ptk yani 3 smp kuadrat

211
MENINGKATKAN KOMPETENSI PEMAHAMAN MATEMATIKA DALAM PERSAMAAN KUADRAT MELALUI STRATEGI COOPERATIVE LEARNING TYPE NAMBERED PADA SISWA KELAS IX A SMP NEGERI I 3 LEMAHSUGIH TAHUN AJARAN 2010/2011 Oleh YANI NURJANAH,S.Pd ABSTRAK Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dilaksanakan berawal dari hasil observasi di lapangan, tentang pemahaman dan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran Matematika Permasalahannya, pemahaman dan hasil belajar siswa dalam nambered heads together belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) yang ditetapkan oleh pihak sekolah. Hal ini terjadi karena ketidaktepatan pendidik di dalam menerapkan teknik atau model pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan siswa. Sehingga perlu suatu upaya yang dapat mengatasi masalah tersebut salah satunya adalah dengan menggunakan model pembelajaran Cooperative Learning. Model pembelajaran Cooperative Learning merupakan teknik dalam pembelajaran yang mampu menumbuhkan ketergantungan yang positif, munculnya tanggung jawab perseorangan, terjadinya tatap muka, serta komunikasi antar anggota dan diakhiri dengan adanya evaluasi proses kelompok, yang berdampak meningkatkan pemahaman dan hasil belajar siswa tentang konsep gaya gravitasi dalam pembelajaran Matematika Kelas IX/a SMPN 3 Lemahsugih Kec.Lemahsugih Kab.Majalengka Tujuan Penelitian Tindakan Kelas ini adalah :1) Untuk memperoleh model perencanaan yang tepat tentang pembelajaran konsep fluida dengan menggunakan model pembelajaran cooperative learning, 2) Untuk memperoleh model pelaksanaan pembelajaran yang tepat tentang konsep fluida dengan menggunakan model pembelajaran cooperative learning, 3) Untuk mengetahui peningkatan pemahaman siswa

Upload: jaka-kelana

Post on 16-Nov-2015

180 views

Category:

Documents


39 download

DESCRIPTION

d

TRANSCRIPT

MENINGKATKAN KOMPETENSI PEMAHAMAN MATEMATIKA DALAM PERSAMAAN KUADRAT MELALUI STRATEGI COOPERATIVE LEARNING TYPE NAMBERED PADA SISWA KELAS IX A SMP NEGERI I 3 LEMAHSUGIH TAHUN AJARAN 2010/2011OlehYANI NURJANAH,S.Pd

ABSTRAK

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dilaksanakan berawal dari hasil observasi di lapangan, tentang pemahaman dan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran Matematika Permasalahannya, pemahaman dan hasil belajar siswa dalam nambered heads together belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) yang ditetapkan oleh pihak sekolah. Hal ini terjadi karena ketidaktepatan pendidik di dalam menerapkan teknik atau model pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan siswa. Sehingga perlu suatu upaya yang dapat mengatasi masalah tersebut salah satunya adalah dengan menggunakan model pembelajaran Cooperative Learning.Model pembelajaran Cooperative Learning merupakan teknik dalam pembelajaran yang mampu menumbuhkan ketergantungan yang positif, munculnya tanggung jawab perseorangan, terjadinya tatap muka, serta komunikasi antar anggota dan diakhiri dengan adanya evaluasi proses kelompok, yang berdampak meningkatkan pemahaman dan hasil belajar siswa tentang konsep gaya gravitasi dalam pembelajaran Matematika Kelas IX/a SMPN 3 Lemahsugih Kec.Lemahsugih Kab.MajalengkaTujuan Penelitian Tindakan Kelas ini adalah :1) Untuk memperoleh model perencanaan yang tepat tentang pembelajaran konsep fluida dengan menggunakan model pembelajaran cooperative learning, 2) Untuk memperoleh model pelaksanaan pembelajaran yang tepat tentang konsep fluida dengan menggunakan model pembelajaran cooperative learning, 3) Untuk mengetahui peningkatan pemahaman siswa pada konsep fluida dengan menggunakan model pembelajaran cooperative learning.Proses penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas model Kemmis dan Mc.Taggart yang terdiri dari 2 siklus. Penelitian ini dilaksanakan di kelas IX /a SMPN 3 Lemahsugih Kab.Majalengka.yang terdiri dari 13 orang siswa laki-laki dan 11 orang siswa perempuan. Pada siklus pertama guru belum maksimal dalam memgimplementasikan model Cooperative Learning, selain itu juga siswa belum terbiasa dengan pembelajaran ini. Namun pada siklus kedua, mulai ada peningkatan. Hal ini dapat dilihat dari hasil observsi terhadap guru dan siswa yang sudah mulai terbiasa dengan suasana pembelajaran yang mengarah pada Cooperative Learning. Seperti ditunjukkan dari hasil observasi terhadap aktivitas siswa baik secara individu maupun kelompok. Untuk hasil belajar siswa dari rata-rata sebesar 67 setelah siklus 2 nilainya mencapai 90. Dari pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas ini dapat disimpulkan bahwa pemahaman dan hasil belajar siswa mengenai persamaan kuadrat dapat ditingkatkan salah satunya dengan penggunaan model pembelajaran Cooperative Learning.

Lemahsugih,23 Maret 2011

Peneliti

KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat Rahmat dan Karunia-Nya peneliti dapat menyelesaikan penyusunan PTK ini. Shalawat beserta salam semoga senantiasa terlimpah curahkan kepada Nabi Muhammad SAW, kepada keluarganya, para sahabatnya, hingga kepada umatnya hingga akhir zaman, amin.Peneliti PTK ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh pengembangan propesi pada kenaikan tingkat yang lebih tinggi dari golongan IV/a Ke Golongan IV/b. Judul yang diteliti diajukan adalah Meningkatkan kompetensi pemahaman matematika dalam persamaan kuadrat melalui strategi coorperative learning type namberad pada siswa kelas IX /a SMP Negeri 3 Lemahsugih Kab.Majalengka Tahun ajaran 2010/2011 dalam Penelitian.Dalam penyusunan dan peneliti PTK ini tidak terlepas dari bantuan, bimbingan serta dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis dengan senang hati menyampaikan terima kasih kepada yang terhormat :1. Bapak Humaedi,S.Pd. selaku Kepala Sekolah SMP Negeri 3 LemahsugihKecamatan Lemahsugih Kabupaten Majalengka sekaligus supervisor dalam penelitian ini yang telah memberikan bimbingan, nasehat, doa dan keluasan waktu kepada penulis untuk melakukan penelitian.2. Bapak Asep Saepul Islam S.Pd selaku observer yang telah memberikan bimbingan, saran serta nasihat kepada penulis dalam penelitian ini.3. Rekan-rekan guru SMP Negeri 3 Lemahsugih Kecamatan Lemahsugih Kabupaten Majalengka yang telah memberikan dukungan, doa serta partisipasinya selama penulis menyelesaikan PTK sehingga penulisan PTK ini berjalan dengan lancar, tanpa mereka penulis tidak akan berhasil.4. Ayahanda dan Ibunda tercinta atas jasa-jasanya, kesabaran, doa, dan tidak pernah lelah dalam mendidik dan memberi cinta yang tulus dan ikhlas kepada penulis semenjak kecil. 5. Suami tercinta yang telah banyak memberikan motivasi, semangat, kasih sayang dan bantuan baik secara moril maupun materiil demi lancarnya penyusunan PTK ini.6. Teman-teman semua atas kebersamaan dan bantuan yang berarti bagi penulis7. Semua pihak yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan PTK ini.Semoga Allah SWT memberikan balasan yang berlipat ganda kepada semuanya. Demi perbaikan selanjutnya, saran dan kritik yang membangun akan penulis terima dengan senang hati. Akhirnya, hanya kepada Allah SWT, penulis serahkan segalanya mudah-mudahan dapat bermanfaat khususnya bagi penulis umumnya bagi kita semua. Amin !

Lemahsugih,23 Maret 2012Peneliti

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar Belakang MasalahPendidikan adalah investasi sumber daya manusia jangka panjang yang mempunyai nilai strategis bagi kelangsungan peradaban manusia di dunia. Oleh sebab itu, hampir semua Negara menempatkan variabel pendidikan sebagai sesuatu yang penting dan utama dalam konteks pembangunan bangsa dan Negara. Begitu juga Indonesia menempatkan pendidikan sebagai sesuatu yang penting dan utama. Hal ini dapat dilihat dari isi Pembukaan UUD 1945 alinea IV yang menegaskan bahwa salah satu tujuan nasional bangsa Indonesia adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Salah satu komponen penting dalam pendidikan adalah guru. Guru dalam konteks pendidikan mempunyai peranan penting dan strategis, maka dari itu gurulah yang berada di barisan terdepan dalam pelaksanaan pendidikan. Gurulah yang langsung berhadapan dengan peserta didik untuk mentransfer ilmu pengetahuan dan teknologi sekaligus mendidik dengan nilai-nilai positif melalui bimbingan dan keteladanan.

1Pendidikan pada hakikatnya adalah sebuah upaya untuk memanusiakan manusia. Pendidikan yang berkualitas adalah pendidikan yang mampu memberi kondisi dan kesempatan siswa untuk dapat mengembangkan pribadi, wacana kedepan, cara berfikir, cara menyikapi permasalahan, dan dapat memecahkan masalah secara metodologis, mampu bergaul dengan orang lain, mampu memahami dirinya dan hidup mandiri bersama masyarakat luas dan mampu menggunakan kemampuannya untuk mengatasai segala permasalahan hidup.Dalam Undang-Undang RI No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional mengatakan bahwa :Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian , kecerdasan, ahlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.

