modul i tropis senior

Upload: wismoyo02

Post on 10-Feb-2018

223 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

  • 7/22/2019 MODUL I Tropis Senior

    1/19

    MODUL I

    LESU

    Skenario:

    Seorang anak perempuan berumur 8 tahun diantar ibunya ke puskesmas dengan

    keluhan lesu. Gejala ini disertai dengan penurunan nafsu makan dan tidak

    mempunyai keinginan belajar dan bermain. Keadaan ini dialami oleh anak

    tersebut sejak 8 bulan yang lalu sejak pulang dari berllibur dari kampungnya di

    Kabupaten Mamuju selama 1 bulan.

    Kata / Kalimat Kunci

    Perempuan 8 tahun Lesu Anoreksia Dialami sejak 8 bulan yang lalu Berlibur di kabupaten Mamuju 1 bulan lalu Tidak ingin belajar dan bermain

    Pertanyaan

    1. Apa etiologi lesu ?2. Bagaimanan patomekanisme lesu dan keterkaitan antar gejala ?3. Bagaimana langkah-langkah diagnosis (Anamnesis dan Pemeriksaan

    Klinis) ?

    4. DD ?5. Bagaimana penatalaksanaannya ?6. Bagaimana komplikasi dan prognosisnya ?7. Bagaimana pencegahannya ?

  • 7/22/2019 MODUL I Tropis Senior

    2/19

    Jawaban

    1. Lesu dapat disebabkan oleh:Anemia karena proses hemolisis dimana hal ini dapat terjadi pada

    penderita malaria akibat Plasmodium sp. yang menggunakan eritrosit

    sebagai sumber infeksinya dan lama kelamaan ini akan menyebabkan

    lisisnya darah serta anemia. Anemia karena darah diambil oleh parasit

    dimana parasit ini memasukkan sebagian dirinya ke dalam dinding usus

    dan mengisap darah sehingga menyebabkan pasien lama kelamaan

    menjadi anemia. Infeksi kronis oleh parasit yang mengambil nutrisi

    dimana parasit ini tidak dapat tertanam di dalam dinding usus dan hanya

    menggunakan zat-zat nutrisi yang ada di dalam rongga usus. Ketiga

    anemia ini dapat menyebabkan lesu pada pasien karena berkurangnya

    jumlah darah. Selain anemia, gangguan tidur dapat pula disebabkan oleh

    adanya parasit yang mengeluarkan telur-telurnya di daerah perianal yang

    menyebabkan pasien kurang tidur dan lesu.

    2. Pusat Saraf yang Mengatur Asupan MakananSensasi rasa lapardisebabkan oleh keinginan akan makanan dan beberapa

    pengaruh fisiologis lainnya, seperti kontraksi ritmis lambung dan

    kegelisahan, yang menyebabkan seseorang mencari suplai makanan yang

    adekuat. Nafsu makan seseorang adalah keinginan untuk mendapatkan

    makanan, sering kali untuk jenis makanan tertentu dan berguna untuk

    membantu memilih kualitas makanan yang akan dimakan. Jika proses

    pencarian makanan berhasil, rasa kenyang akan timbul. Setiap sensasi

    tersebut dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan budaya, serta oleh

    pengaruh fisiologis yang memengaruhi pusat-pusat spesifik di otak,

    terutama hipotalamus.

    Hipotalamus Memiliki Pusat Makan dan Pusat Kenyang

    Beberapa pusat saraf di hipotalamus ikut serta dalam pengaturan asupan

    makanan.Nucleus lateral hipotalamus berfungsi sebagai pusat makan, dan

    perangsangan area ini menyebabkan seekor hewan makan dengan rakus

    (hiperfagia). Sebaliknya, pengrusakan hipotalamus lateral menyebabkan

  • 7/22/2019 MODUL I Tropis Senior

    3/19

    hilangnya nafsu makan, pengurusan dan pelemahan tubuh (inanisi) yang

    progresif, suatu keadaan yang ditandai dengan pengurangan berat badan

    yang nyata, kelemahan otot, dan penurunan metabolisme. Pusat makan di

    hipotalamus lateral beroperasi dengan membangkitkan dorongan motorik

    untuk mencari makanan.

