momen inersia m9 (jaka)

Upload: irsan-rahman-buat-arasemen

Post on 02-Jun-2018

258 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

  • 8/10/2019 Momen Inersia M9 (Jaka)

    1/17

    MOMEN INERSIA (M9)

    JAKARIA ASPAN LATIFAH

    1114100504 / M9 / 26 NOPEMBER 2014

    JURURUSAN FISIKA

    FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

    INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

    ABSTRAK

    Tujuan dari percobaan kali ini adalah memperkenalkan pengunaan Hukum II

    Newton pada gerak rotasi dan menentukan momen inersia system benda berwujud roda

    sepeda. Hukum II Newton sebagai prinsip pada percobaan kali ini. Metodologi singakat

    percobaan, diatur roda sepeda sesuai pada gambar, lalu dengan menggunakan waterpass

    untuk memastikan bidang tegak lurus. Kemudian dilakukan percobaan dengan tinggi 0,5 m

    dan 0,7 m dengan variasi berat 0,23 kg , 0,33 kg , dan 0,63 kg. Dari percobaan kami

    mendapatkan waktu, percepatan, dan momen inersia setiap pengulangannya.

    Kata Kunci : Hukum II Newton

    Gerak Rotasi

    Pengulangan

  • 8/10/2019 Momen Inersia M9 (Jaka)

    2/17

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1LATAR BELAKANG

    Pada dasarnya, setiap benda memiliki keecenderungan untuk mempertahankan

    keadaannya. Jika benda dalam keadaan diam, maka benda akan cenderung diam. Sebaliknya

    jika benda sedang bergerak lurus, maka benda akan cenderung untuk tetap bergerak lurus.

    Kecenderungan inilah yang disebut dengan Inersia atau kesukaran benda untuk bergerak.

    Ukuran kecenderungan ini disebut engan momen.

    Konsep ini juga berlaku pada benda yang sedang berotasi. Seperti hal-halnya di dalam tata

    surya, memilki kecenderungan untuk tetap mempertahankan leadaan geraknya dalam rotasi.

    Kecenderungan ini juga disebut dengan momen inersia. Contoh lain dalam kehidupan sehari-

    hari, ketika kita memberikan gaya pada pedal agar roda berputar. Sebenarnya tanpa kita

    sadari hal itu membantu kita agar tetap berdiri, hal ini dikarenakan roda sepeda itu cenderung

    tetap berputar pada bidang yang sama sehingga membuat sepeda lebih mudah untuk

    dikendarai.

    1.2

    PERMASALAHAN

    Permasalahan dalam percobaan ini antara lain penggunaan Hukum Newton II pada gerak

    rotasi dan menentukan momen inersia system benda berwujud roda sepeda.

    1.3TUJUAN

    Tujuan dari percobaan ini adalah memperkenalkan penggunaan Hukum Newton II pada

    gerak rotasi dan menetukan momen inersia system benda berwujud roda sepeda.

  • 8/10/2019 Momen Inersia M9 (Jaka)

    3/17

    BAB II

    DASAR TEORI

    2.1 GERAK ROTASI

    Benda tegar yaitu benda yang semua bagiannya memiliki hubungan tetap satu dengan

    yang lainnya. Sesungguhnya tidak ada benda yang benar-benar tegar, tetapi banyak benda,

    seperti misalnya molekul, batang logam, dan planet. Cukup tegar sehingga dalam banyak

    percobaan kita dapat mengabaikan kenyataan bahwa benda-benda tersebut dapat bengkok,

    melentur, ataupun bergetar (vibrasi). Pada gambar (2.1.a) memperlihatkan gerak rotasi suatu

    benda tegar mengelilingi sebuah sumbu tetap, dalam hal ini adalah sumbu-z kerangka acuan.

    Misalkan P menyatakan sembarang partikel yang dipilih bahwa dalam benda tegar dan

    ditunjukkan oleh vector posisi. (David,1985.Hal : 315).

