modul 3 makalah

23
MAKALAH TUTORIAL MODUL III Disusun Oleh : Kelompok IV Yuri amelia ( 61111003 ) Rachindi Qory Trysia ( 61111011 ) Yuliana Minanti ( 61111014 ) Nur Rahmah Kurnianti ( 61111020 ) Yuni Arios ( 61111030 ) Nur Annisa Tiara ( 61111032 ) Thariq Muslim ( 61111039 ) Mardoni efrijon ( 61111053 ) Dani Adrian ( 61111058 ) Sukma Mentari ( 61111068 ) Retzer Situmorang ( 611110 )

Upload: tiiara-pratiwii

Post on 24-Apr-2015

30 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

Modul 3 Makalah

TRANSCRIPT

Page 1: Modul 3 Makalah

MAKALAH TUTORIAL

MODUL III

Disusun Oleh :

Kelompok IV

Yuri amelia ( 61111003 )

Rachindi Qory Trysia ( 61111011 )

Yuliana Minanti ( 61111014 )

Nur Rahmah Kurnianti ( 61111020 )

Yuni Arios ( 61111030 )

Nur Annisa Tiara ( 61111032 )

Thariq Muslim ( 61111039 )

Mardoni efrijon ( 61111053 )

Dani Adrian ( 61111058 )

Sukma Mentari ( 61111068 )

Retzer Situmorang ( 611110 )

PRODI KEDOKTERAN

FAKULTAS KEDOKTERAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS BATAM

Page 2: Modul 3 Makalah

2012

I.SKENARIO

Eyang Suparto ( 55 tahun ) yang tinggal di Panti Lansia,

dibawa anaknya ke klinik UNIBA, sudah 2 tahun mengalami

batuk berdarah disertai nyeri dada. Kata anak yang

mengantarnya, eyang Suparto sekarang lebih kurus dari beberapa

bulan yang lalu. Beberapa sahabat eyang Suparto di Pnati Lansia

mengalami sakit yang sama

II. KATA SULIT

Batuk

Nyeri

III. KATA KUNCI

Eyang Suparto ( 55 tahun ) dibawa oleh anaknya ke klinik UNIBA

Eyang Suparto ( 55 tahun ) sudah 2 bulan mengalami batuk berdarah

disertai nyeri dada

Eyang Suparto ( 55 tahun ) lebih kurus dari beberapa bulan yang lalu

Beberapa sahabat eyang Suparto di Panti Lansia juga mengalami sakit

yang sama

 

IV. KUNCI PERMASALAHAN

Eyang Suparto ( 55 tahun ) sudah 2 bulan mengalami batuk

berdarah disertai nyeri dada

V. ANALISIS PERTANYAAN

1. Apa penyebab eyang Suparto batuk berdahak disertai nyeri dada ?

Page 3: Modul 3 Makalah

2. Apa penyebab eyang Suparto sekarang lebih kurus dari beberapa bulan

yang lallu ?

3. Mengapa sahabat eyang Suparto di Panti Lansia mengalami sakit yang

sama ?

VI. TUJUAN PEMBELAJARAN

1. Tujuan Umum

Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang infeksi

2. Tujuan Khusus

Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan penyebab eyang

Suparto mengalami batuk berdarah disertai nyeri dada

Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan mekanisme

penularan batuk berdarah disertai nyeri dada

Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan definisi infeksi

Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan jenis – jenis

infeksi

Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan gejala – gajala

infeksi

Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tanda – tanda

infeksi

Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan penyebab infeksi

Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan mekanisme

infeksi

Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan klasifikasi bakteri

Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan klasifikasi virus

Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan penatalaksanaan

infeksi

Page 4: Modul 3 Makalah

VII. MIND MAPPING

INFEKSI

DDDEFINISI PENYEBAB

Page 5: Modul 3 Makalah

PEMBAHASAN

I. Definisi Infeksi

Infeksi adalah kolonalisasi yang dilakukan oleh spesies asing terhadap

organisme inang, dan bersifat pilang membahayakan inang. Organisme

penginfeksi, atau patogen, menggunakan sarana yang dimiliki inang untuk dapat

memperbanyak diri, yang pada akhirnya merugikan inang. Patogen mengganggu

fungsi normal inang dan dapat berakibat pada luka kronik, gangrene, kehilangan

organ tubuh, dan bahkan kematian. Respons inang terhadap infeksi disebut

peradangan. Secara umum, patogen umumnya dikategorikan sebagai organisme

mikroskopik, walaupun sebenarnya definisinya lebih luas, mencakup bakteri,

parasit, fungi, virus, prion, dan viroid.

