modul i tropis senior
TRANSCRIPT
-
7/22/2019 MODUL I Tropis Senior
1/19
MODUL I
LESU
Skenario:
Seorang anak perempuan berumur 8 tahun diantar ibunya ke puskesmas dengan
keluhan lesu. Gejala ini disertai dengan penurunan nafsu makan dan tidak
mempunyai keinginan belajar dan bermain. Keadaan ini dialami oleh anak
tersebut sejak 8 bulan yang lalu sejak pulang dari berllibur dari kampungnya di
Kabupaten Mamuju selama 1 bulan.
Kata / Kalimat Kunci
Perempuan 8 tahun Lesu Anoreksia Dialami sejak 8 bulan yang lalu Berlibur di kabupaten Mamuju 1 bulan lalu Tidak ingin belajar dan bermain
Pertanyaan
1. Apa etiologi lesu ?2. Bagaimanan patomekanisme lesu dan keterkaitan antar gejala ?3. Bagaimana langkah-langkah diagnosis (Anamnesis dan Pemeriksaan
Klinis) ?
4. DD ?5. Bagaimana penatalaksanaannya ?6. Bagaimana komplikasi dan prognosisnya ?7. Bagaimana pencegahannya ?
-
7/22/2019 MODUL I Tropis Senior
2/19
Jawaban
1. Lesu dapat disebabkan oleh:Anemia karena proses hemolisis dimana hal ini dapat terjadi pada
penderita malaria akibat Plasmodium sp. yang menggunakan eritrosit
sebagai sumber infeksinya dan lama kelamaan ini akan menyebabkan
lisisnya darah serta anemia. Anemia karena darah diambil oleh parasit
dimana parasit ini memasukkan sebagian dirinya ke dalam dinding usus
dan mengisap darah sehingga menyebabkan pasien lama kelamaan
menjadi anemia. Infeksi kronis oleh parasit yang mengambil nutrisi
dimana parasit ini tidak dapat tertanam di dalam dinding usus dan hanya
menggunakan zat-zat nutrisi yang ada di dalam rongga usus. Ketiga
anemia ini dapat menyebabkan lesu pada pasien karena berkurangnya
jumlah darah. Selain anemia, gangguan tidur dapat pula disebabkan oleh
adanya parasit yang mengeluarkan telur-telurnya di daerah perianal yang
menyebabkan pasien kurang tidur dan lesu.
2. Pusat Saraf yang Mengatur Asupan MakananSensasi rasa lapardisebabkan oleh keinginan akan makanan dan beberapa
pengaruh fisiologis lainnya, seperti kontraksi ritmis lambung dan
kegelisahan, yang menyebabkan seseorang mencari suplai makanan yang
adekuat. Nafsu makan seseorang adalah keinginan untuk mendapatkan
makanan, sering kali untuk jenis makanan tertentu dan berguna untuk
membantu memilih kualitas makanan yang akan dimakan. Jika proses
pencarian makanan berhasil, rasa kenyang akan timbul. Setiap sensasi
tersebut dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan budaya, serta oleh
pengaruh fisiologis yang memengaruhi pusat-pusat spesifik di otak,
terutama hipotalamus.
Hipotalamus Memiliki Pusat Makan dan Pusat Kenyang
Beberapa pusat saraf di hipotalamus ikut serta dalam pengaturan asupan
makanan.Nucleus lateral hipotalamus berfungsi sebagai pusat makan, dan
perangsangan area ini menyebabkan seekor hewan makan dengan rakus
(hiperfagia). Sebaliknya, pengrusakan hipotalamus lateral menyebabkan
-
7/22/2019 MODUL I Tropis Senior
3/19
hilangnya nafsu makan, pengurusan dan pelemahan tubuh (inanisi) yang
progresif, suatu keadaan yang ditandai dengan pengurangan berat badan
yang nyata, kelemahan otot, dan penurunan metabolisme. Pusat makan di
hipotalamus lateral beroperasi dengan membangkitkan dorongan motorik
untuk mencari makanan.
