modul bab 12

13
MODUL PERKULIAHAN TERMODINAMIKA NORMAL SHOCK DALAM ALIRAN NOSEL Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Teknik Teknik Mesin 12 Kode MK Martolis Abstract Kompetensi Dalam aliran nosel supersonik untuk back pressure tertentu akan terjadi suatu perubahan properti tiba-tiba yang akan menghasilkan shock wave Mahasiswa mampu mengetahui bahwa di Dalam aliran nosel supersonik untuk back pressure tertentu akan terjadi suatu perubahan properti tiba-tiba yang akan menghasilkan shock wave

Upload: siti-nurjanah

Post on 26-Dec-2015

19 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

termo

TRANSCRIPT

Page 1: Modul Bab 12

MODUL PERKULIAHAN

TERMODINAMIKA

NORMAL SHOCK DALAM ALIRAN NOSEL

Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh

Teknik Teknik Mesin

12Kode MK Martolis

Abstract KompetensiDalam aliran nosel supersonik untuk back pressure tertentu akan terjadi suatu perubahan properti tiba-tiba yang akan menghasilkan shock wave

Mahasiswa mampu mengetahui bahwa di Dalam aliran nosel supersonik untuk back pressure tertentu akan terjadi suatu perubahan properti tiba-tiba yang akan menghasilkan shock wave

Page 2: Modul Bab 12

PembahasanNormal Shock Dalam Aliran Nosel

Disini hanya akan dibahas mengenai normal shock yang terbentuk dalam suatu bidang yang tegak lurus dengan arah aliran seperti ditunjukkan gambar di bawah.

Disini akan berlaku hubungan-hubungan sebagai berikut:

Kekekalan Massa

ρx . A .V x=ρ y . A .V yρx .V x=ρy .V y

Kekekalan Energi

hx+Vx2

2=h y+

Vy2

2h0,x=h0,y

Kekekalan Momentum

A( px−p y )=m(V y−V x )

Hukum Kedua Termodinamika

s y−sx≥0

Prinsip kekekalan massa dan energi dapat dinyatakan dalam sebuah

persamaan dan diplot dalam diagram h-s dimana kurvanya disebut sebagai Garis

Fanno (Fanno Line). Kurva ini menunjukkan tempat dimana entalpi stagnasi dan

mass flux (¿ m /A ) mempunyai harga yang sama.

2014 12

TERMODINAMIKAPusat Bahan Ajar dan eLearning

Martolis http://www.mercubuana.ac.id

Page 3: Modul Bab 12

Demikian juga prinsip kekekalan massa dan momentum dapat dinyatakan

dalam sebuah persamaan dan diplot dalam diagram h-s dimana kurvanya akan

disebut sebagai Garis Rayleigh (Rayleigh Line).

Dari gambar di atas dapat dilihat bahwa:

Garis Fanno dan Garis Rayleigh akan berpotongan di x (bagian hulu shock wavi)

dan y (bagian hilir shock wave) dimana 3 persamaan kekekalan di atas terpenuhi.

Kondisi aliran di bagian hulu shock wave adalah supersonik dan sesudahnya

adalah subsonik, atau dengan kata lain shock wave adalah batas aliran supersonik

dan subsonik.

Semakin besar bilangan Mach bagian hulu shock wave maka semakin kuat shock

wave yang terjadi.

Jika Mx=1 maka shock wave yang terjadi adalah gelombang suara

Dari persamaan kekekalan energi didapatkan h0,x=h0,y sehingga untuk gas ideal

dengan kalor jenis konstan didapatkan T0,x=T0,y. Tetapi akibat ireversibilitas maka

tekanan stagnasi mengalami penurunan sepanjang shock wave.

Hubungan properti-properti sebelum dan sesudah shock wave,

T 0, x

T x=(k−1

2 )M x2

T 0, y

T y=(k−1

2 )M y2

2014 12

TERMODINAMIKAPusat Bahan Ajar dan eLearning

Martolis http://www.mercubuana.ac.id

Page 4: Modul Bab 12

Membagi persamaan pertama di atas dengan persamaan kedua dan mengingat

T0,x=T0,y maka,

T yT x

=1+( k−1

2 )M x2

1+( k−12 )M y

2

Dengan memasukkan persamaan gas idealρ=p /RT ke persamaan kekekalan

massa dan mengingat definisi bilangan Mach dan besarnya kecepatan suara maka,

T yT x

=pyV y

pxV x

¿pyM y c ypxM x c x

=pyM y√T ypxM x√T x

=( pypx )2

(M y

M x)2

Dari dua persamaan terakhir didapatkan:

p ypx=M x√1+( k−1

2 )M x2

M y√1+( k−12 )M y

2

Persamaan terakhir merupakan kombinasi prinsip kekekalan massa dan energi

sehingga merupakan persamaan garis Fanno untuk gas ideal dengan kalor jenis

konstan.

