bab 3 metodologi ptk cerpen
DESCRIPTION
absiauhsoTRANSCRIPT
A. Observasi Awal Sebelum Penelitian
1. Observasi Awal
Observasi awal dimulai dari memilih lokasi penelitian dan mengurus perizinan secara
formal kepada kepala sekolah SMPN 1 Cimahi dan peneliti menyampaikan tujuan untuk
melaksanakan penelitian di kelas tersebut, setelah diberikan izin untuk melakukan penelitian
kemudian peneliti berkonsultasi dengan guru Bahasa Indonesia lainnya untuk merencanakan
penelitian yang akan dilaksanakan.
Peneliti melakukan observasi awal pada tanggal 3 September 2013 di dalam kelas untuk
mengetahui karakteristik siswa dan proses pembelajaran Bahasa Indonesia kelas IX , dari
observasi tersebut peneliti mengetahui karakteristik siswa kelas IX A. IXA merupakan kelas
yang tergolong unggulan di antara kelas yang lainnya, siswa siswinya penurut dan mudah
diatur, akan tetapi dalam proses pembelajaran Bahasa Indonesia siswa kelas IXA terlalu
terpaku dengan materi dan sumber dari buku saja ketika disuruh untuk memberikan contoh
riil kehidupan sosial, siswa kurang mampu dan juga sulit untuk memahami fenomena sosial
yang berhubungan dengan materi pelajaran yang dipelajari. Dari observasi awal tersebut
peneliti tertantang untuk meneliti kelas IX A, karena kelas IX A merupakan kelas unggulan
tetapi kenapa hanya tergantung pada materi yang disampaikan guru dan kurang memahami
fenomena sosial yang berhubungan dengan materi yang dipelajari.
“...metode yang selama ini digunakan untuk mengajar yaitu berdasarkan karakteristik
siswa dan juga saya selalu menawarkan terlebih dahulu kepada siswa, siswa ingin metode
yang seperti apa, dan selama ini siswa menginginkan pembelajaran yang bermacam-macam
supaya tidak bosan, akan tetapi kebanyakan siswa menginginkan metode konvensional atau
ceramah sehingga saya menggunakan metode tanya jawab, ceramah, diskusi dan kadang juga
menggunakan game seperti TTS. Bahan ajar yang digunakan yaitu yang berdasarkan
kurikulum KTSP dan selama ini menggunakan buku dari penerbit tiga serangkai dan dari
airlangga“. terkait dengan proses pembelajaran sebagai berikut:
“....proses pembelajaran Bahasa Indonesia yang selama ini berdasarkan program tahunan,
program semester, pengembangan silabus, rencana pembelajaran serta evaluasi. Akan tetapi
pelaksanaan pembelajarannya masih ada beberapa masalah dalam pembelajaran misalnya
siswa masih sering ramai, siswa kurang siap mengikuti pelajaran, kurang aktif dalam diskusi,
sulit menganalisa kasus dan lain sebagainya”.
Berdasarkan wawancara tersebut menunjukkan bahwa di SMPN 1 Cimahi sudah
menerapkan kurikulum KTSP dan mata pelajaran Bahasa Indonesia. metode yang selama ini
digunakan untuk mengajar berdasarkan karakteristik siswa dan penawaran kepada siswa,
berdasarkan permintaan siswa yang menginginkan menginginkan metode konvensional atau
ceramah sehingga metode yang diunakan selama ini yaitu menggunakan metode tanya jawab,
ceramah dan diskusi dan kadang juga menggunakan game seperti TTS sedangkan. Bahan ajar
yang digunakan yaitu buku yang berdasarkan kurikulum KTSP penerbit tiga serangkai dan
airlangga. Sedangkan proses pembelajaran Bahasa Indonesia yang dilakukan berdasarkan
program tahunan, program semester, pengembangan silabus, rencana pembelajaran serta
evaluasi. Akan tetapi pada proses pembelajarannya masih ada beberapa masalah dalam
pembelajaran misalnya siswa masih sering ramai, siswa kurang siap mengikuti pelajaran,
kurang aktif dalam diskusi, sulit menganalisa kasus dan lain sebagainya.
2. Perencanaan tindakan
Sebelum mengadakan penelitian, peneliti merencanakan tindakan yang diperlukan dalam
penelitian yaitu:
a. Berdiskusi dengan guru mata pelajaran Bahasa Indonesia lain tentang
karakteristik siswa dan kondisi siswa serta Menentukan masalah yang
urgen/penting dan menentukan kelas yang akan dijadikan penelitian serta
merencanakan tindakan perbaikan.
b. Mengidentifikasi masalah yang terjadi dan mengkaitkannya dengan SK, KD
c. Menyiapkan perangkat dalam memfasilitasi pembelajaran berbasis masalah
(Problem Based Learning) melalui RPP, panduan observasi, tes atau evaluasi
pembelajaran, angket umpan balik siswa terhadap pembelajaran berbasis
masalah, serta pedoman wawancara
B. Paparan data dan hasil penelitian
1. Paparan data dan temuan penelitian siklus 1
a. Perencanaan tindakan siklus 1
Hal-hal yang dipersiapkan peneliti dalam pembelajaran siklus 1 ialah:
1) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sebagaimana terlampir. RPP ini berisikan
pendahuluan atau kegiatan awal, kegiatan inti, kegiatan penutup/refleksi dan
evaluasi.
