kawasan agribisnis pepaya

96
1 MODEL RANCANG BANGUN SENTRA PENGEMBANGAN AGRIBISNIS KOMODITAS UNGGULAN (SPAKU) PEPAYA Diabstraksikan dan dirangkum oleh: Prof Dr Ir Soemarno MS Bahan kajian MK. Landuse Planning & Land Development , PDIP PPSFPUB 2013 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Selama PJPT I pembangunan sektor pertanian diarahkan pada sasaran pokok untuk (1) mencapai dan mempertahankan swasembada pangan khususnya beras, (2) menyediakan kebutuhan pangan secara beragam untuk emningkatkan kualitas gizi masyarakat, (3) menyediakan bahan baku industri dalam negeri, (4) meningkatkan penerimaan devisa negara melalui peningkatan ekspor dan pengurangan impor, (5) menciptakan lapangan kerja, (6) meningkatkan kesejahteraan petani, (7) membantu pemeliharaan stabilitas ekonomi nasional melalui pengendalian harga komoditas pertanian dan mendorong pertumbuhan produksi sektor pertanian. Tujuan pembangunan pertanian di masa mendatang ialah membangun pertanian tangguh yang efisien dan meningkatkan kualitas sumberdaya manusia. Dengan demikian pertanian mampu secara optimal meningkatkan pendapatan epetani, meningkatkan gizi masya rakat, mening katkan devisa negara dan mendorong pertumbuhan kesempatan berusaha dan kesempatan kerja di pedesaan. Upaya-upaya ini perlu dilakukan dengan tetap memperhatikan aspek kelestarian sumberdaya dan lingkungan hidup. Sektor pertanian dihadapkan pada

Upload: lynguyet

Post on 15-Dec-2016

250 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: kawasan agribisnis pepaya

1

MODEL RANCANG BANGUN SENTRA PENGEMBANGAN AGRIBISNIS

KOMODITAS UNGGULAN (SPAKU) PEPAYA

Diabstraksikan dan dirangkum oleh:Prof Dr Ir Soemarno MS

Bahan kajian MK. Landuse Planning & Land Development , PDIP PPSFPUB 2013

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar BelakangSelama PJPT I pembangunan sektor pertanian diarahkan

pada sasaran pokok untuk (1) mencapai dan mempertahankan swasembada pangan khususnya beras, (2) menyediakan kebutuhan pangan secara beragam untuk emningkatkan kualitas gizi masyarakat, (3) menyediakan bahan baku industri dalam negeri, (4) meningkatkan penerimaan devisa negara melalui peningkatan ekspor dan pengurangan impor, (5) menciptakan lapangan kerja, (6) meningkatkan kesejahteraan petani, (7) membantu pemeliharaan stabilitas ekonomi nasional melalui pengendalian harga komoditas pertanian dan mendorong pertumbuhan produksi sektor pertanian.

Tujuan pembangunan pertanian di masa mendatang ialah membangun pertanian tangguh yang efisien dan meningkatkan kualitas sumberdaya manusia. Dengan demikian pertanian mampu secara optimal meningkatkan pendapatan epetani, meningkatkan gizi masya rakat, mening katkan devisa negara dan mendorong pertumbuhan kesempatan berusaha dan kesempatan kerja di pede-saan.

Upaya-upaya ini perlu dilakukan dengan tetap memperhatikan aspek kelestarian sumberdaya dan lingkungan hidup. Sektor pertanian dihadapkan pada semakin terbatasnya ketersediaan sumberdaya dan resiko kemerosotan kualitas sumberdaya alam sehingga menuntut pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya alam secara tepat. Sektor pertanian diharapkan juga mampu menjamin berkelanjutan pemba-ngunan pertanian yang memberikan peningkatan kesejahteraan para pelakunya. Konversi lahan pertanian di Jawa untuk kegiatan non pertanian menyebabkan produksi pertanian harus bergeser ke areal di luar P. Jawa yang memiliki kualitas relatif lebih rendah. Produktivitas lahan tersebut diperkirakan lebih rendah dibandingkan dengan produktivitas lahan di Jawa. Wilayah tersebut ditandai oleh keterbatasan sarana/ prasarana dan kurangnya insentif ekonomi. Pemanfataan secara

Page 2: kawasan agribisnis pepaya

optimal potensi sumberdaya pertanian dan keunggulan kompetitif komoditas pertanian, dikembangkan usaha pertanian dalam sutau sistem agribisnis yang utuh dan dalam kerangkia pembangunan berkelanjutan. Pada PJP II sektor pertanian harus dibangun menjadi suatu industri pertanian yang tangguh dan efisien. Industri pertanian berarti adanya "kesatuan terpadu" antara industri hulu, sistem usaha pertanian, agroindustri dan pemasraan dalam suatu sistem agribisnis. Melalui industri pertanian (agribisnis dan agroindustri) yang tangguh dan efisien sumberdaya pertanian memberikan nilai tambah lebih besar sesuai dengan potensi optimal yang ada.

Pembangunan sentra agribisnis komoditas unggulan pada hakekatnya adalah kegiatan awal untuk memacu pembangunan ekonomi di suatu wilayah. Secara bertahap berkembangnya kegiatan produksi pertanian diupayakan untuk dapat diikuti oleh muncul dan berkembangnya kegiatan-kegiatan ekonomi terkait, baik secara horizontal maupun vertikal, serta pengadaan jasa-jasa di sekitarnya sehingga menumbuhkan dinamika perekonomian wilayah. Mulai TA 1996/1997 tampaknya pembangunan sentra agribisnis komoditas akan lebih didukung dengan mengerahkan kegiatan lintas sektoral

Sumber: http://marcanderson.photoshelter.com/image

/I0000RRQGfVMkQoU

SPAKU PEPAYA

2

Page 3: kawasan agribisnis pepaya

maupun subsektor yang terfokus dan terintegrasi pada lokasi yang telah terpilih. Upaya terfokus ini dilaksanakan multi tahun, untuk mendukung dan menghantarkan petani dan masyarakat pelaku usaha agribisnis untuk mampu melakukan dan menjalin kegiatan-kegiatan agribisnis dengan kekuatan sendiri secara berkesi-nambungan. Berdasarkan analisis dan konsultasi dengan Instansi terkait di wilayah, dapat ditetapkan komoditas unggulan pepaya untuk wilayah Kecamatan Wajak.

Untuk membangun sentra agribisnis tersebut diperlukan sub-sub kegiatan mulai dari penyediaan agro-input, teknologi budidaya, penanganan pascapanen buah hingga pemasaran, serta prasarana dan kelembagaan pendukung yang merupakan perpaduan berbagai bidang kerja yang berada pada kendali dari berbagai pihak, yaitu pemerintah dan masyarakat, termasuk pengusaha swasta, perorangan dan badan usaha. Untuk itu harus disusun rancang bangun multi tahun Sentra Pengembangan Agribisnis Komoditas Unggulan Pepaya (SPAKU PEPAYA).

Agar pembangunan sentra agribisnis tersebut berhasil, kegiatan dan pendanaan yang tersebar secara parsial harus dapat dikoordinasikan dan dirangkai ke dalam suatu kegiatan yang saling bersambung, membentuk sistem agribisnis yang utuh. Untuk itu koordinasi perencanaan dan pengendalian sejak di tingkat propinsi hingga tingkat lokasi, yang menjamin terfokusnya berbagai sumberdaya dan dana untuk pengembangan sentra dimaksud merupakan aspek yang sangat penting. Sehubungan dengan hal itu peranan Pemerintah Daerah sebagai penguasa yang mengatur gerak pembangunan daerah sangat penting.

Rancang bangun yang disusun ini memuat gambaran kondisi saat ini, deskripsi sentra agribisnis yang akan diwujudkan, rincian kegiatan yang harus dilaksanakan, kontribusi yang harus diberikan setiap sektor, subsektor maupun institusi sektoral, subsektoral maupun institusi lainnya. Rancang bangun tersebut dilengkapi dengan mekanisme perencanaan, pelaksanaan, koordinasi dan pengendalian di tingkat lokasi hingga tingkat propinsi. Untuk itu keterlibatan seluruh instansi yang terkait, dalam penyusunan rancang bangun ini sangat penting.