    Maka kita katakana bahwa sebuah benda tegar bergerak rotasi murni jika setiap

    partikel benda ( seperti misalnya P dalam gambar (2.1.a) ) bergerak dalam lingkaran yang

    pusatnya terletak pada sebuah garis lurus yang disebut sumbu rotasi ( sumbu-z gambar

    (2.1.a) ). Jika kita tarik garis dari sembarang titik pada benda tegak lurus ke sumbu, maka

    dalam selang waktu tertentu garis tersebut akan menyapu sudut sama besar dengan yang

    disapu oleh garis lain yang serupa. Jadi gerak rotasi murni suatu benda tegar dapat dipelajari

    dengan meninjau gerak salah satu partikel ( seperti misalnya P ) yang membangunnya.

    (David,1985.Hal:316).

  • 8/10/2019 Momen Inersia M9 (Jaka)

    4/17

    Gambar (2.1.a) Contoh benda tegar yang bergerak rotasi murni

    2.2 KINEMATIKA ROTASI DENGAN VARIABEL-VARIABELNYA

    Dalam gambar (2.1.a) kita buat bidang melalui P dan tegak lurus kepada sumbu

    rotasi. Bidang ini mengiris benda yang berputar tadi dan membuat lingkaran tempat gerak

    titik P. gambar (2.2.a) memperlihatkan bidang ini bila dilihat dari atas ke bawah, sepanjang

    sumbu Z dalam gambar (2.2.a). kita dapat menyebutkan dengan pasti kedudukan kesesluruhan benda yang berputar dalam kerangka acuan kita jika mengetahui letak salah satu partikel

    (P) dari benda tersebut dalam kerangka acuan ini. Jadi untuk persoalan kinematika ini, kita

    cukup meninjau gerak (dua dimensi) partikel dalam lingkaran. (David,1985.Hal:317).

    Sudut dalam gambar (2.2.a) menyatakan posisi sudut (angular positif) partikel P

    terhadap kerangka posisi yang bersangkutan. Dalam gambar (2.2.a) kita pilih arah

    berlawanan dengan jarum jam sebgaia arah positif putar, sehingga untuk rotasi yang

    berlawanan dengan arah jarum jam, bertambah dan untuk ukuran yang searah dengan

    jarum jam, berkurang. Sudut lebih baik dinyatakan dalam radian daripada derajat. Menurut

    definisinya, sudut dalam radian diberikan oleh hubungan dengan S adalah panjang busur

    yang ditunjukkan dalam gambar (2.2.a) berputar berlawanan arah dengan arah jarum jam.

    Pada saat t1, posisi sudut P adalah 0, pada saat t2 berikutnya posisi sudutnya 2. Keadaan ini

    diperlihatkan oleh gambar (2.2.b), yang menunjukkan posisi P dan vector posisi r pada saat-

    saat tersebut agar lebih sederhana, gambar bendannya sendiri telah dihapuskan. Pergeseran

  • 8/10/2019 Momen Inersia M9 (Jaka)

    5/17

    sudut (angular displacement) partikel P dalam selang waktu t = t2-t1 adalah 2-1= .

    Laju sudut rata-rata (average angular speed) partikel P dalam selang waktu ini

    didefinisikan sebagai : (David,1985.Hal:318)

    = .(2.2.1)

    laju sudut sesaat (instantaneous angular speed) w didefinisikan sebagai harga limit

    yang didekati oleh perbandingan diatas bila t mendekati nol : (Universitas

    Physics,1995.Hal:157)

    =

    ...(2.2.2)

    untuk percepatan sudut rata-rata (average angular acceleration) partikel P

    didefinisikan sebagai : (David,1985.Hal:319)

    = =

    (2.2.3)

    percepatan sudut sesaat ( instantaneous angular acceleration) adalah harga limit

    perbandingan diatas bila t menuju 0, yaitu : (David,1985.Hal:319)

    = = (2.2.4)

  • 8/10/2019 Momen Inersia M9 (Jaka)

    6/17

    Gambar (2.2.a) benda yang mengalami percepatan sudut sesaat (ilustrasi)

    Gambar (2.2.b) Benda yang mengalami percepatan sudut sesaat ( ilustrasi lebih detail)

  • 8/10/2019 Momen Inersia M9 (Jaka)

