momentum suci membentuk pribadi pemberi solusi · lah, masjid al falah surabaya selalu berbenah...

3
6 MPA 311 / Agustus 2012 Setiap kali memasuki bulan suci Ramadhan, tiba-tiba hidup kesehari- an umat Islam menjadi penuh makna. Waktu yang luang menjadi padat terisi aktivitas yang bermanfaat. Di siang hari mereka bekerja sebagaimana biasa, dan di malam harinya diisi de- ngan berbagai ibadah ritual untuk pensucian diri. Bulan Ramadhan, tutur H. Sigit Prasetyo, seharusnya dijadikan mo- mentum bagi pengelola masjid untuk berbenah. Sebab keberadaan masjid sangatlah menentukan dalam menja- ga kekhusyukan beribadah. “Jika ke- adaan masjid tak terawat, tentu meng- usik kekhusyukan orang yang se- dang beribadah,” ujarnya. Agar jamaah dapat beribadah secara tenang dan nyaman, pihak pe- ngurus masjid perlu memperhatikan soal kebersihan, keamanan, dan pe- layanan. “Dari mana bisa tenang ber- ibadah jika keamanan di sekitar masjid tidak kondusif. Jika ketenangan ber- ibadah tak teraih, jangan harap kekhu- syukan beribadah tergapai,” ucap Ketua Yayasan Masjid Al Falah Sura- baya ini menekankan. Pengelola masjid harus mampu merespon bulan suci tersebut dengan melakukan perbaikan-perbaikan. Baik fasilitas, layanan bagi jamaah, mau- pun manajemen masjid secara kese- luruhan. “Sebab jika manajemen mas- jid amburadul, pasti lambat laun akan ditinggalkan jamaahnya,” katanya mengingatkan. “Sudah banyak bukti kan.. masjid yang hanya buka saat shalat fardhu saja. Itu lantaran selama ini banyak masjid yang salah urus,” simpulnya. Manajemen masjid yang secara asal-asalan, biasanya dikarenakan pengurus masjidnya tidak mengeta- hui fungsi masjid yang sesungguh- nya. Menurut pria kelahiran Yogya- karta 10 Desember 1971 ini, fungsi masjid itu ada dua; yakni syiar dak- wah dan khidmatul ummah atau me- layani umat. Dari sini berarti masjid tidak hanya sekedar menyediakan tempat shalat semata. Sebab yang dibutuhkan masya- rakat dengan keberadaan masjid itu sangat kompleks. Jika diibaratkan, masjid itu harus mampu layaknya su- permarket yang dapat memenuhi se- gala kebutuhan umat. “Artinya.. apa yang dibutuhkan umat harus bisa di- jawab oleh masjid,” tutur bapak 5 anak ini menegaskan. Untuk menjawab persoalan itu- lah, Masjid Al Falah Surabaya selalu berbenah diri. Misalnya dalam hal kebersihan, masjid yang berada di Jalan Raya Darmo ini studi banding ke Hotel berbintang untuk berbagi ilmu tentang kebersihan. Sedangkan dalam hal kesekretariatan, masjid ini juga telah menjalin kerjasama dengan kampus maupun bank. “Kita berha- rap para petugas ketika menyambut para jamaah ini memiliki keramahan layaknya petugas di bank-bank,” ungkap pria kalem ini sambil mengu- lum senyuman. Dari sisi dakwah, ada beberapa kegiatan yang diharapkan bisa me- nambah wawasan keilmuan. Di anta- ranya adalah Kajian Fikih Puasa, Ka- jian Fikih Puasa Khusus Muslimah, dan Kajian Kesehatan. Ini sudah di- lakukan sejak menjelang memasuki bulan puasa lalu. Pengurus masjid ju- ga mengadakan Tabligh Akbar dan pembagian bunga di depan masjid yang dilakukan oleh pengurus remaja masjid. Selama Ramadhan, penyeleng- garaan shalat tarawih dan shalat ma- lam menjadi agenda rutin di masjid ini. Selain itu juga menyediakan paket buka puasa dan sahur. Tahun ini, un- tuk paket buka puasa sendri disedia- kan 1000 lebih paket. Selain itu, ada beberapa kajian selama bulan puasa; di antaranya adalah kajian Kaffah tentang cinta Al-Qur’an. Tujuannya, agar Ramdhan sebagai syahrul Qur- ’an (bulan al-Qur’an) mampu diresapi jamaah. Di sisi lain, para pengurus Rema- ja masjid juga mengadakan pesantren kilat khusus remaja dan anak-anak, yang bertujuan untuk mendekatkan kalangan muda dengan masjid. “Out- putnya dengan beragam fasilitas maupun kegiatan ini, para jamaah mampu menyerap hikmah Ramadhan. Dan pasca ramadhan nanti akan mampu menjadi pribadi fitri dengan kebeningan hati,” pungkas suami Lia Nur Liawati ini. Momentum Suci Membentuk Pribadi Pemberi Solusi H. Sigit Prasetyo

