model pengembangahn kawasan agribisnis cabe

45
MODEL PENGEMBANGAN KAWASAN AGRIBISNIS CABE PEMBERDAYAAN POTENSI WIRA-USAHA PETANI KECIL MELALUI PENDAMPINGAN Bahan Kajian MK. Perencanaan Pengembangan Wilayah Diabstraksikan oleh Prof Dr Ir Soemarno MS PMPSLP PPSUB Nopember 2011 RINGKASAN Pengembangan kawasan agribisnis ini dirancang dalam rangka ikut mendukung gerakan nasional pemberdayaan ekonomi masyarakat melalui upaya pemberdayaan dan penguatan usaha ekonomi rakyat, dengan penyiapan pemuda desa sebagai kader wirausahawan yang handal, serta menerapkan teknologi inovatif dalam budidaya sayuran cabe-besar. Program Payung Pemberdayaan Wira-usaha ini terdiri atas lima kegiatan yang saling berkaitan, yaitu: 1. Menyusun Sistem Informasi tentang Minat berwira-usaha di kalangan pemuda, mahasiswa /alumni, serta kendala-kendala yang dihadapi (Kegiatan A). 2. Merancang Panduan Paket Sistem Pembelajaran DIKLAT Singkat Profesional Wira-Usaha Hortikultura Cabe (Kegiatan B) 3. Melaksanakan DIKLAT Singkat Profesional Wira-Usaha bagi Mahasiswa /alumni dan Kelompok Tani KUBA Hortikultura (Kegiatan C). 4. Melaksanakan Pemagangan Wira-usaha, Pemberdayaan KUBA Cabe dan Net-working (Kegiatan D) 5.Ujicoba Model Wira-usaha Hortikultura Cabe melalui Sistem KUBA Terpadu dengan Pendampingan (Kegiatan E) Rincian sasaran kegiatan adalah sbb: No Kecamatan Jumla h Jumla h Jumlah mahasiswa Jumlah Dosen KUBA Petan i (Pendampi ng KUBA) (Pembimbin g mahasiswa) 1. Poncokusumo 5 20 5 2 2. Tumpang 5 20 5 2 3. Dau 5 20 5 2 4. Wajak 5 20 5 2

Upload: variot-mirahi

Post on 28-Dec-2015

27 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Model Pengembangahn Kawasan Agribisnis Cabe

MODEL PENGEMBANGAN KAWASAN AGRIBISNIS CABEPEMBERDAYAAN POTENSI WIRA-USAHA PETANI KECIL MELALUI

PENDAMPINGAN

Bahan Kajian MK. Perencanaan Pengembangan WilayahDiabstraksikan oleh Prof Dr Ir Soemarno MS

PMPSLP PPSUB Nopember 2011

RINGKASAN

Pengembangan kawasan agribisnis ini dirancang dalam rangka ikut mendukung gerakan nasional pemberdayaan ekonomi masyarakat melalui upaya pemberdayaan dan penguatan usaha ekonomi rakyat, dengan penyiapan pemuda desa sebagai kader wirausahawan yang handal, serta menerapkan teknologi inovatif dalam budidaya sayuran cabe-besar.

Program Payung Pemberdayaan Wira-usaha ini terdiri atas lima kegiatan yang saling berkaitan, yaitu:1. Menyusun Sistem Informasi tentang Minat berwira-usaha di kalangan pemuda,

mahasiswa /alumni, serta kendala-kendala yang dihadapi (Kegiatan A).2. Merancang Panduan Paket Sistem Pembelajaran DIKLAT Singkat Profesional

Wira-Usaha Hortikultura Cabe (Kegiatan B)3. Melaksanakan DIKLAT Singkat Profesional Wira-Usaha bagi Mahasiswa /alumni

dan Kelompok Tani KUBA Hortikultura (Kegiatan C).4. Melaksanakan Pemagangan Wira-usaha, Pemberdayaan KUBA Cabe dan Net-

working (Kegiatan D)5. Ujicoba Model Wira-usaha Hortikultura Cabe melalui Sistem KUBA Terpadu dengan

Pendampingan (Kegiatan E)

Rincian sasaran kegiatan adalah sbb:

No Kecamatan Jumlah Jumlah Jumlah mahasiswa

Jumlah Dosen

KUBA Petani (Pendamping KUBA)

(Pembimbing mahasiswa)

1. Poncokusumo 5 20 5 22. Tumpang 5 20 5 23. Dau 5 20 5 24. Wajak 5 20 5 25. Bumiaji 5 20 5 2 Jumlah 25 100 25 10KUBA = Kelompok Usaha Bersama Agribisnis Komoditas Cabe-besar.Mahasiswa /alumni dan Dosen pendamping berasal dari Program Studi Agrokompleks dan Program Studi Manajemen Perusahaan.

Page 2: Model Pengembangahn Kawasan Agribisnis Cabe

I. LATAR BELAKANG

Gerakan pengentasan penduduk miskin dari kemiskinannya , pemberdayaan sumberdaya manusia desa dan penguatan usaha ekonomi rakyat di seluruh tanah air menghadapi tantangan dan kendala sangat serius akibat krisis ekonomi yang berkepanjangan. Oleh karena itu diperlukan berbagai terobosan kegiatan dan/atau program khusus untuk menghadapi sistuasi krisis ekonomi.

Salah satu program khusus untuk mensukseskan gerakan nasional di Jawa Timur dituangkan dalam Gerakan Kembali ke Desa (GKD) dan Produk Unggulan Desa (One village one product). Program ini dikonsepkan bukan merupakan program yang berdiri sendiri tanpa memerlukan dukungan program lain, namun justru melalui program inilah diharapkan dapat dipadukan berbagai program sektoral maupun regional yang diarahkan untuk pembangunan wilayah dan masyarakat desa. Dengan demikian dampak positif daripada program ini akan semakin besar dan pada akhirnya kemiskinan dan keterbelakangan secara berangsur-angsur dan pasti dapat ditanggulangi. Sebagai suatu program yang strategis dan koordinatif, dalam pelaksanaan GKD dan PUD (Produk Unggulan Desa) harus dipupuk dan dibina semangat kebersamaan yang tinggi di antara berbagai pihak yang terkait baik yang berkedudukan "membantu" maupun yang "dibantu" yaitu penduduk desa itu sendiri, termasuk generasi muda santri Pondok Pesantren di pedesaan Jawa Timur.

Salah satu bentuk kegiatan penunjang dalam kerangka implementasi program GKD dan PUD ialah Penyiapan generasi muda santri untuk mampu menjadi "pengusaha" Agribisnis di Desa dan dari Desa. Dengan dukungan bantuan dana khusus obsesi ini dapat dilakukan kegiatan DIKLAT dan Program Aksinya dengan tujuan meningkatkan akses dan kualitas sumberdaya manusia mahasiswa sebagai kader pembangunan bangsa dan pada gilirannya mampu bersama-sama dengan masyarakat desa mengembangkan usaha agribisnisnya (dengan basis Produk Unggulan Desa) untuk memperbaiki taraf hidupnya secara bertahap dan berkelanjutan.

Dengan memperhatikan kenyataan bahwa kelembagaan sosial di pedesaan dan kelompok-kelompok masyarakat yang ada belum memadai untuk mengembangkan usaha ekonomi desa, serta keterbatasan akses POKMAS terhadap berbagai fasilitas dan kemudahan-kemudahan yang disediakan pemerintah, maka diperlukan upaya khusus untuk menyiapkan mahasiswa dan masyarakat desa, khususnya kelompok tani sayuran sebagai kader pembangunan mandiri yang berwawasan wirausahawan. Kegiatan seperti ini sangat relevan untuk dilaksanakan di UNIBRAW, mengingat Visi Unibraw tahun 2005, adalah:(1). Menjadi perguruan tinggi yang mampu menghasilkan sarjana yang beriman kepada

Tuhan YME, bermoral Pancasila, memiliki kemampuan penalaran akademik dan/atau profesional yang tinggi, menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi serta mandiri dalam mengembangkan dan mengabdikannya untuk hajat hidup masyarakat, bangsa dan negara

(2). Menjadi research and development university yang menghasilkan baik insan akademik yang cerdas, inovatif dan produktif, maupun karya ilmiah yang bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta percepatan pembangunan masyarakat, bangsa dan negara.

(3). Menjadi resource university sebagai salah satu pusat informasi pendidikan, penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi terutama bagi kawasan timur Indonesia

1

Page 3: Model Pengembangahn Kawasan Agribisnis Cabe

(4). Menjadi center of excellence untuk rujukan layanan masyarakat dalam berbagai bidang ilmu unggulan, termasuk Wira-usaha, dan Hortikultura.

Pemilihan komoditas hortikultura sayuran didasarkan atas beberapa pertimbangan sbb:(1). Wilayah Kabupaten Malang memiliki lahan dataran tinggi yang luas dan subur

dengan kondisi iklim yang mendukung untuk tumbuhnya berbagai jenis tanaman hortikutura sayuran bernilai ekonomis tinggi. Sebagian dari potensi sumberdaya lahan ini sekarang merupakan "lahan tidur" yang tidak diolah secara intensif untuk menghasilkan komoditas sayuran, karena petani tidak mampu menyediakan modal yang cukup untuk usahataninya, terutama untuk biaya pestisida. Sementara itu mereka belum familiar dengan teknologi budidaya inovatif yang dapat menekan aplikasi pestisida.

(2). Wilayah pedesaan kabupaten Malang memiliki tenaga kerja yang banyak dengan kualifikasi agraris yang cukup baik. Sebagian besra dari mereka ini sekarang sedang mengalami dampak krisis ekonomi, yaitu kesulitan mendapatkan pekerjaan di luar sektor pertanian dan terbatasnya kesempatan kerja di sektor pertanian tradisional.

(3). Ekspor Indonesia khusus sayur-sayuran pada tahun 1994 baru mencapai 1.160 ton. Dibandingkan dengan potensial permintaan, nilai ini masih sangat rendah. Khusus kebutuhan negara Jepang saja untuk komoditi sayuran beku tahun 1996 mencapai 605.449 ton. Ekspor sayuran beku Indonesia ke Jepang sampai tahun 1996 hanya mencapai 1.932 ton dan menduduki tingkat ke 11. Ekspor sayuran Indonesia ke Jepang sudah dirintis oleh PENGUSAHA SUASTA dan beberapa lembaga lain, namun masih sangat terbatas.

(4). Peluang pasar ke Jepang untuk sayuran di masa mendatang cukup mengembirakan dimana selaku konsumsi per kapita rakyat Jepang untuk sayuran meningkat, demikian juga tampak kecenderungan masyarakat Jepang mulai meninggalkan kegiatan di bidang pertanian karena dianggap tidak ekonomis, akibat tingginya upah tenaga kerja dan mahalnya harga tanah. Peluang pasar domestik juga sangat besar, terbukti dari tingginya harga riil komoditas sayuran cabe besar ini di pasar-pasar kota besar di Indonesia.

(5). Memperhatikan potensi yang cukup baik dan peluang besar untuk mengisi pasar domestik dan pasar ekspor maka perlu penanganan secara serius dengan mengoptimalkan tenaga kerja dan lahan-lahan tidur yang tersebar di wilayah Pedesaan sekitar Malang melalui kegiatan ini.

II. TUJUAN UMUM

Merancang dan menguji-coba model pemberdayaan wira-usaha petani hortikultura sayuran melalui kegiatan pendampingan oleh mahasiswa. Penerapan model ini diharapkan akan dapat bermanfaat dalam:

1. Ikut mendukung gerakan nasional pemberdayaan dan penguatan ekonomi rakyat , melalui penyiapan mahasiswa, pemuda desa dan kontak tani (ketua KUBA) sebagai kader wirausahawan yang handal.

2. Memantapkan wawasan serta pemantapan sikap-mental wira-usaha mahasiswa/alumni , pemuda desa, dan kontak tani sebagai kader pembangunan yang mandiri dan berjiwa wirausahawan.