1.2. TujuanPembuatan Rancang Bangun Sentra Agribisnis Komoditas

Unggulan (SPAKU) Pepaya ini ditujukan untuk menyusun rencana induk serta rencana operasional multi tahun atas pengembangan sentra agribisnis komoditas unggulan pepaya, untuk memberi kekuatan awal, memfasilitasi dan memandu masyarakat setempat, hingga mampu menggerakkan agribisnis dengan kekuatan sendiri. Rancang bangun ini merupakan acuan bagi seluruh pihak yang harus berperan dalam pembangunan sentra tersebut.

3

Page 4: kawasan agribisnis pepaya

1.3. SasaranPenyusunan rencana menyeluruh atas lokasi pengembangan

sentra komoditas unggulan pepaya di wilayah Kecamatan Wajak, Kabupaten Malang ini menghasilkan dokumen rancang bangun yang memerlukan dukungan dan kesepakatan dari instansi terkait, dan memuat hal-hal sebagai berikut :a. Rancang Bangun atau Rancang Induk menyeluruh Sentra

Agribisnis Komoditas Unggulan Pepaya yang memuat output, target grup, manfaat yang dihasilkan proyek, dilengkapi dengan disain fisik dan indikator pengukurnya.

b. Rencana tahapan kegiatan hingga terwujudnya Sentra dimaksud, memuat rencana kegiatan sinergis lintas sektor, subsektor, program dan institusi, beserta volume fisik menurut tahapan per tahun anggaran.

c. Rencana operasional rinci yang harus dilaksanakan oleh masing- masing instansi terkait.

d. Mekanisme koordinasi perencanaan dan pengendalian di tingkat lokasi, Dati II, Dati I yang mengait dengan Tingkat pusat.

1.4. Lingkup KegiatanBeberapa aspek yang dicakup dalam rancang bangun ini

adalah sebagai berikut.

1.4.1. Penetapan Lokasi dan Sasaran Jenis UsahaPemilihan lokasi didasarkan atas ketersediaan lahan, kese-

suaian lahan serta agroklimatnya, kesiapan prasarana, ketersediaan tenaga kerja serta sumberdaya lain yang membentuk keunggulan lokasi yang bersangkutan (berdasarkan hasil studi Pewilayahan Komoditas). Pemilihan komoditas utama dan penunjang serta jenis usahanya didasarkan atas potensi menghasilkan keuntungan, potensi pemasarannya, kesiapan dan penerimaan masyarakat atas jenis usahatani yang akan dikembangkan, serta keselarasan dengan kebijakan pemba-ngunan daerah. Untuk menduga unggulan wilayah serta komoditas yang akan dipilih dilakukan analisis kuantitatif dan kualitatif yang memperhatikan faktor-faktor ekonomi dan sosial.

1.4.2. Penentuan Kegiatan yang DilakukanPenentuan kegiatan yang perlu dilakukan didasarkan atas

analisis kondisi saat ini dan kondisi yang diinginkan, yang dirinci menurut komponen- komponen penting sistem agribisnis, yaitu target grup, ketersediaan dan kesesuaian lahan, dan prasarana nya, ketersediaan sarana produksi, kemampuan pengelolaan budidaya, penanganan pasca panen, pemasaran, dukungan prasarana dan kelembagaan. Dari analisis tersebut dapat diketahui upaya dan kegiatan yang diperlukan untuk sentra agribisnis, dalam satuan

4

Page 5: kawasan agribisnis pepaya

volume yang jelas. Keseluruhan kegiatan tersebut selanjutnya diuraikan menurut tahapan per tahun, disesuaikan dengan kondisi fisik lokasi, kondisi sosial ekonomi serta tingkat kemampuan masyarakat. Desain lokasi sentra tersebut harus dilengkapi dengan gambar fisiknya untuk mengetahui volume serta lokasi yang tepat atas pembangunan dan kegiatan fisik yang diperlukan.

1.4.3. Rincian Kegiatan Sinergis Lintas SektoralTahapan kegiatan tahunan tersebut selanjutnya diuraikan

menurut program/proyek serta institusi yang harus memberikan kontribusi terhadap pembangunan sentra agribisnis pepaya. Secara garis besar hal ini dapat disajikan dalam bentuk matriks keterpaduan pengembangan Sentra Agribisnis Komoditas Unggulan Pepaya. Kegiatannya antara lain meliputi hal-hal berikut ini.

1. Pengembangan Budidaya

… http://www.monografias.com/trabajos70/pra

cticas-ecologicas-produccion-fruta-bomba/practicas-ecologicas-produccion-fruta-

bomba.shtml.

SPAKU PEPAYATanaman pepaya muda

ditanam secara monokultur

5

Page 6: kawasan agribisnis pepaya

Pengembangan budidaya pepaya dan tanaman komplemen-ternya, diidentifikasi menurut volume fisik yang jelas. Garis besar kegiatannya meliputi persiapan lahan dan penyiapan petani, pelatihan usahatani, penyediaan agroinput & alat pertanian, dan penyelenggaraan penyuluhan. Pembinaan teknis budidaya, cara memanen dan cara untuk mempertahankan kualitas produk, perlakuan pasca panen

2. Pasca Panen dan PemasaranPeningkatan ketrampilan teknis dalam penanganan pasca

panen seperti cara memanen, mengumpulkan dan menyeleksi hasil panen serta peralatan yang diperlukan untuk mempertahankan kualitas hingga cara pengolahan produk untuk meningkatkan nilai tambah serta meningkatkan kemampuan pemasaran, khususnya yang menyangkut produk buah-buahan. Untuk melaksanakan pembinaan dengan sarana yang tersedia di wilayah secara lebih optimal maka kerjasama dengan instansi perindustrian dan perdagangan setempat harus dilakukan. Sinergi kegiatan hanya dapat dicapai dengan koordinasi perencanaan dan pembagian tugas yang jelas.

3. Pembinaan Pengembangan Usaha PertanianKelompok kegiatan yang menyangkut peningkatan kemam

puan mengelola usaha dan melaksanakan kemitraan dengan pedagang, eksportir maupun industri pengolahan pangan dilaksanakan melalui pembinaan Kelompok Usaha Bersama Agribisnis (KUBA) ke arah terbentuknya koperasi petani pepaya, pembentukan Forum Komunikasi Agribisnis (FORKA), pelaksanaan temu-temu usaha, pelatihan kewirausahaan, dan peningkatan kemampuan BPP (Balai Penyuluhan Pertanian) sebagai pusat konsultasi dan pelayanan agribisnis.

4. Kegiatan Penunjang

a. Pelayanan Sarana ProduksiLembaga pelayanan ini (misalnya KUD) diperlukan untuk

membantu penyediaan sarana produksi dan peralatan yang dibutuhkan para petani, pedagang dan pengolah untuk melaksanakan kegiatan usahanya. Pelayanan ini harus ada untuk menjamin ketersediaan sarana usahatani tepat waktu, jumlah dan harga yang wajar. Instansi pemerintah setempat harus mampu menciptakan iklim usaha dan memberikan dukungan agar koperasi atau pengusaha dapat menjalankan fungsinya secara wajar. Diperlukannya rekomendasi berbagai program insentif untuk mendorong tumbuhnya lembaga pelayanan, khususnya untuk lokasi yang terpencil.