Tujuan pendidikan memiliki kedudukan yang menentukan dalam kegiatan pendidikan. Menurut Uyoh Sadulloh dalam buku Pedagogik, Tujuan pendidikan memiliki dua fungsi, yaitu : Memberikan arah kepada segenap kegiatan pendidikan dan merupakan sesuatu yang ingin dicapai oleh segenap pendidikan.Dalam Undang-Undang No. 20 tahun 2003 dijelaskan tentang fungsi dan tujuan pendidikan sebagai berikut :Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokraris serta bertanggung jawab. Untuk mencapai tujuan tersebut tentu harus ada acuan atau pedomannya. Dan pedoman tersebut adalah kurikulum. Kurikulum ini merupakan pegangan bagi pendidik dalam melakukan proses pendidikan. Mulai dari perencanaan, pelaksanaan dan penilaian semuanya mengacu pada kurikulum. Salah satu mata pelajaran yang harus dikuasai pada saat ini adalah pelajaran Matematika dan teknologi. Pelajaran Matematika memiliki potensi besar untuk memainkan peran yang strategis dalam menyiapkan sumber daya manusia untuk menghadapi era industrialisasi dan globalisasi. Potensi tersebut dapat terwujud jika pelajaran Matematika berorientasi pada pengembangan kemampuan berfikir dan berbahasa, penyiapan peserta didik menghadapi isu sosial dampak penerapan IPTEK, penanaman nilai-nilai etika dan estetika, kemampuan memecahan masalah, pengembangan sikap kemandirian, kreatifitas serta tanggung jawab. Namun kenyataan di lapangan, ditemukan bahwa pembelajaran Matematika dianggap sebagai pelajaran yang sulit dan menjadi masalah bagi peserta didik. Sehinggga minat untuk pembelajaran Matematika menjadi rendah yang berpengaruh pada pembelajaran dan hasil belajar. Menurut Djohar dalam Bolgger, ( 2008: 1) bahwa : Secara umum, pembelajaran Matematika saat ini belum berorientasi pada proses belajar, namun lebih mementingkan pada produk belajar, yakni pengetahuan. Interaksi guru dan murid bukan sekedar transfer pengetahuan dari seorang guru terhadap murid.Berdasarkan hasil observasi pendahuluan, masih ada beberapa hal yang perlu dibenahi untuk meningkatkan kualitas pembelajaran Matematika di kelas IX/a SMPN 3 Lemahsugih Kec,Lemahsugih Kab.Majalengka dan banyak faktor yang kurang mendukung keberhasilan, antara lain :1. Kecenderungan siswa pasif dan guru aktif masih mewarnai situasi kelas, sehingga siswa hanyalah sebagai pendengar dan penerima informasi langsung dari guru tanpa ada komunikasi multi arah.2. Guru telah terbiasa menyampaikan pelajaran secara doktrin sehingga menyebabkan siswa tidak berani untuk mengemukakan gagasannya.3. Munculnya anggapan siswa bahwa mata pelajaran Matematika merupakan mata pelajaran yang sulit dipahami dan rumit.Di dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, pembelajaran Matematika bertujuan agar peserta didik memilki kemampuan mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep Matematika yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara Matematika lingkungan, teknologi dan masyarakat, mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan, memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan Matematika sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Maka untuk menumbuhkan kemampuan tersebut perlu adanya pembelajaran yang lebih menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara langsung melalui penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan ilmiah.Dengan tuntutan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yang saat ini digunakan di SMPN 3 Lemahsugih, maka pembelajaran Matematika di sekolah tersebut harus mencapai kriteria ketuntasan minimum (KKM), adapun KKM untuk pelajaran Matematika di kelas IX/a SMPN 3 Lemahsugih adalah 70 tetapi hal ini belum dapat tercapai terutama pada kosep energi panas. Kenyataan di lapangan khususnya di SMPN 3 Lemahsugih, kemampuan siswa dalam memahami konsep persamaan kuadrat masih perlu ditingkatkan karena persentase kamampuan dan pemahaman siswa di kelas IX memperoleh rata-rata adalah 50 % dengan demikian masih banyak siswa yang tidak mampu memahami konsep energi panas secara keseluruhan. Maka dari itu penulis tertarik untuk melakukan penelitian tindakan kelas pada pembelajaran Matematika mengenai konsep persamaan kuadrat . Dalam Kompetensi Dasar yaitu mendeskripsikan persamaan kuadrat yang terdapat di lingkungan sekitar serta sifat-sifatnya pada pembelajaran Matematika tersebut diharapkan siswa mampu memahami sumber persamaan kuadrat dalam kehidupan, dapat memahami dan mengidentifikasi perpindahan Matematika dan dapat membandingkan akar dan bukan akar persamaan kuadrat ,.Dari permasalahan tersebut di atas peneliti dalam menyampaikan pembelajaran mencoba menggunakan model cooperative learning. Dengan pendekatan cooperative learning diharapkan siswa berhasil dalam pembelajaran.Cooperative Learning salah satu teknik dalam pembelajaran yang di harapkan mampu memberdayakan siswa secara aktif, menciptakan iklim kelas yang komunikatif sehingga tercipta situasi belajar mengajar yang kondusif. Dengan iklim belajar yang kondusif, siswa akan lebih bergairah dan tumbuh semangat serta timbul keberanian bertanya untuk mengungkapkan masalah, baik antara siswa dengan siswa maupun siswa dengan guru.Roger dan David Johnson, dalam Anita Lie, (2002 : 30) mengatakan bahwa : Cooperative Learning adalah suatu sistem kerja sama dalam kelompok yang berstruktur dan mengandung lima unsur pokok, yaitu : 1) saling ketergantungan yang positif ; 2) tanggung jawab perseorangan ; 3) tatap muka ; 4) komunikasi antar anggota dan ; 5) evaluasi proses kelompok. Penerapan model cooperative learning dalam pembelajaran dimaksudkan untuk memperkuat pelajaran akademik setiap anggota kelompok dengan tujuan agar para siswa lebih berhasil dalam belajar dibandingkan dengan belajar sendiri. Sebagai konsekuensinya, untuk menjamin bahwa tiap siswa berhasil dan benar-benar bertanggung jawab terhadap pelajarannya sendiri, maka setiap siswa harus diberi tanggung jawab secara individual untuk mengerjakan bagian tugasnya sendiri dan mengetahui apa yang telah ditargetkan dan yang harus dipelajari. Oleh karena itu unsur terpenting yang perlu dipahami para guru adalah apabila tugas dibagi dalam kelompok jangan sampai hanya diperiksa saja, melainkan harus terjadi interdepedensi tugas antara anggota kelompok karena tujuan utama cooperative learning bukan trerselesaikannya tugas-tugas kelompok, tetapi para siswa belajar dalam kehidupan kelompok mampu saling membelajarkan antara anggota kelompoknya. Maka dari itu, berdasarkan latar belakang diatas penulis tertarik untuk melaksanakan penelitian tindakan kelas tentang meningkatkan pemahaman siswa melalui pendekatan cooperative learning. Dengan demikian judul penelitian ini adalah ;MENINGKATKAN KOMPETENSI PEMAHAMAN MATEMATIKA DALAM PERSAMAAN KUADRAT MELALUI STRATEGI COOPERATIVE LEARNING TYPE NAMBERED PADA SISWA KELAS IX A SMP NEGERI I 3 LEMAHSUGIH TAHUN AJARAN 2010/2011 B. Rumusan MasalahBerpangkal tolak dari latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :1. Bagaimana model perencanaan pembelajaran yang tepat pada konsep energi panas dengan menggunakan model pembelajaran cooperative learning di kelas IX/a SMPN 3 Lemahsugih ? 2. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran konsep energi panas dengan menggunakan model pembelajaran cooperative learning di kelas IX/a SMPN 3 Lemahsugih ? 3. Bagaimana peningkatan pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran cooperative learning di kelas IX/a SMPN 3 Lemahsugih ? C. Tujuan PenelitianSesuai dengan rumusan masalah yang dikemukakan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah :1. Untuk memperoleh model perencanaan yang tepat tentang pembelajaran persamaan kuadrat dengan menggunakan model pembelajaran cooperative learning.2. Untuk memperoleh model pelaksanaan pembelajaran yang tepat tentang konsep persamaan kuadrat dengan menggunakan model pembelajaran cooperative learning .3. Untuk mengetahui peningkatan pemahaman siswa pada persamaan kuadrat i dengan menggunakan model pembelajaran cooperative learning.D. Manfaat PenelitianPelaksanaan penelitian tindakan kelas ini diharapkan dapat memberikan manfaat. Manfaat itu adalah sebagai berikut:1. Bagi siswa kelas IX/a SMPN 3 Lemahsugih ?Dapat menumbuhkan motivasi siswa dalam belajar, meningkatkan pemahaman belajar serta mengembangkan kreatifitas siswa dalam belajar Matematika2. Bagi PenelitiHasil penelitian ini dapat bermanfaat untuk mengembangkan kemampuan merencanakan, memilih dan menggunakan pendekatan yang tepat sesuai dengan konsep yang diajarkan.3. Bagi Guru kelas IX/a SMPN 3 Lemahsugih?Diperolehnya solusi alternatif dan inovatif bagi pembelajaran persamaan kuadrat melalui penggunaan model cooperative learning di kelas IX/a serta meningkatkan kemampuan guru dalam menyusun perencanaan dan pelaksanaan proses pembelajaran.4. Bagi SMPN 3 Lemahsugih ?Dapat memberikan sumbangan yang bermakna sehingga sekolah tersebut mempunyai alternatif pembelajaran Matematika yang dapat meningkatkan mutu dan prestasi pendidikan di sekolah tersebut.E. Anggapan DasarKonsep energi panas merupakan salah satu materi pokok pembelajaran Matematika yang perlu dikembangkan dalam rangka meningkatkan hasil belajar siswa. Untuk dapat meningkatkan pemahaman siswa dalam kegiatan pembelajaran maka harus disertai suatu strategi atau pendekatan yang dapat meningkatkan pemahaman siswa dalam belajar yaitu salah satunya dengan menggunakan model cooperative learning. Teknik atau model cooperative learning akan berpengaruh dalam meningkatkan pemahaman siswa untuk mempelajari persamaan kuadrat.Hal ini sesuai dengan pendapat Gustian, (2001:13) yang mengatakan bahwa : Pada usia sekolah dasar, anak memiliki keinginan menjadi bagian dari kelompoknya.F. HipotesisHipotesis adalah dugaan suatu hal akan terjadi jika sesuatu tindakan dilakukan, atau jawaban terhadap masalah yang diteliti dan secara teoritis dianggap paling mungkin dan paling tinggi tingkat kebenarannya. (Sudarsono, dalam Kasihani Kasbolah, 1996:65).Berdasarkan hal tersebut di atas, maka hipotesis tindakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut :Apabila model cooperative learning dirancang, dilaksanakan dan di evaluasi dengan baik maka pemahaman konsep siswa akan meningkat.G. Definisi OperasionalUntuk memperjelas permasalahan, berikut adalah penjelasan beberapa istilah kunci dalam penelitian ini :a. Pemahaman konsep siswa, menurut kurikulum 2006 standar kompetensi meliputi pemahaman, konsep dan penerapannya dalam kehidupan keseharian siswa. (Depdiknas, 2004:34). Berdasarkan pengertian tersebut di atas penelitian ini, peneliti memfokuskan pada pemahamanpersamaan kuadrat , dengan mengungkap pengetahuan siswa tentang pengetahuan terminology, pengetahuan tentang klasifikasi dan category, pengetahuan tentang teori dan struktur.b. Konsep matematika adalah suatu ide yang mempersatukan fakta-fakta. (Srini M Iskandar, 1997:3). Menurut Muhamad Ali (1991 : 64) konsep adalah hasil penyimpulan tentang sesuatu hal berdasarkan atas adanya cirri-ciri yang sama pada hal tersebut. Sedangkan menurut Syaiful Sagala (2005:71) konsep merupakan buah pikir seseorang atau kelompok orang yang dinyatakan dalam definisi sehingga melahirkan produk pengetahuan meliputi prinsif, hukum, dan teori. c. Persamaan kuadrat adalah satu variable mempunyai satu pariable.d. Model pembelajaran cooperative learning adalah suatu sistim kerja sama dalam kelompok yang berstruktur dan mengandung lima unsur pokok, yaitu ; 1). Saling ketergantungan yang positif ; 2). Tanggung jawab perseorangan ; 3). Tatap muka ; 4). Komunikasi antar anggota ; 5). Evaluasi proses kelompok. (Roger dan David Johnson, dalam Anita Lie, 2002 : 30 ).H. Metode PenelitianMetode penelitian tindakan kelas yang digunakan adalah model Kemmis dan Mc. Taggart yang didasarkan pada pertimbangan bahwa model ini lebih sederhana dan mudah dipahami oleh peneliti. Adapun dalam penelitian tindakan kelas ini meliputi beberapa tahapan yaitu : Merencanakan, melakukan tindakan, mengamati dan refleksi. (Wardhani dkk, 2007 : 24).I. Subjek dan Tempat PenelitianDalam penelitian ini yang dijadikan subjek penelitian adalah siswa kelas IX/a SMPN 3 Lemahsugih Kecamatan Lemahsugih Kabupaten Majalengka Tahun Ajaran 2010/2011 pada semester dua dengan jumlah siswa dalam penelitian ini sebayak 24 orang terdiri dari laki-laki 13 orang dan perempuan 11 orang dengan difokuskan pada konsep energi panas Adapun nilai rata-rata ulangan harian pada mata pelajaran matematika konsep persamaan kuadrat hanya mencapai 50.

BAB IIKAJIAN PUSTAKA

C. Pembelajaran IPA di Sekolah DasarPendidikan sangat penting bagi kehidupan manusia dan tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan, baik kehidupan individual, kelompok ataupun dalam suatu bangsa. Maju mundurnya suatu bangsa tergantung kepada maju mundurnya pendidikan bangsa itu sendiri. Oleh karena itu penyempurnaan kurikulum secara terus menerus dilakukan oleh pemerintah melalui tahapan pengkajian, perintisan, dan sosialisasi oleh tim pengembang kurikulum, pakar praktisi dan pembina serta penyelenggara pendidikan. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan jenjang pendidikan dasar dan menengah dikembangkan oleh sekolah dan komite sekolah berpedoman pada standar kompetensi lulusan dan standar isi serta panduan penyusunan kurikulum yang dibuat oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) berdasarkan prinsip-prinsipnya.