2

Page 4: Model Pengembangahn Kawasan Agribisnis Cabe

3. Menumbuhkan dan meningkatkan kualifikasi mahasiswa /alumni, pemuda desa dan kontak tani sebagai pengelola usaha produktif dalam wadah lembaga ekonomi rakyat yang mandiri dan mengakar di masyarakat.

4. Memberikan bekal tambahan mengenai pengetahuan dan ketrampilan tentang wira-usaha profesional, teknologi tepatguna, dan pengetahuan praktis lain yang terkait dengan wira-usaha.

5. Memperbaiki usaha produktif masyarakat, khususnya kelompok tani hortikultura sayuran guna mengatasi dampak krisis ekonomi yang berkepanjangan.

Tujuan Khusus

1. Menyusun Sistem Informasi tentang Minat dan kendala-kendala berwira-usaha di kalangan mahasiswa /alumni, serta masyarakat petani hortikultura , terutama dalam situasi krisis ekonomi sekarang ini (Kegiatan A).

2. Merancang Panduan Paket Sistem Pembelajaran DIKLAT Singkat Profesional Wira-Usaha Komoditas unggulan Sayuran (Kegiatan B)

3. Melaksanakan DIKLAT Singkat Profesional Wira-Usaha bagi Mahasiswa/alumni, Pemuda Desa dan kontak tani (Kegiatan C).

4. Melaksanakan Pemagangan Wira-usaha, Pemberdayaan KUBA Hortikultura Sayuran dan Net-working (Kegiatan D)

5. Ujicoba Model Wira-usaha Produk Unggulan melalui Sistem KUBA Terpadu dengan Pendampingan (Kegiatan E)

III. HASIL YANG DIHARAPKAN

1. Rancangan model pemberdayaan wira-usaha petani kecil hortikultura sayuran melalui kegiatan pendampingan oleh mahasiswa. Model ini diharapkan terdiri atas:

a. Rancangan Sistem Informasi tentang Minat berwirausaha di kalangan mahasiswa /alumni, serta kendala-kendala yang dihadapi masyarakat petani kecil dalam mengembangkan usahanya.

b. Buku Panduan Paket Kurikulum dan Sistem Pembelajaran DIKLAT Singkat Profesional Wira-Usaha Hortikultura

c. Buku Pandunan DIKLAT Singkat Profesional Wira-Usaha bagi Mahasiswa /alumni dan Pemuda Desa.

d. Buku Panduan Pemagangan Wira-usaha, Pemberdayaan KUBA Hortikultura Sayuran dan Net-working

e. Buku Panduan Uji Petik Model Wira-usaha Hortikultura Sayuran melalui Sistem KUBA Terpadu dengan Pendampingan.

2. Model Pemberdayaan Wira-usaha ini dimaksudkan mempersiapkan mahasiswa / alumni / Pemuda desa sebagai Kader Pembangunan yang mandiri dan Wirausahawan Muda tangguh yang mempunyai kualifikasi khusus, yaitu:a. Sikap mental dan wawasan wira-usaha yang dapat diandalkan untuk mendukung

kiprahnya dalam kegiatan sosial-ekonomi di pedesaan, serta mempunyai kemampuan untuk beradaptasi dan berintegrasi dengan lingkungan masyarakat desa sekitarnya .

3

Page 5: Model Pengembangahn Kawasan Agribisnis Cabe

b. Menguasai dasar-dasar pengetahuan dan ketrampilan teknis tentang:b.1. Kebijaksanaan pemerintah dalam pengembangan koperasi agribisnis di

pedesaan dan usaha ekonomi rakyatb.2. Wawasan dan ketrampilan pragmatis kewira-usahaan dan kepeloporan,

khusunya dalam lingkup agribisnis hortikulturab.3. Pengalaman dalam aplikasi Manajemen usaha Bisnis di Pedesaan: Agribisnis,

Koperasi, Kemitraan dalam usaha, dan manajemen kelembagaan keuangan, b.4. Operasionalisasi sistem wira-usaha agribisnis hortikultura sayursan di desa:

perencanaan, pelaksanaan dan tindak lanjut pengendalian usaha agribisnis di pedesaan .

b.5. Kemampuan sebagai fasilitator, komunikator dan dinamisator bagi kelompok masyarakat pedesaan di sekitarnya .

4

Page 6: Model Pengembangahn Kawasan Agribisnis Cabe

IV. RUANG LINGKUP KEGIATAN

Komponen KegiatanProgram Payung Pemberdayaan Wira-usaha ini terdiri atas lima kegiatan yang

saling berkaitan, yaitu:1. Menyusun Sistem Informasi tentang Minat berwira-usaha di kalangan mahasiswa

/alumni, masyarakat petani hortikultura sayuran serta kendala-kendala yang dihadapi (Kegiatan A).

(LPPP + PS Hortikultura + PS Manajemen + ASPERTI Jatim)2. Merancang Panduan Paket Kurikulum dan Sistem Pembelajaran DIKLAT Singkat

Profesional Wira-Usaha Komoditas Unggulan Hortikultura (Kegiatan B) (LPPP+ASPERTI + PS Hortikultura + PS Agribisnis + PS Manajemen)

3. Melaksanakan DIKLAT Singkat Profesional Wira-Usaha bagi Mahasiswa /alumni , Pemuda Desa dan Kontak Tani Hortikultura (Kegiatan C).

(LPPP + Koperasi + Petani + DEKPOP, BRI )4. Melaksanakan Pemagangan Wira-usaha, Pemberdayaan KUBA Hortikultura

Sayuran dan Net-working (Kegiatan D) (LPPP + PS Hortikultura + PS Manajemen + ASPERTI + Petani KUBA)5. Ujicoba Model Wira-usaha Hortikultura Sayuran melalui Sistem KUBA Terpadu

dengan Pendampingan (Kegiatan E) (LPPP + PS Hortikultura + PS Manajemen + ASPERTI + Petani KUBA)

Konsep-konsep Teori

(1). Sistem Agribisnis

Sistem agribisnis merupakan kegiatan yang kompleks yang dimulai dari pengadaan dan penyaluran sarana produksi sampai pemasaran produk- produk yang dihasilkan oleh suatu usahatani atau agroindustri yang saling berkaitan satu sama lain. Dalam agribisnis terdapat subsistem yang terdiri dari : a) sistem pengadaan dan penyaluran sarana produksi, teknologi dan pengembangan sumberdaya pertanian, b) subsistem produksi pertanian atau usahatani, c) subsistem pengolahan hasil-hasil pertanian atau agroindustri dan d) subsistem pemasaran hasil-hasil pertanian.

Penyediaan dan penyaluran sarana produksi mencakup semua kegiatan yang meliputi perencanaan, pengolahan, pengadaan dan penyaluran sarana produksi untuk memperlancar penerapan teknologi dalam usahatani dan memanfaatkan sumberdaya pertanian secara optimal. Teknologi yang dimaksud adalah teknik-teknik bercocok tanam, penggunaan bibit baru yang lebih baik, penggunaan pupuk dan pestisida. Disamping itu dalam kegiatan pra usahatani dalam agribisnis yaitu pemilikan tenaga kerja, pemilikan sarana produksi yang tepat dan efisien. Untuk mendorong terciptanya sistem agribisnis yang dinamis, khususnya yang menunjang terlaksananya usahatani yang baik dan menjamin pemasaran hasil pertanian serta pengolahan hasil pertanian diperlukan jasa dari pemerintah dan kelembagaan seperti jasa transportasi, jasa keuangan, jasa penyaluran dan perdagangan serta jasa penyuluhan. Sektor jasa akan menghubungkan aktivitas subsistem yang terkait dalam agribisnis.

Pengembangan agribisnis haruslah diawali dengan perencanaan yang terdiri dari perencanaan lokasi, komoditas, teknologi, pola usahatani beserta skala usahanya untuk mencapai tingkat produksi yang optimal. Dalam pada itu dalam tingkat

5

Page 7: Model Pengembangahn Kawasan Agribisnis Cabe

pengolahan hasil, diperluas dan diperbaiki dari pengolahan sederhana sampai dengan pengolahan lanjut yang laku di pasaran yang lebih luas. Dalam subsistem pemasaranpun harus berubah yaitu dari pemasaran tradisional lokal, diperluas sampai ke regional dan ekspor. Untuk maksud tersebut diperlukan ketrampilan manajemen pemasaran, informasi pasar dan promosi.

Dalam kegiatan agribisnis haruslah banyak-banyak menerima informasi pasar untuk input maupun output. Agribisnis merubah dan meningkatkan usahatani yang bersifat lokal, mikro menjadi usahatani yang lebih besar dan luas berskala usaha yang lebih besar; dapat menjangkau ruang lingkup yang lebih luas. Sehingga membutuhkan modal yang besar dan ini akan bersaing dengan usaha lain. Agribisnis yang masih dalam tahap awal dan perkembangan membutuhkan dukungan dan pembinaan berupa pendidikan dan pelatihan serta kemitraan usaha. Pembangunan pertanian yang berwawasan agribisnis bertujuan : 1) menarik dan mendorong sektor pertanian, 2) menciptakan struktur perekonomian yang tangguh, efisien dan fleksibel; 3) menciptakan nilai tambah; 4) meningkatkan penerimaan devisa; 5) menciptakan lapangan kerja dan 6) memperbaiki pembagian pendapatan. Sedangkan wawasan agribisnis itu sendiri memperhatikan : a) aspek lingkungan; b) permintaan; c) sumberdaya dan d) teknologi (Anonimous, 1994).

Lingkungan yang mendukung berupa iklim bisnis akan mendorong dan mengambangkan agribisnis. Iklim bisnis berupa tersedianya kebutuhan- kebutuhan yang saling terkait satu sama lain, dan saling membutuhkan. Sehingga komponen-komponen didalamnya aktif bekerja secara fungsional. Disamping itu iklim bisnis akan terjadi dengan adanya pengaruh dari luar yang secara langsung menyentuh aktivitas produksi maupun pemasaran.

Permintaan pasar amat berpengaruh terhadap pengembangan agribisnis. Mekanisme pasar dan perubahan permintaan didalamnya akan mempengaruhi volume kegiatan agribisnis. Adanya permintaan secara lokal maka agribisnis itu relatif kecil dan apabila permintaan sudah meluas sampai regional, nasional dan ekspor maka volume kegiatan agribisnis itu makin besar. Dengan demikian ada korelasi antara besarnya kegiatan agribisnis dengan luasnya dan mekanisme permintaan.

Tersedianya sumberdaya alam, sumberdaya manusia dan sumberdaya buatan manusia, sebagai modal dasar dalam mengembangkan agribisnis. Kecukupan akan sumberdaya, maka pengembangan agribisnis tergantung pada kemampuan manusia untuk memanfaatkannya. Kemampuan itu diwujudkan dalam bentuk teknologi yang diciptakannya.

(2). Kelompok Usaha Bersama Agribisnis (KUBA)

Secara garis besar tujuan KUBA dapat dibedakan menjadi dua yaitu : 1) tujuan intern KUBA dan 2) tujuan ekstern KUBA. Tujuan intern KUBA yaitu : a) memenuhi kebutuhan para anggotanya; b) menyediakan kesempatan kerja; c) meningkatkan pendapatan para anggotanya (KUBA produksi); d) menghemat biaya pemasaran; e) media pendidikan untuk para anggotanya; f) mengurangi kerugian para anggota (efisien); g) mengembangkan cita-cita para anggotanya; h) sebagai media pendidikan bagi para anggotanya dibidang usaha; i) KUBA dapat menyebar luaskan hasil-hasil pembangunan dan dapat meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan. Tujuan ekstern yaitu KUBA dapat memberi manfaat bagi masyarakat sekitarnya, dan

6

Page 8: Model Pengembangahn Kawasan Agribisnis Cabe

dapat mengangkat tingkat perekonomian masyarakat kecil menjadi tingkat perekonomian lebih atas.