Nucleus ventromedial hipotalamus berperan sebagai pusat kenyang. Pusat
ini dipercaya memberikan suatu sensasi kepuasan makanan yang
menghambat pusat makanan. Rangsangan listrik di daerah ini dapat
menimbulkan rasa kenyang yang penuh, dan bahkan dengan adanya
makanan yang sangat menggiurkan, binatang menolak untuk makan
(afagia). Sebaliknya, destruksi nucleus ventromedial menyebabkan hewan
makan dengan rakus dan terus menerus sampai hewan tersebut menjadi
sangat gemuk, kadang-kadang sebesar empat kali normal.
Nucleus paraventrikular, dorsomedial, dan arkuata di hipotalamus juga
berperan penting dalam pengaturan asupan makanan. Contohnya, lesi
nucleus paraventrikular sering kali menimbulkan proses makan yang
berlebihan, sedangkan lesi nucleus dorsomedial biasanya menekan
perilaku makan. Seperti yang akan dibahas kemudian, nucleus arkuata
merupakan bagian hipotalamus tempat berbagai hormon yang dilepaskan
dari saluran pencernaan dan jaringan adipose berkumpul untuk mengatur
asupan makanan dan pengeluaran energi.
Terdapat banyak interaksi kimiawi antar neuron di hipotalamus dan pusat-
pusat tersebut, secara bersama-sama mengoordinasi berbagai proses yang
mengatur perilaku makan dan persepsi rasa kenyang. Nukleus-nukleus
hipotalamus tersebut juga memengaruhi sekresi beberapa hormon yang
penting dalam mengatur keseimbangan energi dan metabolisme, meliputi
sekresi yang berasal dari kelenjar tiroid dan adrenal, serta sel-sel pulau
pankreas.
Hipotalamus menerima sinyal saraf dari saluran pencernaan yang
memberikan informasi sensorik mengenai isi lambung, sinyal kimia dari
zat nutrisi dalam darah (glukosa, asam amino, dan asam lemak) yang
-
7/22/2019 MODUL I Tropis Senior
4/19
menandakan rasa kenyang, sinyal dari hormone gastrointestinal, sinyal dari
hormon yang dilepaskan oleh jaringan lemak, dan sinyal dari korteks
serebri (penglihatan, penciuman, dan pengecapan) yang memengaruhi
perilaku makan.
Pusat makan dan kenyang di hipotalamus memiliki kepadatan reseptor
yang tinggi untuk neurotransmitter dan hormon yang memengaruhi
perilaku makan. Sebagian dari banyak zat yang telah terbukti mampu
mengubah perilaku nafsu makan dan rasa lapar pada beberapa percobaan
dan secara garis besar dibagi atas (1) zat oreksigenik yang menstimulasi
rasa lapar, atau (2)zat anoreksigenik yang menghambat rasa lapar.
Neuron dan Neurotransmitter di Hipotalamus yang Merangsang atau
Menghambat Perilaku Makan
Terdapat dua jenis neuron di nucleus arkuata yang sangat penting sebagai
pengatur nafsu makan dan pengeluaran energi: (1) neuron
proopiomelanokortin (POMC) yang memproduksi -melanocyte-
stimulating hormone (-MSH)bersama dengan cocaine and amphetamine-
related transcript (CART), dan (2) neuron yang memproduksi zat
oreksigenik neuropeptida Y (NPY) dan agouti-related protein (AGRP).
Aktivasi neuron POMC akan mengurangi asupan makanan dan
meningkatkan pengeluaran energi, sedangkan aktivasi neuron NPY-AGRP
akan meningkatkan asupan makanan dan mengurangi pengeluaran energi.
Neuron-neuron nukleus arkuatus menjadi tempat berkumpulnya sejumlah
besar sinyal dari perifer dan saraf yang mengatur penyimpanan energi.
Neuron POMC melepaskan -MSH, yang kemudian bekerja pada reseptor
melanokortin yang terutama ditemukan di neuron nukleus paraventrikular.
Meskipun terdapat sedikitnya lima subtipe reseptor melanokortin (MCR),
MCR-3 MCR 4 terutama penting dalam pengaturan asupan makanan dan
keseimbangan energi. Aktivasi reseptor-reseptor tersebut akan mengurangi
asupan makanan dan pada saat yang sama juga akan meningkatkan
pengeluaran energi. Sebaliknya, inhibisi MCR-3 dan MCR-4 akan sangat
meningkatkan asupan makanan dan mengurangi pengeluaran energi.
