makalah reproduksi fungi baru.docx

19
MAKALAH MIKOLOGI REPRODUKSI FUNGI KELOMPOK 4 AYU ANGGRAENI H41112007 ARINI PRASISKA H41112008 VIKI WULANDARI H41112009 FITRIANI LAYUKAN H41112010

Upload: ayunggrni

Post on 22-Nov-2015

264 views

Category:

Documents


14 download

TRANSCRIPT

MAKALAHMIKOLOGI

REPRODUKSI FUNGI

KELOMPOK 4

AYU ANGGRAENIH41112007ARINI PRASISKAH41112008VIKI WULANDARIH41112009FITRIANI LAYUKANH41112010

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAMJURUSAN BIOLOGIUNIVERSITAS HASANUDDINMAKASSAR2014

BAB IPENDAHULUAN1.1 Latar BelakangSetiap organisme yang hidup pasti melakukan reproduksi untuk melestarikan jenisnya agar tidak terjadi kepunahan. Bukan hanya pada hewan, tumbuhan ataupun manusia. Fungi juga melakukan reproduksinya, bahkan dengan waktu yang jauh lebih singkat untuk menghasilkan banyak sel anakan. Fungi merupakan salah satu dari organisme terpenting di dunia. Ini karena peranan fungi dalam ekosistem, yaitu pada proses pembusukan. Fungi adalah salah satu organisme eukariotik yang tidak mempunyai klorofil. Tubuh fungi hanya berupa hifa atau sebagai sel khamir. Fungi mempunyai dinding sel yag tersusun dari kitin, bersifat heterotrof. Heterotrof merupakan kelompok mahluk hidup yang tidak dapat menghasilkan makanan sendiri sehingga harus didatangkan dari luar tubuhnya. Fungi memperoleh nutrisi dari lingkungannya yaitu dengan menyerap nutrient melalui dinding selnya dan mengekresikan enzim- enzim ekstraseluler ke lingkungan. Dalam reproduksinya fungi menghasilkan spora atau konidia, yaitu reproduksi secara aseksual dan seksual. Reproduksi ini dilakukan untuk melestarikan jenisnya agar mencegah dari kepunahan. Fungi yang telah dewasa akan membentuk struktur- struktur yang berkaitan untuk menyebarkan spesiesnya.Fungi memiliki habitat yang beragam. Beberapa fungi akuatik, sebagian besar hidup di perairan tawar, ada juga yang hidup di perairan laut. Sebagian besar dari fungi bersifat terrestrial.Mereka hidup di tanah atau tumbuhan yang sudah mati dan memainkan peran yang sangat penting dalam mengurai materi organik.

BAB IIISI

2.1 Reproduksi FungiFungi yang sudah dewasa akan membentuk struktur-struktur untuk melakukan reproduksi agar spesiesnya menyebar dan tidak punah. Faktor lingkungan sangat menentukan struktur reproduksi apa yang akan dibentuk fungi dan untuk tujuan apakah dibentuk fungi.Jamur akan membentuk struktur-struktur khusus untuk melakukan reproduksi. Secara alamiah jamur bereproduksi dengan dua cara, yaitu