Dari tujuan tersebut maka kegiatan KUBA hendaklah sejalan dengan pola pembangunan pertanian pada umumnya. Dalam Tri Matra Pembangunan Pertanian mengandung 3 aspek yaitu : (1) Wilayah terpadu yaitu keterpaduan antar sektoral, subsektoral pusat dan daerah; dan antar badan usaha, petani-KUBA dengan Badan Usaha Swasta, petani-KUBA dengan Badan Usaha Negara; (2) Komoditas terpadu, yang didasarkan pada skala prioritas komoditas di sustau wilayah dengan mempertimbangkan keterpaduan dengan penyediaan sarana produksi proses produksi, penanganan pasca panen, pengolahan-agroindustri pemasaran; (3) Usaha terpadu, yaitu keterpaduan yang diarahkan pada usahatani dalam satu kesatuan kelompok, petani, kesatuan hamparan-wilayah yang memenuhi skala ekonomi yang menguntungkan, kesatuan wilayah dan komoditas dalam rangka mencapai tingkat pendapatan dan kesejahteraan rumah tangga usaha yang layak. Sejalan dengan itu KUBA yang berada di pedesaan haruslah dapat mengisi pembangunan pertanian di wilayahnya.

PETANI

plasma plasma

KUBA PETANI (INTI) PETANI

plasma plasma

PETANI

Perguruan Tinggi mengadakan pembinaan kepada KUBA yang dalam hal ini para

pengurus dan anggotanya menurut bidang usaha masing-masing. Petani sebagai kader pembangunan (pertanian) berfungsi sebagai penyuluh dan pembina petani dan masyarakat sekitarnya.

Petani - kelompok tani sebagai plasma yang menerima teknologi dari santri. Perguruan Tinggi mengadakan monitoring dan mengadakan evaluasi keberhasilan Perguruan Tinggi itu sendiri terhadap KUBA dengan mengadakan ukuran-ukuran tertentu.

7

Page 9: Model Pengembangahn Kawasan Agribisnis Cabe

PENGUSAHA ASOSIASI

Mahasiswa PERG.TINGGI

BURUHTANI PEMERINTAHPetani

KUBA KUBA KUBA KELOMPOKUSAHA

TIM PENDAMPING

PETANI / KELOMPOK TANI

(3). Faktor yang mempengaruhi pembinaan KUBA Komoditas Sayuran

Membina KUBA SAYURAN berarti memberikan teknologi (IPTEK) baru yang diharapkan dapat diterima dan diterapkan oleh para anggota dan pengurus KUBA SAYURAN. Beberapa faktor yang mempengaruhi kecepatan proses penerimaan innovasi adalah : 1) sifat innovasi, 2) saluran komunikasi yang digunakan, 3) keadaan masyarakat (KUBA SAYURAN) yang akan menerima innovasi, 4) peran penyuluh, 5) jenis pengambilan keputusan. Teknologi innovasi yang akan di innovasikan kepada KUBA SAYURAN hendaklah mempertimbangkan persyaratan yaitu dari segi teknis, sosial dan ekonomi. Segi teknis bahwa teknologi mudah dilaksanakan oleh penerima; segi sosial, tidak bertentangan dengan kaidah-kaidah atau norma masyarakat yang ada dan segi ekonomi, memberi keuntungan.

Saluran komunikasi mempengaruhi cepat lambatnya teknologi itu sampai pada obyek dengan metoda komunikasi yang tepat maka pesan itu dengan mudah diterima. Metoda komunikasi yang tepat di daerah pedesaan adala face - to face atau kunjungan langsung ke obyeknya. Kondisi masyarakat di lingkungan KUBA SAYURAN mempunyai karakteristik tersendiri sehingga diperlukan metoda tertentu agar pesan (teknologi) itu mudah diterima. Dalam pada itu peranan penyuluh mutlak. Dengan penyuluh yang berkualitas maka akan lebih mudah meyakinkan pesan yang diberikan kepada obyeknya.

8

Page 10: Model Pengembangahn Kawasan Agribisnis Cabe

Penyuluh sebagai pembina hendaklah memenuhi persyaratan : 1) menguasai ilmu pengetahuan (IPTEK), 2) pandai bergaul menghormati norma- norma yang ada, 3) mempunyai tekad dan idealisme yang tinggi untuk mensukseskan programnya. Penyuluh hendaknya dapat dengan cepat mampu menganalisis situasi dan dapat membaca problema yang dihadapi oleh obyek dan segera mengambil langkah-langkah untuk mengatasinya.

Pengambilan keputusan untuk menerima teknologi baru dilakukan oleh klien (petani) dengan cara individual atau berkelompok atau berdasarkan instruksi dari pejabat yang berwenang; bahkan oleh pemimpin non formal. Oleh karena itu perlu dipertimbangkan saluran mana yang lebih efektif agar teknologi itu dapat segera diterima oleh klien (petani).

6.1. KEGIATAN A

6.1.1. Judul Kegiatan: Studi Minat Berwira-usaha di Kalangan Mahasiswa /alumni dan Kendala yang Dihadapi Masyarakat Petani Hortikultura dalam Mengembangkan Wira-Usahanya.

Selama ini, sistem pendidikan tinggi telah dipaksa untuk senantiasa secara dinamik merespon perkembangan IPTEK secara global dan mengantisipasi dinamika pasar kerja dan pasar usaha secara memadai, hal ini karena beberapa alasan :(1). Etos yang tumbuh di masyarakat selama ini adalah bahwa pendidikan tinggi adalah

sarana memasuki pasar kerja/pasar usaha. Padahal, dalam realitas, pasar kerja berkembang di luar lingkungan perguruan tinggi. Apabila pendidikan tinggi ternyata tidak relevan dengan kebutuhan pasar dan tidak dinamis dalam mengikuti perkembangan pasar kerja, lambat laun perguruan tinggi akan kehilangan perannya dalam memberdayakan masyarakat dalam pembangunan nasional dan terlebih lagi dalam komunitas global.

(2). Pemerintah, masyarakat, dunia usaha, dan industri; karena efektivitas, efisiensi, dan kebutuhannya yang spesifik, telah mulai mengembangkan sendiri kelembagaan penelitian dan pengembangan di lingkungannya, sehingga Iptek mulai dihasilkan, dikembangkan, serta disahihkan di luar perguruan tinggi. Dengan demikian perguruan tinggi telah kehilangan sebagian peran yang secara tradisional dan monopolistik dimilikinya melalui Tridharma Perguruan Tinggi yaitu : menghasilkan sumberdaya manusia yang terdidik dan terlatih, ilmu pengetahuan dan teknologi baru, serta jasa pembangunan.

(3). Laju perkembangan IPKTEK yang sangat pesat telah mendorong pendidikan tinggi untuk mengubah paradigma pendidikannya dari “ belajar sesuatu” menjadi “selalu belajar “ dan dari “ mengajarkan ilmu pengetahuan “ menjadi “ mengajarkan cara belajar “, baik melalui sistem klasik maupun dengan sistem “observasi/ partisipasi langsung dengan dunia nyata”.

(4). Ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan sumberdaya dan sumber gerak utama dalam perkembangan dan kemajuan perekonomian suatu bangsa. Sementara itu, ekonomi, yang mengacu pada perangkat tata nilai tertentu, selalu merupakan tolok ukur dasar untuk menilai perkembangan suatu masyarakat. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa ilmu pengetahuan dan teknologi, dan sistem nilai merupakan unsur penentu dalam setiap upaya pengembangan masyarakat dan bangsa.

9

Page 11: Model Pengembangahn Kawasan Agribisnis Cabe

(5). Masuknya masyarakat dan bangsa dalam percaturan komunitas global jelas tak mungkin dihindari. Selain arus barang, jasa, serta juga tenaga ahli akan melintas batas negara tanpa hambatan, globalisasi komunikasi dan informasi akan mengubah tatanan sosio-kultural suatu bangsa. Perubahan-perubahan mendasar akan terjadi dari nation society menjadi world society, dari kultural monolitik kearah cross-cultural. Peran pendidikan tinggi dalam menjembatani peralihan mendasar ini perlu disusun dalam format baru agar tak terjadi cultural shock serta disintegrasi ikatan budaya bangsa dan agar jati diri bangsa tetap terjamin dalam kehidupan antar bangsa.

6.1.2. Tujuan Khusus1. Mengetahui persepsi, minat dan tanggapan/respon mahasiswa dan Dosen terhadap

pengembangan program pembelajaran kewira-usahaan2. Mengetahui kendala-kendala yang dirasakan oleh mahasiswa dan dosen dalam

mengaktualisasikan minat wira-usahanya3. Mengetahui opini, saran/pendapat dari kalangan mahasiswa dan dosen, serta

suasta (ASPERTI) terhadap upaya epemberdayaan wira-usaha agribisnis hortikultura di wilayah Malang

4. Mengetahui minat dan kendala yang dihadapi oleh petani dan/atau kelompok tani hortikultura di wilayah Malang dalam mengembangkan usahanya

5. Menganalisis sejauh mana kendala teknologi inovatif dan permodalan membatasi usaha agribisnis hortiluktura.

6.1.3. Metode dan Pendekatan

A. Permasalahan yang Dihadapi Perguruan Tinggi

1. Bagaimana perguruan tinggi meng-up-date perannya agar pendidikan tinggi tetap relevan terhadap perubahan serta kecenderungan-2 baru yang berkembang diluar dirinya, terutama perkembangan dunia wira-usaha? Bagaimana peran itu ditransformasikan kedalam kurikulum sebagai core pendidikan sedemikian rupa agar kurikulum itu menjadi lentur dan dinamis mengikuti kecenderungan yang senantiasa berubah itu ?

2. Bagaimana Program pendidikan kewira-usahaan harus dikembangkan untuk mendukung implementasi konsep kurikulum yang didasarkan pada paradigma pendidikan : “ Learning how to learn “ , “ Memberikan kail dan bukan ikannya ? “.

3. Hal-hal apa yang dapat dipandang sebagai acuan dalam menciptakan suasana yang kondusif bagi proses pembelajaran Kewira-usahaan? Bagaimana “ benchmarking “ dapat dilakukan untuk itu ?

4. Hal-hal apa yang dapat dituangkan dalam konsep pendidikan kewira-usahaan agar relevan terhadap perkembangan iptek dan pasar kerja ?

5. Bagaimana konsep pengembangan kurikulum yang mengisyaratkan upaya memelihara dan mengembangkan Iman dan Takwa dalam dinamika perkembangan Iptek mutakhir, terutama kewira-usahaan?

B. Permasalahan Petani Hortikultura di wilayah pedesaan Malang

10

Page 12: Model Pengembangahn Kawasan Agribisnis Cabe

Beberapa hal yang diperkirakan menjadi permasalahan yang dihadapi oleh petani sayuran di Wilayah pedesaan Malang adalah:(1). Permasalahan rendahnya Kapabilitas dan Ketersediaan Sumber daya Alam bagi

proses produksi primer. Rendahnya kapabilitas sumberdaya lahan megakibatkan tingginya biaya produksi yang harus dikeluarkan oleh petani produsen, akibat selanjutnya ialah proses produksi kurang efisien dan harga jual produk yang relatif tinggi. Hal ini diperburuk oleh semakin mahalnya harga-harga sarana produksi (bibit, pupuk, dan pestisida) seiring dengan berlangsungnya krisis ekonomi dan melemahnya nilai tukar rupiah.

(2). Keterbatasan penguasaan faktor produksi pertanian, khususnya lahan usaha dan sarana produksi. Sejumlah besar rumah tangga petani tidak memiliki lahan garapan (sawah) atau hanya menguasai lahan sangat sempit (kurang dari 0,05ha). Hal ini diperkirakan juga berpengaruh terhadap minat petani untuk berwira-usaha.

(3). Surplus tenagakerja pedesaan dengan ketrampilan teknis dan manajemen yang terbatas, karena terbatasnya kesempatan untuk berlatih (bukan keterbatasan pendidikan). Sebagai dampak krisis ekonomi yang berkepanjangan, sebagian besar tenagakerja (penduduk usia produktif) sedang menganggur.

