan Buangan

Berbahaya) rumah tangga. Mengingat upaya pengurangan volume sampah di

sumber sangat erat kaitannya dengan perilaku masyarakat, diperlukan suatu

upaya penyadaran dan peningkatan pemahaman untuk mendorong perubahan

perilaku yang dilakukan secara berjenjang baik melalui promosi yang dapat

memberi gambaran mengenai “nilai” pengurangan sampah di sumber dan

dampaknya bagi kualitas kesehatan dan lingkungan maupun kampanye yang

terus menerus untuk membangun suatu komitmen sosial. Pengurangan

sampah di sumber ini dilakukan melalui mekanisme 3 R, yaitu reduce (R1),

reuse (R2) dan recycle (R3).

Halaman | II - 71

PENYIAPAN PENGEMBANGAN DATABASE PENGELOLAAN KSNKABUPATEN BELU, KABUPATEN MALAKA DENGAN NEGARA REPUBLIC DEMOKRATIC OF TIMOR LESTE (RDTL)

R1 adalah upaya yang lebih menitikberatkan pada pengurangan pola

hidup konsumtif serta senantiasa menggunakan bahan "tidak sekali

pakai" yang ramah lingkungan.

R2 adalah upaya memanfaatkan bahan sampah melalui penggunaan

yang berulang agar tidak langsung menjadi sampah.

R3 adalah setelah sampah harus keluar dari lingkungan rumah, perlu

dilakukan pemilahan dan pemanfaatan/pengolahan secara setempat.

Selain itu, diperlukan juga penanganan sampah B3 rumah tangga

(lampu neon, kemasan pestisida, batu batere dan lain-lain) secara

khusus.

Rencana tindak lanjut dari strategi ini adalah pelaksanaan promosi dan

kampanye 3R secara luas melalui berbagai media massa untuk menjangkau

masyarakat dari berbagai kalangan

b. Strategi Mengembangkan dan menerapkan sistem insentif dan disinsentif

dalam pelaksanaan 3R. Upaya pengurangan sampah di sumber perlu didukung

dengan pemberian insentif yang dapat mendorong masyarakat untuk

senantiasa melakukan kegiatan 3R.

Insentif tersebut antara lain dapat berupa pengurangan retribusi sampah,

pemberian kupon belanja pengganti kantong plastik, penghargaan tingkat

kelurahan dan lain-lain. Penerapan mekanisme insentif/disinsentif tersebut

harus diawali dengan kesiapan sistem pengelolaan sampah kota yang

memadai

Strategi ini dilaksanakan melalui rencana tindak sebagai berikut:

Penyusunan pedoman insentif dan disinsentif dalam pengelolaan

persampahan di sumber

Pelaksanaan uji coba/pengembangan dan replikasi 3R (pemanfaatan

sampah melalu pemilahan sampah di sumber, pembuatan kompos dan

daur ulang) di permukiman

Pemberian insentif kepada masyarakat dan swasta yang berhasil

melaksanakan reduksi sampah

Replikasi model-model best practice

c. Strategi mendorong koordinasi lintas sektor terutama perindustrian &

perdagangan. Keterlibatan sektor industri dan perdagangan dalam hal ini akan

sangat signifikan dalam upaya reduksi sampah kemasan oleh masyarakat.

Halaman | II - 72

PENYIAPAN PENGEMBANGAN DATABASE PENGELOLAAN KSNKABUPATEN BELU, KABUPATEN MALAKA DENGAN NEGARA REPUBLIC DEMOKRATIC OF TIMOR LESTE (RDTL)

Sedangkan disinsentif juga perlu diperlakukan untuk mendorong masyarakat

tidak melakukan hal-hal diluar ketentuan. Disinsentif dapat berupa antara lain

peringatan, peningkatan biaya pengumpulan/pengangkutan untuk jenis

sampah tercampur dan lain-lain.

Rencana tindak selanjutnya adalah fasilitasi pembentukan forum koordinasi

interdepartemen untuk penerapan 3R sebagai wadah saling bertukar pikiran

dan penyusunan

untuk dapat diimplementasikan di masing-masing Departemen terkait.

2. .Kebijakan Peningkatan peran aktif masyarakat dan dunia usaha/swasta sebagai mitra

pengelolaan. Untuk melaksanakan pengurangan sampah di sumber dan meningkatkan

pola-pola penanganan sampah berbasis masyarakat, diperlukan perubahan

pemahaman bahwa masyarakat bukan lagi hanya sebagai obyek tetapi lebih sebagai

mitra yang mengandung makna kesetaraan. Tanpa ada peran aktif masyarakat akan

sangat sulit mewujudkan kondisi kebersihan yang memadai.

Disamping masyarakat, pihak swasta / dunia usaha juga memiliki potensi yang besar

untuk dapat berperan serta menyediakan pelayanan publik ini. Beberapa pengalaman

buruk dimasa lalu yang sering membebani dunia usaha sehingga tidak berkembang

perlu mendapatkan upaya-upaya perbaikan. Swasta jangan lagi dimanfaatkan bagi

kepentingan lain, tetapi perlu dilihat sebagai mitra untuk bersama mewujudkan

pelayanan kepada masyarakat sehingga kehadirannya sangat diperlukan

Untuk operasionalisasi kebijakan tersebut maka beberapa strategi ditetapkan yaitu:

a. Strategi Meningkatkan pemahaman tentang pengelolaan sampah sejak dini

melalui pendidikan bagi anak usia sekolah

Upaya merubah perilaku pembuangan sampah seseorang yang sudah dewasa

terbukti tidak efektif; terutama dalam hal pemilahan sampah sejak dari

sumber. Untuk itu diperlukan strategi peningkatan yang lebih sistematik, yaitu

melalui mekanisme pendidikan masalah kebersihan / persampahan sejak dini

di sekolah. Strategi ini perlu dilaksanakan secara serentak di seluruh kota di

Indonesia (SD, SMP dan SMA).