2) Membuat alat pre test beserta kunci jawaban yang dilakukan sebelum kegiatan inti
dimulai dengan tujuan untuk mengetahui kemampuan siswa sebelum pembelajaran
berbasis masalah.
3) Menyiapkan materi/bacaan yang relevan dengan topik/materi yang akan
disampaikan.
4) Menyiapkan instrumen penelitian yaitu lembar kerja siswa yang berupa cerpen,
lembar observasi untuk mengetahui kemampuan berpikir kritis siswa
5) Pembagian kelompok siswa berdasarkan heterogen nilai pre tes
6) Membuat alat evaluasi beserta kunci jawaban yang dilakukan setelah siklus I
berakhir dengan tujuan untuk mengetahui peningkatan kemampuan berpikir kritis
siswa
b. Pelaksanaan Tindakan Siklus I
Pelaksanaan pembelajaran siklus I dilaksanakan pada tanggal 15 September 2013
pembelajaran berlangsung pada jam 5-6 selama 2 x 40 menit. Dengan Kompetensi
Dasar 7.1 menganalisis nilai-nilai kehidupan dalam cerpen
1) Kegiatan awal:
a) Peneliti (sebagai guru) membuka salam, do’a yang dipimpin salah satu siswa,
memeriksa kehadiran siswa serta mengkondisikan siswa untuk siap dalam
mengikuti pembelajaran
b) Sebelum pelajaran dimulai peneliti memberikan pre test untuk mengukur sejauh
mana kemampuan siswa terhadap pelajaran Bahasa Indonesia khususnya sastra
c) Guru menjelaskan kompetensi yang harus dicapai dalam kegiatan pembelajaran
dan menjelaskan prosedur pembelajaran berbasis masalah.
2) Kegiatan inti:
a) Guru memberikan materi tentang bentuk-bentuk hubungan sosial
b) Guru membagi siswa dalam kelompok-kelompok dan memberikan lembar kerja
kelompok dan cerpen yang berhubungan dengan materi yang terkait, serta
menjelaskan kinerja kelompok selama pembelajaran
c) Setiap kelompok menentukan ketua kelompok dan sekretaris serta anggota
kelompoknya.
d) Guru meminta setiap kelompok untuk mempresentasikan hasil kerja kelompok di
depan kelas dan siswa yang lain bertanya dan menanggapi
3) Kegiatan akhir:
a) Guru mereviu kegiatan pembelajaran, mengecek pemahaman siswa terhadap
kasus yang telah dianalisis dengan memberikan pertanyaan tentang masalah atau
artikel dan hubungannya dengan materi yang terkait
b) Guru memberikan tugas kepada masing-masing kelompok untuk menjawab
pertanyaan seputar materi dan juga menganalisiscerpen serta mengaitkannya
dengan nilai kehidupan
c) Guru mereviu kegiatan pembelajaran, sekaligus menutup pertemuan dengan do’a
dan salam
c. Observasi tindakan siklus I
Observasi pada siklus I ini dilakukan pada saat pembelajaran berlangsung. Di
awal pembelajaran siswa cukup antusias mengikuti pelajaran hal tersebut terlihat
dari jawaban salam yang kompak dan bersemangat dan pada saat presensi siswa juga
menajwab dengan semangat, pada saat pre test siswa mengerjakan dengan serius
meskipun masih ada beberapa siswa yang mencari jawaban temannya atau
mencontek. Untuk mengkondisikan hal tersebut guru keliling terutama siswa yang
mencontek sehingga siswa terlihat malu dan tidak mencontek lagi. Saat guru
menjelaskan tujuan pembelajaran siswa juga mendengarkan dengan seksama apa
yang disampaikan guru
Pada kegiatan inti yaitu pembelajaran berbasis masalah guru memberikan materi
tentang bentuk-bentuk teori cerpen, tetapi masih ada beberapa siswa yang bercanda
dengan temannya sendiri dan kurang memperhatikan apa yang disampaikan guru.
Kemudian guru membagi kelas mejadi beberapa kelompok, pembagian kelompok ini
selain berdasarkan heterogen siswa Guru memberikan lembar kerja siswa beserta
artikel atau berita terkini, siswa terlihat bekerjasama dengan kelompoknya meskipun
ada beberapa siswa tidak bekerjasama dengan kelompok dan ramai sendiri. Pada
kegiatan ini siswa masih kurang mampu memahami dan menganalisis cerpen dan
beberapa siswa tampak ragu-ragu dan takut untuk mengajukan pertanyaan akan
tetapi dengan adanya stimulus berupa reward maka siswa menjadi lebih berani
bertanya tentang apa yang belum dipahaminya dan menjawab pertanyaan temannya.
Setelah guru melihat hasil jawaban siswa, kemudian guru mengulas jawaban siswa
kembali yang bertujuan untuk memperluas pemahaman siswa. Selain itu guru
melakukan penilaian terhadap keaktifan siswa saat pembelajaran berlangsung.