(4). Keterbatasan alternatif pilihan teknologi budidaya untuk komoditi sayuran yang ekonomis, teknologi pasca panen dan pengolahan hasil, serta teknologi non pertanian. Kelompok petani kecil di desa tidak mempunyai akses yang memadai untuk menentukan alternatif usaha tanaman dan agro-teknologinya, sehingga produktivitas marginalnya sangat rendah. Perkembangan lapangan kerja off-farm juga belum didukung oleh teknologi tepat guna yang memadai, atau masih bersifat kecil-kecilan dan sederhana sekali.

(5). Keterbatasan informasi teknologi inovatif, pembinaan, fasilitas permodalan, proteksi usaha dan kesempatan (opportunity), suatu lingkaran yang lazim dalam bisnis modern. Hampir dalam setiap kegiatannya mereka harus melakukan secara swakarsa dan bersedia untuk harus puas dengan apa yang menjadi miliknya saja, tanpa keinginan untuk lebih dari apa yang mungkin. Sementara itu faktor produksi unggulan tersebut dikuasai oleh sektor perkotaan industrial, terutama dalam wujud informasi, teknologi dan fasilitas permodalan.

(6). Nilai tukar perdagangan (term of trade) barang produk pedesaan lebih rendah terhadap barang produk perkotaan atau sektor modern. Hal ini mengakibatkan warga desa kurang memperoleh surplus yang berarti, hampir dalam semua lapangan pekerjaan yang dilakukan, sehingga tidak memungkinkan melakukan akumulasi kapital. Hal ini dapat dilihat dari rendahnya nilai tukar petani.

(7). Terbatasnya volume uang yang beredar di pedesaan, hal ini merupakan dampak dari produktivitas marjinal yang sangat rendah atau nol dan keterbatasan fasilitas kredit resmi yang masuk ke desa. Sebagian besar penduduk di pedesaan jika memerlukan kredit untuk tambahan modal akan mencari pada saluran kredit atau lembaga keuangan non- formal.

(8). Belum berfungsinya kelembagaan swadaya masyarakat di pedesaan yang mampu menampung prakarsa, peran-serta dan swadaya masyarakat untuk mengentas diri sendiri. Kelembagaan yang ada masih kurang fungsional dan/atau tingkat swadaya rendah.

(9). Rendahnya tingkat kesejahteraan rumah tangga petani yang pada kenyataannya sangat berhubungan erat dengan (a). Masalah pendapatan yang diperoleh, (b). Masalah Gizi dan pangan, (c). Masalah kesehatan, (d). Masalah kematian, (e). Masalah lingkungan pemukiman, (f). Masalah Pendidikan, (g). Masalah

11

Page 13: Model Pengembangahn Kawasan Agribisnis Cabe

penguasaan IPTEK/Ketrampilan, (h). Masalah pemilikan lahan, (i). Masalah Kesempatan kerja, dan (j). Masalah prasarana/sarana kebutuhan dasar.

C. Konsep Relevansi Pendidikan

Salah satu isu strategis dalam pengembangan pendidikan tinggi adalah perlunya peningkatan relevansi pendidikan tinggi. Produk pendidikan tinggi, baik lulusan maupun ilmu pengetahuan dan teknologi yang dihasilkannya, saat ini dipandang belum seluruhnya mampu berperan dalam memenuhi kebutuhan pasar dalam arti yang luas.

Employability lulusan perguruan tinggi masih cukup rendah dalam arti lulusan tak terserap pasar ( unemployment ) yang berakibat pada pengangguran intelektual. Namun apabila terserap oleh pasar tak selalu berkorelasi dengan kompetensi akademik yang diperoleh lulusan dari pendidikannya ( misemployment ). Hal ini akan berdampak pada munculnya bentuk pengangguran terselubung ( disguised unemployment ). Lulusan yang berhasil terserap pasarpun ternyata tidak banyak berada dalam posisi middle atau top management di tengah komunitas dalam artian luas.

C.1. Beberapa Batasan Relevansi Pendidikan TinggiRelevansi Pendidikan Tinggi adalah keterkaitan pendidikan tinggi dalam

memainkan perannya ( pendidikan, penelitian, dan pelayanan ) di masyarakat, serta juga keterkaitannya dengan dunia kerja /dunia usaha, keterkaitannya dengan pemerintah dan interkasi dengan berbagai jenjang dan jenis pendidikan lainnya.

Untuk menjaga Relevansi Pendidikan Tinggi perlu dikembangkan suatu University Networking yang akan saling berinteraksi, yakni dengan

* pemerintah* dunia usaha dan industri /suasta* kepentingan setiap orang/ masyarakat* mahasiswa dan dosen

Masalah Relevansi setiapkali akan mencuat manakala terjadi suatu perubahan dari suatu situasi ke situasi lain yang berbeda atau berubah dengan cepat, atau apabila kekuatan-kekuatan dalam masyarakat saling tarik-menarik. Kondisi sedemikian pada saat ini telah terjadi dengan adanya revolusi teknologi informasi dan komunikasi yang telah mengubah dunia menjadi suatu global society dengan segala dampak dan kebutuhannya. Dalam keadaan demikian pendidikan tinggi harus mampu memainkan peran mendasar dengan menempatkan seluruh resources yang dimilikinya serta semangat kebebasan dari keterikatan tertentu dalam melayani apa yang relevan dengan humanitas dan masyarakat pada umumnya.

C.2. Parameter Umum Relevansi Pendidikan

(1). Relevansi dengan Pemerintah

Meningkatkan relevansi di bidang ini berarti melakukan networking dengan pemerintah:

a. Peranan Pemerintah terutama adalah menetapkan kebijaksanaan umum seluruh sektor pembangunan ( Pemerintah Pusat maupun Daerah ). Salah satu peran perguruan tinggi untuk ini adalah menyampaikan informasi baik

12

Page 14: Model Pengembangahn Kawasan Agribisnis Cabe

hasil penelitian maupun kajian akademis yang berkaitan dengan pembangunan. Dengan demikian kebijaksanaan yang akan disusun pemerintah dilandasi oleh hasil penelitian dan kajian perguruan tinggi.

b. Perguruan tinggi melakukan analisis, evaluasi dan antisipasi berdasarkan kriteria kebenaran dan keadilan terhadap isu-isu dalam masyarakat terhadap implementasi kebijakan pemerintah kepada masyarakat.

c. Perguruan tinggi melatih dan mencetak pemimpin masa depan. Sebagian daripadanya kelak akan menjadi pengambil keputusan dalam pemerintahan. Oleh karena itu kerjasama dan saling keterkaitan dengan pemerintah seyogyanya melalui suatu " explicit eductional contract " antara pemerintah ( Pusat/Daerah ) dengan dunia pendidikan tinggi yang merupakan kerjasasama yang mutual dan saling menguntungkan. Pemerintah menyandang dana pendidikan yang digunakan perguruan tinggi untuk menghasilkan calon pemimpin bagi pembangunan.

(2). Relevansi dengan Dunia Usaha/Industri

Globalisasi perekonomian dunia, peningkatan operasi perusahaan multinasional, serta dampaknya , modernisasi proses produksi barang dan jasa, seluruhnya menghajatkan “advanced technology”. Oleh karenanya, pendidikan tinggi harus senantiasa menyusun kurikulumnya guna menjalin kerjasama dengan dunia usaha dan industri khususnya dalam “lifelong training and education”. Dengan demikian kurikulum pendidikan tinggi harus mengarah pada prinsip belajar sepanjang hayat.

Salah satu hasil penting dari kontak dunia pendidikan tinggi dan dunia usaha/industri adalah terbangunnya “entrepreneural spirit” dalam pendidikan tinggi, termasuk didalamnya pengajaran efisiensi, efektivitas, serta perasaan berkompetisi dan kebutuhan "skills" dalam berkompetisi bagi peserta didik. Sebaliknya pendidikan tinggi berkontribusi bagi dunia usaha/industri dalam hal pemanfaatan hasil risetnya serta dampak multiplier dari hasil riset itu bagi universalitas pengembangan dunia yang lebih harmonis.

Dunia usaha telah terbiasa beradaptasi terhadap setiap perubahan pasar. Dunia pendidikan tinggi seyogyanya juga mempunyai kepekaan semacam itu secara memadai. Karenanya dibutuhkan kerjasama agar perguruan tinggi dapat mengadaptasinya tanpa kehilangan identitas khusus serta prioritas-prioritas lainnya dalam mengantisipasi kebutuhan jangka panjang masyarakat.

Salah satu kendala utama pengembangan kurikulum yang lazim dihadapi adalah bagaimana mendinamisasikannya menjadi kurikulum yang lentur. Umumnya para pengembang kurikulum terlampau sering menambahkan pengetahuan / materi ajar baru dalam kurikulumnya. Sementara pengetahuan itu sendiri maju dan berkembang amat cepat sehingga materi itu akan ketinggalan zaman. Pengetahuan kimia misalnya berkembang dua kali lipat dalam waktu kurang dari enam tahun, teknologi informatika berkembang dua kali lipat hanya dalam lima bulan. Maka penekanan pendidikan harus digantikan dari " transmission of knowledge " menjadi " process for generating knowledge ". Paradigma ini kemudian disebut " Teaching How to Learn “.

Pendidikan tinggi harus proaktif terhadap perkembangan pasar kerja dengan menganalisis, memprakirakan, dan menyiapkan timbulnya bentuk dan lapangan kerja baru. Untuk itu Kerjasama Riset dengan dunia usaha dan industri diperlukan.

Kerjasama dengan dunia usaha baik usaha besar maupun kecil dibutuhkan dan diarahkan untuk memberikan pelatihan dasar bagi mahasiswa dan Pelatihan

13

Page 15: Model Pengembangahn Kawasan Agribisnis Cabe

Berkelanjutan karyawan yang meneruskan pendidikannya. Perlu pula Kerjasama dalam penyelenggaraan Training Courses, "cost sharing" untuk beberapa jenis pelatihan, "link-work and training", penggunaan bersama yang saling menguntungkan baik dalam hal sumberdaya manusia maupun fasilitas, serta transfer teknologi pertu dikembangkan dalam kerangka kerjasama itu.

Untuk menyiapkan lulusan memasuki pasar kerja , pendidikan tinggi harus mampu mengembangkan “Business Incubator Enterprises " dengan dukungan pemerintah, komunitas setempat, dan sektor produktif yang ada.

(3). Relevansi bagi siapa saja/ Masyarakat

1. Deklarasi Jomtien pada 1990 menyatakan harapan " Education for all by 2000”. Harapan ini ternyata sulit menjadi kenyataan antara lain karena pendidikan adalah sesuatu yang mahal. Maka relevansi pendidikan tinggi dikaitkan pula dengan upaya "Pemerataan dan perluasan kesempatan belajar". Oleh karena itu, kondisi ekonomis masyarakat patut menjadi pertimbangan untuk memberi peluang kesempatan memperoleh pendidikan tinggi.

2. Perluasan kesempatan belajar juga dilakukan bagi setiap orang yang telah bekerja akan tetapi berminat mengikuti pendidikan tinggi. Untuk hal yang sama berlaku pula bagi mahasiswa yang pernah drop-out.

3. Pemerataan kesempatan belajar serta pemenuhan kebutuhan untuk belajar sepanjang hayat mengharuskan perguruan tinggi perlu melakukan diversifikasi program dan sistem pendidikan untuk memberi kesempatan yang lebih luas bagi siapa saja untuk memperoleh keterampilan tingkat tinggi, pelatihan, pengetahuan dan informasi yang kesemuanya merupakan bagian dari prasyarat yang dibutuhkan untuk memasuki lapangan kerja.