    Nucleus ventromedial hipotalamus berperan sebagai pusat kenyang. Pusat

    ini dipercaya memberikan suatu sensasi kepuasan makanan yang

    menghambat pusat makanan. Rangsangan listrik di daerah ini dapat

    menimbulkan rasa kenyang yang penuh, dan bahkan dengan adanya

    makanan yang sangat menggiurkan, binatang menolak untuk makan

    (afagia). Sebaliknya, destruksi nucleus ventromedial menyebabkan hewan

    makan dengan rakus dan terus menerus sampai hewan tersebut menjadi

    sangat gemuk, kadang-kadang sebesar empat kali normal.

    Nucleus paraventrikular, dorsomedial, dan arkuata di hipotalamus juga

    berperan penting dalam pengaturan asupan makanan. Contohnya, lesi

    nucleus paraventrikular sering kali menimbulkan proses makan yang

    berlebihan, sedangkan lesi nucleus dorsomedial biasanya menekan

    perilaku makan. Seperti yang akan dibahas kemudian, nucleus arkuata

    merupakan bagian hipotalamus tempat berbagai hormon yang dilepaskan

    dari saluran pencernaan dan jaringan adipose berkumpul untuk mengatur

    asupan makanan dan pengeluaran energi.

    Terdapat banyak interaksi kimiawi antar neuron di hipotalamus dan pusat-

    pusat tersebut, secara bersama-sama mengoordinasi berbagai proses yang

    mengatur perilaku makan dan persepsi rasa kenyang. Nukleus-nukleus

    hipotalamus tersebut juga memengaruhi sekresi beberapa hormon yang

    penting dalam mengatur keseimbangan energi dan metabolisme, meliputi

    sekresi yang berasal dari kelenjar tiroid dan adrenal, serta sel-sel pulau

    pankreas.

    Hipotalamus menerima sinyal saraf dari saluran pencernaan yang

    memberikan informasi sensorik mengenai isi lambung, sinyal kimia dari

    zat nutrisi dalam darah (glukosa, asam amino, dan asam lemak) yang

  • 7/22/2019 MODUL I Tropis Senior

    4/19

    menandakan rasa kenyang, sinyal dari hormone gastrointestinal, sinyal dari

    hormon yang dilepaskan oleh jaringan lemak, dan sinyal dari korteks

    serebri (penglihatan, penciuman, dan pengecapan) yang memengaruhi

    perilaku makan.

    Pusat makan dan kenyang di hipotalamus memiliki kepadatan reseptor

    yang tinggi untuk neurotransmitter dan hormon yang memengaruhi

    perilaku makan. Sebagian dari banyak zat yang telah terbukti mampu

    mengubah perilaku nafsu makan dan rasa lapar pada beberapa percobaan

    dan secara garis besar dibagi atas (1) zat oreksigenik yang menstimulasi

    rasa lapar, atau (2)zat anoreksigenik yang menghambat rasa lapar.

    Neuron dan Neurotransmitter di Hipotalamus yang Merangsang atau

    Menghambat Perilaku Makan

    Terdapat dua jenis neuron di nucleus arkuata yang sangat penting sebagai

    pengatur nafsu makan dan pengeluaran energi: (1) neuron

    proopiomelanokortin (POMC) yang memproduksi -melanocyte-

    stimulating hormone (-MSH)bersama dengan cocaine and amphetamine-

    related transcript (CART), dan (2) neuron yang memproduksi zat

    oreksigenik neuropeptida Y (NPY) dan agouti-related protein (AGRP).

    Aktivasi neuron POMC akan mengurangi asupan makanan dan

    meningkatkan pengeluaran energi, sedangkan aktivasi neuron NPY-AGRP

    akan meningkatkan asupan makanan dan mengurangi pengeluaran energi.

    Neuron-neuron nukleus arkuatus menjadi tempat berkumpulnya sejumlah

    besar sinyal dari perifer dan saraf yang mengatur penyimpanan energi.

    Neuron POMC melepaskan -MSH, yang kemudian bekerja pada reseptor

    melanokortin yang terutama ditemukan di neuron nukleus paraventrikular.

    Meskipun terdapat sedikitnya lima subtipe reseptor melanokortin (MCR),

    MCR-3 MCR 4 terutama penting dalam pengaturan asupan makanan dan

    keseimbangan energi. Aktivasi reseptor-reseptor tersebut akan mengurangi

    asupan makanan dan pada saat yang sama juga akan meningkatkan

    pengeluaran energi. Sebaliknya, inhibisi MCR-3 dan MCR-4 akan sangat

    meningkatkan asupan makanan dan mengurangi pengeluaran energi.