6

Page 7: kawasan agribisnis pepaya

b. Pelayanan Informasi Teknologi Spesifik LokasiDiidentifikasi jenis teknologi spesifik yang diperlukan untuk

pembangunan sentra agribisnis. Pelayanan ini mencakup pemilihan kultivar dengan kualitas tinggi yang secara ekonomis dapat diproduksi di lokasi setempat, teknologi pembibitan, teknologi budidaya, pasca panen, pengolahan primer, sekunder hingga pengepakan buah segar maupun olahannya. Kerjasama peneliti-penyuluh dalam hal alih teknologi kepada petani harus dilakukan secara intensif.

c. Pelayanan Perlindungan TanamanKegiatan perlindungan yang harus mengawali pelaksanaan

sentra agribisnis terutama adalah pengawasan sebagai tindak preventif serta metode penanggulangan hama dan penyakit yang mungkin mengganggu tanaman, serta komoditas penunjangnya. Hal ini sangat penting untuk mencegah kerugian akibat kegagalan panen atau penurunan kualitas produk. Pelayanan ini dialokasikan pada proyek PSSP yang dikelola Dinas-dinas lingkup pertanian melalui Balai Perlindungan atau institusi lain.

d. Pelayanan PembibitanPenangkar bibit harus diarahkan untuk mengalokasikan

sebagian kegiatannya mendukung pengembangan komoditas unggulan pepaya maupun komoditi penunjangnya (tanaman sela: jagung, kedelai, kacang tanah; tanaman pagar: sengon, melinjo, buah-buahan lain), pada wilayah sentra agribisnis. Kegiatan yang diperlukan beragam dan dirinci menurut volume dan jenis. Aspek ini mencakup pengadaan bibit, pengawasan dan sertifikasi bibit, serta pembinaan petani penangkar bibit, khususnya untuk tanaman unggulan serta komoditas penunjangnya.

e. Pembinaan PenyuluhanBPP ditingkatkan kemampuannya agar dapat memberikan

kontribusi sesuai dengan fungsinya, sebagai tempat bertanya, berlatih, berbagi pengalaman antar petani dan tempat pertemuan antara petani, pedagang dan pengelola agroindustri. Untuk itu perlu dipersiapkan sumberdaya manusia (SDM) serta perangkat keras dan lunak yang memadai untuk menjalankan fungsi pusat pelayanan agribisnis.

f. PengairanSentra agribisnis memerlukan air untuk budidaya, pasca

panen, dan kegiatan penunjang lainnya. Kebutuhan air bersih akan meningkat kalau telah terdapat kegiatan pengolahan, terutama dalam bentuk industri pengolahan pangan. Program pengairan yang

7

Page 8: kawasan agribisnis pepaya

dikelola oleh Departemen Pekerjaan Umum diminta untuk mengalokasikan kegiatan penyediaan sumber air (sumur atau embung) dan saluran pengairan untuk kawasan sentra ini. Koordinasi dengan Pemda dan instansi terkait sangat penting untuk mengarahkan kegiatan fisik yang tepat pada lokasi yang tepat pula.

g. TransportasiSarana transportasi sangat vital dalam membangun sentra

agribisnis, dengan demikian program pembangunan sarana transportasi yang dikelola oleh Departemen Pekerjaan Umum dan Departemen Perhubungan harus mampu menjamin tersedianya prasarana jalan (jalan desa dan jalan kebun) serta fasilitas transportasi yang memadai di kawasan sentra produksi, yang menghubungkannya dengan pusat-pusat pelayanan dan pemasaran.

h. EnergiEnergi diperlukan antara lain dalam proses penanganan

pasca panen terutama untuk alat pengeringan, pengupasan, sortasi, pengo-lahan, perlakuan pemanasan, pendinginan dan sebagainya. Energi yang dibutuhkan dapat berupa listrik, bahan bakar minyak, gas atau bahan bakar dari limbah tanaman seperti daun, kayu dan ranting hasil pangkasan.

i. Sarana dan Prasarana PemasaranSarana dan prasarana pemasaran, seperti tempat penam-

pungan, alat-alat penyimpanan dengan fasilitas pendingin, alat-alat pengepakan, informasi harga serta fasilitas fisik pasar yang memadai, sangat vital dalam pengembangan sentra agribisnis. Kebutuhan fasilitas ini sangat beragam sesuai dengan komoditas unggulan komoditas penunjangnya.

j. Lembaga Keuangan/PermodalanTersedianya lembaga keuangan dan permodalan sangat

penting bagi para pelaku usaha agribisnis, sehingga harus diusahakan di lokasi sentra atau lokasi yang sangat mudah dicapai dari kawasan sentra, dengan biaya transportasi dan biaya administrasi yang minimum. Kerjasama antara Pemda dengan instansi terkait diperlukan untuk menyediakan sumber modal yang dapat diakses dengan prosedur yang cepat dan murah.

5. Koordinasi dan PengendalianKoordinasi operasional keseluruhan harus di tangan Pemerin-

tah Daerah II melalui Bappeda maupun di tingkat lokasi. Koordinasi perencanaan sektoral, khusus pertanian dilakukan kegiatan

8

Page 9: kawasan agribisnis pepaya

monitoring dan evaluasi program pembangunan pertanian serta koordinasi lintas subsektor yang terkait.

II. METODOLOGI

2.1. Batasan Istilah

2.1.1. Rancang BangunRancang bangun adalah rancang bangun multi tahun komodi-

tas pepaya di Kecamatan Wajak, Kabupaten Malang, kegiatannya meliputi komoditas unggulan dan komoditas penunjangnya serta pembangunan kegiatan lainnya yang serasi dan dibutuhkan sehingga pembangunan wilayah agroekosistem dengan komoditas unggulannya akan dapat mencapai sasaran, yaitu peningkatan kesejahteraan petani dan pertumbuhan ekonomi wilayah.

2.1.2. Sentra PengembanganSentra Pengembangan adalah suatu hamparan komoditas

pepaya berskala ekonomi di suatu wilayah agroekosistem, dimana wilayah tersebut dilengkapi dengan sarana- prasarana yang dibutuhkan, kelembagaan, pengolahan/pemasaran, dan sektor lain yang menunjang perkembangan dari sentra komoditas tersebut.

9

Page 10: kawasan agribisnis pepaya

2.1.3. Komoditas AndalanKomoditas andalan adalah sejumlah komoditas yang dapat

dibudidayakan/ dikembangkan di suatu wilayah Kabupaten berdasarkan analisis kesesuaian agroekologi (tanah dan iklim).

2.1.4. Komoditas UnggulanKomoditas unggulan (misalnya pepaya) adalah salah satu

komoditas andalan yang paling menguntungkan untuk diusa-hakan/dikembangkan di suatu wilayah yang mempunyai prospek pasar dan peningkatan pendapatan/kesejahteraan petani dan keluarga serta mempunyai potensi sumberdaya lahan yang cukup besar.

2.1.5. Komoditas PenunjangKomoditas penunjang ialah komoditas-komoditas lain yang

dapat dipadukan pengusahaannya dengan komoditas pokok (unggulan) yang dikembangkan di suatu lokasi/sentra komoditas unggulan dalam rangka optimalisasi pemanfaatan sumberdaya (lahan, tenaga kerja, sarana/prasarana) dan peningkatan pendapatan petani melalui peningkatan produksi maupun

Sumber: http://papayatenerife.blogspot.com/2008/12/

cultivo-de-papaya-carica-papaya.html

SPAKU PEPAYA10

Page 11: kawasan agribisnis pepaya

keterpaduan pengusahaannya akan meningkatkan efisiensi/saling memanfaatkan.

2.1.6. AgribisnisAgribisnis merupakan suatu kegiatan penanganan komoditas

secara komprehensif mulai dari hulu sampai hilir (pengadaan dan penyaluran agroinput, proses produksi, pengolahan dan pemasaran).

2.1.7. Sekala ekonomi Agribisnis Komoditas UnggulanSuatu luasan/besaran usahatani komoditas unggulan yang

dapat menghasilkan volume produksi tertentu untuk memenuhi kebutuhan pasar/agroindustri (skala kecil/sedang/besar) di wilayah agroekosistem tertentu.

2.2. Analisis Pengkajian Komoditas

2.2.1. Seleksi KomoditasSeleksi komoditas dilakukan untuk mendapatkan alternatif

komoditas (unggulan dan penunjangnya) yang sesuai dikembangkan di suatu wilayah dengan lingkungan tumbuh tertentu. Inventarisasi dimulai dari jenis- jenis komoditas yang banyak diusahakan oleh rakyat, kemudian baru merambah kepada jenis-jenis komoditas yang belum dikenal. Kriteria yang digunakan sebagai dasar seleksi bertumpu pada aspek agroteknologinya untuk dikembangkan lebih lanjut, potensi pasarnya baik domestik maupun ekspor, nilai tambah ekonomi bagi petani, serta dampaknya terhadap kesempatan kerja dan kelestarian fungsi lingkungan hidup. Dari seleksi ini akan didapatkan beberapa komoditas terpilih baik berupa tanaman pangan, perkebunan, maupun tanaman hortikultura.

