diskusi pagi katarak sellie-jaka

34
Diskusi Pagi KATARAK Disusun Oleh: Isyani Noviasellie Ivan Riyanto Jaka Panca Satriawan Jefri Sukmawan Farid Abdul Hadi Narasumber: Dr. Vidyapati W.M, Sp.M

Upload: saadah-munawaroh-hd

Post on 30-Jan-2016

234 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Diskusi Pagi KATARAK Sellie-Jaka

TRANSCRIPT

Page 1: Diskusi Pagi KATARAK Sellie-Jaka

Diskusi Pagi

KATARAK

Disusun Oleh:

Isyani Noviasellie

Ivan Riyanto

Jaka Panca Satriawan

Jefri Sukmawan

Farid Abdul Hadi

Narasumber:

Dr. Vidyapati W.M, Sp.M

Departemen Mata

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Jakarta Januari 2008

Page 2: Diskusi Pagi KATARAK Sellie-Jaka

BAB I

PENDAHULUAN

Katarak merupakan penyebab utama berkurangnya penglihatan di Indonesia juga di

negara lainnya. Di Amerika Serikat, terdapat lebih dari 2,5 juta kasus pertahun.

Sedangkan di Indonesia terdapat 70 ribu kasus pertahun.

Diketahui bahwa prevalensi kebutaan di Indonesia berkisar 1,2% dari jumlah

penduduk di Indonesia. Dari angka tersebut, persentase kebutaan utamanya adalah yang

disebabkan katarak yaitu sekitar 0,7% Sesungguhnya 60 % dari kebutaan di atas usia

60 tahun adalah diakibatkan katarak..

Secara umum dianggap bahwa katarak hanya mengenai orang tua. Lensa keruh

atau katarak dapat juga terjadi akibat kelainan bawaan, kecelakaan, keracunan obat,

atau umumya pada proses ketuaan normal. Katarak mengenai semua umur dan pada

orang tua katarak seperti rambut beruban yang merupakan bagian umum pada usia lanjut.

Makin lanjut usia seseorang makin besar kemungkinan mendapatkan katarak.

Pada saat ini katarak banyak ditemukan pada masyarakat. Hal ini akibat

bertambahnya manula sebagai dampak dari menuingkatnya kesejahteraan.

Pada makalah ini, dibahas mengenai berbagai jenis katarak. Diharapkan

pembahasan tersebut akan berguna untuk menambah pengetahuan praktisi medis

terutama para mahasiswa kedokteran tingkat akhir yang sebentar lagi akan menjadi

dokter umum sebagai lini terdepan pelayanan primer kesehatan di masyarakat.

Page 3: Diskusi Pagi KATARAK Sellie-Jaka

BAB II

KATARAK

DefinisiKatarak adalah suatu keadaan di mana lensa mata yang biasanya jernih dan bening

menjadi keruh. Katarak berasal dari bahasa Yunani cataracta yang berarti air terjun. Asal

kata ini mungkin sekali karena pasien katarak seakan-akan melihat sesuatu seperti

tertutup oleh air terjun di depan matanya. Seorang dengan katarak akan melihat benda

seperti ditutupi kabut.

Penuaan merupakan penyebab utama katarak, namun dapat pula disebabkan

faktor lain seperti trauma, toksin, penyakit sistemik (seperti diabetes), merokok, dan

faktor keturunan. Katarak yang berkaitan dengan usia adalah penyebab utama

gangguan penglihatan.

Patogenesis

Patogenesis katarak belum dapat dimengerti sepenuhnya. Namun, lensa katarak memiliki

ciri berupa edema lensa, perubahan protein, peningkatan proliferasi, dan kerusakan

kontinuitas normal serat-serat lensa. Lensa mata mempunyai bagian yang disebut

pembungkus lensa atau kapsul lensa, korteks lensa yang terletak antara nukleus lensa atau

inti lensa dengan kapsul lensa. Pada anak dan remaja nukleus bersifat lembek sedang

pada orangtua nukleus ini menjadi keras. Katarak dapat mulai dari nukleus, korteks,

dan subkapsularis lensa. Secara umum, edema lensa bervariasi sesuai stadium

perkembangan katarak.

Katarak umumnya merupakan penyakit pada usia lanjut, akan tetapi dapat juga

akibat kelainan kongenital, atau penyulit penyakit mata lokal menahun. Bermacam-

macam penyakit mata dapat mengkibatkan katarak seperti glaukoma, ablasi, uveitis,

dan retinitis pigmentosa. Katarak dapat pula berhubungan dengan proses penyakit

intraokular lainnya.

Dengan menjadi tuanya seseorang maka lensa mata akan kekurangan air dan

menjadi lebih padat. Lensa akan menjadi keras pada bagian tengahnya, sehingga

Page 4: Diskusi Pagi KATARAK Sellie-Jaka

kemampuannya memfokuskan benda dekat berkurang. Hal ini mulai terlihat pada usia 40

tahun di mana mulai timbul kesukaran melihat dekat (presbiopia). Dengan bertambahnya

usia, lensa mulai berkurang kebeningannya, keadaan ini akan berkembang dengan

bertambah beratnya katarak. Pada usia 60 tahun hampir 2/3 mulai mengalami katarak

atau lensa keruh. Katarak biasanya berkembang pada kedua mata akan tetapi

progresivitasnya berbeda. Kadang-kadang penglihatan pada satu mata nyata berbeda

dengan mata yang sebelahnya.

