isi geometrik
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
Perencanaan Geometrik Jalan merupakan bagian dari perencanaan jalan yang dititik
beratkan pada pernecanaan bentuk fisik, sehingga dapat memenuhi fungsi dasar jalan yaitu
memberikan pelayanan yang optimum pada arus lalu lintas dan sebagai akses ke rumah-rumah.
Dalam ruang lingkup Perencanaan Geometrik tidak termasuk perencanaan tebal perkerasan jalan,
begitu pula drainase jalan. Meskipun perkerasan termasuk bagian dari perencanan geometrik
sebagai bagian dari perencanaan jalan seutuhnya. Dengan tujuan untuk menghasilkan
infrastruktur yang aman, efisiensi pelyanan arus lalu lintas dan memaksimalkan ratio tingkat
penggunaan/biaya pelaksaanan. Ruang, bentuk dan ukuran jalan dikatakan baik, jika dapat
memberikan rasa aman dan nyaman kepada pemakai jalan.
Yang menjadi dasar perencanaan geometrik adalah sifat gerakan dan ukuran kendaraan,
sifat pengemudi dalam mengendalikan gerak kendaraannya, dan karakteristik arus lalu lintas.
Hal-hal tersebut haruslah menjadi pertimbangan perencanaan untuk menghasilkan bentuk dan
ukuran jalan, serta ruang gerak kendaraan yang memenuhi tingkat kenyamanan dan keamanan
yang diharapkan.
Dengan demikian haruslah memperhatikan elemen penting dalam perencanaan geometrik
jalan, diantaranya :
- Alinyemen Horizontal (trase jalan)
- Alinyemen Vertikal (penampang memanjang jalan)
- Penampang melintang jalan
Perencanaan Geometrik Jalan Raya 1
BAB II
STANDAR PERENCANAAN JALAN RAYA
1. Ketentuan Dasar
Ketentuan dasar “Perencanaan Geometrik Jalan Raya” telah tercantum dalam daftar I buku
No. 13/1970 merupakan syarat batasan yang dijadikan sebagai pedoman untuk Perencanaan
Geometrik Jalan Raya.
2. Lalu Lintas
Setiap jenis kendaraan dapat mempengaruhi terhadap keseluruhan arus lalu lintas, yang
diperhitungkan dengan membandingkannya terhadap pengaruh dari suatu mobil penumpang.
Yaitu dengan “Satuan Mobil Penumpang (SMP)”.
3. Kelas Jalan II A
Jalan ini merupakan jalan-jalan raya sekunder dua jalur atau lebih dengan konstruksi
permukaan jalan dari jenis aspal beton (hot mix) atau setaraf, dimana dalam komposisi lalu
lintasnya terdapat kendaraan lambat tapi tanpa kendaraan lambat tapi tanpa kendaraan
bermotor.
Untuk lalu lintas lambat, harus disediakan jalur tersendiri.
4. Keadaan Topografi
Keadaan Topografi/medan yang akan duganakan untuk perencanaan pembangunan jalan
terbagi dalam tiga golongan umum yang dibedakan menurut besarnya lereng melintang dalam
arah yang kurang lebih tegak lurus sumbu jalan raya.
Klasifikasi medan dan besarnya lereng melintang adalah sebagai berikut :
No. Golongan Medan Lereng Melintang
1. Datar (D) 0 sampai 9,9 %
2. Perbukitan (B) 10,0 sampai 24,5 %
3. Pegunungan (G) ≥ 25,0 %
Perencanaan Geometrik Jalan Raya 2
5. Standar Perencanaan Geometrik Jalan Kelas IIA
KLASIFIKASI JALAN DATAR BUKIT GUNUNG
Lalu Lintas Harian Rata-Rata
(LHR) Dalam SMP6000 – 20.000
Kecepatan Rencana (Km/Jam) 100 80 60
Lebar Daerah Penguasaan
Minimun (M)40 40 40
Lebar Perkerasan (M) 2x3.50 atau 2x(2x3.50)
Lebar Median Minimum (M) 150 (Untuk 4 Jalur)
Lebar Bahu (M) 3.00 2.50 2.50
Lereng Melintang Perkerasan 2%
Lereng Melintang Bahu 4%
Jenis Lapisan Permukaan Jalan Aspal Beton (Hot Mix)
Miring Tikungan Maksimum 10%
Jari-Jari Lengkung Minimum (m) 350 210 115
Landai Maksimum 4% 6% 7%
6. Klasifikasi Lalu Lintas Jalan Raya
Menurut fungsinya jalan raya dibagi menjadi 3 golongan, yaitu jalan Primer, jalan Sekunder
dan jalan raya penghubung.