-
7/22/2019 MODUL I Tropis Senior
5/19
Pengaruh aktivasi MCR untuk meningkatkan pengeluaran energi
kelihatannya diperantarai, paling tidak sebagian, oleh aktivasi jaras saraf
yang berjalan dari nucleus paraventrikular ke nucleus traktus solitaries dan
menstimulasi aktivitas sistem saraf simpatis.
Sistem melanokortin hipotalamus sangat berperan penting dalam
pengaturan penyimpanan energi tubuh, dan defek penghantaran sinyal di
jaras melanokortin terjadi pada obesitas yang ekstrem. Bahkan, mutasi
MCR-4 menjadi penyebab monogenic (gen tunggal) pada obesitas manusia
yang paling umum dijumpai, dan beberapa penelitian menunjukkan bahwa
mutasi MCR-4 dapat menjadi penyebab sebanyak 5 sampai 6 persen kasus
obesitas parah dengan onset dini pada anak-anak. Sebaliknya, aktivasi
berlebihan pada sistem melanokortin akan mengurangi nafsu makan.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa aktivasi yang berlebihan tersebut
dapat berperan pada timbulnya anoreksia yang terkait dengan infeksi berat
dan tumor kanker.
AGRP yang dilepaskan dari neuron oreksigenik di hipotalamus merupakan
antagonis alamiah terhadap MCR-3 dan MCR-4, dan kemungkinan akan
meningkatkan perilaku makan dengan cara menghambat pengaruh -MSH
untuk menstimulasi reseptor melanokortin. Meskipun peran AGRP dalam
pengaturan fisiologis asupan makanan belum jelas diketahui, pembentukan
AGRP yang berlebihan pada tikus dan manusia, akibat mutasi gen, akan
menimbulkan perilaku makan yang berlebihan dan obesitas.
NPY juga dilepaskan dari neuron oreksigenik di nuclei arkuatus. Bila
simpanan energy tubuh rendah, neuron oreksigenik akan teraktivasi untuk
melepaskan NPY, yang akan merangsang nafsu makan. Pada saat yang
sama, pemicuan neuron POMC dikurangi, sehingga akan mengurang
aktivitas jaras melanokortindan merangsang nafsu makan lebih lanjut.
3. Anamnesis tambahan Apakah ada demam? Apakah ada rasa gatal? Di daerah mana saja? Apakah ada nyeri perut, mual dan muntah?
-
7/22/2019 MODUL I Tropis Senior
6/19
Apakah ada diare atau konstipasi? Bagaimana keadaan lingkungan di Mamuju dan di rumah? Apakah sudah berobat sebelumnya?
4. Differential DiagnosisASKARIASIS
Penyakit ini disebabkan oleh infeksi cacing Ascaris lumbricoides atau cacing
gelang. Cacing ini berbentuk bulat dan besara dan hidup dalam usus halus
manusia. Cacing ini terutama tumbuh dan berkembang pada penduduk di daerah
yang beriklim panas dan lembab dengan sanitasi yang buruk. Diindonesia
prevalensi askariasis tinggi pada anak. Kurangnya pemkaian jamban keluarga
menimbulkan pencemaran tanah dengan tinja disekitar halaman rumah, di bawah
pohon, di tempat mencuci, dan di tempat pembuangan samapah. Cacing betina
dewasa mengeluarkan telur yang kemudian akan menjadi matang dan infektif,
dengan tumbuhnya larva pada telurnya di dalam waktu 2-3 minggu.
