modul 1-geometrik jln
DESCRIPTION
geometrik jalanTRANSCRIPT
JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN UNIVERSITAS MERCU BUANA
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB SILVIA INDRIANY PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN
1
MODUL 1
PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN
(3 SKS)
DOSEN : SYLVIA INDRIANY
POKOK BAHASAN :
PENDAHULUAN
MATERI KULIAH :
Pengertian, Latar belakang perencanaan geometrik, dasar hukum, pentahapan
pembangunan jalan dan penampang melintang jalan
JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN UNIVERSITAS MERCU BUANA
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB SILVIA INDRIANY PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN
1
PENDAHULUAN
1.1. PENGERTIAN
Perancangan jalan terdiri dari dua bagian yaitu perencanaan geometrik dan
tebal perkerasan jalan.
Perencanaan geometrik jalan merupakan bagian perencanaan jalan yang dititik
beratkan pada perencanaan bentuk fisik, sehingga dapat memenuhi fungsinya untuk
memberikan pelayanan yang optimum pada arus lalu lintas dan akses dari rumah ke
rumah. Dalam lingkup pekerjaan ini termasuk pula dimensi perkerasan, tetapi bukan
pada perencanaan tebal perkerasannya.
Yang menjadi dasar perencanaan geometrik adalah sifat gerakan, sifat
pengemudi dalam mengendalikan gerakan kendaraan dan karakteristik arus lalu lintas.
Sedangkan perencanaan tebal perkerasan mempunyai lingkup perencanaan bahan dan
perencanaan tebal perkerasan menurut suatu metoda tertentu .
1.2. LATAR BELAKANG PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN
Beberapa alasan mengapa perlu perencanaan geometrik jalan adalah sbb :
• Disain jalan membutuhkan elemen-elemen perancangan yang spesifik seperti
jumlah lajur, lebar lajur, type dan lebar median, panjang lajur pendakian untuk truk
dalam menerima perubahan kelandaian (superelevasi), dan jari-jari tikungan.
• Kesemuanya dipengaruhi oleh karakteristik kendaraan yang lewat. Sehingga
dipikirkan suatu kendaraan rencana yang mewakili performance dan dimensi fisik
kendaraan untuk mengatasi kompleksnya prosedur perencanaan dan sebagai
kompromi.
JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN UNIVERSITAS MERCU BUANA
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB SILVIA INDRIANY PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN
1 • Selanjutnya disain standart harus berubah dari waktu ke waktu untuk merespons
perubahan-perubahan dimensi dan performance kendaraan serta bukti-bukti yang
nyata dalam perencanaan
• Standart perencanaan ditentukan secara detail dalam “ A policy on geometric Design
of highway and streets 1984 (AASHTO ‘84)
• Elemen perencanaan geometrik terdiri atas Alinyemen horisontal, Alinyemen vertikal,
dan Penampang Melintang jalan.
1.3. DASAR HUKUM
1. Departemen Pekerjaan Umum, Standar Perencanaan Geometrik Jalan Perkotaan, Dept.
PU, 1988
2. Departemen Pekerjaan Umum, Spesifikasi Standar untuk Perencanaan Geometrik
Jalan Luar Kota, dept. PU, 1990
3. AASHTO, A policy on Geometric Design of Highways and Streets, AASHTO, 1984 or
1990
5. Dirjen Bina Marga, PPGJR, 1970
JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN UNIVERSITAS MERCU BUANA
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB SILVIA INDRIANY PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN
1 1.4. PENTAHAPAN PEMBANGUNAN JALAN
1.5. PENAMPANG MELINTANG JALAN
Penampang melintang merupakan potongan melintang tegak lurus sumbu jalan,
sehingga dapat terlihat bagian-bagian jalan.
ANALISIS JARINGAN FUNGSI JALAN
ANALISIS LALULINTAS
STANDARDPERENCANAAN
SURVEY TOPOGRAFI
PROSES DESAINALINYEMEN
VERTIKAL&HORISONTAL
PEMERIKSAANKONSISTENSI &
JARAK PANDANG
PEMERIKSAAN VOLUMEGALIAN/TIMBUNAN
ALINYEMENMEMUASKAN ?
MENGGAMBARDESAIN JALAN
YATIDAK
JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN UNIVERSITAS MERCU BUANA
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB SILVIA INDRIANY PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN
1 Bagian jalan yang utama dapat dikelompokkan :
A. Bagian yang langsung berguna untuk lalin (Jalur lalin, lajur lalin, bahu jalan, trotoar,
median)
� Jalur lalin : Keseluruhan bagian perkerasan yang diperuntukkan untuk lalu lintas
kendaraan dan dapat terdiri dari beberapa lajur. Type-type jalur yang umumnya
ada adalah: 2/2 TB, 2/1 TB, 4/2 B, n/2 B.
Lebar jalur ditentukan oleh jumlah dan lebar lajur peruntukannya. Penjelasan
lebih detail dapat dilihat pada gambar 1.1 di bawah atau gambar II.12-13 reff 3.
JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN UNIVERSITAS MERCU BUANA
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB SILVIA INDRIANY PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN
1
� Lajur lalin : Bagian jalur yang khusus diperuntukkan untuk dilewati serangkaian
kendaraan roda 4 atau lebih dalam 1 arah dan dibatasi oleh marka lajur jalan.