a. Jalan Primer adalah jalan raya yang melayani lalu lintas yang tinggi antara kota-
kota yang penting atau antara pusat-pusat produksi dan pusat-pusat ekspor. Jalan-jalan
dalam golongan ini harus direncanakan untuk melayani lalu lintas yang sangat cepat dan
berat.
b. Jalan Skunder adalah jalan raya yang melayani arus lalu lintas yang cukup tinggi
antara kota-kota besar dan kota-kota yang lebih kecil, serta melayani daerah di sekitarnya.
c. Jalan Penghubung adalah jalan untuk keperluan aktivitas daerah yang juga dipakai
sebagai jalan penghubung antara jalan-jalan dari golongan yang sama atau berlainan.
7. Alinyemen Horizontal
Alinyemen Horizontal haruslah memenuhi syarat-syarat dasar teknik lalu lintas sebagaimana
yang tercantum dalam daftar I. Bukan hanya bagian dari alinyemennya saja yang memenuhi
syarat, tapi dari keseluruhan bagian jalan haruslah memberikan kesan aman dan nyaman.
Termasuk juga dalam perencanaan drainase harus dipertimbangkan sebaik-baiknya dan
memperkecil pekerjaan tanah yang diperlukan. Penambahan biaya di kemudian hari juga
Perencanaan Geometrik Jalan Raya 3
haruslah ditekan sekecil mugkin. Baik itu dikarenakan adanya peningkatan kekuatan
perkerasan, perbaikan alinyemen baik horizontal maupun vertical, maupun perbaikan dan atau
penambahan lain dari bagian jalan itu sendiri.
1. Jari Lengkung Minimum
Jari-jari lengkung minimum untuk setiap kecepatan rencana sebagaimana tercantum
dalam daftar I ditentukan berdasarkan miring tikungan maksimum dan koepisien gosokan
melintang maksimum dengan rumus:
Dimana:
R = V 2
127 (e + fm)
R : Jari-jari Lengkung minimum…………………… (m)
V : Kecepatan Rencana………………………… (km/jam)
E Miring tikungan…………………………….. (%)
Fm : Koefisin Gesekan Melintang.
2. Jari-Jari Lengkung Minimum Dimana Miring Tikungan Tidak Diperlukan
Suatu tikungan dengan jari-jari lengkung yang cukup besar sampai batas-batas tertentu
tidak perlu diadakan miring tikungan.
Jari-jari lengkung minimum dimana miring tikukungan tidak diperlukan tercantum dalam
daftar II
3. Lengkung Peralihan
Lengkung peralihan adalah lengkung pada tikungan yang dipergunakan untuk
mengadakan peralihan dari bagian jalan yang lurus kebagian jalan yang mempunyai jari-
jari lengkung dengan miring tikungan tertentu atau sebaliknya.
Batas besarnya jari-jari lengkung dimana suatu tikungan harus sudah menggunakan
lengkung peralihan tercantum dalam daftar II.lengkung peralihan yang digunakan adalah
lengkung spiral atauclothoide. Panjang minimum lengkung peralihan pada umumnya
ditentukan oleh jarak yang diperlukan untuk peruban miring tikungan yang tergantung
pada besarnya landai relatif maksimum antara kedua sisi perkerasan.Besar landai relatif
maksimum antar kedua sisi perkerasan. Besar landai maksimum tesebut adalah
sebagaimana tercantum dalam daftar II.
4. Pelebarn Perkerasan Pada Tikungan
Untuk membuat tikungan pelayanan suatu jalan selalu tetap sama, baik dibagian lurus
maupun di tikungan, perlu diadakan pelebaran pada perkerasan tikungan.Besarnya dapat
ditentukan dengan menggunakan grafik I .