Ascariasis lumbricoides
Hospes : Manusia
Habitat : Usus halus
Penyakit : Askariasis
Distribusi geografik : Kosmopolit
Morfologi :
Cacing dewasa : - bentuk bulat panjang (silindris)
- kedua ujung lebih kecil,
- berwarna kuning kecoklatan
- pada mulut terdapat 3 bibir
Cacing jantan : - 1031 cm
- ekor melengkung ke ventral
- mempunyai 2 spikulum
Cacing betina : - 2035 cm,
- ekor lurus
Telur tidak dibuahi : - Bentuk lonjong
- 90 x 40 m
- Lapisan albuminoid tipis tidak teratur
- Lapisan hialin bening, tebal
-
7/22/2019 MODUL I Tropis Senior
7/19
- Lapisan vitellin tipis
- Isi : sel telur yang atropis (penuh)
- Antara sel telur dan dinding tidak ada rongga kosong
Telur dibuahi : - Bentuk agak bulat
- 60 x 45 m
- Lapisan albuminoid tebal teratur
- Lapisan hialin bening, tebal
- Lapisan vitellin tipis
- Isi : Sel telur yang tidak bersegmen
- Antara sel telur dan dinding telur ada rongga kosong
Daur Hidup
Cacing dewasa jantan dan betina hidup dalam rongga usus halus manusia. Cacing
betina mengeluarkan 100.000 - 200.000 butir telur sehari terdiri dari telur yang
dibuahi dan telur yang tidak dibuahi; telur-telur tersebut keluarbersama tinja
penderita. Dalam lingkungan yang sesuai (tanah liat, kelembaban tinggi dan suhu
25 30 C), telur yang dibuahi berkembang menjadi telur matang (bentuk
infektif) dalam waktu 3 minggu. Telur matang bila tertelan oleh manusia,
menetas di usus halus mengeluarkan larva, kemudian larva menembus dinding
usus halus masuk ke pembuluh darah atau saluran limfe, dialirkan ke jantung
kanan lalu ke paru. Di paru larva menembus dinding pembuluh darah alveolus,
-
7/22/2019 MODUL I Tropis Senior
8/19
masuk ke rongga alveolus, kemudian ke bronkiolus, bronkus, trakea sampai ke
faring. Dari faring larva tertelan ke dalam esofagus, lambung lalu menuju ke usus
halus. Di usus halus larva berkembang menjadi cacing dewasa jantan dan betina.
Waktu yang diperlukan mulai telur matang tertelan sampai cacing betina
mengeluarkan telur 2 bulan ( 8 - 10 minggu). Cacing dewasa dapat hidup
selama 1 - 1 tahun, makanannya adalah zat-zat makanan yang terdapat dalam
rongga usus halus.
Gambaran Umum
Infeksi pada manusia terjadi kalau larva cacing ini mengkontaminasi makanan
dan minuman. Di dalam usus halus larva cacing akan keluar menembus dinding
usus halus dan kemudian menuju pembuluh darah dan limfe menuju paru. Setelah
itu larva cacing ini akan bermigrasike bronkus, faring dan kemudian turun ke
esophagus dan usus halus. Lama perjalan ini sampai menjadi bentuk cacing
dewasa 60-75 hari.
Panjang cacing dewasa 20-40 cm dan hidup didalam usus halus manusia untuk
bertahun-tahun lamanya. Sejak telur matang tertelan samapai cacing dewasa
bertelur diperlukan waktu kurang lebih 2 bulan.Gejala Klinis
Gejala yang timbul pada penderita dapat disebabkan oleh cacing dewasa dan
larva. Selama bermigrasi larva dapat menimbulkan gejala bila merusak kapiler
atau dinding alveolus paru. Keadaan tersebut akan menyebabkan terjadinya
perdarahan, penggumpalan sel leukosit dan eksudat, yang akan menghasilkan
konsolidasi paru dengan gejala panas, batuk, batuk berdarah, sesak nafas dan
pneumonitis askaris. Pada foto toraks tampak infiltrate yang mirip pneumonia
viral yang menghilang dalam waktu 3 minggu. Keadaan ini disebut syndrome
Loeffler. Pada pemeriksaan darah akan di dapatkan eosinofilia.