  • 7/22/2019 MODUL I Tropis Senior

    5/19

    Pengaruh aktivasi MCR untuk meningkatkan pengeluaran energi

    kelihatannya diperantarai, paling tidak sebagian, oleh aktivasi jaras saraf

    yang berjalan dari nucleus paraventrikular ke nucleus traktus solitaries dan

    menstimulasi aktivitas sistem saraf simpatis.

    Sistem melanokortin hipotalamus sangat berperan penting dalam

    pengaturan penyimpanan energi tubuh, dan defek penghantaran sinyal di

    jaras melanokortin terjadi pada obesitas yang ekstrem. Bahkan, mutasi

    MCR-4 menjadi penyebab monogenic (gen tunggal) pada obesitas manusia

    yang paling umum dijumpai, dan beberapa penelitian menunjukkan bahwa

    mutasi MCR-4 dapat menjadi penyebab sebanyak 5 sampai 6 persen kasus

    obesitas parah dengan onset dini pada anak-anak. Sebaliknya, aktivasi

    berlebihan pada sistem melanokortin akan mengurangi nafsu makan.

    Beberapa penelitian menunjukkan bahwa aktivasi yang berlebihan tersebut

    dapat berperan pada timbulnya anoreksia yang terkait dengan infeksi berat

    dan tumor kanker.

    AGRP yang dilepaskan dari neuron oreksigenik di hipotalamus merupakan

    antagonis alamiah terhadap MCR-3 dan MCR-4, dan kemungkinan akan

    meningkatkan perilaku makan dengan cara menghambat pengaruh -MSH

    untuk menstimulasi reseptor melanokortin. Meskipun peran AGRP dalam

    pengaturan fisiologis asupan makanan belum jelas diketahui, pembentukan

    AGRP yang berlebihan pada tikus dan manusia, akibat mutasi gen, akan

    menimbulkan perilaku makan yang berlebihan dan obesitas.

    NPY juga dilepaskan dari neuron oreksigenik di nuclei arkuatus. Bila

    simpanan energy tubuh rendah, neuron oreksigenik akan teraktivasi untuk

    melepaskan NPY, yang akan merangsang nafsu makan. Pada saat yang

    sama, pemicuan neuron POMC dikurangi, sehingga akan mengurang

    aktivitas jaras melanokortindan merangsang nafsu makan lebih lanjut.

    3. Anamnesis tambahan Apakah ada demam? Apakah ada rasa gatal? Di daerah mana saja? Apakah ada nyeri perut, mual dan muntah?

  • 7/22/2019 MODUL I Tropis Senior

    6/19

    Apakah ada diare atau konstipasi? Bagaimana keadaan lingkungan di Mamuju dan di rumah? Apakah sudah berobat sebelumnya?

    4. Differential DiagnosisASKARIASIS

    Penyakit ini disebabkan oleh infeksi cacing Ascaris lumbricoides atau cacing

    gelang. Cacing ini berbentuk bulat dan besara dan hidup dalam usus halus

    manusia. Cacing ini terutama tumbuh dan berkembang pada penduduk di daerah

    yang beriklim panas dan lembab dengan sanitasi yang buruk. Diindonesia

    prevalensi askariasis tinggi pada anak. Kurangnya pemkaian jamban keluarga

    menimbulkan pencemaran tanah dengan tinja disekitar halaman rumah, di bawah

    pohon, di tempat mencuci, dan di tempat pembuangan samapah. Cacing betina

    dewasa mengeluarkan telur yang kemudian akan menjadi matang dan infektif,

    dengan tumbuhnya larva pada telurnya di dalam waktu 2-3 minggu.

