modul 3 ptk

34
MODUL 3 PTK UNTUK MATA PELAJARAN FIQH A. Peta Konsep / Ruang Lingkup B. Tujuan Pelatihan Peserta dapat : 1. Menjelaskan konsep dasar penelitian tindakan kelas 2. Menjelaskan prinsip dan model penelitian tindakan kelas. 3. Menjelaskan manfaat dan pentingnya PTK. 4. Menjelaskan metodologi PTK 5. Menjekaskan Proposal PTK 6. Membuat proposal PTK C. Skenario Pelatihan 1. Pengantar, fasilitator penyampaikan pengantar pentingnya guru dalam melakukan penelitian tindakan kelas sebagai perbaikan pembelajaran dari masalah yang dihadapi peserta didik. ( 10 menit ) 2. Diskusi kelompok dan presentasi, fasilitator membagi peserta ke dalam 6 kelompok. Peserta diminta untuk mendiskusikan tentang konsep, prinsip, manfaat dan pentingnya PTK. Hasil diskusi ditulis di kertas plano. Dengna presentasi bergantian kelompok, fasilitator memandu untuk menyamakan persepsi. ( 50 menit ) 3. Diskusi kelompok dan presentasi, masih dengan kelompok yang sama peserta diminta untuk mendiskusikan tentang metodologi PTK.Hasil PTK Manfaat dan pentingnya PTK Metodologi PTK Sistematika Proposal PTK Konsep Dasar PTK Prinsip &Model PTK

Upload: sidiq

Post on 15-Dec-2015

870 views

Category:

Documents


71 download

DESCRIPTION

modul 3 ptk

TRANSCRIPT

Page 1: MODUL 3 PTK

MODUL 3

PTK UNTUK MATA PELAJARAN FIQH

A. Peta Konsep / Ruang Lingkup

B. Tujuan PelatihanPeserta dapat :

1. Menjelaskan konsep dasar penelitian tindakan kelas2. Menjelaskan prinsip dan model penelitian tindakan kelas.3. Menjelaskan manfaat dan pentingnya PTK.4. Menjelaskan metodologi PTK5. Menjekaskan Proposal PTK6. Membuat proposal PTK

PTK Manfaat dan pentingnya PTKManfaat dan pentingnya PTK

Metodologi PTKMetodologi PTK

Sistematika Proposal PTKSistematika Proposal PTK

Konsep Dasar PTKKonsep Dasar PTK

Prinsip &Model PTKPrinsip &Model PTK

Page 2: MODUL 3 PTK

C. Skenario Pelatihan1. Pengantar, fasilitator penyampaikan pengantar pentingnya guru dalam melakukan penelitian

tindakan kelas sebagai perbaikan pembelajaran dari masalah yang dihadapi peserta didik. ( 10 menit )

2. Diskusi kelompok dan presentasi, fasilitator membagi peserta ke dalam 6 kelompok. Peserta diminta untuk mendiskusikan tentang konsep, prinsip, manfaat dan pentingnya PTK. Hasil diskusi ditulis di kertas plano. Dengna presentasi bergantian kelompok, fasilitator memandu untuk menyamakan persepsi. ( 50 menit )

3. Diskusi kelompok dan presentasi, masih dengan kelompok yang sama peserta diminta untuk mendiskusikan tentang metodologi PTK.Hasil diskusi ditulis di kertas plano. Dengna presentasi bergantian kelompok, fasilitator memandu untuk menyamakan persepsi. ( 50 menit )

4. Brainstorming sistematika proposal, dengan melakukan brainstorming peserta diajak oleh fasilitator untuk menemukan sistematika proposal PTK ( 20 menit ).

5. Membuat proposal PTK, secara individu peserta diminta untuk membuat proposal PTK di kertas folio. Fasilitaor memfasilitasi pada masing-masing individu. ( 120 menit)

6. Refleksi, fasilitator memberikan refleksi dari proposal yang dibuat oleh peseta. ( 30 menit ) 7. Penutup, fasilitator menutup sesi ini dengan menegaskan bahwa guru harus sering melakukan

PTK di madrasahnya nanti ( 10 menit )

D. Uraian Materi1. Konsep Dasar PTK

Istilah penelitian tindakan kelas atau PTK merupakan bagian dari penelitian tindakan. Penelitian tindakan merupakan salah satu strategi pemecahan masalah yang memanfaatkan tindakan nyata dan proses pengembangan kemampuan dalam mendetaksi dan memecahkan masalah.

Dengan demikian, beberapa pengertian tentang Penelitian Tindakan kelas (PTK) yang diungkap oleh para ahli adalah sebagai berikut: a. Penelitian untuk mengujicobakan ide-ide ke dalam praktek dalam rangka memperbaiki/mengubah

sesuatu agar memperoleh dampak nyata dari situasi. (Kemmis, 1983)b. Bentuk penelitian reflektif diri yang secara kolektif dilakukan oleh peneliti dalam situasi sosial untuk

meningkatkan penalaran dan keadilan praktik pendidikan dan sosial serta pemahaman mengenai praktik dan situasi tempat dilakukannya. (Taggart, 1988)

c. Bentuk kajian yang bersifat reflektif oleh pelaku tindakan, dilakukan untuk meningkatkan kemantapan rasional dari tindakan-tindakan mereka dalam melakasanakan tugas, memperdalam pemahaman terhadap tindakan yang dilakukan, serta memperbaiki kondisi praktik pembelajaran yang dilakukan. (Proyek PGSM Diknas, 1999)

d. penelitian tindakan kelas merupakan suatu penelitian yang mengangkat masalah-masalah aktual yang dihadapi oleh guru di lapangan (Wibawa, 2004:3).

e. Penelitian tindakan kelas sebagai suatu bentuk penelaahan penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu agar dapat memperbaiki dan/atau meningkatkan praktik-praktik pembelajaran di kelas secara lebih proporsional (Sukidin dkk 2002:16).

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) sering disebut classroom action research, saat ini berkembang dengan pesat di negara-negara maju seperti Inggris, Amerika, Australia, dan Kanada. Apabila dicermati kecenderungan baru ini mengemuka karena jenis penelitian ini mampu menawarkan pendekatan dan prosedur baru yang lebih menjanjikan dampak langsung dalam bentuk perbaikan dan peningkatan profesionalisme guru dalam mengelola proses pembelajaran mengajar di kelas.

Page 3: MODUL 3 PTK

Ada tiga perinsip dasar yang menjadi ciri PTK, yaitu: 1) adanya pratisipasi dari peneliti dalam suatu program kegiatan; 2) adanya tujuan untuk meningkatkan kualitas suatu program atau kegiatan melalui penelitian tindakan; dan 3) adanya tindakan (treatment) untuk meningkatkan kualitas suatu program atau kegiatan.

Menurut Kunandar (200; 2008) tujuan PTK, antara lain:1) Untuk memecahkan permasalahan nyata yang terjadi di dalam kelas yang dialami langsung dalam

interaksi antara guru dengan siswa yang sedang belajar, meningkatkan profesionalisme guru, dan menumbuhkan budaya akademik dikalangan para guru. Mutu pembelajaran dapat dilihat dari meningkatnya hasil belajar siswa, baik yang bersifat akademis yang tertuang dalam nilai ulangan harian (formatif), ulangan tengah semester (sub-sumatif) dan ulangan akhir semester (sumatif) maupun yang bersifat nonakademis, seperti motifasi, perhatian, aktivitas, minatt, dan lain sebagainya.

2) Peningkatan kualitas praktik pembelajaran di kelas secara terus-menerus mengingat masyarakat berkembang secara cepat.

3) Peningkatan relevansi pendidikan, hal ini dicapai melalui peningkatan proses pembelajaran.4) Sebagai alat training in-service, yang memperlengkapi guru dengan skill dan metode baru,

mempertajam kekuatan analitisnya dan mempertinggi kesadaran dirinya.5) Sebagai alat untuk memasukkan pendekatan tambahan atau inovatif terhadap sistem pembelajaran

yang berkelanjutan yang biasanya menghambat inovasi belajar siswa.6) Meningkatkan sikap profesional pendidik dan tenaga kependidikan.7) Menumbuhkembangkan budaya akademik di lingkungan sekolah, sehingga tercipta sikap proaktif

dalam melakukan perbaikan mutu pendidikan dan pembelajaran secara berkelanjutan.8) Peningkatan efisiensi pengelolaan pendidikan, peningkatan atau perbaikan proses pembelajaran di

samping untuk meningkatkan relevansi dan mutu hasil pendidikan juga ditunjukkan untuk meningkatkan efisiensi pemanfaatan sumber-sumber daya yang terintegrasi di dalamnya.

Adapun manfaat PTK adalah Tumbuhnya budaya meneliti yang merupakan dampak dari pelaksanaan tindakan secara berkesinambungan memberi manfaat pada munculnya inovasi pendidikan, karena para guru semakin diberdayakan untuk mengambil berbagai prakarsa professional secara mandiri. Sikap mandiri tersebut akan memicu lahirnya “percaya diri” untuk mencoba hal-hal yang baru yang diduga dapat menuju perbaikan sistem pembelajaran.