Pada akhir pembelajaran, siswa diberikan soal tes formatif/ soal latihan hasil
belajar. Dalam hal ini peneliti ingin melihat seberapa besar kemampuan berpikir
kritis siswa dalam menganalisis cerpen dengan menggunakan metode pembelajan
berbasis masalah.
d. Refleksi Siklus I
Refleksi siklus I ini merupakan tinjauan atas Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang
telah dijalankan dan pelaksanaan program pembelajaran baik selama proses pembelajaran
berlangsung maupun setelah proses pembelajaran selesai dilaksanakan.
Pada siklus I ini belum mendapatkan hasil yang diharapkan, ini terlihat pada saat pre test
waktu yang diberikan untuk pre test hanya sepuluh menit akan tetapi terlaksana hampir lima
belas menit. Pada saat menganalisa kasus, siswa masih bingung dengan permasalahan atau
artikel serta kurang mampu menggabungkan permasalahan atau kasus dengan materi yang
terkait. Hal ini membuat proses diskusi menjadi lama dan tidak sesuai dengan rencana yang
telah disusun.
Model pembelajaran berbasis masalah perlu diperbaiki agar siswa lebih mudah
memahami dan menganalisa permasalahan yang diberikan guru. Jam pelajaran 80 menit yang
telah diatur dalam RPP hendaknya dapat dimanfaatkan dengan efektif agar rencana yang
telah disusun dapat terlaksana maksimal. Selanjutnya dalam memberikan tes harus sesuai
dengan waktu yang ditetapkan dan dalam menyelesaikan tugas kelompok hendaknya guru
selalu membimbing siswa dalam menganalisa kasus atau permasalahan agar siswa lebih
efektif dalam mengerjakan tugas yang diberikan. Selain itu, untuk lebih meningkatkan
kemampuan berpikir kritis siswa maka dipilih permasalahan atau berita kontemporer
sehingga siswa lebih tertarik.
Berdasarkan tabel hasil pre test, menunjukkan siswa yang mencapai ketuntasan dalam
belajar adalah 16 siswa atau 42 %, sedangkan 22 siswa atau 58 % siswa belum tuntas.
Sedangkan nilai rata-rata yang diperoleh adalah 65. Hal ini menunjukkan bahwa hasil yang
dicapai siswa masih belum sesuai dengan target yang ingin dicapai Berdasarkan nilai-nilai
dari perolehan pre tes diatas, dapat diketahui bahwa dengan menggunakan metode ceramah
saja tanpa ada metode lain yang mendukung tidak dapat meningkatkan kemampuan berpikir
kritis siswa dalam menganalisa suatu permasalahan atau kasus. Sehingga harus ada metode
yang lain untuk mengaktifkan siswa sehingga siswa semangat dan mampu meningkatkan
kemampuan berpikir kritis dalam menghadapi fenomena sosial yang terjadi.
Setelah diadakan pre test kemudian dilanjutkan kegiatan inti dengan menggunakan
metode pembelajaran berbasis masalah. Dengan membagi siswa menjadi 6 kelompok, berikut
merupakan hasil yang diperoleh siswa pada pembelajaran berbasis masalah.
Berdasarkan tabel observasi kemampuan berpikir kritis siswa secara kelompok diatas
maka dapat diketahui bahwa pada aspek kerjasama hanya 67% siswa yang mampu
bekerjasama dengan baik sedangkan dalam menganalisa kasus, siswa juga masih tergolong
rendah yaitu 58%, dalam melakukan presentasi, masih 67% siswa yang mampu
menyampaikan hasil diskusinya dengan baik serta dalam menjawab pertanyaan masih kurang
mampu menjawab dengan baik sedangkan dilihat dari hasil laporan yang dibuat siswa, hanya
68% siswa yang mampu membuat laporan secara baik dan sistematis, dan secara klasikal
hanya 68% siswa yang mampu berpikir kritis dengan menggunakan pembelajaran berbasis
masalah secara berkelompok Selain menilai secara kelompok, untuk mengetahui keberhasilan
metode pembelajaran berbasis masalah dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis
siswa, maka diadakan tes individual untuk mengetahui sejauh mana siswa memahami
permasalahan atau kasus yang diambil dari berita terkini melalui pembelajaran berbasis
masalah. Berikut merupakan hasil tes individu ppembelajaran berbasis masalah.
Berdasarkan hasil evaluasi secara individu diketahui bahwa hanya 47% siswa yang
tuntas dalam belajar dan mampu menganalisa kasus dengan baik sedangkan 53% siswa masih
kurang mampu dalam menganalisa kasus dan belum tuntas dalam pembelajaran berbasis
masalah sedangkan target ketuntasan yang diharapkan yaitu 80% . Hal ini berarti
pembelajaran belum memenuhi kriteria ketuntasan yang ingin dicapai oleh karena itu maka
diperlukan siklus lanjutan dengan mengadakan perbaikan baik dari segi perencanaan
pelaksanaan maupun evaluasi pembelajaran.
