dendam jaka linglung

Upload: suseno-adi

Post on 15-Jul-2015

270 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Kumpulan Cerita Rakyat Antikorupsi

Jaka Linglung

Dendam

Surahmat

c tha m dia

Kumpulan Cerita Rakyat Antikorupsi

Jaka Linglung

Dendam

I

Dendam Jaka Linglung

Hak Cipta Dilindungi Undang-undang Penulis: Surahmat Ilustrasi: Syaifudin Tata Letak: Syaifudin Desain Sampul: Syaifudin Penerbit: CathaMedia Semarang Buku ini adalah prototipe kelengkapan penelitian skripsi berjudul Pengembangan Buku Kumpulan Cerita Rakyat Bermuatan Nilai Antikorupsi bagi Siswa Sekolah Menengah Pertama.

ii

Berani Jujur Hebat! ,N JANGA EM! P MELEMMASALAH korupsi di Indone-sia nyaris tak berujung. Sejak Republik ini berdiri hingga berusia 66 tahun, korupsi terus ada. Belakangan bahkan semakin canggih. Korupsi dilakukan dengan berbagai modus. Sebagai sebuah kejahatan korupsi memang harus ditangani dengan pendekatan hukum. Antara lain dengan menguatkan institusi anti-korupsi dan memperberat hukuman bagi koruptor. Namun, untuk melawan korup-si, hukum saja tidaklah cukup. Perlu dukungan gerakan di bidang budaya dan pendidikan. Atas alasan itulah buku kumpulan cerita rakyat antikorupsi ini hadir. Melalui buku ini penulis ingin mengajak adik-adik siswa untuk menjauhi korupsi. Cara pertama, memahami jenisjenis tindakan yang termasuk korup-si. Kedua, setelah adikadik tahu, jangan sekali-kali lakukan. Sebab, korupsi adalah kejahatan yang menyengsarakan banyak orang. Penulis berharap, setelah membaca cerita ini adik-adik bisa memperoleh pemahaman tentang korupsi secara nyata. Selain memahami jenis perbuatannya, adik-adik diharapkan mampu memahami akibatnya. Sebab, kerusakan yang diakibatkan oleh korupsi ternyata sangat besar. Tidak hanya pada hilangnya anggaran, tapi juga menimbulkan kerugian mental dan sosial. Lebih dari itu, siapapun yang berbuat korupsi pasti akan menerima hukuman berat. Bukan hanya hukuman dari masyarakat, tapi bisa juda dari alam dan Tuhan. Mari lawan korupsi. Untuk melawannya, pertama-tama biasakanlah bersikap jujur. Sebab, jujur itu hebat. Penulis

iii

Baca dengan Teliti

BUKU Dendam Jaka Linglung yang sedang adikadik baca disusun dengan teknik grafika khusus. Oleh karena itu, ada beberapa rubrik dalam buku ini yang mungkin belum adik-adik temukan pada buku lain. Rubrikasi khusus tersebut terletak pada sisi kanan atau kiri halaman. Rubrik ini menjelaskan perbuatan tokoh yang termasuk korupsi. Selain penjelasan tentang jenis korupsi yang dilakukan tokoh rubrik ini memuat undang-udang yang mengatur serta ancaman hukuman yang ditimpakan. Masing-masing penjelasan ditandai dengan ikon seperti yang ada di sisi kanan halaman ini.Baca dengan cermat ya...

Tanda di atas digunakan untuk menandai perbuatan yang termasuk perbuatan korupsi. Harus dijauhi, bahkan dilawan.

Tanda ini digunakan untuk menandai undang-undang yang mengatur korupsi. Perlu kamu pelajari lebih lanjut.

Tanda borgol di atas digunakan untuk menandai ancaman hukuman yang ditimpakan pada koruptor.

iv

Daftar IsiDendam Jaka LinglungBLEDUG Kuwu di Grobogan dan Purwodadi telah dikenal sebagai fenomena alam yang menakjubkan. Semburan lumpur dari dalam tanah ini konon adalah nafas Jaka Linglung, putra Prabu Aji Saka yang berwuju Naga. Bagaimana cerita lebih lengkap tentang Bledug Kuwu? Hlm. 1 Asal Mula Lemah Gempal NAMA Lemah Gempal muncul dari peristiwa ajaib pada zaman Hindia Belanda. Ada seorang insinyur yang terima gratifikasi. Saribin dan Sunan Kuning SUNAN Kuning adalah salah satu ulama di Jawa. Petilasannya di Kedung Batu ditemukan Mbah Saribin.

Hlm. 8

Hlm. 16

Legenda Rawa PeningRAWA Pening di Salatiga terbentuk karena ulah seorang bocah. Baru Klinting yang sakti namun nakal dikutuk jadi ular. Asal Mula Tembalang KUWU yang korup tenggelam oleh mata air raksasa. Ditambal tapi (tambalannya) selalu hilang. Itulah Tembalang.

Hlm. 24

Hlm. 31

v

vi

Dendam Jaka Linglung aa

MASYARAKAT Grobogan sudah tidak asing lagi dengan Bledug Kuwu. Ini adalah nama sebuah letusan kawah dari dalam bumi yang terjadi terus menerus.Ukurannya beragam, dari yang seukuran sumur hingga sebesar rumah penduduk. Sejak dulu Bledug Kuwu terus menerus menghasilkan suara ledakan. Menurut cerita, Bledug Kuwu adalah semburan nafas Jaka Linglung. Jaka Linglung adalah putra mahkota Prabu Aji Saka yang berwujud naga. Namun Aji Saka tidak mengakui dia sebagai anak. Prabu Aji Saka baru akan mengakui Jaka Linglung sebagai anak jika dia bisa mengalahkan Prabu Dewat Cengkar, raja berwujud buaya putih yang menguasai laut selatan. 1

Cerita dimulai ketika seorang pangeran dari negeri seberang bernama Aji Saka datang ke pulau Jawa. Dia mendarat di Ujung Kulon lalu melanjutkan perjalanan darat hingga sampai di kerajaan Medang Kamulan. Kerajaan ini dipimpin oleh Prabu Dewata Cengkar, raja raksasa yang senang makan manusia. Tentu saja rakyat dibuat resah. Sebab, setiap hari mereka harus menyediakan satu orang untuk dijadikan santapan sang raja. Ketika datang di Medang Kamulan pertama kali, Aji Saka mampir di rumah Janda Sengkeran. Janda ini pun bercerita tentang kondisi kerajaan yang mencekam karena dipimpin oleh raja raksasa yang senang makan manusia. Setiap hari kami harus menyediakan satu orang untuk disantap Prabu Dewata Cengkar, kata Janda Sengkeran. Aji Saka merasa prikhatin. Sebagai seorang kesatria ia tergerak untuk membantu rakyat yang sedang tertindas. Maka, ia mencari akal supaya bisa bertemu dengan Prabu Dewata Cengkar. Biarkan saya yang dimakan Prabu Dewata Cengkar, Nyai, pintanya. Jangan anak muda. Ini sangat berbahaya. Prabu Dewata Cengkar benar-benar akan memakanmu, Janda Sengkaran melarang. Tidak apa-apa, Nyai. Biarkan aku menemui dia, pinta Aji Saka lagi. Karena Aji Saka terus memaksa, Janda Sengkeran tak bisa berbuat apa-apa. Dia akhirnya mengantar Aji Saka ke hadapan Prabu Dewata Cengkar. Namun, pertemuan itu ternyata hanya strategi Aji Saka. Ketika hendak dimakan oleh Prabu Dewata Cengkar ia menyampaikan sebuah syarat. Prabu bisa memakan aku, tapi jika prabu bisa memenuhi satu permintaanku, katanya. Prabu Dewata Cengkar tak menolak.