2. Prinsip-prinsip PTKAda tiga perinsip dasar yang menjadi ciri PTK, yaitu: 1) adanya pratisipasi dari peneliti dalam

suatu program kegiatan; 2) adanya tujuan untuk meningkatkan kualitas suatu program atau kegiatan melalui penelitian tindakan; dan 3) adanya tindakan (treatment) untuk meningkatkan kualitas suatu program atau kegiatan.

Menurut Hopkins yang dikutip oleh Tukiran dkk (2012:17) ada prinsip dasar yang melandasi PTK antara lain:

a. Tugas pendidik dan tenaga kependidikan yang utama adalah menyelenggarakan pembelajaran yang baik dan berkualitas.

b. Meneliti merupakan bagian integral dari pembelajaran yang tidak menuntut kekhususan waktu maupun metode pengumpulan data.

c. Kegiatan penelitia yang merupakan bagian integral dari pembelajaran harus diselenggarakan dengan tetap bersandar pada alur dan kaidah ilmiah.

d. Masalah yang ditangani adalah masalah-masalah pembelajaran yang riil merisaukan tanggung jawab profesional dan komitmen terhadap diagnosis masalah bersandar pada kejadian nyata yang berlangsung dalam konteks pembelajaran yang sesungguhnya.

Page 4: MODUL 3 PTK

e. Konsistensi sikap dan kepedulian dalam memperbaiki dan meningkatkan kuaitas pembelajaran sangat diperlukan.

f. Cakupan permasalah penelitian tindakan kelas seharusnya dibatasi pada masalah pembelajaran di kelas, tetapi dapat diperluas pada tataran di luar kelas. Sedangkan menurut Sukidin dkk (2002:19) bahwa agar PTK berjalan dengan baik harus

memperhatikan enam prinsip sebagai berikut:

a. Tugas pertama dan utama guru di madrasah adalah mengajar siswa sehingga apapun metode PTK yang akan diterapkan tidak akan mengganggu komitmennya sebagai pengajar.

b. Metode pengumpulan data yang digunakan tidak menuntut waktu yang berlebihan dari guru sehingga berpeluang mengganggu proses pembelajaran.

c. Metodologi yang digunakan harus mencakup reliable sehingga memungkinkan guru mengidentifikasi serta merumuskan hipotesis secara cukup meyakinkan, mengembangkan strategi yang dapat diterapkan pada situasi kelasnya, dan dapat memperoleh data yang dapat digunakan untuk ‘menjawab’ hipotesis yang dikemukakannya.

d. Masalah penelitian yang diusahakan oleh guru seharusnya merupakan masalah yang cukup merisaukannya. Bertolak dari tanggung jawab profesional guru sendiri memiliki komitmen terhadap pengatasannya.

e. Guru harus bersikap konsisten menaruh kepedulian tinggi terhadap prosedur etika yang berikaitan dengan pekerjaannya.

f. Kelas merupakan cakupan tanggung jawab seseorang guru, namun dalam pelaksanaan PTK sejauh mungkin digunakan classroom exceeding perspective, dalam arti permasalahan tidak dilihat terbatas dalam konteks dalam kelas atau mata pelajaran tertentu, melainkan dalam perspektif sekolah secara keseluruhan. Selain prinsip-prinsip di atas, ada tiga prinsip yang menjadi ciri pokok PTK yaitu inkuiri reflektif,

kolaboratif dan reflekti.

Inquiri reflektif. PTK berangkat dari permasalah pembelajaran riil di kelas sehingga masalah yang menjadi fokus adalah permasalahan yang spesifik dan kontekstual. Tujuan penelitiannya pun bukan untuk menemukan pengetahuan baru yang dapat diberlakukan secara luas tetapi untuk memperbaiki praktis secara langsung, disini dan sekarang.

Kolaboratif. Upaya perbaikan proses dan hasil pembelajaran tidak dapat dilakukan sendiri oleh peneliti di luar kelas, tetapi ia harus berkolaborasi dengan guru. Penelitian tindakan kelas merupakan upaya bersama dari berbagai pihak untuk mewujudkan perbaikan yang diinginkan.

Reflektif. PTK memiliki ciri khusus, yaitu sikap reflektif yang berkelanjutan. Berbeda dengan pendekatan formal, yang sering mengutamakan pendekatan empiris eksperimental, penelitian tindakan kelas lebih menekankan pada proses refleksi terhadap proses dan hasil penelitian.

3. Model-model PTKAda beberapa model PTK yang sering digunakan dalam dunia pendidikan antara lain: (1) model

Kurt Lewin; (2) Model Kemmis & McTaggart; (3) model Dave Ebbut; (4) model John Elliot; dan (5) model Hopkins (Depdiknas, 1999:18). Sebagaimana akan diuraikan secara ringkas berikut ini: a. Model Kurt Lewin

Model Kurt Lewin merupakan model pertama dalam PTK yang diperkenalkan pada tahun 1946, dan merupakan acuan pokok atau dasar dari berbagai model PTK yang lain.

Page 5: MODUL 3 PTK

Menurut konsep Lewin bahwa siklus PTK terdiri dari empat langkah, yaitu (1) perencanaan (planning); (2) aksi atau tindakan (acting); (3) observasi (observing); dan (4) refleksi (reflecting).

Model Lewin dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 3.1 PTK Model Lewin

b. Model Kemmis & Mc Taggart; Model ini dikenal dengan penemunya yaitu Stephen Kemmis dan Robbin Mc Taggart. Model

Kemmis dan Mc Taggart merupakan pengembangan dari model Kurt Lewin, sehingga kelihatan masih sangat dekat dengan model Lewin. Kemmis dan Mc Taggart menjadikan satu kesatuan komponen acting (tindakan) dan observing (pengamatan).

Model Kemmis dan Mc Taggart terdiri dari empat komponen, yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi yang keempatnya merupakan satu siklus (Depdikna, 1992:21).

Adaptasi Depdiknas (1999) dalam Tukiran dkk (2012:24)Gambar 3.2 PTK Model Kemmis & McTaggart

Planning

Acting

observing

reflecting

PLAN

Reflect

Act & Observe

Act & Observe

Reflect

Revised Plan

Page 6: MODUL 3 PTK

Berdasarkan model-model PTK di atas, secara garis besar terdapat empat tahapan yang lazim dilalui, yaitu (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) pengamatan, dan (4) refleksi. Adapun model dan penjelasan untuk masing-masing tahap adalah sebagai berikut:

Tahap 1 : Perencanaan

Dalam tahap ini peneliti menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan, di mana, oleh siapa, dan bagaimana tindakan tersebut dilakukan. PTK yang ideal sebetulnya dilakukan secara berpasangan antara pihak yang melakukan tindakan dan pihak yang mengamati proses jalannya tindakan. Istilah ini disebut dengan penelitian kolaborasi. Penelitian kolaborasi ini dalam upaya untuk mengurangi unsur subjektivitas pengamat serta mutu kecermatan amatan yang dilakukan.

Dalam tahap menyusun rancangan ini peneliti menentukan titik atau fokus peristiwa yang perlu mendapatkan perhatian khusus untuk diamati, kemudian membuat sebuah instrumen pengamatan untuk membantu peneliti merekam fakta yang terjadi selama tindakan berlangsung.

Dalam perencanaan PTK, terdapat tiga kegiatan dasar, yaitu identifikasi masalah, merumuskan masalah, dan pemecahan masalah. Pada masing-masing kegiatan, terdapat sub-sub kegiatan yang sebaiknya dilaksanakan untuk menunjang sempurnanya tahap perencanaan.

1.1. Identifikasi MasalahIdentifikasi yang tepat akan mengarahkan hasil penelitian sehingga dapat bermanfaat peningkatan hasil belajar siswa. Sebaliknya, identifikasi masalah yang keliru hanya akan membuat penelitian menjadi sia-sia di samping memboroskan waktu dan biaya. Identifikasi masalah menjadi titik tolok bagi perencanaan PTK yang lebih matang. Sebab, tidak semua masalah belajar siswa dapat diselesaikan dengan PTK, sebagaimana tidak semua penyakit dapat disembuhkan dengan resep dokter. Berikut ini terdapat empat langkah agar dilakukan agar identifikasi masalah mengenai sasaran.a. Masalah harus riil yaitu masalah yang dapat dilihat, dirasakan, dan didengar secara langsung

oleh guru. Misalnya sebagian besar nilai fiqh siswa kelas X Madrasah Aliyah di bawah standar kelulusan. Masalah ini jelas nyata (riil) karena didukung oleh data empiris berupa dokumen-dokumen ulangan harian maupun ulangan umum.

b. Masalah harus problematik yaitu masalah yang dapat dipecahkan oleh guru, mendapat dukungan literatur yang memadai, dan ada kewenangan untuk mengatasinya secara penuh. Misalnya, sebagian besar siswa tidak mampu membaca teks arab. Masalah ini riil dan problematik, tetapi hanya khusus bagi guru bahasa Arab. Sebaliknya masalah tersebut menjadi tidak problematik bagi guru fiqh. Jadi, masalah yang problematik adalah masalah yang dapat diatasi guru dalam kewenangannya, dan mendapat dukungan literatur sesuai mata pelajaran yang diampu.

c. Manfaatnya jelas, yaitu hasil PTK harus dapat dirasakan, bagaikan obat yang menyembuhkan.

d. Masalah harus fleksibel, yaitu masalah harus bisa diatasi dengan mempertimbangkan kemampuan peneliti, waktu, biaya, tenaga, sarana prasarana, dan lain sebagainya.