Rencana tindak yang diperlukan adalah pelaksanaan ujicoba / pengembangan

dan replikasi sekolah bersih dan hijau untuk memotivasi anak usia sekolah

secara dini mengenal dan memahami berbagai metode pengelolaan sampah

sederhana di lingkungan sekolahnya

Halaman | II - 73

PENYIAPAN PENGEMBANGAN DATABASE PENGELOLAAN KSNKABUPATEN BELU, KABUPATEN MALAKA DENGAN NEGARA REPUBLIC DEMOKRATIC OF TIMOR LESTE (RDTL)

b. Strategi Menyebarluaskan pemahaman tentang pengelolaan persampahan

kepada masyarakat umum

Pemerintah perlu menyusun berbagai pedoman dan penduan bagi masyarakat

agar mereka lebih memahami tentang pengelolaan persampahan sehingga dapat

bertindak sesuai dengan yang diharapkan. Berbagai produk panduan dan

pedoman ini perlu disebarluaskan melalui berbagai media terutama media massa

yang secara efektif akan menyampaikan berbagai pesan yang terkandung di

dalamnya. Rencana tindak yang diperlukan akan mencakup : Penyusunan

pedoman / panduan pengelolaan persampahan dan penyebarluasannya melalui

media massa

c. Strategi Meningkatkan pembinaan masyarakat khususnya kaum perempuan

dalam pengelolaan sampah

Selain melalui pendidikan sejak dini yang hasilnya akan dirasakan dalam jangka

panjang, strategi pembinaan dalam rangka meningkatkan kemitraan masyarakat

terutama kaum perempuan juga sangat diperlukan. Perempuan sangat erat

kaitannya dengan timbulan sampah di rumah tangga (75 % sampah kota berasal

dari rumah tangga), sehingga diperlukan mekanisme pembinaan yang efektif

untuk pola pengurangan sampah sejak dari sumbernya. Forum kaum perempuan

yang saat ini eksis di masyarakat seperti PKK perlu dilibatkan sebagai vocal

point. Rencana tindak yang diperlukan adalah fasilitasi forum lingkungan oleh

kaum perempuan yang diharapkan dapat secara efektif berlanjut pada penerapan

di rumah dan kelompok masing-masing.

d. Strategi Mendorong pengelolaan sampah berbasis masyarakat

Masyarakat terbukti mampu melaksanakan berbagai program secara efektif dan

bahkan dengan tingkat keberhasilan yang sangat tinggi terutama bila

keikutsertaan mereka dilibatkan sejak awal. Kegiatan ini dapat dilaksanakan

untuk meningkatkan pengelolaan sampah di lingkungan perumahan melalui

pemberdayaan masyarakat setempat, yang selanjutnya dapat dreplikasi di tempat

lainnya. Rencana tindak yang diperlukan adalah pelaksanaan

ujicoba/pengembangan/replikaasi pengelolaan berbasis masyarakat

e. Mengembangkan sistem insentif dan iklim yang kondusif bagi dunia

usaha/swasta. Iklim yang menarik dan kondusif bagi swasta serta berbagai

insentif perlu diciptakan dan dikembangkan agar semakin banyak pihak swasta

yang mau terjun dalam bisnis pelayanan publik persampahan. Peninjauan

Halaman | II - 74

PENYIAPAN PENGEMBANGAN DATABASE PENGELOLAAN KSNKABUPATEN BELU, KABUPATEN MALAKA DENGAN NEGARA REPUBLIC DEMOKRATIC OF TIMOR LESTE (RDTL)

kembali pedoman dan ketentuan penanaman modal swasta dalam bidang

persampahan perlu segera dilakukan untuk mengurangi hambatan faktor resiko

dan dapat menarik faktor keuntungan yang proporsional.

Pemerintah perlu memberikan fasilitasi dan melakukan ujicoba kerjasama

swasta dalam skala yang signifikan di beberapa kota percontohan. Kerjasama ini

hendaknya dilakukan secara profesional dan transparan sehingga dapat menjadi

contoh untuk menerapkannya di kota lain.

Rencana tindak yang diperlukan adalah :

Penyusunan pedoman investasi dan kemitraan

Fasilitasi Pelaksanaan pengembangan kemitraan pengelolaan sampah

Replikasi pengembangan kemitraan pengelolaan sampah skala kawasan 3.

Kebijakan Peningkatan cakupan pelayanan dan kualitas sistem

pengelolaan

3. Kebijakan Peningkatan cakupan pelayanan dan kualitas sistem pengelolaan

Tingkat pelayanan yang 40% pada saat ini menyebabkan banyak dijumpai TPS yang

tidak terangkut dan masyarakat yang membuang sampah ke lahan kosong / sungai.

Banyak anggota masyarakat yang tidak mendapatkan pelayanan pengumpulan sampah

secara memadai. Sementara itu berbagai komitmen internasional sudah disepakati

untuk mendorong peningkatan pelayanan yang lebih tinggi kepada masyarakat.

Sasaran peningkatan pelayanan nasional pada tahun 2015 yang mengarah pada

pencapaian 70% penduduk juga telah ditetapkan bersama.

Untuk operasionalisasi kebijakan tersebut maka beberapa strategi ditetapkan yaitu:

a. Strategi Optimalisasi pemanfaatan prasarana dan sarana persampahan

Rendahnya tingkat pelayanan pengumpulan sampah sering diakibatkan oleh

rendahnya tingkat pemanfaatan armada pengangkut. Banyak kota masih

mengoperasikan truck sampah dengan ritasi tidak efisien (tidak lebih dari 2 rit

/ hari). Sehingga diperlukan upaya untuk meningkatkan ritasi kendaraan

pengangkut dan peralatan lainnya sehingga lebih banyak sampah terangkut

dan lebih banyak masyarakat dapat terlayani.