Pembentukan katarak secara kimiawi ditandai oleh penurunan penyerapan

oksigen dan mula-mula terjadi peningkatan kandungan air diikuti oleh dehidrasi.

Kandungan natrium dan kalsium meningkat; kandungan kalium, asam askorbat, dan

protein berkurang. Pada lensa yang mengalami katarak tidak ditemukan glutation. Usaha-

usaha untuk mempercepat atau menahan perubahan-perubahan kimiawi ini dengan terapi

medis sampai saat ini belum berhasil.

Perkembangan katarak menjadi berat memakan waktu dalam bulan hingga tahun.

Kadang-kadang katarak berhenti berkembang pada stadium dini dan penglihatan terlihat

tidak mengalami kemunduran. Dapat saja katarak berjalan agak cepat sehingga

mengganggu penglihatan.

Faktor Risiko

Terdapat banyak faktor risiko untuk terjadinya katarak antara lain adalah usia lanjut,

diabetes mellitus, riwayat katarak pada keluarga, riwayat peradangan atau trauma

mata, riwayat pembedahan mata, penggunaan kortikosteroid yang lama, pajanan

sinar matahari, pajanan radiasi, merokok, konsumsi alkohol, dan kelahiran

prematur.

.

Gejala Klinis

Gambaran klinik dari penyakit katarak meliputi gejala subjektif dan objektif, antara lain:

Gejala Subjektif : Penglihatan seperti berasap dan tajam penglihatan yang mnurun

secara progresif

Penurunan tajam penglihatan – tergantung dari tipe katarak:

Katarak polar kortikal dan anterior kelainan tampak mencolok namun

gangguan penglihatan biasanya ringan

Page 5: Diskusi Pagi KATARAK Sellie-Jaka

Katarak polar posterior dan subkapsul posterior kelainan tampak ringan,

gangguan penglihatan biasanya berat

Katarak sklerosis nukleus menyebabkan peningkatan miopia

Peningkatan sensitivitas terhadap cahaya: terutama pada katarak subkapsular

posterior dan katarak kortikal

Pergeseran miopi (myopic shift): perjalanan katarak dapat meningkatkan

kekuatan dioptri lensa sehingga menyebabkan terjadinya miopia ringan sampai

sedang atau pergeseran miopia.

Pada pasien dengan presbiopi bisa terjadi peningkatan kemampuan membaca

dekat sehingga tidak memerlukan kacamata bacanya, disebut second sight.

Penglihatan ganda (diplopia) monokular

Rabun senja

Gejala objektif : Tampak kekeruhan lensa dalam bermacam bentuk dan tingkat.

Kekeruhan ini juga ditemukan pada berbagai lokalisasi di lensa seperti korteks dan

nukleus.

Pemeriksaan Oftalmologis

Sebagian besar katarak tidak dapat dilihat oleh pengamat awam sampai menjadi cukup

padat (matur atau hipermatur) dan menimbulkan kebutaan. Namun, katarak, pada stadium

perkembangannya yang paling dini, dapat diketahui melalui pupil yang didilatasi

maksimum dengan oftalmoskop, kaca pembesar, atau slitlamp.

Untuk lebih mudah melihat adanya katarak dapat dilakukan dengan melihat

refleks merah di dalam pupil dengan oftalmoskop. Dengan oftalmoskop pada mata tanpa

adanya katarak akan terlihat refleks merah pada pupil yang merupakan refleks retina yang

terlihat melalui pupil. Bila terdapat katarak maka refleks merah ini tidak akan terlihat.

Fundus okuli menjadi semakin sulit dilihat seiring dengan semakin padatnya kekeruhan

lensa, sampai reaksi fundus sama sekali hilang. Pada stadium ini katarak biasanya telah

matang dan pupil mungkin tampak putih.

Derajat klinis pembentukan katarak, dengan menganggap bahwa tidak terdapat

penyakit mata lain, dinilai terutama dengan uji ketajaman penglihatan Snellen. Secara

Page 6: Diskusi Pagi KATARAK Sellie-Jaka

umum, penurunan ketajaman penglihatan berhubungan langsung dengan kepadatan

katarak.

Pemeriksaan lain adalah pemeriksaan pada kornea, saraf penglihatan dan tekanan

bola mata.

Klasifikasi Katarak

Berdasarkan usia katarak dibagi menjadi

Kongenital, juvenil, senilis

Berdasarkan morfologi, katarak diklasifikasikan menjadi

Subkapsular, inti, kortikal

Berdasarkan stadium kematangan yakni

Insipien, imatur, matur, hipermatur

I. KATARAK SENILIS

Katarak adalah gangguan penglihatan dengan karakteristik penebalan lensa secara

bertahap dan progresif. Penyakit ini merupakan salah satu dari penyebab utama dari

kebutaan saat ini.