4. Kemajuan Teknologi Informasi telah pula membuka peluang belajar dimana saja, di dalam maupun di luar kampus, di laboratorium, di perpustakaan atau di lapangan, kapan saja, per individu atau dalam kelompok. Pengertian dimana saja dan kapan saja juga melahirkan " Paradigma Life-long Education ". Siapapun pada saatnya sambil atau setelah bekerja sekian lama berkeinginan kembali belajar dan memperoleh peluang menjadi bagian masyarakat akademik lagi. Dampaknya pada dunia pendidikan tinggi adalah diperlukannya kesiapan pendidikan tinggi memfasilitasi kebutuhan itu.

(4). Relevansi dengan Mahasiswa dan Dosen

1. Relevansi dengan mahasiswa diartikan sebagai pendekatan lain dari sekedar memandang mahasiswa sebagai subjek yang belajar melainkan sebagai manusia seutuhnya. Karena itu suatu "Academic Atmosphere Environment " sangat dibutuhkan. Dalam lingkungan pendidikan dimana dosen sering tidak respek terhadap komitmennya ( sering tidak hadir, menunda kuliah, dsb ) tak akan mendidik pembentukan tanggungjawab. Lingkungan yang mendorong kompetisi tak sehat tidak akan mendidik solidaritas. Karena itu, pendidikan tinggi harus dirancang dan dikelola sebagai "ruang pendidikan" dan bukan "tempat untuk pengajaran "

14

Page 16: Model Pengembangahn Kawasan Agribisnis Cabe

2. Relevansi dengan dosen diartikan sebagai pemenuhan kebutuhan dosen itu sendiri, seperti sistem insentif dan sistem penghargaan dan promosi, kebutuhan untuk memajukan pengetahuan diri sendiri (seperti belajar pada pusat unggulan, kehadiran pada pertemuan ilmiah internasional, networking, akses ke teknologi informasi, dsb) serta kesempatan evaluasi diri selain dievaluasi institusi.

(5). Relevansi Pendidikan dan Profil Lulusan

Dengan relevansi pendidikan seperti dirangkum diatas, lulusan pendidikan diharapkan akan memiliki karakteristik sebagai berikut :

1. Memiliki kemampuan wira-usaha yang adaptif terhadap perubahan-perubahan sosial. Karakteristik ini diperoleh melalui pendidikan yang:* Menerapkan pengintegrasian materi ilmu sosial dalam aspek materi

pendidikannya.* Proses belajar aktif dan berfikir kreatif, serta mandiri yang memberikan

kemampuan mencari, membangun hipotesis, menganalisis dan mensistesis implementasi teoretis dalam kegiatan praktis di lapangan berinteraksi dengan usaha masyarakat secara langsung.

2. Kemampuan membentuk masyarakat produktif melalui kerjasama dengan anggota masyarakat lainnya sambil tetap mempertahankan kebebasan kehidupan individual dalam masyarakat. Kemampuan ini diperoleh antara lain: a. melalui proses belajar " off campus " dalam berbagai komunitas. b. melalui pembentukan kebiasaan belajar berkelompok c. melalui proses belajar mengajar yang berorientasi pada masalah yang

dihadapi oleh masyarakat (Problem Based Approach)4. Memiliki daya saing yang tinggi. Kemampuan ini bercirikan :

* Memiliki visi yang jelas dan karakter yang kuat* Memiliki entrepreneural spirit yang tinggi* Memiliki originalitas dan kreativitas* Memiliki kemampuan mengidentifikasi dan memecahkan masalah* Mampu beradaptasi terhadap perubahan global* Memiliki kemampuan memimpin* Memiliki tanggungjawab yang tinggi dalam komunitasnya* Memiliki kemampuan berkomunikasi secara simultan (karena

pemaharnannya dalam ilmu pengetahuan, budaya/bahasa, dan politik)

(6). Relevansi Pendidikan dan Profil Perguruan Tinggi

Untuk memiliki tingkat relevansi pendidikan serta karakteristik lulusan seperti diatas, maka perguruan tinggi hendaknya:

1. Mampu mempersiapkan lulusan yang mudah masuk ke pasar kerja (Employability). Untuk ini pendidikan tambahan diperlukan antara lain:* Entrepreneurship (kewira-usahaan)* Penguasaan teknologi informasi/ komputasi* Kompetensi khusus di bidangnya ( profesionalisme keilmuan)

2. Pendidikan berbasis " Job Career Approach "Meningkatkan University Networking dengan masyarakat sekitarnya dengan mengadakan " Explicit Educational Contract " untuk maksud pengembangan pendidikan:

15

Page 17: Model Pengembangahn Kawasan Agribisnis Cabe

a. mendapatkan masukan dari komunitas di luar kampus untuk memperoleh real needs bagi peserta didiknya.

b. mendapatkan lahan pelatihan aplikatif bagi peserta didik yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat, pemerintah, dunia usaha dan industri secara timbal balik mengaplikasikan teori yang diperolehnya bagi masyarakat, pemerintah, dan dunia usaha/industri mendapatkan kesempatan untuk mengkaji (menganalisis, mensisntesis, dan mengevaluasi) isu-isu dalam masyarakat, pemerintah, dunia usaha dan industri.

c. mendapatkan bantuan dana dan/atau fasilitas dari masyarakat untuk pengembangan pendidikannya.

3. Bekerjasama dengan masyarakat, pemerintah, dunia usaha/industri maupun antar perguruan tinggi dalam mengaplikasikan hasil riset untuk masyarakat dan sebaliknya mendapat lahan riset bagi peserta didik; memberikan layanan kepada masyarakat, pemerintah, dunia usaha dan industri.

4. Sharing facilities and resources dengan masyarakat, pemerintah, dunia usaha dan industri.

5. Meningkatkan kepekaan dalam upaya pemerataan dan perluasan kesempatan belajar bagi :a. masyarakat yang kurang mampu b. masyarakat bekerja yang membutuhkan pendidikan c. masyarakat tak terjangkau pendidikan. d. untuk lifelong education

6. Terakhir dan amat penting adalah menegakkan 4 pilar pendidikan: a. Learning to Know, dengan mengkombinasikan ilmu pengetahuan yang

umum dan cukup dengan aplikasi lebih dalam pada substansi yang lebih kecil/spesifik. Ini juga berarti Learning to Learn, atau Specialization

b. Learning to Do , belajar tidak saja untuk mendapatkan skill bekerja, tetapi juga, kompetensi menghadapi berbagai situasi yang berubah, dan bekerja dalam team

c. Learning to Live Together, dengan mengembangkan saling pengertian dan menghargai kebebasan individual.

d. Learning to Be, dengan mengembangkan kepribadian diri, kemandirian, evaluasi diri, dan tanggung jawab diri.

D. Metode Pengumpulan Data/Informasi

Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode survei yang melibatkan sejumlah sampel mahasiswa, dosen, petani / kontak tani dan suasta yang tergabung dalam ASPERTI Jawa Timur.

Wawancara langsung dilakukan oleh enumerator yang terlatih dan menggunakan daftar isian terstruktur yang disusun berdasarkan konsep yang diuraikan di atas.

E. Sampel Penelitian1. Sampel Mahasiswa S1 Unibraw, yaitu seluruh mahasiswa di Program Studi

Hortikultura dan PS Aghribisnis Fakultas Pertanian (sekitar 200 orang) , dan mahasiswa Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi (sekitar 50 orang).

2. Sampel Dosen, yaitu dosen-dosen di PS Hortikultura dan PS Manajemen yang mengajar mata-kuliah yang ada kaitannya dengna kerwira-usahaan, sekitar 20 orang.

16

Page 18: Model Pengembangahn Kawasan Agribisnis Cabe

3. Sampel Petani/Kontak tani hortikultura di wilayah Kecamatan Bumiaji, Dau, Wajak, Tumpang dan Poncokusumo, sebanyak 50 orang yang dipilih secara sengaja.

4. Sampel anggota ASPERTI sebanyak 20 orang dari berbagai profesi, ditetapkan secara sengaja.

6.2. KEGIATAN B

6.2.1. Judul Kegiatan: Penyusunan Panduan Paket Sistem DIKLAT Singkat Profesional Wira-Usaha Hortikultura Sayuran

Latar Belakang

Kerangka acuan kegiatan-kegiatan pengembangan budaya kewirausahaan dari Dirjen Dikti diawali dengan kegiatan Kuliah Kewirausahaan ( KWU ). Pada tahun anggaran 1999/2000 Ditjen Dikti telah mencanangkan Program percepatan entrepreneur bagi dosen dan mahasiswa yang akan lulus. Kegiatan -kegiatan Hibah tim IBA ( Integrasi Bahan Ajar ) entrepreneurship juga diarahkan untuk dapat diintergrasikan dengan hasil penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, serta melibatkan mahasiswa, dosen dan masyarakat sekitar kampus..

Bertumpu dari hal-hal di atas, serta sesuai dengan program payung ini, maka dipandang perlu melakukan kegiatan Perancangan Sistem Pembelajaran dan Modul-modul Bahan Ajar Kewirausahaan (dengan Komoditas unggulan sayuran Cabe besar).

6.2.2. Tujuan Khusus

Tujuan:1. Merancang dan Menyiapkan Sistem pembelajaran dan bahan ajar kewirausahaan

dalam bentuk:a. Kurikulumb. Silabusc. GBPPd. SAPe. Hand-Out ( Diktat, Buku )

2. Sistematik modul-modul : a. Pokok bahasanb. Sub pokok bahasanc. Tujuan intruksionald. Petunjuk cara mempelajari pokok bahasan dan sub pokok bahasane. Buku acuan yang disarankan f. Uraian dan contoh

17

Page 19: Model Pengembangahn Kawasan Agribisnis Cabe

g. Teori /konseph. Contoh/aplikasii. Ringkasanj. Tugas dan latihank. Daftar istilahl. Soal-soal latihanm. Kunci jawaban soal-soal latihan

3. Merancang dan mempersiapkan Program Penyegaran /orientasi bagi para instruktur ( dosen ) kewirausahaan yang handal dan mampu bertindak sebagai “interface” pada setiap bidang ilmu (Fakultas) di lingkungan Universitas.

Sasaran Kegiatan1. Mendorong terwujudnya atmosfer akademik yang kondusif bagi pengembangan

kewirausahaan yang handal.2. Mendorong terjalinnya kemitraan dan networking yang lebih tangguh antara sivitas

akademika, masyarakat hortikultura dan lembaga/instansi terkait termasuk suasta/pedagang sayuran

3. Mendorong pengembangan sikap dan jiwa kewirausahaan bagi masyarakat petani hortikultura Cabe-besar.

6.2.3. Metode dan Pendekatan

a. Rangkaian kegiatan1. Diskusi antar anggota Tim penanggung-jawab dan tim penyusun modul bahan ajar

dengan tujuan untuk menyamakan persepsi dan gerak langkah dalam melaksanakan pekerjaan/tugas masing-masing

2. Pembuatan Draft Modul Bahan Ajar denan mengunakan refernsi yang relevan serta sistematika modul yang cocok untuk pendidikan profesional kewira-usahaan hortikultura

3. Pembahasan Draft Modul bahan ajar, melalui kegiatan semi-loka yang melibatkan Tim penyusun, dosen instruktur kewira-usahaan, mahasiswa, ASPERTI, Kantor Koperasi, BRI, dan Kontak Tani

4. Penyusunan Buku pedoman: Modul-modul Kewira-usahaan, dengan mengakomodasikan hasil-hasil pembahasan dalam semi-loka

5. Penyegaran/orientasi Dosen Instruktur, melibatkan sekitar 25 orang dosen.

6.3. KEGIATAN C

6.3.1. Judul Kegiatan: DIKLAT Singkat Profesional Wira-Usaha bagi Mahasiswa –Alumni dan Pemuda Desa

6.3.2. Tujuan Khusus

Program pendidikan dan pelatihan ini pada hakekatnya tujuannya secara keseluruhan adalah:

18

Page 20: Model Pengembangahn Kawasan Agribisnis Cabe

1. Mendukung gerakan nasional pemberdayaan KOPERASI PEDESAAN dan penguatan ekonomi rakyat, melalui penyiapan mahasiswa dan kelompok tani di pedesaan sebagai kader wirausahawan yang handal, khususnya komoditi hortikultura sayuran.