Rencana tindak yang diperlukan adalah :

Pelaksanaan evaluasi kinerja prasarana dan sarana persampahan

Penyusunan pedoman manajemen asset persampahan

Halaman | II - 75

PENYIAPAN PENGEMBANGAN DATABASE PENGELOLAAN KSNKABUPATEN BELU, KABUPATEN MALAKA DENGAN NEGARA REPUBLIC DEMOKRATIC OF TIMOR LESTE (RDTL)

b. Strategi Meningkatkan cakupan pelayanan secara terencana dan berkeadilan

Pelayanan juga diharapkan dapat disediakan dengan jangkauan yang

memberikan rasa keadilan. Disamping pusat kota yang mendapat prioritas,

pelayanan juga tetap harus disediakan bagi masyarakat kelas ekonomi rendah

agar mereka juga dapat menikmati lingkungan permukiman yang bersih dan

sehat. Perluasan jangkauan pelayanan juga harus dilakukan secara terencana dan

terprogram dengan baik dengan mempertimbangkan kebutuhan dan

ketersediaan sumber daya

c. Strategi Meningkatkan kapasitas sarana persampahan sesuai sasaran pelayanan

Dalam batas pemanfaatan optimal telah tercapai dan masih dibutuhkan

peningkatan cakupan pelayanan maka akan diperlukan adanya peningkatan

kapasitas sarana persampahan khususnya armada pengangkutan.

Rencana tindak yang diperlukan adalah penambahan sarana persampahan

khususnya armada pengangkut sampah sesuai dengan kebutuhan yang

direncanakan

d. Strategi Melaksanakan rehabilitasi TPA yang mencemari lingkungan

Pengelolaan TPA yang buruk dibanyak kota harus diakhiri dengan upaya

peningkatan pengelolaan sesuai ketentuan teknis yang berlaku. TPA yang

jelasjelas telah menimbulkan masalah bagi lingkungan sekitarnya perlu segera

mendapatkan langkah-langkah rehabilitasi agar permasalahan lingkungan yang

terjadi dapat diminimalkan.

Rencana tindak yang diperlukan adalah pelaksanaan rehabilitasi TPA yang

mencemari lingkungan sesuai dengan prioritas

e. Strategi Meningkatkan kualitas pengelolaan TPA ke arah sanitary landfi TPA

yang masih dioperasikan dengan jangka waktu relatif lama perlu segera

dilakukan upaya peningkatan fasilitas dan pengelolaan mengarah pada metode

sanitary landfiull dan Controlled landfill agar tidak menimbulkan masalah

lingkungan di kemudian hari.

Rencana tindak yang diperlukan adalah penyusunan pedoman peningkatan

pengelolaan TPA yang sangat diperlukan oleh daerah untuk perbaikan fasilitas

persampahan yang dmiliki.

f. Strategi Meningkatkan Pengelolaan TPA Regional

Kota-kota besar pada umumnya mengalami masalah dengan lokasi TPA yang

semakin terbatas dan sulit diperoleh. Kerjasama pengelolaan TPA dengan kota /

Halaman | II - 76

PENYIAPAN PENGEMBANGAN DATABASE PENGELOLAAN KSNKABUPATEN BELU, KABUPATEN MALAKA DENGAN NEGARA REPUBLIC DEMOKRATIC OF TIMOR LESTE (RDTL)

kabupaten lainnya akan sangat membantu penyelesaian masalah dengan

mempertimbangkan solusi yang saling menguntungkan.

Rencana tindak yang diperlukan adalah :

Penyusunan studi lokasi dan kelayakan pengembangan TPA regional

sesuai Tata Ruang

Uji coba pengelolaan TPA regional secara profesional

Strategi Penelitian, pengembangan, dan aplikasi teknologi penanganan

persampahan tepat guna dan berwawasan lingkungan

Kekeliruan dalam pemilihan teknologi seperti insinerator tungku yang

banyak dilakukan oleh Pemerintah Daerah perlu segera dihentikan dengan

memberikan pemahaman akan kriteria teknisnya. Disamping itu juga

sangat diperlukan aktivitas penelitian dan pengembangan untuk

mendapatkan teknologi yang paling sesuai dengan kondisi sampah di

Indonesia pada umumnya.

Rencana tindak yang diperlukan adalah :

Penyusunan pedoman teknologi pengelolaan sampah ramah lingkungan

Penyusunan pedoman pemanfaatan gas TPA

Penyusunan pedoman waste-to-energy

Ujicoba waste-to-energy untuk kota besar /metro

4. Kebijakan Pengembangan kelembagaan, peraturan dan perundangan

Motor penggerak pengelolaan persampahan adalah institusi yang diberi kewenangan

untuk melaksanakan seluruh aspek manajemen untuk menghasilkan kualitas

pelayanan persampahan yang ramah lingkungan dan berkelanjutan. Untuk itu

diperlukan suatu kebijakan yang yang mendukung perkuatan kapasitas kelembagaan

pengelola persampahan. Perkuatan kelembagaan tersebut ditinjau dari bentuk institusi

yang memiliki kewenangan yang sesuai dengan tanggung jawabya, memiliki fungsi

perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian serta didukung oleh tenaga yang terdidik

