modul 3
TRANSCRIPT
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK KI-2051
PEMISAHAN SENYAWA ORGANIK
EKSTRAKSI DAN ISOLASI KAFEIN DARI DAUN TEH
SERTA UJI ALKALOID
Nama : Deonardo Hermawan
NIM : 13011072
Kelompok : 8
Tanggal Praktikum : 21 Februari 2013
Tanggal Laporan : 7 Maret 2013
Asisten : Nila
LABORATORIUM KIMIA ORGANIK
PROGRAM STUDI KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
2013
PEMISAHAN SENYAWA ORGANIK :
Ekstraksi dan Isolasi Kafein Dari Daun Teh serta Uji Alkaloid
I. Tujuan Percobaan
1. Memisahkan dan memurnikan hasil isolasi dari bahan tumbuhan
2. Menentukan kandungan kafein yang terdapat di dalam teh
3. Menguji hasil ekstraksi teh dengan uji kromatografi lapis tipis dan uji alkaloid
4. Menentukan titik leleh kafein
II. Prinsip Percobaan
.Ekstraksi adalah metode pemisahan yang melibatkan proses
pemindahan satu atau lebih senyawa dari satu fasa ke fasa lain dan didasarkan
kepada prinsip kelarutan. Terdapat tiga jenis ekstraksi, yaitu ekstraksi cair-cair,
ekstraksi asam-basa, dan ekstraksi padat-cair.
Ekstraksi asam-basa adalah termasuk jenis ekstraksi yang didasarkan
pada prinsip asam dan basa senyawa organik, disamping kelarutannya. Senyawa
asam atau basa organik direaksikan dengan basa atau asam sehingga membentuk
garam yang tidak larut dalam pelarut organik, tapi larut dalam air. Ekstraksi basa
dikembangkan untuk isolasi kovalen asam organik dari campurannya, juga
kovalen basa organik(alkaloid) yang diekstraksi dengan asam mineral dengan
cara dititrasi.
Ekstraksi padat-cair adalah ekstraksi dimana zat yang akan diekstraksi
terdapat dalam fasa padat. Cara ini banyak digunakan dalam isolasi senyawa
organik(padat) dari bahan alam.
Jika kedua fasa yang akan dipisahkan adalah zat cair yang tidak saling
bercampur, maka ekstraksi itu disebut ekstraksi cair-cair. Dasar metode ekstraksi
cair-cair adalah distribusi senyawa diantara dua fasa cair yang berada dalam
keadaan kesetimbangan. Dalam sistem ini satu atau lebih senyawa berpartisi di
antara kedua pelarut, yaitu sebagian kecil senyawa akan berada dalam salah satu
pelarut, dan sebagian besar lainnya akan berada dalam pelarut kedua. Secara
umum, prinsip pemisahannya adalah senyawa tersebut kurang larut dalam pelarut
yang satu dan sangat larut di pelarut lainnya.
Kafein adalah senyawa yang termasuk golongan alkaloid. Alkaloid
adalah senyawa yang mengandung atom nitrogen dalam strukturnya dan banyak
ditemukan dalam tanaman. Kafein dapat dicerna dalam tubuh manusia. Kafein
bertindak sebagai stimulan, yang dapat menstimulasi kerja jantung, pernapasan,
sistem syaraf pusat, dan sebagai diuretik. Kafein dapat menyebabkan kegelisahan,
insomnia, sakit kepala dan secara fisik bersifat sebagai candu. Kafein dapat
diekstraksi dari daun teh atau kopi. Berikut ini adalah struktur kafein :
I. Data Pengamatan
A. Ekstraksi
Berat Kristal kafein hasil ekstraksi : 0,09 gram
Trayek titik leleh kafein menurut literature : 227-228° C (anhidrat)
Trayek titik leleh kafein hasil percobaan : 222-226° C
Bentuk : Kristal kuning
B. Uji KLT
Pada eluan etil asetat-metanol = 3:1
Jarak noda : 2,6 cm
Jarak pelarut : 3,8 cm
Pada eluan kloroform-metanol = 9:1 :
Jarak noda : 3,4 cm
Jarak pelarut : 3,8 cm
Setelah diteteskan pereaksi Dragendorff menghasilkan warna jingga
C. Uji Alkaloid
Ditetesi pereaksi Dragrendorff : endapan jingga
II. Pengolahan Data
A. Ekstraksi
Titik leleh kafein rata-rata menurut literature : (227+228° C) / 2 = 227,5 ° C
Trayek titik leleh rata-rata kafein hasil percobaan : (222+226° C) / 2 = 224
° C
Jarak pelarutJarak noda
Persen galat titik leleh Kristal % galat=|224−227,5224 |x 100 %=1,5625 %
B. Uji KLT
Rf pada eluan etil asetat-metanol = 3:1
R f=2,63,8
=0,684
Rf pada eluan kloroform:methanol = 9:1
R f=3,43,8
=0,895
III. Pembahasan
Pada percobaan kali ini, hal yang pertama dilakukan adalah
menyiapkan gelas kimia yang berisi air yang akan dipansakan. Sembari
memanaskan air, masukkan 10 kantong teh celup ke dalam gelas kima. Tujuan
dari pemanasan ini adalah agar kelarutan kafein di dalam semakin meningkat
seiring dengan kenaikan temperatur. Kelarutan kafein pada suhu 25° C, 80° C,
dan 100° C berturut-turut adalah 22 mg/ml, 180 mg/ml, dan 670 mg/ml.