1.2. Merumuskan MasalahSetelah mengidentifikasi masalah, langkah selanjutnya adalah merumuskan masalah. Dalam merumuskan masalah, peneliti mencari akar penyebab masalah. Banyak cara yang bisa dilakukan untuk menemukan penyebab masalah, diantaranya adalah dengan

Page 7: MODUL 3 PTK

menyebar angket ke siswa, mewawancarai siswa, observasi langsung dan lain sebagainya. Seperti, terdapat masalah bahwa sebagian besar siswa kelas XI tidak mampu memecahkan soal fiqh waris. Kemudian, peneliti menyebar angket berisi sejumlah pertanyaan yang mengidentifikasi ketidakmampuan siswa dalam menjawab soal fiqh waris. Di samping itu, peneliti juga bisa melakukan wawancara dengan siswa dan observasi langsung. Kemudian, semua data dari segala sumber tersebut dikumpulkan dan dianalisis secara kolaboratif sehingga penyebab utama munculnya masalah dapat ditemukan. Misalnya dari data angket dan wawancara, ditemukan bahwa siswa menganggap akar masalah dari ketidakmampuannya menjawab soal fiqh waris adalah karena hal-hal sebagai berikut: a. Belum menghafal ashabul furudh (karena terlalu rumit untuk dihafal)b. Guru lebih banyak menjelaskan dan tidak memberikan latihan-latihan penyelesaian masalah

waris.c. Pelajaran fiqh waris sering diabaikan karena dianggap tidak lagi penting.

Akar masalah tersebut harus terus digali sedalam-dalamnya sehingga ditemukan akar masalah yang benar-benar menjadi penyebab utama terjadinya masalah. Karena akar masalah inilah yang nantinya akan menjadi tolok ukur tindakan. Sebab dengan menemukan akar masalah, maka sama halnya si peneliti telah menemukan separuh dari solusi masalah.

1.3. Pemecahan MasalahLangkah berikutnya adalah pemecahan masalah. Dalam perencanaan, pemecahan masalah masih dalam ide peneliti yang berupa alternatif-alternatif pemecahan masalah. Semakin banyak pengembangan alternatif tindakan, maka akan semakin baik. Setelah identifikasi masalah, menemukan akar masalah, merumuskan masalah dan menemukan alternatif tindakan sebagai solusi masalah, maka peneliti dapat membuat judul penelitian tindakan kelas. Contoh bahwa hasil identifikasi masalah menunjukan bahwa siswa MA kelas XI lemah dalam mengerjakan soal fiqh waris. Akar masalahnya adalah pembelajaran waris hanya berjalan satu arah, guru lebih mendominasi pembelajaran di kelas dan tidak banyak memberikan soal-soal latihan. Kemudian peneliti mempunya ide untuk menggunakan metode problem solving (pemecahan masalah), yakni setiap siswa diberikan satu masalah waris untuk dipecahkan. Tentunya didukung dengan teori-teori yang membuat pembelajaran waris lebih menyenangkan. Atas dasar di atas, maka PTK dapat diberi judul “Upaya Peningkatan Hasil Belajar Fiqh Waris melalui metode problem solving.” (Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas XI Madrasah Aliyah).

Tahap 2 : Pelaksanaan

Pada tahap ini, pelaksanaan adalah menerapkan apa yang telah direncanakan pada tahap satu, yaitu bertindak di kelas. Pelaksanaan harus sesuai dengan apa yang telah direncanakan, tetapi harus terkesan alamiah dan tidak direkayasa. Hal ini akan berpengaruh dalam proses refleksi pada tahap empat nanti dan agar hasilnya dapat disinkronkan dengan maksud semula.

Pelaksanaan Tindakan dilaksanakan untuk memperbaiki masalah. Langkah-langkah praktis tindakan diuraikan. Apa yang pertama kali dilakukan? Bagaimana organisasi kelas? Siapa yang perlu menjadi kolaborator saya? Siapa yang mengambil data? Pada saat pelakanaan ini, guru benar-benar harus terlebih dahulu memahami masing-masing siswa jangan sampai ada yang menjadi obyek tindakan. Membagi kelas menjadi kelompok kontrol dan treatment harus dihindarkan.

Page 8: MODUL 3 PTK

Dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas diawali dengan kesadaran adanya masalah yang dirasakan menganggu proses pembelajaran. Bertolak dari kesadaran adanya permasalahan, guru baik sendiri maupun dalam kolaborasi dengan teman sejawat yang menjadi mitranya kemudian menetapkan fokus permasalahan secara lebih tajam dengan data lapangan ataupun kajian pustaka yang relevan.

Langkah-langkah persiapan dilakukan dengan memperhatikan hal berikut : (1) membuat skenario pembelajaran yang berisikan langkah-langkah yang dilakukan oleh guru dan bentuk-bentuk kegiatan siswa; (2) mempersiapkan fasilitas dan sarana pendukung yang diperlukan; (3) mempersiapkan cara merekam dan menganalisis data mengenai proses dan hasil tindakan perbaikan; dan (4) melakukan simulasi pelaksanaan tindakan perbaikan untuk menguji keterlaksanaan rancangan tindakan.

Skenario tindakan yang akan dilakukan, hendaknya dijabarkan serinci mungkin secara tertulis. Rincian tindakan itu menjelaskan: (a) langkah demi langkah kegiatan yang akan dilakukan, (b) kegiatan yang seharusnya dilakukan guru, (c) kegiatan yang diharapkan dilakukan oleh siswa, (d) rincian tentang jenis media pembelajaran yang akan digunakan dan cara menggunakannya, (e) jenis instrumen yang akan digunakan untuk pengumpulan data/ pengamatan disertai dengan penjelasan rinci bagaimana menggunaknnya. Rincian rancangan mengenai rencana tindakan dan bagaimana pelaksanaannya harus dituliskan pada laporan PTK.

Tahap 3 : Pengamatan

Pengamatan adalah alat untuk memotret seberapa jauh efek tindakan telah mencapai sasaran. Pada langkah ini, peneliti harus menguraikan jenis data yang dikumpulkan, cara mengumpulkan, dan alat atau instrumen pengumpulan data (angket/wawancara/observasi, dan lain-lain).

Jika PTK dilakukan secara kolaboratif, maka pengamatan harus dilakukan oleh kolaborator, bukan guru yang sedang melakukan PTK. Walaupun demikian, antara tindakan (yang dilakukan oleh peneliti) dan pengamatan (dilakukan oleh kolaborator), keduanya harus berlangsung dalam satu waktu dan satu tempat atau kelas.

Observing adalah kegiatan pengamatan untuk memotret sejauh mana efektivitas kepemimpinan atas tindakan telah mencapai sasaran. Efektivitas kepemimpinan atasan dari suatu intervensi terus dimonitor secara reflektif. Selain itu peneliti menguraikan jenis-jenis data yang dikumpulkan, cara pengumpulan data dan alat koleksi data (angket/wawancara/observasi dan lain-lain).

Observasi kelas akan memberi manfaat apabila pelaksanaannya diikuti balikan (review discussion). Diskusi bahkan akan bermanfaat jika:

a. Diberikan tidak lebih dari 24 jam setelah observasib. Dilakukan dalam suasana yang mutually supportive dan non-

threateningc. Bertolak dari rekaman datad. Diinterpretasikan secara bersama-sama

Page 9: MODUL 3 PTK

e. Pembahasannya mengacu pada penetapan sasaran serta pengembangan strategi perbaikan untuk menentukan rencana berikutnya.

Tahap 4 : Refleksi

Refleksi adalah kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang telah dilakukan. Refleksi juga sering disebut dengan istilah ‘memantul’. Dalam hal ini peneliti seolah memantulkan pengalamannya ke cermin, sehingga tampak jelas penglihatannya, baik kelemahan dan kekurangannya.

Refleksi atau evaluasi diri baru bisa dilakukan ketika pelaksanaan tindakan telah selesai dilakukan. Refleksi akan lebih efektif jika antara guru yang melakukan tindakan berhadapan langsung atau diskusi dengan pengamat atau kolaborator. Tetapi jika PTK dilakukan secara sendirian, maka refleksi yang paling efektif adalah berdialog dengan diri sendiri untuk mengetahui sisi-sisi pembelajaran yang harus dipertahankan dan sisi-sisi lain yang harus diperbaiki.