2.2.2. Analisis Budidaya dan Pengkajian Kelayakan UsahaUraian tentang profil komoditas meliputi gambaran tentang

persyaratan tumbuh, penyebaran komoditas saat ini, teknik budidaya yang cukup memadai dan tingkat kelayakan usahanya. Untuk beberapa komoditas tertentu juga dapat disajikan profil industri pengolahan, baik dari aspek teknis, investasi maupun prospek pasarnya. Tujuan pengkajian profil ini terutama untuk mendapatkan informasi yang akan digunakan sebagai masukan guna mengadakan estimasi terhadap dampak pengembangan komoditas yang terutama akan menggunakan tolok ukur penciptaan lapangan kerja, peningkatan pendapatan petani dan kelestarian fungsi lingkungan. Disamping itu informasi yang diperoleh dari profil komoditas diharapkan dapat digunakan sebagai indikator awal tentang kelayakan usahataninya. Hal ini akan bermanfaat bagi investor, perbankan, para perencana serta pelaksana kebijakan. Namun demikian sesuai dengan makna sebuah "profil" maka informasi yang

11

Page 12: kawasan agribisnis pepaya

disajikan masih memerlukan penelitian dan pengkajian yang lebih rinci atau lebih dalam lagi dari berbagai segi sebelum dapat digunakan untuk penerapannya.

Uraian tentang teknik budidaya meliputi persiapan tanam, pemeliharaan pertanaman, sampai dengan pemungutan hasil. Berdasarkan pada teknologi budidaya yang diterapkan di lapangan saat ini, dengan penyesuaian ke arah paket teknologi rekomendasi/anjuran. Selain itu pemilihan teknologi didasarkan pada kemampuan produsen, baik dari segi managerial maupun praktikalnya. Pertimbangan yang sama juga berlaku bagi industri pengolahan dengan memper hatikan skala ekonomi yang memadai dan kemungkinan tersedianya bahan baku. Modal usahatani maupun industri pengolahan diasumsikan berasal dari sistem perbankan formal, sehingga tingkat bunga harus disesuaikan.

Periode analisis finansial bervariasi sesuai dengan satu siklus umur produktif tanaman dengan luasan satu hektar. Untuk mengetahui tingkat kelayakan usahanya digunakan beberapa alternatif tolok ukur seperti pendapatan, B/C, R/C, NPV dan IRR.

2.2.3. Strategi Analisis Untuk memudahkan analisis dan evaluasinya, maka

penelaahan Sistem Agribisnis Komoditas Unggulan dibagi menjadi tujuh bidang yaitu:

(1). Kesesuaian Lingkungan Tumbuh Untuk dapat berproduksi secara baik tanaman harus tumbuh

pada daerah yang sesuai dengan syarat tumbuhnya. Tiga faktor lingkungan tumbuh yang dianggap paling berperan dalam pembudi-dayaan tanaman adalah kualitas tanah (dapat dibedakan menjadi Tanah kapur dan Tanah Vulkanik), Curah hujan (Daerah basah dan Daerah kering) dan Ketinggian tempat (Dataran rendah, Dataran Menengah dan Dataran Tinggi).

(2). Pewilayahan Daerah Penyebaran Setelah diketahui syarat lingkungan tumbuh tanaman, maka

perlu juga ditentukan wilayah yang kondisi lingkungannya memung kinkan untuk pengembangannya. Sehingga sentra produksi yang selama ini hanya terletak pada wilayah tertentu, lokasinya dapat diperluas. Hal ini membuka peluang untuk meningkatkan kesempatan menciptakan lapangan kerja.

(3). Paket Teknologi Budidaya dan Kondisi Sosio-

Teknologi Produktivitas tanaman dapat tercapai dengan baik apabila

dibudidayakan dengan cara yang benar. Meskipun pemilihan lokasi sudah sesuai dengan syarat lingkungan tumbuh, namun apabila

12

Page 13: kawasan agribisnis pepaya

sistem budidaya yang diterapkan tidak tepat, maka produksi tanaman tidak akan sesuai dengan potensi yang ada. Oleh karena itu untuk optimasi produksi diperlukan penerapan teknologi budidaya secara terpadu mulai dari persiapan tanam sampai pasca panen. Usaha-usaha yang dapat ditempuh meliputi, pengolahan tanah, penggunaan benih/bibit bermutu, sistem tanam, pemeliharaan tanaman dan pemungutan hasil.

(4). Penanganan Pasca panen dan Industri Pengolahan Fluktuasi harga komoditas tidak dapat sepenuhnya ditentukan

dengan pasti oleh petani produsen. Hal ini sangat tergantung kepada mekanisme pasar. Pada saat pasar kekurangan stok, harga komoditas pertanian melojak tinggi, namun sewaktu terjadi panen raya, harga akan turun drastis. Untuk mengatasi masalah ini diperlukan teknologi pasca panen yang mampu mengubah bahan mentah menjadi bahan olah yang tahan lama.

(5). Analisis Finansial dan Ekonomi Pertama kali yang mendorong petani melakukan usahatani

adalah tingkat pendapatan (income) yang dapat diperoleh per luasan areal yang diusahakan per satuan waktu. Semakin tinggi keuntungan yang diperoleh, maka minat petani untuk mengusahakan akan semakin tinggi pula. Oleh karena itu pemilihan jenis komoditas yang diusahakan akan sangat ditentukan oleh analisis usahataninya.

(6). Pemasaran Hasil Disamping analisis usahatani, faktor lain yang sangat

menentukan minat petani untuk melakukan usahatani adalah masa-lah pemasaran, terutama yang berkenaan dengan efisiensi pemasa-ran, peluang pasar, dan perimbangan supply/demand. Meskipun nilai keuntungan yang diperoleh petani tinggi, namun apabila pemasaran hasil sulit dilakukan, maka petanipun akan enggan untuk mengusa hakan. Kesulitan ini dapat dikurangi dengan cara memperbaiki kualitas atau mengembangkan komoditas yang dapat digunakan sebagai bahan baku industri.

(7). Analisis kelembagaanTujuan dari analisis ini ialah untuk merekayasa kelembagaan

sosial-ekonomi di tingkat pedesaan yang mampu menunjang penerapan Konsep SPAKU. Hasil yang diharapkan ialah rancangan kelembagaan sosial dan kelembagaan ekonomi di tingkat pedesaan yang dapat diakses oleh petani dan Kelompok Tani, serta dapat mengakses kelembagaan pada hierarkhi yang lebih tinggi.

Pada setiap tahap pengusahaan (usahatani) komoditas anda-lan, pemasaran dan pengolahannya diperlukan lembaga sosial- ekonomi sebagai suatu wadah, pola organisasi dan atribut yang

13

Page 14: kawasan agribisnis pepaya

dibutuhkan oleh para petani untuk dapat melakukan fungsinya. Lembaga sosial dapat dibedakan dengan organisasi atau seringkali disebut dengan istilah lembaga non-formal dan lembaga formal. Lembaga sosial timbul karena kebutuhan masyarakat, berakar pada norma sosial dan peralatan yang dimiliki oleh masyarakat; se-dangkan organisasi pada umumnya dibentuk dengan tujuan terten-tu, dengan kegiatan anggota yang saling mengisi dan tunduk pada aturan-aturan yang dibuat, agar bagian-bagian yang ada dapat berfungsi efektif. Dalam konsep struktur pedesaan progresif sebagaimana dikemukakan Mosher (1976), lokalitas usahatani dikemukakan pula sebagai salah satu modal yang dapat diterapkan untuk pencapaian tujuan. Beberapa komponen pokok dan penunjang adalah adanya sarana kelembagaan yang menunjang dan pentingnya pendidikan pembangunan bagi petani dalam proses transfer teknologi.

Suatu bentuk kelembagaan dengan ikatan-ikatan dan hubungan sosial-ekonomi berdasarkan kebutuhan masyarakat diperlukan dalam penanganan Sistem Agrikoman sehingga memberikan manfaat dan memungkinkan keterlibatan penuh anggota-anggotanya. Menemukan lembaga-lembaga tradisional yang tumbuh dalam komunitas pedesaan khususnya dalam pengusahaan komoditas andalan, sejak penanaman, pertanahan, pengerahan tenaga kerja, perkreditan, panen dan pengolahan serta pemasaran hasil merupakan langhkah awal dalam upaya rekayasa dan peningkatan fungsi kelembagaan tersebut. Selanjutnya, keberhasilan dalam produksi menuntut adanya bentuk- bentuk kelembagaan yang lebih besar dan berorientasi ekonomis sehingga mampu mengelola sistem pertanian secara lebih efisien .