Katarak senilis adalah jenis yang paling sering dijumpai. Jumlahnya mencapai

sampai dengan 90% dari seluruh katarak. Katarak ini terjadi pada usia lanjut,

biasanya lebih dari 40 tahun. Kedua mata dapat terlihat dengan derajat kekeruhan yang

sama atau berbeda.

Etiologi dan patofisiologi

Penyebab pasti dari katarak senilis belum bisa diidentifikasi. Kejadiannya seringkali

bersifat familial. Oleh karena itu sangat penting mendapatkan informasi mengenai

riwayat keluarga. Patofisiologi katarak senilis sendiri kompleks dan belum bisa

dimengerti secara penuh. Patogenesisnya multifaktorial, meliputi interaksi yang

kompleks antara bermacam-macam proses fisiologis. Seiring pertambahan usia lensa,

berat dan ketebalannya bertambah sementara kekuatan akomodasinya berkurang.

Ditambah lagi, terdapat pengurangan transport dari air, nutrisi dan antioksidan.

Page 7: Diskusi Pagi KATARAK Sellie-Jaka

Akibatnya kerusakan oksidatif yang progresif pada lensa menyebabkan

berkembangnya katarak senilis.

Konsep penuaan meliputi beberapa teori antara lain teori putaran biologik, teori

mutasi spontan, teori radikal bebas, teori cross link.

Perubahan lensa pada usia lanjut meliputi :

Kapsul: menebal, kurang elastis, presbiopia, bentuk lamel berkurang

Epitel: makin tipis, sel epitel (germinatif) pada ekuator bertambah besar, epitel

bengkak dan vakuolisasi mitokondria

Serat lensa: lebih ireguler, pada korteks terjadi kerusakan serat sel, sinar UV

lama kelamaan merubah protein nukleus (histidin, triptofan, metionin, sistein dan

tirosin) lensa menjadi brown sclerotic nucleus

Korteks: tidak berwarna karena kadar asam askorbat tinggi dan menghalangi

fotooksidasi, serat tidak banyak mengubah protein pada serat muda.

Klasifikasi dan gejala

Katarak senilis dapat diklasifikasikan berdasarkan morfologi dan stadium.

Berdasarkan morfologi, katarak senilis dibagi menjadi 3 tipe utama. Yang

pertama adalah katarak nukleus sebagai hasil dari sclerosis nukleus yang

menyebabkan terbentuknya kekeruhan sentral lentikular (gambar 1). Pada dekade

ke-empat kehidupan, tekanan serat lensa perifer menyebabkan penebalan seluruh lensa

terutama nukleus. Katarak nukleus meningkatkan kekuatan refraksi lensa sehingga

menyebabkan myopia lentikuler dan terkadang menghasilkan titik fokus ke-dua sehingga

terjadi diplopia monokular. Katarak nukleus ini berkembang sangat lambat. Karena

adanya myopia lentikular, penglihatan dekat (bahkan tanpa kacamata) tetap baik untuk

waktu yang lama.

Page 8: Diskusi Pagi KATARAK Sellie-Jaka

Gambar 1. Katarak nukleus

Pada katarak kortikal, terdapat perubahan komposisi ion dari korteks lensa

dan akhirnya megubah hidrasi dari serat lensa. Pasien katarak kortikal cenderung

mengalami hiperopia. Namun gangguan fungsi penglihatan bervariasi tergantung

seberapa dekat kekeruhan dengan aksis visual.

Katarak subkapsular posterior berlokasi pada korteks di dekat kapsul posterior.

Pada katarak ini terdapat terbentuk kekeruhan yang bergranuler. Awalnya terdapat

sekumpulan kecil kekeruhan granular yang lalu berkembang ke perifer. Seiring dengan

pertambahan kekeruhan, sisa korteks dan nucleus menjadi ikut terlibat. Gejala yang biasa

timbul adalah penglihatan yang berkurang siang hari atau di saat terkena cahaya yang

terang.

Anamnesis yang teliti dapat menentukan progresifitas dan kerusakan fungsi

penglihatan karena katarak. Pasien dengan katarak senilis sering datang dengan

gangguan penglihatan yang progresif. Secara klinis, tipe katarak yang berbeda

mengakibatkan penurunan visus yang berbeda. Sebagai contoh, katarak subkapsular

posterior dapat mengakibatkan penurunan visus yang sangat besar terutama pada

penglihatan dekat. Terjadinya penurunan sensitivitas terhadap kontras (glare), lebih

sering terjadi pada katarak kortikal dibandingkan katarak nukleus. Diplopia monokular

dapat terjadi dan tidak dapat dikoreksi dengan kacamata maupun lensa kontak. Terkadang

dapat juga terjadi perubahan persepsi warna. Namun hal ini sangat jarang terjadi.

Berdasarkan stadiumnya, katarak terdiri dari 6 stadium yaitu:

1. Katarak insipien

Kekeruhan mulai dari tepi ekuator berbentuk jeruji menuju korteks anterior dan

posterior (katarak kortikal).