2. Paparan Data Dan Temuan Penelitian Siklus II
Pembelajaran mata pelajaran Bahasa Indonesia pada siklus II ini merupakan perbaikan
dari pelaksanaan pembelajaran pada siklus I dengan menggunakan metode pembelajara
berbasis masalah. Adapun tahapannya sebagai berikut: perencanaan tindakan, pelaksanaan
tindakan, observasi, dan refleksi. Untuk lebih jelasnya akan dijabarkan di bawah ini.
a. Perencanaan Tindakan Siklus II
Berdasarkan hasil refleksi pada siklus I maka diadakan perbaikan baik dari segi
perencanaan, pelaksanandan evaluasi pada siklus II, hal-hal yang perlu disiapkan dalam
pembelajaran siklus II, ialah:
1) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sebagaimana terlampir. RPP ini berisikan
pendahuluan atau kegiatan awal, kegiatan inti, kegiatan penutup/refleksi dan evaluasi.
2) Menyiapkan materi tentang pranata sosial dalam kehidupan masyarakat yang meliputi
Pengertian pranata sosial, Fungsi pranata sosial dan Jenis-jenis pranata sosial.
3) Menyiapkan instrumen penelitian yaitu lembar kerja siswa yang berupa berita terkini
atau artikel yang berhubungan dengan materi pranata sosial, lembar observasi untuk
mengetahui kemampuan berpikir kritis siswa
4) Membuat alat evaluasi beserta kunci jawaban yang dilakukan setelah siklus II berakhir
dengan tujuan untuk mengetahui peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa
5) Lembar observasi hasil belajar
b. Pelaksanaan Tindakan Siklus II
Pelaksanaan pembelajaran siklus II dilaksanakan pada tanggal 19 Mei 2010
pembelajaran berlangsung pada jam 5-6 selama 2 x 40 menit. Dengan Standar Kompetensi 6.
Memahami pranata dan penyimpangan sosial dan Kompetensi Dasar 6.2 Mendeskripsikan
pranata sosial dalam kehidupan masyarakat
1) Kegiatan awal:
a) Peneliti (sebagai guru) membuka salam, do’a yang dipimpin salah satu siswa,
memeriksa kehadiran siswa serta memeriksa tugas kelompok yang diberikan pada pertemuan
sebelumnya
b) peneliti mereviu materi pelajaran pada pertemuan sebelumya untuk mengukur sejauh
mana pemahaman siswa tentang pranata sosial
c) Guru menjelaskan kompetensi yang harus dicapai dalam kegiatan pembelajaran yang
merupakan kelanjutan dari materi pada pertemuan sebelumya
2) Kegiatan inti:
a) Guru memberikan materi tentang Pengertian pranata sosial, Fungsi pranata sosial dan
Jenis-jenis pranata sosial.
b) Guru memberi permasalahan atau kasus yang berasal dari berita
c) mengklarifikasi istilah dan konsep yang belum jelas dan Memastikan setiap anggota
kelompok memahami berbagai istilah dan konsep yang ada dalam masalah
d) merumuskan masalah
e) manganalisis masalah
Anggota kelompok mengeluarkan pengetahuan terkait apa yang sudah dimilliki anggota
tentang masalah dan membahas informasi factual (yang tercantum pada masalah), serta
informasi yang ada dalam pikiran anggota Brainstorming (curah gagasan)
f) menata gagasan secara sistematis dan menganalisisnya secara dalam. Analisis adalah
upaya memilah-memilah sesuatu menjadi bagian-bagian yang membentuknya.
g) Memformulasikan tujuan pembelajaran Tujuan pembelajaran dikaitkan dengan
analisis masalah yang dibuat dan menjadi dasar gagasan untuk membuat laporan.
h) Guru meminta setiap kelompok untuk mempresentasikan hasil kerja kelompok yang
telah ditugaskan pada pertemuan sebelumnya dan siswa yang lain bertanya serta menanggapi
i) Guru memberikan evaluasi pembelajaran berbasis masalah melalui tes sebanyak 10
soal pilihan ganda serta 5 uraian singkat
3) Kegiatan akhir/penutup:
a) Guru dan siswa menyimpulkan materi yang telah dipelajari dan menganalisa kasus
yang terkait dengan materi pelajaran
b) Guru memberikan tugas kepada masing-masing kelompok untuk mencari kasus yang
relevan dengan materi yang akan dipelajari pada pertemuan berikutnya dan mengambil
contoh kasus di daerahnya masing-masing
c) Guru menutup pertemuan dengan do’a dan salam
c. Observasi Tindakan Siklus II
Di awal pembelajaran pada siklus II siswa cukup antusias mengikuti pelajaran hal
tersebut terlihat dari jawaban salam yang kompak dan bersemangat dan pada saat presensi
siswa juga menjawab dengan semangat, saat guru memeriksa tugas kelompok yang diberikan
pada pertemuan sebelumnya, siswa terlihat sudah berusaha mengerjakan meskipun ada
beberapa kelompok yang belum selesai mengerjakannya. Pada saat guru mengulang materi
sebelumnya melalui beberapa pertanyaan hanya beberapa siswa saja yang bisa menjawab,
dan yang lainnya hanya diam saja. Saat guru menjelaskan tujuan pembelajaran siswa juga
mendengarkan dengan seksama apa yang disampaikan guru. Tetapi masih ada beberapa siswa
yang kurang memperhatikan dan sibuk dengan tugas yang belum diselesaikan.