12 Persyaratan pengajaran untuk pencapaian konsep ialah adanya instansi-instansi atau contoh-contoh yang menunjukan kesamaan dan perbedaan dalam beberapa hal. Individu yang berhadapan dengan contoh-contoh tersebut harus menemukan sendiri atau diberi tahu oleh temannya (tutor sebaya) ataupun guru tersebut harus menemukan unsur-unsur dari contoh itu dalam pengajaran (Matematika).Di dunia nyata arus globalisasi membawa dampak yang cukup besar bagi negara-negara berkembang dan negara sudah berkembang, hal ini disebabkan perasaingan teknologi dan informasi yang telah mengubah pola pikiran masyarakat yang semakin bersaing, sehingga perlu di siapkan sumber daya manusia yang dapat mengatasi segala tantangan tersebut. Upaya nyata pemerintah untuk menghadapi segala tantangan tersebut ialah dengan adanya mata pelajaran Matematika sebagai hasil kegiatan manusia berupa pengetahuan gagasan dan konsep yang terorganisasi tentang alam sekitar melalui penyelidikan, penyusunan dan pengujian gagasan, dapat dilatihkan kepada siswa dalam usaha memberi bekal pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap yang diperlukan untuk melanjutkan pendidikan maupun untuk dapat menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan disekelilingnya. Pembelajaran Matematika juga lebih menekankan pada pemberian pengalaman balajar secara langsung. Dalam pembelajaran tersebut siswa difasilitasi untuk mengembangkan sejumlah keterampilan proses (keterampilan atau kerja ilmiah) dan sikap ilmiah dalam memperoleh pengetahuan ilmiah. Keterampilan proses ini meliputi : keterampilan mengamati dengan seluruh indra; keterampilan menggunakan alat dan bahan secara benar dengan selalu mempertimbangkan keselamatan kerja; mengajukan pertanyaan; menggolongkan data; menafsirkan data; mengkomunikasikan hasil temuan secara beragam, serta menggali dan memilih informasi faktual yang relevan untuk menguji gagasan-gagasan atau memecahkan masalah sehari-hari. Pada prinsipnya, pembelajaran Matematika harus dirancang dan dilaksanakan sebagai cara mencari tahu dan cara mengerjakan atau melakukan yang dapat membantu siswa memahami fenomena alam secara mendalam.(Depdiknas, 2004 : 3). (Matematika) akan dibahas dalam tiga bagian, yaitu pengertian, tujuan dan ruang lingkup pembelajaranpersamaan kuadrat di Sekolah Menengah pertama.1. Pengertian Pembelajarn Matematika di Sekolah Menengah pertamaMenurut Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (2006:25) Ilmu Pengetaun Alam adalah :Sesuatu kegiatan pembelajaran yang berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga Matematika bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan Matematika diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan Matematika diarahkan untuk inkuiri dan berbuat sehingga dapat membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar.

Berdasarkan kutipan di atas, dapatlah dikatakan bahwa pembelajaran persamaan kuadrat menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara langsung untuk mengembangkan sejumlah keterampilan proses dan sikap ilmiah dalam memperoleh pengetahuan ilmiah tentang dirinya dan alam sekitar.

2. Tujuan Pembelajaran Matematika di Sekolah Menengah AtasMenurut SK/KD (2006:26), pembelajaran Matematika SMP/MTs bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut :1) Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-Nya ; 2) Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep Matematika yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari ; 3) Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positip dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat ; 4) Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat kesimpulan. ; 5) Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam ; 6) Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan ; 7) Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan Matematika sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs.

Dari tujuan pembelajaran Matematika di atas semestinya diupayakan oleh guru secara simultan dan integral. Namun berdasarkan informasi-informasi yang didapat, bahwa pendidikan dan pembelajaran Matematika di SMP, pada umumnya belum seperti apa yang diharapkan. Pada pelaksanaan tujuan pembelajaran Matematika sebagaimana tertuang dalam kurikulum telah direduksi menjadi sekedar pemindahan konsep-konsep yang kemudian menjadi bahan hafalan bagi siswa dan bahkan dalam bentuk latihan-latihan penyelesaian soal-soal tes, semata-mata dalam rangka mencapai target nilai ujian sebagai modal bagi siswa untuk dapat memasuki jenjang sekolah lebih tinggi. Jadi tujuan pembelajaran Matematika harus dapat terpenuhi dan terselesaikan dengan apa yang diharapkan.

3. Ruang Lingkup Pembelajaran Matematika di Sekolah Menengah PertamaMenurut KTSP (2006:26), ruang lingkup bahan kajian Matematika untuk SMP/MTs meliputi aspek-aspek sebagai berikut :1. Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan dan interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan.2. Benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair, padat dan gas.3. Energi dan perubahannya meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet, listrik, cahaya dan pesawat sederhana.4. Bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan benda-benda langit lainnya.

Untuk membahas hakikat Matematika, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, sebagaimana dikemukakan oleh Hardy & Fleer dalam Edi Hendri, (2006) sehingga memungkinkan para guru memahami Matematika dalam perspektif yang lebih luas. Menurut mereka, sekurang-kurangnya ada 7 ruang lingkup pemahaman Matematika sebagaimana berikut.a. Matematika sebagai kumpulan pengetahuan,b. Matematika sebagai suatu proses penelusuran (investigation),c. Matematika sebagai kumpulan nilai,d. Matematika sebagai cara untuk mengenal dunia,e. Matematika sebagai institusi sosial,f. Matematika sebagai hasil konstruksi manusia,g. Matematikasebagai bagian dari kehidupan sehari-hari.

Berdasarkan kutipan di atas bahwa Matematika sebagai kumpulan pengetahuan mengacu pada kumpulan berbagai konsep Matematika yang sangat luas. Matematika dipertimbangakan sebagai akumulasi berbagai pengetahuan yang telah ditemukan sejak zaman dahulu sampai penemuan pengetahuan yang sangat baru. Pengetahuan tersebut berupa fakta, teori, dan generalisasi yang menjelaskan alam. Matematika sebagai suatu proses penelusuran umumnya merupakan suatu pandangan yang menghubungkan gambaran Matematika yang berhubungan erat dengan kegiatan laboratorium beserta perangkatnya. Dalam kategori ini Matematikadipandang sebagai sesuatu yang memiliki disiplin yang ketat, objektif, dan suatu proses yang bebas nilai. Matematika sebagai kumpulan nilai berhubungan erat dengan penekanan Matematika sebagai proses. Bagaimanapun juga, pandangan ini menekankan pada aspek nilai ilmiah yang melekat pada Matematika. Ini termasuk di dalamnya nilai kejujuran, rasa ingin tahu, dan keterbukaan.Matematika sebagai cara untuk mengenal dunia bahwa proses Matematika dipengaruhi oleh cara di mana orang memahami kehidupan dan dunia di sekitarnya. Matematika dipertimbangkan sebagai suatu cara di mana manusia mengerti dan memberi makna pada dunia di sekeliling mereka, selain juga merupakan salah satu cara untuk mengetahui dunia beserta isinya dengan segala keterbatasannya. Matematika juga sebagai institusi sosial berarti bahwa Matematika seharusnya dipandang dalam penegrtian sebagai kumpulan para profesional, yang melalui Matematika mereka didanai, dilatih dan diberi penghargaan akan hasil karya. Para ilmuwan ini sangat terikat dengan kepentingan institusi, pemerintah, politik, bahkan militer. Matematika sebagai hasil konstuksi manusia bahwa pandangan ini menunjuk pada pengertian bahwa Matematika sebenarnya merupakan penemuan dari suatu kebenaran ilmiah mengenai hakikat semesta alam. Pengetahuan ilmiah ini tidak lain merupakan akumulasi kebenaran. Hal pokok dalam pandangan ini adalah Matematika merupakan konstruksi pemikiran manusia. Oleh karenanya, dapat saja apa yang dihasilkan Matematika memiliki sifat bias dan sementara.Matematika sebagai bagian dari kehidupan sehari-hari yaitu setiap orang menyadari bahwa apa yang dipakai dan digunakan untuk pemenuhan kebutuhan hidup sangat dipengaruhi oleh Matematika. Bukan saja pemakaian berbagai jenis produk teknologi sebagai hasil investigasi dan pengetahuan, melainkan pula cara bagaimana orang berpikir mengenai situasi sehari-hari sangat kuat dipengaruhi oleh pendekatan ilmiah.B. Karakteristik Siswa Sekolah DasarMemahami karakteristik anak sekolah dasar akan sangat membantu guru dalam merencanakan dan melaksanakan pembelajaran, karena salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan suatu pembelajaran adalah faktor siswa. Perkembangan intelektual anak menurut Piaget dalam Muhibbin Syah. (1994:66) berkembang melalui empat tahap, yaitu : 1). Tahap sensori motor pada usia sekitar 0-2 tahun ; 2). Tahap operasional pada usia sekitar 2-7 tahun ; 3). Tahap operasional kongkrit pada usia sekitar 7-11 tahun ; 4). Tahap operasional formal pada usia 11 tahun ke atas.Perubahan dari satu tahap ketahap berikutnya tidak sama untuk setiap orang dan penentuan rentang usia pun tidak berlaku secara pasti, namun urutan tahap dalam melewati satu tahap ketahap berikutnya selalu sama dan tidak ada individu yang loncat tahap. Berdasarkan batasan usia tersebut, anak SMP secara umum berada pada tahap operasional kongkrit dan sebagian kecil berada pada transisi ketahap operasional formal. Pada tahap operasional kongkrit anak sudah mulai dapat berfikir logis tetapi masih memerlukan benda-benda nyata (kongkrit) yang dapat mereka gunakan untuk membantu pemikiran untuk mengisyaratkan kepada guru, bahwa teknik apapun yang akan dikembangkan dalam pembelajaran, termasuk teknik cooperative learning, keberadaan alat peraga sangat membantu dalam suatu konsep pembelajaran Matematika dalam hal ini pada konsep energi panas. Alat peraga dalam mengajar mempunyai peranan penting sebagai alat bantu untuk menciptakan proses belajar mengajar yang efektif. Selain penggunaan alat peraga untuk dapat mengoptimalkan suatu pembelajaran maka diperlukan strategi atau model pembelajaran yang dianggap dapat berhasil dalam memberikan pembelajaran kepada siswa dan dalam pembelajarannya dapat meningkatkan pemahaman konsep pada pelajaran Matematika sehingga pembelajaran yang diberikan guru dapat bermakna baik bagi guru maupun bagi siswa. C. Cooperative Learning1. Pengertian Cooperative LearningModel Pembelajaran cooperative learning (MPCL) beranjak dari dasar pemikiran "getting better together" (Stahl, 1994:-), yang menekankan pada pemberian kesempatan belajar yang lebih luas dan suasana yang kondusif kepada siswa untuk memperoleh, dan mengembangkan pengetahuan, sikap, nilai, serta keterampilan-keterampilan sosial yang bermanfaat bagi kehidupannya di masyarakat. Melalui MPCL, siswa bukan hanya belajar dan menerima apa yang disajikan oleh guru dalam proses belajar mengajar, melainkan bisa juga belajar dari siswa lainnya, dan sekaligus mempunyai kesempatan untuk membelajarkan siswa yang lain. Proses pembelajaran dengan MPCL ini mampu merangsang dan menggugah potensi siswa secara optimal dalam suasana belajar pada kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 2 sampai 6 orang siswa. Pada saat siswa belajar dalam kelompok akan berkembang suasana belajar yang terbuka dalam dimensi kesejawatan, karena pada saat itu akan terjadi proses belajar kolaboratif dalam hubungan pribadi yang saling membutuhkan. Pada saat itu juga siswa yang belajar dalam kelompok kecil akan tumbuh dan berkembang pola belajar tutor sebaya (peer group) dan belajar secara bekerjasama (cooperative).Menurut Sanjaya (2006:240) mengemukakan pembelajaran cooperative merupakan Model pembelajaran dengan menggunakan sistem pengelompokan atau tim kecil yaitu antara empat sampai enam orang yang mempunyai latar belakang kemampuan akademik, jenis kelamin, ras, atau suku yang berbeda (heterogen). Dalam prakteknya cooperative learning merupakan suatu strategi pembelajaran yang menggunakan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dan saling membantu dalam tugas-tugas pembelajaran, yang menekankan kepada bantuan antar anggota kelompok dari pada kompetisi antar perorangan. Dalam hal ini peneliti menggunakan 4 kelompok kecil yang beranggotakan 6 orang dengan nama kelompok ; KOMPAk 1, 2, 3 dan 4, setiap anggota dalam kelompok tersebut mempunyai peran yang berbeda antara lain ada yang berperan sebagai K1,O1,M1,P1,A1,k1 atas dasar kemampuan setiap anggota dalam kelompok yang diatur oleh ketua kelompoknya. Penerapan model cooperative learning dalam pembelajaran dimaksudkan untuk memperkuat pelajaran akademik setiap anggota kelompok, dengan tujuan agar para siswa lebih berhasil dalam belajar dari pada belajar sendiri. Sebagai konsekuensinya untuk menjamin bahwa setiap siswa mempelajarinya, maka setiap siswa diberi tanggung jawab secara individual untuk mengerjakan bagian tugasnya sendiri dan mengetahui apa yang telah ditargetkan dan yang harus dipelajarinya.2. Unsur-unsur dan Ciri-ciri Cooperative LearningMenurut Roger dan David Johnson, dalam Anita Lie, (2002:30), Cooperative Learning adalah suatu kerjasama dalam kelompok yang berstruktur dan mengandung lima unsur pokok, yaitu :1) saling ketergantungan yang positif, 2) tanggung jawab perseorangan, 3) tatap muka, 4) komunikasi antar anggota dan 5) evaluasi proses kelompok.1. Saling ketergantungan yang positifKeberhasilan kelompok sangat tergantung pada usaha anggotanya. Untuk menciptakan kelompok kerja yang efektif, pengajar perlu menyusun tugas sedemikian rupa, sehingga setiap anggota kelompok harus menyelesaikan tugasnya sendiri agar yang lain bisa mencapai tujuan mereka. Dalam pembentukan kelompok diusahakan jangan lebih dari enam orang anggota, dan keenam anggota ini ditugaskan menyelesaikan tugas pelajaran matematika yaitu berupa Lembar Kerja Siswa (LKS) yang berlainan. Ke-enam anggota ini lalu berkumpul dan bertukar informasi. Selanjutnya pengajar mengevaluasi mereka mengenai seluruh pekerjaannya. Dengan cara ini, mau tidak mau setiap anggota merasa bertanggung jawab untuk menyelesaikan tugasnya agar yang lain bisa berhasil. Penilaian juga dilakukan dengan cara yang unik, setiap siswa mendapat nilainya sendiri dan nilai kelompok. Nilai kelompok dibentuk dari sumbangan tiap anggota. Untuk menjaga keadilan, setiap anggota menyumbangkan poin di atas nilai rata-rata mereka.2. Tanggungjawab PerseoranganUnsur ini merupakan akibat dari unsur yang pertama. Jika tugas pola penilaian dibuat menurut prosedur model pembelajaran Cooperative Learning setiap siswa akan bertanggungjawab untuk melakukan yang terbaik. Pengajar yang efektif dalam model Cooperative Learning harus membuat persiapan dan menyusun tugas sedemikian rupa, sehingga masing-masing anggota kelompok harus melaksanakan tanggung jawabnya sendiri agar tugas selanjutnya dalam kelompok bisa dilaksanakan.3. Tatap MukaSetiap kelompok harus diberikan kesempatan untuk bertemu dan berdiskusi. Kegiatan interaksi ini akan memberikan para pembelajar untuk membentuk sinergi yang menguntungkan semua anggota. Hasil pemikiran beberapa kepala akan lebih kaya dari pada hasil pemikiran dari satu kepala saja. Lebih jauh lagi hasil kerjasama ini jauh lebih besar dari pada jumlah hasil masing-masing anggota.Inti dari sinergi ini adalah menghargai perbedaan, memanfaatkan kelebihan, dan mengisi kekurangan masing-masing. Setiap anggota kelompok mempunyai latar belakang pengalaman, keluarga, dan sosial ekonomi yang berbeda satu dengan yang lainnya. Inti dari sinergi ini adalah menghargai perbedaan, memanfaatkan kelebihan, dan mengisi kekurangan masing-masing. Setiap anggota kelompok mempunyai latar belakang pengalaman, keluarga, dan sosial ekonomi yang berbeda satu dengan yang lainnya. Perbedaan ini akan menjadi modal utama dalam proses saling memperkaya antar anggota kelompok. Sinergi tidak bisa didapatkan begitu saja dalam sekejap, tapi merupakan proses kelompok yang cukup panjang. Para anggota kelompok perlu diberi kesempatan untuk saling mengenal dan menerima satu sama lain dalam kegiatan tatap muka dan interaksi pribadi.4. Komunikasi Antar AnggotaUnsur ini menghendaki agar para pembelajar dibekali dengan berbagai keterampilan berkomunikasi. Sebelum menugaskan siswa dalam kelompok, pengajar perlu mengajarkan cara-cara berkomunikasi. Tidak setiap siswa mempunyai keahlian mendengarkan dan berbicara. Keberhasilan suatu kelompok juga bergantung pada kesediaan para anggotanya untuk saling mendengarkan dan kemampuan mereka untuk mengutarakan pendapat mereka.Siswa perlu diberi tahu secara eksplisit mengenai cara-cara berkomunikasi yang efektif, seperti bagaimana caranya menyanggah pendapat orang lain tanpa hmenyinggung perasaan orang tersebut, cara menyampaikan pendapat yang baik, dan cara menyimak pendapat orang lain.Keterampilan berkomunikasi dalam kelompok ini juga merupakan proses panjang. Pembelajaran tidak dapat diharapkan langsung menjadi komunikator yang handal dalam waktu sekejap. Namun proses ini merupakan proses yang sangat bermanfaat dan perlu ditempuh untuk memperkaya pengalaman belajar dan pembinaan perkembangan mental serta emosional para siswa.5. Evaluasi Proses KelompokPengajar perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerjasama mereka agar selanjutnya bisa bekerjasama dengan lebih efektif. Waktu evaluasi ini tidak perlu diadakan setiap kali ada kerja kelompok melainkan bisa diadakan selang beberapa waktu setelah beberapa kali pembelajar terlibat dalam kegiatan pembelajaran Cooperative Learning.Menurut Lundgren (Sukarmin, 2002:2), Unsur-unsur dasar yang perlu ditanamkan pada diri siswa agar cooperative learning lebih efektif adalah sebagai berikut :a) Para siswa harus memiliki persepsi bahwa mereka tenggelam atau berenang bersama.b) Para siswa memiliki tanggung jawab terhadap tiap siswa lain dalam kelompoknya, disamping tanggung jawab terhadap diri sendiri, dalam mempelajari materi yang dihadapi.c) Para siswa harus berpandangan bahwa mereka semuanya memiliki tujuan yang sama.d) Para siswa harus membagi tugas dan berbagi tanggung jawab sama besarnya diantara anggota kelompok.e) Para siswa akan diberikan suatu evaluasi atau penghargaan yang akan ikut berpengaruh terhadap evaluasi seluruh anggota kelompok.f) Para siswa berbagi kepemimpinan sementara mereka memperoleh keterampilan bekerja sama selama belajar.g) Para siswa akan diminta mempertanggungjawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.h) Sementara itu, menurut Nur ( 2001 : 3 ) pembelajaran yang menggunakan model cooperative learning pada umumnya memiliki ciri-ciri sebagai berikut : a) Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi belajarnya.b) Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah.c) Bilamana mungkin, anggota kelompok berasal dari ras, bangsa, suku, dan jenis kelamin yang berbeda-beda.d) Penghargaan lebih berorientasi kepada kelompok daripada individu.