Reflecting adalah kegiatan mengulas secara kritis tentang perubahan yang terjadi yaitu siswa, suasana kelas dan guru. Refleksi dimaksudkan sebagai pantulan dari hasil analisis terhadap peneliti berdasarkan kepada kriteria yang telah ditetapkan. Apabila hasil analisis menunjukkan belum tercapainya kriteria yang ditetapkan maka disusun rencana tindakan siklus berikutnya. Guru sebagai peneliti menjawab pertanyaan mengapa (why), bagaimana (how) dan sejauhmana (to what extenct) intervensi telah menghasilkan perubahan secara signifikan. Kolaborasi dengan rekan-rekan akan memainkan peran sentral peneliti untuk mengetahui sejauhmana action membawa perubahan, kekurangan dan kelebihan langkah-langkah. Berdasarkan hasil refleksi ini, peneliti bersama-sama guru dapat melakukan revisi perbaikan terhadap rencana awal. Sistem berdaur ini dilakukan secara berulang-ulang (siklus) sampai masalah teratasi.

4. Siklus-siklus pada PTKSiklus adalah putaran dari suatu rangkaian kegiatan, mulai dari perencanaan, persiapan,

pelaksanaan, hingga pada evaluasi. Dengan demikian siklus pada PTK adalah satu putaran penuh tahapan-tahapan dalam PTK, sebagaimana disebutkan di atas. Jadi satu siklus adalah kegiatan penelitian yang dimulai dari perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi.

Jika dalam PTK terdapat lebih dari satu siklus, maka siklus kedua dan seterusnya merupakan putaran ulang dari tahapan sebelumnya. Hanya saja, antara siklus pertama, kedua dan seterusnya, selalu mengalami perbaikan setahap demi setahap. Jadi, antara siklus yang satu dengan yang lain tidak akan pernah sama, meskipun melalui tahap-tahap yang sama.

Pelaksanaan PTK dimulai dengan siklus yang pertama, apabila sudah diketahui letak keberhasilan dan hambatan dari tindakan yang dilaksanakan pada siklus pertama tersebut, guru (bersama peneliti) menentukan rancangan untuk siklus yang kedua. Kegiatan pada siklus kedua dapat berupa kegiatan yang sama dengan kegiatan sebelumnya, tetapi pada umumnya mempunyai berbagai hambatan perbaikan dari tindakan terdahulu yang tentu saja ditujukan untuk memperbaiki berbagai hambatan atau kesulitan yang ditemukan dalam siklus yang pertama. Jika sudah selesai dengan siklus kedua dan guru belum merasa puas, dapat melanjutkan dengan siklus ketiga, yang cara dan tahapannya sama dengan siklus terdahulu.

Page 10: MODUL 3 PTK

Tidak ada ketentuan tentang berapa siklus harus dilakukan. Banyaknya siklus tergantung dari kepuasan peneliti sendiri, namun ada saran, sebaiknya tidak kurang dari dua siklus

5. Metodologi PTKPenelitian tindakan kelas menggunakan metodologi yang agak longgar, namun demikian, PTK

tetap menerapkan metodologi yang taat asas (diciplined inquiri) dalam hal pengumpulan data yang menekankan pada objektivitas sehingga memungkinkan terselenggaranya peninjauan ulang oleh sejawat (peer review). Secara singkat, metode penelitian dalam PTK berisi hal-hal sebagai berikut:a. Setting Penelitian

Setting penelitian menggambarkan lokasi dan kelompok siswa atau subjek yang dikenai tindakan. Tidak ada sampel populasi dalam PTK. Jadi, subjek penelitian adalah satu isi kelas secara keseluruhan.

b. Sasaran penelitianSasaran penelitian memaparkan adanya suatu target bahwa akan terjadi perubahan melalui tindakan yang dilakukan guru. Target di sini bukan semata-mata hasil, tetapi bagian dari proses pembelajaran.

c. Rencana TindakanRencana tindakaan adalah gambaran riil secara detail mengenaii rencana tindakan yang akan dilakukan peneliti. Rencana tindakan dalam hal ini bukan tahapan atau siklus-siklus dalam PTK sebagaimana dikemukakan di depan, tetapi benar-benar rencana tindakan secara riil tentang hal-hal yang akan dilakukan peneliti dari awal hingga akhir.

d. Teknik Pengumpulan DataTeknik pengumpulan data adalah metode yang digunakan peneliti dalam merekam data (informasi) yang dibutuhkan. Banyak teknik yang dapat digunakan untuk melakukan pemantauan dalam penelitian tindakan kelas. Penggunaan setiap teknik tentu saja ditentukan oleh sifat dasar data yang akan dikumpulkannya. Teknik-teknik yang dimaksud disajikan berikut ini.

1) Catatan AnekdotCatatan anekdot adalah riwayat tertulis, deskriptif, longitudinal tentang apa yang dikatakan atau

dilakukan perseorangan dalam kelas Anda dalam suatu jangka waktu. Deskripsi akurat ditekankan untuk meenghasilkan gambaran umum yang layak untuk keperluan penjelasan dan penafsiran. Deskripsi tersebut biasanya mencakup konteks dan peristiwa yang terjadi sebelum dan sesudah peristiwa yang gayut dengan persoalan yang diteliti. Metode ini dapat diterapkan pada kelompok dan individu.

2) Catatan LapanganTeknik ini sejenis dengan catatan anekdot, tetapi mencakup kesan dan penafsiran subjektif.

Deskripsi boleh mencakup referensi misalnya pelajaran yang lebih baik, perilaku kurang perhatian, pertengkaran picik, kecerobohan, yang tidak disadari oleh guru atau pimpinan terkait. Seperti halnya catatan anekdot, perhatian diarahkan pada persoalan yang dianggap menarik.

3) Deskripsi Perilaku EkologisTeknik ini kurang terarah pada persoalan jika dibandingkan dengan teknik pertama di

atas. Teknik ini berusaha untuk mencatat hasil observasi dan pemahaman terhadap urutan perilaku yang lengkap.

Deskripsi sebaiknya mengurangi penafsiran psikologis dan terminologis, seperti telah disinggung di atas. Misalnya, ketika seorang siswa diamati tertawa terbahak-bahak, peneliti tidak boleh memberi komentar tentang maksud tertawa siswa tersebut. Atau ketika beberapa siswa menolak mengerjakan tugas, peneliti tidak boleh menafsirkan bahwa penolakan tersebut karena malas atau alasan lain. Kecenderungan untuk memberikan penilaian seperti ini banyak dialami oleh peneliti pemula. Mereka belum terlatih untuk menunda penilaian sampai refleksi dilakukan.

Page 11: MODUL 3 PTK

4) Analisis DokumenGambaran tentang persoalan, sekolah atau bagian sekolah, kantor atau bagian kantor,

dapat dikonstruksi dengan menggunakan berbagai dokumen: surat, memo untuk staf, edaran untuk orangtua atau karyawan, memo guru atau pejabat, papan pengumuman guru, papan pengumuman siswa, pekerjaan siswa yang dipamerkan, tes formal dan informal, publikasi siswa atau karyawan, kebijaksanaan, dan/atau peraturan. Dokumen-dokumen ini dapat memberikan informasi yang berguna untuk berbagai persoalan.

5) Catatan HarianCatatan harian adalah riwayat pribadi yang dilakukan secara teratur seputar topik yang

diminati atau yang diperhatikan. Catatan harian mungkin memuat observasi, perasaan, reaksi, penafsiran, refleksi, dugaan, hipotesis, dan penjelasan. Persoalan mungkin berkisar dari riwayat tentang pekerjaan siswa atau karyawan individual sampai pemantauan diri tentang perubahan dalam metode mengajar atau metode pengawasan. Siswa atau karyawan dapat didorong untuk membuat catatan harian tentang topik yang sama untuk memperoleh perspektif alternatif.

6) PortofolioTeknik ini digunakan untuk membuat koleksi bahan yang disusun dengan tujuan tertentu.

Portfolio mungkin memuat hal-hal seperti tambatan rapat staf yang gayut dengan sejarah suatu persoalan yang diteliti, korespondensi yang berkaitan dengan kemajuan dan perilaku subyek penelitian, kliping korespodensi dan surat kabar yang berkaitan dengan persoalan di mana lembaga tempat penelitian menjadi pusat perhatian khalayak ramai, dan/atau tambatan rapat staf yang relevan; singkatnya dokumen apa pun yang relevan dengan persoalan yang diteliti dapat dimuat.

7) AngketAngket terdiri atas serangkaian pertanyaan tertulis yang memerlukan jawaban tertulis.