Upload: vuquynh

Post on 16-Aug-2019

222 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

6 MPA 311 / Agustus 2012

Setiap kali memasuki bulan suciRamadhan, tiba-tiba hidup kesehari-an umat Islam menjadi penuh makna.Waktu yang luang menjadi padat terisiaktivitas yang bermanfaat. Di sianghari mereka bekerja sebagaimanabiasa, dan di malam harinya diisi de-ngan berbagai ibadah ritual untukpensucian diri.

Bulan Ramadhan, tutur H. SigitPrasetyo, seharusnya dijadikan mo-mentum bagi pengelola masjid untukberbenah. Sebab keberadaan masjidsangatlah menentukan dalam menja-ga kekhusyukan beribadah. “Jika ke-adaan masjid tak terawat, tentu meng-usik kekhusyukan orang yang se-dang beribadah,” ujarnya.

Agar jamaah dapat beribadahsecara tenang dan nyaman, pihak pe-ngurus masjid perlu memperhatikansoal kebersihan, keamanan, dan pe-layanan. “Dari mana bisa tenang ber-ibadah jika keamanan di sekitar masjidtidak kondusif. Jika ketenangan ber-ibadah tak teraih, jangan harap kekhu-syukan beribadah tergapai,” ucapKetua Yayasan Masjid Al Falah Sura-baya ini menekankan.

Pengelola masjid harus mampumerespon bulan suci tersebut dengan

melakukan perbaikan-perbaikan. Baikfasilitas, layanan bagi jamaah, mau-pun manajemen masjid secara kese-luruhan. “Sebab jika manajemen mas-jid amburadul, pasti lambat laun akanditinggalkan jamaahnya,” katanyamengingatkan. “Sudah banyak buktikan.. masjid yang hanya buka saatshalat fardhu saja. Itu lantaran selamaini banyak masjid yang salah urus,”simpulnya.

Manajemen masjid yang secaraasal-asalan, biasanya dikarenakanpengurus masjidnya tidak mengeta-hui fungsi masjid yang sesungguh-nya. Menurut pria kelahiran Yogya-karta 10 Desember 1971 ini, fungsimasjid itu ada dua; yakni syiar dak-wah dan khidmatul ummah atau me-layani umat. Dari sini berarti masjidtidak hanya sekedar menyediakantempat shalat semata.

Sebab yang dibutuhkan masya-rakat dengan keberadaan masjid itusangat kompleks. Jika diibaratkan,masjid itu harus mampu layaknya su-permarket yang dapat memenuhi se-gala kebutuhan umat. “Artinya.. apayang dibutuhkan umat harus bisa di-jawab oleh masjid,” tutur bapak 5anak ini menegaskan.

Untuk menjawab persoalan itu-lah, Masjid Al Falah Surabaya selaluberbenah diri. Misalnya dalam halkebersihan, masjid yang berada diJalan Raya Darmo ini studi bandingke Hotel berbintang untuk berbagiilmu tentang kebersihan. Sedangkandalam hal kesekretariatan, masjid inijuga telah menjalin kerjasama dengankampus maupun bank. “Kita berha-rap para petugas ketika menyambutpara jamaah ini memiliki keramahanlayaknya petugas di bank-bank,”ungkap pria kalem ini sambil mengu-lum senyuman.

Dari sisi dakwah, ada beberapakegiatan yang diharapkan bisa me-nambah wawasan keilmuan. Di anta-ranya adalah Kajian Fikih Puasa, Ka-jian Fikih Puasa Khusus Muslimah,dan Kajian Kesehatan. Ini sudah di-lakukan sejak menjelang memasukibulan puasa lalu. Pengurus masjid ju-ga mengadakan Tabligh Akbar danpembagian bunga di depan masjidyang dilakukan oleh pengurus remajamasjid.