Pada kegiatan inti sebelum presentasi dimulai guru menjelaskan terlebih dahulu materi
tentang Pengertian pranata sosial, Fungsi pranata sosial dan jenis-jenis pranata sosial selama
15 menit. Respon siswa terhadap apa yang disampaikan peneliti atau guru mulai mengalami
kemajuan itu terlihat ketika guru menstimulus siswa dengan memberikan pertanyaan secara
lisan, hal itu dikarenakan sebelumnya siswa sudah siap dengan materi yang akan dibahas
karena berhubungan dengan tugas kelompok yang mereka kerjakan.
Setelah diberi artikel atau permasalahan siswa mengklarifikasi istilah dan konsep yang
belum jelas dan Memastikan setiap anggota kelompok memahami berbagai istilah dan konsep
yang ada dalam masalah, dalam hal ini siswa sudah mulai mampu untuk memahami
permasalahan dan merumuskan masalah, pada saat manganalisis masalah anggota kelompok
mengeluarkan pengetahuan terkait apa yang sudah dimilliki anggota tentang masalah dan
membahas informasi factual (yang tercantum pada masalah), serta informasi yang ada dalam
pikiran anggota Brainstorming (curah gagasan) menata gagasan secara sistematis dan
menganalisisnya secara dalam sehingga dengan cara tersebut siswa mampu untuk
memformulasikan tujuan pembelajaran.
Tujuan pembelajaran dikaitkan dengan analisis masalah yang dibuat dan menjadi dasar
gagasan untuk membuat laporan. setiap kelompok mempresentasikan hasil kerja kelompok
yang telah ditugaskan dan siswa yang lain bertanya serta menanggapi Setelah selesai tes
evaluasi guru bersama siswa meyimpulkan pembelajaran yang dilakukan hari ini, dan guru
memberikan tugas kepada siswa. Tugas yang diberikan berbeda dari tugas pada pertemuan
sebelumnya, pada pertemuan sebelumya guru yang memfasilitasi permasalahan atau kasus
kepada siswa tetapi tugas yang diberikan untuk pertemuan selanjutnya siswa disuruh mencari
sendiri permasalahan atau kasus yang berkaitan dengan materi selanjutnya dan juga
permasalahan yang ada di daerahnya masing-masing yang berkaitan dengan materi yang akan
dibahas pada pada pertemuan selanjutnya. Kemudian peneliti menutup pelajaran dengan do’a
dan salam, respon dari siswa masih terlihat bersemangat dalam menjawab salam meskipun
pembelajaran sudah selesai.
d. Refleksi Siklus II
Refleksi siklus II ini merupakan tinjauan atas Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang
telah dijalankan dan pelaksanaan program pembelajaran baik selama proses pembelajaran
berlangsung maupun setelah proses pembelajaran selesai dilaksanakan.
Pada siklus II ini belum mendapatkan hasil yang maksimal, ini terlihat pada saat guru
mengulang materi pada pertemuan sebelumnya, hanya beberapa siswa saja yang bisa
menjawab dengan benar, selain itu dalam mengerjakan tugas kelompok yang telah diberikan,
masih ada beberapa kelompok yang belum selesai mengerjakannya sehingga guru memberi
kesempatan waktu 5 menit untuk melengkapi tugasnya. Pada saat siswa mengklarifikasi
istilah dan konsep yang belum jelas masih ada beberapa siswa yang masih kurang mampu
memahami permasalahan dan merumuskan masalah, pada saat manganalisis masalah anggota
kelompok masih ada yang ramai sendiri dan tidak mengeluarkan pendapatnya, sehingga
siswa kurang mampu untuk memformulasikan tujuan pembelajaran.
Dari segi kerjasama kelompok terlihat dari beberapa siswa yang pasif pada siklus I mulai
mengikuti kerja kelompok dengan baik, tetapi masih ada beberapa siswa yang belum aktif.
Hal tersebut terlihat pada saat presentasi kelompok. Pada saat guru memberikan kesempatan
pada siswa lain untuk mengajukan pertanyaan setelah kelompok yang presentasi selesai
terlihat ada kemajuan pada siklus II, ini terlihat dari siswa lebih banyak siswa yang bertanya
daripada pertemuan sebelumnya.
Kemampuan siswa dalam menganalisis masalah juga mengalami peningkatan, hal ini
terlihat pada saat siswa menyampaikan hasil kerja kelompok, siswa mulai mampu memahami
permasalahan yang ada pada kasus atau berita yang diberikan, siswa mulai mampu untuk
menghubungkan kasus dengan materi pelajaran dan berusaha untuk memecahkan masalah
tersebut serta mencari solusi yang tepat dari permasalahan yang dibahas. Untuk mengetahui
secara lebih jelas berdasarkan hasil observasi pembelajaran berbasis masalah secara
berkelompok adalah sebagai berikut
Berdasarkan tabel observasi kemampuan berpikir kritis siswa secara kelompok pada
siklus II diatas dapat diketahui bahwa terjadi peningkatan dari siklus I ke siklus II.