    7/17

    2.3 TORSI

    Dalam gerak, gaya dikatikan dengan percepatan linier benda, dalam gerak rotasi,

    besaran apa yang harus kita kaitkan dengan percepatan sudut benda ?. tentu bukan hanya

    sekedar benda gaya, karena seperti yang ditunjukan oleh percobaan pintu putar yang berat,

    sebuah gaya (vector) tertentu dapat menghasilkan berbagai macam percepatan sudut pintu,

    bergantung kepada dimana titik tangkap dan bagaimana arahnya. Gaya yang bekerja pada

    garis engsel tidak akan menghasilkan percepatan sudut apapun, sedangkan gaya dengan besar

    tertentu apabila dikerjakan tegak lurus pintu ditepi luarnya akan menghasilkan percepatan

    yang maksimum. (David,1985.Hal:348).

    Jika sebuah gaya F bekerja pada sebuah partikel tunggal di titik P yang posisinya

    terhadap titik asal O suatu kerangka acuan inersial diberikan oleh vector pergeseran r1, maka

    torka yang bekerja pada partikel terhadap titik asal O didefinisikan sebagai

    (David,1985.Hal:348)

    = r x F..(2.3.1)

    torka adalah besaran vector. Besarnya diberikan oleh

    = rF sin .(2.3.2)

    2.4 DINAMIKA ROTASI ; TORSI DAN INERSIA (KELEMBAMAN) ROTASI

    percepatan sudut dari benda yang berotasi sebanding dengan torsi total yang

    diberikan padanya

    . = (2.4.1)

    dimana kita tuliskan untuk mengingat kita bahwa torsi total (jumlah semua torsi) yang

    bekerja pada benda sebanding dengan . Hal ini berhubungan dengan Hukum II Newton

    untuk gerak translasi = F. Pada saat yang sama, kita akan melihat bahwa hubungan =

    langsung mengikuti Hukum II Newton, F = m. (Douglas,2001.Hal:260)jika kita menggunakan Hukum II Newton untuk besaran linier F = m. , dan

    persamaan torsi yang menghubungkan percepatan sudut dengan percepatan linier tangensial ,

    tan = r kita dapatkan

  • 8/10/2019 Momen Inersia M9 (Jaka)

    8/17

  • 8/10/2019 Momen Inersia M9 (Jaka)

    9/17

    BAB III

    METODOLOGI PERCOBAAN

    3.1 ALAT DAN BAHAN

    Alat dan bahan yang akan digunakan dalam percobaan ini antara lain roda sepeda

    beserta statif 1 set, electric stop clock, anak timbangan 1 set, roll meter 1 buah, dan waterpass

    beserta tempat beban 1 buah. Waterpass adalah alat yang digunakan untuk mengukur atau

    menentukan sebuah benda atau garis dalam posisi rata baik pengukuran secara horizontal

    maupun vertical.

    3.2 SKEMA KERJA

    Pertama, diatur roda sepeda seperti pada gambar, diperiksa posisi sumbu statif agar

    tegak lurus bidang dengan waterpass, kemudian ditentukan tinggi antara beban dengan lantai

    dan lepaskan beban, dicatat waktu tempuh beban untuk mencapai jarak h. dilakukan 5 kali,

    lakukan untuk beban yang berbeda 3 kali dan lakukan untuk h yang berbeda. Kedua, diatur

  • 8/10/2019 Momen Inersia M9 (Jaka)

    10/17

    tali hingga beban tergantung tepat pada roda, demikian pula dengan posisi sasarannya.

    Dilakukan seperti langkah pertama dan ukur jejari roda sepeda. Ketiga, dilakukan percobaan

    yang lain dengan rumus lain, seperti yang anda ungkapkan pada pendahuluan.

