modul 3
DESCRIPTION
analitik 2laporanTRANSCRIPT
MODUL III
ASIDI – ALKALIPENENTUAN KADAR HCl DENGAN
LARUTAN STANDAR NaOH
BAB IPENDAHULUAN
1.1 Tanggal Percobaan : 17 Maret 2013
1.2 Tujuan Percobaan :
Dapat melakukan standarisasi larutan NaOH
Dapat menentukan konsentrasi HCl dengan larutan standar NaOH
1.3 Prinsip Percobaan :
a. Standarisasi Larutan NaOH
Sejumlah tertentu H2C2O4.2H2O yang sudah diketahui konsentrasinya dititrasi
dengan larutan NaOH yang akan diketahui konsentrasinya, dengan bantuan indicator
phenolptalein. TE diketahui dari perubahan warna bening menjadi merah sangat
muda. mEk H2C2O4.2H2O = mEk NaOH, sehingga konsentrasi NaOH dapat dihitung.
b. Penentuan Konsentrasi HCl
Sejumlah tertentu larutan HCl dipipet kemudian dititrasi dengan NaOH
standar menggunakan indicator phenolphthalein. TE diketahui dari perubahan warna
bening menjadi merah sangat muda. mEk HCl = mEk NaOH, sehingga konsentrasi
HCl dapat dihitung.
Laporan Kimia Analitik II – Modul III Asidi - Alkali Page 18
BAB IITINJAUAN PUSTAKA
2.1 Teori Dasar:
Analisa volumetri suatu cara untuk menentukan kadar atau konsentrasi dari
suatu zat dengan menentukan vulome dari suatu larutan tertentu dengan konsentrasi
tertentu yang diperlukan pada suatu reaksi tertentu. Asidi-alkalimetri adalah salah
satu analisa volumetri yang bertujuan untuk menentukan kadar suatu asam/basa
dengan menggunakan volume dari basa/asam dengan konsentrasi tertentu yang
diperlukan pada reaksi asam-basa.
1. Teori Arrhenius
Menurut Arrhenius :
Asam adalah semua zat yang pada reaksi ionisasinya dapat menghasilkan ion H+
Basa adalah semua zat yang pada reaksi ionisasinya dapat menghasilkan ion OH-
Berdasar teori ini reaksi antara asam dengan basa haruslah menyangkut ion-ion H+
dan OH-
H+ + OH- H2O
Jika suatu senyawa meskipun dapat bereaksi dengan asam tapi pada reaksinya
tidak menyangkut ion-ion H+ dan OH- reaksinya tidak dinamakan reaksi asam-basa.
Jadi reaksi antara laruan Na2CO3 dengan HCl misalnya bukanlah reaksi asam basa
menurut Arrhenius karena reaksi ionnya adalah :
CO32- + H+ HCO3
-
2. Teori Bronsted-Lowry
Menurut Bronsted-Lowry yang dinamakan :
Asam adalah semua zat yang dapat memberikan proton (H+) atau pemberi proton
atau donor proton.
Basa adalah semua zat yang dapat menerima proton (H+) atau pemberi proton atau
aseptor proton.
Laporan Kimia Analitik II – Modul III Asidi - Alkali Page 19
Yang dimaksudkan dengan ”zat” pada teori ini dapat suatu senyawa yang netral, ion
negatif atau ion positif.
HCl H+ + Cl-
HCO3- H+ + CO3
2-
NH4+ H+ + NH3
Karena setiap reaksi adalah reaksi yang dapat balik, berarti “hasil reaksi”
pelepasan proton diatas dapat mengikat kembali proton, maka setiap asam selalu
mempunyai basa pasangannya yang dinamakan basa konjugasi.
Proton menurut teori atom adalah partikel yang sangat tidak stabil dan tidak
dapat berdiri sendiri. Karena itu jika ada pelepasan proton selalu harus di ikuti oleh
pengikatan proton tersebut. Dalam larutan asam dengan pelarut air, maka air itulah
yang akan berfungsi sebagai pengikat proton.