Selama Ramadhan, penyeleng-garaan shalat tarawih dan shalat ma-lam menjadi agenda rutin di masjidini. Selain itu juga menyediakan paketbuka puasa dan sahur. Tahun ini, un-tuk paket buka puasa sendri disedia-kan 1000 lebih paket. Selain itu, adabeberapa kajian selama bulan puasa;di antaranya adalah kajian Kaffahtentang cinta Al-Qur’an. Tujuannya,agar Ramdhan sebagai syahrul Qur-’an (bulan al-Qur’an) mampu diresapijamaah.

Di sisi lain, para pengurus Rema-ja masjid juga mengadakan pesantrenkilat khusus remaja dan anak-anak,yang bertujuan untuk mendekatkankalangan muda dengan masjid. “Out-putnya dengan beragam fasilitasmaupun kegiatan ini, para jamaahmampu menyerap hikmah Ramadhan.Dan pasca ramadhan nanti akanmampu menjadi pribadi fitri dengankebeningan hati,” pungkas suami LiaNur Liawati ini.

Momentum SuciMembentuk Pribadi Pemberi Solusi

H. Sigit Prasetyo

7MPA 311 / Agustus 2012

Tak kalah menariknya apa yangada di Masjid Al Akbar Surabaya. Ti-ap Ramadhan masjid ini seolah men-jadi sentra aktivitas spiritual dan so-sial masyarakat. Tabuh Ramadhan se-olah menghentakkan masyarakat un-tuk lebih memusatkan kegiatannya didalam masjid. Ini tak lain karena Rama-dhan merupakan momentum yangstrategis bagi seluruh umat Islam un-tuk meningkatkan kualitas keislam-annya. “Bisa dilihat kan.. selama Ra-madhan kegitan di masjid begitu se-marak,” ujar Drs. HM. Roziqi, MM,MBA.

Fenomena itu, tentu sangat ber-beda jika dibandingkan dengan bu-lan-bulan di luar Ramadhan. Di manakebanyakan masjid sepi dari kegiatankecuali hanya saat-saat shalat fardhusaja. Dengan semaraknya masjid saatRamadhan, tentu mendukung masya-

rakat dalam melakukan aktivitas-aktivitas yang produktif. “Dari siniRamadhan seakan menjadikan kitalebih mencintai masjid,” tandas Direk-tur Imarah dan Ijtima’yah Masjid Na-sional Al Akbar Surabaya ini.

Segala aspek pembinaan danibadah yang dijalani umat saat Ra-madhan hampir selalu berhubungandengan masjid. Baik ketika shalat ber-jamaah, mengikuti kajian majelis tak-lim, berbuka puasa bersama, hinggashalat isya’ dan tarawih berjamaah.Karena itu, wajib hukumnya bagi pe-ngelola masjid untuk melakukan upa-ya optimal dalam rangka memakmur-kan masjid. Hal ini agar para jamaah-nya bisa merasa nyaman dan khu-syuk selama berada di dalam masjid.

Oleh sebeb itu, di Ramadhan ta-hun ini, Masjid Al Akbar Surabayapun mencanangkan beragam kegiat-

an seperti shalat tarawih berjamaah,tadarrus, dan shalat malam. Selain itudi selah-selah shalat tarawih dan se-habis shalat fardhu diadakan cera-mah agama yang pematerinya ber-asal dari para pakar dan intelektual.“Tidak itu saja, setiap ba’dah Dhuhurjuga ada pengajian internet bagi pararemaja lho,” tukas pria murah senyumini. “Ini untuk memberikan alternatifdalam pendalam ilmu agama yanglebih interaktif bagi remaja,” im-buhnya.

Apa yang dilakukan masjid na-sional ini, tak lain ingin memberikanpencerahan dalam pengajaran ilmuagama. Sebab sudah seharusnyamasjid dijadikan sentra dalam pe-ngembangan ilmu pengetahuan. Dizaman kegemilangan Islam abad ke-6Masehi hingga abad ke-13 Masehisilam, kaum Muslimin telah berhasil

Untuk menuju kebeningan hati yang fitri, kita mes-tinya mencontoh Rasulullah SAW tentang bagaimanabeliau mempersiapkad diri menghadapi Idul Fitri. Doabeliau dalam sebuah Hadits: “Ya Allah berkahilah kamimemasuki bulan Rajab dan Sya’ban, dan panjangkanumur kami sampai bertemu dengan bulan Ramadhan.”