2. Katarak intumesen

Kekeruhan lensa disertai pembengkakan lensa akibat lensa degeneratif menyerap air.

Lensa yang membengkak dan membesar akan mendorong iris sehingga bilik mata

menjadi dangkal, hal ini dapat menimbulkan penyulit berupa glaukoma.

3. Katarak imatur

Lensa sebagian keruh, belum mengenai seluruh lapisan lensa. Volume lensa

bertambah akibat meningkatnya tekanan osmotik bahan lensa yang degeneratif.

Page 9: Diskusi Pagi KATARAK Sellie-Jaka

4. Katarak matur (gambar 2)

Kekeruhan telah mengenai seluruh lapisan lensa. Bila katarak imatur atau intumesen

tidak dikeluarkan maka cairan akan keluar sehingga ukuran lensa kembali normal dan

terjadi kalsifikasi lensa. Bilik mata depan kembali normal, tidak terdapat bayangan

iris pada lensa yang keruh sehingga shadow test menjadi negatif.

5. Katarak hipermatur (gambar 3)

Massa lensa yang berdegenerasi mencair dan keluar dari kapsul lensa sehingga

ukuran lensa mengecil dan kapsul mengkerut.

6. Katarak Morgagni

Jika katarak hipermatur tidak dikeluarkan, akan terjadi pengerutan dan korteks telah

mencair sehingga nukleus lensa akan turun dari tempatnya dalam kapsul lensa.

gambar 2. Katarak Matur

Page 10: Diskusi Pagi KATARAK Sellie-Jaka

gambar 3. Katarak HipermaturPemeriksaan Fisik

Setelah anamnesis yang teliti, pemeriksaan fisik harus dilakukan untuk menyingkirkan

penyakit sistemik yang berpengaruh pada mata dan juga perkembangan katarak.

Pemeriksaan Oftalmologis

Pemeriksaan mata lengkap dimulai dari pemeriksaan visus.Jika pasien mengeluhkan

glare, visus juga harus diperiksa di ruangan yang sangat terang. Pemeriksaan sensitivitas

terhadap kontras juga harus dilakukan, terutama jika ada keluhan. Tes shadow akan

menunjukkan hasil positif pada stadium katarak imatur.

Pemeriksaan slit lamp tidak hanya dikonsentrasikan untuk melihat kekeruhan

lensa, namun juga menilai struktur okular lainnya seperti konjungtiva, kornea, iris dan

bilik mata depan. Penampakan lensa harus dilihat secara seksama sebelum dan sesudah

dilatasi pupil. Posisi lensa dan keutuhan serat zonular juga harus diperiksa karena

subluksasio lensa dapat mengindikasikan trauma pada mata sebelumnya, kelainan

metabolik, atau katarak hipermatur.

Pemeriksaan Lain

Diagnosis katarak senilis dibuat berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan

pemeriksaan oftalmologis. Pemeriksaan laboraturium diperlukan sebagai bagian

skrining preoperative untuk mendeteksi penyakit penyerta (misalnya diabetes mellitus,

hipertensi dan kelainan jantung). Pemeriksaan radiologis seperti USG, CT Scan dan MRI

diperlukan jika dicurigai adanya kelainan di daerah posterior dan kurangnya gambaran

pada bagian belakang mata karena katarak yang sudah sangat padat. Pemeriksaan ini

membantu dalam perencanaan tatalaksana bedah.

Tatalaksana

Meningkatkan fungsi penglihatan merupakan indikasi paling umum untuk

ekstraksi katarak, walaupun kepentingannya bersifat individual. Misalnya, seorang

petugas perpustakaan dengan katarak subkapsular posterior membutuhkan operasi bila

penglihatan jarak dekat terganggu dan seorang petani membutuhkan penglihatan jauh.

Page 11: Diskusi Pagi KATARAK Sellie-Jaka

Indikasi medis adalah bila katarak tersebut mempengaruhi kondisi kesehatan mata

seperti menyebabkan glaukoma fakolitik atau glaukoma sudut tertutup sekunder

karena lensa intumesen.

Indikasi kosmetik yaitu mengangkat katarak matur pada mata yang buta untuk

menunjukkan kembali pupil yang hitam.

Refraksi optimal pasca operasi

Refraksi optimal pasca operasi tergantung pada kebutuhan pasien akan koreksi

monookular atau binokular.

Bila pasien membutuhkan koreksi monookular dengan keadaan sebelah mata

memiliki visus yang buruk karena katarak pekat atau amblyopia. Refraksi pasca operasi

yang terbaik pada keadaan ini adalah -1D. Koreksi ini cukup bagi pasien untuk

mengerjakan pekerjaan sehari-hari tanpa menggunakan kacamata dan bila perlu

penglihatan lebih jelas dapat menggunakan kacamata bifokal. Beberapa pasien yang tidak

puas adalah pasien miopia yang menjadi hipermetrop setelah implantasi IOL.