Untuk mendapatkan persamaan garis Rayleigh

px−p y=mA(V y−V x )=ρ yV y

2−ρxV x2

dan mengingat,

ρV 2=( pRT )(MC )2=( pRT )(M √kRT )2=pkM 2

sehingga,

px(1+kMx2 )=p y(1+kM

y2 )

p ypx

=1+kM

x2

1+kMy2

Persamaan terakhir ini adalah persamaan untuk garis Rayleigh. Apabila persamaan

ini dikombinasikan dengan persamaan garis Fanno akan didapatkan persamaan

hubungan bilangan Mach sebelum dan sesudah shock wave seperti berikut,

2014 12

TERMODINAMIKAPusat Bahan Ajar dan eLearning

Martolis http://www.mercubuana.ac.id

Page 5: Modul Bab 12

M y2=

M x2+2 /(k−1)

2M x2 k /( k−1 )−1

Perubahan properti aliran sepanjang shock wave dapat dilihat dari Tabel A-35

untuk gas ideal dengan k=1,4. Dari tabel ini dapat diketahui,

My selalu kurang dari 1

Kenaikan Mx membuat My turun

Tekanan, temperatur dan densitas statik (py, Ty, y) naik setelah shock wave

sedangkan tekanan stagnasi p0,y turun

5.7 Aliran Dalam Nosel dan Difuser Aktual

Nosel Aktual

Karena terjadinya ireversibilitas dalam sebuah nosel maka aliran dalam nosel

aktual tidak terjadi secara isentropis. Besaran yang sering dipakai untuk

menunjukkan ketidak idealan nosel adalah efisiensi nosel, koefisien kecepatan, dan

koefisien pembuangan.

Efisiensi nosel didefinisikan sebagai berikut:

ηN≡( ke pada exit nosel aktualke pada exit nosel isentropis )=

V22 /2

V2, s

2 /2

pada kondisi inlet dan tekanan keluar yang sama.

Dengan menggunakan pers. kekekakan energi didapatkan,

ηN=h0,1−h2

h0,1−h2, s

di mana h2 adalah entalpi aktual pada exit, h2,s adalah entalpi pada exit apabila

berlangsung secara isentropis pada tekanan exit yang sama.

Efisiensi nosel berkisar 9099% dimana apabila ukuran nosel membesar maka

efisiensiηN naik. Penyebab ireversibilitas dalam nosel (dan difuser) adalah efek

gesekan pada lapis batas (boundary layer), dan separasi aliran yang menyebabkan

2014 12

TERMODINAMIKAPusat Bahan Ajar dan eLearning

Martolis http://www.mercubuana.ac.id

Page 6: Modul Bab 12

turbulensi di dekat dinding nosel. Untuk nosel konvergen-divergen ηN bisa dibawah

90% karena ireversibilitas meningkat pada bagian divergen.

Koefisien kecepatan didefinisikan sebagai berikut:

CV≡kecepatan pada exit nosel aktual kecepatan pada exit nosel isentropis

=V 2

V 2,s

pada kondisi inlet dan tekanan keluar yang sama. Dari definisi ini dapat dituliskan

CV=√ηN .

Koefisien pembuangan (discharge coefficient) didefinisikan sebagai berikut:

CD≡laju aliran massa pada nosel aktuallaju aliran massa pada nosel isentropis

= mm s

pada kondisi inlet dan tekanan keluar yang sama.

Apabila nosel dalam kondisi choked maka (p*/p0)aktual < (p*/p0)s. Pada kondisi

aktual syarat back pressure untuk kondisi choked pb,a lebih kecil dibanding back

pressure pada kondisi isentropis pb,s.

Contoh Soal

Gas hasil pembakaran masuk ke nosel konvergen dengan T0=600 K dan p0

sama dengan (a) 180kPa, (b) 100kPa. Tentukan kecepatan, temperatur, dan

tekanan pada exit nosel apabila pb=60 kPa dan efisiensi nosel adalah 95%.

Solusi

Asumsi: fluida kerja dianggap udara kalor jenis konstan dengan k=1,33.

Untuk sebuah nosel aktualpun karena prosesnya bisa dianggap adiabatik (tidak

identik dengan isentropis) sehingga,

2014 12

TERMODINAMIKAPusat Bahan Ajar dan eLearning

Martolis http://www.mercubuana.ac.id

pb=60kPa

Page 7: Modul Bab 12

h0,1=h0,2⇒T 0,1=T 0,2=600 K

Apabila kondisi choked maka kecepatan di exit nosel tidak dipengaruhi oleh pb dan