Perencanaan Geometrik Jalan Raya 4
5. Pandangan Bebas Pada Tikungan
Untuk memenuhi kebebasan pandangan pada tikungan sesuai dengan syarat panjang jarak
pandangan yang diperlukan, harus diadakan kebebasan samping yang besarnya dapat
ditentukan dengan menggunakan grafik II .
8. Alinyemen Vertikal
1. Umum
Alinyemen vertikal sangat erat hubungannya dengan besarnya biaya pembangunan,biaya
penggunaan kendaraan serta jumlah kecelakaan lalu-lintas.
Dalam menetapkan besarnya landai jalan harus di ingat bahwa sekali suatu landai
digunakan,maka jalan sukar di-upgrade dengan landai yang lebih kecil tanpa perubahan
yang mahal. Maka penggunaan landai maksimum sebagaimana tercantum dalam daftar I
sedapat mungkin dihindari.
Alinyemen harus idrencanakan sebaik-baiknya dengan sebanyak-banyaknya mengikuti
medan sehingga dapat menghasilkan jalan yang harmonis dengan alam sekelilingnya.
2. Landai Maksimumum
Landai maksimum sebagai mana tercantum dalam daftar I harus hanya digunakan apabila
pertimbangan biaya pembangunan adalh sangat memaksa, dan hanya untuk jarak pendek.
Dalam perencanaan landai perlu diperhatikan panjang landai tersebut yang masih tidak
menghasilkan pengurangan kecepatan yang dapat menggangu kelancaran jalannya lalu-
lintas.
Panjang maksimum landai yang masih dapat diterima tanpa mengakibatkan gangguan
jalannya arus lalu –lintas yang berati atau biasa disebut dengan istilah panjang kritis
landai,dalah panjang yang mengakibatkan pengurangan kecepatan maksimum sebesar 25
km/jam.
Panjang kritis landai tersebut adalah sebagai berikut :
Landai (%) 3 4 5 6 7 8 10 12
Panjang Kritis 480 330 250 200 170 150 135 120
Apabila pertimbangan biaya pembangunan memaksa panjang kritis tersebut boleh
dilampaui, dengan ketentuan bahwa bagian jalan diatas.
Perencanaan Geometrik Jalan Raya 5
BAB III
PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN RAYA
A. ALINYEMEN HORIZONTAL
Pada Peta Topograpfi suatu daerah dengan Skala 1 : 1000 dengan interval kontur 1,00 m,
direncanakan sebuah jalan Kelas II A dari titik A menuju titik C melalui titik I dan titik II.
Dimana titik A terletak pada Koordinat (3120 ; 2540) dan terletak pada Tangent dengan Azimut
1200 pada Stasion 40+450.
Dari data-data yang ada, dicoba direncanakan suatu atau trase jalan dari titik A menuju
titik C melalui titik I dan titik II.
1. Menentukan Koordinat Titik dan Jarak
Jarak A - a, a - I, I - b, II – c, II – C dan c – C diambil dari gambar !