Maka dari itu pembelajaran cooperative learning harus bisa dilaksanakan sesuai dengan unsur-unsur dan fase-fase yang mengarah terhadap pembelajaran dengan menggunakan model cooperative learning.3. Tujuan Pembelajaran Cooperative LearningAdapun tujuan utama dari Cooperative Learning bukan terselesaikannya tugas-tugas yang dikerjakan secara kelompok, melainkan para siswa belajar dalam kehidupan kelompok, harus mampu saling membelajarkan antar anggota kelompoknya. Oleh karena itu, unsur terpenting yang perlu dipahami oleh para guru adalah apabila tugas dibagi dalam kelompok jangan sampai hanya diperiksa atau dievaluasi saja, tetapi setidaknya tugas-tugas itu dikerjakan secara kelompok dan harus terjadi interpedensi tugas antar anggota kelompok.Tujuan pembelajaran cooperative berbeda dengan kelompok tradisional yang menerapkan sistem kompetisi, di mana keberhasilan individu diorientasikan pada kegagalan orang lain. Sedangkan menurut Slavin dalam Edi Hendri, (2008:132), mengatakan Tujuan dari pembelajaran cooverative adalah menciptakan situasi di mana keberhasilan individu ditentukan atau dipengaruhi oleh keberhasilan kelompoknya. 4. Langkah-langkah Pembelajaran Cooperative LearningDalam model cooperative learning seorang guru dalam menyampaikan atau melaksanakan pembelajaran harus mengenal dulu langkah-langkah yang harus dilaksanakan, sebagaimana pada tabel berikut ini :Tabel 2.1Langkah-Langkah Pembelajaran Cooperative Learning

FaseLangkah

Fase 1Menyajikan rencana dan tujuan pembelajaranGuru membuat rencana pembelajaran dan menginformasikan tujuan pembelajaran

Fase 2Menyajikan materi / informasiGuru menyajikan materi/informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi/bacaan

Fase 3Mengorganisasi siswa dalam kelompokGuru mengatur kelompok berdasarkan kemampuan yang bervariasi

Fase 4Membantu kerja kelompok dalam belajarGuru berkeliling membantu kelompok-kelompok belajar saat mereka menyelesaikan pekerjaan/menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien.

Fase 5Memberikan pertanyaan / evaluasiGuru memberikan quiz/evaluasi kepada kelompok-kelompok belajar

Fase 6Memberikan pengenalan diri / penghargaanGuru menemukan cara-cara untuk mengenal upaya meningkatkan prestasi individu maupun kelompok

Berdasarkan langkah-langkah di atas dapat disimpulkan bahwa dalam pendekatan cooperative learning mempunyai karakteristik sebagai berikut : a) siswa bekerja dalam kelompok cooperative untuk menguasai materi akademis, b) anggota-anggota kelompok diatur sedemikian sehingga terdiri dari siswa dengan kemampuan tinggi, sedang, dan rendah, c) jika kemungkinan anggota kelompok cooperative berbeda jenis kelamin, suku, ras dan budaya, maka sistem penghargaan lebih dititik beratkan pada kelompok dari pada individu. Jadi jelas pembelajaran melalui pendekatan ini menyediakan lingkungan belajar yang lebih menyenangkan bagi siswa, karena siswa dapat saling berargumentasi mengeluarkan pendapatnya dan saling memberi informasi.5. Manfaat dan Kerugian Pembelajaran dengan Menggunakan Cooperative LearningBeberapa manfaat atau keuntungan yang diperoleh dengan menggunakan teknik Cooperative Learning adalah sebagai berikut :1) lebih banyak interaksi antar siswa, maksudnya lebih banyak resfon yang dihasilkan sehingga variasi resfon dalam diskusi kelompok kecil di kelas lebih banyak, 2) berkurangnya pengaruh lingkungan terhadap siswa melalui kelompok kecil, siswa seakan lebih senang untuk dikritik, mencoba ide baru, mengurangi salah pengertian, lebih banyak bertanya, siswa lebih banyak kesempatan menjawab pertanyaan, mengembangkan kepercayaan diri dan perasaan menjawab pertanyaan, mengembangkan kepercayaan diri dan perasaan sukses, 3) terealisirnya manfaat tutorial teman sebaya dalam kelompok, bertambahnya frekuensi latihan, 4) siswa lebih banyak belajar diantara mereka sebagai pengaruh interaksi, saling menghargai, keterlibatannya makin nampak, 5) pengelolaan kelas lebih meningkat, belajar bekerja sama lebih banyak memberikan kesempatan dan variasi untuk berpartisipasi, lebih banyak mengembangkan perasaan untuk sukses dan positif self esteem. (Enuh Zainuddin, 1998:1).

Adapun kerugiannya adalah : 1) waktu yang diperlukan sangat panjang, 2) diperlukan kemampuan guru yang betul-betul menguasai teknik Cooperative Learning.