    BAB IV

    ANALISA DATA

    4.1 ANALISA DATA

    4.1.1 Tabel percobaan momen inersia pada ketinggian 0,5 m

    Massa (gr) t1(s) t2 (s) t3 (s) t4 (s) t5 (s)

    10 3,34 3,40 3,25 3,31 3,22

    20 2 2,56 2,56 2,69 2,66

    50 1,78 1,75 1,75 1,94 1,75

    4.1.2 Tabel percobaan momen inersia pada ketinggian 0,7 m

    Massa (gr) t1(s) t2 (s) t3 (s) t4 (s) t5 (s)

    10 2,81 2,82 2,81 2,53 2,62

    20 2,03 2,25 2,13 2,25 2,16

  • 8/10/2019 Momen Inersia M9 (Jaka)

    11/17

    50 1,60 1,62 1,72 1,53 1,56

    4.2 PERHITUNGAN

    Dari data yang kami dapat,maka kami dapat mencari a yang kemudian dapat

    digunakan untuk mencari momen Inersia.

    Contoh Perhitungan daridata pada tabel 4.2

    Diketahui : h = 0,5 m ; m = 0,23 kg ; R = 0,26cm ; t = 2,81 s

    Ditanya : I?

    Jawab

    a = 2s/t2

    I = m R2(g/a 1)

    = 2.0,5/(2,81)2

    I = 0,23(0,26)2(10/0,13 1)

    = 0,13 m/s2 I = 1,21 kg/m

    2

    Maka dengan cara yang sama seperti pada contoh perhitungan diatas,diperoleh data

    perhitungan sebagai berikut

    Tabel 4.3 : Tabel Perhitungan Momen Inersia Pada h = 0,5 meter

    h (m) M (kg) R2(m) Pengulangan t (s) a (m/s

    2) I (kg/m

    2)

    0,23 0,068

    1 2,81 0,13 1,21

    2 2,82 0,13 1,22

    3 2,81 0,13 1,21

    4 2,53 0,16 0,98

    5 2,62 0,15 1,05

    Rata-Rata 2,72 0,14 1,14

    1 2,02 0,24 0,90

    2 2,25 0,20 1,11

    3 2,13 0,22 0,99

  • 8/10/2019 Momen Inersia M9 (Jaka)

    12/17

    0,5

    0,33 0,068 4 2,25 0,26 1,115 2,16 0,21 1,02

    Rata-Rata 2,16 0,21 1,02

    0,63 0,068

    1 1,60 0,39 1,05

    2 1,62 0,38 1,08

    3 1,72 0,34 1,22

    4 1,53 0,43 0,95

    5 1,56 0,41 0,99

    Rata-Rata 1,61 0,39 1,06

    Tabel 4.4 : Tabel Perhitungan Momen Inersia Pada h = 0,7 meter

    h (m) M (kg) R2(m) Pengulangan t (s) a (m/s

    2) I (kg/m

    2)

    0,7

    0,23 0,068

    1 3,34 0,13 1,22

    2 3,4 0,12 1,27

    3 3,25 0,13 1,16

    4 3,31 0,13 1,20

    5 3,32 0,14 1,14

    Rata-Rata 3,30 0,13 1,20

    0,33 0,068

    1 2 0,35 0,62

    2 2,56 0,21 1,02

    3 2,56 0,4 1,02

    4 2,69 0,19 1,13

    5 2,66 0,20 1,11

    Rata-Rata 2,49 0,23 0,98

    1 1,78 0,44 0,92

  • 8/10/2019 Momen Inersia M9 (Jaka)

    13/17

    0,63 0,0682 1,75 0,46 0,89

    3 1,75 0,46 0,89

    4 1,94 0,37 1,105 1,75 0,46 0,89

    Rata-Rata 1,79 0,44 0,94

    4.3 GRAFIK

    0.01564

    0.02244

    0.04284

    y = 1.0381x + 0.0006

    R = 0.9993

    0

    0.005

    0.01

    0.015

    0.02

    0.025

    0.03

    0.035

    0.04

    0.045

    0 0.01 0.02 0.03 0.04 0.05

    M

    omenInersiaBenda

    Percepatan benda dibagi dengan percepatan gravitasi dikurangi percepatan

    benda

    Se

    Grafik Fungsi Momen Inersia Benda Terhadap Percepatan

    Benda dan Gravitasi Pada Ketinggian 0,5 meter

  • 8/10/2019 Momen Inersia M9 (Jaka)

    14/17

    4.4 PEMBAHASAN

    Dalam percobaan yang telah dilakukan didapatkan data waktu dan jarak, dimana

    kedua data tersebut dapat membuat kita menemukan percepatan dan momen inersia benda.