a. Menghitung Sudut
b. Menghitung Jarak
c. Menghitung Koordinat Titik
Koordinat A = 3120;2540
2. Menghitung Klasifikasi Medan jalan
TITIK STASIONDAERAH
PENGUASAAN
KETINGGIAN BEDA
TINGGI
KELANDAIAN
RELATIF (%)KIRI KANAN
A 40+450 40 210.750 212.000 1.250 3.125
1 40+500 40 212.000 208.360 3.640 9.100
2 40+550 40 209.000 211.000 2.000 5.000
Perencanaan Geometrik Jalan Raya 6
3 40+600 40 211.000 211.430 0.430 1.075
4 40+650 40 213.270 213.040 0.230 .575
5 40+700 40 215.140 214.190 0.950 2.375
6 40+750 40 215.570 214.390 1.180 2.950
7(I) 40+750 40 215.690 214.170 1.520 3.800
8 40+750 40 215.440 214.260 1.180 2.950
9 40+800 40 217.300 215.530 1.770 4.425
10 40+850 40 218.300 216.670 1.630 4.075
11 40+900 40 217.340 216.880 0.460 1.150
12 40+950 40 212.670 216.330 3.660 9.150
13 41+000 40 212.060 212.890 0.830 2.075
14 41+050 40 210.930 212.230 1.300 3.250
15 41+100 40 211.350 212.000 0.650 1.625
16 41+150 40 209.330 211.420 2.090 5.225
17(II) 41+150 40 208.930 211.720 2.790 6.975
18 41+150 40 209.440 211.610 2.170 5.425
19 41+200 40 211.130 212.000 0.870 2.175
20 41+250 40 212.000 215.570 3.570 8.925
21 41+300 40 212.300 213.540 1.240 3.100
22 41+350 40 212.670 215.720 3.050 7.625
23 41+400 40 216.500 218.630 2.130 5.325
24 41+450 40 216.360 213.810 2.550 6.375
25 41+500 40 214.030 214.390 0.360 0.900
C 41+503 40 214.130 214.480 0.350 0.875
J U M L A H 109.625
R A T A - R A T A 4.060
Dari perhitungan Kelandaian setiap Stasion mulai dari Sta A – Sta C, maka dapat diketahui
Kemiringan rata-rata :
Dengan Kemiringan rata-rata 4.060% didapat dari Klasifikasi Medan, maka Medan jalan tersebut
termasuk pada Golongan Medan Datar (0 - 9.9 %).
3. Menentukan Tikungan
Tikungan I dari titik 3;4;5;6;7;8;9;10;11
Perencanaan Geometrik Jalan Raya 7
Tgα = 1.075 + 0.575 + 2.875 + 2.950 + 3.800 + 2.950 + 4.425 + 4.075 + 1.150 = 2.597% 9
Kemiringan rata-rata Tikungan I = 2.597% ( 0 – 9.9 % ), maka tergolong pada Medan Datar.
Tikungan II dari titik 13;14;15;16;17;18;19;20;21
Kemiringan rata-rata Tikungan II = 4.308% ( 0 – 9.9 % ), maka tergolong pada Medan Datar.
4. Perhitungan Tikungan
a. Tikungan I
Data Jalan Tikungan I yang bermedan Datar dari Daftar I Standar Perncanaan Geometrik Jalan
Raya didapat :
Vrencana (Vr) = 100 Km/jam
Karena di dalam Tabel Panjang Lengkung Peralihan Minimum dan Superelevasi metode Bina
Marga tidak terdapat Kecepatan Rencana (Vr) 100 Km/jam, maka dalam pengambilan Vr diambil
bedasarkan pertimbangan-pertimbangan dan ketentuan-ketentuan Perencanaan Geometrik Jalan
Raya, diasumsikan jalan direncanakan termasuk jalan :
- Volume lalu mlintas yang padat
- Penghubung antar kota dan provinsi
- Banyak kendaraan berat
Maka dicoba :
- Vr = 80 Km/jam
- emax = 8 %
dicari jari-jari (R) Tikungan =
fm dicari (dari grafik koefisien Gesekan Melintang maksimum)
fm untuk di dapat fm = 0.140
maka
Direncanakan Tikungan I berbentuk Full Circle (FC).
- Langkah Perhitungan :
Perencanaan Geometrik Jalan Raya 8
A
∆1
I
II
didapat dari table :
TC = Rc Tg ½ ∆
= 239 * tg ½ 239
= 125.15 m
Lc = ∆ 2 R 360
= 55.277 2 239 360
= 230.58 m Ec = Rc - R
Cos ½ ∆
= 239 - 239 Cos ½ 55.277
= 30.78 m
(a+2)% = ¾ Ls(2+8)% Ls
(a+2) = ¾ 70(2+8) 70
a+2 = 7.5
a = 6.5%
- Landai Maksimum
1 = (e + en) 3.50 m Ls
= (0.08 + 0.02) 3.50 70
1 = 0.005 m
m = 200
- Diagram Superelevasi
Perencanaan Geometrik Jalan Raya 9
3.5 m3.5 m
17.5 m52.5 m
TC
8%
2%
¼.LS¾.LS
2%
a=..?