Larva cacing ini dapat menyebar dan menyerang organ lain seperti otak, ginjal,
mata, sumsum tulang belakang dan kulit. Dalam jumlah yang sedikit cacing
dewasa tidak akan menimbulkan gejala. Kadang-kadang penderita mengalami
gejala gangguan usus ringan seperti mual, nafsu makan berkurang, diare atau
konstipasi. Bila infeksi tersebut berat dapat menyebabkan cacing-cacing ini
menggumpal dalam usus sehingga terjadi obstruksi usus (ileus). Kadang-kadang
penderita mengalami gejala gangguan usus ringan seperti mual, nafsu makan
-
7/22/2019 MODUL I Tropis Senior
9/19
-
7/22/2019 MODUL I Tropis Senior
10/19
5. Albendazol. Obat ini cukup efektif bila diberikan dengan dosis tunggal 400mg.
6. Mebendazol. Obat ini cukup efektif bila diberikan dengan dosis 100 mg, 2kali sehari selama 3 hari.
Komplikasi
Selama larva sedang bermigrasi dapat menyebabkan terjadinya reaksi alergik
yang berat dan pneumonitis, bahakan dapat menyebabkan timbulnya pneumonia.
Prognosis
Selama tidak terjadi obstruksi oleh cacing dewasa yang bermigrasi, prognosisnya
baik. Tanpa pengobatan, infeksi cacing ini dapat sembuh sendiri dalam waktu
1,5 tahun.
ENTEROBIASIS ATAU OXYURIASIS
Penyebab penyakit ini adalah Oxyuris vermicularis atau Enterobius
vermicularis atau cacing kremi. Penyakit ini tersebar di seluruh dunia. Di
Indonesia mempunyai frekuensi yang tinggi terutama pada anak-anak.
Enterobius vermicularisatau Oxyuri s vermicularis
Hospes : Manusia
Habitat : Sekum
Penyakit : Oksiuriasis/enterobiasis
Distribusi geografik : Kosmopolit
Morfologi
1. Cacing dewasa:- Kecil berwarna putih, pada ujung anterior
mempunyai pelebaran kutikulum seperti sayap
(cervical alae)
- Esofagus mempunyai bulbus yang jelas(rhabditoid)
Cacing jantan: - Panjang 25 mm
- Ekor melingkar ke ventral,
- mempunyai 2 spikulum
Cacing betina : - Panjang 10 - 13 mm
-
7/22/2019 MODUL I Tropis Senior
11/19
- Ekor panjang dan runcing sehingga nampak seperti
jarum
- Uterus cacing betina yang gravid melebar dan beisi
telur
2. Telur : - 5060 m
- Bentuk asimetris
- Dinding tipis tidak berwarna
- Berisi larva
Daur Hidup
Cacing dewasa jantan dan betina hidup pada rongga sekum, usus besar
dan usus halus yang berdekatan dengan sekum. Setelah cacing jantan
membuahi cacing betina, maka cacing betina yang gravid bermigrasi ke
daerah peri-anal pada waktu malam untuk mengeluarkan telurnya yang
berjumlah 11.000 15.000 butir. Dalam waktu 6 jam setelah telur
dikeluarkan oleh cacing betina, telur tersebut menjadi matang. Cara
-
7/22/2019 MODUL I Tropis Senior
12/19
infeksi adalah menelan telur matang atau menghirup udara yang tercemar
telur matang atau larva dari telur yang menetas didaerah perianal
bermigrasi kembali ke sekum. Bila telur matang tertelan atau terhirup,
telur akan menetas di usus halus mengeluarkan larva lalu menjadi cacing
dewasa di sekum.
Waktu yg diperlukan mulai telur tertelan atau terhirup sampai menjadi
cacing dewasa 2 minggu sampai 2 bulan. Bila telur matang pecah
didaerah perianal mengeluarkan larva maka larva tersebut bermigrasi
kembali ke sekum, melalui anus, rektum, kolon sigmoid, kolon desendens,
kolon transversum, kolon asendens. Proses tersebut disebut
retrogradeinfeksi atau retrofeksi.
Cacing jantan mati setelah kopulasi (membuahi yang betina), sedangkan
cacing betina mati setelah mengeluarkan telur-telurnya.