II. Tanda-Tanda Infeksi

III. Jenis – Jenis Infeksi

IV. Penyebab Infeksi

V. Mekanisme Infeksi

Mikroba patogen agar dapat menimbulkan penyakit infeksi harus bertemu

dengan pejamu yang rentan, melalui dan menyelesaikan tahap-tahap sebagai

berikut:

a. Tahap I

Mikroba patogen bergerak menuju tempat yang menguntungkan

(pejamu/penderita) melalui mekanisme penyebaran (mode of transmission).

Semua mekanisme penyebaran mikroba patogen tersebut dapat terjadi di rumah

sakit, dengan ilustrasi sebagai berikut.

1. Penularan langsung Melalui droplet nuclei yang berasal dari petugas,

keluarga/pengunjung, dan penderita lainnya. Kemungkinan lain

melalui darah saat transfusi darah.

Page 6: Modul 3 Makalah

2. Penularan tidak langsung

Seperti yang telah diuraikan , penularan tidak langsung dapat terjadi

sebagai berikut.

Vehicle-borne, yaitu penyebaran/penularan mikroba patogen

melalui benda-benda mati (fotnite) seperti peralatan medis

(instrument), bahan-bahan/material medis, atau peralatan

makan/minum untuk penderita.

Perhatikan pada berbagai tindakan invasif seperti pemasangan

kateter, vena punctie, tindakan pembedahan (bedah minor,

pembedahan di kamar bedah), proses dan tindakan medis

obstetri/ginekologi, dan lain-lain.

Vector-borne, yaitu penyebaran/penularan mikroba patogen dengan

perantara vektor seperti lalat. Luka terbuka (open wound), jaringan

nekrotis, luka bakar, dan gangren adalah kasus-kasus yang rentan

dihinggapi lalat.

Food-borne, yaitu penyebaran/penularan mikroba patogen melalui

makanan dan minuman yang disajikan untuk penderita. Mikroba

patogen dapat ikut menyertainya sehingga menimbulkan gejala dan

keluhan gastrointestinal, baik ringan maupun berat.

Water-borne, kemungkinan terjadinya penularan/penyebaran

penyakit infeksi melalui air kecil sekali, mengingat tersedianya air

bersih di rumah sakit sudah melalui uji baku mutu.

Air-borne, peluang terjadinya infeksi silang melalui media

perantara ini cukup tinggi karena ruangan/bangsal yang relatif

tertutup, secara teknis kurang baik ventilasi dan pencahayaannya.

Kondisi ini dapat menjadi lebih buruk dengan jumlah penderita

yang cukup banyak.

Dari semua kemungkinan penyebaran/penularan penyakit infeksi

yang telah diuraikan di atas, maka penyebab kasus infeksi nosokomial

Page 7: Modul 3 Makalah

yang sering dilaporkan adalah tindakan invasif melalui penggunaan

berbagai instrumen medis (vehicle-borne).

b. Tahap II

Upaya berikutnya dari mikroba patogen adalah melakukan invasi ke

jaringan/organ pejamu (penderita) dengan cara mencari akses masuk untuk

masing-masing penyakit (port d’entree) seperti adanya kerusakan/lesi kulit atau

mukosa dari rongga hidung, rongga mulut, orificium urethrae, dan lain-lain.

1. Mikroba patogen masuk ke jaringan/organ melalui lesi kulit. Hal ini

dapat terjadi sewaktu melakukan insisi bedah atau jarum suntik.

Mikroba patogen yang dimaksud antara lain virus Hepatitis B (VHB).

2. Mikroba patogen masuk melalui kerusakan/lesi mukosa saluran

urogenital karena tindakan invasif, seperti:

a) tindakan kateterisasi, sistoskopi;

b) pemeriksaan dan tindakan ginekologi (curretage);

c) pertolongan persalinan per-vaginam patologis, baik dengan bantuan

instrumen medis, maupun tanpa bantuan instrumen medis.