    Ascariasis lumbricoides

    Hospes : Manusia

    Habitat : Usus halus

    Penyakit : Askariasis

    Distribusi geografik : Kosmopolit

    Morfologi :

    Cacing dewasa : - bentuk bulat panjang (silindris)

    - kedua ujung lebih kecil,

    - berwarna kuning kecoklatan

    - pada mulut terdapat 3 bibir

    Cacing jantan : - 1031 cm

    - ekor melengkung ke ventral

    - mempunyai 2 spikulum

    Cacing betina : - 2035 cm,

    - ekor lurus

    Telur tidak dibuahi : - Bentuk lonjong

    - 90 x 40 m

    - Lapisan albuminoid tipis tidak teratur

    - Lapisan hialin bening, tebal

  • 7/22/2019 MODUL I Tropis Senior

    7/19

    - Lapisan vitellin tipis

    - Isi : sel telur yang atropis (penuh)

    - Antara sel telur dan dinding tidak ada rongga kosong

    Telur dibuahi : - Bentuk agak bulat

    - 60 x 45 m

    - Lapisan albuminoid tebal teratur

    - Lapisan hialin bening, tebal

    - Lapisan vitellin tipis

    - Isi : Sel telur yang tidak bersegmen

    - Antara sel telur dan dinding telur ada rongga kosong

    Daur Hidup

    Cacing dewasa jantan dan betina hidup dalam rongga usus halus manusia. Cacing

    betina mengeluarkan 100.000 - 200.000 butir telur sehari terdiri dari telur yang

    dibuahi dan telur yang tidak dibuahi; telur-telur tersebut keluarbersama tinja

    penderita. Dalam lingkungan yang sesuai (tanah liat, kelembaban tinggi dan suhu

    25 30 C), telur yang dibuahi berkembang menjadi telur matang (bentuk

    infektif) dalam waktu 3 minggu. Telur matang bila tertelan oleh manusia,

    menetas di usus halus mengeluarkan larva, kemudian larva menembus dinding

    usus halus masuk ke pembuluh darah atau saluran limfe, dialirkan ke jantung

    kanan lalu ke paru. Di paru larva menembus dinding pembuluh darah alveolus,

  • 7/22/2019 MODUL I Tropis Senior

    8/19

    masuk ke rongga alveolus, kemudian ke bronkiolus, bronkus, trakea sampai ke

    faring. Dari faring larva tertelan ke dalam esofagus, lambung lalu menuju ke usus

    halus. Di usus halus larva berkembang menjadi cacing dewasa jantan dan betina.

    Waktu yang diperlukan mulai telur matang tertelan sampai cacing betina

    mengeluarkan telur 2 bulan ( 8 - 10 minggu). Cacing dewasa dapat hidup

    selama 1 - 1 tahun, makanannya adalah zat-zat makanan yang terdapat dalam

    rongga usus halus.

    Gambaran Umum

    Infeksi pada manusia terjadi kalau larva cacing ini mengkontaminasi makanan

    dan minuman. Di dalam usus halus larva cacing akan keluar menembus dinding

    usus halus dan kemudian menuju pembuluh darah dan limfe menuju paru. Setelah

    itu larva cacing ini akan bermigrasike bronkus, faring dan kemudian turun ke

    esophagus dan usus halus. Lama perjalan ini sampai menjadi bentuk cacing

    dewasa 60-75 hari.

    Panjang cacing dewasa 20-40 cm dan hidup didalam usus halus manusia untuk

    bertahun-tahun lamanya. Sejak telur matang tertelan samapai cacing dewasa

    bertelur diperlukan waktu kurang lebih 2 bulan.Gejala Klinis

    Gejala yang timbul pada penderita dapat disebabkan oleh cacing dewasa dan

    larva. Selama bermigrasi larva dapat menimbulkan gejala bila merusak kapiler

    atau dinding alveolus paru. Keadaan tersebut akan menyebabkan terjadinya

    perdarahan, penggumpalan sel leukosit dan eksudat, yang akan menghasilkan

    konsolidasi paru dengan gejala panas, batuk, batuk berdarah, sesak nafas dan

    pneumonitis askaris. Pada foto toraks tampak infiltrate yang mirip pneumonia

    viral yang menghilang dalam waktu 3 minggu. Keadaan ini disebut syndrome

    Loeffler. Pada pemeriksaan darah akan di dapatkan eosinofilia.