V2=c2, sedangkan apabila kondisinya adalah not choked maka V2 dicari dari

besarnya temperatur stagnasi T0. Untuk menentukan apakah nosel dalam kondisi

choked atau tidak dilakukan dengan menghitung p* pada exit nosel dan

dibandingkan dengan pb. Pada nosel konvergen p* adalah tekanan exit nosel aktual

di mana M2=1 sehingga,

T 2=T 0,22k+1

×M 2

¿600×21 ,33+1

×12=515 ,0 K

Dari definisi efisiensi nosel,

ηN=h0,1−h2

h0,1−h2 , s

¿T 0,1−T 2

T 0,1−T 2 , s

T 2,s=510 ,5 K

Disini T*=T2=515,0 K adalah temperatur aktual pada exit nosel pada kecepatan

suara, dan T2,s=510,5 K adalah temperatur exit nosel pada kecepatan suara apabila

prosesnya isentropis. Tekanan exit nosel untuk kondisi aktual dan isentropisnya

sama dan dapat ditentukan dari,

p2

p0,1

=(T2,s

T0,1)kk−1=0 ,5215

p¿=p2=0 ,5215 p0,1

(a) Untuk p0,1=180 kPa maka p* = 93,9 kPa. Karena p* > pb maka nosel dalam

kondisi choked sehingga,

p2=p¿=93 ,9 kPa

T 2=T¿=515 ,0 K

V 2=c2=√kRT 2=443 , 4 m/s

2014 12

TERMODINAMIKAPusat Bahan Ajar dan eLearning

Martolis http://www.mercubuana.ac.id

Page 8: Modul Bab 12

(b) Untuk p0,1=100 kPa maka p* = 52,15 kPa. Karena p* < pb maka nosel tidak dalam

kondisi choked sehingga,

p2=pb=60 kPa

T 2, s=T 0,1( p2

p0,1)k−1

k=528 ,6 K

T 2=T 0,1−ηN×(T0,1−T 2,2 )=532 ,2 K

V 2=√2c p(T 0,1−T2 )=369 ,2 m/s

Difuser

Kinerja difuser akan dilihat dari kemampuan mengubah energi kinetik ke untuk

menaikkan tekanan fluida.

Kinerja dari sebuah difuser dinilai dari besarnya efisiensi difuser, pressure recovery

factor, dan pressure rise coefficient.

Efisiensi difuser didefinisikan sebagai berikut,

ηD≡ke untuk menaikkan tekanan stagnasi di exit aktualke maksimum

¿ΔhsV 1

2 /2

¿h0,2s−h1

h0,1−h1

Harga ηD akan berkisar 90100% untuk difuser subsonik dan turun dengan

kenaikan bilangan Mach.

Pressure Recovery Factor didefinisikan sebagai berikut,

2014 12

TERMODINAMIKAPusat Bahan Ajar dan eLearning

Martolis http://www.mercubuana.ac.id

Page 9: Modul Bab 12

F p≡tekanan stagnasi aktual pada exit noseltekanan stagnasi scr . isentropis

¿p0,2

p0,1

Pressure Rise Coefficient didefinisikan sebagai berikut,

CPR≡kenaikan tekanan aktualkenaikan tekanan secara isentropis

¿p2−p1

p0,1−p1

Cpr akan sangat tergantung kepada karakter aliran dan bentuk difuser, dan harganya

kurang dari 0,8 untuk kebanyakan difuser.

Contoh Soal

Udara masuk pada difuser dengan kecepatan 200 m/s, tekanan stagnasi 0,4

MPa dan temperatur stagnasi 500 K. Kecepatan exit difuser adalah 100 m/s. Apabila

efisiensi difuser 90%, tentukan (a) pressure rise coefficient, (b) rasio luas

penampang exit-inlet yang diperlukan.

Solusi

Asumsi: udara adalah gas ideal dengan kalor jenis konstan dengan k=1,4

adiabatik

Karena prosesnya adiabatik maka T0,2=T0,1=500 K.

(a) Properti statik pada inlet difuser,

2014 12

TERMODINAMIKAPusat Bahan Ajar dan eLearning

Martolis http://www.mercubuana.ac.id

Page 10: Modul Bab 12

T 1=T 0,1−V 1

2

2c p=480 ,1 K

p1=p0,1(T1

T0,1)kk−1=347 ,0 kPa

Efisiensi difuser untuk sebuah gas ideal dengan kalor jenis konstan,

ηD=h0,2s−h1

h0,1−h1

=T 0,2s−T 1

T 0,1−T1

T 0,2s=T1+ηD(T 0,1−T 1 )=498 ,0 K

Karena p0,2=p0,2s maka p2 dicari dari hubungan isentropis.

p0,2s=p1 (T 0,2s

T1)kk−1=394 ,4 kPa=p0,2

T 2=T 0,2−V 2

2

2c p=495 ,0 K

p2=p0,2(T2

T0,2)kk−1=380 ,8 kPa

Dari harga-harga diatas didapatkan,

CPR=p2−p1

p0,1−p1

=0 ,638

(b) Rasio area exit-inlet A2/A1 dapat dicari dari laju massa m konstan,

A2

A1

=ρ1V 1

ρ21V 2

=p1T2V 1

p2T1V 2

=1,879

2014 12

TERMODINAMIKAPusat Bahan Ajar dan eLearning

Martolis http://www.mercubuana.ac.id

Page 11: Modul Bab 12

Daftar Pustaka

• Materi Termodinamika, Hukum Termodinamika I. Adiwarsito.wordpress.com .

• Siklus Refegerasi . Dr.Eng. Tri Agung Rohmat, Jurusan Teknik Mesin,

Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada tahun 2000

2014 12

TERMODINAMIKAPusat Bahan Ajar dan eLearning

Martolis http://www.mercubuana.ac.id