Apabila diperlukan koreksi binokular, perbedaan refraksi ke2 mata tidak boleh

lebih dari 3D. hal ini karena pasien dapat mengalami penglihatan ganda ketika melihat ke

atas dan ke bawah. Apabila pasien memiliki penglihatan dengan visus normal di mata

yang tidak dioperasi refraksi pasca operasi di mata yang dioperszasi seharusnya berada

dalam perbedaan antara 1-2 D dengan mata yang tidak dioperasi.

Teknik Operasi

Terapi definitif dari katarak senilis adalah ekstraksi lensa. Terdapat 3 prosedur yang biasa

digunakan yaitu ekstraksi katarak intrakapsular, ekstraksi katarak ekstrakapsular dan

fakoemulsifikasi.

Pada ekstraksi katarak intrakapsular, seluruh lensa diekstraksi, termasuk kapsula

posterior. Pada teknik ini tidak perlu dikhawatirkan terjadinya kekeruhan kapsular.

Teknik ini juga tidak memerlukan peralatan yang canggih dan dapat dilakukan tanpa

mikroskop operatif. Namun terdapat sejumlah kerugian dan komplikasi post-operatif

seperti lamanya penyembuhan, lamanya rehabilitasi penglihatan, astigmatisme yang

signifikan, inkarserasi iris, kebocoran luka post-operasi, inkarserasi vitreus serta edema

Page 12: Diskusi Pagi KATARAK Sellie-Jaka

kornea. Ditambah lagi, kehilangan sel endotelial pada ekstraksi intrakapsular lebih besar

dibandingkan ekstrakapsular. Teknik ini juga lebih sulit karena penempatan lensa

intraokular tidak semudah apabila diletakkan pada kantung kapsular. Walaupun banyak

komplikasi yang menurunkan kepopuleran penggunaan metode ini, teknik ini masih

dapat digunakan jika keutuhan zonular sangat terganggu sehingga lensa dapat

dikeluarkan dengan sempurna.

Pada ekstraksi ekstra kapsular, nukleus dan korteks dikeluarkan dengan cara

membuka kapsula anterior (anterior capsulectomy) meninggalkan kapsula posterior yang

utuh (gambar 4). Operasi jenis ini terutama dilakukan pada negara maju dengan

tersedianya mikroskop operatif yang baik. Kelebihan teknik ini adalah insisi yang lebih

kecil sehingga kemungkinan terjadinya trauma pada endotel kornea lebih kecil.

Penempatan lensa intraokuler juga dapat dilakukan dengan lebih baik. Syarat untuk

melakukan teknik ini adalah keutuhan zonular.

gambar 4. Ekstraksi katarak ekstrakapsular

Page 13: Diskusi Pagi KATARAK Sellie-Jaka

Pada fakoemulsifikasi (disintegrasi ultrasonic dari nukleus) dilakukan insisi kecil

(3mm) untuk mengeluarkan lensa (gambar 5). Teknik ini memerlukan jarum yang

diarahkan dengan gelombang ultrasonik ke arah nukleus untuk mengaspirasi substrat

lensa .Teknik ini memiliki beberapa kelebihan dibandingkan ekstraksi ekstrakapsular

yaitu insisi lebih kecil, rehabilitasi yang lebih cepat dan komplikasi post operatif yang

lebih jarang. Namun operasi ini tergantung mesin dan operator serta lebih mahal.

gambar 5.Fakoemulsifikasi

Page 14: Diskusi Pagi KATARAK Sellie-Jaka

Komplikasi post-operatif

Walaupun operasi katarak secara umum mudah dan efektif, sejumlah komplikasi

post-operatf dapat terjadi. Komplikasi yang paling serius adalah endoftalmitis yang

dapat berakibat kebutaan. Sumber infeksi biasanya idiopatik, diduga flora yang terdapat

pada palpebra sebelah luar, konjungtiva dan aparatus lakrimal. Sumber lain diduga adalah

kontaminasi saat operasi. Dapat diatasi dengan pemberian pengobatan pra operasi pada

infeksi di sekitar mata, desinfeksi yang benar dan injeksi antibiotik pascaoperasi. Interval

waktu antara ekstraksi katarak dengan onset endolftalmitis berguna dalam memprediksi

kemungkinan organisme penyebab. S. aureus dan organisme gram negatif biasanya

timbul antara hari pertama sampai ketiga pasca operasi dengan gejala yang berat. S.

epidermidis biasanya mulai muncul antara hari ke-4 sampai ke-10 pasca operasi dengan

gejala yang ringan. Penatalaksanaan dimulai dengan identifikasi organisme penyebab

dengan pemeriksaan sampel akueus dan vitreus. Walaupun demikian hasil kultur yang

negatif tidak menyingkirkan diagnosis. Sampel harus diambil dalam ruang operasi.

Vitrektomi dapat berguna hanya pada infeksi sangat berat dan visus yang

menurun sampai persepsi cahaya. Apabila pasien masih dapat melihat lambaian tangan,

vitrektomi tidak diperlukan. Antibiotik yang efektif untuk eradikasi bakteri gram positif

dan gram negatif harus diberikan. Jenis antibiotik yang direkomendasikan sekarang ini

adalah amikacin atau ceftazidim untuk gram positif dan negatif serta vankomisin untuk

kokus koagulase negatif dan koagulase positif. Amikasin bekerja secara sinergis dengan

vakomisin, namun lebih potensil untuk menjadi retinotoksik dibanding ceftazidim yang

tidak sinergis dengan vankomisin.