    Larva cacing ini dapat menyebar dan menyerang organ lain seperti otak, ginjal,

    mata, sumsum tulang belakang dan kulit. Dalam jumlah yang sedikit cacing

    dewasa tidak akan menimbulkan gejala. Kadang-kadang penderita mengalami

    gejala gangguan usus ringan seperti mual, nafsu makan berkurang, diare atau

    konstipasi. Bila infeksi tersebut berat dapat menyebabkan cacing-cacing ini

    menggumpal dalam usus sehingga terjadi obstruksi usus (ileus). Kadang-kadang

    penderita mengalami gejala gangguan usus ringan seperti mual, nafsu makan

  • 7/22/2019 MODUL I Tropis Senior

    9/19

  • 7/22/2019 MODUL I Tropis Senior

    10/19

    5. Albendazol. Obat ini cukup efektif bila diberikan dengan dosis tunggal 400mg.

    6. Mebendazol. Obat ini cukup efektif bila diberikan dengan dosis 100 mg, 2kali sehari selama 3 hari.

    Komplikasi

    Selama larva sedang bermigrasi dapat menyebabkan terjadinya reaksi alergik

    yang berat dan pneumonitis, bahakan dapat menyebabkan timbulnya pneumonia.

    Prognosis

    Selama tidak terjadi obstruksi oleh cacing dewasa yang bermigrasi, prognosisnya

    baik. Tanpa pengobatan, infeksi cacing ini dapat sembuh sendiri dalam waktu

    1,5 tahun.

    ENTEROBIASIS ATAU OXYURIASIS

    Penyebab penyakit ini adalah Oxyuris vermicularis atau Enterobius

    vermicularis atau cacing kremi. Penyakit ini tersebar di seluruh dunia. Di

    Indonesia mempunyai frekuensi yang tinggi terutama pada anak-anak.

    Enterobius vermicularisatau Oxyuri s vermicularis

    Hospes : Manusia

    Habitat : Sekum

    Penyakit : Oksiuriasis/enterobiasis

    Distribusi geografik : Kosmopolit

    Morfologi

    1. Cacing dewasa:- Kecil berwarna putih, pada ujung anterior

    mempunyai pelebaran kutikulum seperti sayap

    (cervical alae)

    - Esofagus mempunyai bulbus yang jelas(rhabditoid)

    Cacing jantan: - Panjang 25 mm

    - Ekor melingkar ke ventral,

    - mempunyai 2 spikulum

    Cacing betina : - Panjang 10 - 13 mm

  • 7/22/2019 MODUL I Tropis Senior

    11/19

    - Ekor panjang dan runcing sehingga nampak seperti

    jarum

    - Uterus cacing betina yang gravid melebar dan beisi

    telur

    2. Telur : - 5060 m

    - Bentuk asimetris

    - Dinding tipis tidak berwarna

    - Berisi larva

    Daur Hidup

    Cacing dewasa jantan dan betina hidup pada rongga sekum, usus besar

    dan usus halus yang berdekatan dengan sekum. Setelah cacing jantan

    membuahi cacing betina, maka cacing betina yang gravid bermigrasi ke

    daerah peri-anal pada waktu malam untuk mengeluarkan telurnya yang

    berjumlah 11.000 15.000 butir. Dalam waktu 6 jam setelah telur

    dikeluarkan oleh cacing betina, telur tersebut menjadi matang. Cara

  • 7/22/2019 MODUL I Tropis Senior

    12/19

    infeksi adalah menelan telur matang atau menghirup udara yang tercemar

    telur matang atau larva dari telur yang menetas didaerah perianal

    bermigrasi kembali ke sekum. Bila telur matang tertelan atau terhirup,

    telur akan menetas di usus halus mengeluarkan larva lalu menjadi cacing

    dewasa di sekum.

    Waktu yg diperlukan mulai telur tertelan atau terhirup sampai menjadi

    cacing dewasa 2 minggu sampai 2 bulan. Bila telur matang pecah

    didaerah perianal mengeluarkan larva maka larva tersebut bermigrasi

    kembali ke sekum, melalui anus, rektum, kolon sigmoid, kolon desendens,

    kolon transversum, kolon asendens. Proses tersebut disebut

    retrogradeinfeksi atau retrofeksi.

    Cacing jantan mati setelah kopulasi (membuahi yang betina), sedangkan

    cacing betina mati setelah mengeluarkan telur-telurnya.

    Gambaran umum

    Cara infeksi terjadi karena tertelannya telur yang telah dibuahi melalui jari

    yang kotor, makanan yang terkontaminasi, inhalaisi udara yang

    mengandung telur, dan kadang-kadang retroinfeksi melalui anus. Telur

    menetas di dalam duodenum, kemudian larva cacing bergerak dan

    menetap sebagai cacing dewasa di jejunum dan bagian atas ileum. Waktu

    yang diperlukan untuk daur hidupnya, mulai dari tertelannya telur matang

    sampai menjadi cacing dewasa gravid yang bermigrasi ke daerah perianal,

    berlangsung kira-kira 2 minggu sampai 2 bulan.