Lebar lajur ditentukan oleh kecepatan dan kendaraan rencana yang dalam hal ini
dinyatakan dengan fungsi dan kelas jalan
� Bahu jalan : bagian daerah manfaat jalan yang berdampingan dg jalur lalin untuk
menampung kendaraan yang berhenti sementara, keperluan darurat dan untuk
pendukung samping bagi lapis pondasi dan lapis permukaan. Kemiringan
normal bahu jalan berkisar antara 3% - 5%.
� Trotoar : Jalur yang disediakan untuk pejalan kaki berdampingan dg jalur lalin,
dan lebarnya tergantung volume pejalan kaki. Untuk keamanan dibuat terpisah
dg kerb (curb).
� Median : jalur pembagi jalan dalam masing-masing arah, yang berfungsi
sebagai:
JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN UNIVERSITAS MERCU BUANA
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB SILVIA INDRIANY PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN
1 � Daerah netral yang cukup lebar untuk pengemudi mengontrol
kendaraan saat darurat
� Menyediakan jarak yang cukup untuk mengurangi silau lampu
kendaraan dari arah berlawanan
� Menambah kebebasan samping dari masing-masing arah serta
kelegaan, kenyamanan dan keindahan saat mengemudi.
� Tempat penempatan fasilitas jalan serta tempat prasarana kerja
sementara
Terdapat 2 jenis median, yaitu median yang ditinggikan (min 2,0 m) dan median
yang direndahkan (min 7,0 m). Sedangkan lebar minimum median terdiri atas
jalur tepian selebar 0,25 – 0,50 m. Bagian yang berguna untuk drainase jalan
(saluran samping, kemiringan melintang jalur lalin, kemiringan melintang bahu,
kemiringan lereng)
Bagian-bagian tersebut, secara lebih detail bisa dilihat pada gambar 1.2 mengenai
potongan jalan. (atau gambar 2.2 pada reff.2)
JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN UNIVERSITAS MERCU BUANA
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB SILVIA INDRIANY PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN
1
JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN UNIVERSITAS MERCU BUANA
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB SILVIA INDRIANY PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN
1
B. Bagian Pelengkap jalan (Kerb, pengaman tepi untuk ketegasan tepi badan jalan)
� Kerb merupakan penonjolan atau peninggian tepi perkerasan, untuk
keperluan drainase, mencegah keluarnya kendaraan ke tepi perkerasan serta
memberi ketegasan tepi perkerasan.
� Pengaman tepi umumnya digunakan pada jalan yang menyusuri jurang, pada
jalan dari tanah timbunan dengan tikungan tajam atau tinggi timbunan > 2,5
m serta jalan dengan kecepatan tinggi.
C. Bagian konstruksi jalan (Lapis permukaan, pondasi atas, pondasi bawah, tanah
dasar)
Bagian konstruksi jalan, memerlukan suatu perencanaan tersendiri dengan melihat
data volume lalu lintas yang akan dilewatkan pada jalan tersebut dan usia guna yang
direncanakan, sehingga dapat diperhitungkan jenis perkerasan yang akan dipakai
maupun ketebalannya.
D. Daerah manfaat jalan(DAMAJA)
Merupakan daerah yang meliputi seluruh badan jalan, saluran tepian jalan dan
ambang pengaman. Jadi DAMAJA dibatasi oleh :
� Lebar antara batas ambang pengaman konstruksi jalan di kedua sisi jalan
� Tinggi 5 m diatas permukaan perkerasan pada sumbu jalan
� Kedalaman ruang bebas 1,5 m di bawah permukaan jalan
E. Daerah milik jalan(DAMIJA)
Daerah yang meliputi seluruh daerah manfaat jalan dan daerah yang diperuntukkan
bagi pelebaran jalan dan penambahan jalur lalu lintas di kemudian hari serta
kebutuhan ruang untuk pengaman jalan.
Atau dengan kata lain Damija dibatasi oleh lebar yang sama dengan Damaja
ditambah ambang pengaman konstruksi jalan dengan tinggi 5 meter dan kedalaman
1,5 m.
JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN UNIVERSITAS MERCU BUANA
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB SILVIA INDRIANY PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN
1 F. Daerah pengawasan jalan
Merupakan lajur lahan yang berada di bawah pngawasan penguasa jalan, ditujukan
untuk penjagaan terhadap terhalangnya pandangan bebas pengemudi kendaraan
bermotor dan untuk pengamanan konstruksi jalan dalam hal ruang damija tidak
mencukupi.
Secara singkat dapat didefinisikan sebagai ruang sepanjang jalan di luar damaja
yang dibatasi oleh tinggi dan lebar tertentu, diukur dari sumbu jalan sebagaimana
gambar 1.3 (atau gambar II.7 reff 3)
Untuk setiap hirarki jalan, Dawasja memiliki panjang penguasaan yang berbeda yaitu
sebagai berikut:
� Jalan arteri minimum 20 meter
� Jalan kolektor, minimum 15 meter
� Jalan local, minimum 10 meter
Sedangkan di daerah tikungan, Dawasja ditentukan oleh jarak pandangan bebas
dengan alasan keselamatan.