Gambaran umum
Cara infeksi terjadi karena tertelannya telur yang telah dibuahi melalui jari
yang kotor, makanan yang terkontaminasi, inhalaisi udara yang
mengandung telur, dan kadang-kadang retroinfeksi melalui anus. Telur
menetas di dalam duodenum, kemudian larva cacing bergerak dan
menetap sebagai cacing dewasa di jejunum dan bagian atas ileum. Waktu
yang diperlukan untuk daur hidupnya, mulai dari tertelannya telur matang
sampai menjadi cacing dewasa gravid yang bermigrasi ke daerah perianal,
berlangsung kira-kira 2 minggu sampai 2 bulan.
Cacing betina yang hamil, pada waktu malam bergerak ke arah anus dan
meletakkan telurnya dalam lipatan-lipatan kulit sekitar anus yang
menyebabkan pruritus ani.
Gejala klinis
Gejala klinis yang paling penting dan sering ditemukan adalah rasa gatal
pada anus (pruritus ani), yang timbul terutama pada malam hari. Rasa
gatal ini harus dibedakan dengan rasa gatal yang disebabkan oleh jamur,
alergi, dan pikiran.
-
7/22/2019 MODUL I Tropis Senior
13/19
Anoreksia, badan menjadi kurus, sukar tidur dan pasien menjadi iritabel,
sering kali terjadi terutama pada anak. Pada wanita dapat menyebabkan
vaginitis. Cacing dewasa di dalam usus dapat menyebabkan gejala nyeri
perut, rasa mual, muntah, mencret-mencret yang disebabkan karena iritasi
cacing dewasa pada sekum, apendiks, dan sekitar muara anus besar.
Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan darah tepi umumnya normal, hanya ditemukan sedikit
eosinofilia. Diagnosis ditegakkan dengan cara menemukan telur atau
cacing dewasa di daerah perianal dengan swab atau di dalam tinja. Anal
swab ditempelkan di sekitar anus pada waktu pagi hari sebelum anak
buang air besar dan mencuci pantat atau cebok.
Pengobatan
Perawatan umum: 1) pengobatan sebaiknya dilakukan juga terhadap
keluarga serumah atau yang sering beruhubungan dengan pasien; 2)
kesehatan pribadi perlu diperhatikan terutama kuku jari-jari dan pakaian
tidur; 3) toilet sebaiknya dibersihkan dan disiram dengan desinfektan, bila
mungkin setiap hari.
Pengobatan spesifik
Mebendazol. Diberikan dosis tunggal 500 mg, diulang setelah 2minggu.
Albendazol. Diberikan dosis tunggal 400 mg, diulang setelah 2minggu.
Piperazin sitrat. Diberikan dengan dosis 2x1 1 gr per hari selama 7hari berturut-turut, dapat diulang dengan interval 7 hari.
Pirvium pamoat. Obat ini diberikan dengan dosis 5 mg/kgBB(maksimum 0,25 gr) dan diulang 2 minggu kemudian. Obat ini dapat
menyebabkan rasa mual, muntah, dan warna tinja menjadi merah.
Bersama mebendazol efektif terhadap semua stadium perkembangan
cacing kremi.
Pirantel pamoat. Diberikan dengan dosis 10 mg/kgBB sebagai dosistunggal dan maksimum 1 gr.
-
7/22/2019 MODUL I Tropis Senior
14/19
Komplikasi
Bila jumlah cacing dewasa cukup banyak akan dapat menyebabkan
apendisitis. Cacing dewasa pada wanita dapat bermigrasi ke dalam
vagina, uterus, dan tuba fallopi, dan dapat menyebabkan perdangan di
daerah tersebut.
Prognosis
Infeksi cacing ini biasanya tidak begitu berat, dan dengan pemberian
obat-obat yang efektif maka komplikasi dapat dihindari. Yang sering
menjadi masalah adalah infeksi intrafamiliar apalagi dengan keadaan
higienik yang buruk.
ANKILOSTOMIASIS
Penyakit cacing tambang disebabkan oleh cacing Necator americanus,
Ancylostoma duodenale, dan jarang disebabkan oleh Ancylostoma
braziliensis, Ancylostoma canium, Ancylostoma malayanum. Penyakit ini
dinamakan ankilostomiasis dan nekatoriasis.