Pertanyaan ada dua macam.a) Terbuka: meminta informasi atau pendapat dengan kata-kata responden sendiri. Pertanyaan

macam ini berguna bagi tahap-tahap eksplorasi, tetapi dapat menghasilkan jawaban jawaban yang sulit untuk disatukan. Jumlah angket yang dikembalikan mungkin juga sangat rendah.

b) Tertutup atau pilihan ganda: meminta responden untuk memilih kalimat atau deskripsi yang paling dekat dengan pendapat, perasan, penilaian, atau posisi mereka.

8) WawancaraTeknik ini memungkinkan meningkatnya fleksibilitas dari pada angket, dan oleh sebab itu

berguna untuk persoalan-persoalan yang sedang dijajagi daripada yang secara jelas dibatasi dari awal.

9) Jadwal dan daftar tilik (checklist) interaksiKedua teknik ini dapat digunakan oleh peneliti atau pengamat. Teknik-teknik ini boleh

berdasarkan waktu, atau berdasarkan peristiwa, yang pencatatannya dilakukan kapan saja peristiwa tertentu terjadi. Berbagai perilaku dicatat dalam kategori waktu perilaku itu terjadi untuk membangun gambaran tentang urutan perilaku yang diteliti. Misalnya dalam situasi sekolah, kategori jadual dan daftar tilik (checklist) dapat menunjuk pada:

a) Perilaku verbal guru: misalnya bertanya, menjelaskan, mendisiplinkan (individu atau kelompok), memberi contoh melafalkan kata/frasa/kalimat

b) Perilaku verbal siswa: misalnya, menjawab, bertanya, menyela, berkelakar, mengungkapkan diri, menyanggah, menyetujui.

c) Perilaku nonverbal guru: misalnya, tersenyum, mengerutkan kening, memberi isyarat, menulis,

Page 12: MODUL 3 PTK

berdiri dekat siswa pandai, duduk dengan siswa lamban. Perilaku nonverbal siswa: misalnya menoleh, mondar-mandir, menulis, menggambar, menulis cepat, tertawa, menangis, mengerutkan dahi, mengatupkan bibir.

10) Rekaman pitaMerekam berbagai peristiwa seperti pelajaran, rapat diskusi, seminar, lokakarya, dapat

menghasilkan banyak informasi yang bermanfaat yang tertakluk (tunduk) pada analisis yang cermat. Metode ini khususnya berguna bagi kontak satu lawan satu dan kelompok kecil di mana perekam jinjing dapat digunakan atau analisis satu perilaku dapat dilakukan. Jika transkripsi ekstensif diperlukan, prosesnya mungkin menjadi sangat panjang dari segi waktu.

11) Rekaman videoPerekam video dapat dioperasikan oleh peneliti untuk merekam satuankegiatan/peristiwa

untuk dianalisis kemudian, misalnya kegiatan pembelajaran di kelas.Akan lebih baik jika satuan rekamannya pendek karena pemutaran ulang akan memakanwaktu. Bila ada asisten yang membantu, lebih banyak perhatian dapat diberikan padareaksi dan perilaku subyek secara perorangan (guru dan siswa), yang aspek-aspeknyadisepakati sebelum perekaman. Peneliti sendiri dapat merekam aspek tertentu daripelaksanaan pekerjaannya sendiri. Subyek-subyek terpilih mungkin juga dapat merekambeberapa aspek pelaksanaan pekerjaan mereka untuk dianalisis kemudian.

12) Foto dan slideFoto dan slide mungkin berguna untuk merekam peristiwa penting, misalnyaaspek

kegiatan kelas, atau untuk mendukung bentuk rekaman lain. Peneliti dan pengamatboleh menggunakan rekaman fotografik. Karena daya tariknya bagi subyek penelitian,foto dapat diacu dalam wawancara berikutnya dan diskusi tentang data.

13) Penampilan subyek penelitian pada kegiatan penilaianTeknik ini digunakan untuk menilai prestasi, penguasaan, mendiagnosis kelemahan dsb. Alat

penilaian tersebut dapat dibuat oleh peneliti atau para ahlinya. Pemilihan teknik pengumpulan data ini tentu saja disesuaikan dengan jenis data yang akan dikumpulkan. Pemilihan teknik pengumpulan data hendaknya dipilih sesuai dengan ciri khas data yang perlu dikumpulkan untuk mendukung tercapainya tujuan penelitian. Untuk keperluan trianggulasi, data yang sama dapat dikumpulkan dengan teknik yang berbeda.

e. Analisis Data Analisis data adalah analisis data yang telah terkumpul guna mengetahui seberapa besar

keberhasilan tindakan dalam penelitian untuk perbaikan belajar siswa. Dalam menganalisis data, peneliti bisa menggunakan nilai rata-rata (∑) dan atau persentase (%) pada tiap siklus agar diketahui peningkatannya.

6. Sistematika Proposal PTK Menurut Direktorat Pembinaan Pendidikan Tenaga Kependidikan dan Ketenagaan Perguruan

Tinggi (2005:12) bahwa sistematika proposal PTK meliputi: (1) halaman sampul usulan penelitian; (2) halaman pengesahan; (3) judul penelitian; (4) bidang kajian; (5) pendahuluan; (6) perumusan dan pemecahan masalah; (7) tujuan penelitian; (8) manfaat hasil penelitian; (9) kajian pustaka; (10) rencana dan prosedur penelitian; (11) jadwal penelitian; (12) biaya penelitian; (13) personalia penelitian; (14) daftar pustaka; (15) lampiran-lampiran, yang meliputi, (a) instrumen penelitian; (b) curriculum vitae semua peneliti; (c) surat keterangan dari kepala sekolah/instansi.

Page 13: MODUL 3 PTK

Berdasarkan urutan tersebut, sistematika proposal PTK adalah sebagai berikut: HALAMAN JUDUL/HALAMAN SAMPUL PROPOSAL PENELITIANHALAMAN PENGESAHANA. JUDUL PENELITIANB. BIDANG KAJIANC. PENDAHULUAND. PERUMUSAN DAN PEMECAHAN MASALAHE. TUJUAN PENELITIANF. MANFAAT HASIL PENELITIANG. KAJIAN PUSTAKAH. RENCANA DAN PROSEDUR PENELITIANI. JADWAL PENELITIANJ. BIAYA PENELITIANK. PERSONALIA PENELITIANL. DAFTAR PUSTAKA M. LAMPIRAN-LAMPIRAN

1. Instrumen Penelitian2. Curriculum Vitae semua peneliti3. Surat keterangan dari kepala sekolah

Adapun penjelasan komponen pokok sebagai berikut:

a. Judul PenelitianJudul penelitian hendaknya singkat maksimal 20 kata, spesifik, dan cukup jelas menggambarkan

masalah yang akan diteliti, tindakan untuk mengatasi masalah, hasil yang diharapkan dan tempat penelitian.

Judul PTK merupakan ide yang diangkat dari identifikasi masalah yang ada. Untuk membuat judul PTK dapat dilihat pada bagan berikut ini:

Sebagai contoh judul PTK adalah Penerapan Pembelajaran Model Active Learning untuk meningkatkan Kemampuan Memecahkan Masalah Waris pada Mata Pelajaran Fiqh di Kelas XI Madrasah Aliyah.

b. Bidang KajianBidang kajian penelitian tindakan kelas meliputi; (1) masalah belajar siswa di kelas; (2) desain

dan strategi pembelajaran; (3) alat bantu; (4) media dan sumber belajar; (5) sistem asesmen dan evaluasi; (6) pengembangan pribadi peserta didik; (7) pendidik dan tenaga kependidikan lainnya; (8) masalah kurikulum.

c. Pendahuluan

Apa akar masalahnya? Identifikasi Masalah

Analisis (SWOT) apa solusi dan tindakannya?

Judul PTK

Page 14: MODUL 3 PTK

Dalam pendahuluan, kemukakan secara jelas bahwa masalah yang diteliti merupakan sebuah masalah yang nyata di sekolah, dan diagnosis dilakukan oleh guru di sekolah. Masalah yang akan diteliti merupakan sebuah masalah penting dan mendesak untuk dipecahkan, serta dapat dilaksanakan dilihat dari segi ketersediaan waktu, biaya dan daya dukung lainnya yang dapat memperlancar penelitian tersebut. Setelah diidentifikasi masalah penelitiannya, maka selanjutnya perlu dianalisis dan dideskripsikan secara cermat akar penyebab dari masalah tersebut. Penting juga digambarkan situasi kolaboratif antar anggota peneliti dalam mencari masalah dan akar penyebab munculnya masalah tersebut. Prosedur yang digunakan dalam mengidentifikasi masalah perlu dikemukakan secara jelas dan sestematis.

d. Perumusan dan Pemecahan Masalah1. Perumusan Masalah

Secara bahasa, rumus adalah ringkasan atau pernyataan. Rumusan masalah berarti ringkasan atau pernyataan mengenai masalah. Dalam konteks ini, yang dimaksud rumusan masalah adalah ringkasan dari sekian banyak masalah yang tertuang pada subbab latar belakang masalah, sehingga menjadi pernyataan yang tepat. Tetapi, pernyataan tersebut akan selalu berupa pertanyaan sehingga kompleksitas permasalahan dapat disederhanakan. Rumusan masalah dalaam PTK harus mengandung ide peneliti yang akan digunakan untuk mengatasi masalah itu sendiri. Jadi, rumusan masalah tidak sekadar kalimat tanya yang sifatnya umum, tetapi telah dirumuskan secara spesifik. Berikut ini adalah beberapa contoh rumusan masalah dalam PTK. a) Bagaimana persepsi dan kesan siswa terhadap metode active learning dalam pelajaran fiqh

waris? b) Bagaimana meningkatkan hasil belajar waris dengan metode active learning pada pelajaran

fiqh di kelas XI MA Bandung? c) Bagaimana penerapan active learning dalam pembelajaran fiqh waris pada pelajaran Fiqh di

kelas XI MA Bandung?