2

Apa permintaan kamu? Berikanlah aku tanah seluas ikat kepala yang aku pakai, jawab Aji Saka. Prabu Dewata cengkar tak berpikir panjang. Ia pikir tanah selebar ikat kepala tidak ada artinya dibanding kerajaannya yang luas. Baiklah, permintaanmu akan aku penuhi, jawabnya dengan hati girang. Maka prajurit Prabu Dewata Cengkar melepas ikat kepala Aji Saka. Namun di luar dugaan, ketika ikat kepala itu direntangkan ternyata sangat luas. Demikian luas ikat kepala itu sehingga cukup untuk menutupi seluruh wilayah kerajaan Medang Kamulan. Akhirnya, seluruh tanah itu menjadi milik Aji Saka. Prabu Dewata Cengkar pun diusir hingga terdesak ke dekat laut. Namun, di sana pun ikat kepala Aji Saka masih bisa direntangkan sehingga Prabu Dewata Cengkar terlempar di laut. Raja raksasa itu berubah menjadi buaya putih yang mendiami laut selatan. Konon, setelah berubah menjadi buaya putih Dewata Cengkar mendirikan sebuah kerajaan di sana. Setelah kepergian Prabu Dewata Cengkar, Aji Saka diangkat menjadi raja. Dia memerintah dengan adil sehingga rakyatnya sejahtera. Meski demikian, ia merasa hidupnya belum lengkap tanpa permaisuri. Lagipula ia menginginkan anak yang kelak akan menggantikannya. Keinginan Prabu Aji Saka cepat menjadi bahan pembicaraan. Seluruh rakyat membicarakan hal itu di manamana. Bahkan, kabar bahwa sang raja sedang mencari permaisuri terdengar pula sampai negeri seberang. Sampai di kemudian hari ada seorang putri dari kerajaan seberang mengajukan diri. Awalnya Prabu Aji Saka ragu untuk menerima putri ini. Sebab, mereka belum kenal sama sekali. Namun, mengingat

3

Setelah mengalahkan Prabu Dewata Cengkar Jaka Linglung berencna kembali ke Medang Kamulan.

4

pernikahannya bisa menjalin hubungan dengan kerajaan tetangga, Prabu Aji Saka akhirnya menikahinya. Pesta diadakan dalam beberapa malam. Rakyat diundang untuk menikmati berbagai makanan dan minuman di istana. Tak seberapa lama setelah menikah, sang permaisuri mulai menunjukan watak aslinya. Meski cantik, permaisuri ternyata punya sejumlah watak tidak terpuji. Dia senang berdandan berlebihan. Koleksi pakaiannya menumpuk di kamar. Tapi itu belum juga cukup. Ia senang membeli pakaian mahal yang dipesan dari luar kerajaan. Namun, uang yang ia miliki tidak cukup. Untuk membiayai kesukaannya itu, ia sering mengambil kas kerajaan tanpa sepengetahuan raja. Demikian kebiasaan buruk sang permaisuri terus berlangsung, termasuk saat ia hamil. Akibat perbuatannya, terjadilah sebuah peristiwa yang sangat mengagetkan. Saat permaisuri melahirkan, yang keluar adalah seekor naga. Seluruh warga kerajaan heran, termasuk Prabu Aji Saka sendiri. Ia sangat malu dan tidak habis mengerti kenapa Dewata memberinya kutukan seperti itu. Padahal ia sudah berusaha memimpin kerajaan sebaik mungkin, memberikan pelayanan terbaik bagi rakyatnya. Melihat anak yang dilahirkannya adalah seekor naga, sang permaisuri sangat menyesal. Ia menangis lantaran merasa bersalah. Kemudian, sambil tersedu-sedu ia mengakui bahwa selama ini sering mengambil kas kerajaan untuk membeli berbagai kebutuhan pribadi. Sebagai seorang permaisuri ia memang bisa keluar masuk tempat penyimpanan harta kerajaan. Merasa marah sekaligus malu, Prabu Aji Saka tak mau mengakui bayi naga yang kemudian diberi nama Jaka Linglung itu, sebagai anaknya. Ia kemudian mengusir bayi naga yang baru lahir itu keluar dari kerajaan. Dengan perasaan sedih, Jaka Linglung pun akhirnya pergi dari kerajaan. Ia mengembara ke berbagai tempat di Jawa. Dalam pengembaraan itulah ia mulai belajar berbagai ilmu. Ia

Perbuatan yang dilakukan seseorang atau kelompok untuk memperkaya diri atau korporasi sehingga mengakibatka n kerugian pada keuangan negara adalah korupsi.

Diatur dalam Pasal 2 UU Nomor 31 Tahun 1999 Jo. UU Nomor 20 tahun 2001.

Diancam hukuman penjara paling singkat 4 tahun dan paling lama 20 tahun dan denda paling sedikit 200 juta paling banyang 1 miliar.

5

merasa sangat terhina karena tidak diakui Prabu Aji Saka sebagai anaknya. Suatu saat ia ingin kembali kerajaan untuk memberontak dan meminta hak-haknya sebagai putra raja. Maka, ketika Jaka Linglung beranjak dewasa dan semakin sakti, ia memutuskan menuju kerajaan. Ia ingin menegaskan bahwa ia adalah putra Aji Saka. Jika Prabu Aji Saka tetap tidak mengakui ia sebagai putranya ia akan memberontak. Dengan kesaktian yang dimilikinya Jaka Linglung merasa siap jika harus berhadapan dengan ribuan prajurit kerajaan. Namun, suasana sudah berubah ketika Jaka Linglung sampai di kerajaan. Beberapa waktu terakhir ini kerajaan dalam kondisi tidak aman. Kerajaan sering diteror oleh Dewata Cengkar. Bahkan, raja yang saat ini hidup sebagai buaya putih di laut selatan itu berencana akan membalas dendam. Sementara itu, Prabu Aji Saka telah mulai tua. Kesaktiannya jauh berkurang dibanding ketika ia masih muda. Selain itu ia juga sedang dirundung sedih karena sepeninggal Jaka Linglung ia tak pernah dikaruniai anak lagi. Ia khawatir jika suatu saat ia meninggal tidak ada yang menggantikannya. Jaka Linglung, kau tidak perlu memberontak. Kerajaan ini sudah tidak seperti dulu. Pasukan Raja Dewata Cengkar berulang kali membuat kerusuhan. Mereka bahkan akan menyerbu kerajaan ini. Jika kamu memang benar-benar anakku, mestinya kau memiliki kesaktian untuk mengalahkan Dewata Cengkar. Kalahkan Dewata Cengkar, buktikan bahwa kau benar-benar anaku, maka kau akan aku akui, kata Prabu Aji Saka. Mendapat tantangan itu, Jaka Linglung kemudian bergegas menuju pantai selatan. Sampai di sana ia bertemu dengan ratu laut kidul yang sedang resah. Pasalnya, beberapa waktu terakhir kerajaannya juga sering diganggu oleh prajurit Dewata Cengkar. Mendengar kabar bahwa Jaka Linglung akan membunuh Dewata Cengkar, ratu laut kidul sangat bahagia. Kalau benarbenar Jaka Linglung berhasil, kerajaannya akan bebas dari