Terapi dengan steroid tidak akan berpengaruh terhadap kontrol infeksi bila

organisme penyebab sensitif terhadap antibiotik tersebut. dapat diberikan dalam bentuk

injeksi periokular, sistemik atau topikal.

Komplikasi lain mencakup glaukoma, astigmatisme yang parah, kekeruhan

kapsula posterior, edema retina dan ablasio retina. Dapat pula terjadi perdarahan

suprakoroidal masif yaitu terdapatnya darah dalam jumlah besar dalam ruang suprakoroid

yang dapat menyebabkan pendorongan keluar kandungan intraokular atau pergeseran

permukaan retina.

Page 15: Diskusi Pagi KATARAK Sellie-Jaka

II. KATARAK KONGENITAL

Katarak Kongenital adalah katarak yang mulai terjadi sebelum atau segera setelah

lahir dan bayi berusia kurang dari 1 tahun. Katarak kongenital yang menyebabkan

penurunan penglihatan yang bermakna harus diditeksi secara dini sebaiknya di ruang bayi

baru lahir oleh dokter anak atau dokter keluarga. Untuk mengetahui penyebab katarak

kongenital diperlukan pemeriksaan riwayat prenatal infeksi ibu dan pemakaian obat

selama kehamilan.Katarak kongenital dianggap sering ditemukan pada bayi yang

dilahirkan oleh ibu-ibu yang menderita penyakit berikut ini :

Rubela

Galaktosemi

Diabetes Melitus

Hipoparatiroidisme

Homosisteinuria

Toksoplasmosis

Inklusi sitomegalik

Histoplasmosis

Atau dapat juga menyertai kelainan pada mata sendiri yang biasanya merupakan

penyakit-penyakit herediter, antara lain :Mikroftalmus, Aniridia, Koloboma,Keratokonus,

Iris heterokromia,Lensa Ektopia,Displasia retina, megalokornea.

Pada pupil mata bayi yang terkena katarak kongenital akan terlihat bercak puih.

Diperlukan pemeriksaan yang lebih lanjut bila ditemukan adanya bercak putih untuk

menyingkirkan diagnosis banding lainnya.Pada katarak kongenital total penyulit yang

dapat terjadi adalah makula lutea yang tidak cuku p mendapat rangsangan.Makula ini

biasanya tidak akan berkembang sempurna hingga walaupun dilakukan ekstraksi katarak

mata, visus biasanya tidak akan mencapai 5/5. Hal ini disebut sebagai ambliopia

sensoris. Katarak kongenital dapat menimbulkan komplikasi lain berupa nistagmus dan

strabismus.

Page 16: Diskusi Pagi KATARAK Sellie-Jaka

Tindakan pengobatan pada katarak kongenital adalah operasi. Beberapa

pertimbangan dalam operasi antara lain :

- Operasi katarak kongenital dilakukan bila refleks fundus tidak tampak

- Biasanya bila katarak bersifat total, operasi dapat dilakukan pada usia 2 bulan atau lebih

muda bila telah dapat dilakukan pembiusan.

Tindakan bedah pada katarak kongenital yang umum dikenal adalah disisio lensa,

ekstraksi linier, ekstraksi dengan aspirasi.

Terapi bedah untuk katarak infantilis dan katarak pada masa anak-anak dini

adalah ekstraksi lensa melalui insisi limbus 3 mm menggunakan alat irigasi-aspirasi

mekanis. Jarang diperlukan fakoemulsifikasi, karena nukleus len sa lunak. Berbeda

dengan ekstraksi lensa dewasa, sebagian besar ahli bedah mengangkat kapsul posterior

dan korpus vitreum anterior dengan menggunakan alat mekanis pemotong-penyedot

korpus vitreum. Hal ini mencegah pembentukan kekeruhan kapsul sekunder, atau after

cataract (katarak-ikutan). Dengan demikian, pengangkatan primer kapsul posterior

menghindari perlunya dilakukan tindakan bedah sekunder dan meningkatkan koreksi

optis dini.

Koreksi optis sangat penting bagi bayi dan memerlukan usaha besar oleh ahli

bedah dan orangtua pasien. Koreksi tersebut dapat berupa kacamata untuk anak-anak

afakik bilateral dan berusia lebih besar, tetapi sebagian besar operasi katarak anak-anak

harus diikuti oleh koreksi dengan lensa kontak. Epikeratofakia tampaknya memberi

harapan untuk mengkoreksi afakia pada pasien pediatrik yang tidak dapat mentoleransi

lensa kontak.

gambar 6.Katarak congenital lamellar gambar 7.Katarak congenital nuclear

Page 17: Diskusi Pagi KATARAK Sellie-Jaka

III. KATARAK TRAUMATIK

Katarak traumatik paling sering disebabkan oleh cedera benda asing di lensa atau trauma

tumpul terhadap bola mata. Tembakan BB sering merupakan penyebab; penyebab lain

yang lebih jarang adalah anak panah, batu, kontusio, pajanan berlebih terhadap panas

("gtassblower cataract'), sinar-X, dan bahan radioaktif. Sebagian besar kaiarak traumatik

dapat dicegah. Di dunia industri, tindakan pengamanan terbaik adalah sepasang kacamata

pelindung yang bermutu baik.