3. Dengan cara inhalasi, mikroba patogen masuk melalui rongga hidung

menuju saluran napas. Partikel in feksiosa yang menular berada di

udara dalam bentuk aerosol. Penularan langsung dapat terjadi melalui

percikan ludah (droplet nuclei) apabila terdapat individu yang

mengalami infeksi saluran napas melakukan ekshalasi paksa seperti

batuk atau bersin. Dari penularan tidak langsung juga dapat terjadi

apabila udara dalam ruangan terkontaminasi. Lama kontak terpapar

(time of exposure) antara sumber penularan dan penderita akan

meningkatkan risiko penularan. Contoh: virus Influenza dan Al.

tuberculosis.

4. Dengan cara ingesti, yaitu melalui mulut masuk ke dalam saluran

cerna. Terjadi pada saat makan dan minum dengan makanan dan

Page 8: Modul 3 Makalah

minuman yang terkontaminasi. Contoh: Salmonella, Shigella, Vibrio,

dan sebagainya.

c. Tahap III

Setelah memperoleh akses masuk, mikroba patogen segera melakukan

invasi dan mencari jaringan yang sesuai (cocok). Selanjutnya melakukan

multiplikasi/berkembang biak disertai dengan tindakan destruktif terhadap

jaringan, walaupun ada upaya perlawanan dad pejamu. Sehingga terjadilah reaksi

infeksi yang mengakibatkan perubahan morfologis dan gangguan fisiologis/

fungsi jaringan.

Reaksi infeksi yang terjadi pada pejamu disebabkan oleh adanya sifat-sifat

spesifik mikroba patogen.

1. Infeksivitas kemampuan mikroba patogen untuk berinvasi yang

merupakan langkah awal melakukan serangan ke pejamu melalui akses

masuk yang tepat dan selanjutnya mencari jaringan yang cocok untuk

melakukan multiplikasi.

2. Virulensi

Langkah mikroba patogen berikutnya adalah melakukan tindakan

destruktif terhadap jaringan dengan menggunakan enzim perusaknya.

Besar-kecilnya kerusakan jaringan atau cepat lambatnya kerusakan

jaringan ditentukan oleh potensi virulensi mikroba patogen.

3. Antigenitas

Selain memiliki kemampuan destruktif, mikroba patogen juga memiliki

kemampuan merangsang timbulnya mekanisme pertahanan tubuh pejamu

melalui terbentuknya antibodi. Terbentuknya antibodi ini akan sangat

berpengaruh terhadap reaksi infeksi selanjutnya.

4. Toksigenitas

Selain memiliki kemampuan destruktif melalui enzim perusaknya,

beberapa jenis mikroba patogen dapat menghasilkan toksin yang sangat

berpengaruh terhadap perjalanan penyakit.

5. Patogenitas

Sifat-sifat infeksivitas, virulensi, serta toksigenitas mikroba patogen pada

Page 9: Modul 3 Makalah

satu sisi, dan sifat antigenitas mikroba patogen pada sisi yang lain,

menghasilkan gabungan sifat yang disebut patogenitas. Jadi sifat

patogenitas mikroba patogen dapat dinilai sebagai “deralat keganasan”

mikroba patogen atau respons pejamu terhadap masuknya kuman ke tubuh

pejamu.

Reaksi infeksi adalah proses yang terjadi pada pejamu sebagai akibat dari

mikroba patogen mengimplementasikan ciri-ciri kehidupannya terhadap pejamu.

Kerusakan jaringan maupun gangguan fungsi jaringan akan menimbulkan

manifestasi klinis, yaitu manifestasi klinis yang bersifat sistemik dan manifestasi

klinis yang bersifat khusus (organik).

Manifestasi klinis sistemik berupa gejala (symptom) seperti domain, merasa

lemah dan terasa tidak enak (malaise), nafsu makan menurun, mual, pusing, dan

sebagainya. Sedangkan manifestasi klinis khusus akan memberikan gambaran

klinik sesuai dengan organ yang terserang.

Contoh

Bila organ paru terserang, maka akan muncul gambaran klinik seperti

batuk,sesak napas,nyeri dada, gclisah, dan sebagainya.

Bila organ alat pencernaan makanan terserang, maka akan muncul

gambaran klinik seperti mual, muntah, kembung, kejang perut, dan

sebagainya.