6

gangguan. Ratu laut kidul bahkan berjanji, jika Jaka Linglung berhasil mengalahkan Dewata Cengkar ia akan dinikahkan dengan anaknya, Retno Blorong. Jaka Linglung, kalau kamu berhasil, akan kunikahkan kau dengan anakku, Retno Blorong. Nanti kaulah yang akan mewarisi kerajaan ini, kata ratu laut kidul. Mendapat janji itu, Jaka Linglung menjadi semakin semangat. Ia pun segera mendatangi Dewata Cengkar untuk berduel. Keduanya sama-sama sakti. Pertarungan berlangsung hingga beberapa hari. Namun karena Jaka Linglung telah belajar banyak saat mengembara, akhirnya ia bisa mengalahkan Dewata Cengkar. Jaka Linglung sangat girang. Seperti yang dijanjikan ratu laut kidul, ia pun dinikahkan dengan Retno Blorong. Jaka Linglung kemudian diangkat menjadi raja laut kidul. Namun, ia di sana tak lama. Ia teringat dengan ayahnya, Prabu Aji Saka, di Medang Kamulan. Berangkatlah dia dengan Retno Blorong istrinya ke sana. Jaka Linglung mengarah ke barat, lewat samudra. Namun karena merasa perjalanan lewat laut dirasa terlalu lama ia membelokan arah untuk lewat dalam tanah. Di Kuwu ia beristirahat cukup lama. Saat Jaka Linglung beristirahat dalam tanah inilah nafasnya ternyata menjembul ke permukaan menjadi kawah. Warga di sekitar sana menyebutnya sebagai Bledug Kuwu. Sampai sekarang, bekas nafas Jaka Linglung masih ditemukan di daerah Grobogan.

aa7

Asal Mula Lemah Gempal aa

BANJIR di Semarang telah terjadi sejak lama. Sejak zaman penjajahan Belanda, kawasan pesisir utara Jawa ini sudah jadi langganan banjir. Hal itu tidak mengherankan sebab Semarang adalah dataran rendah dan dekat dengan laut. Keadaan seperti ini sangat meresahkan masyarakat. Jika terjadi banjir tidak sedikit harta penduduk hanyut di bawa air. Bahkan sering pula menyebabkan korban jiwa. Selain membuat warga gelisah, banjir juga membuat pemerintah Hindia Belanda khawatir. Pasalnya, setiap kali banjir gedung-gedung pemerintah ikut tergenang. Akibatnya, surat-surat penting basah atau hilang terbawa air. Lingkungan pun menjadi tampak kumuh dan tidak sehat. 8

Selain itu, banjir membuat stasiun Poncol dan Tawang tidak beroperasi dengan normal. Akibatnya, kereta api dari luar kota sering terlambat. Menghadapi kondisi itu, pemerintah Hinda Belanda segera mencari akal. Asisten residen Semarang saat itu, GI Blume mengumpulkan para insinyur untuk dimintai saran. Mereka yang datang antara lain ahli sungai, ahli tata kota, dan ahli sanitasi. Setelah diskusi selama berhari-hari, para insinyur menyarankan supaya pemerintah membangun kanal. Kanal adalah parit besar yang berfungsi sebagai sungai. Kanal digunakan untuk mengurangi debit air pada sebuah sungai sehingga potensi banjir dapat dikurangi. Seperti proyek lain pada umumnya, pembangunan banjir kanal dimulai dengan membuat pemetaan. Van Bomel, seorang insinyur kelahiran Belanda yang telah 7 tahun mempelajari Semarang, diminta membuat rancangan jalur yang akan dilewati banjir kanal. Ia menyarankan banjir kanal dibuat ditarik garis lurus dari hulu hingga ke bibir pantai. Dengan begitu, air akan lebih mudah mengalir. Ketika Bomel segera memulai pembangunan, dia didatangi pria Belanda lain bernama Lacht atau yang biasa dipanggil Tuan Lacht. Tuan Lacht seorang pengusaha yang sukses. Sejak zaman VOC dia salah satu pedagang sukses. Selain membeli hasil bumi di Jawa lalu mengirimnya ke Belanda, ia juga membeli sejumlah perkebunan di Semarang. Tuan Lacht, benar-benar sebuah kerhormatan Tuan datang ke tempat saya, kata Van Bomel saat menyambut tamunya itu di rumah. Van Bomel tinggal di kawasan Candi, sebuah daerah di kawasan atas yang sejuk. Aku dengar kau dapat perintah dari Tuan Residen untuk membangun kanal? Benar sekali Tuan Lacht. Kota ini semakin tidak 9

nyaman karena banjir, katanya. Well. Bagus sekali. Aku harap kanal buatanmu bagus buat mengurangi banjir. Sudah bertahun-tahun aku tinggal di sini, banjir memang sangat mengganggu, balas Taun Lacht lagi. Perbincangan dua orang Belanda tadi berlangsung lama. Sambil menikmati minuman hangat, mereka bicara di beranda rumah. Kebetulan, cuaca Semarang cerah siang itu. Pemandangan terlihat sangat bagus. Jelang sore Tuan Lacht berpamitan. Namun ada sesuatu yang membuat Bomel merasa canggung. Tibatiba saja Tuan Lacht mengeluarka amplop berisi uang dari dalam jasnya. Dua bulan lalu aku untung besar, kamu tahu kan harga lada sekarang sedang bagus. Aku ingin berbagi keuntungan ini dengan kamu, katanya, menyodorkan amplop. Bomel kaget. Ia merasa aneh dengan tawaran Tuan Lacht. Pasalnya, ia sama sekali tidak membantu apa-apa atas kesuksesan Tuan Lacht. Meski sama-sama tinggal di Semarang, mereka pun sebenarnya jarang bertemu. Tidak perlu begitu Tuan Lacht. Aku tidak bisa terima pemberian ini, tukas Bomel. Namun Tuan Lacht sedikit memaksa. Ia memasukan amplop yang dipegangnya ke dalam saku celana Bomel. Kau terima saja. Ini cuma hadiah. Anggap saja tanda persahabatan, kata Tuan Lacht sambil memasukan amplop ke saku Bomel. Bomel tak bisa menolak lagi. Setelah pertemuan itu mereka tidak bertemu lagi. Tuan Lacht kembali sibuk mengurusi bisnis dan perkebunannya, sedangkan Bomel mulai sibuk dengan proyek banjir kanalnya. Akhirnya Bomel menggunakan erian Tuan Lacht untuk membeli sebuah vila baru di Semarang atas. Di Semarang ada dua buah kanal. Di sebelah timur 10

Pegawai negeri atau pejabat negara yang menerima hadiah yang berkaitan dengan jabatannya adalah korupsi.

Diatur dalam Pasal 13 huruf b UU Nomor 31 Tahun 1999 Jo. UU Nomor 20 tahun 2001.

Diancam hukuman penjara paling singkat 4 tahun dan paling lama 20 tahun dan denda paling sedikit Rp200 juta dan paling banyak Rp1 miliar.

disebut banjir kanal timur, sedangkan di sebelah barat diberi nama banjir kanal barat. Bomel memilih mengerjakan banjir kanal barat lebih dulu karena dianggap lebih penting. Awalnya Bomel berencana menarik garis lurus dari hulu hingga ke laut. Namun, ketika ia meninjau lapangan, garis lurus itu menabrak sebuah kebun. Seorang penjaga kebun memberi tahu bahwa kebun itu milik Tuan Lacht. Tiba-tiba saja Bomel merasa tak enak hati. Jika banjir kanal tetap dibuat lurus akan membuat sebagian kebun rusak. Tentu saja akan menimbulkan kerugian bagi pemiliknya. Merasa tak enak hati dengan Tuan Lacht, Bomel kemudian merancang ulang kanal yang akan dibangunnya dengan sedikit membelokan rancangannya. Menurut prediksinya, pembelokan itu tidak akan berpengaruh dengan hasil. Namun prediksi Bomel keliru. Muncul masalah ketika para pekerja mulai membangun tanggul di sebuah titik di Kaligarang. Pekerja dibuat bingung karena di situ tanggul sulit sekali dibuat. Tanah tanggul berkali-kali longsor. Begitu para pekerja memperbaiki, tanggul kembali longsor. Begitu seterusnya hingga berkali-kali. Merasa pekerjaannya sia-sia, seorang pekerja melapor kepada Bomel untuk minta saran. Maka dicarilah berbagai teknik supaya tanggul bisa dibangun kembali. Namun, setiap kali tanggul dibangun dengan teknik yang dianggap paling bagus, tanggul kembali longsor. Kejadian itu berlangsung beberapa kali. Siang mulai terik pada saat itu. Matahari mulai meninggi. Bomel dan para pekerja yang merasa kepayahan berkumpul di bawah pohon tak jauh dari lokasi. Mereka bingung, tak tahu harus berbuat apa. Dalam diam, seorang pekerja mengusulkan supaya minta bantuan orang pintar. Dia yakin, apa yang terjadi 11