Lensa menjadi putih segera setelah masuknya benda asing, karena lubang

pada kapsul lensa menyebabkan humor uqueus dan kadang-kadang korpus vitreum

masuk ke dalam struktur lensa. Pasien sering adalah seorang pekerja industri yang

pekerjaannya memukulkan baja ke baja lain. Polongan kecil palu baja, misalnya dapat

menembus kornca dan lensa dengan kecepatan yang sangat tinggi dan tersangkut di

korpus vitreum.Benda tersebut biasanya dapat dilihat dengan oftalmoskop.

Pasien mengeluh penglihatan kabur secara mendadak. Mata menjadi merah, lensa

opak, dan mungkin terjadi perdarahan intraokular. Apabila humor aqueusatau korpus

vitreum keluar dari mata, mata menjadi sangat lunak. Penyulit adalah infeksi, uveitis,

ablasio retina, dan glaukoma. Benda asing magnetik intraokular harus segera dikeluarkan.

Harus diberikan antibiotik sistemik dan topikal serta kortikosteroid topikal dalam

beberapa hari untuk memperkecil kemungkinan infeksi dan uveitis. Atropin sulfat 1 %. 1

tetes tiga kali sehari, dianjurkan untuk menjaga pupil tetap berdilatasi dan untuk

mencegah pembentukan sinekia posterior.

Katarak dapat dikeluarkan pada saat pengeluaran benda asing atau setelah

peradangan mereda. Apabila terjadi glaukoma selama periode menunggu, bedah katarak

jangan ditunda walaupun masih terdapat peradangan. Beberapa waktu setelah tindakan

bedah katarak,mungkin masih terdapat suatu membran opak tipis; yang mungkin

memerlukan disisi dengan laser neodymium

Page 18: Diskusi Pagi KATARAK Sellie-Jaka

Untuk mengeluarkan katarak traumatik. biasanya digunakan teknik-teknik yang

sama dengan yang digunakan untuk mengeluarkan katarak kongenital, terutama pada

pasien berusia kurang dari 30 tahun.

. gambar 8. Katarak traumatik gambar 9. Katarak traumatik

IV. KATARAK SEKUNDER AKIBAT PENYAKIT INTRAOKULAR

(KATARAK KOMPLIKATA)

Katarak dapat terbentuk sebagai efek langsung penyakit intraokular pada fisiologi lensa

(misalnya uveitis rekuren yang parah). Katarak biasanya berawal di daerah subkapsul

posterior dan akhirnya mengenai seluruh struktur lensa. Penyakit-penyakit

intraokular yang sering berkaitan dengan pembentukan katarak adalah uveitis kronik

atau rekuren, glaukoma, retinitis pigmentosa, dan pelepasan retina.

Katarak ini biasanya unilateral. Prognosis visualnya tidak sebaik katarak senilis

biasa. Katarak komplikata merupakan anak akibat penyakit mata lain seperti

radang, dan proses degenerasi seperti ablasi retina, retinitis pigmentosa, glaukoma, tumor

okular, iskemia okular, nekrosis anterior segmen, buftalmos, akibat suatu trauma dan

pasca bedah mata. Katarak komplikata dapat juga disebabkan oleh penyakit sistemik

endokrin (diabetes melitus, hipoparatiroid, galaktosemia dan miotonia distrofi) dan

keracunan obat (tiotepa intravena, steroid sistemik, oral kontra septic dan miotika

antikolinesterase) . Katarak komplikata memberikan tanda khusus dimana mulai katarak

Page 19: Diskusi Pagi KATARAK Sellie-Jaka

selamanya di daerah bawah kapsul atau lapis bawah korteks, kekeruhan dapat

difus, pungtata ataupun linear. Dapat terbentuk rosete, reticulum dan biasanya terlihat

vakuol.

Dikenal 2 bentuk yaitu bentuk yang disebabkan kelainan pada polus posterior

mata dan akibat kelainan pada polus anterior bola mata.

Katarak pada polus posterior terjadi akibat penyakit koroiditis, retinitis

pigmentosa, ablasio retina , kontusio retina dan miopia tinggi yang mengakibatkan

kelainan badan kaca. Biasanya kelainan ini berjalan aksial yang biasanya tidak berjalan

cepat di dalam nukleus, sehingga sering teriihat nukleus lensa tetap jernih. Katarak

akibat miopia tinggi dan ablasi retina memberikan gambaran agak berlainan.

Katarak akibat kelainan polus anterior bola mata biasanya akibat kelainan komea

berat, iridoksiklitis, kelainan neoplasma dan glaukoma. Pada iridosiklitis akan

mengakibatkan katarak subkapsularis anterior. Pada katarak akibat glaukoma akan

terlihat katarak disiminata pungtata subkapsular anterior (katarak Vogt).