2.2 Reproduksi SeksualFungi filum ascomycota dan basidiomycota yang bereproduksi secara seksual menghasilkan karpus atau tubuh buah seksual yang didalamnya dihasilkan askus atau basidium yang menghasilkan spora seksual, yaitu masing-masing askopora atau basidiospora. Pada fungi tingkat rendah dari filum zygomycota terbentuk zygospora dari filum Chytridiomycota dihasilkan oospora dan antherozoid.Karpus (tubuh buah) seksual. ada empat tipe karpus seksual yang diketahui yaitu :1. Apothecium, adalah karpu seksual, umumnya berbentuk seperti cawan yang lebar atau seperti cangkir, atau seperti bola yang pada permukaannya terdapat bentuk cawan cawan kecil yang terbuka. Stroma pada bagian terbuka ini membawa askus askus yang berdiri tegak menghadap lingkungan luar. Di antara askus askus tersebut terdapat parafisa, yaitu hifa-hifa steril yang berfungsi untuk menopang tegaknya askus untuk memudahkan pelepasan askospora. Tekstur apothecium biasanya kenyal dan lembab, ukuran apothecium ada yang dapat dilihat dengan kasat mata ada yang hanya beberapa mm besarnya. Apothecium berwarna ada yang putih, jingga, merah muda, merah hijau, cokelat bahkan hitam. Apothecium biasanya ditemukan pada fungi ordo Pezizales.2. Perithecium, adalah karpus yang banyak sekali ditemukan pada Ascomycota dan berbentuk seperti labu dan leher panjang yang pada ujungnya memiliki lubang atau osteol. Pembentukan Perithecium diawali dengan pembentukan suatu askogonium yang berciri khas yaitu berbentuk seperti kumparan. Askus askus terdapat pada stroma pada bagian bawah dalam Perithecium yang sudah dewasa. Perifisa pada Perithecium kemungkinan berfungsi untuk mencegah keluarnya askus sebelum waktunya.3. Pseudothecium, karpus ini menghasilkan askusnya di dalam rongga (loculus) yang terbentuk di dalam stromata. Rongga ini dikelilingi oleh dinding yang jelas. Tubuh buah sekseal nii seng tidak seperti Perithecium yang tidak memilki leher tetapi memilki osteol, Pseudothecium terdapat pada Micosphaerella tulipiferae, fungi penyebab penyakit pada daun tumbuhan tulip.4. Cleistothecium, merupakan karpus bulat yang seluruhnya tertupi oleh hifa hifa, mirip suatu dinding yang disebut peridium. Didalam cleistothecium terdapat askus askus berbentuk bulat yang terbenang dalam masa miselium. Askus baru bisa keluar apabila cleistothecium pecah karena keadaan lingkungan. Cleistothecium muda dilihat pada isolat Monascus rubrum atau Aspergillus flavus.

Gambar. Tipe-tipe karpus seksual yang dihasilkan AscomycotaSumber : Gandjar dkk., (2006)Askus Di dalam atau pada bagian atas permukaan kospus seksual terdapat askus askus, yaitu struktur yang menghasilkan askospora. Bentuk askus dapat bulat, semibulat, silindris atau tubular. Berdasarkan dinding askus dikenal tifa tipe askus yaitu askus yang protunikata, unitunikata dan bitunikata. Askus protunikata hanya memilki dinding berupa selaput yang sangat halus, sedangkan pada askus unitunikata dan bitunikata terdapat dua selaput yang membentuk dinding askus.

Gambar : Beberapa tipe askus Sumber : Gandjar dkk., (2006)

BasidiumBasidium adalah korpus seksual pada Basidiomycota. Basidiospora terbentuk pada bagian luar dari basidium, dan duduk pada suatu sterigma, sehingga berhubungan langsung dengan lingkungan luar. Basidium tersebut terbentuk pada suatu lapisan miselium yang disebut himenium. Ada dua tipe basidum yang dikenal yaitu tipe holobasdium dan tipe fragmobasidium.

Pembentukan Sel Reproduksi SeksualReproduksi seksual dengan peleburan nukleus dari dua sel induknya yang kompatibel. Tipe spora seksual pada jamur antara lain yaitu askospora, basidiospora, zigospora dan oospora.a. Askospora adalah spora bersel satu yang terbentuk dalam kantong yang disebut askus. Askospora terdapat pada kelompok Ascomycota. Proses pembentukan askospora diawali dengan proses difrensiasi hifa membentuk alat reproduksi betina yang ukurannya lebih besar yang disebut askogonium. Di dekat askogonium akan terbentuk alat reproduksi jantan yang disebut anteredium. Keduanya berinti haploid ( n) dan selanjutnya akan berhubungan melalui saluran yang terbentuk diantaran keduanya yang disebut trikogin. Melalui trikogin, inti sel dari anteredium akan berpindah ke askogonium, dan selanjutnya inti askogonium dan anteredium berpasangan dan membentuk hifa. Inti yang berpasangan dalam hifa membelah secara mitosis namun masih tetap berpasangan, sementara itu hifa terus tumbuh membentuk sekat melintang bercabang banyak. Ujung hifa selanjutnya akan membentuk askus dengan dua inti di dalamnya, kedua inti tersebut akan membelah secara meiosis menghasilkan 8 buah spora yang disebut askospora.

Gambar : pembentukan Askospora

b. Basidiospora (basidiosporogenesis) adalah spora bersel satu yang terbentuk di atas struktur berbentuk gada yang disebut basidium yang terbentuk pada ujung hifa yang dikariotik. Basidiospora terdapat pada kelompok Basidiomycota.