dibidang manajemen persampahan. Banyak kelemahan masih dilakukan oleh hampir

semua pemangku kepentingan persampahan dan belum ada langkah-langkah strategis

untuk menyelesaikannya. Beberapa kelemahan tersebut misalnya dapat dilihat pada

beberapa contoh berikut : Pengelola Kebersihan (Pemerintah Daerah) belum

mengangkut sampah dari TPS sesuai ketentuan; atau mengoperasikan pembuangan

sampah secara open dumping. Masyarakat juga memiliki andil kelemahan misalnya

Halaman | II - 77

PENYIAPAN PENGEMBANGAN DATABASE PENGELOLAAN KSNKABUPATEN BELU, KABUPATEN MALAKA DENGAN NEGARA REPUBLIC DEMOKRATIC OF TIMOR LESTE (RDTL)

dalam hal tidak membayar retribusi sesuai ketentuan, atau membuang sampah

sembarangan. Legislatif belum menyediakan anggaran sesuai kebutuhan minimal

yang harus disediakan. Pemerintah Pusat belum mampu menyediakan ketentuan

peraturan secara lengkap, dan lain-lain.

Untuk mengatasi hal tersebut maka sangat diperlukan adanya kebijakan agar aturan-

aturan hukum dapat disediakan dan diterapkan sebagaimana mestinya untuk

menjamin semua pemangku kepentingan melaksanakan bagian masingmasing secara

bertanggung jawab.

Untuk operasionalisasi kebijakan tersebut maka beberapa strategi ditetapkan yaitu:

a. Strategi Meningkatkan Status dan Kapasitas Institusi Pengelola

Peningkatan bentuk institusi pengelola persampahan menjadi setingkat “Dinas”

atau “Perusahaan Daerah” untuk kota besar dan metropolitan didasarkan pada

kebutuhan manajemen untuk menyelesaikan masalah persampahan yang sudah

cenderung lebih komplek. Sedangkan untuk kota sedang dan kota kecil

diperlukan institusi setingkat "Sub Dinas" atau "Seksi" atau "UPT" (unit

pelaksana teknis). Rencana tindak yang diperlukan adalah penyusunan pedoman

kelembagaan pengelolaan persampahan.

b. Strategi Meningkatkan kinerja institusi pengelola persampahan

Institusi pengelola persampahan perlu meningkatkan diri secara terus menerus

dengan melakukan evaluasi kinerja pengelolaan sehingga dapat diidentifikasi

berbagai kelemahan yang ada dan melakukan upaya-upaya peningkatan yang

terarah. Rencana tindak yang diperlukan adalah meningkatkan pelaksanaan

evaluasi kinerja pengelola persampahan

c. Strategi Memisahkan fungsi / unit regulator dan operator

Profesionalisme pelayanan persampahan saat ini sudah mendesak untuk segera

diwujudkan. Sehingga satu institusi yang berperan ganda sebagai operator

sekaligus regulator sudah waktunya dipisahkan. Adanya dua peran dalam satu

institusi telah menyebabkan kerancuan dalam mekanisme pengawasan

pelaksanaan pengelolaan sampah, seperti yang saat ini terjadi. Apabila intitusi

akan berperan sebagai operator maka diperlukan intitusi pengawas yang

berperan sebagai regulator . Namun apabila untuk menyelenggarakan pelayanan

persampahan dikontrakkan dengan pihak ketiga, maka Dinas/Sub dinas menjadi

regulator dengan tetap berkordinasi dengan instansi terkait.

Halaman | II - 78

PENYIAPAN PENGEMBANGAN DATABASE PENGELOLAAN KSNKABUPATEN BELU, KABUPATEN MALAKA DENGAN NEGARA REPUBLIC DEMOKRATIC OF TIMOR LESTE (RDTL)

Struktur organisasi suatu Dinas/Perusahaan Daerah/Sub Dinas/Seksi/UPT

sebaiknya hanya menangani masalah kebersihan saja dan perlu memiliki fungsi

perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian yang efisien dan efektif Rencana

tindak yang diperlukan adalah :

Penyusunan Pedoman pemisahan fungsi regulator dan operator

Bantuan teknis pemisahan fungsi regulator dan operator

d. Strategi Meningkatkan kerjasama dan koordinasi dengan pemangku

kepentingan lain

Perkuatan kapasitas kelembagaan juga akan sangat dipengaruhi oleh pola-pola

kerjasama horizontal maupun vertikal termasuk kerjasama antar kota dalam

penerapan pola pengelolaan sampah secara regional. Kerjasama antar instansi

dibutuhkan untuk berbagai hal yang berkaitan dengan kewenangan instansi lain

seperti pengelolaan sampah pasar, drainase / sungai, pihak

produsen/industri/perdagangan (penanganan sampah kemasan dan B3 rumah

tangga dan bahan¬bahan daur ulang), pertanian/kehutanan (pemasaran kompos),

bidang pendidikan dan lain-lain. Selain itu kerjasama dengan pihak PLN

(kerjasama penarikan retribusi), pihak developer/kelurahan/LSM (penanganan

sampah skala kawasan berbasis masyarakat) dan perguruan tinggi (penelitian

dan pengembangan serta inovasi teknologi) juga sangat diperlukan

e. Strategi Meningkatkan kualitas SDM manusia

Dalam rangka peningkatan kapasitas kelembagaan pengelola persampahan,

profesionalisme sumber daya manusia (SDM) merupakan salah satu unsur

utama yang dapat menggerakkan roda manajemen persampahan secara

menyeluruh. Peningkatan kualitas SDM menjadi sangat penting untuk

terselenggaranya suatu sistem pengelolaan persampahan yang berkelanjutan.