Sebagaimana telah diberlakukan dalam pengelolaan tanaman pangan dan tanaman perkebunan, di pedesaan telah diintroduksi pola-pola hubungan pertanian kontrak, BIMAS, dan PIR, yang melibatkan Kelompok Tani, KUD, lembaga penyuluhan, lembaga pengolahan hasil (INDUSTRI pengolah hasil, dll.) dan lembaga pemasaran. Masing-masing model pengembangan kelembagaan tersebut dalam penerapannya mempunyai kelemahan dan keunggulan.

Dalam konteks pertanian lahan kering terdapat kelompok tani lahan kering dengan aktivitasnya meliputi konservasi lahan dan manajemen produksi pertanian. Agar kelompok tani yang ada dapat ditingkatkan fungsi dan peranannya diperlukan lembaga penunjang yang lebih luas khususnya dalam pengolahan hasil dan pemasaran.

2.3. Strategi Penanganan SPAKU Sebagaimana dijelaskan dalam bagian sebelumnya,

penyusunan konsep penanganan SPAKU dilandasi dengan

14

Page 15: kawasan agribisnis pepaya

pendekatan "Agrosistem" dengan tiga aspek utamanya, yaitu aspek teknis-teknologi (termasuk pertimbangan bio-fisik), aspek ekonomi-bisnis, dan aspek sosial-budaya (termasuk kelembagaan penunjang).

2.3.1. Penetapan Komoditas Unggulan Suatu tanaman akan tumbuh dan berkembang dengan baik di

suatu lahan pertanian apabila kondisi lahan tersebut memenuhi syarat. Masing-masing daerah mempunyai ciri khusus tentang macam komoditas yang dikembangkan. Selain kondisi lingkungan yang sesuai tentunya pengembangan komoditas juga harus mempertimbangkan tingkat keuntungan yang dapat dipetik. Kepentingan ini dapat direncanakan sejak dini, misalnya dengan membuat peta wilayah komoditas pada masing-masing daerah yang akan dikembangkan.

(a). Pendekatan ekonomi wilayahPendekatan ini dilakukan dengan cara menentukan jenis

tanaman yang secara ekonomi layak untuk dikembangkan dan dibudidayakan. Pewilayahan tanaman yang dilakukan berdasar kepada keuntungan atau nilai tambah yang diterima petani dalam upaya meningkatkan pendapatan perkapita. Dengan kata lain tanaman tersebut menguntungkan petani apabila dibudidayakan. Analisis ini diperoleh dari selisih antara investasi yang ditanam dari usaha tersebut dengan hasil yang diperoleh. Dari sektor-sektor usaha yang berkembang di masyarakat akan terpilih beberapa sektor dominan yang layak untuk ditangani lebih serius, karena memberikan prospek baik.

Berdasarkan pendekatan ini dari seluruh sektor yang ada di masyarakat yaitu, tanaman pangan dan hortikultura, tanaman perkebunan, tanaman hutan, peternakan, industri,perdagangan, angkutan, jasa , tambang, ada lima sektor yang berperan dan sangat menentukan tingkat pendapatan perkapita petani meliputi ; sektor peternakan, industri, pertanian tanaman pangan dan hortikultura, tanaman perkebunan serta tanaman hutan. Dari lima sektor tersebut, masing-masing daerah mempunyai prioritas yang berbeda-beda. Ini dikarenakan adanya perbedaan daya dukung lahan serta alam di lokasi tiap-tiap wilayah.

Di wilayah pedesaan, biasanya terdapat dua sektor paling doniman yang mampu memberikan sumbangan terbesar bagi pendapatan petani yaitu subsektor sektor pertanian tanaman bahan makanan dan subsektor peternakan. Dua sektor tersebut masing-masing memberi sumbangan sebesar 60-80 % dan 20- 40% dari pendapatan petani. Dari hasil pengamatan didapatkan jenis komoditas yang secara ekonomi berkembang di masyarakat dan banyak diusahakan oleh petani sebagai tumpuhan hidup mereka,

15

Page 16: kawasan agribisnis pepaya

baik tanaman pangan dan hortikultura maupun tanaman perkebunan; diantaranya : padi, jagung, ubi kayu, ubi jalar, kedelai, kacang tanah, cabe, kelapa dan kapok randu. Sedang di sektor peternakan nampaknya kambing dan sapi lokal merupakan primadona peter-nakan yang perlu mendapatkan perhatian lebih serius. Hal ini disamping sapi dikem bangkan untuk menambah pendapatan petani juga dimanfaatkan sebagai sumber tenaga pengolah tanah pertani-an.

(b). Pendekatan Ekologi WilayahPendekatan ini didasarkan pada kesesuaian komoditas

pertanian untuk dapat tumbuh dan berkembang dengan baik di suatu daerah. Untuk menentukan jenis komoditas yang mampu berkembang, selain berdasar kepada komoditas yang sudah ada tidak menutup kemungkinan mengembangkan jenis komoditas yang secara ekologis sesuai. Penentuan jenis komoditas yang sesuai untuk dikembangkan di suatu wilayah dilakukan dengan cara pendekatan secara ekologis yaitu dengan cara melihat syarat tumbuh bagi masing-masing komoditas dan juga melihat kondisi wilayahnya.

Dari kedua faktor ekologis yang berperan menetukan tingkat kesesuaian lahan yaitu konsidi wilayah dan syarat tumbuh yang dibu-tuhkan setiap komoditas, akan diperoleh informasi tentang jenis komoditas yang secara ekologis sesuai untuk dikembangkan. Berda-sarkan hasil analisis secara ekologis jenis komoditas yang dapat tumbuh dengan baik pada kondisi lahan kering a.l. : padi, jagung, ubi kayu, ubi jalar, cabe, kelapa, mangga, rambutan, melinjo , jeruk, jambu mete dan kapok randu. Dengan diketahuinya jenis komoditas yang secara ekomonis lebih menguntungkan atau lebih menguntungkan di antara komoditas lain yang sudah ada dan secara ekologis daerah tersebut sesuai (baik syarat tumbuh maupun kondisi wilayah bersangkutan), maka komoditas-komoditas tersebut perlu segera dikembangkan. Dengan demikian sasaran untuk meningkatkan tarap hidup petani akan tercapai. Di samping itu program pengembangan ini dapat dipadukan dengan program pertanian berkelanjutan yang berwawasan lingkungan. Artinya dari hasil pemetaan akan didapatkan jenis komoditas yang secara agroekologi dapat dikembangkan dengan baik, dapat meningkatkan kesuburan tanah atau bahkan menunjang upaya konservasi lahan.

2.3.2. KelembagaanUntuk memperlancar program pengembangan SPAKU yang

sudah terencana, setelah diketahuinya komoditas andalan yang akan dekembangkan, diperlukan langkah-langkah yang harus dilak-sanakan. Paket pengembangan program harus tersusun secara sistematis sehingga tahapan pelaksanaan dapat berjalan dengan

16

Page 17: kawasan agribisnis pepaya

baik, mulai dari persiapan sampai usaha tersebut menghasilkan sesuatu.

(a). Penentuan Kelompok Sasaran (KUBA)Program pengembangan ini tentunya dapat diproiritaskan bagi

petani yang kurang mampu, dengan harapan dapat meningkatkan kesejahteraannya. Dasar pertimbangannya adalah bahwa petani tersebut biasanya kurang berani mengambil resiko kegagalan dan menanamkan modal untuk usaha yang belum pernah ditekuni. Disamping itu petani tersebut kurang mampu untuk mencari modal yang cukup besar untuk usahataninya.

Penentuan kelompok sasaran ini dapat dilakukan dengan cara seleksi yang mendasarkan kepada beberapa kriteria yang dapat digunakan sebagai tolok ukur taraf hidup petani. Kriteria pemilihan berpedoman kepada beberapa fasilitas sarana fisik yang dimiliki seperti, pemilikan ternak, alat transport, luas lahan, rumah serta status pekerjaan. Apabila petani tersebut lolos dari persyaratan minimal yang diajukan maka tidak memenuhi syarat sebagai petani kurang mampu, sehingga tidak mendapatkan prioritas bantuan dan sebaliknya.