2. Pemecahan MasalahIdentifikasi alternatif tindakan yang dapat dilakukan untuk memecahkan masalah. Berikan argumentasi yang logis mengenai pilihan tindakan yang akan dilakukan untuk memecahkan masalah (misalnya: karena kesesuaiannya dengan masalah, kemutakhiran, keberhasilannya dalam penelitian sejenisnya, dll). Cara pemecahan masalah ditentukan berdasarkan ketepatannya dalam mengatasi akar penyebab permasalahan, cara pemecahan masalah dirumuskan dalam bentuk tindakan (action) yang jelas dan terarah. Kemukakan hipotesis tindakan bila diperlukan. Rumuskan indikator keberhasilan tindakan yang dilakukan. Kemukakan cara pengukuran indikator serta cara mengevaluasinya sehingga dapat diukur tingkat pencapaian keberhasilannya.

e. Tujuan PenelitianKemukakan secara singkat dan jelas tujuan penelitian yang ingin dicapai dengan mendasarkan

pada permasalahan yang ditemukan dalam rumusan masalah. Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian harus sejalan dengan jawaban

atas pertanyaan dalam rumusan masalah. Dengan mengacu rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah :

a. Untuk mengetahui persepsi dan kesan siswa terhadap pelaksanaan pembelajaran fiqh waris dengan metode active learning.

b. Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar waris melalui metode active learning.c. Untuk mengetahui penerapan active learning dalam pembelajaran fiqh waris.

f. Manfaat hasil PenelitianUraikan manfaat hasil penelitian terutamanya untuk perbaikan kualitas pendidikan dan/atau

pembelajaran, sehingga tampak manfaatnya bagi siswa, guru, komponen pendidikan terkait di sekolah,

Page 15: MODUL 3 PTK

dan guru. Kemukakan hal-hal baru sebagai hasil kreativitas pembelajaran yang akan dihasilkan dari penelitian ini.

Karena hakikat PTK adalah untuk meningkatkan proses dan hasil belajar siswa, hendaknya dalam mencantumkan manfaat penelitian lebih menitikberatkan pada apa yang akan diperoleh siswa setelah menggunakan hasil penelitian ini. Sekadar contoh, manfaat temuan penelitian ini adalah seperti berikut: Terkumpulnya persepsi dan kesan siswa dalam pembelajaran fiqh waris dengan metode active learning.

g. Kajian Pustaka/Kajian TeoriBanyak ahli yang menyebut bab ini secara berbeda, sebagian menyebut kajian pustaka, sebagian

lain, landasan teori dan sebagian lain menyebut kajian teori dan tinjauan pustaka. Namun tujuannya adalah sama yakni menguraikan dengan jelas kajian teoritis dan empiris yang menumbuhkan gagasan usulan PTK yang sejalan dengan rumusan dan hipotesis tindakan (bila ada). Kemukakan juga teori dan hasil penelitian lain yang mendukung pilihan tindakan untuk mengatasi permasalahan penelitian tersebut. Uraian ini digunakan sebagai dasar penyusunan kerangka berpikir yang akan digunakan dalam penelitian.

Setelah melakukan kajian pustaka secara mendalam, peneliti harus menunjukkan bahwa penelitian yang diangkat adalah benar-benar asli dan bukan plagiat. Sekadar contoh

h. Rencana dan Prosedur PenelitianKemukakan subjek penelitian, waktu dan lamanya tindakan, serta tempat penelitian secara jelas.

Prosedur hendaknya dirinci dari pelaksanaan, penelaksanaan tindakan, observasi, evaluasi refleksi, yang bersifat siklis. i. Jadwal Penelitian

Buat jadwal kegiatan penelitian yang meliputi perencanaan, persiapan, pelaksanaaan monitoring, seminar dan penyusunan laporan hasil penelitian dalam bentuk Gantt Chart. Jadwal kegiatan penelitian disusun sesuai dengan aturan institusi pemberi dana, misalnya selama tiga, enam atau sembilan bulan.

Contoh jadwal penelitian tindakan kelas (selama 6 bulan)No Kegiatan Bulan ke

I II III IV V VI1 Persiapan, penyusunan proposal X2 Pelaksanaan siklus I X3 Pelaksanaan siklus II X4 Pelaksanaan siklus III X5 Analisis Data X X6 Seminar lokal hasil PTK X7 Pembuatan Hasil Penelitian X8 DiseminasiHasil Penelitian X8 Revisi Laporan Hasil Penelitian X

j. Biaya PenelitianKemukakan biaya–biaya penelitian secara rinci mengacu pada kegiatan penelitian (kondisional menurut keperluan peneliti/lembaga).

k. Personalia Penelitianl. Daftar Pustakam. Lampiran-lampiran

- Instrumen Penelitian- Curriculum Vitae semua peneliti- Surat keterangan dari kepala sekolah/lokasi PTK

7. Menyusun Rencana dan Laporan PTKPenyusunan proposal merupakan lengkah awal dalam kegiatan penelitian. Proposal mempunyai

Page 16: MODUL 3 PTK

kedudukan yang sangat penting karena proposal tersebut merupakan gambaran umum tentang tahapan dan langkah-langkah yang akan dilakukan oleh seorang peneliti. Dengan adanya proposal, seorang peneliti tidak akan ragu-ragu melakukan tindakanya karena sudah memiliki pedoman. Proposal Penelitian Tindakan Kelas tidak jauh berbeda dengan rancangan proposal penelitian secara umum. Suatu proposal penelitian tindakan kelas, memberikan rancangan yang cukup jelas dan akurat tentang judul, masalah, kajian teori, hipotesis. Pengembangan instrumen, analisis data, teknik peloporan.

Substansi secara umum, sistematika proposal penelitian tindakan kelas terdiri dari komponen-komponen berikut: (1) judul, (2) latar belakang masalah, (3) identifikasi masalah, (4) pembatasan dan perumusan masalah, (5) cara pemecahan masalah, (6) tujuan tindakan, (7) manfaat tindakan, (8) krangka konseptual dan hipotesis tindakan, (9) metode penelitian. Metode penelitian mencakup unsur-unsur: (a) subjek dan objek penelitian, (b) rancangan penelitian, yang mencakup: perencanaan, tindakan, pengamatan, refleksi, perencanaan ulang, dst, (c) instrumen penelitian dan teknik pengumpulan data, (d) analisis data dan kriteria keberhasilan.

Secara garis besar, rincian dari setiap Laporan Penelitian Tindakan Kelas sebagai berikut:

1) Abstrak. Pada bagian ini dituliskan dengan ringkas hal-hal pokok tentang (a) permasalahan khususnya rumusan masalah, (b) tujuan, (c) prosedur pelaksanaan PTK, dan (d) hasil penelitian. Ditulis dalam satu halaman, satu spasi, maksimal tiga alinea atau hal ini tergantung pada sumber data atau ketentuan dari lembaga pemesan.

2) Pendahuluan. Memuat unsur latar belakang masalah, data awal tentang permasalahan pentingnya masalah dipecahkan, identifikasi masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, serta definisi istilah, bila dianggap perlu.

3) Kajian Teori dan Hipotesis Tindakan. Menguraikan teori terkait dan temuan penelitian yang relevan yang memberi arah kepelaksanaan PTK dan usaha peneliti membangun argumen teoritik bahwa dengan tindakan tertentu dimungkinkan dapat meningkatkan mutu proses dan hasil pendidikan dan pembelajaran, bukan untuk membuktikan teori. Dalam uraian bab ini diakhiri dengan pertanyaan penelitian dan hipotesis tindakan.

4) Pelaksanaan Penelitian. Mengandung unsur: deskripsi lokasi, waktu, mata pelajaran, karakteristik siswa di sekolah sebagai subyek penelitian. Kejelasan tiap siklus: rancangan, pelaksanakaan, cara pemantauan, beserta jenis instrumen, usaha validasi hipotesis dengan cara refleksi. Tindakan yang dilakukan bersifat rasional dan feasible serta collaborative. Berikan gambaran kondisi lapangan saat tindakan dilakukan, secara kuantitatif maupun kualitatif tentang semua aspek yang dapat direkam pada waktu penelitian.

