modul 1 260110130156 willybrordus
DESCRIPTION
modul farkolTRANSCRIPT
-
MODUL I : CARA PENANGANAN DAN PEMBERIAN OBAT PADA HEWAN
260110130156
WILLYBRORDUS YOGA P.
1. Sebutkan keuntungan serta kerugian pemakaian masing-masing hewan tersebut di atas.
a. Keuntungan
i. Mencit
1. Mudah ditangani
2. Mudah dikembangbiakan
3. Mudah dipelihara
4. Gen mencit yang relative mirip dengan manusia
5. Rekasi obat yang digunakan ke badannya cepat terlihat
(Sudono,1981)
ii. Kelinci
1. Bersih
2. Mudah dikembangbiakan (Templeton, 1968)
iii. Marmot
1. Jinak
2. Mudah dikembangbiakan (Smith, 1988)
iv. Katak
1. Mudah didapat (Gadow,1981)
v. Tikus
1. Tidak bersifat fotofobik
2. Lebih resisten terhadap infeksi (Smith , 1988)
b. Kerugian
i. Mencit
1. Tidak memiliki kelenjar keringat
2. Mulut kecil , sulit untuk pemberian oral (Sudono,1981)
ii. Kelinci
1. Tidak memiliki struktur gen yang essensial (Templeton,1968)
iii. Marmot
1. Makanan harus dijaga (Smith,1988)
iv. Katak
1. Kulit licin dan lembab, sehingga susah dipegang ( Gadow,1981)
v. Tikus
1. Bersifat kasar (Smith,1988)
-
2. Mencit adalah hewan yang paling banyak digunakan dalam percobaan di laboratorium.
Mengapa ?
Mencit merupakan hewan yang paling banyak digunakan sebagai hewan
model laboratorium dengan kisaran penggunaan antara 40-80%. Mencit banyak
digunakan sebagai hewan laboratorium (khususnya digunakan dalam penelitian
biologi), karena memiliki keunggulan-keunggulan seperti siklus hidup relatif pendek,
jumlah anak per kelahiran banyak, variasi sifat-sifatnya tinggi, mudah ditangani, serta
sifat produksi dan karakteristik reproduksinya mirip hewan lain, seperti sapi,
kambing, domba, dan babi. Menurut Mencit dapat hidup mencapai umur 1-3 tahun
tetapi terdapat perbedaan usia dari berbagai galur terutama berdasarkan kepekaan
terhadap lingkungan dan penyakit (Malole , 1989).
3. Faktor-faktor apa yang perlu diperhatikan dalam memilih spesies hewan percobaan
yang berifat skrining ataupun pengujian suatu efek khusus.
a. mudah untuk dipelihara
b. menggunakan hewan yang dapat bereproduksi secara cepat dan banyak
c. perhitungan dewasa kelamin harus tepat
d. tingkat kematian hewan rendah
e. kesehatan hewan dan nutrisi
f. variasi biologis (ras dan sifat gen)
g. memperhatikan umur penyapihan
h. memperhatikan rasio kawin (Schuler, 2006)
4. Jelaskan secara spesifik dengan contoh-contoh, mengenai karakteristik lingkungan
fisiologis, anatomis, dan biokimiawi yang berada pada daerah kontak mula antara obat
dan tubuh.
a. Jumlah suplai darah yang berbeda :
Contoh : Suplai darah meningkat akibatnya distribusi obat cepat.
Suplai darah menurun akibatnya distribusi obat terhambat.
b. Struktur anatomi yang berbeda :
Contoh : Kulit katak yang licin akibatnya pemberian dan penyebaran
obat cepat.
c. Enzim enzim dan getah getah fisiologis yang berbeda :
Contoh : enzim yang dihasilkan berbeda akibatnya hasil metabolit
berbeda. (Schuler, 2006)
-
5. Uraikan secara terperinci kondisi-kondisi penerimaan obat yang menentukan rute
pemberian obat yang dipilih
Rute pemberian obat dibagi 2, yaitu enternal dan parenteral
a) Jalur enteral berarti pemberian obat melalui saluran gastrointestinal (GI) -
melalui sublingual, bukal, rektal, dan oral. Pemberian melalui oral merupakan
jalur pemberian obat paling banyak digunakan karena paling murah, paling
mudah, dan paling aman. (Ansel, 1989)
b) Jalur Parenteral berarti tidak melalui enteral - transdermal (topikal), injeksi,
endotrakeal (pemberian obat ke dalam trakea menggunakan endotrakeal tube),
dan inhalasi.