2%
as
e = -8%
e = +8%
2%
as
¼.LS¾.LS
CTTC
¼.LS ¾.LS17.5 mLc = 230.58 m 52.5 m17.5 m52.5 m
- Pelebaran Perkerasan pada Tikungan I
R = 239 m
Vr = 80 km/jam
1000 = 1000 = 4.18 < 6 R 239
Pada Grafik I PPGJR hal 18 didapat :
z = 0.55 m
Td = 0.28 m
b = 2.49 m
Lebar Perkerasan pada Tikungan I (B) :
B = n(b+c) + (n-1) Td+z
= 2(2.49 + 0.8) + (2 - 1) 0.28 + 0.55
= 7.41 m
7.41 > (2 x 3.50 m) ; maka pelebaran perkerasan pada Tikungan I sebesar = 7.41 – 7.00 = 0.41 m
- Penebasan Tikungan I / Kebebasan Samping
V = 80 km/jam
L = (2 x Ls) = 140 m
R = 239 m
Dari Daftar II PPGJR hal 16 didapat :
Jarak pandang henti (Sh) = 115 m
Jarak pandang menyiap (Sm) = 520 m
Ditinjau berdasarkan jarak pandang henti (Sh) :
Sh = 115 m
L = 140 m
Untuk Sh, L garis yang dipakai adalah garis L/Sh = 1 (pada Grafik II)
L = 140 = 1.217 m Sh 115
Perencanaan Geometrik Jalan Raya 10
R’ = Rc – ½ b
= 239 – ½ 3.5
= 237.25 m
Maka m dihitung dengan rumus :
∅ = 90 Sh R’
= 90 * 115 237.25
= 13.8860 = 13053’10’’
m = R’ (1 – cos ∅)
= 237.25 (1 – cos 13. 8860)
= 6.934 m
b. Tikungan II
Data jalan pada Tikungan II bermedan datar dengan kemiringan rata-rata 4.308% (0 9.9%).
Dari Daftar I Standar Perencanaan Geometrik Jalan Raya, didapat :
Vrencana (Vr) = 100 km/jam menjadi Vr = 70 km/jam
Karena kemiringan rata-rata lebih besar dari kemiringan rat-rata pada tikungan I, dicoba bentuk
tikungan II : Spiral – Circle – Spiral (S – C – S)
- Langkah PerhitunganPerencanaan Geometrik Jalan Raya 11
C
∆2
I
II
Vr = 70 km/jam
∆2 = 57.6240 = 57037’26’’
emax = 8%
dengan rencana jari-jari (R) = V 2 . 127(e+fm)
Fm = -0.00065 (V) + 0.192
= -0.00065 (70) + 0.192
= 0.1465
R = 70 2 127(0.08+0.1465)
= 170.34 m = 179 m
Didapat dari Tabel Panjang Lengkung Peralihan minimum dan Superelevasi Metode Bina Marga
e = 8% = 0.08
Ls = 60 m
∅s = Ls . 360 2R 2
= 60 . 360 2*179 2
= 9.6030 = 9036’10’’
∆c = ∆II - 2∅s
= 57.6240 – 2*9.6030
= 38.4180 = 38025’05’’
Lc = ∆ c 2R 360
= 38.418 2179 360= 120.023 m
Yc = Ls 2 6R
= 60 2 6*179
= 3.352 m
Xc = Ls - Ls 3 40R2
= 60 - 60 3 40*1792
= 59.831 m
K = Xc – R sin∅s
= 59.831 – 179 sin9.6030
Perencanaan Geometrik Jalan Raya 12
= 29.97 m
P = Yc – R(1 - cos∅s)
= 3.352 – 179(1 – cos9.6030)
= 0.844 m
Ts = (R + P)tg ½ ∆II + K
= (179 + 0.844)tg ½ 57.6240 + 29.97
= 128.889 m
Es = (R + P) – R Cos ½ ∆II
= (179 + 0.844) - 179 Cos ½ 57.6240
= 26.253 m
Ltotal = Lc + 2Ls
= 120.023 + (2*60)
= 240.023 m
- Landai Maksimum
1 = (e + en) B m Ls
= (0.08 + 0.02) 3.50 60
1 = 0.00583 m
m = 171.428