    Cacing betina yang hamil, pada waktu malam bergerak ke arah anus dan

    meletakkan telurnya dalam lipatan-lipatan kulit sekitar anus yang

    menyebabkan pruritus ani.

    Gejala klinis

    Gejala klinis yang paling penting dan sering ditemukan adalah rasa gatal

    pada anus (pruritus ani), yang timbul terutama pada malam hari. Rasa

    gatal ini harus dibedakan dengan rasa gatal yang disebabkan oleh jamur,

    alergi, dan pikiran.

  • 7/22/2019 MODUL I Tropis Senior

    13/19

    Anoreksia, badan menjadi kurus, sukar tidur dan pasien menjadi iritabel,

    sering kali terjadi terutama pada anak. Pada wanita dapat menyebabkan

    vaginitis. Cacing dewasa di dalam usus dapat menyebabkan gejala nyeri

    perut, rasa mual, muntah, mencret-mencret yang disebabkan karena iritasi

    cacing dewasa pada sekum, apendiks, dan sekitar muara anus besar.

    Pemeriksaan Laboratorium

    Pemeriksaan darah tepi umumnya normal, hanya ditemukan sedikit

    eosinofilia. Diagnosis ditegakkan dengan cara menemukan telur atau

    cacing dewasa di daerah perianal dengan swab atau di dalam tinja. Anal

    swab ditempelkan di sekitar anus pada waktu pagi hari sebelum anak

    buang air besar dan mencuci pantat atau cebok.

    Pengobatan

    Perawatan umum: 1) pengobatan sebaiknya dilakukan juga terhadap

    keluarga serumah atau yang sering beruhubungan dengan pasien; 2)

    kesehatan pribadi perlu diperhatikan terutama kuku jari-jari dan pakaian

    tidur; 3) toilet sebaiknya dibersihkan dan disiram dengan desinfektan, bila

    mungkin setiap hari.

    Pengobatan spesifik

    Mebendazol. Diberikan dosis tunggal 500 mg, diulang setelah 2minggu.

    Albendazol. Diberikan dosis tunggal 400 mg, diulang setelah 2minggu.

    Piperazin sitrat. Diberikan dengan dosis 2x1 1 gr per hari selama 7hari berturut-turut, dapat diulang dengan interval 7 hari.

    Pirvium pamoat. Obat ini diberikan dengan dosis 5 mg/kgBB(maksimum 0,25 gr) dan diulang 2 minggu kemudian. Obat ini dapat

    menyebabkan rasa mual, muntah, dan warna tinja menjadi merah.

    Bersama mebendazol efektif terhadap semua stadium perkembangan

    cacing kremi.

    Pirantel pamoat. Diberikan dengan dosis 10 mg/kgBB sebagai dosistunggal dan maksimum 1 gr.

  • 7/22/2019 MODUL I Tropis Senior

    14/19

    Komplikasi

    Bila jumlah cacing dewasa cukup banyak akan dapat menyebabkan

    apendisitis. Cacing dewasa pada wanita dapat bermigrasi ke dalam

    vagina, uterus, dan tuba fallopi, dan dapat menyebabkan perdangan di

    daerah tersebut.

    Prognosis

    Infeksi cacing ini biasanya tidak begitu berat, dan dengan pemberian

    obat-obat yang efektif maka komplikasi dapat dihindari. Yang sering

    menjadi masalah adalah infeksi intrafamiliar apalagi dengan keadaan

    higienik yang buruk.

    ANKILOSTOMIASIS

    Penyakit cacing tambang disebabkan oleh cacing Necator americanus,

    Ancylostoma duodenale, dan jarang disebabkan oleh Ancylostoma

    braziliensis, Ancylostoma canium, Ancylostoma malayanum. Penyakit ini

    dinamakan ankilostomiasis dan nekatoriasis.