Mikroba patogen yang telah bersarang pada jaringan/organ yang sakit akan

terus berkembang biak, sehingga kerusakan dan gangguan fungsi organ semakin

meluas. Demikian seterusnya, di mana pada suatu kesempatan, mikroba patogen

ketuar dari tubuh pejamu (penderita) dan mencari pejamu baru dengan cara

menumpang produk proses metabolisme tubuh atau produk proses penyakit dari

pejamu yang sakit

VI. Klasifikasi Bakteri

a. Pengertian bakteri

Page 10: Modul 3 Makalah

Bakteri adalah yang paling berkelimpahan dari semua organisme.

Mereka tersebar ( berada dimana-mana ) di tanah, air, dan sebagai

simbiosis dari organisme lain. Banyak patogen merupakan

bakteri.Kebanyakan dari mereka kecil, biasanya hanya berukuran 0,5-5

μm, meski ada jenis dapat menjangkau 0,3 mm dalam diameter

(Thiomargarita). Mereka umumnya memiliki dinding sel, seperti sel

hewan dan jamur, tetapi dengan komposisi sangat berbeda

(peptidoglikan). Banyak yang bergerak menggunakanflagela, yang

berbeda dalam strukturnya dari flagela kelompok lain. Bakteri memiliki

jumlah spesiesmencapai ratusan ribu atau bahkan lebih. Mereka ada di

mana-mana mulai dari di tanah, di air, diorganisme lain, dan lain-lain

juga berada di lingkungan yang ramah maupun yang ekstrim.Dalam

tumbuh kembang bakteri baik melalui peningkatan jumlah maupun

penambahan jumlahsel sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yakni

seperti ph, suhu temperatur, kandungan garam,sumber nutrisi, zat kimia

dan zat sisa metabolisme.

b. Ciri-ciri Bakteri

Bakteri memiliki ciri-ciri yang membedakannnya dengan mahluk hidup

lain yaitu :

1. Organisme multiselluler

2. Prokariot (tidak memiliki membran inti sel )

3. Umumnya tidak memiliki klorofil

4. Memiliki ukuran tubuh yang bervariasi antara 0,12 s/d ratusan mikron

umumnya memilikiukuran rata-rata 1 s/d 5 mikron.

5. Memiliki bentuk tubuh yang beraneka ragam

6. Hidup bebas atau parasit

7. Yang hidup di lingkungan ekstrim seperti pada mata air panas,kawah

atau gambut dindingselnya tidak mengandung peptidoglikan

8. Yang hidupnya kosmopolit diberbagai lingkungan dinding selnya

mengandung peptidoglikan

Page 11: Modul 3 Makalah

c. Penggolongan bakteri

1. Penggolongan bakteri berdasarkan bentuk tubuhnya

Bakteri Kokus (bulat)

Streptokokus, misalnya Streptococcus pyrogenes,

S.thermophillus, S.lactis.

Stafilokokus, misalnya Staphylococcus aureus.

Diplokokus, misalnya Diplococcus pneumonia.

Bakteri Basil (batang)

Basilus, misalnya Eschericcia coli, Salmonella thypi,

Lactobacillus.

Streptobasil, misalnya Azotobacter, Bacillus anthracis.

Bakteri Vibrio (koma)

Vibrio, misalnya Vibrio cholerae.

Bakteri Spirillum (spiral)

Spirillum, misalnya Treponema pallidum.

b. Berdasarkan kedudukan flagela pada selnya

Monotrik

Monotrik, berflagel satu pada salah satu ujung.

Amfitrik

Amfitrik, flagel masing-masing satu pada kedua ujung.

Lofotrik

Lofotrik, berflagel banyak di satu ujung.

Peritrik

Peritrik, berflagel banyak pada semua sisi tubuh.

c. Berdasarkan pewarnaan Gram (Gram strain)

Page 12: Modul 3 Makalah

Bakteri gram-positif

Bakteri gram-positif, dinding sel lebih sederhana, banyak

mengandung peptidoglikan.

Misalnya Micrococcus, Staphylococcus, Leuconostoc,

Pediococcus dan Aerococcus.

Bakteri gram-negatif

Bakteri gram-negatif, dinding sel lebih kompleks, peptidoglikan

lebih sedikit.

Misalnya Escherichia, Citrobacter, Salmonella, Shigella,

Enterobacter, Vibrio, Aeromonas, Photobacterium,

Chromabacterium, Flavobacterium.

d. Berdasarkan kebutuhan oksigen

Bakteri aerob

Bakteri aerob, bakteri yang membutuhkan oksigen bebas untuk

mendapatkan energi, misalnya Nitrosomonas, Nitrobacter,

Nitrosococcus.