Setiap kali tanggul selesai dibangun, tanggul kembali runtuh. 12

dengan tanggul itu di luar akal. Pak, bagaimana kalau kita minta bantuan orang pintar? Di daerah sini banyak Kyai, usul pekerja itu, dengan wajah berpeluh keringat. Mendengar usulan itu, sang insinyur menolak. Ia menilai, minta bantuan Kyai bukanlah solusi yang bagus. Dalam benaknya, Kyai tak mungkin tahu urusan konstruksi. Namun para pekerja yang hampir putus asa itu terus mendesak. Lalu apa yang harus kita lakukan? Semua cara sudah kita coba. Kalau proyek ini tidak segera selesai, nanti akan datang musim hujan. Kita akan semakin sulit mengerjakannya, lanjut pekerja itu. Pekerja lain tampak setuju. Iya, benar, Pak. Kalau terus-menerus begini, pekerjaan kita akan sia-sia, timpal pekerja lainnya. Menerima saran dari para pekerjanya, insinyur mulai berpikir keras. Ia memandang tanggul yang berkali-kali longsor beberapa lama. Setelah itu ia memandang wajah pekerja-pekerjanya. Wajah pekerja-pekerja itu membuat Bomel prikhatin, sebab pekerjaan selama berhari-hari berakhir sia-sia. Ya, kalau memang itu yang menurut saudara-saudara paling baik, silakan lakukan. Tapi ingat, kalau gagal, saudara-saudara harus berani menanggung risikonya. Maksudnya? tanya salah seorang pekerja setelah mendengar kata-kata Bomel. Ia tampak tak mengerti. Saudara-saudara harus berhenti bekerja, kata pemimpin proyek. Baik, kami akan bertanggung jawab, jawab para pekerja hampir serentak. Perbincangan siang itu segera berakhir. Dua pekerja diutus menemui salah seorang Kyai terkenal di Semarang. Sementara itu, pekerja lain pulang ke rumah masing13

masing sambil menunggu kabar. Dua pekerja yang diutus menemui Kyai sampai pada sore hari. Matahari hampir tenggelam. Awan di ufuk barat merah keemasan. Kami sedang dibuat susah, sudah berhari-hari membangun tanggul tapi selalu longsor. Menurut Kyai, apa yang harus kami lakukan? tanya salah seorang pekerja. Ini pelajaran untuk kita. Teguhlah pada pendirian, pada niat baik, dan jangan mudah tergoda, katanya. Dua pekerja itu tampak bingung. Mereka tak paham. Setelah keluar dari rumah ini, kalian ambilah sebuah batu dari sebelah kanan rumah dan sebuah lagi sebelah kiri rumah ini. Tanamlah kedua batu tersebut pada salah satu bagian tanggul yang sedang kalian kerjakan, lanjut Kyai. Dan tolong, sampaikan kepada atasanmu, teguhlah pada pendirian. Jangan mudah tergoda. Godaan akan datang silih berganti, dan hanya orang yang berteguh hati yang bisa mengatasi. Tanpa menanyakan maksud sang Kyai lebih lanjut, kedua pekerja itu bergeas pulang. Tidak lupa, mereka mengambil dua batu dari samping kanan dan kiri rumah. Keesokan harinya para pekerja telah berkumpul di lokasi pembangunan tanggul. Mereka berencana menanam batu yang dibawa dari rumah Kyai secara bersama-sama. Van Bomel sebagai perancang kanal pun datang untuk menyaksikan. Ia ingin tahu apakah saran Kyai akan berhasil. Saat itulah sebuah keajaiban terjadi. Ketika para pekerja selesai menanam batu, tanggul-tanggul yang longsor kembali menyatu. Tanah uruk yang semula lembek (gempal) berubah menjadi keras. Tanggul menjadi seperti saat dibangun. Para pekerja bingung bercampur takjub. Demikian pula Van Bomel. Ia seperti tidak percaya dengan hal yang baru 14

dilihatnya. Karena penasaran ia mendekati dua pekerja yang kemarin menemui Kyai. Apa yang Kyai lakukan sehingga bisa seperti ini? Beliau meminta kami membawa dua batu dari samping rumahnya. Kyai juga titip pesan supaya kita berpegang teguh dan tidak mudah tergoda. Menurutnya, godaan akan datang terus, namun hanya orang-orang yang berteguh hati yang bisa mengatasinya. Mendengar ucapan dua pekerjanya itu, Bomel benarbenar kaget. Ia teringat, bencana longsornya tanggul mulanya terjadi karena ia membelokan jalur kanal dari yang semestinya. Itu ia lakukan karena ia tidak enak hati dengan Tuan Lacht, orang yang memberinya sejumlah uang. Dari situlah ia paham maksud pesan sang Kyai. Uang yang diberikan Tuan Lacht, meskipun ia tak pernah meminta, meruntuhkan keteguhan hatinya. Akibatnya, ia justru memutuskan hal yang tidak semestinya. Sejak saat itu Bomel selalu menolak pemberian uang dan barang yang tidak jelas maksudnya. Lebih-lebih jika bisa mengganggu keputusan-keputusannya sebagai insinyur dan pimpinan proyek. Untuk mengenang peristiwa itu Bomel mengusulkan kepada para pekerja untuk memberi nama tempat tersebut Lemah Gempal. Lemah artinya tanah dan gempal berarti mudah longsor.

aa15

Saribin dan Sunan Kuning aa

DAHULU sekali, di suatu tempat di Kadipaten Semarang hidup seorang petani dan peternak bernama Saribin. Selain bertani Mbah Saribin dikenal memiliki ilmu agama yang linuwih. Dia mendirikan pesantren yang dan memiliki puluhan santri. Kehidupan di pesantren Mbah Saribin sangat menyenangkan. Para pemuda dan pemudi datang untuk mengaji. Mereka tinggal di sebuah pondok bambu beratap ijuk. Mereka mengaji sebelum dan setelah Subuh. Siang hari mereka menggembala kerbau miliki Sang Kyai. Jelang Ashar mereka baru ke pondok lagi untuk ngaji. Meski menempati tempat sederhana, pesantren Mbah Saribin terkenal hingga ke luar kota. Kabar adanya pesantren itu akhirnya didengar saudagar kaya dari Lasem, Rembang bernama Siek Sing Kang. Dia 16