Berdasarkan tabel observasi kemampuan berpikir kritis siswa secara kelompok diatas maka
dapat diketahui bahwa pada aspek kerjasama telah mengalami peningkatan sebesar 3% dari
siklus sebelumnya dan siswa sudah mulai mampu bekerjasama dengan baik sedangkan dalam
menganalisa kasus siswa juga mengalami kenaikan sebesar 13% dari siklus sebelumnya dan
dalam melakukan presentasi, terjadi kenaikan sebesar 8% dan siswa sudah mulai mampu
menyampaikan hasil diskusinya dengan baik serta dalam menjawab pertanyaan, sedangkan
dilihat dari hasil laporan yang dibuat siswa, hanya 70% siswa sudah mampu membuat
laporan secara baik dan sistematis, dan secara klasikal hanya 78% siswa yang telah mampu
berpikir kritis dengan menggunakan pembelajaran berbasis masalah secara berkelompok,
akan tetapi hal ini masih dibawah ketuntasan yang diharapkan yaitu diatas 80%. Maka
diadakan siklus lanjutan agar hasil yang diperoleh sesuai dengan yang diharapkan.
Berdasarkan hasil evaluasi pembelajaran berbasis masalah secara individu pada siklus II
diatas dapat diketahui bahwa terjadi peningkatan dari siklus I ke siklus II. Berdasarkan nilai
rata-rata evaluasi, terjadi peningkatan nilai rata-rata yaitu 73 maka telah terjadi peningkatan
sebesar 6% dari siklus I . Siswa sudah mulai mampu untuk menganalisa kasus dengan baik
hal tersebut terlihat dari prosentase ketuntasan pada siklus II sebesar 76% hal ini berarti
terjadi kenaikan sebesar 23% dari ketuntasan siklus I akan tetapi kenaikan tersebut masih
belum mencapai target ketuntasan yang diharapkan yaitu 80% hal ini berarti pembelajaran
belum memenuhi kriteria ketuntasan yang ingin dicapai oleh karena itu maka diperlukan
siklus lanjutan dengan mengadakan perbaikan baik dari segi perencanaan pelaksanaan
maupun evaluasi pembelajaran.
3. Paparan Data Dan Temuan Penelitian Siklus III
Pembelajaran mata pelajaran Bahasa Indonesia pada siklus III ini merupakan perbaikan
dari pelaksanaan pembelajaran pada siklus I dan II dengan menggunakan metode pembelajara
berbasis masalah. Adapun tahapannya sebagai berikut: perencanaan tindakan, pelaksanaan
tindakan, observasi, dan refleksi. Untuk lebih jelasnya akan dijabarkan di bawah ini.
a. Perencanaan Tindakan Siklus III
Berdasarkan hasil refleksi pada siklus II maka diadakan perbaikan baik dari segi
perencanaan dan pelaksanan siklus pada siklus III, hal-hal yang perlu disiapkan dalam
pembelajaran siklus III, ialah:
1) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sebagaimana terlampir. RPP ini merupakan
perbaikan dari RPP siklus I dan II. RPP siklus III berisikan pendahuluan atau kegiatan awal,
kegiatan inti, kegiatan penutup/refleksi dan evaluasi.
2) Menyiapkan materi tentang Memahami pranata dan penyimpangan sosial yang
meliputi Mendeskripsikan pengendalian penyimpangan sosial dengan materi Jenis
pengendalian penyimpangan sosial (preventif dan represif) dan Peran lembaga-lembaga
pengendalian sosial
3) Menyiapkan instrumen penelitian, lembar observasi untuk mengetahui kemampuan
berpikir kritis siswa
4) Membuat alat evaluasi beserta kunci jawaban yang dilakukan setelah siklus III
berakhir dengan tujuan untuk mengetahui peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa
5) Membuat angket umpan balik siswa terhadap pembelajaran berbasis masalah yang
telah dilakukan. Untuk mengetahui sejauh mana siswa mampu berpikir kritis dan perasaan
siswa setelah pembelajaran berbasis masalah.
b. Pelaksanaan Tindakan Siklus III
Pelaksanaan pembelajaran siklus II dilaksanakan pada tanggal 26 Mei 2010
pembelajaran berlangsung pada jam 5-6 selama 2 x 40 menit. Dengan Standar Kompetensi 6.
Memahami pranata dan penyimpangan sosial dan Kompetensi Dasar 6.3 Mendeskripsikan
pengendalian penyimpangan sosial.
1) Kegiatan awal:
a) Peneliti (sebagai guru) membuka salam, do’a yang dipimpin salah satu siswa,
memeriksa kehadiran siswa serta memeriksa tugas kelompok yang diberikan pada pertemuan
sebelumnya
b) Guru menjelaskan kompetensi yang harus dicapai dalam kegiatan pembelajaran yang
merupakan kelanjutan dari materi pada pertemuan sebelumya
2) Kegiatan inti:
a) Guru memberikan materi tentang Jenis pengendalian penyimpangan sosial (preventif
dan represif) dan Peran lembagalembaga pengendalian sosial dan siswa mencari
permasalahan yang terkait dengan materi tersebut
b) Mendefinisikan masalah, yaitu merumuskan masalah dari peristiwa tertentu yang
mengandung isu konflik, sehingga siswa menjadi jelas masalah apa yang akan dikaji. Dalam
kegiatan ini guru bisa meminta pendapat dan penjelasan siswa tentang isu-isu hangat yang
menarik untuk dipecahkan.