Rencana tindak yang diperlukan adalah pelaksanaan pendidikan dan pelatihan

baik ditingkat pusat, provinsi, dan kota / kabupaten

f. Strategi Mendorong pengelolaan kolektif atas penyelenggaraan persampahan

skala regional

Keterbatasan lahan TPA (tempat pengolahan akhir) sampah dikawasan

perkotaan, memerlukan solusi penanganan bersama secara regional agar lebih

efisien. Pengelolaan regional dikembangkan dengan memperhatikan azas

manfaat bagi setiap Pemerintah Daerah yang terlibat. Model pengelolaan

kolektif untuk 2 kota atau lebih perlu diterapkan secara lebih memadai. Rencana

Halaman | II - 79

PENYIAPAN PENGEMBANGAN DATABASE PENGELOLAAN KSNKABUPATEN BELU, KABUPATEN MALAKA DENGAN NEGARA REPUBLIC DEMOKRATIC OF TIMOR LESTE (RDTL)

tindak yang diperlukan adalah penyusunan pedoman organisasi pengelola

fasilitas regional

g. Strategi Meningkatkan kelengkapan produk hukum/NPSM sebagai landasan dan

acuan pelaksanaan pengelolaan persampahan

Produk hukum baik berupa Undang-Undang, Peraturan Pemerintah, Peraturan

Daerah, Peraturan Menteri, dll haruslah disediakan secara lengkap dan mampu

mengantisipasi segala perkembangan dinamika pengelolaan persampahan.

Rencana tindak yang diperlukan adalah penyusunan dan pengembangan NPSM

persampahan

h. Strategi Mendorong penerapan sistem pengawasan dan penerapan sanksi hukum

secara konsisten dalam rangka pembinaan aparat, masyarakat dan pemangku

kepentingan lainnya

Semua pelaksanaan ketentuan hukum dan peraturan haruslah mendapat

pengawasan yang baik dan bila diperlukan dilakukan tindakan pengenaan sanksi

terhadap pelaku penyimpangan baik dari unsur Pemerintah, Masyarakat,

Swasta, dan lain-lain untuk membina setiap pemangku kepentingan

melaksanakan tugas dan kewajibannya secara bertanggung jawab. Rencana

tindak yang diperlukan adalah penyusunan pedoman penarapan produk dan

sanksi hukum persampahan

5. Kebijakan Pengembangan alternatif sumber pembiayaan

Pengelolaan persampahan memang bagian dari pelayanan publik yang harus

disediakan oleh Pemerintah untuk mensejahterakan masyarakat. Namun demikian

pengelolaan persampahan juga merupakan tanggung jawab masyarakat untuk menjaga

keberlanjutannya. Masukan dari masyarakat sangat diperlukan untuk menjaga agar

pelayanan pengelolaan persampahan dapat berlangsung dengan baik dan memenuhi

kebutuhan masyarakat. Salah satu bentuk masukan dari masyarakat adalah melalui

pembayaran retribusi kebersihan yang diharapkan mampu mencapai tingkat yang

dapat membiayai dirinya sendiri.

Pemerintah perlu melakukan langkah-langkah investasi untuk menyediakan

kebutuhan prasarana dan sarana yang memadai untuk mewujudkan pelayanan

tersebut; dan masyarakat secara bertahap memberikan kontribusi untuk membiayai

pelaksanaan pengelolaannya

a. Strategi Penyamaan persepsi para pengambil keputusan

Halaman | II - 80

PENYIAPAN PENGEMBANGAN DATABASE PENGELOLAAN KSNKABUPATEN BELU, KABUPATEN MALAKA DENGAN NEGARA REPUBLIC DEMOKRATIC OF TIMOR LESTE (RDTL)

Tidak dapat dipungkiri bahwa banyak terdapat perbedaan persepsi akan prioritas

dan pentingnya pengelolaan persampahan termasuk perlunya pemulihan biaya

pengelolaan; bahkan diantara para pengambil keputusan di Pemerintah Daerah.

Untuk itu diperlukan upaya-upaya untuk membangun dan menyamakan persepsi

agar pengelolaan persampahan mendapatkan perhatian yang seimbang.

Untuk dapat menyediakan anggaran dan menggali alternatif pembiayaan

persampahan, diperlukan proses penyamaan persepsi ditingkat para pengambil

keputusan baik pusat maupun daerah sehingga pemahaman akan pentingnya

pelayanan persampahan dapat dimiliki dan menjadi pertimbangan dalam

pengalokasian anggaran selanjutnya Rencana tindak yang diperlukan adalah :

Pelaksanaan sosialisasi prioritas pengelolaan persampahan bagi para

pengambil keputusan baik eksekutif maupun legislatif.

Pengalokasian anggaran yang seimbang / adil bagi pengelolaan

persampahan agar dapat menyediakan pelayanan yang baik secara

kuantitas maupun kualitas

b. Strategi mendorong peningkatan pemulihan biaya persampahan

Pemerintah Daerah perlu didorong untuk meningkatkan pemulihan biaya dari

pengelolaan persampahan agar subsidi bagi pelayanan publik ini dapat dibatasi

dan mengupayakan semaksimal mungkin pendanaan dari masyarakat.

Rencana tindak yang diperlukan adalah penyusunan pedoman dan aturan untuk

memudahkan Pemerintah Daerah melaksanakan upaya pemulihan biaya

pengelolaan persampahan. Pedoman dan aturan tersebut akan meliputi pedoman

penyusunan rencana biaya, pedoman pengelolaan keuangan, pedoman

penyusunan tarif retribusi; yang akan menjadi acuan yang memudahkan

Pemerintah Daerah dalam melaksanakan upaya-upaya pemulihan biaya

2.9. Matriks Keterkaitan Fungsi Eksternal (RTRWN) Dengan Muatan KSNP –

Sistem Pengelolaan Persampahan

Pengelolaan persampahan (Prasarana dan Sarana) memiliki nilai strategis dalam

mendukung fungsi perkotaan maupun perdesaan secara eksternal di dalam hal peningkatan

kualitas permukiman. Peningkatan kualitas permukiman melalui pengelolaan persampahan

dapat terwujud apabila terpenuhinya hak dan kewajiban masyarakat serta terlaksananya

secara efektif kewenangan pemerintah, pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten dan

kota. Sesuai dengan kebutuhannya maka kerjasama antar pemerintah daerah dalam

Halaman | II - 81

PENYIAPAN PENGEMBANGAN DATABASE PENGELOLAAN KSNKABUPATEN BELU, KABUPATEN MALAKA DENGAN NEGARA REPUBLIC DEMOKRATIC OF TIMOR LESTE (RDTL)

pengelolaan sampah telah didorong dalam undang-undang ini. Kerjasama inilah yang

menjadi cikal bakal pengembangan TPA Regional.