D. Pemahaman KonsepMenurut Syaeful Sagala, (2005:71), mengatakan bahwa : Konsep adalah buah pemikiran seseorang atau sekelompok orang yang dinyatakan dalam definisi sehingga melahirkan produk pengetahuan meliputi prinsif, hukum dan teori.Sedangkan menurut Muhammad Ali (1991:64) : Konsep adalah hasil penyimpulan tentang sesuatu hal berdasarkan atas adanya ciri-ciri yang sama pada hal tersebut. Dan menurut Srini M Iskandar, (1997:3) : Konsep Matematika adalah suatu ide yang mempersatukan fakta. Pemahaman konsep siswa yang dimaksud adalah strategi mengaktifkan siswa dalam pembelajaran dimaksudkan untuk membantu siswa belajar dalam arti membangkitkan perubahan konseptual atau pengkonstruksian konsep baru. Pemilihan strategi ini sangat bergantung pada pemahaman guru tentang hakikat belajar, tujuan pembelajaran, kurikulum Matematika, metode mengajar dan cara mengelola kelas. Menurut Driver dan Leach dalam Teori Pembelajaran Matematika untuk SMP. (2001:65), mengatakan bahwa Strategi yang dipilih bisa berupa memperluas sarana aplikasi konsep, mempertajam suatu konsep, melibatkan suatu model yang berbeda atau analogi mempertajam suatu konsep secara progresif atau menawarkan konsep alternatif. Berdasarkan beberapa pengertian tersebut di atas penelitian ini, peneliti memfokuskan pada pemahaman konsep perpindahan energi panas dengan sub-sub konsep memahami sumber persamaan kuadrat dalam kehidupan sehari-hari, memahami dan mengidentifikasi persamaan kuadrat membandingkan akar dan bukan akar persamaan kuadrat.D. Persamaan kuadrat 1.Bentuk persamaan kuadrat halnya dicontohkan dengan meyemprotkan air berbentuk melengkung,setelah air memcapaititik tertinggi,maka lintasanya pun berkurang dan berangsur angsur turun ,bentuk lintasan ini dinamakan parabola.Berdsarkan keterangan di atas kita dapat menuliskan hubungan antara ketinggian air dengan jarak .misalnya hubungan itu ditulis dengan huruf fungsi h = r2 + r,dengan h adalah ketinggian lintasan air serta r adalah jarak lintasan air,jika nilai h=0,maka kita akan mendapatkan suatu persamaan : R2 + r = 0 persamaan yang bentuk ini,selanjutnya kita sebut persamaan kuadrat satu variable.Sehinggabentuk umum dari persamaan kuadtat satu variable adalah :Ax2 + bx + c = 0 untuk a,b,c =R dan # 0X disebut Variable/peubaha disebut koefesien bagian kuadratb.disebut koopesien bagian linaerc. disebut konstanta atau tetapancontoh : Persamaan kuadrat X2 + X +1 =0 (i) 2y + y + 3 = 0 (ii) 3a2+ 5a = 0 (iii) 4b2 7b = 0 (iv) P2 + 1 = 0 (v) 3q2 2 = 0 (vi)Tiap persamaan di atas mempunyai pariable tunggal,Persamaan (i) dan (ii) ddisebut bentuk persamaan kuadrat lengkap.persamaan (iii) dan (iv) disebut persamaan kuadrat tak lengkap,sedangkan persamaan (v) dan (vi) persamaan kuadrat asli.2.Persamaan lagi fungsi pada subbab sebelunya,jika fungsi h = r2 + r menggambarkan lintasan air,maka jarak air dari ujung slang sampai ujung lintasa air dapat kita ukur ketika h = 0 maka pungsi tersebut berubah menjadi persamaan kuadrat,bentuk persamaanya menjadi r2 + r = 0,Dari persamaan tersebut akan diperoleh dua nilai r, Nilai r ini dimanakan akar dari persamaan tersebut,Sehingga jauhnya lintasan air sama dengan selisih dari kedua nilai r yang diperoleh.3.Menyusun persamaan kuadrat yang akarnya diketahui,misalnya akar persamaan yang kuadratnya adalah X1 dan X2 dengan cara yangberkelebihan dengan mencari akar-akar persamaan kuadrat maka :X = X1 atau X = X2X X1 = 0 atau X X2 = 0( X X1 ) ( X X2 ) = 0Hasil kali pada persamaan terakhir merupakan persamaan kuatdrat yangdicari maka dapat disimpulkan : Dengan menggunakan perkalian faktor,jika akar akarnya X1 dan X2 maka persamaan kuadratnya adalah _

BAB IIIMETODE PENELITIAN

A. Metode PenelitianPenelitian ini dilaksanakan dengan metode Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Reseach) yang menurut Wardhani, (2007:14) menyatakan bahwa Penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh guru didalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri, dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa jadi meningkat. Metode penelitian tindakan kelas yang digunakan model Kemmis dan Mc. Taggart yang didasarkan pada pertimbangan bahwa model ini lebih sederhana dan mudah dipahami oleh peneliti. Adapun dalam penelitian tindakan kelas ini meliputi beberapa tahapan yaitu : Merencanakan, melakukan tindakan, mengamati dan refleksi. (Wardhani dkk, 2007 : 24).Menurut Kunandar (2008:42) mengatakan bahwa :Penelitian adalah suatu kegiatan penyelidikan yang dilakukan menurut metode ilmiah yang sistematis untuk menemukan informasi ilimiah dan atau teknologi baru, membuktikan kebenaran atau ketidakbenaran hipotesis sehingga dapat dirumuskan teori dan atau proses gejala sosial.

32Sedangkan penelitian tindakan menurut Lewin ( tt : -) diartikan Sebagai suatu kegiatan dalam situasi yang bersifat spesifik dengan tujuan untuk mendiagnosis problem yang bersifat spesifik tersebut disertai upaya konkrit untuk memecahkannya.Adapun menurut Kunandar (2008:65) pentingnya Penelitian Tindakan Kelas bagi guru adalah: 1. Membuat guru peka dan tanggap terhadap dinamika pembelajaran di kelas.2. Meningkatkan kinerja guru.3. Guru mampu memperbaiki proses pembelajaran melalui suatu kajian yang dalam terhadap apa yang terjadi di kelas.4. Dengan melaksanakan PTK berarti guru telah menerapkan pengajaran yang reflektif, artinya guru secara sadar, terencana, dan sistematis melakukan refleksi atau perenungan terhadap kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan.

Selain itu metode PTK memiliki karakteristik yang membantu penulis dalam melaksanakan penelitian ini diantaranya adalah :1. Masalah yang diteliti adalah masalah riil atau nyata yang muncul dari dunia kerja peneliti atau yang ada dalam kewenangan atau tanggung jawab peneliti.2. Berorientasi pada pemecahan masalah.3. PTK dilaksanakan secara kolaboratif dan bermitra dengan pihak lain, seperti teman sejawat.4. Konsep tindakan dalam PTK diterapkan melalui urutan yang terdiri dari beberapa tahap berdaur ulang (siklus) dan terdiri dari tahapan perencanaan (planning), tindakan (action), pengamatan (observation), dan refleksi (reflection) dan selanjutnya diulang kembali dalam bebrapa siklus. (Kunandar, 2008:58)

Berdasarkan uraian diatas model Penelitian Tindakan Kelas (PTK) sangat bermanfaat bagi guru untuk meningkatkan proses dan kualitas atau pembelajaran di kelas.

B. Variabel PenelitianVariabel-variabel penelitian yang dijadikan fokus permasalahan yang dihadapi sebagaimana dirumuskan di awal bahasan terdiri dari:1 Variabel input: Pada tahapan ini bagaimana pemahaman konsep awal siswa terhadap konsep gaya gravitasi sebelum tindakan pembelajaran dilaksanakan dengan menggunakan model cooperative learning.2 Variabel proses: Pada tahapan ini yaitu profil guru tentang pelaksanaan pembelajaran dengan materi pembelajaran menunjukan pendekatan cooperative learning pada pembelajaran gaya gravitasi untuk mengembangkan kemampuan belajar pemahaman konsep.3 Variabel out put: Variabel output pada penelitian ini adalah peningkatan pemahaman dan kinerja guru, dan peningkatan pemahaman siswa terhadap materi energi panas menggunakan model cooperative learning setelah dilaksanakan serangkaian pembelajaran reflektif.C. Subjek PenelitianDalam penelitian ini yang dijadikan subjek penelitian adalah siswa kelas IX/a SMPN 3 Lemahsugih Kecamatan Lemahsugih Kabupaten Majalengka Tahun Ajaran 2011/2012 pada semester dua dengan jumlah siswa dalam penelitian ini sebayak 24 orang terdiri dari laki-laki 13 orang dan perempuan 11 orang dengan difokuskan pada persamaan kaudrat nilai rata-rata ulangan harian pada mata pelajaran Matematika konsep persamaan kuadrat hanya mencapai 50.

D. Waktu dan Tempat PenelitianPenelitian ini dilaksanakan di SDN Padarek II Kecamatan Lemahsugih Kabupaten Majalengkaa, di kelas IX/a Semester Dua Tahun Ajaran 2010/2011 yang dilakukan selama tiga bulan yaitu bulan Januari sampai dengan bulan Maret 2011 yang meliputi studi pendahuluan, persiapan, pelaksanaan dan evaluasi hasil kegiatan.E. Prosedur Penelitian Penelitian Tindakan Kelas (PTK) merupakan salah satu upaya guru atau praktisi pendidikan dalam bentuk berbagai kegiatan yang dilakukan untuk memperbaiki atau meningkatkan mutu pembelajaran di kelas. PTK yang dipilih adalah model PTK yang dikembangkan dari Kemmis dan Mc. Taggart. Prosedur penelitian direncanakan dalam 2 siklus, tiap siklus dilaksanakan sesuai dengan desain yang telah ditetapkan tiap siklus secara garis besar terdiri dari tiga tahap, yaitu merancanakan, melakukan tindakan dan mengamati serta merefleksikan. Tindakan yang digunakan pada penelitian ini adalah jenis spiral siklus PTK Model Kemmis dan Mc. Taggart. Satu siklus tindakan sama dengan satu kali tindakan pembelajaran dengan alokasi waktu 2 x 35 menit. Untuk selanjutnya istilah siklus tindakan identik dengan tindakan pembelajaran.Adapun alur pelaksanaan tindakan kelas tersebut menggunakan sistem spiral refleksi yang mencakup empat langkah, yaitu : 1. Merumuskan masalah dan merencanakan tindakan (Planning) ;2. Melaksanakan tindakan dan pengamatan (Acting) ;3. Melakukan observasi (Observing) ;4. Refleksi hasil pengamatan (Reflecting).Alur tahapan atau fase pada setiap siklus secara umum alur penelitian tindakan kelas ini dapat dilihat pada gambar 3.1 sebagai berikut :

Refleksi Tindakan & Observasi IRencana Umum(Instrumen)Perubahan RencanaRefleksi Tindakan & Observasi IIPerubahan RencanaRefleksi Tindakan & Observasi IIISiklus 1Siklus 2Siklus 3Keputusan Lebih Lanjut

Jika diperlukan

Gambar 3.1Alur Penelitian Model Kemmis dan Mc. Tagart

Penelitian dipusatkan pada pelaksanaan serangkaian pembelajaran yang dipilih ke dalam beberapa siklus tindakan. Pada setiap siklus tindakan diobservasi, dievaluasi dan direfleksi data-data atau temuan yang berhubungan dengan kinerja guru dalam menggunakan model cooperative learning, dan kinerja siswa mengikuti pembelajaran. Alur siklus Penelitian Tindakan Kelas tersebut, dijelaskan sebagai berikut:1. Rencana (Planning)a. Menetapkan peneliti mitra (observer) yaitu Guru Kelas IX/a SDN 3 Lemahsugih. Membangun kesepahaman antara peneliti dengan observer tentang konsep dan pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas, topik yang diangkat dalam proses pembelajaran, serta penentuan waktu pelaksanaan kegiatan Penelitian Tindakan Kelas.b. Mengkaji kurikulum mata pelajaran Matematika Kelas IX/a untuk mengetahui standar kompetensi dan hasil belajar yang ditetapkan kurikulum pada konsep energi panas. Menyusun rancangan umum pembelajaran, instrumen penelitian untuk pengumpulan data yang berhubungan dengan silabus pembelajaran, RPP beserta LKS, proses pelaksanaan tindakan, efektifitas belajar siswa, serta faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan selama pembelajaran Matematika ada PTK berlangsung.c. Penyusunan jadwal pelaksanaan tindakan pembelajaran.d. Alternatif pemecahan masalah untuk meningkatkan pemahaman konsep siswa.2. Pelaksanaan Tindakan (Acting)a. Setelah dicapai kesepahaman antara peneliti bersama ovserver dilakukan persepsi mengenai sejauh mana pengetahuan konsep awal siswa tentang energi panas sub konsep memahami sumber energi panas dalam kehidupan, memahami dan mengidentifikasi perpindahan energi panas dan membandingkan peristiwa radiasi, konduksi, dan konveksi berdasarkan percobaan.b. Melaksanakan skenario pembelajaran menggunakan pendekatan cooperative learning.c. Siswa belajar menemukan konsep sendiri salah satunya dengan pengisian LKS.d. Siswa mengkomunikasikan hasil temuannya dengan cara mencari, mencoba alternatif pemecahan masalahnya.e. Melaksanakan perencanaan pemecahan masalah dan membuat keputusan akhir tentang sejauhmana pemahaman konsep siswa tersebut. 3. Observasi (Observation)Observasi dilakukan terhadap hal-hal sebagai berikut :1. Pemahaman pengetahuan konsep awal siswa mengenai materi awal tentang sumber energi panas dalam kehidupan.2. Kinerja guru dalam melakukan pembelajaran dengan menggunakan model cooperative leraning.3. Kemampuan guru (peneliti) untuk menerapkan aktivitas siswa dalam pembelajaran sehingga siswa dapat mencari altrernatif pemecahan masalah terutama sampai sejauhmana konsep-konsep yang diberikan guru / peneliti dapat dipahami siswa. Pada tahap ini guru kelas yang ditunjuk sebagai observer, mengobservasi tindakan yang sedang dilakukan oleh peneliti dengan lembar observasi aktifitas siswa dan guru (terlampir). 4. Refleksi (Reflection)Semua data yang diperoleh dalam tahap observasi dikumpulkan, lalu diidentifikasikan, dianalisis dan dievaluasi. Berdasarkan hasil evaluasi terhadap data yang terkumpul guru melakukan refleksi, sejauh mana dirinya telah mampu melaksanakan proses pembelajaran sesuai silabus / rencana pembelajaran, dan penggunaan pendekatan cooperative learning pada pembelajaran tentang konsep energi panas sub konsep memahami sumber energi panas dalam kehidupan, memahami dan mengidentifikasi perpindahan energi panas serta membandingkan peristiwa radiasi, konduksi, dan konveksi berdasarkan percobaan dan sejauhmana tingkat pemahaman konsep siswa, serta apa saja yang menjadi kendala kelancaran pelaksanaan tindakan. Refleksi dilakukan setiap selesai pembelajaran. Hasil refleksi dan analisis data ini selanjutnya digunakan sebagai bahan acuan dalam merancang atau rekomendasi tindakan untuk melaksanakan tindakan berikutnya. Demikian tahap kegiatan terus berulang sehingga membentuk siklus yang kedua dan seterusnya sampai suatu permasalahan teratasi.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada bagan 3.2 Alur pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas sebagai berikut :