- Diagram Superelevasi
Perencanaan Geometrik Jalan Raya 13
3.5 m3.5 m
e = +8%
e = -8%
2%
as
Ls = 60 m
CSTS
Ls = 60 mLc = 120.023 m
SC I STI
- Potongan I – I
Untuk Sta z : x = 2%
Ls (2+8)%
x = 2% 60 10%
x = 12 m
Y = 2x = 2*12
= 24 m
Maka Sta I :
Sta I = Sta TS + y
= Sta TS + 24 m
- Pelebaran pada Tikungan II
R = 179 m
Vr = 70 km/jam
1000 = 1000 = 5.587 < 6 R 179
Pada Grafik I PPGJR hal 18 didapat :
z = 0.6 m
Td = 0.139 m
b = 2.5 m
Lebar Perkerasan pada Tikungan II (B) :
B = n(b+c) + (n-1) Td+z
= 2(2.5 + 0.8) + (2 - 1) 0.139 + 0.6
= 7.34 m
7.34 > (2 x 3.50 m) ; maka pelebaran perkerasan pada Tikungan I sebesar = 7.34 – 7.00 = 0.34 m
- Penebasan Tikungan II / Kebebasan Samping
V = 70 km/jam
Perencanaan Geometrik Jalan Raya 14
Ls = 60 m
y
I
8%
2%
x
2%
a=..?
2%
as
TS z SC
2%
L = (2 x Ls) = 120 m
R = 179 m
Dari Daftar II PPGJR hal 16 didapat :
Jarak pandang henti (Sh) = 80 = 70 115 Sh
80Sh = 8050
Sh = 100.625 = 101
Jarak pandang menyiap (Sm) = 80 = 70 520 Sm
80Sm = 36400
Sm = 455
Ditinjau berdasarkan jarak pandang henti (Sh) :
Sh = 101 m
L = 120 m
Untuk Sh, L garis yang dipakai adalah garis L/Sh = 1 (pada Grafik II)
L = 120 = 1.188 m Sh 101
R’ = Rc – ½ b
= 179 – ½ 3.5
= 177.25 m
Maka m dihitung dengan rumus :
∅ = 90 Sh R’
= 90 * 101 177.25
= 16.3240 = 16019’27’’
m = R’ (1 – cos ∅)
= 177.25 (1 – cos 16.3240)
= 7.145 m
Perencanaan Geometrik Jalan Raya 15
c. Tikungan I Full Circle (F – C)
Perencanaan Geometrik Jalan Raya 16
d. Tikungan II Spiral – Circle – Spiral (S – C – S)
Perencanaan Geometrik Jalan Raya 17
5. Menentukan Stasionering
Dari Sketsa Gambar didapat :
a. Stasionering Tikungan I
Titik A = Sta 40+450
Titik TC = Sta A + (dA-I – Tc)
= Sta 40+450 + (300.166 – 125.15)
= Sta 40+625.016
Titik (I) = Sta TC + Tc
= Sta 40+625.016 + 125.15
= Sta 40+750.166
Titik CT = Sta TC + Tc +Ct
= Sta 40+750.166 + 125.15 + 125.15
= Sta 40+875.316
b. Stasionering Tikungan II
Titik TS = Sta P(I) + (dI-II – Ts)
= Sta 40+750.166 + (398.121 – 128.889)
= Sta 41+019.398
Perencanaan Geometrik Jalan Raya 18
Titik SC = Sta TS + Ls
= Sta 41+019.398 + 60
= Sta 41+079.398
Titik (II) = Sta TS + Ts
= Sta 41+019.398 + 128.889
= Sta 41+148.287
Titik CS = Sta P(II) + (Ts – Ls)
= Sta 41+148.287 + (128.889 – 60)
= Sta 41+217.176
Titik ST = Sta P(II) + Ts
= Sta 41+148.287 + 128.889
= Sta 41+277.176
Titik B = Sta P(II) + dII-B
= Sta 41+148.287 + 355.106
= Sta 41+503.393
6. Stasionering Elevasi Permukaan Tanah Asli
TITIK STASION KETINGGIANKIRI SUMBU KANAN