Selanjutnya tambahkan juga Na2CO3 dengan tujuan untuk memisahkan senyawa
tanin dari kafein. Tanin merupakan senyawa fenolik yang bersifat cukup asam,
sehingga akan terbentuk garam yang larut dalam air tetapi tidak larut dalam
diklorometana sebagai hasil reaksi antara tannin dan Na2CO3. .
Ekstraksi kafein dilakukan dalam corong pisah dengan penambahan
pelarut organik yaitu diklorometana, karena kelarutan kafein dalam diklometana
lebih baik (140 mg/ml) dibandingkan dengan air (22 mg/ml), sehingga kafein
lebih mudah larut dalam diklorometana. Corong pisah dikocok selama 5 menit
sambil membuka kran corong pisah untuk mengeluarkan tekanan udara/gas dari
dalam corong pisah. Setelah proses pengocokan akan muncul dua lapisan, lapisan
yang bawah merupakan fasa organik dan tidak berwarna, sedangkan fasa atas
merupakan fasa air. Namun, di saat pengulangan kedua dan ketiga kali untuk
mendapatkan larutan fasa organik yang cukup banyak, kali ini terdapat emulsi
yang terbentuk antara diklorometan dengan air. Emulsi ini dapat terbentuk
dikarenakan pengguncangan corong pisah yang terlalu kencang.
Selanjutnya, hasil ekstrak digabung dan ditambahkan serbuk CaCl2.
Penambahan CaCl2 yang bersifat higroskopis dengan maksud untuk menyerap air
yang masih tersisa pada fasa organik. Fasa air bisa ikut serta karena dua hal.
Pertama adalah karena ketidaksengajaan memasukkan fasa air atau emulsi.
Kedua, adalah karena air sedikit larut dalam pelarut senyawa organik seperti
diklorometan yang digunakan dalam praktikum ini. Kalsium klorida lebih banyak
digunakan karena harganya lebih terjangkau. Namun, memiliki efek samping
berikatan dengan senyawa oraganik yang mengandung oksigen sehingga
terbentuk kompleks.
Kemudian, larutan fasa organik tadi dimasukkan ke dalam kolom
distilasi sederhana. Proses distilasi ini dilakukan untuk memisahkan senyawa
kafein dari dikloromethana. Prinsip distilasi dipilih untuk melakukan pemisahan
kedua senyawa tersebut, karena perbedaan titik didih antara keduanya yang
cukup besar dan dikloromethana memiliki ttik didih yang lebih rendah sehingga
lebih cepat menguap. Pada akhir proses distilasi didapatkan serbuk kristal kafein
yang berwarna kuning. Seharusnya serbuk tersebut berwarna putih, hal itu terjadi
karena kontaminasi dari alat-alat yang dipakai yang tidak dicuci bersih sehingga
masih terdapat sisa-sisa zat warna kuning dari percobaan fakultas sebelumnya.
Kristal kafein direkristalisasi dengan dilarutkan dalam aseton panas dan
ditambahkan ligroin (n-heksana) yang bersifat nonpolar untuk mengendapkan dan
menjenuhkan kafein sehingga diperoleh Kristal yang lebih murni.