c) mendiagnosis masalah, yaitu menentukan sebab-sebab terjadinya masalah, serta
menganalisis berbagai faktor baik faktor yang bisa menghambat maupun faktor yang dapat
mendukung dalam penyelesaian masalah. Kegiatan ini bisa dilakukan dalam diskusi
kelompok kecil, hingga pada akhirnya siswa dapat mengurutkan tindakan-tindakan prioritas
tang dapat dilakukan sesuai dengan jenis hambatan yang diperkirakan.
d) merumuskan alternatif strategi, yaitu menguji setiap tindakan yang telah dirumuskan
melalui diskusi kelas. Pada tahapan ini setiap siswa didorong untuk berpikir mengemukakan
pendapat dan argumentasi tentang kemungkinan setiap tindakan yang dapat dilakukan
e) menentukan dan menerapkan strategi pilihan, yaitu pengambilan keputusan tentang
strategi mana yang dapat dilakukan.
f) melakukan evaluasi, baik evaluasi proses maupun evaluasi hasil. Evaluasi proses
adalah evaluasi terhadap seluruh kegiatan pelaksanaan kegiatan, sedangkan evaluasi hasil
adalah evaluasi terhadap akibat dari penerapan strategi yang diterapkan.Guru memberikan
evaluasi pembelajaran berbasis masalah melalui tes sebanyak 10 soal pilihan ganda serta 5
uraian singkat dan 5 soal menganalisis kasus
3) Kegiatan akhir/penutup:
a) Guru dan siswa menyimpulkan materi yang telah dipelajari dan menganalisa kasus
yang terkait dengan materi pelajaran
b) Guru menyebarkan angket kemampuan berpikir kritis siswa dengan menggunakan
pembelajaran berbasis masalah. Angket ini untuk mengetahui sejauh mana kemampuan
berpikir kritis siswa dengan menggunakan pembelajaran brbasis masalah
c) Guru menutup pertemuan dengan do’a dan salam
c. Observasi tindakan siklus III
Pada siklus tiga dalam penerapan model pembelajaran berbasis masalah ini telah
mengalami peningkatan yang signifikan baik dari siswa maupun dalam pelaksanaan
pembelajarannya. Pada saat guru menjelaskan materi tentang Jenis pengendalian
penyimpangan sosial (preventif dan represif) dan Peran lembaga-lembaga pengendalian
sosial, respon siswa terhadap apa yang disampaikan peneliti atau guru mengalami kemajuan
itu terlihat ketika guru menstimulus siswa dengan memberikan pertanyaan secara lisan, siswa
yang kurang aktif pada siklus I dan II sudah mulai berpartisipasi menjawab pertanyaan yang
diberikan guru.
Pada siklus III ini siswa sudah terbiasa dengan pembelajaran berbasis masalah. Siswa
sudah mampu untuk mengemukakan pendapat dan penjelasan tentang isu-isu hangat yang
menarik untuk dipecahkan serta siswa sudah mampu untuk mendefinisikan masalah dan
mendiagnosis masalah, yaitu menentukan sebab-sebab terjadinya masalah, serta menganalisis
berbagai faktor baik faktor yang bisa menghambat maupun faktor yang dapat mendukung
dalam penyelesaian masalah. Kegiatan ini dilakukan dalam diskusi kelompok kecil, siswa
juga mampu mengurutkan tindakan-tindakan prioritas yang dapat dilakukan sesuai dengan
jenis hambatan yang diperkirakan.
Siswa juga telah mampu merumuskan alternatif strategi serta menentukan dan
menerapkan strategi pilihan, yaitu pengambilan keputusan tentang strategi mana yang dapat
dilakukan sehingga siswa mampu memecahkan permasalahan dan mengemukakan solusi
yang tepat dari permasalahan tersebut.
Guru memberikan tes evaluasi kepada siswa selama 20 menit, dalam tes ini memuat
materi-materi mulai dari siklus I sampai siklus III serta analisa kasus dan juga contoh riil di
daerah siswa masingmasing. Dalam mengerjakan evaluasi tersebut siswa mulai terbiasa
mengerjakannya. Pada akhir pembelajaran guru menyebarkan angket kemampuan berpikir
kritis siswa melalui metode pembelajaran berbasis masalah. Setelah menyelesaiakan tes
evaluasi dan mengisi angket, guru bersama siswa meyimpulkan pembelajaran yang dilakukan
selama siklus I sampai siklus III. Kemudian peneliti menutup pelajaran dengan do’a dan
salam
d. Refleksi Siklus III
Refleksi siklus III ini merupakan tinjauan atas Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang
telah dijalankan dan pelaksanaan program pembelajaran baik selama proses pembelajaran
berlangsung maupun setelah proses pembelajaran selesai dilaksanakan.