A 40+450 210.750 211.580 212.0001 40+500 212.000 211.375 208.3602 40+550 209.000 207.170 211.0003 40+600 211.000 211.170 211.430
TC 40+625.010 212.340 212.485 212.1404 40+650 213.080 213.150 213.0405 40+700 214.800 214.860 214.5506 40+750
7(I) 40+750.166 216.430 215.920 215.3108 40+750.1669 40+800 220.000 217.430 215.91010 40+850 218.200 217.740 216.740CT 40+875.310 217.600 218.450 216.77011 40+900 217.340 219.800 216.88012 40+950 212.670 213.875 216.33013 41+000 212.060 212.500 212.890TS 41+019.398 211.200 212.200 212.05014 41+050 210.930 212.280 212.230SC 41+079.398 211.670 212.770 212.240
Perencanaan Geometrik Jalan Raya 19
15 41+100 211.620 212.850 212.27016 41+148.287
17(II) 41+148.287 210.940 211.860 212.19018 41+148.28719 41+150 210.900 211.900 212.20020 41+200 211.770 212.550 212.180CS 41+217.176 211.600 212.750 212.48021 41+250 212.000 212.125 215.570ST 41+277.176 212.220 212.590 213.00022 41+300 212.300 212.345 213.54023 41+350 212.670 214.155 215.72024 41+400 216.500 217.700 218.36025 41+450 216.360 215.700 213.81026 41+500 214.030 214.110 214.390C 41+503 214.130 214.220 214.480
7. Perhitungan Alinyemen Vertikal
- Kelandaian Alinyemen Vertikal
Sketsa Alinyemen Vertikal
Kelandaian (g1) ; Gradien I = 215.000 – 213.080 x 100% = 1.92 x 100% = 0.64%
750.166 – 450 300.166
Kelandaian (g2) ; Gradien II = 215.000 – 211.860 x 100% = 3.14 x 100% = 0.79%
1148.287 – 750.166 398.121
Kelandaian (g3) ; Gradien III = 215.000 – 211.860 x 100% = 3.14 x 100% = 0.89%
1503.393 – 1148.287 355.106
Perencanaan Geometrik Jalan Raya 20
Sta 40+450 Sta 40+750.166 Sta 41+148.287 Sta 41+503.393
+213.080
+215.000
+211.860
+215.000g1
g2 g3
- Lengkung Vertikal
PLV1 = Awal Lengkung sebelah kiri (Sta 40+750.166 – 80 = Sta 40+670.166)
PPV1 = Sta 40+750.166 ; dengan elevasi = +215.000 (diukur pada profil memanjang)
PTV1 = Akhir Lengkung sebelah kanan (Sta 40+750.166 + 80 = Sta 40+830.166)
A = g1 - g1
= +0.64 – (-0.79)
= +1.43 (Cembung)
Elevasi Awal Lengkung (PLV1) :
= Elevasi PPV1 – (0.64%*80)
= +215.000 – 0.512
= +214.488 = +214.490
Elevasi Akhir Lengkung (PTV1) :
= Elevasi PPV1 – (0.79%*80)
= +215.000 – 0.632
= +214.368
Elevasi Sumbu Jaln Sta 40+750.166 (PPV1) :
= Elevasi PPV1 – A.Lv 800
= +215.000 – 1.43*160 800
= +215.000 – 0.286
= +214.714
Elevasi Tertinggi :
Lv = 160 = 111.89 A 1.43% 1
Jarak dari awal atau akhir Lengkung yang elevasi sumbu jalannya paling tinggi :
Dari awal = 0.64%*111.89 = 71.61 m
Dari akhir = 0.79%*111.89 = 88.39 m + 160.0 m
Sta Elevasi Sumbu jalan paling tinggi :