Jadi, perilaku bersih ini sebenarnya dimulai padabulan Rajab. Sedangkan Sya’ban adalah bulan untukmembersihkan ruh (orang Jawa mengatakan ruwah).Dan Ramadhan adalah bulan untuk membersihkan jiwa.Dengan totalitas kebersihan semacam ini, baik perilakudengan shalatnya maupun ruhnya juga sudah bersih,maka Idul Fitri tak sekedar terhapus dosanya namunjuga bermakna sebagai pembebasan dari api neraka.

Di bulan Rajab Rasulullah memperbanyak mem-baca istighfar. Pada bulan Sya’ban beliau melaksanakanpuasa. Di samping untuk melatih diri, juga untuk mem-bersihkan cabang-cabang dosa. Dan di bulan Rama-dhan hanya tinggal membersihkan jiwa. Maka Idul Fitribermakna agar diri tak tersentuh api neraka sedikitpun.

Ramadhan adalah syahrul jannah. Agar mendapat-kan itqum minan naar, ada beberapa hal yang haruskita perhatikan. Pertama jangan sampai membatalkanpuasa. Kedua, jangan meninggalkan tarawaih. Kalaudi masjid atau musholla ketinggalan, bisa tarawaihsendiri di rumah. Ketiga, jangan tidak membaca al-Qur’an. Keempat, jangan sampai tidak shadaqah. Keli-ma, jangan sampai maksiat sekecil apapun.

Di bulan Ramadhan kita diberi tempat luas untukberibadah. Sebab al-Qur’an diturunkan pada bulan Ra-madhan. Juga ada lailatul qadar dan shalat tarawaih.Cuma permasalahannya, ibadah ritual yang kita lakukan

di bulan Ramadhan seringkali menghilang ketika masaRamadhan telah tiada. Untuk itulah, selepas Ramadhandan Idul Fitri nanti, biasakan shalat malam, puasa sunnahSenin dan Kamis, membaca al-Qur’an serta lakukanshadaqah.

Oleh karenanya, untuk menjalani badah Ramadhanitu semangatnya jangan ditaruh di awal. Di awal, biasa-biasa saja. Tapi di hari 15 keatas semangatnya dinaikkan.Mulai hari ke-15 Rasulullah niatnya dinaikkan, baca al-Qur’annya ditambah, wiridnya ditambah, setelah shalattarawaih masih ditambah lagi.

Pada saat Idul Fitri tiba, manfaatkan betul untuksaling bersilaturrahim. Jangan sekedar merayakan, tapicarilah saudara dan teman yang lama tidak ketemu. Se-bab silaturrahmi itu menyambung yang putus. Yang ter-akhir, kalau ada teman yang punya salah, doakan agardiampuni Allah meskipun tidak ketemu. Bagi semua yangmenyalahi Anda, maafkanlah walaupun mereka tidakminta maaf. Sehingga jiwa kita menjadi bersih. Syam

H. Masyhudi Muchtar, MBA (Sekretaris Tanfidziyah PWNU)

Maafkanlah Meskipun Mereka Tidak Minta Maaf

8 MPA 311 / Agustus 2012

menjadikan masjid sebagai pusat iba-dah dan muamalah. “Jadi masjid mem-punyai peranan cukup penting dalammembangun peradaban,” tandas priaasal Blitar ini.

Hanya saja saat ini pertumbuhanmasjid belum sepenuhnya dibarengidengan peningkatan kualitas aktivitasibadah dan kegiatan sosial kema-syarakatan. Karena itu, kiranya diper-lukan pemahaman akan pentingnyaperan dan fungsi masjid yang sesung-gunya kepada masyarakat terutamapengurus masjid.