    Untuk ketinggian 0,5 m dan pada beban 0,23 kg kami mendapatkan nilai rata-rata waktu 2,72

    s, percepatan 0,14 m/s, dan momen inersia 1,14 kg/m. untuk beban 0,33 kg nilai rata-rata

    waktu 2,16s, percepatan 0,21 m/s , dan momen inersia 1,02 kg/m. beban 0,63 kg nilai rata-

    rata waktu 1,61s, percepatan 0,39 m/s, dan momen inersia 1,06 kg/m.

    Selanjutnya ketinggian 0,7 m dengan beban 0,23 kg nilai rata-rata waktu 3,30s,

    percepatan 0,13 m/s, dan momen inersia 1,20 kg/m. beban 0,33 kg nilai rata-rata waktu

    2,49s, percepatan 0,13 m/s, momen inersia 0,98 kg/m. dan yang terakhir beban 0,63 kg

    nilai rata-rata waktu 1,179s, percepatan 0,44 m/s, dan momen inersia 0,94 kg/m.

    0.01564

    0.02244

    0.04284

    y = 0.8407x + 0.0038

    R = 0.9949

    0

    0.005

    0.01

    0.015

    0.02

    0.025

    0.03

    0.035

    0.04

    0.045

    0 0.01 0.02 0.03 0.04 0.05

    M

    omenInersiaBenda

    Percepatan benda dibagi dengan percepatan gravitasi dikurangi percepatan

    benda

    Grafik Fungsi Momen Inersia Benda Terhadap Percepatan Benda dan

    Gravitasi Pada Ketinggian 0,7 meter

    Se

  • 8/10/2019 Momen Inersia M9 (Jaka)

    15/17

    Untuk mendapatkan nilai rata-rata, percepatan , dan momen inersia (khususnya

    momen inersia) maka kami menggunakan persamaan I = mr (

    )sedangkan untuk grafikkami menggunakan persamaan y = ax + b.

    Perbandingan antara momen inersia data dengan momen inersia grafik tentu berbeda.

    Dikarenakan menggunakan persamaan yang berbeda. Akan tetapi untuk nilainya sendiri,

    realtif sama. Karena menunjukkan semakin besar momen inersia suatu benda maka akan

    semakin susah benda untuk mengalami percepatan.

    momen inersia pada grafik menunjukkan momen inersia terhadap percepatan benda

    dan gravitasi pada ketinggian 0,5 meter saling tegak lurus dengan percepatan benda dibagi

    dengan percepatan gravitasi dikurangi percepatan benda. Dalam grafik, terlihat bahwa y =

    1.0381x + 0.0006 dengan R = 0,9993, titik minimum dari grafik ini adalah 0,01564 dan titik

    maksimumnya 0,04284.

    Untuk momen inersia pada grafik terhadap percepatan benda dan gravitasi pada

    ketinggian 0,7 meter saling tegak lurus juga dengan percepatan benda dibagi dengan

    percepatan gravitasi dikurangi percepatan benda. Dalam grafik 0,7 meter terlihat y = 0,8407x

    + 0,0038 dengan R = 0,9949. Titik minimum dari grafik ini adalah 0,01564 dan titik

    maksimumnya 0,04284.

    BAB V

    KESIMPULAN

    Kesimpulan pada percobaan kali ini adalah

    1. Dapat memperkenalkan penggunaan Hukum II Newton gerak rotasi dan menentukan

    momen inersia system benda berwujud roda sepeda.

    2. Kita dapat menentukan momen inersia melalui persamaan I = mr ( )

  • 8/10/2019 Momen Inersia M9 (Jaka)

    16/17

    DAFTAR PUSTAKA

    Giancoli, Douglas C.2001.Fisika Edisi Kelima. Erlangga Jakarta

    Haliday, David.1985.Fisika Edisi Ketiga. Erlangga Jakarta

    Sears, F, Western dkk.1995Universitas Fisika. Addison-Wesley Publishing company

    Inc.USA

    Young, Hugh D.2009Fisika Universitas.Erlangga Jakarta

  • 8/10/2019 Momen Inersia M9 (Jaka)

    17/17