5) Hasil penelitian dan Pembahasan. Menyajikan uraian masing-masing siklus dengan data lengkap mulai dari perencanaan, pelaksanaan pengamatan, dan refleksi yang berisi penjelasan tentang aspek keberhasilan. Baik data pra PTK , data setelah siklus I maupun data-data siklus berikutnya. Sajian data dalam bab ini mendeskripsikan secara jelas perubahan/perbaikan yang diperoleh dari hasil kegiatan observasi, yang dapat dibuat dalam bentuk grafik/tabel dengan berikan berbagai penjelasan dan analisis data.

6) Simpulan dan Saran. Kemukakan simpulan yang diperoleh dari hasil analisis pada bab sebelumnya, dengan memperhatikan perumusan masalah dan tujuan penelitiannya. Utarakan keterbatasan penelitiannya, kemudian sampaikan saran. Ada dua macam saran: (a) saran untuk penelitian lanjut, dan (b) saran untuk penerapan hasil penelitian.

LAMPIRAN: CONTOH USULAN/PROPOSAL PTK

Page 17: MODUL 3 PTK

JUDUL PENELITIAN:

PENERAPAN PEMBELAJARAN MELALUI METODE PROBLEM SOLVING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA DALAM MEMAHAMI MATERI ZAKAT

A. LATAR BELAKANGNilai rata-rata mata pelajaran Quran Hadis pada siswa MTs kelas IX masih belum memuaskan.

Sementara materi yang ada dalam kelas adalah materi-materi yang bukan hanya membutuhkan hafalan dan pemahaman semata, tetapi penerapan dalam aplikasi zakat

Salah satu kelemahan yang cukup mendasar adalah kemampuan siswa untuk memahami konsep dasar zakat dan cara perhitungannya. Salah satu indikasinya adalah rendahnya skor nilai ketika mereka diberikan contoh soal atau contoh latihan yang berbeda dengan apa yang ada di buku. Termasuk di antaranya ketika mereka diberi soal atau latihan tentang materi zakat dan perhitungannya.

Metode problem solving merupakan di antara metode yang dapat digunakan untuk memahami materi zakat. Metode ini dianggap mampu untuk meningkatkan pemahaman siswa untuk memahami materi zakat. Anggapan ini, karena problem solving, sebagaimana yang pernah diteliti penerapan metode ini untuk IPS oleh Tin Rustini (2008) memiliki kelebihan-kelebihan sebagai berikut:

a. Model Problem Solving mampu melatih siswa mengembangkan kemampuan berfikir reflektif, kritis, dan kreatif

b. Model Problem Solving berhasil dengan baik bila menggunakan strategi yang bervariatifc. Model problem solving dapat memberikan kemudahan kepada guru dalam melaksanakan

pembelajarand. Model pembelajaran dengan menerapkan problem solving dapat meningkatkan kualitas proses

maupun hasil belajar siswa.Dengan kelebihan yang dimiliki dan telah dibuktikan bahwa metode ini mampu meningkatkan

partisipasi dan kemampuan berfikir siswa sehingga dapat meningkatkan kualitas proses maupun hasil belajar siswa, diharapkan metode ini juga terbukti mampu untuk meningkatkan pemahaman siswa untuk memahami munasabah Al-Qur’an. Karena alasan ini, penting adanya penelitian tindakan kelas untuk mengetahui bagaimana Penerapan Pembelajaran Melalui Metode Problem Solving untuk Meningkatkan Kemampuan Siswa MTs Kelas IX dalam Memahami Materi Zakat.

B. RUMUSAN MASALAHBerdasarkan latar belakang di atas, maka masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai

berikut:

1. Bagaimana persepsi dan kesan siswa terhadap metode problem solving dalam pelajaran materi zakat?

2. Bagaimana metode problem solving dapat meningkatkan partisipasi siswa dalam pelajaran materi zakat?

3. Bagaimana metode problem solving dapat meningkatkan prestasi siswa dalam pelajaran materi zakat?

Page 18: MODUL 3 PTK

C. TUJUAN PENELITIANBerdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dalam penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui persepsi dan kesan siswa terhadap metode problem solving dalam pelajaran materi zakat.

2. Untuk mengetahui peningkatan partisipasi siswa melalui metode problem solving dalam pelajaran materi zakat.

3. Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa melalui metode problem solving dalam pelajaran materi zakat.

D. MANFAAT HASIL PENELITIANHasil penelitian di atas diharapkan dapat bermanfaat langsung bagi sekolah, guru, dan terutama siswa.

Manfaat tersebut masing-masing dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Bagi sekolah, hasil penelitian di atas diharapkan dapat meningkatkan kualitas pembelajaran Fiqh. 2. Bagi guru, penelitian di atas memberikan pengalaman secara langsung dan memberikan

gambaran sebagai salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran Fiqh

3. Bagi siswa, penelitian di atas memberikan pengalaman bagi mereka dengan terkumpulnya persepsi dan kesan siswa dalam pembelajaran Fiqh

E. KAJIAN PUSTAKA1. Belajar, Pembelajaran, dan Hasil BelajarBanyak pengertian tentang arti belajar. Berikut ini di antara arti belajar yang dihimpun dalam

tulisannya Idil Fitriani (2010) sebagai berikut:

a. Belajar adalah suatu proses dimana suatu tingkah laku ditimbulkan atau diperbaiki melalui serentetan reaksi atau situasi (atau rangsang) yang terjadi.

b. Belajar sebagai perubahan tingkah laku pada diri individu berkat adanya interaksi antara individu dengan individu dan individu dengan lingkungan sehingga mereka lebih mampu berinteraksi dengan lingkungannya.

c. Belajar adalah ”Suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya atau belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan sesorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”.

Lebih lengkap tentang konsep belajar, dihimpun oleh Syaiful Sagala (2006:14-34) sebagai berikut:

a. Menurut pandangan Skinner, belajar adalah suatu proses adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara progressif.

b. Menurut pandangan Robert M Gagne, belajar merupakan kegiatan kompleks, dan hasil belajar berupa kapabilitas, timbulnya kapabilitas disebabkan dua hal: (1) stimulasi yang berasal dari lingkungan; (2) proses kognitif yang dilakukan oleh pelajar.

c. Menurut pandangan Piaget, ada dua proses yang terjadi dalam perkembangan dan pertumbuhan kognitif anak, yaitu: (1) proses asimilasi. Dalam proses ini menyesuaikan atau mencocokkan informasi yang baru itu dengan apa yang telah ia ketahui dengan mengubahnya bila perlu; (2) proses akomodasi, yaitu anak menyusun dan membangun kembali atau mengubah apa yang telah diketahui sebelumnya sehingga informasi yang baru itu dapat disesuaikan dengan lebih baik.

Page 19: MODUL 3 PTK

d. Menurut pandangan Carl R. Rogers, praktik pendidikan menitikberatkan pada segi pengajaran, bukan pada siswa yang belajar. Praktik tersebut ditandai oleh peran guru yang dominan dan siswa hanya menghafalkan pelajaran.

e. Menurut pandangan Benjamin Bloom, keseluruhan tujuan pendidikan dibagi atas hierarki atau taksonomi menjadi tiga domain, yaitu: (1) Domain kognitif mencakup kemampuan intelektual mengenal lingkungan yang terdiri atas enam macam kemampuan yang disusun secara hierarkis dari yang paling sederhana sampai yang paling kompleks, yaitu: pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan penilaian; (2) Domain afektif mencakup kemampuan-kemampuan emosional dalam mengalami dan menghayati sesuatu hal yang meliputi lima macam kemampuan emosional, yaitu: kesadaran, partisipasi, penghayatan nilai, pengorganisasian nilai, dan karakterisasi diri; (3) Domain psikomotor yaitu kemampuan-kemampuan motorik menggiatkan dan mengkoordinasikan gerakan terdiri dari: gerakan refleks, gerakan dasar, kemampuan perseptual, kemampuan jasmani, gerakan-gerakan terlatih, dan komunikasi non-diskursif.

f. Menurut pandangan Jerome S. Bruner, cara-cara bagaimana orang memilih, mempertahankan, dan mentransformasikan informasi secara efektif, inilah inti dari belajar.

Adapun pembelajaran merupakan proses komunikasi dua arah, mengajar dilakukan oleh pihak guru sebagai pendidik, sedangkan belajar dilakukan oleh peserta didik atau murid. Menurut Corey, pembelajaran adalah suatu proses dimana lingkungan seseorang secara disengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku tertentu dalam kondisi-kondisi khusus atau menghasilkan respons terhadap situasi tertentu (Sagala, 2006:61).