ORIENTASI DAN IDENTIFIKASI MASALAHProgram Pembelajaran IPA di SDHasil belajar siswa tentang energi panas (perpindahan panas)

PERENCANAAN TINDAKAN PENELITIANPenjelasan pengajaranEnergi Panas (perpindahan panas)Penyusunan rencana pembelajaranPenyusunan instrumen penelitianPenetapan siklus tindakan penelitian

PELAKSANAAN TINDAKAN PENELITIANSIKLUS 1 DAN SIKLUS 2

Observasi/Pencatatan pembelajaran Siklus 1Pelaksanaan pembelajaranSiklus 1Perencanaan pembelajaranSiklus 1

Analisis dan Refleksi PembelajaranSiklus 1

Pelaksanaan pembelajaranSiklus 2Perencanaan pembelajaranSiklus 2---------------------------------------------------------------------------------------------------

Observasi/Pencatatan pembelajaran Siklus 2

Analisis dan Refleksi PembelajaranSiklus 2

REVIEW DAN REFLEKSI PEMBELAJARAN KESELURUHAN TINDAKAN

Gambar 3.2Gambar Alur Pelaksanaan PTK di adaptasi dari model kemmis dan TaggartFaktor-faktor yang direncanakan menjadi sasaran perbaikan dalam setiap tindakan pembelajaran meliputi : 1 Faktor Siswaa. Kemampuan siswa dalam memahami konsep energi panas dalam menarik kesimpulan sekurang-kurangnya 70% dari jumlah indikator yang telah ditetapkan sebelumnya baik hasilnya melalui tes dari hasil observasi.b. Aktivitas belajar siswa pada pembelajaran persamaan kuadrat2. Faktor Guru a. Kemampuan guru dalam membuat rencana pembelajaran Matematika pada persamaan kuadrat dengan menggunakan model cooperative learning. b. Guru menunjukan kinerja yang baik jika memenuhi sekurang-kurangnya 70% dari jumlah indikator yang harus dicapai dalam penggunaan model cooperative learning dan dapat dilihat pula aktivitas siswa selama proses kegiatan belajar berlangsung.c. Kecermatan guru dalam merefleksikan kinerjanya sendiri.F. Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan dengan beberapa cara yaitu :1. ObservasiLembar observasi berupa serangkaian indikator yang harus dijawab oleh observer berdasarkan hasil pengamatan di lapangan yang mengacu kepada indikator-indikator yang telah ditetapkan. Lembar observasi ini ditujukan kepada siswa dan guru. Aktivitas siswa di observasi untuk mengungkap kemampuan guru dalam merancang silabus / rencana pembelajaran Matematika, dan observasi tindakan guru dalam kegiatan pembelajaran pada mata pelajaran Matematika dengan topik gaya gravitasi. Lembar observasi ini diisi oleh observer berdasarkan hasil penelitian di lapangan secara objektif dan mengacu kepada semua indikator yang ada dengan diikuti catatan penemuan lapangan serta refleksi yang harus dilakukan oleh peneliti. 2. Wawancara Wawancara dilakukan dengan mengadakan interaksi lisan dengan peserta didik untuk menggali lebih dalam mengenai kesulitan belajar yang dijumpai peserta didik.3. Studi DokumentasiDokumentasi merupakan teknik pengumpulan data yang diperoleh peneliti untuk memberikan gambaran secara umum mengenai tempat penelitian serta objeknya adalah keadaan sarana, propil sekolah, riwayat singkat berdirinya SMPN 3 Lemahsugih, tugas aktifitas guru, buku-buku administrasi sekolah serta buku-buku administrasi kelas.G. Instrumen Penelitian1. Tes kognitifTes tertulis berupa tes awal dan tes akhir yang digunakan untuk mengungkap pemahaman konsep siswa yang bertujuan untuk mendapatkan informasi mengenai kemampuan siswa dalam pengiasaan persamaan kuadrat dengan soal tes berbentuk uraian sebanyak 5 soal (terlampir). Pemberian tes ini dilakukan sebelum pembelajaran berlangsung dan setelah pembelajaran berlangsung dengan berorientasi bahwa pemberian tes ini untuk mengetahui kemampuan pemahaman konsep siswa pada pembelajaran matematika dengan menggunakan model pembelajaran cooperative learning.2. Lembar ObservasiLembar observasi berupa serangkaian indikator yang harus di jawab oleh observer berdasarkan hasil pengamatan di lapangan yang mengacu kepada indikator-indikator yang telah ditetapkan. Lembar observasi ini ditujukan kepada siswa dan guru digunakan untuk mengetahui aktifitas guru dan siswa selama proses kegiatan belajar mengajar belangsung. Lembar observasi/instrumen yang digunakan selama penelitian ini adalah sebagai berikut :a. Instrumen untuk mengukur kemampuan guru dalam merancang Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Matematika.b. Instrumen / pedoman pengamatan kinerja guru dalam Kegitan Belajar Mengajar tentang persamaan kuadrat.c. Instrumen aktivitas siswa pada pembelajaran dengan model cooperative learning

3. Pedoman WawancaraPedoman wawancara dilakukan untuk memperoleh tanggapan dari siswa mengenai penggunaan model cooperative learning. Jenis wawancara yang digunakan adalah wawancara terbuka atau tidak terstruktur. Wawancara dilakukan setelah pembelajaran berakhir. Untuk lebih jelasnya bisa dilihat pada lampiran 9.Tabel 3.1Indikator Pedoman Wawancara

NoIndikator Pertanyaan

1.Penggunaan model cooperative learning dalam pembelajaran.

2.Ketertarikan pada diskusi kelompok.

3.Keaktifan siswa dalam kegiatan belajar mengajar dengan model cooperative learning.

4.Kelebihan penggunaan model cooperative learning.

5.Hasil belajar setelah kegiatan belajar mengajar menggunakan model cooperative learning.

H. Teknik Pengolahan dan Analisis DataTeknik yang digunakan dalam penelitian ini teknik analisis deskriptif kualitatif, analisis data hasil penelitian dilakukan guna mengetahui peningkatan pemahaman konsep energi panas dengan menggunakan model cooperative learning pada pembelajaran Matematika di kelas IX/a SMPN 3 Lemahsugih dengan topik persamaan kuadrat.

Tahapan-tahapan pengelolaan data tersebut, meliputi :1. Analisis dataPada tahapan ini digunakan teknik deskriptif dengan berdasarkan interfrestasi data. Fokus analisis dilakukan terhadap data pengetahuan awal siswa, kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan pendekatann cooperative learning dan data hasil belajar siswa dalam proses dan setelah proses pembelajaran.2. Pengelompokan data Data yang diperoleh dikelompokan berdasarkan : 1). Pemahaman konsep awal siswa tentang sumber energi panas melalui tes awal , 2) kemampuan guru merancang silabus atau RPP dengan menggunakan model cooperative learning melalui ekplorasi dan observasi, 3) kemampuan guru menerapkan pendekatan terbimbing untuk meningkatkan pemahaman konsep siswa melalui observasi, dan 4) pedoman penilaian hasil belajar siswa tentang pemahaman konsep gaya gravitasi.3. Interprestasi dan Refleksi DataInterprestarsi dan refleksi data diambil berdasarkan teori, aturan normatif, akal sehat guru dan peneliti dari hasil pengelompokan data berdasarkan siklus dari tiap pembelajaran. 4. Rekomendasi dan Tindak LanjutHasil refleksi data pada siklus kesatu dijadikan rancangan atau rekomendasi tindakan untuk kegiatan pembelajaran pada tahap siklus berikutnya yaitu siklus kedua, hal ini dilakukan sama pada siklus selanjutnya.

5. Indikator KinerjaDijadikan sebagai tolak ukur keberhasilan tindakan perbaikan yang dilakukan guru untuk meningkatkan pemahaman konsep siswa melalui penggunaan model cooperative learning.

BAB IVANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIANA. Analisis Data Penelitian1. Orientasi dan Observasi LapanganHasil orientasi dan observasi yang berkenaan dengan keadaan sekolah, keadaan kelas, keadaan siswa kelas IX/a, profil observer, minat belajar siswa terhadap pelajaran Matematika, evaluasi belajar dan permasalahan dalam Matematika Deskripsi awal proses pembelajaran Matematika di kelas IX/a, Analisis Refleksi dan Rencana Tindakan adalah sebagai berikut :a. Keadaan SekolahSekolah menegah pertama berlokasi di jalan Desa kalapadua barat P Kecamatan Lemahsugih Kabupaten Majalengka. Adapun daftar personil SDN Terlampir sebagai berikut :

( Terlampir )

b. Keadaan KelasKelas yang digunakan dalam penelitian ini adalah kelas IX/a SMPN 3 Lemahsugih kecamatan Lemahsugih Kabupaten Majalengka, dengan jumlah siswa 24 orang yang terdiri atas 13 orang siswa laki-laki dan 11 orang siswa perempuan. Dilihat dari umur siswa tersebut berkisar antara 13-14 tahun dengan keadaan ekonomi orang tua cukup. c. Keadaan Siswa Kelas IX/a SMPN 3 LemahsugihPrestasi siswa pada mata pelajaran Matematika masih randah dan tidak memenuhi kriteria ketuntasan minimum, terutama pada pembelajaran konsep gaya gravitasi. Kemampuan siswa hanya mencapai 50% hal ini dapat dilihat pada data hasil belajar siswa yang dijabarkan pada tabel berikut :Tabel 4.2Data Hasil Belajar Siswa Kelas IX/a SMPN 3 Lemahsugih Pada Persamaan kuadrat Sebelum Pelaksanaan PTK

NOSISWANILAI

123

1.S130

2.S230

3.S330

4.S460

5.S560

6.S650

7.S750

8.S840

9.S980

10.S1030

11.S1140

12.S1240

13.S1370

14.S1430

15.S1530

16.S1680

123

17.S1760

18.S1840

19.S1940

20.S2060

21.S2170

22.S2280

23.S2370

24.S2430

TOTAL ()1200

RATA-RATA X50

Berdasarkan data 4.2 di atas (daftar nama siswa terlampir), maka terlihat jelas pembelajaran pada konsep ini belum berhasil, sehingga perlu suatu upaya untuk mengatasi hal tersebut. Diantaranya melalui penggunaan strategi atau model pembelajaran pada suatu pembelajaran, dengan menggunakan model cooperative learning.Dalam pembentukan kelompok agar merata berdasarkan jumlah jenis kelaminnya, maka perlu diketahui keadaan siswa kelas IX/a berdasarkan jenis kelamin.a). Jenis KelaminTabel 4.3Keadaan Siswa Kelas IX/a SMPN 3 Lemahsugih Berdasarkan Jenis Kelamin