Cacing Tambang
Hospes : Manusisa
Habitat : Usus halus (jejenum dan duodenum)
Penyakit :Necator americanus nekatoriasis
Ancylostoma duodenale ankilostomiasis
Distribusi geografik : Kosmopolit
Morfologi
1. Cacing dewasa : - berbentuk silinder/selindrik,
- berwarna putih keabuan
Cacing jantan : - 511 mm
- ekor melebar
- mempunyai 2 spikulum
Cacing betina : - 913 mm
- ekor lancip
Necator americanus : Bentuk badan : huruf S
Pada mulut :1 pasang benda khitin
-
7/22/2019 MODUL I Tropis Senior
15/19
Ancylostoma duodenale : Bentuk badan : huruf C
Pada mulut :2 pasang gigi sama besar
2. Telur : - Lonjong
- 60 x 40 m
- Dinding : tipis, bening
- Isi : tinja segar : 216 sel telur tinja lama : larva
3. Larva rhabditiform : - 250 m
- esofagus mempunyai bulbus ( rhabditoid), 1/3
panjang badan
- mulut terbuka, panjang dan sempit
- genital premordial kecil
4. Larva filariform : - 700 m
- esofagus lurus (filariform), 1/4 panjang badan
- mulut tertutup
- ekor runcing
- mempunyai selubung (sarung)
Daur Hidup
Cacing dewasa hidup melekat pada mukosa usus halus. Cacing betinaN.
americanus bertelur 9.000 butir, sedangkan A.duodenale 10.000
butir perhari. Telur-telur tsb. keluar bersama dengan tinja penderita,
setelah 1 1 hari telur menetas mengeluar kan larva rhabditiform.
-
7/22/2019 MODUL I Tropis Senior
16/19
Dalam waktu 3 - 5 hari larva rhabditiform tumbuh menjadi Filariform
(bentuk infektif) yang dapat menembus kulit (tanah yang baik untuk
pertumbuhan larva adalah tanah gembur tercampur humus dan terlindung
dari sinar matahari, suhu utkN. americanus 28 - 32 C, sedangkan A.
duodenale 23 25 C). Cara infeksi adalah larva filiriform menembus
kulit masuk kapiler darah, mengikuti aliran darah ke jantung kanan lalu
ke paru. Setelah sampai diparu larva filariform Menembus dinding
alveolus masuk ke alveolus kemudian ke bronkiolus, bronkus, trakea
sampai ke faring. Dari faring larva tertelan masuk ke esofagus, lambung,
usus halus. Setelah sampai di usus halus larva filariform berkembang
menjadi cacing dewasa jantan dan betina yang melekat pada mukosa
usus halus.Waktu yang diperlukan mulai larva filariform menembus
kulit sampai menjadi dewasa di usus halus 10 -12 minggu.
Cacing dewasa dapat hidup selama 5 tahun. Seekor cacing N.
americanus dapat mengisap darah 0,05 0,1cc perhari, sedangkan
A.duodenale mengisap darah 0,080,34 cc perhari.
Gambaran umum
Penyakit ini tersebar di daerah tropis maupun subtropik. Di Indonesia
penyakit ini lebih banyak disebabkan oleh cacing Necator americanus
daripada Ancylostoma duodenale. Gejala klinis dan patologis penyakit
cacing ini bergantung pada jumlah cacing yang menginfestasi di usus,
paling sedikit 500 cacing diperlukan untuk menyebabkan terjadinya
anemia dan gejala klinis pada orang dewasa.
Telur dihasilkan oleh cacing betina dan keluar melalui tinja. Bila telur
tersebut jatuh di tempat yang hangat, lembab, dan basah, maka telur akan
berubah menjadi larva yang infektif. Dan jika larva tersebut kontak
dengan kulit, maka ia akan mengadakan penetrasi melalui kulit,
bermigrasi sampai ke paru-paru dan kemudian turun ke usus halus, di
sini larva berkembang hingga menjadi cacing dewasa.
Gejala Klinis
-
7/22/2019 MODUL I Tropis Senior
17/19
Rasa gatal di kaki, pruritus kulit (ground itch, umumnya terjadi pada
kaki), dermatitis, dan kadang-kadang ruam makulopapula sampai vesikel
merupakan gejala pertama yang dihubungkan dengan invasi larva cacing
tambang ini. Selama larva berada di dalam paru-paru dapat
menyebabkan gejala batuk darah, yang disebabkan oleh pecahnya
kapiler-kapiler dalam alveoli paru-paru, dan berat ringannya keadaan ini
bergantung pada banyaknya jumlah larva cacing yang melakukan
penetrasi ke dalam kulit.