2. Memantapkan wawasan kebangsaan /Ketahanan Nasional serta pemantapan sikap-mental para peserta sebagai kader pembangunan yang mandiri dan berjiwa wirausahawan.

3. Menumbuhkan dan meningkatkan kualifikasi mahasiswa sebagai pengelola KOPERASI sebagai lembaga ekonomi rakyat yang mandiri dan mengakar di masyarakat.

4. Memberikan bekal tambahan mengenai pengetahuan umum tentang pembangunan koperasi pedesaan, permasalahan kemiskinan , teknologi tepatguna agroteknologi, dan pengetahuan lain yang terkait dengan kewira-usahaan dan manajemen agribisnis komoditi sayuran.

Setelah DIKLAT selesai diharapkan peserta sebagai Kader Pembangunan yang mandiri dan Wirausahawan Muda Pedesaan menguasai dan mempunyai kualifikasi khusus, yaitu:1. Sikap mental dan wawasan wira-usaha yang dapat diandalkan untuk mendukung

kiprahnya dalam kegiatan agribisnis di pedesaan, serta mempunyai kemampuan untuk beradaptasi dan berintegrasi dengan lingkungan masyarakat desa sekitarnya .

2. Menguasai dasar-dasar pengetahuan dan ketrampilan teknis tentang:2.1. Kewira-usahaan: Agribisnis komoditas unggulan cabe besar2.2. Pengalaman dalam aplikasi Manajemen usaha agri-bisnis di Pedesaan:

Agribisnis hortikultura sayuran, Koperasi, Kemitraan dalam usaha, dan kelembagaan keuangan,

2.3. Operasionalisasi sistem agribisnis hortikultura di desa: perencanaan, pelaksanaan dan tindak lanjut pengendalian usaha bisnis di pedesaan .

2.4. Kemampuan sebagai fasilitator, komunikator dan dinamisator bagi kelompok masyarakat pedesaan di sekitarnya .

6.3.3. Metode dan Pendekatan

A. RUANG LINGKUP Ruang lingkup kegiatan pendidikan dan pelatihan ini meliputi:

1. Recruitment dan seleksi awal oleh Tim Pelaksana.2. Seleksi calon peserta pendidikan dan pelatihan 3. Pelaksanaan pelatihan selama 15 hari yang melibatkan sebanyak 30 orang terdiri

atas 15 orang mahasiswa PS Hortikultura, 15 orang mahasiswa PS agribisnis, dan 10 orang petani ketua KUBA sebagai calon Kader Pembangunan dan Wirausahawan di Pedesaan.

B. PESERTA DIKLATPeserta pelatihan adalah mahasiswa Unibraw dan ketua KUBA dari pedesaan

yang bersedia menjadi Kader Pembangunan yang mandiri dan Wirausahawan Muda. Mereka ini dipersiapkan menjadi pelopor masyarakat desa dalam mengembangkan usaha ekonomi desa, dan sekaligus sebagai mitra kerja yang memandu kelompok

19

Page 21: Model Pengembangahn Kawasan Agribisnis Cabe

masyarakat pedesaan yang menyatukan diri dalam kelompok usaha bersama Agribisnis (KUBA). Pemilihan dan penunjukkan dikoordinasikan dengan pemerintah daerah setempat.

Program pelatihan melibatkan sekitar 40 orang peserta, terbagi terbagi menjadi lima kelompok (setiap kelompok 8 orang, 6 orang mahasiswa + 2 orang petani KUBA).

C. METODE

a. Pendekatan DIKLAT1. Para calon Kader Pembangunan dan Wirausahawan Muda Pedesaan yang akan

berkiprah di wilayah pedesaan , disiapkan secara khusus dengan pembekalan teknis dan non-teknis mengenai sistem dan mekanisme pembangunan masyarakat desa, profil masyarakat miskin dan masalah-masalah kemiskinan di pedesaan, strategi pengembangan sumberdaya manusia dan usaha agribisnis, serta kewira-swastaan. Penyiapan aspek mental-spiritual dilakukan secara khusus untuk lebih memupuk dan memantapkan sikap mental yang idealistik, dedikatif, dan transparansi; serta berwawasan kebangsaan yang handal.

2. Para peserta DIKLAT ini berfungsi sebagai pioneer yang membantu masyarakat desa dalam rangka mengidentifikasi potensi usaha-usaha ekonomi desa dan sekaligus mengembangkannya.

3. Para peserta DIKLAT ini juga diharapkan mampu membina kelompok-kelompok masyarakat desa , terutama dalam upaya mengembangkan usaha-usaha produktifnya dengan identifikasi Produk Unggulan Desa berbasis agribisnis pekarangan - lebah madu.

b. Metode Pelaksanaan

Metode KWU bagi mahasiswa sebagai Calon Wirausahawan Muda ini pada hakekatnya merupakan proses belajar yang partisipatif dengan menggunakan metode belajar: Ceramah; Curah pendapat (diskusi); Tanya jawab; Diskusi kelas dan kelompok; Diskusi pleno; Penugasan perorangan; Penugasan kelompok; Bermain peran (Simulasi); Demonstrasi atau peragaan; Studi kasus.

Penggunaan metode-metode di atas sifatnya luwes, disesuaikan dengan dinamika proses belajar yang terjadi di dalam kelas dan kelompok.

6.3. MATERI DAN PROSES DIKLAT

A. Materi Materi pelatihan dikelompokkan menjadi empat program (rinciannya terlampir),

yaitu(1). Program 1. Program Pembekalan dan Pemantapan sikap mental, wawasan dan

pengetahuan praktis Kewira-usahaan1. Pengantar Kewira-usahaan

- Orientasi umum organisasi dan kewirausahaan - Komunikasi bisnis - Membangun cooperate culture- Teknik negosiasi

20

Page 22: Model Pengembangahn Kawasan Agribisnis Cabe

2. Perilaku Wirausaha dan Rambu-rambu wirausaha3. Achievement motivation ; Organisasi dan manajemen

(2). Program 2. Program Pembekalan Pengetahuan dan Ketrampilan Teknis dalam lingkup Manajemen Agribisnis:1. Usahatani Hortikultura2. Penanganan Pascapanen produk sayuran3. Pembentukan dan pembinaan kelembagaan KUBA4. Agroteknologi Hortikultura Sayuran5. Pengelolaan Sumberdaya Tanah dan Air Berwawasan Lingkungan6. Manajemen Pemasaran Hasil Hortikultura Sayuran

(3). Program 3. Program Pembekalan Dasar Ketrampilan Wirausaha , mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian/pemantauan, serta evaluasi usaha agribisnis sayuran. 1. Administrasi praktis dan pembukuan ; Wawasan perdagangan antar pulau

dan export/import2. Teknik manajemen kelayakan/ Penyusunan Studi Kelayakan ; Operasi

bisnis: Agribisnis Hortikultura Sayuran3. Teknik membuat kontrak kerja bisnis

(4). Program 4. Program simulasi dan kunjungan lapangan dalam usaha-usaha agribisnis sayuran di sekitar Wilayah Malang.

B. Proses PelatihanMengingat peserta pelatihan adalah orang-orang yang telah dewasa maka

proses dan pendekatan yang tepat adalah menggunakan azas yang partisipatif. Kegiatan belajar yang berdasarkan pendekatan ini menempatkan peserta yang telah memiliki bekal pengetahuan, pengalaman, ketrampilan sebagai subyek, serta cenderung berorientasi pada kebutuhan-kebutuhan teknis dan non-teknis. Pengetahuan, pengalaman, dan ketrampilan yang telah dimiliki peserta merupakan potensi yang harus digali dan dikembangkan untuk dapat saling tukar pengalaman dan pengkayaan satu dengan yang lain. Prinsip-prinsip dalam proses pelatihan ini adalah :1. Memperhatikan dan menghargai pengalaman dan pengetahuan yang telah dimiliki

oleh peserta.2. Memusatkan perhatian pada penemuan dan pemecahan permasalahan secara

bersama.3. Mengutamakan keikutsertaan peserta secara aktif dan merata.4. Pelatih bertindak sebagai fasilitator yang turut melibatkan diri di dalam proses

belajar.5. Mengutamakan kegiatan peningkatan penghayatan dan pengalaman dari para

peserta pelatihan.6. Dalam hal-hal tertentu peserta dapat dijadikan narasumber bagi pemecahan

masalah.

D. Media BelajarAlat bantu belajar dan sarana yang dapat digunakan antara lain adalah:

21

Page 23: Model Pengembangahn Kawasan Agribisnis Cabe

1. Media belajar: Makalah, Transparan, Lembar bacaan, lembar tugas, Lembar kasus, Daftar isian, dan Poster

2. Sarana Belajar: Pengeras suara; OHP, slide projector, Papan tulis, Spidol, Kertas dinding, dan lain-lain

E. Pengorganisasian Pelatihan a. Panitia PenyelenggaraPanitia penyelenggara adalah tim ahli dari Unibraw bekerjasama dengan

beberapa instansi terkait yang ada di wilayah Malang dan sekitarnya. .

b. Tim FasilitatorTim fasilitator terdiri dari para pakar yang dipilih sesuai dengan bidang ilmu

yang diperlukan, dan instansi pemerintah /suasta lain yang terkait.

F. Waktu dan Tempat 1. Waktu pelatihanPelatihan ini dilaksanakan sesuai jadwal waktu yang telah ditentukan, secara

keseluruhan memerlukan waktu 35 hari. Jadwal harian disusun sedemikian rupa dalam rangka untuk mengembangkan sikap kedisiplinan, ketekunan, ketelitian, dan semangat pengabdian. Rincian jadwal secara keseluruhan disajikan dalam Lampiran .

2. Tempat PelatihanPelatihan diselenggarakan di tiga lokasi yang berbeda. Pelaksanaan Program-

1 Program-2 dan Program-3 berlokasi di Kampus Unibraw, Malang, dan Program-4 di wilayah sentra produksi sayuran di Dati II Kabupaten Malang. Pada setiap lokasi praktek lapangan akan ditempatkan satu kelompok (5 orang, empat orang mahasiswa dan satu orang dosen pendamping lapangan) yang tinggal di selama lima hari.

22

Page 24: Model Pengembangahn Kawasan Agribisnis Cabe

6.3.4. Jadwal Kegiatan

No Kegiatan Minggu ke:

1 2 3 4 5 6 7 81 Persiapan ***2 Pendaftaran dan

orientasi peserta***

3 Penyiapan materi bahan DIKLAT

***

4 Pelaksanaan DIKLAT *** *** ***5 Evaluasi ***6 Penyusunan Laporan ****7 Penggandaan laporan ***

Rekapitulasi Materi Pelatihan

NO. TANGGAL MO-DUL

MATERI Tempat/Lokasi

Persiapan/pendaftaran1 Hari ke 1 Pengantar Wira-usaha Kampus2 Hari ke 2 Perilaku Wirausaha dan Rambu-rambu

wirausahaKampus Unibraw

3 Hari ke 3 Achievement motivation ; Organisasi dan manajemen

Kampus Unibraw

4 Hari ke 4 Ketrampilan Wira-usaha:Administrasi praktis dan pembukuan Wawasan perdagangan antar pulau dan export/import

Kampus Unibraw

5. Hari ke 5 Teknik manajemen kelayakan/ Penyusunan Studi Kelayakan ; Operasi Agribisnis Sayuran

Kampus Unibraw

6. Hari ke 6 Teknik membuat kontrak kerja bisnis Kampus7 Hari ke 7 Ketrampilan Agribisnis Sayuran:

Usahatani HortikulturaKampus Unibraw

8. Hari ke 8 Pembentukan dan pembinaan kelembagaan KUBA

Kampus Unibraw

9. Hari ke 9 Agroteknologi dan Pascapanen Kampus10 Hari ke 10 Manajemen Pemasaran Hasil Sayuran Kampus11 Hari ke 11 Kunjungan Lapangan

23

Page 25: Model Pengembangahn Kawasan Agribisnis Cabe

6.4 . KEGIATAN D

6.4.1. Judul Kegiatan: Pemagangan Wira-usaha, Pemberdayaan KUBA dan Net-working

Dasar pemikiran perlunya “kegiatan pemagangan wira-usaha” sebagai alternatif bagi program Kuliah Kerja Nyata adalah karena perubahan fenomena kebijakan dan kondisi masyarakat pedesaan yang terkena dampak krisis ekonomi. Salah satu kondisi yang perlu dicermati pada saat ini adalah krisis ekonomi yang berkepanjangan berdampak snagat buruk terhadap masyarakat khalayak sasaran program KMW. Responsif dengan kondisi tersebut, Pemerintah saat ini telah menentukan 3 (tiga) prioritas program yang harus ditangani baik di tingkat pusat maupun daerah yaitu (1) pembenahan dalam bidang ekonorni, (2) membantu masyarakat miskin yang terkena dampak krisis, dan (3) membantu para penganggur, termasuk para korban PHK. Respon inilah vang perlu ditindaklanjuti dengan program “kegiatan pemagangan wira-usaha” oleh mahasiswa yang bermitra dengan petani.