    Cacing Tambang

    Hospes : Manusisa

    Habitat : Usus halus (jejenum dan duodenum)

    Penyakit :Necator americanus nekatoriasis

    Ancylostoma duodenale ankilostomiasis

    Distribusi geografik : Kosmopolit

    Morfologi

    1. Cacing dewasa : - berbentuk silinder/selindrik,

    - berwarna putih keabuan

    Cacing jantan : - 511 mm

    - ekor melebar

    - mempunyai 2 spikulum

    Cacing betina : - 913 mm

    - ekor lancip

    Necator americanus : Bentuk badan : huruf S

    Pada mulut :1 pasang benda khitin

  • 7/22/2019 MODUL I Tropis Senior

    15/19

    Ancylostoma duodenale : Bentuk badan : huruf C

    Pada mulut :2 pasang gigi sama besar

    2. Telur : - Lonjong

    - 60 x 40 m

    - Dinding : tipis, bening

    - Isi : tinja segar : 216 sel telur tinja lama : larva

    3. Larva rhabditiform : - 250 m

    - esofagus mempunyai bulbus ( rhabditoid), 1/3

    panjang badan

    - mulut terbuka, panjang dan sempit

    - genital premordial kecil

    4. Larva filariform : - 700 m

    - esofagus lurus (filariform), 1/4 panjang badan

    - mulut tertutup

    - ekor runcing

    - mempunyai selubung (sarung)

    Daur Hidup

    Cacing dewasa hidup melekat pada mukosa usus halus. Cacing betinaN.

    americanus bertelur 9.000 butir, sedangkan A.duodenale 10.000

    butir perhari. Telur-telur tsb. keluar bersama dengan tinja penderita,

    setelah 1 1 hari telur menetas mengeluar kan larva rhabditiform.

  • 7/22/2019 MODUL I Tropis Senior

    16/19

    Dalam waktu 3 - 5 hari larva rhabditiform tumbuh menjadi Filariform

    (bentuk infektif) yang dapat menembus kulit (tanah yang baik untuk

    pertumbuhan larva adalah tanah gembur tercampur humus dan terlindung

    dari sinar matahari, suhu utkN. americanus 28 - 32 C, sedangkan A.

    duodenale 23 25 C). Cara infeksi adalah larva filiriform menembus

    kulit masuk kapiler darah, mengikuti aliran darah ke jantung kanan lalu

    ke paru. Setelah sampai diparu larva filariform Menembus dinding

    alveolus masuk ke alveolus kemudian ke bronkiolus, bronkus, trakea

    sampai ke faring. Dari faring larva tertelan masuk ke esofagus, lambung,

    usus halus. Setelah sampai di usus halus larva filariform berkembang

    menjadi cacing dewasa jantan dan betina yang melekat pada mukosa

    usus halus.Waktu yang diperlukan mulai larva filariform menembus

    kulit sampai menjadi dewasa di usus halus 10 -12 minggu.

    Cacing dewasa dapat hidup selama 5 tahun. Seekor cacing N.

    americanus dapat mengisap darah 0,05 0,1cc perhari, sedangkan

    A.duodenale mengisap darah 0,080,34 cc perhari.

    Gambaran umum

    Penyakit ini tersebar di daerah tropis maupun subtropik. Di Indonesia

    penyakit ini lebih banyak disebabkan oleh cacing Necator americanus

    daripada Ancylostoma duodenale. Gejala klinis dan patologis penyakit

    cacing ini bergantung pada jumlah cacing yang menginfestasi di usus,

    paling sedikit 500 cacing diperlukan untuk menyebabkan terjadinya

    anemia dan gejala klinis pada orang dewasa.

    Telur dihasilkan oleh cacing betina dan keluar melalui tinja. Bila telur

    tersebut jatuh di tempat yang hangat, lembab, dan basah, maka telur akan

    berubah menjadi larva yang infektif. Dan jika larva tersebut kontak

    dengan kulit, maka ia akan mengadakan penetrasi melalui kulit,

    bermigrasi sampai ke paru-paru dan kemudian turun ke usus halus, di

    sini larva berkembang hingga menjadi cacing dewasa.

    Gejala Klinis

  • 7/22/2019 MODUL I Tropis Senior

    17/19

    Rasa gatal di kaki, pruritus kulit (ground itch, umumnya terjadi pada

    kaki), dermatitis, dan kadang-kadang ruam makulopapula sampai vesikel

    merupakan gejala pertama yang dihubungkan dengan invasi larva cacing

    tambang ini. Selama larva berada di dalam paru-paru dapat

    menyebabkan gejala batuk darah, yang disebabkan oleh pecahnya

    kapiler-kapiler dalam alveoli paru-paru, dan berat ringannya keadaan ini

    bergantung pada banyaknya jumlah larva cacing yang melakukan

    penetrasi ke dalam kulit.