Dari hasil ekstraksi 10 kantong teh, diperoleh kristal kafein seberat 0,9
gram. Selain itu, dilakukan juga uji trayek titik leleh kristal kafein, diperoleh hasil
222-226° C dengan galat 1,5625% jika dibandingkan dengan literatur. Perbedaan
titik leleh kristal hasil percobaan dengan data literatur dapat disebabkan oleh
adanya senyawa pengotor pada kristal kafein yang memiliki titik leleh lebih
rendah, sehingga titik leleh kristal kafein hasil percobaan lebih rendah daripada
literatur.
Pada uji KLT, digunakan pelat aluminium dengan bagian belakang
silika sehingga terdapat dua fasa, fasa diam (silika) dan fasa gerak (eluan). Pada
pengerjaan, gelas kimia ditutup agar kondisi di dalama gelas kimia terjenuhkan
oleh uap pelarut dan mencegah proses penguapan. Pelat disemprot dengan
pereaksi dragendorff dengan tujuan memberi warna pada sampel sehingga lebih
mudah untuk dideteksi. Pada uji ini juga digunakan eluan etil asetat-metanol dan
kloroform-metanol. Etil asetat dan kloroform digunakan sebagai medium fasa
gerak larutan organik, sedangkan metanol sebagai medium fasa gerak larutan
polar. Larutan organik akan terkapilerisasi bersama pelarut organik etil asetat dan
kloroform, sedangkan jika larutan bersifat polar akan terkapilerisasi oleh metanol.
Kafein yang merupakan senyawa organik terkapilerisasi oleh etil asetat dan
kloroform.
Selain berfungsi sebagai media analisis kualitatif, KLT juga
memberikan gambaran kuantitatif kromatografik yang disebut Rf atau retardation
factor atau ratio to front yang diekspresikan sebagai fraksi desimal. Secara
matematis, Rf merupakan nilai perbandingan antara jarak tempuh zat dan jarak
tempuh pelarut. Nilai Rf yang lebih kecil menunjukkan tingkat kepolaran eluan
lebih besar. Dari percobaan diperoleh Rf etil asetat-metanol adalah 0,684 dan Rf
kloroform-metanol adalah 0,895. Hal ini menandakan bahwa etil asetat bersifat
polar sedangkan kloroform bersifat nonpolar.
Pada uji alkaloid, terbentuk endapan jingga ketika ditetesi pereaksi
dragendorff. Endapan jingga itu terbentuk dari ion Bi yang terdapat pada pereaksi
dragendroff yang sebenarnya mengandung Na-Bi-Iodida sedangkan kristal kafein
mengandung gugus-N. Hal ini juga menandakan adanya senyawa alkaloid.
IV. Kesimpulan
1. Berat kafein yang didapatkan hasil percobaan adalah 0,09 gram dengan wujud
serbuk kristal berwarna kuning(seharusnya berwarna putih)
2. Pada uji trayek titik leleh, didapatkan trayek titik leleh kafein yaitu 222-226
° C
3. Pada uji KLT, terbentuk warna jingga pada noda yang ditotolkan di pelat dan
ditetesi pereaksi Dragendorff yang artinya positif mengandung alkaloid.
Didapatkan juga nilai RF pada eluan etil asetat-metanol = 3:1 yaitu 0,684 dan
pada eluan kloroform-metanol = 9:1 adalah 0,895.
4. Pada uji alkaloid dengan pereaksi dragendroff, terbentuk endapan jingga pada
dasar tabung reaksi, sehingga hal ini memunjukkan bahwa sampel positif
mengandung alkaloid
VII. Daftar Pustaka
www.polaris.nova.edu/~shanbhag/chemistry/oc1labs/ caffeine .pdf diakses pada 28
Februari 2013 pukul 23.40
http://repository.unand.ac.id/11723/ diakses pada 1 Maret 2013 pukul 00.05
Mayo, D.W, Pike, R.M., Forbes, D.C. (2011), Microscale Organic Laborartory : with
Multistep and Multiscale Synthesis, 5th editionn, John Wiley & Sons, New York,
p.229-236
Pasto, D., Johnson, C., Miller, M.(1992), Experiments and Techniques in Organic
Chemistry, Prentice Hall Inc. New Jersey, p.56-59, 399-404