Apa yang didapat setelah seseorang belajar? Hasil yang diperlihatkan dan dicapai setelah orang belajar adalah prestasinya. Dikatakan dalam bukunya Abin Syamsudin (1981:86) prestasi belajar adalah kecakapan yang dapat didemonstrasikan dan dapat diuji saat itu, karena merupakan hasil belajar yang bersangkutan dengan cara, bahan dan dalam hal tertentu yang telah dipelajarinya dan manifestasinya dapat dideteksi dalam term-term pengetahuan, keterampilan, dan sikap-sikap dengan menggunakan alat ukur. Dalam bukunya Syaiful Sagala (2006:17) ditambahkan, bahwa setelah belajar orang memiliki keterampilan, pengetahuan, sikap, dan nilai. Dalam Kompetensi Inti kurikulum 2013, kompetensi yang diharapkan setelah seseorang belajar adalah memiliki empat kompetensi Inti, yaitu sikap spiritual, sikap sosial, pengetahuan, dan keterampilan. Sikap yang dikatakan dalam bukunya Sagala di atas, dijabarkan dalam kurikulum 2013 sebagai sikap spiritual dan sikap sosial. Adapun domain dari ketiga term-term pengetahuan, keterampilan, dan sikap dapat dilihat rinciannya sebagaimana belajar dalam pandang Benjamin Bloom di atas.

2. Metode Problem SolvingMetode pemecahan masalah merupakan metode pembelajaran yang menekankan pada aktivitas siswa

dalam memecahkan masalah. Pembelajaran dengan menggunakan metode pemecahan masalah merupakan suatu cara yang lahir dari perubahan mendasar tentang cara belajar siswa. Belajar tidak lagi dipandang sebagai proses menerima informasi untuk disimpan dimemori siswa, namun siswa belajar mendekati setiap persoalan dengan pengetahuan yang telah mereka miliki, mengasimilasi informasi baru dan membangun pengertian sendiri (Fitriyanti, 2009:40).

Dalam metode pemecahan masalah, ada beberapa tahapan yang harus terlebih dahulu dipahami. Menurut Dewey dalam Fitriyanti (2009:40), terdapat beberapa pendapat mengenai tahap-tahap pelaksanaan dalam penerapan metode pemecahan masalah, yaitu:

a. Merumuskan masalah;

Page 20: MODUL 3 PTK

b. Menganalisis masalah;c. Merumuskan hipotesis;d. Mengumpulkan data;e. Pengujian hipotesis;f. Penarikan kesimpulan.Adapun dalam bukunya Syaiful Sagala (2006:23-24), kegiatan belajar memecahkan masalah biasanya

meliputi lima langkah sebagai berikut:

a. Mengidentifikasi masalahb. Merumuskan dan membatasi masalahc. Menyusun pertanyaan-pertanyaand. Mengumpulkan data-datae. Analisis dari sejumlah permasalahan belajar sehingga dapat merumuskan atas pertanyaan-

pertanyaan penting mengenai belajar serta penarikan kesimpulan.Menurut Haris (1998) dalam Ikhwanudin dkk (2010:217), secara ringkas proses problem solving

(pemecahan masalah) meliputi langkah-langkah:

a. Mengumpulkan informasi dan sumber daya untuk dievaluasi serta memperoleh gambaran yang jelas tentang situasi dan memastikan pemahaman yang benar atasnya;

b. Brainstorming dan merencanakan proses solusi. Brainstorming adalah melihat situasi beserta perubahannya, serta memperkirakan konsekuensi dari perubahan tersebut;

c. Mengimplementasikan solusi. Setelah serangkaian langkah diidentifikasi, perlu dilihat hasil dari tiap langkah untuk memastikan bahwa langkah-langkah yang diambil sejauh ini menghasilkan hasil yang diinginkan;

d. Memeriksa hasil. Setelah solusi dicapai, perlu diperiksa kembali untuk memastikan bahwa hasil yang dicapai sudah sesuai dengan tujuan yang ditetapkan.

Menurut Maloy dkk (2010) dalam Ikhwanuddin dkk (2010:217-218), ada lima langkah penting dalam pembelajaran problem solving, yaitu:

a. Apakah jenis pertanyaannya? Hal ini bertujuan untuk menghubungkan pertanyaan dengan pendekatan yang telah diketahui;

b. Apa tujuan pertanyaan? atau apa yang dicari dari pertanyaan?;c. Apa yang sudah diketahui?;d. Apa rencana saya untuk memecahkan masalah?;e. Bagaimana saya tahu bahwa saya telah memecahkan masalah tersebut?Kemudian menurut Singh dan Haileselassie (2010) dalam Ikhwanuddin dkk (2010:218), problem

solving yang efektif dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Analisis Konseptual Masalahb. Perencanaan Solusi Masalahc. Penerapan dan Evaluasi Rencana Solusi Masalahd. Refleksi Proses Problem Solving3. Materi Zakat

Zakat merupakan sub-materi Fiqh yang diberikan kepada para siswa MTs kelas VIII Semester Ganjil. Kompetensi yang diharapkan dengan adanya sub-materi ini adalah:

Gr Kompetensi Dasar3. Memahami dan menerapkan pengetahuan 3.4 Menganalisis Ketentuan Pelaksanaan Zakat

Page 21: MODUL 3 PTK

(faktual, konseptual, dan prosedural) berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya terkait fenomena dan kejadian tampak mata

4. Mengolah, menyaji dan menalar dalam ranah konkret (menggunakan, mengurai, merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak (menulis, membaca, menghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang/teori

4.4 Menyajikan Ketentuan Pelaksanaan Zakat

4. Penerapan Metode Problem Solving dalam Memahami Materi ZakatBerdasarkan rincian-rincian dalam tiga sub-bab di atas, disertai dengan kelebihan-kelebihan metode

problem solving dimaksud, penerapan metode problem solving dalam memahami materi zakat dapat dilakukan di antaranya melalui tahapan-tahapan sebagai berikut:

a. Memahami pengertian dengan ruang lingkup bahasan secara baik untuk memahami situasi masalah

b. Memahami penerapan pengertian dengan ruang lingkup di atas dengan contoh yang diberikanc. Menganalisis masalah secara konseptual dengan contoh yang diberikand. Merencanakan proses solusi masalah dengan contoh yang berbedae. Penerapan solusi masalah dengan contoh yang berbedaf. Memeriksa hasil

F. RENCANA DAN PROSEDUR PENELITIAN1. Lokasi Penelitian2. Subjek Penelitian3. Pemecahan Masalah4. Tahap Pelaksanaan

G. JADWAL PENELITIANJadwal penelitian dapat dilihat misalnya dalam tabel sebagai berikut:

No KegiatanMinggu ke-

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

1

Persiapana. Penyusunan

Pedoman Kerjab. Penyusun

Instrumen Penelitian

X

X

2

Pelaksanaan siklus Ia. Perencanaanb. Tindakanc. Observasi dan

Evaluasid. Analisis dan

Refleksi

XXX

X

Page 22: MODUL 3 PTK

3

Pelaksanaan Siklus IIa. Perencanaanb. Tindakanc. Observasi dan

Evaluasid. Analisis dan

Refleksi

XXX

X

4

Pelaksanaan Siklus IIIa. Perencanaanb. Tindakanc. Observasi dan

Evaluasid. Analisis dan

Refleksi

XXX

X

5 Analisis Data X

6Seminar lokal hasil PTK

X

7Penyusunan Hasil Penelitian

X

8Revisi Laporan Hasil Penelitian

X

H. BIAYA PENELITIAN (Kondisional menurut keperluan)1. Persiapan Penelitian2. Tindakan3. Penyusunan Laporan Penelitian4. Penggandaan Laporan Akhir5. Honorarium6. Biaya Lain-lain

8. Rangkuman

Penelitian tindakan kelas merupakan penelitian yang bermisi untuk meningkatkan

kinerja guru dalam pembelajaran di kelas. Di samping itu hasil penelitian tindakan kelas ini bisa

memberikan masukan terutama kepada guru, seperti penggunaan metode dan strategi

pembelajaran yang lebih bermakna bagi siswa, perubahan seting kelas yang menarik, penggunaan

model penilaian yang terbarukan dan lain-lain. Dengan cara ini guru akan selalu berhasil dalam

pembelajaran di kelas dengan indikasi siswa selalu tertantang dengan hal-hal baru. Kemudian

secara umum penelitian ini menggunakan pola daur atau siklus untuk melihat peningkatan antar

silus sehingga akan tercapai perubahan perilaku siswa baik secara kognitif, afektif dan

psikomotorik sesuai indicator yang yang ditetapkan oleh peneliti.

9. Soal-soal1. PTK merupakan proses pengkajian masalah pembelajaran di kelas melalui sistem berdaur

(siklus), jelaskan apa yang dimaksud dengan siklus tindakan kelas!

2. Apa motivasi guru dalam melaksanakan penelitian tindakan kelas?

Page 23: MODUL 3 PTK

3. Jelaskan prosedur penelitian tindakan kelas pada pola refleksi dan berikan contoh yang aplikatif!

4. Apa saja objek penelitian tindakan kelas yang bisa dipilih guru?

5. Dalam menyusun judul penelitian tindakan kelas harus memenuhi 3 komponen penting. Jelaskan masing-masing komponen!