perempuan keturunan China yang sukses berjualan kain. Suatu ketika Siek Sing Kang datang ke pesantren dengan membawa sebutir permata. Kyai, aku sumbangkan permata ini untukmu. Semoga bisa kau gunakan untuk membangun pesantren, kata perempuan dermawan itu. Tidak perlu repot. Kami terbiasa hidup sederhana, jawab Mbah Saribin, sungkan. Tidak apa-apa. Hartaku masih cukup banyak. Tidak elok kalau semua aku nikmati sendiri. Baiklah. Semoga amal baik Nyi Sanak dibalas oleh Tuhan, jawab Mbah Saribin lagi. Setelah Siek Sing Kang pulang Mbah Saribin duduk termenung di padepokannya. Ia memandangi sebutir permata yang baru diterimanya. Ia berpikir ke mana harus menjual benda berharga itu. Karena lebih banyak mengelola pesantren, Mbah Saribin jarang menemukan tempat penjualan permata. Akhirnya Mbah Saribin memutuskan untuk menyimpannya lebih dulu. Hari berlalu, minggu berganti, dan bulan menjelang. Anak laki-laki Mbah Saribin berencana menikah. Tentu saja sebagai keluarga mempelai laki-laki Mbah Saribin perlu banyak biaya. Selain untuk seserahan, biaya diperlukan untuk mas kawin. Ia memutuskan untuk menjual beberapa ekor kerbaunya. Toh, dia punya puluhan kerbau yang biasa digembalakan santrinya. Sayangnya, menjual kerbau dalam jumlah banyak tidak mudah. Bahkan di pasar sekali pun umumnya orang hanya membeli satu atau dua ekor. Saat itulah Mbah Saribin teringat pernah menyimpan permata pemberian Siek Sing Kang. Ia memutuskan menjual permata itu. Mbah Saribin berencana akan menggantinya dengan beberapa ekor kerbau, setelah pernikahan anaknya selesai. 17

Namun, kadang-kadang manusia tak bisa mengelak dari lupa. Beberapa bulan setelah pernikahan anaknya selesai Mbah Saribin tak mengganti permata yang dijualnya. Padahal, permata itu disumbangkan untuk kemakmuran pesantren. Suatu malam, hujan turun deras. Mbah Saribin dan para santri tidur amat nyenyak setelah mengaji hingga tengah malam. Saat mereka bangun puluhan kerbau di kandang Mbah Saribin tidak ada. Kyai, semua kerbau kita tidak ada. Kami tidak tahu ke mana perginya, kata seorang santri, sambil lari tergopohgopoh. Mbah Saribin pun segera menuju kandang. Ia menyaksikan kandangnya kosong. Puluhan kerbau yang dipeliharanya bertahun-tahun lenyap. Anehnya, tidak ada jejak ke mana kerbau itu berlari. Maafkan kami Kyai, semalam kami tidur terlalu pulas, kata santri itu lagi. Bukan salah kamu, Le. Nanti siang kita cari bersamasama, jawab Mbah Saribin. Ketika siang mulai beranjak dan hari telah terang, Mbah Saribin pergi bersama santrinya. Mereka menyisir kebunkebun di dekat pesantren. Namun, hingga hari kembali petang kerbau-kerbau itu tidak ditemukan. Ketika bertanya pada warga sekitar, tidak ada warga yang mengaku melihatnya. Demikian pencarian kerbau berlangsung selama beberapa minggu. Para santri mulai kebingungan, ke mana harus mencari kerbau-kerbau itu. Tak mau menyerah, Mbah Saribin akhirnya mencari sendiri. Ia pergi ke sebuah hutan selama beberapa hari. Tidak terasa, perjalanan Mbah Saribin sampai di perbukitan kembar yang dikenal dengan nama Widoro Kandang dan Widoro Kayangan. Pepohonan di kedua perbukitan tersebut tumbuh subur sehingga udara terasa 18

Pegawai negeri atau orang yang ditugaskan memegang jabatan umum kemudian menggelapkan uang atau surat berharga atau membiarkan orang lain menggelapkan nya adalah perbuatan korupsi.

Diatur dalam Pasal 13 huruf b UU Nomor 31 Tahun 1999 Jo. UU Nomor 20 tahun 2001.

Diancam hukuman penjara paling singkat 4 tahun dan paling lama 20 tahun dan denda paling sedikit Rp200 juta dan paling banyak Rp1 miliar.

sejuk. Saribin melepaskan lelah, duduk di bawah sebatang pohon. Karena kelelahan dia pun tertidur. Dalam tidurnya itulah Saribin bermimpi didatangi seorang tua. Kakek tua itu berambut dan berjenggot putih serta berpakaian serba putih. "Saribin, apa yang kamu cari sampai kamu pergi jauhjauh ke sini?". Saya mencari kerbau saya yang hilang, Mbah. Sudah beberapa hari kami cari tapi belum ketemu, jawab Saribin. Mendengar jawaban Saribin, lelaki tua itu mendekat. Mestinya kau tidak mencari sampai ke sini. Kerbau itu tidak pergi ke mana-mana. Apa yang Mbah maksudkan? Ingatlah. Peliharalah rizki orang lain, maka Tuhan akan memilhara rizki-rizkimu, kata lelaki tua itu. Mbah Saribin terbangun. Ia mengusap wajahnya yang tampak kelelahan. Sembari memandang jauh, ia coba menerka-nerka makna pesan lelaki tua yang dijumpainya dalam mimpi itu. Peliharalah rizki orang lain, maka Tuhan akan memelihara rizkimu, gumamnya, mengingat-ingat. Saat itulah ia teringat tentang permata. Siek Sing Kang, perempuan kaya yang menitipkan permata, berpesan supaya permata itu digunakan untuk membangun pesantren. Namun Mbah Saribin justru menggunakannya untuk membiayai pernikahan anaknya. Duh Gusti, ampuni kekhilafan hamba, desahnya. Tak lama kemudian Mbah Saribin pulang. Ia menghabiskan seluruh uang yang disimpannya untuk membangun pesantren. Pondok bambu ia perkuat dengan kayu. Atap ijuk yang bocor ia tambal. Dan halaman pesantren ia hias dengan aneka tanaman. Para santri bergotong royong membantu hingga pondok menjadi 19

Dalam mimpinya Mbah Saribin bertemu dengan Sunan Kuning. Ia memperoleh nasihat, supaya jangan sampai lalai menggunakan harta orang lain untuk keperluannya sendiri. 21

sangat indah dan nyaman. Terlihatlah hasilnya, para santri semakin giat belajar. Merasa hutangnya telah terbayar, Mbah Saribin merasa lebih tenang. Ia sadar kekayaan tidaklah memberi ketenangan hidup. Karena itu, ia berencana kembali ke bukit. Di sana ia ingin bertapa, mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Kuasa. Ada apa Le, kamu ke sini lagi? tanya lelaki tua yang menemui Saribin beberapa hari sebelumnya. Kini mereka juga bertemu dalam mimpi. Saya sengaja ke sini untuk bertapa. Saya ingin lebih dekat kepada Tuhan, jawabnya. Ya, kau boleh bertapa. Tapi ada sesuatu yang ingin aku kembalikan pada kamu. Apa itu Mbah? Lihatlah, ini kerbau-kerbaumu, katanya, sambil menunjuk ke suatu arah. Saribin terkejut dan terbangun. Dia hampir tak percaya dengan apa yang disaksikannya. Seluruh kerbau miliknya ada di depan matanya sekarang. Kerbau-kerbau itu terikat pada sebuah pohon yang mengeluarkan aroma harum. Maka, digiringlah kerbau-kerbau miliknya kembali pulang ke kandang. Ia menyerahkan kerbau-kerbau itu kepada para santri. Niatnya untuk bertapa telah bulat. Ia memilih ke bukit lagi untuk mendekatkan diri kepada Tuhan. Kalau kau memang ingin bertapa di sini, aku hanya ingin titip satu ha, pesan lelaki tua itu. Apa itu, Mbah? Tempat yang kau gunakan untuk bertapa ini dulu pernah aku gunakan berdiskusi bersama dua sunan yang terkenal di Pulau Jawa. Mereka adalah Kanjeng Sunan Kali atau Mangkurat Mas dan Kanjeng Sunan Ambarawa atau Syekh Maulana Maghribi Kendil Wesi, katanya. 22