Intravena : Intravena (IV) (Tidak ada fase absorpsi, obat langsung masuk ke dalam
vena,onset of action cepat, efisien, bioavailabilitas 100 %, baik untuk obat yang
menyebabkan iritasi kalau diberikan dengan cara lain, biasanya berupa infus
kontinuuntuk obat yang waktu-paruhnya (t1/2) pendek) , Tidak ada fase absorpsi, obat
langsung masuk ke dalam vena, onset of action segera (Joenoes, 2002).
Intramuskular (IM) : Onset of action bervariasi, berupa larutan dalam air yang lebih
cepat diabsorpsi daripada obat berupa larutan dalam minyak, dan juga obatdalam
sediaan suspensi, kemudian memiliki kecepatan penyerapan obat yang
sangattergantung pada besar kecilnya partikel yang tersuspensi: semakin kecil
partikel,semakin cepat proses absorpsi, disuntikkan ke dalam jaringan otot, umumnya
diotot pantat atau paha (Joenoes, 2002).
Subkutan (SC) Onset of action lebih cepat daripada sediaan suspensi,
determinan dari kecepatan absorpsi ialah total luas permukaan dimana terjadi
penyerapan , menyebabkan konstriksi pembuluh darah lokal sehingga difusi obat
tertahan/diperlama, obat dapat dipercepat dengan menambahkan hyaluronidase,
suatuenzim yang memecah mukopolisakarida dari matriks jaringan, disuntikkan
kedalam tubuh melalui bagian yang sedikit lemaknya dan masuk
masuk ke dalam jaringan di bawah kulit (Joenoes, 2002).
6. Sebutkan implikasi-implikasi praktis dari rute pemberian obat (umpamanya
persyaratan sediaan farmasi yang diberikan dengan rute tertentu, dosis obat jika dipilih
-
rute pemberian tertentu dsb).
a. Tujuan terapi menghendaki efek lokal atau efek sistemik
b. Apakah kerja awal obat yang dikehendaki itu cepat atau masa kerjanya lama.
c. Stabilitas obat di dalam lambung atau usus.
d. Keamanan relatif dalam penggunaan melalui bermacam-macam
rute. Rute yang tepat dan menyenangkan bagi pasien dan dokter
e. Harga obat yang relatif ekonomis dalam penyediaan obat melalui bermacam-
macam rute.
f. Kemampuan pasien menelan obat melalui oral. (Katzung, 2012)
-
Daftar Pustaka
Ansel, Howard.C,. 1989 Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Universitas Indonesia
Press: Jakarta.
Gadow, M.A.H. 1981. Amphibia and Reptiles. Macmilan and Co.Ltd: London
Joenoes, Z. N., 2002. Ars Prescribendi Jilid 3. Airlangga University Press:Surabaya.
Katzung BG. 2006. Basic & Clinical Pharmacology. 10th ed. McGraw-Hill
Companies New York.
Malole, M. B. M. Penggunaan Hewan-Hewan Percobaan Di Laboratorium. Bogor.
1989.
Schuler, L. 2006. Model Animal and Quatitative Genetics. Institut Pertanian Bogor:
Bogor
Smith, J. B. dan S Mangkoewidjojo. 1988. Pemeliharaan Pembiakan dan Penggunaan
Hewan Percobaan di Daerah Tropis. Universitas Indonesia: Jakarta.
Sudono, A. 1981. Pengaruh Interaksi antara Genotip dengan lingkungan terhadap
pertumbuhan, koefisien makanan, daya reproduksi dan produksi susu
mencit. Disertasi. Institut Pertanian Bogor: Bogor
Templeton, G.S. 1968. Domestic Rabbit Production. He Interstate Printers and Pub.
Danville: Illionois.