NO.JENIS KELAMINJUMLAHPERSEN

12Laki-LakiPerempuan13 orang11 orang54,16 %45,84 %

JUMLAH24 0rang100 %

Berdasarkan data pada tabel 4.3, keadaan siswa kelas IIX/a SMPN 3 Lemahsugih mayoritas adalah laki-laki (54,16 %), dan perempuan (45,84 %), diharapkan dalam kegiatan belajar mengajar akan lebih aktif dan terjadi interaksi multi arah.b). Prestasi Akademik Kelas IX/a SMPN 3 LemahsugihBerdasarkan hasil observasi awal yang dilakukan pada tanggal 30 Maret 2009 bahwa memperoleh nilai sebagai berikut :Tabel 4.4Klasifikasi Peringkat Siswa Kelas IX/a SMPN 3 Lemahsugih

NOKELOMPOKNILAIJUMLAH SISWAPERSEN

123Kelompok PandaiKelompok SedangKelompok Kurang10-87-65-0371412,5%29,2%58,3 %

JUMLAH24 orang100 %

Berdasarkan data tersebut, maka kelompok pandai 12,5 %, kelompok sedang 29,2 % dan kelompok kurang 58,3 %. Kalsifikasi tersebut sangat digunakan untuk pembagian kelompok agar merata tarap penngetahuannya, sehingga aktivitas tiap kelompok kelihatan ada interaksi dan terjadi saling membantu antar teman dalam kelompok. d. Profil ObserverDalam penelitian ini, peneliti dibantu oleh seorang observer. Observer ini merupakan teman sejawat peneliti yang menjabat sebagai guru kelas I di SD Negeri Padarek II dengan profil sebagai berikut :Nama: ASEP SAEPUL ISLAM.S.PdNIP: 1976041019992031008Pangkat, Gol/Ruang: Pembina IV/aMasa Kerja: 19 Tahun 03 BulanJenis Kelamin: Laki-lakiPendidikan: IKIP Bandung Lulus Tahun: 1999Melihat latar belakang pengalaman mengajar, guru tersebut memiliki kelayakan untuk menjadi observer dalam penelitian ini.e. Minat Belajar Siswa dalam MatematikaMinat belajar yang tertanam pada siswa sewaktu observer mengamati yaitu minat belajar siswa terhadap Matematika sangat kurang, hal ini disebabkan karena guru kurang bisa mengemas metode yang akan diajarkan kepada siswa, sehingga siswa beranggapan bahwa pelajaran Matematika merupakan pelajaran hapalan yang sangat menjenuhkan dan membosankan.f. Evaluasi PembelajaraanMatematikaSelama ini evaluasi yang diterapkan guru hanyalah sebatas pemberian nilai dan mengurut rangking tertinggi sampai terendah saja, tanpa memperhatikan kadar atau nilai siswa dalam aktivitas siswa selama kegiatan belajar mengajar.g. Permasalahan dalam MatematikaPermasalahan yang didapat dalam proses pembelajaran Matematika adalah kurangnya profesionalisme guru dalam proses pembelajaran ditambah dengan metode yang digunakan guru dalam proses kegiatan belajar mengajar yang berorientasi kepada metode konvensional dan hanya mengandalkan penyampaian secara teoritik. Padahal yang diharapkan adalah guru memberikan sebuah metode yang dapat menarik siswa agar siswa mampu mengembangkan pemahaman dan kreativitasnya yaitu salah satunya dengan menggunakan model cooperative learning.h. Deskripsi Awal Proses Pembelajaran Matematika di Kelas IX/aBerdasarkan hasil observasi awal yang dilakukan tanggal 30 Maret 2012 pada jam pelajaran kesatu dan kedua, yang diajarkan di kelas IX pada waktu itu adalah pembelajaran Matematika.Pada kegiatan awal pembelajaran, guru kelas IX/a dalam membuka pembelajaran dengan melakukan doa bersama yang dilanjutkan dengan kegiatan apersepsi. Dalam kegiatan apersepsi, kegiatan siswa terlihat pasif.Pada kegiatan inti, guru menyampaikan materi pembelajaran dan guru menjelaskan tentang materi perpindahan panas kemudian guru membagikan LKS dan membagi siswa menjadi empat kelompok setiap kelompoknya berjumlah enam orang. Pada saat pembelajaran berlangsung dengan teknik kerja kelompok situasi saling ketergantungan positif, tanggung jawab perseorangan, tatap muka, komunikasi antar anggota, dan evaluasi proses kelompok tidak muncul karena guru tidak memotivasi hal tersebut. Pada hal saling ketergantungan positif dapat memunculkan persatuan dan kesatuan menerima adanya perbedaan satu sama lain, mengembangkan rasa simpati satu sama lain, menghargai pekerjaan masing-masing dan saling memberi dukungan. Dari tanggungjawab perseorangan dapat memunculkan kesiapan melaksanakan peran, kemampuan memerankan tugas, kemampuan mempertanggung-jawabkan pekerjaan, kesiapan menerima pendapat orang lain dan kemampuan memecahkan masalah. Pada tatap muka dapat memunculkan rasa menaruh perhatian terhadap orang lain, apersepsi, saling menghormati pendapat, toleransi, dan solidaritas. Dari komunikasi anta anggota dapat memunculkan kemampuan menjelaskan, membuat ringkasan, menerima balikan, menginventarisasikan. Sedangkan dari evaluasi proses kelompok dapat memunculkan kekompakan, kepedulian antar anggota, kerjasama saling membantu dalam mengutarakan pendapat dan keruntutan. Pada kegiatan akhir pembelajaran, guru mengulas materi secara keseluruhan. Setelah semua materi pembelajaran diberikan, guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya yang berkaitan dengan materi yang telah diberikan, namun tidak ada seorang pun yang mengeluarkan pertanyaan. Kegiatan selanjutnya, guru memberikan pertanyaan-pertanyaan dalam bentuk lembar observasi sebagai tes akhir dan diakhiri dengan menutup kegiatan belajar mengajar.I. Analisis Refleksi dan Rencana TindakanBerdasarkan hasil observasi awal maka dapat diketahui bahwa proses belajar mengajar Matematika di kelas IX/a SMPN 3 Lemahsugih Kecamatan Lemahsugih Kabupaten Majalengka, yang aktif hanya guru, sedangkan siswa adalah pasif. Atas dasar itulah, penulis merencanakan penggunaan model cooperative learning dalam pembelajaran Matematika pada persamaan kuadrat di kelas IX/a SMPN 3 Lemahsugih supaya siswa dapat aktif dan saling bekerjasama dalam pembelajaran untuk memecahkan suatu permasalahan. Dengan maksud, menerapkan aktivitas siswa dalam pembelajaran Matematika pada persamaan kuadrat sehingga diharapkan semua siswa menjadi aktif dan dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap pembelajaran tersebut.2. Pelaksanaan Siklus Ia. Rencana Tindakan PenelitianPerencanaan yang dimaksud dalam hal ini adalah rencana pembelajaran tiap tindakan. Rencana pembelajaran menggunakan pengembangan RPP sesuai dengan kurikulum KTSP. Dalam tahap perencanaan, sesuai dengan teknik mengajar yang akan dikembangkan yaitu pembelajaran dengan menggunakan model cooperative learning, maka di dalam tahap perencanaan yang dipersiapkan antara lain :a) Membuat RPP atau skenario pembelajaran dengan model cooperative learning.b) Menyediakan alat peraga.c) Pembentukan kelompok belajar.d) Membuat lembar observasi yang memuat indikator-indikator pembelajaran dengan menggunakan model cooperative learning.e) Membuat lembar evaluasi untuk tes awal dan tes akhirb. Tahap PelaksanaanKegiatan pembelajaran siklus I dilaksanakan dengan berpedoman pada rencana pembelajaran siklus I. Tindakan siklus I dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 23 Maret 2011. Adapun deskripsi aktivitas guru dan siswa pada pembelajaran siklus I sebagai berikut :Pada kegiatan awal guru membuka pelajaran dengan ucapan salam yang dilanjutkan dengan doa bersama, kemudian guru melakukan apersepsi untuk menggali pengetahuan awal siswa yang berhubungan dengan energi panas dalam kehidupan sehari-hari. Guru bercerita mengenai panas dan mengajukan pertanyaan seperti berikut Apa yang kamu rasakan saat berada di lapangan terbuka di siang hari yang cerah? dan Adakah sumber panas lainnya selain matahari ? kemudian siswa menjawab pertanyaan yang dilontarkan oleh guru tersebut dengan berbagai jawaban yang berbeda dari setiap siswanya.Pada kegiatan inti, guru meminta siswa untuk mempelajari materi energi panas serta sifat-sifatnya selama beberapa menit dan siswa mempelajarinya. Kemudian guru membagi siswa menjadi empat kelompok dan mengaturnya, masing-masing kelompok terdiri dari enam orang siswa sehubungan jumlah siswa di kelas IV adalah 24 orang, yang diberi atribut huruf-huruf KOMPAk yaitu (K1, O1, M1, P1, A1, k1), (K2, O2, M2, P2, A2, k2), (K3, O3, M3, P3, A3, k3), (K4, O4, M4, P4, A4, k4). Untuk kelancaran tugas, maka masing-masing kelompok bermusyawarah untuk menentukan kepengurusan dalam kelompok, yang terdiri dari : Ketua, Sekretaris, dan Pelapor. Guru memberikan penjelasan cara melaksanakan kerja kelompok, yaitu di dalam kelompoknya masing-masing setiap anggota mempunyai tugas yang berbeda, sesuai dengan banyaknya jumlah anggota kelompok jumlah soal lima buah, yang dibagi oleh ketua kelompok, disesuaikan dengan tingkat kemampuannya. Dalam pelaksanaannya setiap anggota harus saling membantu sebab nilai kelompok didapat dari sumbangan nilai tiap anggota kelompok. Jadi ada anggota yang nilainya kecil akan mempengaruhi nilai kelompok itu, dan setelah soal selesai seluruhnya dikerjakan, diskusi terlebih dahulu di dalam kelompok jika kemungkinan ada yang salah. Setelah memberikan penjelasan, guru membagikan alat peraga dan Lembar Kerja Siswa untuk dikerjakan oleh setiap kelompok. Siswa melaksanakan kerja kelompok untuk menyelesaikan soal dengan menggunakan alat peraga yang telah disediakan guru. Pembagian tugas untuk setiap anggota kelompok didasarkan atas kemampuan masing-masing anggotanya. Anggota yang berperan sebagai K, O merupakan siswa yang berkemampuan kurang, dan melaksanakan tugas menyelesaikan soal nomor 1 yang dianggap paling mudah. Sedangkan anggota yang berperan sebagai M yang mempunyai kemampuan lebih dari yang berperan sebagai K dan O mengerjakan soal nomor 2 yang mempunyai tingkat kesukarannya lebih dari soal nomor 1. Anggota yang berperan sebagai P yang mempunyai kemampuan sedang (cukup) mengerjakan soal nomor 3 dan A mengerjakan soal nomor 4 yang mempunyai tingkat kesukaran sedang, dan anggota yang berperan sebagai k, mengerjakan nomor 5 yang dianggap paling sulit, sebab siswa tersebut termasuk siswa yang pandai. Pada waktu siswa melaksanakan tugas, guru berkeliling membimbing kelompok. Kegiatan siswa selama 5 menit cukup hening dan sibuk mengerjakan soal masing-masing. Setelah setiap anggota selesai mengerjakan soal, situasi berubah menjadi ramai mendiskusikan setiap soal, interaksi antar anggota mewarnai diskusi, dan saat itulah terjadi saling ketergantungan yang positif, siswa yang pandai didasarkan atas tanggungjawab terhadap anggotanya berperan sebagai tutor sebaya. Dinamika belajar siswa cukup aktif walaupun masih ada kekurangan-kekurangan.Aktivitas siswa dalam kelompok tidak lepas dari penilaian guru, baik oleh guru yang praktik maupun oleh guru mitra yang mengobservasi. Adapun unsur-unsur yang dinilai ketika siswa melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan model cooperative learning, yaitu 1). Saling ketergantungan positif, menyangkut aspek persatuan dan kesatuan, memberi dukungan, menghargai pekerjaan masing-masing, menerima adanya perbedaan satu sama lain dan mengembangkan rasa simpati satu sama lain, 2). Tanggungjawab perseorangan menyangkut aspek kesiapan melaksanakan peran, kemampuan memerankan tugas, kemampuan mempertanggung-jawabkan, kesiapan menerima pendapat orang lain dan kemampuan memecahkan masalah, 3). Tatap muka menyangkut aspek rasa menaruh perhatian terhadap orang lain, apresiasi saling menghormati pendapat, toleransi dan sosialisai, 4). Komunikasi antar anggota menyangkut aspek kemampuan menjelaskan, membuat ringkasan, menerima balikan, menginventarisasikan dan memecahkan masalah, dan 5). Evaluasi proses kelompok menyangkut aspek kekompakan, kepedulian antar anggota, kerjasama, saling membantu dalam mengutarakan pendapat dan keruntutanKegiatan siswa selanjutnya adalah melaporkan kegiatan kelompok masing-masing yang dilaporkan oleh juru bicaranya, dan ditanggapi oleh setiap anggota kelompok, terutama oleh anggota yang mengerjakan soal yang sedang didiskusikan. Di dalam diskusi kelas, kegiatan siswa kurang interaktif, sebab tidak semua anggota mempunyai kesempatan untuk tampil melaporkan hasil kerjanya, yang aktif hanyalah juru bicara dari masing-masing kelompok. Setelah selesai kerja kelompok, dengan bimbingan guru, siswa menyimpulkan hasil kerja tiap kelompok. Siswa membereskan tempat duduknya masing-masing keposisi semula. Pada kegiatan akhir yang dilakukan selama 15 menit, guru mengulas kembali materi yang telah disampaikan dan menarik kesimpulan, guru mengevaluasi siswa dengan cara memberinya tes uraian sebanyak 5 soal. Guru membahas soal evaluasi. Setelah itu guru mengakhiri pembelajaran dan memotivasi siswa untuk pembelajaran yang akan datang.c. Hasil Observasi Tindakan Sikklus I Observasi dilaksanakan selama kegiatan pembelajaran berlangsung dengan menggunakan lembar observasi kinerja guru dalam merancang RPP dan lembar kinerja guru dalam kegiatan belajar mengajar, lembar pengamatan atau aktivitas siswa dalam belajar. Observasi secara berkolaboratif dengan guru mitra yang lain sebagai observer. Adapun hasil observasi pembelajaran kesatu adalah sebagai berikut :a) Kegiatan guru dalam merancang rencana pembelajaran dapat dilihat pada tabel 4.5 sebagai berikut :