Sistem pengelolaan Usaha kelompok masyarakat miskin harus mampu memenuhi kebutuhan masyarakat dengan harga yang bersaing. Untuk tujuan tersebut, maka Kelompok masyarakat miskin harus dirangsang berupa pelayanan yang baik. Usaha ini dapat dilakukan apabila telah mempunyai ketrampilan yang memadai dalam proses produksi , kebijakan dalam investasi, pembelian, pemasaran dan pengelolaan keuangan. Usaha Pemerintah untuk mengembangkan usaha ini dapat dilakukan melalui : bimbingan, pelatihan, permodalan, sarana dan prasana serta bantuan perluasan jangkauan pemasaran. Disamping itu usaha tersebut seyogyanya pula mempunyai mitra usaha dari perusahaan besar baik milik Pemeritah maupun swasta. Untuk menunjang kegiatan tesebut intervensi pemerintah juga diharapkan pada pengembangan infrastruktur

Berdasarkan kenyataan bahwa suatu usaha adalah suatu investasi bisnis, maka prinsip kelayakan usaha juga harus menjadi pertimbangan. Prinsip-prinsip tersebut adalah :(1). Kelayakan Usaha Berdasarkan Finansial, meliputi: Comparative

& Competitive advantages, enterprise choice cabang usaha, Opportunity cost, dan Economic of scale.

(2). Kelayakan Usaha Berdasarkan Managerial, meliputi : Sistem pengorganisasian, model kredit begulir, model pembinaan, model pelunasan pinjaman, sistem keterkaitan dengan mitra usaha, dll.

(3). Kelayakan Usaha Berdasarkan Sosial, meliputi : respon ma syarakat, Partisipasi, dan daya jangkau kebutuhan masyarakat.

17

Page 18: kawasan agribisnis pepaya

(b). PenyuluhanMengingat tingkat pengetahuan petani lahan kering di wilayah

pedesaan miskin sangat terbatas, khususnya mengenai hal-hal yang mesih dianggap baru, maka petani harus diperkenalkan dengan teknologi budidaya tanaman tersebut. Pengenalan IPTEK baru ini meliputi beberapa aspek baik teknis maupun non teknis. Hal-hal yang bersifat teknis misalnya teknologi budidaya yang perlu diperhatikan mulai dari penyediaan bibit atau bahan tanam, pemupukan, pemeli haraan tanaman sampai kepada pasca panennya. Hal yang bersifat noon teknis misalnya manfaat tanaman bagi peningkatan pendapatan, prospek tanaman untuk memenuhi kebutuhan pasar lokal maupun peluangnya untuk ekspor dan sebagainya. Dengan demikian petani akan terbuka wawasannya dan mempunyai minat besar untuk mengembangkan komoditas tersebut.

(c). Penyediaan bahan tanam/BibitSalah satu aspek yang menentukan berhasil tidaknya suatu

usahatani adalah tersedianya bahan tanam baik berupa bibit maupun benih. Kesalahan dalam memilih bahan tanam tersebut banyak yang mengakibatkan kerugian yang membawa akibat fatal bagi petani. Sebagai contoh, kalau seandainya petani ingin menanam kelapa, sementara mereka tidak memperhatikan bibit yang digunakan seba-gai bahan tanam, maka kesalahan penggunaan bibit ini akan baru dirasakan setelah menunggu selama 5 - 7 tahun berikutnya. Sehingga petani disamping rugi dengan biaya yang dikeluarkan, juga akan rugi waktu. Karena mereka bersusah payah menunggu sampai bertahun-tahun akhirnya tanaman yang diusahakan tidak memuaskan.

Sistem penyediaan bahan tanam dapat ditempauh melalui dua cara yaitu pertama dengan cara mendatangkan bibit atau benih dari penyalur resmi dan kedua melalui kebun bibit yang didirikan oleh masyarakat setempat. Penyediaan bibit atau benih dengan cara pertama tidak banyak mengalami kesulitan, namun memerlukan biaya yang tinggi. Lain halnya apabila usaha pengadaan benih atau bibit ini dilakukan oleh masyarakat setempat. Secara ekonomi hanya memer lukan biaya yang relatif kecil, namun secara teknis lebih sulit.

2.4. DATA DAN ANALISIS 2.4.1. Data dan InformasiData dan informasi yang akan dikumpulkan meliputi:

a. Data Biofisik1. Sumberdaya Lahan: Kualitas dan karakteristik lahan yang

diperlukan untuk keperluan evaluasi kesesuaian lahan

18

Page 19: kawasan agribisnis pepaya

2. Sumberdaya air: Curah hujan, aliran sungai, sumber air .3. Agroklimat: temperatur udara, dan data-data meteorologi dari

stasiun terdekat.4. Sumberdaya Biologi: flora dan fauna, termasuk tanaman

budidaya, dan ternak.

b. Data Ekonomi1. Ekonomi wilayah: sumberdaya dan sektor ekonomi yang

potensial di tingkat kecamatan / desa; matapencaharian penduduk dan sumber pendapatan rumahtangga

2. Usahatani tanaman dan ternak: Struktur dan perilaku usahatani3. Kelembagaan ekonomi/finansial: koperasi/KUD, lembaga

keuangan pedesaan/pelayanan permodalan, pengolahan/ pemasaran hasil dan saprodi.

4. Data penunjang lainnya

c. Data Kelembagaan Sosial-Budaya1. Pola panutan masyarakat dan stratifikasi sosial/kelompok tani2. Perilaku kelembagaan dan mekanisme transfer informasi dan

IPTEK: Penerangan masyarakat, penyuluhan, komunikasi massa dan interpersonal.

3. Data penunjang lainnya.

d. Data agroteknologi:1. Teknologi produksi tanaman dan ternak yang dikuasai petani

dan yang terdapat di pusat/lembaga inovasi terdekat.2. Teknologi konservasi sumberdaya lahan dan air3. Teknologi pengelolaan lingkungan hidup.

e. Data Agroindustri/industri rumahtangga/kerajinan rakyat:1. Penanganan pascapanen dan pengolahan hasil tanaman dan

ternak2. Teknologi produksi/pengendalian kualitas produk non-farm3. Promosi dan pemasaran hasil.

19

Page 20: kawasan agribisnis pepaya

III. POTENSI PENGEMBANGAN KOMODITAS PEPAYA

3.1. PENGEMBANGAN TANAMAN BUAH-BUAHAN

Pengembangan tanaman hortikultura dalam Pelita VI mengacu kepada tujuan pembangunan sub sektor pertanian tanaman pangan dan hortikultura yang diarahkan untuk mewujudkan pertanian yang tangguh dan efisien, sehingga mampu (a) menghasilkan pangan dan bahan mentah yang cukup bagi pemenuhan kebutuhan rakyat, (b) memelihara kemantapan swasembada pangan, (c) memperbaiki keadaan gizi masyarakat melalui penganekaragaman jenis bahan pangan, (d) meningkatkan produktivitas dan efisiensi serta kualtas sumberdaya manusia, (e) meningkatkan pendapatan dan taraf hidup petani, (f) memperluas kesempatan kerja dan kesempatan berusaha, (g) mengisi dan memperluas pasar dalam negeri dan luar negeri, dan (h) menciptakan keterkaitan dan keterpaduan dengan sektor industri dan jasa menuju terbentuknya jaringan kegiatan agribisnis dan agroindustri yang produktif (Adjid, 1993).

Peningkatan konsumsi buah-buahan masyarakat sangat pent-ing. Rataan konsumsi buah-buahan saat ini masih sangat rendah, baru mencapai sekitar 53.9% dari anjuran gizi, yaitu 32.6 kg per kapita per tahun (tahun 1978). Keadaan seperti ini ternyata masih belum mampu dipenuhi oleh produksi buah domestik, sehingga masih terjadi impor buah-buahan yang cukup besar. Impor buah- buahan yang terlalu banyak dikhawatirkan tidak merangsang petani untuk mengusahakan mkomoditi buah-buahan, sehingga diberlakukanlah kebijaksanaan pembatasan impor buah-buahan (SK Menteri perdagangan dan Koperasi Nomor 505/KP/XII/1982). Setelah itu jumlah impor buah-buahan menurun dan sekaligus diikuti oleh peningkatan produksi dalam negeri dan ekspor.