Saribin mendengarnya dengan cermat. Pesan saya, rawatlah tempat ini baik-baik. Mudahmudahan Allah akan memberi kemudahan kepada engkau dan anak keturunanmu." Begitu selesai kalimat itu, hilang pulalah sosok lelaki tua itu. Mbah Saribin baru tahu, lelaki tua yang mengajaknya bicara adalah Sunan Kuning, salah seorang sunan yang berjasa menyebarkan Islam di tanah Jawa. Sejak saat itu, Saribin semakin mantap bertapa. Ia merawat tempat tersebut dengan baik. Ia membuatkan pelindung berupa rumah kecil. Ketika kabar bahwa petilasan Sunan Kuning di temukan, banyak warga berkunjung. Mereka berziarah. Pada hari-hari tertentu, khusunya malam Jum'at kliwon, banyak penduduk sekitar yang datang berziarah ke tempat itu. Saribin kemudian dikenal sebagai juru kunci petilasan tersebut. Sampai sekarang, petilasan itu masih ada. Tempat itu kini lebih dikenal dengan Sunan Kuning dan terletak di Wilayah Kecamatan Semarang Barat, Kelurahan Kalibanteng Kulon, kurang lebih satu setengah kilometer dari Bandara Ahmad Yani.

aa23

Legenda Baru Klinting aa

DAHULU kala, di sebuah desa hiduplah seorang bocah bernama Baru Klinting. Meski masih anak-anak dia dipilih oleh leluhur untuk menjadi penjaga. Karena itu, Baru Klinting diberi kesaktian lebih dibanding orang-orang biasa. Kesaktian Baru Klinting sudah dikenal seluruh warga kampung. Namanya sering disebut sebagai titisan dewa. Maka, kepala kampung itu kemudian mengusulkan kepada warga supaya Baru Klinting diangkat menjadi penjaga keamanan kampung. Namun, sebab Baru Klinting masih anak-anak, ia sering menggunakan kesaktiannya untuk main-main. Bahkan, kadang-kadang ia menjahili teman-teman sepermainannya. 24

Pada suatu sore yang sejuk, lima anak kampung sedang bermain di padang rumput. Mereka bermain balap kelinci. Aturannya, siapapun yang menang boleh mengambil kelinci yang kalah untuk dimasak. Biasanya mereka membakarnya di pinggir sungai tidak jauh dari padang rumput itu. Dari atas pohon Baru Klinting mengamati anak-anak itu bermain. Awalnya dia hanya melihat. Namun karena bosan hanya menonton ia mulai menjahili mereka. Dengan kesaktian yang dimilikinya Baru Klinting mengubah kelinci yang sedang balapan berlari sangat kencang. Sedemikian kencang hingga masuk ke dalam semak belukar. Anak-anak itupun dibuat bingung. Mereka berusaha mencari ke sana kemari. Namun hingga sore kelincikelinci itu tidak ketemu. Baru Klinting ternyata mengubahnya menjadi batu sehingga tidak terlihat. Putus asa karena kelinci tidak ketemu, mereka akhirnya memutuskan pulang. Saat itulah Baru Klinting mengambilnya. Ia akan memasaknya sendiri dan memakannya hingga benar-benar kenyang. Kejahilan seperti itu tak dihiraukan warga. Mereka memaklumi hal itu sebagai sifat anak-anak. Namun, suatu ketika, Baru Klinting melakukan kesalahan yang fatal. Ketika bermain di sungai seorang diri ia didatangi Ki Rawon. Dia adalah seorang begal yang dikenal sangat kejam. Beberapa kali dia merampok pedagang yang sedang dalam perjalanan. Hasilnya ia bagi-bagi dengan anak buahnya yang berjumlah sekitar 15 orang. Hei Baru Klinting. Aku sering dengar nama kamu. Beruntung sekali kamu, masih ingusan tapi sudah diberi kesaktian yang tinggi, kata Ki Rawon. Kedatangannya tiba-tiba, sempat mengagetkan Baru Klinting. Ada apa Ki Rawon? Aku juga sudah sering dengar 25

cerita tentang kamu. Dasar begal kau, kata Baru Klinting. Tak perlu marah-marah begitu, bocah. Aku menemuimu karena ada sebuah keperluan. Perlu apa? Apa kau ingin merampok aku juga? Bukan, bocah. Lagipula aku tahu kamu tidak punya apa-apa. Hahaha, Ki Rawon tertawa terbahak-bahak. Lalu apa keperluanmu, Ki Rawon? Sebulan ini warga kampung ini panen raya. Padi mereka pasti melimpah. Kau pasti tahu, mereka punya banyak uang, kata Ki Rawon sambil mendekati Baru Klinting. Baru Klinting terdiam. Apa warga kampung pernah membayar kamu untuk menjaga harta mereka, hah? Kau ini bodoh, diminta menjaga kampung tapi tak pernah minta bayaran. Apa maksudmu? Hari ke lima sejak sekarang, aku dan anak buahmu akan datang ke sini. Biarkan anak buahku mengambil uang penduduk. Bagaimana? Keji sekali kau. Tunggu dulu. Jangan marah, bocah ingusan. Sebagai imbalan aku akan memberimu seperempat hasil rampokan. Bagaimana? Baru Klinting kembali terdiam. Ia membayangkan seberapa banyak uang yang akan ia terima. Bagaimana, bocah? Apa kau setuju? Baru Klinting mulai ragu. Ia terdiam cukup lama. Baik Ki Rawon. Tapi dengan dua syarat. Syarat apa? Pertama, aku minta sepertiga dari hasil rampokanmu. Kedua, kau harus pura-pura telah mengalahkan aku sebelum merampok, supaya penduduk tidak tahu kalau kita bekerja sama, katanya. Baiklan bocah. Kau pintar sekali. Ingat, hari kelima aku 26

Pegawai negeri atau penyelenggar a negara yang menerima atau meminta pemberian atau janji berkaitan dengan tugas atau jabatannya, adalah korupsi.

Diatur dalam Pasal 5 ayat 2 UU Nomor 31 Tahun 1999 jo. UU Nomor 20 tahun 2001.

Diancam pidana penjara paling singkat 1 tahun dan paling lama 5 tahun dan atau pidana denda paling sedikit Rp50 juta dan paling banyak Rp250 juta.

dan anak buahku akan datang. Hahahaha. Ki Rawon segera bergegas. Ia merencanakan aksi perampoaknnya pada penduduk kampung. Pada hari yang telah ditentukan, gerombolan Ki Rawon benar-benar datang. Mereka memasuki kampung dan mulai merampas harta yang disimpan penduduk. Mulai dari emas, uang, hingga kambing mereka bawa semuanya. Penduduk tak bisa apa-apa karena diancam akan dibunuh. Mereka memanggil Baru Klinting namun dia tak datang. Penduduk pun hanya bisa pasrah. Kejadian itu diketahui Nyai Dadap. Dia adalah jelmaan ibu Baru Klinting yang telah meninggal. Hei, Baru Klinting. Kamu benar-benar jahat. Kesaktian yang kamu miliki justru kamu gunakan untuk keuntungan sendiri. Akan aku cabut kesaktianmu, kata Nyai Dadap. Mendengar ancaman itu, Baru Klinting justru tersinggung. Ia menantang Nyai Dadap untuk adu kesaktian. Di atas bukit mereka berduel. Baru Klinting yang lincah melompat dari pohon satu ke pohon lain, sementara Nyai Dadap menyerangnya menggunakan tongkat. Pertarungan yang sengit itu berlangsung lama. Namun akhirnya, Baru Klinting kalah. Karena pernah melahirkan dan merawat Baru Klinting, Nyai Dadap tahu kelemahan bocah itu. Baru Klinting terluka sangat parah. Luka itulah yang kemudian hari membuat tubuh Baru Klinting mengeluarkan bau tidak sedap. Meski beberapa kali coba diobati luka itu tak pernah mau kering. Jika mulai kering, selalu saja muncul luka-luka baru. Akhirnya, tak ada seorang pun yang mau bersahabat dengannya. Jangankan berdekatan, bertegur sapa pun mereka enggan. Setiap berpapasan mereka pasti melengos. Mereka tak ingin bersinggungan karena takut 27

Perbuatan Baru Klinting telah membuat Nyai Dadap sangat marah. Dia pun dikutuk menjadi ular raksasa penunggu Rawa Pening.