Gambar Bentuk basidium dan basidiospora Sumber : Gunawan dkk, 2004; Gandjar dan Sjamsuridzal, 20061. Hifa dikariotik2. Kariogami3. Sesudah meiosis dihasilkan 4 nukleus4. Pembentukan sterigma5. Masing-masing nukleus masuk ke sterigma menuju calon basidiospora6. Basidium dengan 4 basidiospora

c. Pembentukan zigospora paling banyak dipelajari pada genera Mucor, Phycomyces dan Rhizopus. Zigospora adalah spora besar berdinding tebal yang terbentuk dari fusi dua gametangia pada kelompok Zigomycota. Apabila ada dua koloni yang kompitabel misalnya dari Mucor mucedo, yang menghasilkan miselium vegetatif yang pasangan tipenya berbeda, maka hifa dari kedua tipe ini dapat menghasilkan zigofor (hifa aerial khusus yang fertil). Melalui udara, kedua zigofor yang berbeda ini akan saling mendekat sampai bersentuhan. Dinding masing-masing zigofor akan melebur dititik sentuhan dan zigofor akan memendek. Pada titik atau tempat sentuhan zigofor akan membengkak menjadi progametangium yang berinti banyak. Setiap progametogonium akan berkembang menjadi gametangium dengan membetuk suatu sekat atau dinding sel yang memisahkannya dari bagian zigofor yang terdekat, yang kemudian dinamakan suspensor. Dinding yang memisahkan kedua gametangia kemudian lisis dan kedua gametangia melebur menjadi zigospora. Dinding zigospora akan menebal dan menjadi hitam atau cokelat tua. Karena pembentukan pigmen melanin dan sporopolenin. Ada dugaan, bahwa inti- inti dari mating type berpasangan terlebih dahulu, baru kemudian terjadi kariogami, sedangkan yang tidak berpasangan akan mengalami degenerasi. Proses fusi (peleburan) dapat terjadi langsung atau ditunda sebentar hingga selanjutnya terjadi proses miosis sehingga zigospore berkecambah. Zigospora seringnya berukuran besar, dengan dinding yang tebal. Strukturnya berlapis oleh cadangan makanan, yang digunakan untuk mencukupi nutrisi hingga diperoleh keadaan yang sesuai untuk pertumbuhan.Penelitan dengan mucor mucedo mengungkapkan bahwa hanya satu dari keempat rekombinan yang berasal dari satu nucleus yang diploid yang hidup. Zigospora tidak langsung berkecambah ( germinasi ), tetapi baru sesudah kurang lebih 30-90 hari. Dari zigospora akan tumbuh sporangiofor yang pada ujungnya akan membentuk sporangium, yaitu suatu struktur pada reproduksi aseksual. Pada mucor mucedo dan mucor hiemalis semua sporangiospora yang terbentuk mewakili satu dari keempat nucleus dari meiosis adalah dari mating type yang sama. Banyak spesies lain dari mucorales adalah self sterile, berarti memiliki hifa (+) dan hifa (-) dalam koloni yang sama. (Pelczar dan Chan, 1986).

Gambar : pembentukan zigospora pada Mucor

d. Oospora, merupakan spora yang terbentuk dari pertemuan antara gamet betina (oogonium) dan gamet jantan (anteredium), sehingga terjadi pembuahan dan menghasilkan oospora2.3 Reproduksi aseksualReproduksi cara aseksual membentuk karpus yang didalamnya mengandung hifa-hifa fertil yang menghasilkan spora atau konidia. Tipe korpus aseksual yang diketahui adalah acervulus, pycnidia, sporodochium, dan synnema. Untuk lebih memahami reproduksi aseksual pada fungi ada beberapa istilah yang perlu dipahami benar. Acervulus merupakan karpus aseksual mirip cawan, pycnidium karpus aseksual berbentuk bulat mirip kendi dan mempunyai lubang dibagian atas, sporodochim karpus aseksual mirip bantal-bantalan. Spora aseksual pada jamur memiliki beberapa 6 tipe yaitu (Gandjar dan Sjamsuridzal, 2006; Hamid dan Purnomo, 2010)1. Konidiospora (konidia)Konidium dibentuk di ujung atau di sisi suatu hifa yang disebut konidiofor. Konidium yang kecil dan bersel satu disebut mikrokonidium. Konidium yang besar dan bersel banyak disebut makrokonidium. Bentuk konidium jamur tergantung spesies jamur, konidium dapat berbentuk globos (bulat), semi globos, oval, silindris, elips, scolecospora (seperti benang), reniform (mirip ginjal), staurospora (seperti bintang) dan helicospora (seperti gulungan). Permukaan konidia ada yang halus, kasar dan ada yang mempunyai tonjol-tonjolan mencolok atau seperti duri. Sel aseksual tunggal yang terbentuk langsung dari sel pada hifa atau sel hifa sendiri yang menghasilkan konidia disebut sel konidiogenos. Hifa fertil yang bercabang atau tunggal yang menghasilkan konidia disebut konidiofor (Gandjar, 2006; Gilman, 1945)