Rasa tak enak pada perut, kembung, sering mengeluarkan gas (flatus),
mencret-mencret, merupakan gejala iritasi cacing terhadap usus halus
yang terjadi kurang lebih 2 minggu setelah larva mengadakan penetrasi
ke dalam kulit.
Anemia akan terjadi 10-20 minggu setelah investasi cacing dan
walaupun diperlukan lebih dari 500 cacing dewasa untuk menimbulkan
gejala anemia tersebut tentunya bergantung pula pada keadaan gizi
pasien.
Pemeriksaan Laboratorium
Diagnosis pasti penyakit ini adalah dengan ditemukannya telur cacing
tambang di dalam tinja pasien. Selain dalam tinja, larva dapat juga
ditemukan dalam sputum. Kadang-kadang terdapat sedikit darah dalam
tinja. Anemia yang terjadi biasanya anemia hipokrom mikrositer.
Beratnya anemia bergantung pada jumlah cacing dewasa yang terdapat
di dalam usus, jumlah mana dapat diperkirakan dengan tekhnik
menghitung telur cacing. Eosinofilia akan terlihat jelas pada bulan
pertama infeksi cacing ini.
Pengobatan
Perawatan umum. Perawatan umum dilakukan dengan memberikan
nutrisi yang baik, suplemen preparat besi diperlukan oleh pasien dengan
gejala klinis yang berat, terutama bila ditemukan bersama-sama dengan
anemia.
Pengobatan spesifik
-
7/22/2019 MODUL I Tropis Senior
18/19
Albendazol. Diberikan dengan dosis tunggal 400 mg.
Mebendazol. Diberikan dengan dosis 100 mg, 2x1 selama 3 hari. Tetrakloretilen. Merupakan obat pilihan utama (drug of choice)
terutama untuk pasien ankilostomiasis. Dosis yang diberika 0,12
ml/kgBB, dosis tunggal tidak boleh lebih dari 5 ml. Pengobatan
dapat diulang 2 minggu kemudian bila pemeriksaan telur dalam
tinja tetap positif. Pemberian obat ini sebaiknya dalam keadaan
perut kosong disertai pemberian 30 gr MgSO4. Kontraindikasi
pemberian obat ini pada pasien alkoholisme, kelainan pencernaan,
dan konstipasi.
Befanium hidroksinaftat. Obat pilihan utama untukankilostomiasis dan baik untuk pengobatan massal pada anak. Obat
ini relatif tidak toksik. Dosis yang diberikan 5 gr dua kali sehari,
dan dapat diulang bila diperlukan. Untuk pengobatan Necator
americanus, dosis diberikan untuk tiga hari.
Pirantel pamoat. Obat ini cukup efektif dengan toksisitas yangrendah dan dosis yang diberikan 10 mg/kgBB per hari sebagai
dosis tunggal.
Heksilresorsinol. Diberikan sebagai obat alternatif yang cukupefektif dan dosis pemberian obat ini sama seperti pengobatan
askariasis.
Komplikasi
Kerusakan pada kulit akan menyebabkan dermatitis yang berat terlebih
bila pasien sensitif. Anemia berat yang terjadi sering menyebabkan
gangguan pertumbuhan, perkembangan mental, dan payah jantung.
Prognosis
Dengan pengobatan yang adekuat meskipun telah terjadi komplikasi,
prognosis tetap baik.
-
7/22/2019 MODUL I Tropis Senior
19/19
DAFTAR PUSTAKA
Arthur, C. Guyton, John E. Hall. 2008.Buku Ajar Fisiologi Kedoktean Edisi
11 Revisi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Bahan kuliah parasitologi 2011.
Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Seluruh Indonesia, 2006,
Buku Ajar Penyakit Dalam Jilid 3 Edisi 4, Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Pedoman pengendalian cacing. Menteri kesehatan RI, 2005.