28

tertular. Tak diterima di kampung, Baru Klinting kemudian memilih pergi. Ia mulai berkelana dari satu tempat ke tempat lain untuk menemukan seseorang yang mampu menyembuhkan penyakitnya. Hingga kemudian dalam mimpinya, ia bertemu seorang wanita tua yang baik hati. Kelak dialah yang sanggup mengembalikan kesaktian Baru Klinting. Wanita itu berpesan, supaya luka-lukanya sembuh Baru Klinting harus banyak membantu orang lain. Namun nasihat itu tak begitu diperhatikannya. Karena merasa telah didzalimi, ia justru menaruh dendam kepada penduduk kampung tempat dulu ia tinggal. Maka, setelah lukanya sembuh, ia kembali ke kampung. Di sana ia mampir ke sebuah pesta pernikahan. Hai kalian, apa kalian masih ingat aku? teriaknya. Pesta dihentikan. Warga dan para tamu berdiri melingkar memperhatikan Baru Klinting. Kami tahu siapa kamu. Ternyata kaulah yang tempo hari bersekongkol dengan Ki Rawon untuk merampok kami. Dasar bocah, jahat sekali kau, kata seorang penduduk. Hahaha. Baguslah kalau kalian sudah tahu. Sekarang apa yang kalian mau? Menangkap aku? Ayo kalau kalian bisa. Baru Klinting melompat dari meja yangs atu ke meja yang lain. Hei bocah. Sebaiknya kau pergi dari kampu ini sekarang, sebelum penduduk benar-benar marah, kata seorang penduduk. Penduduk yang lain menyahuinya denga nada sama. Baiklah. Aku akan pergi asal kalian bisa mencabut lidi ini dari tanah, kata Baru Klinting sambil mengambil sebatang lidi lalu melompat dan menancapkannya di halaman. Kalian semua tidak akan mampu, lanjut Baru Klinting. 29

Tak percaya dengan omongan Baru Klinting, orangorang mulai mencoba mencabut lidi tersebut. Namun, dari sekian banyak orang yang mencobanya, tak seorang pun berhasil mencabutnya. Lidi itu tetap menancap di tempat semula. Jangan-jangan lidi ini ada apa-apanya, pikir mereka. Melihat kejadian itu Baru Klinting girang. Ia melompat mendekati lidi yang ditancapkan. Dengan mudah ia bisa mencabut lidi itu. Anehnya, lubang bekas lidi ditancapkan mengeluarkan air. Mulanya kecil namun berubah menjadi besar dan terus membesar dalam seketika. Penduduk yang ketakutan lari tunggang langgang. Akhirnya, kampung itu tenggelam dan kini menjadi danau yang diberi nama Rawa Pening. Konon, mengetahui kejadian itu, Nyadi Dadap yang kembali dibuat kecewa dengan kelakuan Baru Klinting kembali datang. Ia sangat marah karena anaknya kembali melakukan perbuatan jahat. Tanpa bicara banyak Nyai Dadap langsung menghukum Baru Klinting dengan mengutuknya menjadi ular raksasa. Hingga kini warga di sekitar danau Rawa Pening percaya bahwa Baru Klinting menjadi penunggu danau itu.

aa30

Asal Mula Nama Tembalang aa

DAHULU kala Semarang masih menjadi kadipaten di bawah kerajaan Demak. Tantu saja, kondisinya tidak seperti sekarang. Selain masih dipenuhi pepohonan, warga yang tinggal di sini belum banyak. Kampung yang satu dengan kampung lain masih berjauhan, dipisahkan hutan. Kadipaten Semarang dipimpin oleh pangeran bernama Raden Made Pandan. Dia sebenarnya putra mahkota Raja Demak. Namun karena enggan menjadi raja, ia memberikan kekuasaannya kepada Sultan Trenggono, saudaranya. Ia kemudian memilih mendalami agama. Raden Made Pandan kemudian mendirikan pesantren di sebuah wilayah baru bernama Semarang. Ia mengasuh sebuah pesantren untuk mengajarkan agama Islam kepada penduduk. 31

Raden Made Pandan memiliki seorang putra bernama Raden Pandan Arang. Dia pemuda yang cerdas. Seperti ayahnya, Raden Pandan Arang juga memiliki ilmu agama yang mumpuni. Ia juga suka bepergian menjelajahi daerah-daerah baru, menembus hutan yang tebal, dan menemui orang-oraang di berbagai perkampungan. Setelah beberapa tahun memimpin Kadipaten Semarang, Raden Made Pandan mulai sakit. Ia merasa usianya sudah tidak lama lagi. Karena itu, pada suatu siang, ia memanggil Raden Pandan Arang, anaknya. Ia berpesan agar Raden Pandan Arang melanjutkan memimpin kadipaten sekaligus mengelola pesantren. Putraku, sebelum ayah dipanggil sang pencipta, ayah ingin kamu tetap di sini. Jangan tinggalkan Semarang. Sebarkan ajaran agama dengan cara damai, kata Raden Made Pandan. Seperti dugaannya, tak lama kemudian Raden Made Pandan berpulang pada Sang Pencipta. Sepeninggal ayahnya, tampilah Raden Pandan Arang memimpin kadipaten Semarang. Meski sudah menjadi adipati ia tetap melanjutkan kegemarannya berpetualang. Ia mengunjungi kampung-kampung untuk bertemu warga. Dengan cara seperti itu ia dikenal sekaligus mengenal warga dengan baik. Suatu malam, Raden Pandan Arang mengumpulkan para santri dan abdi dalem. Ia mengutarakan maksudnya untuk menyusuri daerah selatan. Dibanding daerah utara yang dekat laut, Semarang selatan masih belum banyak tersentuh. Daerah berbukit itu masih dipenuhi pepohonan yang rindang. Izinkan kami bersama Kyai, salah seorang abdi dalem menimpali. Abdi dalem ini rupanya ingin menemani Raden Pandan Arang dalam perjalanan. Begitu pun pada akhirnya abdi dalem dan sejumlah santri lain. Maka, di hari yang telah ditentukan, Raden Pandan Arang telah bersiap-siap. Tidak kurang dari 50 santri, 32

prajurit, dan abdi dalem turut serta dalam perjalanan itu. Sebagian mengawal, lainnya membawa perbekalan. Seperti diperkirakan sebelumnya, perjalanan ke selatan cukup berat. Mereka harus menempuh daerah berbukit. Semak belukar masih terhampar luas. Pepohonan tumbuh tinggi dan rindang. Saat mencapai sebuah bukit, para prajurit dan abdi dalem merasa letih. Maka mereka beristirahat untuk beberapa lama. Saat di bukit itulah, mereka baru menyadari bahwa pemandangan dari sana sangat indah. Dari bukit itu mereka bisa melihat Semarang terhampar. Benar-benar menyejukan hati. Kyai, sungguh indah pemandangan ini, kata salah seorang abdi dalem. Benar sekali. Saya juga bisa menikmatinya. Karena itu, janganlah kalian merusak alam ini. Jangan tebang pohon jika tak ada faedahnya, jangan membakar semak belukar, dan jangan buang sampah sembarangan. Kita akan mewariskan pemandangan ini kepada anak cucu kita nanti, kata Raden Pandan Arang. Tak jauh dari tempat mereka istirahat, terdapat sebuah perkampungan. Luasanya tak seberapa, namun tampak indah. Tanah di sana tampak subur. Air sungai mengalir jernih. Raden Pandan Arang pun memutuskan mampir. Warga desa ini ternyata sedang resah. Ada sebuah mata air yang mengeluarkan air dengan sangat deras. Demikian derasnya hingga air-air itu menggenangi rumah warga. Sementara warga tak bisa berbuat apa-apa. Mereka mencoba menutup mata air dengan sejumlah batu namun batu selalu hanyut dan hilang. Menurut penuturan warga, awalnya mata air itu muncul dari rumah Ki Kuwu. Dia seorang kepala kampung yang ditakuti. Wajahnya beringas dan kerap menakuti anakanak. Ki Kuwu tinggal seorang diri di rumahnya di sebelah paling selatan kampung. 33