Pada siklus III Siswa sudah mampu untuk mengemukakan pendapat dan penjelasan
tentang isu-isu hangat yang menarik untuk dipecahkan serta siswa sudah mampu untuk
mendefinisikan masalah dan mendiagnosis masalah, yaitu menentukan sebab-sebab
terjadinya masalah, siswa telah mampu menganalisis berbagai faktor baik faktor yang bisa
menghambat maupun faktor yang dapat mendukung dalam penyelesaian masalah, selain itu
siswa juga mampu mengurutkan tindakan-tindakan prioritas yang dapat dilakukan sesuai
dengan jenis hambatan yang diperkirakan, merumuskan alternatif strategi serta menentukan
dan menerapkan strategi pilihan dan pengambilan keputusan tentang strategi mana yang
dapat dilakukan sehingga siswa mampu memecahkan permasalahan dan mengemukakan
solusi yang tepat dari permasalahan tersebut. Berdasarkan sumber-sumber pendukung
lainnya, siswa juga sudah mampu menyebutkan contoh kasus atau permasalahan di daerahnya
masing-masing yang berkaitan dengan materi pelajaran Bahasa Indonesia. Hal ini dapat
dilihat dari observasi pembelajaran berbasis masalah secara berkelompok maupun secara
individu
Dalam aspek kerjasama 88% siswa telah mampu bekerjasama dengan baik, 92 % siswa
telah mampu menganalisa dengan baik. Dalam melakukan presentasi 92% siswa sudah lancar
dalam menyampaikan hasil diskusi sert mampu menjawab pertanyaan dengan baik dan hasil
laporan siswa 83% siswa sudah mampu membuat laporan yang sistematis, terstruktur dan
menyertakan referensi yang mendukung laporan. Sehingga secara klasikal 83% siswa telah
mampu untuk berpikir kritis dengan menggunakan pembelajaran berbasis masalah secara
berkelompok. Keberhasilan pembelajaran berbasis masalah tidakhanya diukur secara
berkelompok akan tetapi juga melalui evaluasi atau tes individu. hasil evaluasi secara
individu dapat dilihat dari tabel berikut ini:
Berdasarkan nilai rata-rata evaluasi pada siklus III siswa telah mampu untuk berpikir
kritis dalam menganalisa kasus maupun memahami materi hal tersebut dilihat dari
peningkatan nilai rata-rata sebesar 4% dari siklus I, sedangkan berdasarkan prodentase
ketuntasan, pada siklus III sebesar 94% hal ini berarti terjadi kenaikan sebesar 18% dari
ketuntasan siklus II Maka dapat diketahui bahwa pada siklus III ini sudah memenuhi kriteria
ketuntasan yang diharapkan yaitu 80% oleh karena itu maka siklus pembelajaran berbasis
masalah dihentikan.
Untuk mengetahui bagaimana kemampuan berpikir kritis siswa serta respon siswa
setelah menjalani pembelajaran berbasis masalah maka diberikan angket kemampuan berpikir
kritis siswa dengan menggunakan pembelajaran berbasis masalah. Angket ini bertujuan untuk
mengukur siswa apakah dengan pembelajaran berbasis masalah siswa dapat meningkatkan
kemampuan berpikir kritis terhadap mata pelajaran Bahasa Indonesia, serta respon siswa
setelah pembelajaran berbasis masalah. Hasil yang diperoleh dari pemberian angket yaitu:
Untuk mengetahui seberapa besar kemampuan berpikir kritis siswa maka dapat dilihat
melalui beberapa pertanyaan melalui angket. Hal tersebut sangat penting karena untuk
mengetahui seberapa besar kemampuan berpikir kritis siswa serta respon siswa setelah
menggunakan pembelajaran berbasis masalah.
Berdasarkan prosentase terbesar dari hasil angket menunjukkan bahwa bahwa Respon
siswa terhadap pembelajaran berbasis masalah berdasarkan frekuensi terbesar menunjukkan
bahwa bahwa siswa telah mampu untuk; berusaha memahami artikel atau permasalahan yang
difasilitasi oleh guru dalam pembelajaran berbasis masalah, memilah informasi yang diterima
sehingga siswa tidak menerima informasi begitu saja tanpa mengetahui dasarnya atau
sumbernya, mengembangkan informasi yang diberikan /disampaikan, menyebutkan contoh-
contoh yang berbeda dari yang sudah ada, berani berbicara untuk menyampaikan pendapat
dan bertanya tentang apa yang belum jelas, menguatkan pendapatnya dengan bukti atau
referensi yang berhubungan dengan permasalahan, berani untuk meminta klarifikasi ketika
siswa belum jelas terhadap apa yang telah disampaikan, bersikap sopan santun ketika
berbicara dan mampu mengendalikan emosi apabila ada pendapat yang berbeda dengan
pendapatnya, mencari dan memaparkan hubungan antara kasus/masalah dengan materi
pelajaran yang relevan. siswa sudah memahami materi pembelajaran dengan adanya
masalah / berita yang terkait dengan materi pelajaran. Semua siswa atau 100% siswa setuju
bahwa dengan adanya adanya pembelajaran berbasis masalah pada mata pelajaran Bahasa
Indonesia telah membuat siswa lebih paham mengenai standart kompetensi, memahami
pranata dan penyimpangan sosial. Siswa telah mampu memahami kasus yang terjadi sekarang
ini dan mampu menggabungkan dengan materi yang dipelajari dan dengan adanya
pembelajaran berbasis masalah pada mata pelajaran Bahasa Indonesia membuat siswa
mendapat pengetahuan baru selain melalui buku.