Katarak komplikata selamanya mulai di daerah korteks atau di bawah kapsul yang

menuju di daerah korteks atau di bawah kapsul yang menuju ke daerah sentral.

Katarak komplikata akibat hipokalsemia berkaitan dengan tetani infantil,

hipoparatiroidisma.

Pada lensa teriihat kekeruhan titik subkapsular yang sewaktu-waktu menjadi katarak

lamelar.Pada pemeriksaan darah terlihat kadar kalsium turun.

gambar 10. Katarak traumatik

Page 20: Diskusi Pagi KATARAK Sellie-Jaka

V. KATARAK AKIBAT PENYAKIT SISTEMIK

Katarak bilateral dapat terjadi karena gangguan-gangguan sistemik berikut ini: diabetes

mellitus, hipoparatiroidisme, distrofi miotonik, dermatitis atopik, galaktosemia, dan

sindrom Lowe, Werner, dan Down.

VI. KATARAK TOKSIK

Katarak toksik jarang terjadi. Banyak kasus terjadi pada tahun 1930-an sebagai akibat

penelanan dinitrofenol, suatu obat yang dipakai untuk menekan nafsu mkan.

Kortikosteroid yang diberikan dalam waktu yang lama, baik secara sistemik

maupun dalam bentuk tetes, dapat menyebabkan kekeruhan lensa. Obat lain yang

diduga berhubungan dengan terjadinya katarak meliputi fenotiazin, amiadaron,

busulfan, dan tetes mata miotikum kuat seperti fosfolin iodide. (gambar 11)

gambar 11. Katarak toksik

VII. KATARAK SEKUNDER

Katarak sekunder terjadi akibat terbentuknya jaringan fibrosis pada sisa lensa yang

tertinggal, paling cepat keadaan ini terlihat 2 hari ekstraksi katarak ekstra

kapsular. Bentuk lain merupakan proliferasi epitel lensa pada katarak sekunder seperti

Page 21: Diskusi Pagi KATARAK Sellie-Jaka

mutiara Elsching dan cincin Soemmering. Katarak serkunder merupakan fibrin sesudah

suatu operasi katarak ekstra kapsular atau sesudah suatu trauma yang memecah lensa

Cincin Soemmering mungkin akan bertambah besar oleh karena daya regenerasi

epitel yang terdapat di dalamnya. Cincin Soemmering terjadi akibat kapsul anterior yang

pecah dan traksi ke arah pinggir dan melekat pada kapsula posterior meninggalkan daerah

yang jernih ditengah, dan membentuk gambaran cincin. Pada cincin ini tertimbun lensa

epitel yang berproliferasi.

Mutiara Elschnig adalah epitel subkapsular yang berproliferasi dan membesar

sehingga tampak sebagai busa sabun atau telor kodok.

Mutiara Elschnig ini mungkin akan menghilang dalam beberapa tahun oleh

karena pecah dindingnya.

Pengobatan katarak sekunder adalah pembedahan seperti disisio katarak sekunder,

kapsulotomi, membranektomi, atau mengeluarkan seluruh membran keruh.

Page 22: Diskusi Pagi KATARAK Sellie-Jaka

BAB III

KESIMPULAN

Katarak merupakan penyebab utama gangguan penglihatan pada usia lanjut. Bila

ditemukan gejala katarak, maka sebaiknya mata diperiksa setiap tahun untuk menemukan

kelainan mata termasuk katarak.

Tidak terdapat cara untuk mencegah terjadinya katarak, akan tetapi hilangnya

penglihatan yang menetap biasanya dapat dicegah karena biasanya dengan cara

pengobatan katarak dengan pembedahan akan didapatkan hasil yang memuaskan.

Page 23: Diskusi Pagi KATARAK Sellie-Jaka

DAFTAR PUSTAKA

1. Ilyas S. Mata merah dengan penglihatan turun perlahan. Dalam: Ilyas S. Ilmu

penyakit mata. Edisi 3. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 2004. h. 200-211

2. John P. Lensa. Dalam: Vaughan DG, Asbury T, Riordan-Eva P. Oftalmologi

umum. Ed. 14. Jakarta: Widya Medika. 2000.h.175-183

3. Kansky Jack J, editor. Clinical ophtalmology a sistemic approach. 5th edition.

Oxford:Butterworth Heinamann Ltd; 1994.p 176-188.

4. Ilyas S. Katarak (Lensa Mata Keruh). Balai Penerbit Fakultas Kedokteran

Universitas Indonesia. Jakarta. 2003.

5. Ocampo VVD. Cataract senile. 2005. Diunduh dari www.emedicine.com pada 12

Januari 2008

6. Lang GK. Lens. In: Lang GK. Ophtalmology; a short textbook. Lang. New York.

2000. p. 178-198

7. Ilyas S. Lensa. Dalam: Ilyas S, Tanzil M, Salamun, Zainal A editor. Sari Ilmu

Penyakit Mata. Balai Penerbit FKUI. 2003. hal 89-94