Dalam kurun waktu lima tahun setelah pembatasan impor, rata-rata produksi buah-buahan meningkat sebesar 3.56% dan diikuti dengan meningkatnya ekspor buah-buahan hingga mencapai 57.83% serta menurunnya impor sebesar 39.76%. Hal ini menunjukkan bahwa pembatasan impor buah-buahan berdampak positif dalam pengembangan buah-buahan di Indonesia. Peningkatan ekspor buah-buahan terutama terjadi pada komoditi mangga, manggis, durian, pisang, pepaya, rambutan, nenas, alpo-kad, dan melon (Tabel 3.1); serta ekspor buah olahan seperti nenas, jambu biji, pepaya, sirsak, markisa, pisang, rambutan, salak, nangka dan anggur (Tabel 3.2).

Tantangan dalam pengembangan komoditi buah-buahan akan menjadi semakin berat kalau pembatasan impor buah-buahan ditiada

20

Page 21: kawasan agribisnis pepaya

kan. Dalam kondisi seperti ini pengembanan buah-buahan dalam negeri dituntut untuk lebih dapat bersaing dengan produksi buah-buahan impor. Menurut Soerojo (1993) dalam PJP II peranan komoditi hortikultura buah-buahan akan terus ditingkatkan melalui pengembangan agribisnis dan agroindustri, sehingga nilai tambah produk buah-buahan dalat lebih ditingkatkan. Pemerintah memberikan pelu ang yang lebih besar bagi pihak koperasi dan suasta untuk berusaha di bidang agribisnis buah-buahan, terutama komoditas pesuplai bahan baku industri, ekspor, substitusi impor dan mempunyai nilai ekonomi tinggi. Untuk itu diperlukan strategi pengembangan buah-buahan yang baru untuk menjawab tantangan tersebut.

Tabel 3.1. Perkembangan ekspor buah segar Indonesia

Komoditi Fisik (ton) Nilai FOB (US $ 000) 1990 1993 1990 19931. Mangga 573 1503 579 17072. Durian 272 331 156 2743. Pisang 155 24917 282 33014. Pepaya 109 2 88 25. Rambutan 108 202 158 3176. Jeruk - 308 - 112

Sumber: Direktorat Bina Produksi Hortikultura dan BPS Tabel 3.2. Perkembangan ekspor buah olahan Indonesia

Komoditas Fisik (ton) Nilai FOB (US $ 000)

1990 1993 1990 19931. Buah & kulit dalam gula 94 4964 63 16942. Nanas dalam sirup 7149 99742 4086 499833. Grape fruit juice 192 10936 96 21392

Sumber: Direktorat Bina Produksi Hortikultura dan BPS Menurunnya impor buah-buahan terutama terjadi pada buah

jeruk, apel, anggur, pear, jeruk mandarin, kurma kering, dan anggur kering (Tabel 3.3).

21

Page 22: kawasan agribisnis pepaya

Tabel 3.3. Perkembangan impor buah-buahan

Komoditas Fisik (ton) Nilai CIF (US $ 000)

1990 1993 1990 19931. Jeruk 179 22791 218 238362. Anggur 249 7453 427 85173. Apel 2178 25454 1490 217054. Pear 1407 7044 892 55295. Kurma 1617 ? 352 ?Sumber: Direktorat Bina Produksi Hortikultura (1987) dan BPS

(1991)

Potensi ProduksiPotensi riil komoditi buah-buahan penting di Jawa Timur

selama beberapa tahun terakhir terus meningkat (Tabel 3.4). Komoditi buah yang terus berkembang yaitu mangga, pisang, nenas, pepaya, apel, rambutan, dan salak. Walaupun demikian ternyata masih harus terus ditingkatkan untuk memenuhi pasar domestik dan ekspor.

Tabel 3.4. Produksi komoditi buah-buahan di Jawa Timur

Komoditi Luas areal panen (pohon) Produksi buah (ton)

1983 1990 1983 19901. Alpokad 862.833 1005.528 32.635 44.8672. Anggur 23.192 51.112 900 2.5523. Apel 6891.333 3831.149 138.425 152.2134. Durian 398.904 701.677 15.852 67.8825. Jeruk besar 783.255 951.178 18.527 85.760 6. Jeruk Keprok 1220.912 2590.266 23.031 73.2387. Jeruk manis 339.115 652.115 9.139 25.8398. Jeruk Siem 580.873 1498.809 13.144 136.7009. M Arumanis 709.970 2567.210 21.324 178.83210. Mangga Golek

742.877 1622.179 16.091 77.897

11. M lainnya 3089.693 5467.763 105.205 318.21712. Nanas 76743.132 386852.334 112.800 427.03513. Pepaya 27688.817 38183.003 719.836 972.13114. Pisang 89149.513 163105.037 898.371 3121.93015. Rambutan 1744.544 2893.564 70.520 171.965

Sumber: Diperta Jawa Timur

22

Page 23: kawasan agribisnis pepaya

Ekologi TanamanKapabilitas sumberdaya lahan dan kondisi agroekologi di

suatu wilayah pengembangan sangat beragam, sehingga memungkinkan aneka jenis tanaman buah-buahan untuk tumbuh dan berproduksi. Oche (1975) telah berupaya mengelompokkan kesesuaian komoditi buah- buahan berdasarkan kondisi agroekologi wilayah menjadi empat, yaitu zone rendah kering, zone remdah basah, zone tinggi kering, dan zone tinggi basah (Tabel 3.5). Sedangkan Terra (1955) mengelompokkan kesesuaian komoditi buah-buahan berdasarkan ketinggian tempat dan iklim (Tabel 3.6).

Hubungan antara kondisi sumberdaya lahan dengan respon tanaman dalam upaya pengelolaan lahan akan menentukan tingkat produktivitas lahan. Berbagai teknik telah dikembangkan untuk memperkirakan tingkat produktivitas lahan melalui proses evaluasi kesesuaian lahan. Hasil evaluasi ini sangat penting dalam rangka perencanaan penggunaan dan pengelolaan sumberdaya lahan.

Tabel 3.5. Pengelompokkan Tanaman buah-buahan

Ketinggian tempat

Iklim Schmidt dan Ferguson:

(m dpl) Basah (Tipe A; B; C) Kering (Tipe D; E; F)Tinggi Markisa; Jeruk sieam Apel; Jeruk(>700 mdpl) Kasemek; Alpokad Lengkeng; Alpokad Jeruk nipis; Nangka Pisang Ambon; Sirsak Pepaya; Sawo Pisang Lumud; Jambu Biji Pisang Ambon; Sirsak Nenas; Nangka Pisang Tanduk; Jambu

BijiStrawberry; Sawo

Jeruk keprok Jeruk keprok Rendah Rambutan; Jeruk siem Mangga; Jeruk keprok(< 700 m dpl) Durian ; Jeruk keprok Anggur ; Alpokad Duku ; Jeruk manis Langsat ; Jeruk manis Mangga ; Alpokad Manggis ; Jambu Biji Salak ; Sirsak Blimbing; Sirsak Nanas ; Jambu biji Salak ; Nangka Blimbing manis;Nangka Pepaya ; Sawo Pepaya ; Sawo Pisang Ambon; Jeruk

Besar Pisang Ambon; Sukun Pisang Kepok; Nenas Pisang Raja; Jeruk besar Pisang Tanduk

Sumber: Direktorat Bina Produksi Hortikultura.