6.4.2. Tujuan Khusus

a. Tujuan Kegiatan1. Meningkatkan keberdayaan mahasiswa bersama dengan masyarakat pedesaan

dalam wira-usaha agribisnis komoditas sayuran2. Meningkatkan kepekaan dan kepedulian mahasiswa terhadap upaya pemberdayaan

masyarakat pedesaan melalui penerapan teknologi inovatif dalam usahatani komoditas sayuran, khususnya cabe-besar

3. Menciptakan lapangan usaha dan kesempatan kerja yang dapat diakses oleh angkatan kerja di pedesaan yang kehilangan pekerjaan akibat dampak krisis ekonomi.

4. Meningkatkan citra komoditas sayuran dataran tinggi (khususnya cabe besar) seba-gai salah satu komoditas unggulan wilayah.

b. Sasaran Kegiatan(1). Memberikan wawasan kepada para mahasiswa agar siap dan mampu berwira-

usaha dengan berbekal pengalaman bermitra mengembangkan usaha agribisnis di pedesaan.

(2). Membantu berkembangnya petani kecil mandiri di pedesaan berbasis pada tersedianya sumberdaya alam dan ketrampilan yang telah dimiliki khalayak sasaran.

(3). Membantu mewujudkan kemitraan antara Perguruan Tinggi dan masyarakat sekitarnya dalam mengembangkan usaha agribisnis rakyat secara melembaga.

6.4.3. Metode dan Pendekatan

A. PengertianKegiatan Magang Wira-usaha (KMW) adalah pengamalan llmu Pengetahuan, dan

Teknologi tepat guna oleh mahasiswa secara melembaga terhadap masyarakat di luar kampus dengan tujuan utama menumbuh-kembangkan usaha kecil di pedesaan dan sekaligus sebagai arena magang bagi mahasiswa.

24

Page 26: Model Pengembangahn Kawasan Agribisnis Cabe

B. Jenis Kegiatan(1). Menggali potensi dasar mengenai komoditas dominan, komoditas andalan dan

komoditas unggulan sayuran yang memungkinkan untuk dikembangkan di suatu desa. Dalam tahap ini akan dilakukan komparasi antara hasil penelitian dan kegiatan pengabdian yang telah dilakukan dengan data terbaru dalam survai pendahuluan mengenai potensi tersebut.

(2). Mengkaji tentang potensi sumberdaya manusia yang terlibat dalam pengembangan usaba kecil sesuai dengan penggolongan komoditas yang telah dilakukan, utamanya berkaitan dengan aksesnva terhadap teknologi tepat guna, permodalan, dan pengembangan jaringan pemasaran.

(3). Menentukan khalayak sasaran antara strategic yaitu pengusaha kecil, dan instansi terkait yang pernah melakukan pembinaan di berbagai bidang, sehingga akan dapat dirancang konsep pola kemitraan dalam implementasi program KMW.

(4). Menempatkan mahasiswa di lapangan sebagai mitra petani dalarn proses pengembangan usaha secara professional dengan pendekatan interdisipliner. Peranan mahasiswa ditekankan pada kemitraan dalam pengembangan teknologi tepatguna, permodalan, dan pengembangan jaringan pemasaran hasil usaha.

C. Indikator Kinerja(1). Ketepatan studi pendahuluan dalam menetapkan komoditas dominan menjadi

komoditas andalan/unggulan dalam pengembangan industri kecil, yaitu diukur dari kesesuaian sumberdaya yang tersedia dengan kelangsungan pengembangan usaha.

(2). Peningkatan kualitas sumberdaya khalayak sasaran, diukur dengan peningkatan kemampuannya dalam mengadopsi teknologi tepatguna, peningkatan permodalan, dan peningkatan jaringan pemasaran, dan peningkatan hasil usaha.

(3). Efektifitas dan efisiensi dalam melaksanakan program KMW, diukur dengan alokasi dana, waktu, dan kemitraan yang dapat menunjang tumbuh dan berkembangnya usaha kecil di desa mitra kerja

(4). Keberhasilan menyiapkan wirausahawan dari kalangan mahasiswa, yaitu diukur dengan kesiapan peserta menjadi wirausaha baru.

D. Tahapan Pelaksanaan KMW

(1). Tahap PersiapanPersiapan dari segi kelembagaan

(1). Menetapkan rencana lokasi penerjunan sesuai dengan pertimbangan segi keterjangkauan dan keringanan biaya (lokasi di wilayah Kabupaten Malang).

(2). Melakukan peninjauan dan pengkajian lokasi yang direncanakan untuk memudahkan penyelenggaraan kegiatan lapangan.

(3). Mengurus perijinan pada Pemerintah Daerah Tingkat II, Kecamatan dan Desa/Kelurahan, berkaitan dengan pemilihan lokasi dan rencana penerjunan.

(4). Menjalin kerja sama dengan berbagai instansi terkait, berkaitan dengan penyelenggaraan kegiatan pembekalan maupun penyelenggaraan kegiatan lapangan.

(5). Berdasarkan hasil peninjauan dan pengkajian, maka disusunlah perencanaan kegiatan pembekalan dan penyelenggaraan kegiatan lapangan.

25

Page 27: Model Pengembangahn Kawasan Agribisnis Cabe

Persiapan dari segi mahasiswa(1). Secara administratif mahasiswa harus mendaftarkan diri pada Penanggung-jawab

kegiatan di LPM Unibraw.(2) Mahasiswa peserta KMW terdiri atas 15 orang dari PS Hortikultura (FP) dan 15

orang dari PS Agribisnis (FP) membentuk kelompok sendiri, setiap kelompok terdiri atas tiga-empat mahasiswa dan dibimbing oleh seorang dosen pembimbing lapangan (DPL).

(3). Berdasarkan hasil konsultasi dengan Tim Pelaksana, kelompok peserta KMW yang sudah terbentuk harus memilih lokasi sendiri di wilayah Kabupaten Malang dengan menentukan kelompok sasaran masyarakat (KUBA) yang mernpunyai potensi mengembangkan usaha agribisnis sayuran. Setiap KUBA beranggotakan sekitar 10 orang petani penggarap lahan, dengan luas lahan sekitar 1-2 ha.

(4). Setelah menentukan lokasi dan kelompok sasaran, maka mahasiswa diwajibkan menyusun proposal kegiatan dan melapor ke sekretariat Tim Pelaksana KMW untuk kemudian ditentukan rencana kerjanya.

(5). Mahasiswa kelompok KMW secara terprogram beraktivitas sendiri di lapangan dalam rentang waktu 1 (satu) bulan setelah selesai mengikuti pembekalan singkat.

(6). Kelompok mahasiswa peserta KMW harus berkonsultasi dengan DPL minimal 3 (tiga) kali yaitu dengan rincian:(a). Konsultasi pertama, melaporkan lokasi dan kelompok sasaran (KUBA) yang

dipilih, pertimbangan dalam pemilihan lokasi dan kelompok sasaran, karakteristik kelompok sasaran, program pembinaan dan pengembangan yang direncanakan (disajikan dalam bentuk diskusi dengan DPL).

(b). Konsultasi ke dua, kelompok peserta KMW menyajikan dan mendiskusikan perkembangan kegiatan lapangan dengan DPL. Kemudian DPL mengunjungi dan mengecek kebenaran laporan kelompok peserta KMW, dalam berbagai kasus dimungkinkan DPL ikut memberikan konsultasi secara langsung dengan kelompok sasaran (KUBA).

(c). Konsultasi ke tiga, kelompok peserta KMW menyampaikan laporan akhir, rekomendasi dan pertanggung-jawaban kepada DPL. Kemudian DPL rnelakukan mengevaluasi kebenaran laporan akhir tersebut dan memberikan penilaian kegiatan lapangan.

(2). Latihan Pembekalan

Tujuan Khusus Pembekalan Setelah selesai mengikuti Latihan Pembekalan mahasiswa diharapkan dapat:

(1). Mempersiapkan diri baik secara fisik rnaupun mental untuk mengabdi kepada kelompok sasaran.

(2). Mengidentifikasi berbagai permasalahan riil yang dihadapi oleh kelompok sasaran (KUBA) dan berusaha untuk mencarikan solusinya.

(3). Menyusun, mengaktualisasikan dan menilai tingkat keberhasilan program kerja yang telah disusun di masing-masing lokasi.

Materi Latihan Pembekalan

Secara garis besar materi pembekalan program KMW terdiri atas 4 bagian yaitu:(1). Materi tentang misi, visi, tujuan dan latar belakang perlunva kegiatan KMW.(2). Materi tentang pendekatan sosial dan teknik penyusunan laporan.

26

Page 28: Model Pengembangahn Kawasan Agribisnis Cabe

(3). Materi tentang bagaimana mengevaluasi kegiatan KMW.(4). Ruang lingkup kegiatan KMW.

Penyelenggaraan Latihan PembekalanLatihan Pembekalan Program KMW dilakukan dengan metode ceramah, diskusi,

dan simulasi dengan rangkaian kegiatan meliputi:(1). Latihan Pembekalan oleh Tim Pelaksana tentang pemahaman KMW dilakukan

sebanvak 3 kali tatap muka dalam satu semester (setiap tatap muka dilakukan pembekalan dalam dua session) dan materi tentang teknologi terapan diberikan oleh para pakar sesuai dengan khalayak sasaran yang akan dikembangkan.

(2). Tim Instruktur Pembekalan terdiri dari Dosen perguruan Tinggi, Depnaker, Kadin, Deprinda, BKKBN, Depsos, Perbanas, Pemda dan instansi terkait lainnva.

(3). Tim Instruktur Pembekalan bertugas memberikan materi latihan pembekalan kepada mahasiswa peserta KMW.

(4). Pada akhir kegiatan latihan pembekalan diadakan evaluasi dalam bentuk ujian tertulis.

(5). Mahasiswa yang berhak mengikuti evaluasi tersebut adalah mereka yang hadir minimal 80 % dari keseluruhan materi yang diberikan oleh Instruktur.

(6). Hasil evaluasi latihan pembekalan didasarkan kepada frekuensi kehadiran dalam latihan pembekalan dan hasil ujian tertulis.

(7). Mahasiswa yang telah mengikuti latihan pembekalan dan tidak dinyatakan gugur, wajib mengikuti kegiatan lapangan pada semester yang bersangkutan.

(3). Kegiatan Lapangan.

a. Bentuk kegiatan lapangan.Melakukan pembinaan terhadap khalayak sasaran yang telah ditetapkan yaitu

para penganggur untuk program KKS dan para pengusaha kecil di pedesaan untuk program KMW. Lama pelaksanaan kegiatan lapangan antara 1 bulan, yang inisiatip dan pelaksanaannya diusulkan oleh setiap ketompok peserta (interdisipliner) sesuai dengan usulan kegiatan yang diajukan dan telah disetujui oleh Tim Pelaksana KMW.

b. Pengorganisasian.