HB + H2O H3O+ + B**
Karena itu berdasar teori Bronsted-Lowry, apa yang dinamakan reaksi ionisasi
asam sebenarnya adalah suatu reaksi asam basa. Hal yang sama untuk reaksi ionisasi
air, satu molekul air berfungsi sebagai asam dan melepaskan proton dan satu molekul
air yang lain berfungsi sebagai basa, penerima proton.
H2O H+ + OH- (basa konjugasi)
H+ + H2O H3O+ (asam konjugasi)
Kalau reaksi diatas dijumlahkan akan kita dapat :
2H2O H3O+ + OH-
Zat yang dapat bersifat seperti H2O, dapat bersifat asam dan pada saat yang
sama juga dapat bersifat sebagai basa dinamakan zat yang amfiprotik.
Secara keseluruhan, teori asam-basa bronsted-lowry ini lebih baik dari teori
arrhenius dan juga masih menyangkut konsep H+ atau pH tapi dengan catatanbahwa
H+ harus dibaca sebagai H3O+.
Laporan Kimia Analitik II – Modul III Asidi - Alkali Page 20
3. Teori Lewis
Menurut Lewis yang dinamakan :
Asam adlah semua zat yang dapat menerima pasangan elektron atau aseptor
pasangan elektron.
Basa adalah semua zat yang dapat memberikan pasangan elektron atau donor
pasangan elektron.
Semua zat yang memenuhi kriteria asam menurut teori lewis kemudian
dinamakan Asam Lewis.
Dapat dilihat dari reaksi-reaksi diatas bahwa reaksi akan berhenti apabila
jumlah H+ telah ekivalen dengan jumlah OH- dan dimana semua basa tepat bereaksi
dengan asam dinamakan titik ekivalen. Pada titik ekivalen akan berlaku :
Nasam x Vasam = Nbasa x Vbasa
Pada umumnya reaksi asam-basa sukar untuk dapat diamati karena itu
diperlukan bantuan indikator untuk dapat melihat perubahan pada reaksi ini. Indikator
terutama diperlukan untuk dapat melihat titik akhir dari suatu titrasi, dimana pada
titrasi tersebut mulai terjadi perubahan warna. Indikator yang baik adalah indikator
yang perubahan warnanya atau titik akhir titrasinya terletak sedekat mungkin dengan
titik ekivalen.
Pada titik ekivalen, tidak ada lagi kelebihan asam atau basa dan pada saat ini
yang kita punya adalah larutan garam, sehingga pH-nya juga sama dengan pH dari
larutan garam yang terjadi. Pada saat ini seharusnya penambahan asam atau basa
harus dihentikan dan pada saat ini juga warna harus sudah berubah. Dengan kata lain
indikator yang harus dipergunakan adalah indikator yang trayek pH-nya sedekat
mungkin dengan pH larutan garam yang akan terbentuk.
Laporan Kimia Analitik II – Modul III Asidi - Alkali Page 21
BAB IIIPROSEDUR PERCOBAAN
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat yang digunakan
Erlenmeyer 250 mL
Buret 50 mL
Labu Ukur 100 mL
Spatula
Kaca Arloji
Gelas Kimia 250 mL
Pipet Tetes
Pipet Gondok 5, 10 mL
Corong Gelas
Penyangga Corong
Statif + klem buret
Batang Pengaduk
Botol Semprot
3.1.2 Bahan yang digunakan :
Aquadest
H2C2O4.2H2O 1 N
NaOH
HCl
Indikator Phenolphtalein
3.2 Prosedur Kerja
3.2.1 Standarisasi Larutan NaOH Terhadap Asam Oksalat
1. Larutan standar H2C2O4.2H2O 1 N dipipet 10 mL ke dalam labu ukur 100 ml,
diencerkan sampai tanda batas kemudian dihomogenkan.
2. Dipipet 10 ml larutan di atas ke dalam erlenmeyer.
3. Ditambahkan indikator phenolphtalein 2- 3 tetes.
4. Dimasukan larutan NaOH ke dalam buret dan diatur kondisi buret siap untuk di
operasikan.
5. Larutan H2C2O4.2H2O dititrasi dengan NaOH dari buret sampai terjadi perubahan
warna dari bening menjadi merah sangat muda. Volume NaOH yang diperlukan
dicatat.