Kriteria Penanganan TPA Regional yang diarahkan pemerintah pusat antara lain:

1. Penetapan daerah yang akan memanfaatkan TPA regional

2. Penetapan daerah yang bersedia menyediakan tanah sebagai lokasi TPA regional

3. Master Plan, FS dan DED telah dibuat oleh daerah (kab/kota)

4. Penyerahan urusan pengelolaan teknis TPA regional kepada kab/kota dimana lokasi

TPA regional berada di wilayahnya dengan memberikan kewenangan

membentuk/menetapkan unit pelaksana teknis pengelolaan TPA regional

5. Pelibatan peran serta swasta dan masyarakat dalam pengelolaan TPA regional

6. Penandatanganan kesepakatan (MoU) antar Bupati/Walikota yang sepakat melakukan

pengelolaan TPA regional

7. Pembentukan forum/tim yang melibatkan daerah penandatanganan MoU sebagai

forum/tim pengendalian pengelolaan TPA regional

Disamping mendorong kerjasama antar daerah dalam pengelolaan sampah, hal yang

juga strategis dilakukan adalah apa yang disebut Konsep Pengelolaan Sampah 3R.

Pengelolaan sampah skala kawasan di perkotaan dengan cara meningkatkan proses

pemberdayaan masyarakat dalam pemilahan sampah sejak dari sumbernya atau desentraliasi

pengelolaan sampah.

Lingkup kegiatan:

1. Merupakan kegiatan penanganan secara komunal untuk melayani sebagian atau

keseluruhan sumber sampah yang ada dalam area dimana pengelola kawasan berada

2. Pengelolaan sampah tingkat kawasan harus mendorong peningkatan upaya

minimasi sampah untuk mengurangi beban pada pengelolaan tingkat kota,

khususnya yang akan diangkut ke TPA

3. Pengelolaan sampah kawasan harus harus mampu melayani masyarakat yang

berada dalam daerah pelayanan yang telah ditentukan

Pengurangan sampah dari sumbernya merupakan aplikasi pengelolaan sampah

paradigma baru yang tidak lagi bertumpu pada end of pipe system, dimaksudkan untuk

mengurangi volume sampah yang harus diangkut dan dibuang ke TPA dan memanfaatkan

semaksimal mungkin material yang dapat di daur ulang. Pengurangan sampah tersebut selain

dapat menghemat lahan TPA juga dapat mengurangi jumlah angkutan sampah dan

menghasilkan kualitas bahan daur ulang yang cukup baik karena tidak tercampur dengan

Halaman | II - 82

PENYIAPAN PENGEMBANGAN DATABASE PENGELOLAAN KSNKABUPATEN BELU, KABUPATEN MALAKA DENGAN NEGARA REPUBLIC DEMOKRATIC OF TIMOR LESTE (RDTL)

sampah lain. Potensi pengurangan sampah di sumber dapat mencapai 50 % dari total sampah

yang dihasilkan.

Kesimpulan yang dapat ditarik dari ketentuan tersebut adalah pengembangan

prasarana dan sarana pengelolaan persampahan dapat mendung fungsi eksternal kota (dalam

hal ini kualitas lingkungan permukiman yang sehat dan produktif) dan salah satu

pengembangannya (sesuai dengan kebutuhan) adalah Pengelolaan TPA Regional yang diikuti

dengan pola pengurangan volume sampah melalui pengelolaan sampah secara 3R

Tabel 2. 9 Matriks Keterkaitan Substansi Antara RTRWN dengan Muatan KNSP

Sistem Pengelolaan Persampahan RTRWN Muatan KSNP SPPFungsi Eksternal KawasanPerkotaan dan Perdesaan Keterkaitan

Implikasi dan Kebutuhan InfrastrukturKOTDES

Pusat Kawasan Andalan Sebagai Pusat Kawasan Andalan memungkinkan meningkatkan pengelolaan TPA Skala Regional (Kota Besar dan Metro) melalui kerjasama antardaerah.

Sebagai pusat kawasan andalan memungkinkan untuk mengembangkanwaste to energy (Kota Besar dan Metro)

Simpul Transportasi Darat, Laut dan UdaraSimpul Pelayanan PrasaranaLainnya (energi/listrik, telekomunikasi)Simpul kegiatan ekspor - imporSimpul Kegiatan Industri dan Jasa

Sebagai simpul kegiatan dan jasa, maka didalam KSN SPP sangat strategis untuk menerapkan sistem insentif dan disinsentif dalam pelaksanaan 3R dan mendorong koordinasi lintas sektor terutama perindustrian dan perdagangan

Pintu gerbang internasional yang menghubungkan negara tetangga atau kawasan internasional

Sumber: Hasil Analisis, 2009

Halaman | II - 83

PENYIAPAN PENGEMBANGAN DATABASE PENGELOLAAN KSNKABUPATEN BELU, KABUPATEN MALAKA DENGAN NEGARA REPUBLIC DEMOKRATIC OF TIMOR LESTE (RDTL)

2.10. Muatan UU NO. 7 Tahun 2004 Terkait Pengelolaan Air Limbah

Dapat dikatakan bahwa “kekuatan” pengelolaan air limbah dalam konstelasi fungsi

eksternal kawasan perkotaan adalah dengan mengupayakan kerjasama antar daerah dalam

pengembangan prasarana dan sarana pengelolaan air limbah secara terpusat (off site system).