(1). Setelah pendaftaran dilakukan, mahasiswa membentuk kelompok secara interdisipliner dengan jumlah empat orang

(2). Kelompok yang telah disusun didaftarkan pada tim pelaksana, dengan menyertakan pula program kerja yang telah disusun serta lokasi kegiatannya.

(3). Setelah disetujui program dan kelompoknya maka ditentukan pembimbingnya,(4). Sebelum kegiatan lapangan dilaksanakan, dilakukan latihan pembekalan dengan

materi khusus untuk menajamkan program yang telah disusun dan rencana pelaksanaannya.

(5) Dalam kelompok mahasiswa peserta KMW dilakukan pembagian tugas secara internal sehingga dapat terjalin kerjasama antar kelompok untuk melakukan pembinaan terhadap pengembangan usaha tertentu.

(6). Secara periodik melaporkan atau konsultasi dengan pembimbing tentang kegiatan yang telah dilakukan.

27

Page 29: Model Pengembangahn Kawasan Agribisnis Cabe

c. Program Keria.

Ruang lingkup kegiatannya terfokus pada pemberdayaan "social Capital" kelompok sasaran. Peserta KMW melaksanakan kegiatan dalam tahapan-tahapan sebagai berikut(1), melakukan identifikasi tentang kondisi sosial masvarakat dan jumlah para

penganggur pada daerah sasaran, termasuk tingkat pendidikan ketrampilan yang dipunyai, umur, alamat tempat tinggal, pekerjaan sebelumnya jika pernah bekerja; dan usaha kecil yang telah dikembangkan.

(2). menentukan kelornpok sasaran program dan sekaligus merancang bentuk kegiatannya.

(3). Perencanaan program kerja lebih diarahkan pada upaya perluasan kesempatan kerja yang meliputi :(a). pola pekerja sementara yaitu dilaksanakan secara berkelanjutan dalam

rentang waktu tertentu.b). pengembangan pekerja mandiri yaitu menciptakan lapangan kera vang

produktip dan berkelanjutancl). melaksanakan padat karva penganggur terampil melalui pola lembaga ekonomi

produktip atau pembentukan wirausaha baru.(4). Melaksanakan padat karya bagi tenaga yang tidak terampil berupa padat karya

perkotaaan/pedesaan atau padat karya pertanian dan kehutanan.(5). pemilihan komoditi dan jasa andalan di tingkat kecamatan, kabupaten/kodya

dikaitkan dengan program padat karya tenaga kerja trampil untuk menciptakan kesempatan kerja.

(6). mengajak Pemda II setempat untuk memberikan tempat yang layak pasar untuk beroperasinva para pengelola sektor informal.

E. Evaluasi Peserta KMW

a. Latihan Pembekalan(1). Kebadiran mahasiswa dalam latlhan pembekalanMahasiswa diwajibkan hadir minimal 80 % dari keseluruhan tatap muka yang

telah ditetapkan. Sebagai sanksi tidak dipenuhinva persyaratan tersebut, mahasiswa tidak diperkenankan untuk mengikuti Ujian maupun kegiatan di lapang.

(2). Pemahaman materi latihan pembekalan:Untuk mengevaluasi pemahaman materi, dilakukan ujian tulis materi latihan

pembekalan pada akhir latihan pembekalan.

b. Kegiatan lapangan.(1). Program; adalah bentuk kegiatan yang berencana, baik berupa fisik maupun non

fisik yang dilaksanakan dalam kurun waktu pelaksanaan program KMW dan berguna untuk kepentingan masyarakat maupun mahasiswa. Unsur-unsur yang dinilai meliputi(a). Perencanaan Program : adalah bagaimana mahasiswa membuat rencana

program yang sesuai dengan permasalahan yang timbul di masyarakat.(b). Manfaat program yang akan dilaksanakan bagi khalayak sasaran.

28

Page 30: Model Pengembangahn Kawasan Agribisnis Cabe

(2). Pelaksanaan ProgramUnsur yang dinilai meliputi : tingkat penyelesaian program respon masyarakat terhadap program mahasiswa, dan tingkat keterlibatan individu mahasiswa terhadap pelaksanaan program

(3). Laporan pelaksanaan adalah suatu laporan yang dituangkan dalam bentuk buku laporan mengenai program baik yang sudah dilaksanakan maupun vang belum sempat diselesaikan serta saran yang perlu ditindak lanjuti. Buku laporan pelaksanaan dalam bentuk laporan kelompok mahasiswa. Unsur yang dinilai meliputi : format isi stematika laporan dan isi laporan.

6.5. KEGIATAN E

6.5.1. Judul Kegiatan: Ujicoba Model Wira-usaha Produk Unggulan Cabe-Besar melalui Sistem KUBA Terpadu

6.5.2. Tujuan Khusus1. Meningkatkan keberdayaan masyarakat pedesaan dalam ikut menggerakkan

ekonomi rakyat2. Meningkatkan pendapatan masyarakat pedesaan umumnya melalui penerapan

teknologi inovatif dalam usahatani komoditas sayuran, khususnya cabe-besar3. Menciptakan lapangan usaha dan kesempatan kerja yang dapat diakses oleh

angkatan kerja di pedesaan yang kehilangan pekerjaan akibat dampak krisis ekonomi.

4. Meningkatkan citra komoditas sayuran dataran tinggi (khususnya cabe besar) seba-gai salah satu komoditas unggulan wilayah.

6.5.3. Metode dan Pendekatan

Ujicoba model Usaha agribisnis Cabe-besar dilakukan pada lahan milik petani, dimana petani pemilik bertindak sebagai “manajer usaha” dan didampingi oleh tim pendamping yang terdiri dari empat orang mahasiswa /ALUMNI dan seorang dosen pembimbing. Kegiatan ujicoba ini meliputi :1. Persiapan kelompok (KUBA): lahan dan kepemilikannya; orientasi kelompok2. Perencanaan usaha agribisnis komoditas cabe besar3. Penyiapan lahan dan pengadaan sarana produksi4. Pelaksanaan budidaya tanaman cabe besar hingga panen5. Penanganan pasca panen6. Pemasaran/penjualan hasil7. Evaluasi hasil usahatani.

A. INSTANSI yang Terlibat

1. ASPERTI: Asosiasi Petani dan Pengusaha Hortikulturaa. Mengkoordinasikan dengan instansi terkait di daerah.b. Pengadaan lahan (dapat lahan tidur atau lahan milik petani KUBA)c. Pengadaan sarana dan prasarana penunjang usahatani sayuran.

29

Page 31: Model Pengembangahn Kawasan Agribisnis Cabe

2. Departemen Pertanian/Dinas Pertanian Daerah - Pengadaan informasi bibit - Pengadaan tenaga penyuluh lapangan - Membantu Pemilihan lokasi yang cocok dengan jenis tanaman sayuran - Budidaya tanaman - Pembinaan teknis - Sertifikasi - Membantu Pelatihan anggota kelompok tani KUBA.

3. Perguruan Tinggi (Universitas Brawijaya) a.Bantuan tenaga sarjana baru sebagai pendamping/mitra usaha bagi KUBA b.Bantuan teknis dan manajerial dalam pengelolaan usaha c.Memfasilitasi forum komunikasi antar pihak (FORKA : Forum Komunikasi Agribisnis) dalam pelaksanaan program d.Membantu pemantauan dan evaluasi pelaksanaan program.

4. Pengusaha Suasta/Pedagang sayuran a. Menampung hasil produksi petani/pengusaha kecil/menengahb. Pengolahan hasil panen c. Membantu penyediaan informasid. Bantuan pengadaan informasi bibit barue. Melakukan ekspor atau pemasaran dalam negeri.

5. BRI : Informasi mengenai lembaga perkreditan bagi usaha pertanian

6. Kantor Koperasi: Informasi mengenai kebijakan pengembangan Koperasi Agribisnis

B. KEGIATAN OPERASIONAL

Pokok kegiatan meliputi :1. Tahap persiapan.

a. Pertemuan dengan segenap unsur FORKA b. Peninjauan lapanganc. Penyusunan program kerja operasionale. Konsultasi dengan Pemda setempatf. Identifikasi/Survey penentuan lokasig. Penandatanganan MOUh. Pembuatan profil Agribisnisi. Pengadaan lahan.

2. Tahap pelaksanaana. Seleksi calon petani (KUBA) dan seleksi tenagakerja b. Pelaksanaan kerja lapanganc. Pembinaan Produksi dan Manajemend. Pembinaan kemitraane. Pengadaan bibit semprotan dan alsinf. Pengadaan modal kerjag. Pengendalian mutu, Monitoring dan evaluasi

30

Page 32: Model Pengembangahn Kawasan Agribisnis Cabe

3. Tahap pengembangana. Identifikasi peluang pasarb. Identifikasi lokasi baru c. Pengembangan lokasi barud. Pengembangan komoditas barue. Monitoring dan evaluasi

C. LOKASI Lokasi kegiatan ujicoba model ini adalah wilayah Kabupaten Malang:

No Kecamatan Jumlah Jumlah Jumlah mahasiswa

Jumlah Dosen

KUBA Petani (Pendamping KUBA)

(Pembimbing mahasiswa)

1. Poncokusumo 5 20 5 22. Tumpang 5 20 5 23. Dau 5 20 5 24. Wajak 5 20 5 25. Bumiaji 5 20 5 2 Jumlah 25 100 25 10

D. KOMODITAS

Komoditas yang dikembangkan adalah komoditas tanaman sayuran unggulan wilayah; Cabe besar, Terong, Lobak, Sawi Putih, Wortel, bawang putih, Bawang merah, Bawang daun, kobis daun, Kacang hijau, dan lainnya. E. POLA USAHA DAN PEMBINAAN

E.1. Pola UsahaAgar KUBA dan petani yang dipersiapkan sesuai dengan kebutuhan pasar maka dilakukan dalam beberapa tahap sebagai berikut :- Setiap satu-dua hektar lahan usaha petani dilibatkan satu tim pendamping, satu

KUBA (Kelompok Usaha bersama Agribisnis) dan sejumlah tenaga kerja dengan kapasitas sekitar 750 - 1000 HOK (hari orang kerja).

- Dilakukan pembimbingan dan pendampingan praktis oleh tim pendamping yang bekerjasama dengan PPL dari Dinas Pertanian Daerah.

- Setiap kesempatan dilakukan diskusi kelompok mengenai teknologi inovatif dan manajemen usaha

- Dilakukan evaluasi 3 kali (awal, pertengahan dan terakhir musim/panen)

E.2. Monitoring dan EvaluasiUntuk mengetahui sampai seberapa jauh kegiatan yang telah dilakukan selama pembinaan, maka dilakukan 1) monitoring dan 2) evaluasi.Monitoring adalah mengamati perkembangan dan kemajuan dari jauh melalui laporan aktivitas secara frekuentif dengan mencatat setiap kegiatan dan hasil-hasil yang telah dicapai serta permasalahan yang terjadi.

31

Page 33: Model Pengembangahn Kawasan Agribisnis Cabe

Untuk mengetahui hasil dan monitoring dilakukan pencatatan harian (recording) harian dengan mengisi tabel monitoring kegiatan :--------------------------------------------------------------------------------------------------No. Tanggal Jenis Kegiatan Keterangan: Hasil & Masalah--------------------------------------------------------------------------------------------------1. ....... ................ .................................2. ....... ................ .................................3. ....... ................ .................................4. ....... ................ ...............................Recording ini diisi oleh ketua KUBA setiap hari/mingguan yang kemudian secara berkala didiskusikan dengan Tim Pendamping.Dari hasil pengumpulan data, informasi dari monitoring kemudian dianalisis selanjutnya dievaluasi, kemudian diadakan peninjauan lapangan untuk mengetahui keadaan sebenarnya.

32