Gambar Tipe Spora Aseksual (Konidia dan spora) Berdasarkan Bentuk Sumber : Gandjar dkk, (2006)

1. Sporangiospora (sporangia)Sporangiospora merupakan spora bersel satu terbentuk didalam kantung sporangium yang terdapat di ujung hifa khusus. Sporangium merupakan suatu struktur berbentuk kantung yang seluruh protoplasmanya menjadi sporangiospora dalam jumlah sangat banyak. Hifa khusus yang merupakan tangkai sporangium disebut sporangiofor c.Zoospora Spora yang dapat melakukan pergerakan karena memiliki flagel, yang dibentuk secara aseksual.d. Oidium dan Artospora (Gambar a dan b)Spora bersel satu yang terbentuk karena terputusnya sel-sel hifae. Klamidospora ( gambar c)Spora bersel satu yang berdinding tebal, sangat resisten terhadap keadaan buruk (untuk pertahanan diri), terbentuk dari sel-sel hifa somatik dan disebut juga gemma dimana protoplasnya berubah menjadi cadangan makanan.

f. BlastosporaMerupakan tunas-tunas yang dihasilkan dari proses membelah diri jamur yang bersel satu c.

d. a. b.

Gambar Oidiospora, artospora, klamidospora dan blastospora Sumber : Redaksi, (2001)

Tipe karpus aseksual yang diketahui yaitu : a. Acervulus, karpus aseksual yang mirip suatu cawan dapat ditemukan pada Marsonia sp.b. Pcynidium, karpus aseksual berbentuk bulat mirip kendi dan terdapat lubang di bagian atas dan biasanya ditemukan pada Septoria spc. Sporodochium, karpus aseksual mirip bantalan bantalan tebal dan ditemukan pada Epicoccum spd. Synnemata, adanya synnemata pada spesies fungi tertentu meneyebabkan tidak mudah untuk membuat preparat mikroskopis biasanya ditemukan pada Penicillium sp,

BAB IIIPENUTUP3.1 KesimpulanFungi yang sudah dewasa akan membentuk struktur-struktur untuk melakukan reproduksi agar spesiesnya menyebar dan tidak punah. Faktor lingkungan sangat menentukan struktur reproduksi apa yang akan dibentuk fungi dan untuk tujuan apakah dibentuk fungi. Jamur akan membentuk struktur-struktur khusus untuk melakukan reproduksi. Secara alamiah jamur bereproduksi dengan dua cara, yaitu reproduksi seksual dan aseksual. Tipe spora seksual pada jamur antara lain yaitu askospora, basidiospora, zigospora dan oospora. Reproduksi cara aseksual membentuk karpus yang didalamnya mengandung hifa-hifa fertil yang menghasilkan spora atau konidia. Tipe korpus aseksual yang diketahui adalah acervulus, pycnidia, sporodochium, dan synnema.

DAFTAR PUSTAKA

Alexopoulos, Constantine John, John Willey & Sons. Inc.,1964. Introduction mycology. Fourth edition. New York: Published Simultaneusly.Bessey, E A. 1979.Morphology and Taxonomy of Tropical Fungi. Third Edition. The Blankiston Company. Toronto Phyladelphia.Gandjar, Indrawati & Wellyzar Syamsuridzal., 2006. Mikologi dasar dan terapan. Jakarta: Yayasan Obor IndonesiaGregory,M., 2004. Biodiversity Of Fungi. London: Elsevier Academic Press.Redaksi Trubus, 2001. Pengalaman Pakar dan Praktisi Budidaya Jamur. Depok: Penebar Swadaya.