Bakteri anaerob

Bakteri anaerob, tidak membutuhkan oksigen bebas untuk

mendapatkan energi, misalnya Micrococcus denitrificans.

e. Berdasarkan cara memperoleh makanan (bahan organik)

Autotrop

Autotrop, menyusun makanan sendiri dari bahan-bahan

anorganik. Bakteri autotrop, berdasarkan sumber energinya

dibedakan atas: fotoautotrop (sumber energi dari cahaya) dan

kemoautotrop (sumber energi dari hasil reaksi kimia).

Heterotrop

Heterotrop, tidak menyusun makanan sendiri, memanfaatkan

Page 13: Modul 3 Makalah

bahan organik jadi yang berasal dari organisme lain. Termasuk

bakteri heterotrop adalah bakteri saprofit, yaitu bakteri yang

mendapat makanan dengan menguraikan sisa-sisa organisme.

VII. Klasifikasi Virus

a. Definisi virus

Virus adalah parasit berukuran mikroskopik yang menginfeksi

sel organisme biologis. Virus bersifat parasit obligat, hal tersebut

disebabkan karena virus hanya dapat bereproduksi di dalam

material hidup dengan menginvasi dan memanfaatkan sel

makhluk hidup karena virus tidak memiliki perlengkapan selular

untuk bereproduksi sendiri. Biasanya virus mengandung sejumlah

kecil asam nukleat ( DNA atau RNA, tetapi tidak kombinasi

keduanya ) yang diselubungi semacam bahan pelindung yang

terdiri atas protein, lipid, glikoprotein, atau kombinasi ketiganya.

Genom virus akan diekspresikan menjadi baik protein yang

digunakan untuk memuat bahan genetik maupun protein yang

dibutuhkan dalam daur hidupnya.

b. Ciri-ciri virus

Kata virus berasal dari bahasa latin yang berarti racun. Ilmu

yang mempelajari tentang virus disebut virology. Menurut

para ahli biologi, virus merupakan organisme peralihan

antara makhluk hidup dan benda mati.

Virus ini dapat digolongkan sebagai benda mati, karena

tidak mempunyai protoplasma dan dapat dikristalkan;

Page 14: Modul 3 Makalah

sedangkan dapat digolongkan sebagai benda hidup, karena

mempunyai kemampuan untuk kemampuan untuk

reproduksi (berkembang biak) walaupun hanya pada sel

hidup, dan memiliki asam nukleat yaitu DNA atau RNA.

Virus mempunyai ukuran sebesar 2 – 20 mµ. tetapi ada

juga beberapa virus yang berukuran sampai 300 mµ. karena

ukuran yang sangat kecil inilah maka virus hanya dapat

dilihat dengan mikroskop electron. Bentuk virus bervariasi

yaitu ada yang oval, memanjang, silindris, kotak dan

kebanyakan berbentuk seperti kecebong.

Tubuh virus terdiri atas kepala, kulit (selubung atau

kapsid), isi tubuh dan serabut ekor. Isi tubuh hanya satu

macam asam nukleat yaitu DNA atau RNA. Ciri lainnya

adalah virus tidak dapat bergerak maupun melakukan

metabolism.

Secara garis besar penggolongan virus dibagi menjai 2

kelompok yakni :

Kelompok Virus ADN

Page 15: Modul 3 Makalah

Parvovirida

Papovavirida

Adenoviridae

Herpesviridae

Poxviridae

Hepadnaviridae

Kelompok virus ARN

Picornaviridae

Flaviviridae

Togaviridae

Bunyaviridae

Arenaviridae

Coronaviridae

Page 16: Modul 3 Makalah

Retroviridae

Orthomyxontidae

Paramyxoviridae

Rhabdoviridae

Reoviridae

PENATALAKSANA RADANG

DAFTAR PUSTAKA

Price,Sylvia anderson. Patofisiologi volume 1 edisi 6. E

GC. Jakarta : 2005

Dorland,W.A Newman. Kamus Kedokteran Edisi 31.

EGC. Jakarta : 2010

Chandrasorma,Parakram. Ringkasan Patologi Anatomi

Edisi 2. EGC. Jakarta : 2005

Sudoyo A.W,dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid

III. EGC . Jakarta : 2007

www.mayoclinic.com