Perencanaan Geometrik Jalan Raya 21
PPV1
PLV1
PTV1
Lv = 160 m
80 m 80 m
1
Sta 40+750.166 – (80 – 71.61) = Sta 40+741.780
Elevasi tertinggi :
= Elevasi PPV1 + (0.64%*(80 – 71.61))
= +214.714 + 0.054
= +214.768
PLV2 = Awal Lengkung sebelah kiri (Sta 41+148.287 – 80 = Sta 41+068.287)
PPV2 = Sta 41+148.287 ; dengan elevasi = +211.860 (diukur pada profil memanjang)
PTV2 = Akhir Lengkung sebelah kanan (Sta 41+148.287 + 80 = Sta 41+228.287)
A = g2 – g3
= -0.79 – 0.89
= -1.68 (Cekung)
Elevasi Awal Lengkung (PLV2) :
= Elevasi PPV2 + (0.79%*80)
= +211.860 – 0.632
= +212.493
Elevasi Akhir Lengkung (PTV2) :
= Elevasi PPV2 – (0.89%*80)
= +211.860 – 0.712
= +212.572
Elevasi Sumbu Jaln Sta 41+148.287 (PPV2) :
= Elevasi PPV2 – A.Lv 800
= +211.860 – (-1.68*160) 800
= +211.860 – 0.336
= +212.196
Elevasi Tertinggi :
Perencanaan Geometrik Jalan Raya 22
PTV2
PPV2
PLV2
Lv = 160 m
80 m 80 m
2
Lv = 160 = 95.24 A 1.68% 1
Jarak dari awal atau akhir Lengkung yang elevasi sumbu jalannya paling tinggi :
Dari awal = 0.79%*95.24 = 75.24 m
Dari akhir = 0.89%*95.24 = 84.76 m + 160.0 m
Sta Elevasi Sumbu jalan paling tinggi :
Sta 41+148.287 – (80 – 75.24) = Sta 41+143.527
Elevasi tertinggi :
= Elevasi PPV2 – (0.79%*(80 – 75.24))
= +212.196 – 0.038
= +212.158
- Elevasi Sumbu Permukaan Jalan Setiap Stasion
- Elevasi pada Tikungan I
Perencanaan Geometrik Jalan Raya 23
Sta 40+450 Sta 40+750.166 Sta 41+148.287 Sta 41+503.393
+213.080
+215.000
+211.860
+215.000I
II III
TC
2%
as
Sta 40+600
a
2% 2%
5.5%8%
2%
27.490 m
52.5 m 17.5 m
40+572.510 40+625 40+643.010
CT
2%
as
Sta 40+900
a
2% 2%
5.5%8%
2%
27.81 m
52.5 m17.5 m
40+857.810 40+927.81040+875.310
Sta 40+600 Sta 40+900
(a+2)% = 27.49 (a+2)% = 27.81(8+2)% 70 (8+2)% 70
a+2 = 0.39 a+2 = 0.4 10 10
a+2 = 3.9 a+2 = 4.0
a = 1.9% a = 2.0%
Catatan : - Elevasi sumbu perkerasan jalan bagian kanan = +a
- Elevasi sumbu perkerasan jalan bagian kiri = -a
- Elevasi pada Tikungan II
Sta 41+050 Sta 41+250
(a+2)% = 30.602 (a+2)% = 27.176(8+2)% 60 (8+2)% 60
a+2 = 0.51 a+2 = 0.45 10 10
a+2 = 5.1 a+2 = 4.5
a = 3.1% a = 2.5%
Perencanaan Geometrik Jalan Raya 24
PLV2
2%
as
Sta 41+050
SC
a
2% 2%
b8%
2%
30.602 m
60 m
41+019.398 41+079.398
CS
2%
as
Sta 41+250
a
2% 2%
b8%
2%
27.176 m
60 m
41+217.179 41+277.176
41+228.287
48.889 m
41+079.398
PTV2 48.889 mTS ST
Sta PLV2 Sta PTV2
(b+2)% = 48.889 (b+2)% = 48.889(8+2)% 60 (8+2)% 60
b+2 = 0.82 b+2 = 0.82 10 10
b+2 = 8.2 b+2 = 8.2
b = 6.2% b = 6.2%
Perencanaan Geometrik Jalan Raya 25