Tabel 2. 10 Matriks Keterkaitan Substansi Antara RTRWN

dengan Muatan Pengelolaan Air Limbah RTRWN Muatan Peratuan Terkait Pengelolaan Air Limbah

Fungsi EksternalKawasan Perkotaan

dan Perdesaan

Keterkaitan Implikasi dan Kebutuhan Pengembangan Infrastruktur KOTDES

1 Pusat Kawasan Andalan Sebagai Pusat Kawasan Andalan kerjasama dalam pengelolaan air limbah

RTRWN Muatan Peratuan Terkait Pengelolaan Air Limbah

secara terpadu (Sewerege system) akan didorong dengan pola insentif terutama di kota besar dan metro

2 Simpul Transportasi Darat, Laut dan Udara

3 Simpul Pelayanan Prasarana Lainnya (energi/listrik, telekomunikasi)

4 Simpul kegiatan ekspor - impor

5 Simpul Kegiatan Industri dan Jasa

6 Pintu gerbang internasional yang menghubungkan negara tetangga atau kawasan internasional

Sumber: Hasil Analisis, 2009

2.11. Kaitan/ Implikasi RTRWN Terhadap Pengembangan Infrastruktur SDA

Kebijakan dan strategi pengembangan struktur ruang dan pola ruang dalam RTRWN

tersebut memiliki keterkaitan dengan pengembangan infrastruktur SDA, dengan bentuk

kaitan sebagai berikut :

1. Kaitan Kebijakan Struktur Ruang terhadap Pengembangan Infrastruktur SDA:

a. Kebijakan penetapan sistem jaringan SDA nasional berupa penetapan WS.

Kaitannya terhadap pengembangan infrastruktur SDA berupa batasan

Halaman | II - 84

PENYIAPAN PENGEMBANGAN DATABASE PENGELOLAAN KSNKABUPATEN BELU, KABUPATEN MALAKA DENGAN NEGARA REPUBLIC DEMOKRATIC OF TIMOR LESTE (RDTL)

kewenangan pengelolaan SDA untuk menunjang berbagai aktivitas dan

kebutuhan di WS tersebut.

b. Kebijakan penetapan kota-kota PKN, PKW, dan PKSN. Kaitannya dengan

pengembangan infrastruktur SDA berupa kebutuhan pemenuhan air baku

bagi penduduk dengan berbagai aktivitasnya di ketiga kategori kota tersebut.

2. Kaitan Kebijakan Pola Ruang terhadap Pengembangan Infrastruktur SDA:

a. Kebijakan penetapan kawasan lindung. Dalam kaitannya dengan

sumberdaya air, penetapan kawasan lindung ini (kecuali kawasan cagar

budaya dan suaka margasatwa) relevan dengan upaya konservasi atau

pelestarian sumberdaya air. Selanjutnya, dalam rangka pelaksanaan

pelestarian lingkungan dalam rencana tata ruang wilayah ditetapkan

kawasan hutan paling sedikit 30% dari luas daerah aliran sungai. Di

samping terkait dengan upaya konservasi, penetapan beberapa kawasan

lindung, seperti kawasan sempadan pantai dan sempadan sungai memiliki

keterkaitan dengan upaya pengendalian dari daya rusak air, yaitu dari

kemungkinan kerusakan akibat banjir dan abrasi pantai/ gelombang pasang.

b. Kebijakan berupa penetapan kawasan andalan dengan sektor unggulan.

Kegiatan budidaya unggulan merupakan kegiatan yang menjadi penggerak

utama perekonomian kawasan dan wilayah sekitarnya. Agar kegiatan

budidaya unggulan tersebut dapat berkembang dengan baik, perlu

dikembangkan prasarana dan sarana pendukung yang memadai, termasuk di

dalamnya prasarana SDA. Dari sekian kawasan andalan tersebut, yang

memiliki kaitan erat dengan pengembangan infrastruktur SDA (berupa

pendayagunaan SDA) adalah kawasan pertanian dan kawasan perikanan

(berupa kebutuhan akan irigasi), serta kawasan industri, pariwisata,

perdagangan dan jasa, berupa kebutuhan akan pemenuhan air baku.

Bentuk keterkaitan atau implikasi RTRWN terhadap pengembangan SDA

dapat dilihat pada tabel berikut di bawah ini.

Halaman | II - 85

PENYIAPAN PENGEMBANGAN DATABASE PENGELOLAAN KSNKABUPATEN BELU, KABUPATEN MALAKA DENGAN NEGARA REPUBLIC DEMOKRATIC OF TIMOR LESTE (RDTL)

Tabel 2. 11 Matriks Konsepsi Pengembangan Infrastruktur SDA Berbasis RTRWN

ARAHAN RUANG RTRWN FUNGSI SUMBERDAYA AIRFungsiUtama

Fungsi Terkait Konservasi

Pendayagunaan SDA

PengendalianDari Daya Rusak AirIrigasi Air

BakuWSNasional

Struktur RuangSistem pusat perkotaan nasional (PKN,PKW,PKSN)

V V

Pola RuangARAHAN RUANG RTRWN FUNGSI SUMBERDAYA AIRFungsiUtama

Fungsi Terkait Konservasi

Pendayagunaan SDA

PengendalianDari Daya Rusak AirIrigasi Air

BakuKawasan lindung (semua jenis kawasan lindung kecuali cagarbudaya, suaka margasatwa, taman buru, taman wisata alam laut)