Laporan Kimia Analitik II – Modul III Asidi - Alkali Page 22
6. Dilakukan pengerjaan titrasi sampai didapat volume NaOH konstan.
7. Konsentrasi NaOH dihitung dari mEk H2C2O4.2H2O = mEk NaOH.
3.1.2 Penentuan konsentrasi HCl terhadap NaOH
1. Dipipet 10 ml larutan HCl kedalam erlenmeyer, ditambahkan indikator
phenolphtalein 2 – 3 tetes.
2. Larutan HCl dititrasi dengan NaOH sampai terjadi perubahan warna dari bening
menjadi merah sangat muda. Volume NaOH yang diperlukan dicatat.
3. Dilakukan pengerjaan titrasi sampai didapat volume konstan.
4. Konsentrasi HCl dihitung dari mEk HCl = mEk NaOH
Laporan Kimia Analitik II – Modul III Asidi - Alkali Page 23
BAB IVPENGOLAHAN DATA DAN PEMBAHASAN
4.1 Data dan Perhitungan
4.1.1 Standarisasi Larutan NaOH Terhadap H2C2O4.2H2O
4.1.1.1 Data Hasil Percobaan
Titrasi Ke- I II
Volume Awal (mL) 0.00 0.00
Volume Akhir (mL) 1.62 1.62
Volume TA (mL) 1.62 1.62
Volume rata-rata (mL) 1.62
4.1.1.2 Reaksi yang terjadi
H2C2O4.2H2O(aq) + 2NaOH(aq) Na2C2O4(aq) + 4H2O(l)
4.1.1.3 Perhitungan
mEk H2C2O4.2H2O awal = mEk H2C2O4.2H2O akhir
[H2C2O4.2H2O] awal x V awal = [H2C2O4.2H2O] akhir x V akhir
1 N x 5 mL = [H2C2O4.2H2O] akhir x 100 mL
[H2C2O4.2H2O] akhir = 0.0500 N
Konsentrasi NaOH :
mEk NaOH = mEk H2C2O4.2H2O
[NaOH] = [H 2C 2O 4 .2H 2O ] xV H 2C 2O 4 .2H 2O
V NaOH
= 0.05 00N x10mL1.62mL = 0.3086 N
Laporan Kimia Analitik II – Modul III Asidi - Alkali Page 24
4.1.2 Penentuan Konsentrasi HCl terhadap NaOH
4.1.2.1 Data Hasil Percobaan
Titrasi Ke- I II
Volume Awal (mL) 0.00 0.00
Volume Akhir (mL) 0.12 0.10
Volume TA (mL) 0.12 0.10
Volume rata-rata (mL) 0.11
4.1.2.2 Reaksi yang terjadi
HCl(aq) + NaOH(aq) NaCl(aq) + H2O(l)
4.1.2.3 Perhitungan
mEk NaOH = mEk HCl
[HCl] = [NaOH ] xV NaOH
V HCl
= 0.3086N x 0.11mL10mL = 0.0034 N
4.2 Pembahasan
Pada percobaan ini, NaOH harus dilakukan standarisasi konsentrasi lebih
dahulu. Ini dikarenakan NaOH adalah larutan standar sekuder. Biasanya larutan
standar sekunder memiliki sifat yang tidak stabil, sehingga harus dilakukan penetapan
secara berkala.
NaOH dilakukan standarisasi terhadap larutan H2C2O4.2H2O, karena
H2C2O4.2H2O merupakan larutan standar primer. Larutan ini stabil dan bisa langsung
didapatkan konsentrasi yang pasti.
HCl juga termasuk larutan standar sekunder, tapi HCl memiliki sifat lebih
stabil dari NaOH. Biasanya larutan HCl dilakukan standarisasi dengan larutan
Na2B4O7.10H2O
Laporan Kimia Analitik II – Modul III Asidi - Alkali Page 25
BAB VKESIMPULAN
Pada percobaan ini, didapatkan konsentrasi NaOH dan HCl sebesar :
Konsentrasi NaOH yang didapat : 0.3086 N
Konsentrsai HCl yang didapat : 0.0034 N
Laporan Kimia Analitik II – Modul III Asidi - Alkali Page 26