Dengan alasan akan dijadikan sesembahan kepada jin, Ki Kuwu memaksa penuduk menyerahkan seperlima hasil panen mereka. 34

Suatu hari Ki Kuwu mengumpulkan warga. Ia meminta seperlima dari hasil panen setiap warga yang memanen padinya. Ki Kuwu beralasan, padi itu akan digunakan sebagai sesembahan untuk jin yang menjaga kampung. Jika tidak diberi sesembahan, katanya, jin akan marah dan bisa merusak kampung. Karena takut, warga menuruti saja kemauan Ki Kuwu. Setiap panen mereka menyerahkan seperlima hasilnya. Itu pun biasanya Ki Kuwu meminta padi terbaik. Jangan membuat jin marah. Berikan padi yang paling bagus supaya dia senang, tuturnya. Namun, hal itu tak bertahan lama. Sejak tiga minggu lalu lalu Ki Kuwu dikabarkan hilang. Dia tidak pernah menagih padi lagi kepada warga. Setelah warga melihat rumahnya, rumah Ki Kuwu ternyata dipenuhi air. Dari awalnya hanya mata air seukuran jari lama kelamaan mata air itu semakin besar. Demikian lah mata air terus membesar hingga menghanyutkan rumah. Tentu saja hal itu membuat warga bingung. Selain karena tidak pernah terjadi, air itu mengalir pula ke rumah mereka menggenangi lantai dan membasahi perabot rumah tangga. Melihat fenomena itu warga dibuat bingung. Mereka khawatir air juga akan menghanyutkan rumah mereka. Secara bergotong royong mereka kemudian berusaha membendungnya. Namun, setiap kali disumpal batu, batu itu justru hanyut. Saat warga setempat hampir putus asa itulah Raden Pandan Arang beserta rombongannya muncul. Apa yang membuat Saudara-saudara ditimpa bencana seperti ini? katanya. Kami tidak tahu Kyai. Dulu tidak pernah seperti ini, katanya. Mendengar hal itu, Raden Pandan Arang mengambil air wudlu. Setelah menggelar sajadah ia salat di dekat 35

Pegawai negeri atau penyelenggar a negara yang menyalahgun akan wewenangnya untuk memaksa orang lain memberikan uang atau bayaran adalah korupsi.

Diatur dalam Pasal 12 huruf e UU Nomor 31 Tahun 1999 jo. UU Nomor 20 tahun 2001.

Diancam pidana penjara paling singkat 4 tahun dan paling lama 20 tahun dan atau pidana denda paling sedikit Rp200 juta dan paling banyak Rp1 miliar.

mata air. Beliau berdoa lama sekali. Sementara warga tetap menunggunya dengan perasaan berdebar. Apa yang terjadi Kyai? Apa yang harus kami lakukan untuk membendung air ini? tanya warga begitu Raden Pandan Arang selesai salat. Saudara-saudara, janganlah kalian membiarkan orang lain menganiaya kalian. Bencana ini muncul karena keserakahan pemimpin kalian yang terus kalian biarkan, katanya. Apa maksud Kyai? Lihatlah, kata Raden Pandan Arang menunjukan lokasi air muncul pertama kali. Warga kemudian sadar bahwa mata air bersumber dari bagian belakang rumah Ki Kuwu. Dulu, tempat itu adalah tempat yang digunakan Ki Kuwu untuk menyimpan padi yang ia pungut dari warga. Ternyata selama ini Ki Kuwu hanya membohongi warga. Ia menyimpan padi-padi untuk ia makan sendiri. Saudara-saudara, berhati-hatilah, pesan Raden Pandan Arang sekali lagi. Setelah saya dan rombongan pergi, Insya Allah mata air ini akan mengecil. Sebagai pepeling (pengingat) atas peristiwa ini berilah nama kampung kalian dengan nama Tembalang, lanjutnya. "Titah Kyai akan kami laksanakan. Akan tetapi, kalau boleh kami tahu, mengapa Kyai memberi nama kampung ini Tembalang?" tanya salah seorang penduduk. Ia tampak penasaran. Tembalang itu berasal dari kata tambal dan ilang. Bukankah saudara-saudara berkali-kali menambal lubang-lubang mata air-mata air tadi, tetapi selalu hilang?"

aa36

PenulisSURAHMAT lahir di Banjarnegara 6 April 1988. Kini menempuh studi di Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FBS Unnes. Menekuni bidang kepenulisan dan jurnalistik sejak 2008. Antara lain telah menulis novel Bonang (2009). Sejak 2008 ia menulis lebih dari 100 artikel bertema kebudayaan dan pendidikan di Wawasan, Harian Semarang, Suara Merdeka, Harian Joglosemar, Media Indonesia, dan Kompas. Pernah bekerja sebagai reporter pada harian Radar Semarang Jawa Pos, instruktur menulis pada Sekolah Menulis Semarang (SMS), pengajar jurnalistik pada SMA Islam Hidayatullah Semarang dan pemimpin redaksi www.portalsemarang .com. Saat kuliah ia aktif sebagai redaktur pelaksana Tabloid Nuansa lalu Pemimpin Umum Badan Penerbitan dan Pers Mahasiswa (BP2M) Unnes. Saat itu pula mengikuti Pendidikan Jurnalistik Dasar (PJD), pelatihan Citizen Journalism for Anticoruptin (CJAC) SIDAK, dan pelatihan peliputan berita lingkungan Suara Mahasiswa (SUMA) Universitas Indonesia. Buku keduanya, kumpulan esai kebudayaan Mimpi Kaya Tanpa Kerja akan terbit Mei 2012 mendatang. Bisa dihubungi melalui email [email protected]

37

Kumpulan Cerita Rakyat Antikorupsi

Jaka LinglungMASALAH korupsi di Indonesia nyaris tak terselesaikan. Sejak republik ini berdiri hingga berusia 66 tahun, korupsi terus ada. Belakangan korupsi bahkan semakin canggih. Korupsi dilakukan dengan berbagai modus. Atas alasan itulah buku kumpulan cerita rakyat antikorupsi ini hadir. Melalui buku ini penulis ingin mengajak adik-adik siswa untuk menjauhi korupsi. Penulis berharap, melalui cerita adik-adik bisa memperoleh pemahaman tentang korupsi secara nyata. Selain memahami jenis perbuatannya, adikadik diharapkan mampu memahami akibatnya. Sebab, kerusakan yang diakibatkan oleh korupsi ternyata sangat besar. Tidak hanya pada hilangnya anggaran, tapi juga menimbulkan kerugian mental dan sosial. Mulai sekarang adik-adik perlu membiasakan diri bersikap jujur. Sebab, jujur itu hebat!

Dendam

c tha m dia