    Rasa tak enak pada perut, kembung, sering mengeluarkan gas (flatus),

    mencret-mencret, merupakan gejala iritasi cacing terhadap usus halus

    yang terjadi kurang lebih 2 minggu setelah larva mengadakan penetrasi

    ke dalam kulit.

    Anemia akan terjadi 10-20 minggu setelah investasi cacing dan

    walaupun diperlukan lebih dari 500 cacing dewasa untuk menimbulkan

    gejala anemia tersebut tentunya bergantung pula pada keadaan gizi

    pasien.

    Pemeriksaan Laboratorium

    Diagnosis pasti penyakit ini adalah dengan ditemukannya telur cacing

    tambang di dalam tinja pasien. Selain dalam tinja, larva dapat juga

    ditemukan dalam sputum. Kadang-kadang terdapat sedikit darah dalam

    tinja. Anemia yang terjadi biasanya anemia hipokrom mikrositer.

    Beratnya anemia bergantung pada jumlah cacing dewasa yang terdapat

    di dalam usus, jumlah mana dapat diperkirakan dengan tekhnik

    menghitung telur cacing. Eosinofilia akan terlihat jelas pada bulan

    pertama infeksi cacing ini.

    Pengobatan

    Perawatan umum. Perawatan umum dilakukan dengan memberikan

    nutrisi yang baik, suplemen preparat besi diperlukan oleh pasien dengan

    gejala klinis yang berat, terutama bila ditemukan bersama-sama dengan

    anemia.

    Pengobatan spesifik

  • 7/22/2019 MODUL I Tropis Senior

    18/19

    Albendazol. Diberikan dengan dosis tunggal 400 mg.

    Mebendazol. Diberikan dengan dosis 100 mg, 2x1 selama 3 hari. Tetrakloretilen. Merupakan obat pilihan utama (drug of choice)

    terutama untuk pasien ankilostomiasis. Dosis yang diberika 0,12

    ml/kgBB, dosis tunggal tidak boleh lebih dari 5 ml. Pengobatan

    dapat diulang 2 minggu kemudian bila pemeriksaan telur dalam

    tinja tetap positif. Pemberian obat ini sebaiknya dalam keadaan

    perut kosong disertai pemberian 30 gr MgSO4. Kontraindikasi

    pemberian obat ini pada pasien alkoholisme, kelainan pencernaan,

    dan konstipasi.

    Befanium hidroksinaftat. Obat pilihan utama untukankilostomiasis dan baik untuk pengobatan massal pada anak. Obat

    ini relatif tidak toksik. Dosis yang diberikan 5 gr dua kali sehari,

    dan dapat diulang bila diperlukan. Untuk pengobatan Necator

    americanus, dosis diberikan untuk tiga hari.

    Pirantel pamoat. Obat ini cukup efektif dengan toksisitas yangrendah dan dosis yang diberikan 10 mg/kgBB per hari sebagai

    dosis tunggal.

    Heksilresorsinol. Diberikan sebagai obat alternatif yang cukupefektif dan dosis pemberian obat ini sama seperti pengobatan

    askariasis.

    Komplikasi

    Kerusakan pada kulit akan menyebabkan dermatitis yang berat terlebih

    bila pasien sensitif. Anemia berat yang terjadi sering menyebabkan

    gangguan pertumbuhan, perkembangan mental, dan payah jantung.

    Prognosis

    Dengan pengobatan yang adekuat meskipun telah terjadi komplikasi,

    prognosis tetap baik.

  • 7/22/2019 MODUL I Tropis Senior

    19/19

    DAFTAR PUSTAKA

    Arthur, C. Guyton, John E. Hall. 2008.Buku Ajar Fisiologi Kedoktean Edisi

    11 Revisi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

    Bahan kuliah parasitologi 2011.

    Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Seluruh Indonesia, 2006,

    Buku Ajar Penyakit Dalam Jilid 3 Edisi 4, Jakarta: Penerbit Buku

    Kedokteran EGC.

    Pedoman pengendalian cacing. Menteri kesehatan RI, 2005.