Kesadaran inilah yang mendo-rong Masjid Nasional Al Akbar Su-rabaya merangkul masjid-masid disekitarnya, untuk melakukan reorien-tasi dalam pemahaman fungsi masjid.Saat ini ada sekitar 80 masjid yang

terwadahi dalam Forum KomunikasiMasjid Nasional Al-Akbar atau di-singkat Forkomas. Dalam forum ini,para pengurus masjid sekitar masjidnasional itu diberikan pelatihan-pe-latihan dalam pengelolaan masjid yangprofesional. “Mereka juga dilibatkandalam kegiatan-kegiatan besar yangdiadakan masjid Al-Akbar. Semogasaja ke depan pengelolaan masjid se-makin baik,” tukas mantan KakanwilKemenag Prov. Jatim ini.

Disamping persiapan segi fisik,sambung Drs. M. Wahyudi Indrajaya,yang perlu juga diperhatikan adalahsisi non-fisiknya. Sebab Ramadhan me-rupakan bulan pendidikan. Selain pen-didikan fisik, juga sebagai terbiyah ba-tin. Jadi bisa diartikulasikan sebagai

bulan tajdid atau pembaharuan. “Inimomentum strategis bagi ulama’ danpara muballigh untuk memperbaruisetrategi dakwahnya,” sarannya. “Su-dah seharusnya model dakwah yangmudah mengkafirkan orang lain danmencap sesat harus ditinggalkan. Se-bab model dakwah semodel itu acapkali tak mampu mengubah keadaan,”imbuh Ketua Majelis Tabligh Pengu-rus Wilayah Muhammadiyah JawaTimur ini.

Untuk mengubah keadaan de-mikian, melalui majelis yang dipim-pinnya, dia menyerukan agar Rama-dhan tahun ini diisi dengan pemba-ngunan kejujuran demi menggapaisebuah peradaban yang agung. Se-bab tanpa kejujuran orang akan men-jadi paranoid dan sibuk menutupi

ketidakjujurannya. “Para pemimpinkita selama ini kayaknya lebih asyikmenutupi kesalahn sendiri dari padamemperbaiki diri,” ucap pria kelahiranYogyakarta 14 februari 1952 ini ber-nada protes.

Di sisi lain, kita juga harus mam-pu mentarbiyah diri agar berpola hi-dup zuhud atau sederhana. Tanpa si-kap hidup seperti ini, orang sering si-buk memikirkan dirinya sendiri danabai dengan kehidupan orang di seke-lilingnya. “Yang terpenting adalah ba-gaimana kezuhudan ini mampu me-nembus hati tiap anggota keluarga.Sebab seringkali orang berani mencuriatau korupsi yang pemicunya adalahfaktor keluarga,” tukasnya.

Tapi apalah arti penanaman ke-

jujuran dan kesederhanaan jika tanpadibarengi muculnya figur panutan?Untuk itulah dirinya berharap, agar da-lam puasa kali ini masing-masing o-rang berlomba-lomba menjadi contohterbaik bagi lingkungannya. Meski-pun dalam lingkup terkecil yakni ke-luarga.

Untuk mengukur seberapa jauhpara shaim telah mampu menempadan membiasakan sikap tadi, makadiperlukan ruang muhasabah ataui’tikaf. Sebab dalam kehidupan perluadanya jeda untuk evaluasi diri. Da-lam bahasa agama, i’tikaf merupakanberlama-lama di dalam rumah Allah,untuk berdzikir dan berwirid menujupada Sang Khaliq. “Selain itu, janganlupakan i’tikaf sosial pun penting un-tuk dikembangkan,” ujar mantan Se-

kretaris PWM Jatim ini serius.I’tikaf sosial, papar mantan ang-

gota DPR RI era 1999-2004 ini, meru-pakan rongga untuk meneliti segalapermasalahan yang timbul di tengahmasyarakat. Misalnya dengan mere-nungkan, apakah kebijakan pemerin-tah selama ini sudah sesuai denganajaran agama atau tidak. “Dan yangterpenting adalah mencarikan solusi.Kita jangan gemar menyalahkan tapitak pernah menyuguhkan jalan kelu-ar,” kata suami Rihwatun ini meng-ingatkan. “Semoga Ramadhan inimenjadi momentum agar kita mampumenjadikan pribadi solutif atau pem-beri solusi bagi kemanusiaan,” harap-nya. Laporan: A. Suprianto, FeriAria Santi (Surabaya).

Drs. HM. Roziqi, MM, MBA Drs. M. Wahyudi Indrajaya