V

Kawasan lindung (sempadanpantai, sempadan sungai, kawasan rawan bencana)

V

Kawasan andalan dengansektor unggulan pertanian, perikanan

V

Kawasan andalan dengansektor unggulan industri, pariwisata, perdagangan, jasa

V

Kawasan strategis nasional(KSN) dengan sudut kepentingan ekonomi

V

Kawasan strategis nasional(KSN) dengan sudut kepentingan lingkungan hidup

V

Sumber : PP No 26 Tahun 2008 tentang RTRWN, diolah

Tabel 2.11 di atas memperlihatkan arahan pengembangan infrastruktur SDA,

berdasarkan pertimbangan yang mengkaitkan antara RTRWN (UU No 7/2004 dan PP No

Halaman | II - 86

PENYIAPAN PENGEMBANGAN DATABASE PENGELOLAAN KSNKABUPATEN BELU, KABUPATEN MALAKA DENGAN NEGARA REPUBLIC DEMOKRATIC OF TIMOR LESTE (RDTL)

26/2008) dengan pola pengelolaan SDA (UU No 7/2004, PP 42/2008), dan kelembagaan

terkait (PP 38/2007). Adapun sebarannya secara spasial dapat dilihat pada peta-peta berikut

di bawah ini.

Beberapa kawasan dalam kewenangan nasional tersebut ada yang berlokasi di WS

nasional (WS strategis nasional, WS lintas provinsi, WS lintas negara), namun ada pula yang

berlokasi bukan di WS nasional, misalnya di WS provinsi. Ada pula kawasan-kawasan,

umumnya berupa kawasan andalan yang menempati 2 (dua) WS, baik WS nasional maupun

WS bukan nasional. Di samping itu ada pula WS nasional yang ternyata di dalamnya tidak

terdapat kota-kota PKN, PKW, PKSN maupun kawasan andalan. Rincian kawasan-kawasan

yang tidak berlokasi di WS nasional tersebut dapat dilihat pada tabel, dengan tanda berupa

tulisan bercetak miring berwarna merah. Sedangkan kawasan yang menempati lebih dari satu

WS ditandai dengan tulisan berwarna biru. Seperti telah diuraikan di atas, beberapa kawasan

nasional berlokasi di WS nasional, beberapa kawasan nasional lainnya tidak berlokasi di WS

nasional, ada beberapa kawasan nasional yang menempati lebih dari satu WS, serta adanya

WS nasional yang dio dalamnya tidak ada kawasan nasional.

Permasalahannya adalah :

1. Bagaimana pemenuhan kebutuhan SDA untuk kawasan berlevel nasional (kota-kota

PKN, PKW, dan PKSN, serta kawasan andalan nasional) yang tidak berlokasi di WS

nasional.

2. Untuk kawasan berlevel nasional yang menempati lebih dari satu WS, baik WS

nasional maupun WS bukan nasional, bagaimana pula pemenuhan kebutuhan SDA

nya, bagaiman bentuk kerjasama antar kedua WS yang bersangkutan.

3. Untuk WS nasional yang tidak ada di dalamnya kawasan berlevel nasional, lalu

pelayanan dari WS tersebut untuk apa.

Halaman | II - 87

PENYIAPAN PENGEMBANGAN DATABASE PENGELOLAAN KSNKABUPATEN BELU, KABUPATEN MALAKA DENGAN NEGARA REPUBLIC DEMOKRATIC OF TIMOR LESTE (RDTL)

Tabel 2. 12 Arahan Pengembangan Infrastruktur SDA (20 Tahun)

Berdasarkan Kaitan RTRWN (UU 7/2004, PP 26/2008) Dengan Rencana Pengelolaan SDA (UU No 7/2004, PP 20/2006, PP 42/2008)

No

Provinsi

Nama WS

Kategori WS

Konservasi SDA *

Pendayagunaan SDA

Pendendali an DayaRusak Air

Irigasi

Air Baku

Kota PKNKota PKW

Kota PKSN

KawasanAndalan(Industri)

KawasanAndalan(Pariwisata,Perdagangan, Jasa)

KawasnStrategis

1.

NADMeureudu-Baro

SN

Pengamananpantai di pantai barat

Krueng Aceh

KSN KawEkosistemLeuser (I/B/1) ;Kaw lindung TNGn Leuser(I/A/4); CAHutan PinusJhanto (I/B/3)

Banda Aceh dsk (I/A/1)

Banda Aceh(I/D/1), (I/C/1)

Banda Aceh dsk(II/D/1)

Banda Aceh(II/E/1)

Kapet BandaAcehDarussalam(I/A/2)

Pengamananpantai di pantai barat

Halaman | II - 88

PENYIAPAN PENGEMBANGAN DATABASE PENGELOLAAN KSNKABUPATEN BELU, KABUPATEN MALAKA DENGAN NEGARA REPUBLIC DEMOKRATIC OF TIMOR LESTE (RDTL)

Sabang (I/C/1)

Sabang(I/A/2)

Kaw Perdagangan bebas & pelabuhan bebas (I/A/2)

PasePeusangan

Lhokseumasedsk (III/A/2), (I/F/2)

Lhokseumawe(I/C/I)

Takengon(II/C/1)

Lhokseumawe(I/D/1)

Kaw industri Lhokseumawe (I/A/2)

Pengamananpantai di pantai barat

Jambo Aye

SN

Tamiyang Langsa

Langsa (II/C/3)

Woyla-Seunagan

SN

Kaw lindungTHR Cut NyakDien (II/B/5)

KawasanPantai BaratSelatan(IV/A/2),((II/F/2)

Pengamananpantai di pantai barat

Halaman | II - 89