Tabel 4.5KEMAMPUAN GURU DALAM MERANCANG RPP SIKLUS I

NoAspek Kinerja Yang DiamatiSkorKet.

1.Kurikulum10SB

2.Bahan Pembelajaran 8B

3.Pengembangan Materi Pembelajaran 10SB

4.Metode Pembelajaran8B

5.Media dan Sumber Belajar8B

6.Evaluasi8B

Jumlah52

Persentase86,6%

Dari data pada tabel 4.5 Kemampuan Guru dalam Merancang Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus satu (untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada lampiran 6) skor yang diperoleh guru dalam membuat RPP adalah 52 sedangkan yang seharusnya dicapai guru adalah 60. Jadi masih ada beberapa aspek penilaian yang belum tercapai. Kemampuan guru baru mencapai 86,6% sehingga perlu ditingkatkan lagi. Aspek dan indikator-indikator yang belum tercapai bisa dilihat pada lampiran 6.b) Kegiatan guru dalam kegiatan belajar mengajar (KBM) dapat dilihat pada tabel 4.6.

Tabel 4.6KEMAMPUAN GURU DALAM KBMTENTANG KONSEP PERSAMAAN KUADRAT SIKLUS I

NoAspek Kinerja Yang DiamatiSkorKet.

A.Membuka Pelajaran/Kegiatan Pendahuluan

1.Menyiapkan Alat Bantu/Media Pelajaran10SB

2.Membangkitkan motivasi belajar7C

3.Mengungkap Pengetahuan Awal Siswa10SB

4.Memberi Acuan Tentang Materi Pelajaran8B

BProses Pembelajaran/Kegiatan Inti

1Kesesuaian strategi pelajaran dengan metode yang digunakan.8B

2.Penguasaan Materi Pelajaran8B

3Membimbing siswa dalam penggunaan LKS7C

4Penanganan individu/Kelompok10SB

CMenutup Pelajaran /Kegiatan Akhir

1.Membimbing siswa dalam menarik kesimpulan.10SB

2Memberikan penguatan kepada siswa mengenai materi yang disampaikan6K

3Melakukan evaluasi hasil belajar10SB

4Melakukan tindak lanjut pembentukan sikap dan perilaku8B

Jumlah102

Rata-rata (Persentase)85%

Berdasarkan pada tabel 4.6 (untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada lampiran 7), kinerja guru dalam kegiatan belajar mengajar, dapat disimpulkan bahwa memperoleh skor 102, sedangkan yang seharusnya dicapai guru adalah 120. Jadi masih ada beberapa aspek yang belum tercapai, Aspek-aspek yang belum tercapai bisa dilihat pada lampiran 7. Kemampuan guru baru mencapai 85%. Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa :1. Guru masih kaku melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan model cooperative learning, dan tidak ada rasa percaya diri dikarenakan kurang menguasai pembelajaran model cooperative learning.2. Pada waktu siswa melaporkan hasil kerja kelompok, guru kesulitan dalam mengoptimalkan interaksi sosial siswa dalam diskusi3. Guru kurang memperhatikan waktu, sehingga kegiatan melebihi waktu yang direncanakan.c) Hasil Observasi Aktivitas SiswaDari hasil observasi terhadap kinerja atau aktivitas siswa dapat dilihat pada tabel 4.7. sebagai berikut :Tabel 4.7REKAPITULASI NILAI TES AWAL DAN TES AKHIR SIKLUS I

NONILAI (N)Nilai Tes AwalNilai Tes AkhirKet.

Banyak Siswa (S)NxSBanyak Siswa (S)NxS

12345678910111009080706050403020100--334257-----240210240100200210---3324363----300270160280180300120----Batas Lulus 70

Jumlah241200241610

Rata-rata Tes Awal50Rata-rata Tes Akhir 67

Berdasarkan data tes awal pada tabel 4.7, siswa yang dinyatakan lulus memenuhi batas yang ditetapkan sebanyak 6 orang (25%) dan dinyatakan belum lulus sebanyak 18 orang (75%) ini menunjukan bahwa siswa sebagian besar belum menguasai konsep energi panas, dan nilai rata-rata kelas dari tes awal tersebut adalah 50. Sedangkan berdasarkan data tes akhir siswa yang dianggap lulus sebanyak 12 orang (50%) dan yang dinyatakan belum lulus yakni setengahnya sebanyak 12 orang (50%), untuk rata-rata kelas dari tes akhir siklus I adalah 67. Jika dibandingkan dengan hasil tes awal, maka hasil tes akhir ada kenaikan 25%.Dari hasil observasi aktivitas siswa diperoleh kesimpulan bahwa :1. Siswa belum terbiasa melaksanakan diskusi, sehingga unsur-unsur yang terdapat dalam cooperative learning tidak semuanya tampak atau muncul dan pada waktu diskusi kelas, yang aktif hanya juru bicaranya saja.2. Keberanian siswa untuk mengemukakan pendapat masih kurang sehingga pada waktu diskusi kelas hanya dua atau tiga orang yang berani mengemukakan pendapat.Tabel 4.8NILAI RATA-RATA KELOMPOK PADA SIKLUS I

NONAMA KELOMPOKNILAIPRESENTASEKET.

1234KOMPAk 1KOMPAk 2KOMPAk 3KOMPAk 46070608060%70%60%80%Batas lulus 70 (70%)

Rata-Rata67,567,5%

Dari data di atas, dapat kita lihat bahwa kelompok KOMPAk 1 dan KOMPAk 3, belum memenuhi batas lulus yang telah ditentukan, hanya KOMPAk 2 dan KOMPAk 4 yang memenuhi batas lulus yaitu 50% dan kelompok yang belum mencapai batas lulus sebanyak 50%. Dan rata-rata nilai kelompok adalah 67,5 (67,5%) berarti nilai rata-rata kelompok pun belum memenuhi batas lulus yang telah ditentukan. Untuk hasil pengamatan kerja kelompok Siklus I dapat dilihat pada tabel 4. 9 sebagai berikut :Tabel 4.9Nilai Pengamatan Kerja Kelompok dengan Model Cooperative LearningTentang Persamaan kuadrat Siklus 1

NOINDIKATORKELOMPOK KOMPAk

1234

1.Saling Ketergantungan Positif

a. Kerjasama/Persatuan dan kesatuan3334

b. Motivasi/Memberi dukungan3344

c. Menghargai pekerjaan masing-masing3344

d. Menerima adanya perbedaan satu sama lain4444

e. Mengembangkan rasa simpati satu sama lain3435

2.Tanggungjawab Perseorangan

a. Kesiapan melaksanakan peran2334

b. Kemampuan memerankan tugas3323

c. Kemampuan mempertanggungjawabkan2334

d. Kesiapan menerima pendapat orang lain3334

e. Kemampuan memecahkan masalah4444

3.Tatap Muka

a. Rasa menaruh perhatian terhadap orang lain2443

b. Apresiasi2423

c. Saling menghormati pendapat3433

d. Toleransi3344

e. Solidaritas4434

4Komunikasi Antar Anggota

a. Kemampuan menjelaskan3334

b. Membuat ringkasan4445

c. Menerima balikan3343

d. Menginventarisasikan2234

e. Memecahkan masalah4434

5Evaluasi Proses Kelompok

a. Kekompakan4444

b. Kepedulian3345

c. Kerjasama4444

d. Saling membantu dalam mengutarakan pendapat4434

e. Keruntutan4344

JUMLAH808685101

RATA-RATA (%)6468,86880,8

Keterangan : Skor 5 Sangat Baik (SB) = Apabila dilakukan oleh 6 orang siswa, Skor 4 Baik (B) = Apabila dilakukan oleh 5 orang siswa, Skor 3 Cukup (C) = Apabila dilakukan oleh 4 orang siswa, Skor 2 Kurang (K)= Apabila dilakukan oleh 2-3 orang siswa, Skor 1 Sangat Kurang (SK) = Apabila dilakukan oleh 1 orang siswa

MengetahuiKepala Sekolah

HUMAEDI,S.PdNIP. 196212101987031012Lemahsugih,23 Maret 2011Observer

ASEP SAEPUL ISLAMNIP. 1976041019992031008

Berdasarkan pada tabel 4.9 di atas, bahwa hasil pengamatan kerja kelompok yaitu untuk kelompok KOMPAk 1 memperoleh nilai 64 (64%), kelompok KOMPAk 2 memperoleh nilai 68,8 (68,8%), kelompok KOMPAk 3 memperoleh nilai 68 (68%) dan kelompok KOMPAk 4 memperoleh nilai 80,8 (80,8%). Maka hanya kelompok KOMPAk 4 saja yang memenuhi kriteria batas lulus.Tabel 4.10Rekapitulasi Nilai Pengamatan Kerja Kelompok Siswa pada Siklus I

KelompokIndikator Yang DiamatiJumlahRata-rata

abcde

KOMPAk1KOMPAk2KOMPAk3KOMPAk416171521141618191419161716161720201819248086851016468,86880,8

Keterangan :a. Saling ketergantungan positif.b. Tanggungjawab perseorangan.c. Tatap muka.d. Komunikasi antar anggota.e. Evaluasi proses kelompok.

Rentang Skor :101-125= Sangat Baik.76-100= Baik.51-75= Sedang.26-50= Kurang.0-25= Sangat Kurang.

Berdasarkan pada rekapitulasi nilai pengamatan pada siklus I di atas, dapat ditapsirkan bahwa pada umumnya setiap kelompok belajar belum menguasai unsur-unsur yang ditetapkan dalam cooperative learning, hal ini terbukti dari hasil diperoleh kelompok masih di bawah target yang diharapkan, yaitu minimal rata-rata 70 dan hanya untuk kelompok KOMPAk 4 saja yang memenuhi target. Adapun nilai kelompok terbesar diperoleh oleh kelompok KOMPAk 4 memperoleh jumlah nilai 101 dengan rata-rata 80,8 , sedangkan nilai kelompok terkecil diperoleh oleh kelompok KOMPAk 1 dengan memperoleh jumlah nilai 80 dengan rata-rata 64, ini berarti penguasaan unsur-unsur cooperative learning pada umumnya kelompok perlu ditingkatkan lagi supaya memperoleh nilai yang optimal sehingga pembelajaran pun menghasilkan pembelajaran yang bermakna.d) Analisis, Refleksi dan Revisi PembelajaranBerdasarkan hasil observasi yang telah diuraikan di atas, kegiatan belajar dengan menggunakan model cooperative learning belum sesuai dengan harapan. Indikator-indikator yang menjadi fokus penelitian masih kurang optimal dengan demikian harus ditingkatkan. Seperti pada indikator Saling Ketergantungan Positif, yang menyangkut aspek persatuan dan kesatuan serta aspek memberi dukungan, kemudian yang perlu diperbaiki adalah Tanggung-jawab Perseorang