23

Page 24: kawasan agribisnis pepaya

Tabel 3.6. Syarat tumbuh ketinggian tempat dan Iklim

No. Jenis Tanaman Tinggi tempat

Iklim Schmidt & Ferguson:

m dpl A B C D1. Alpokad 0-1000 A-bcd B-bc C-bc -2. Blimbing manis 0- 500 A-abcd B-abc C-abc -3. Jambu Biji 0-1000 A-abcd B-abcd C-abc -4. Jeruk Besar 0- 400 A-bcd B-bc C-bc -5. Jeruk Keprok 0-1200 B2-bcd B-bcd D-bcd6. Jeruk Nipis 0-1000 A-abcd B-abc C-abc -7. Jeruk Manis 0-1000 A-bcd B-bcd D-bc8. Jeruk Siem 0- 700 A-bcd B-bc C-bc -9. Duku 0- 650 A-abcd B-abc C-ab -10. Durian 0- 800 A-bcd B-bcd -11. Juwet 0- 500 A-bcd B-bc C-bc -12. Mangga 0- 300 B2abcd C-abc D-abc13. Manggis 0- 800 A-abcd B-ab C-ab -14. Nangka 0-1000 A-bcd B-bcd C-bc15. Rambutan 0- 600 A-bcd B-bcd16. Sawo 0- 700 A-abcd B-abcd17. Sirsak 0- 500 A-abcd B-abc C-abc18. Klengkeng 300-900 A-bcd B-bc19. Pepaya 0- 700 A-abcd B-abc C-ab20. Pisang 0- 800 A-abcd B-abc C-ab21. Salak 0- 400 A-abcd B-abc C-abSumber: Direktorat Bina Produksi Hortikultura, 1987Keterangan: Kedalaman air tanah: a = < 50 cm; b = >50-150 cm; c = >150-

200 cm; d = sangat dalam.Iklim: A1 = 12 bulan basah dan 0 bulan keringA2 = < 12 bulan basah dan 0 bulan keringB1 = 12 bulan basah dan 1 bulan kering hingga 9-10 bulan basah dan 2

bulan keringB2 = 9 bulan basah dan 4 bulan kering hingga 7 -8 bulan basah dan 4

bulan keringC = 7 bulan basah dan 4 bulan kering hingga 5-6 bulan basah dan 6

bulan keringD = 5 bulan basah dan 6 bulan kering hingga 2- 4 bulan basah dan 8

bulan kering.

Model Kelembagaan Agribisnis Lembaga penyuluhan, perkreditan, pemasaran tidak berjalan

efektif. Di lain pihak teknologi yang diterapkan petani rendah, adanya kesulitan modal bagi petani untuk pengembangan, petani cenderung untuk berorentasi pada kecukupan pangan, keadaan pasar yang cenderung membuat posisi petani lemah. Berdasarkan keadaan ini, maka dalam strategi pengembangan kelembagaan agribisnis buah-buahan seperti mangga dan rambutan, seyogyanya

24

Page 25: kawasan agribisnis pepaya

dipilih model PIR dengan mitra-kerja para eksportir, apabila lokasi pengembangan lahannya terletak dalam suatu wilayah hamparan dengan model usahatani tumpangsari dengan tanaman pangan pada waktu umur tanaman pokok masih muda. Sedangkan apabila lokasi hamparan petani berjauhan lebih tepat jika dikembangkan Model Anak Angkat. Pemecahan masalah modal bagi petani seyogyanya berbentuk model jasa petani terhadap perusahaan inti yang dapat berupa jasa pemeliharaan tanaman milik perusahaan inti, usaha pembibitan ataupun aktivitas lainnya dari perusahaan inti.

Kendala Pengembangan Agribisnis di Jawa Timur

Beberapa kendala yang dihadapi dalam pengembangan agri bisnis komoditi buah-buahan di Jawa Timur dapat diidentifikasikan seperti berikut ini.

(1). Faktor Agroekologi Faktor-faktor agroekologi seringkali menjadi penyebab rendah

nya produksi buah pepaya di Jawa Timur. Berdasarkan hasil-hasil penelitian dan observasi lapangan di daerah produksi, beberapa gangguan terhadap pembuahan tersebut dapat dapat dikelompokkan menjadi enam, yaitu:(a). Gangguan penyerbukan bunga, gangguan yang sering terjadi

adalah karena turunnya hujan lebat pada masa pembungaan pepaya.

(b). Rendahnya tingkat kesuburan tanah(c). Gangguan hama, penyakit, dan gulma(d). Rendahnya intensitas radiasi matahari yang sampai pada

permukaan tajuk tanaman(e). Ketidak-sesuaian dengan kondisi iklim dan musim(f). Laju pertumbuhan tanaman; tanaman yang tumbuhnya terlalu

cepat seringkali tidak dapat berbunga dan berbuah dengan baik. Penghambatan laju pertumbuhan ini dapat dilakukan dengan beberapa cara, a.l. pemotongan sebagian akar, mengikat batang atau cabang dengan kawat, membalut batang atau cabang dengan kaleng.

(2). Sistem PengusahaanSistem usahatani durian, mangga dan rambutan selama ini

masih secara sambilan dengan memanfaatkan lahan pekarangan. Tampaknya masih sedikit tanaman pepaya yang diusahakan dengan sistem kebun monokultur. Sebagian besar usahatani dilakukan secara kecil-kecilan oleh individu rumah tangga, sehingga varietasnya sangat beragam, intensitas perawatan ta-naman relatif

25

Page 26: kawasan agribisnis pepaya

rendah, teknologi yang diterapkan rendah, serta penanganan pasca panen yang kurang memadai.

Suatu hal yang menarik dari aspek teknologi ini adalah pene muan teknologi oleh pusat-pusat pengembangan IPTEK di Indonesia dirasakan masih kurang dapat dimanfaatkan oleh petani. Sebagai teladan adalah teknologi pembibitan, teknologi manipulasi tajuk dan bunga untuk merangsang pembuahan, teknologi pengawetan dan pengolahan buah . Keadaan yang lebih memprihatinkan dijumpai pada komoditi pepaya walaupun mempunyai potensi ekonomi untuk dikembangkan, tetapi penemuan dan penyebaran agro- teknologi dan agro-industrinya masih sangat kurang.

3.2. Sistem AGRIBISNIS KOMODITAS PEPAYA

3.2.1. PendahuluanPepaya merupakan tanaman tropika yang dapat tumbuh

meluas di lahan pekarangan. Tanaman ini diperkirakan berasal dari daerah tropika Amerika. Lazimnya tanaman ini ditanam ependuduk di kebun, tegalan sempit- sempit atau sebagai tanaman individual di pekarangan untuk konsumsi sendiri. Daging buahnya bernilai gizi tinggi, mengnadung banyak vitamin A dan C. Tanaman ini mudah beradaptasi secara lokal dan tersebar luas, ditanam di daerah sekitar ekuator hingga daerah lintang sedang. Pertumbuhan tanaman di daerah tropika lebih cepat dan akan berbunga setelah umur 6 bulan dan menghasilkan buah yang masak pada umur 9 bulan. Pepaya akan mati kalau terkena frost. Di derah iklim sangat basah ia mudah terserang penyakit busuk akar terutama kalau drainase tanah buruk. Dataran tinggi hingga 1500 m dpl di daerah tropika masih sesuai bagi pepaya asalkan tidak terlalu basah dan berawan.

Tanah harus mempunyai drainase yang bagus, sehingga tanah-tanah berpasir sangat sesuai. Tanah-tanah masam dengan pH < 5 harus dikapur untuk memperkecil gangguan penyakit busuk akar. Pepaya tidak boleh ditanam bertutur-turut pada tanah yang sama tanpa adanya fumigasi.

Benih pepaya diperoleh dapat dari tanamannya sendiri. Pada dasarnya ada dua cara untuk mendapatkan benih yang baik, yaitu: (a). Biji diambil dari pohon yang menghasilkan banyak buah dan tipe buahnya bagus; (b). Persilangan pohon-pohon yang hasilnya tinggi juga dapat dilakukan. Karena pepaya sering mengalami polinasi dari luar, maka hasil yang lebih baik dapat diperoleh dengna menyialngkan pohon-pohon tertentu yang terpilih. Penyilangan pohon betina yang buahnya banyak dengan tanaman hermaprodite akan menghasilkan banyak biji yang akan tumbuh menjadi pohon betina. Bibit ini sangat dibutuhkan untuk tanaman di

26

Page 27: kawasan agribisnis pepaya

lapangan/kebun. Kalau diinginkan pepaya dengan tipe buah kecil, pohon hermaprodit dapat disilangkan. Pollen diambiln dari bunga hermaprodit dan disimpan dalam tabung reaksi yang disumbat dengan pakas dalam suatu desikator. Pelepasan polen dilakukan/berlangsung pada saat hari cerah dimulai dsari pagi ahri. Bunga-bunga betina harus dibungkus dengan kertas secara rapat selama 10 hari setelah petal dibuang dan pollen ditaburkan pada stigma. Biji-biji diambil dari buah masak/matang dan dapat ditanam langsung atau dikeringkan dan disimpan selama waktu tertentu hingga setahun. Kadangkala lapisan lemak berlendir pada biji dibuang dahulu sebelum ditanam.

Biji dikecambahkan pada petakan rata tanah berpasir yang drainasenya bagus. Biji disusun dengan jarak 2 cm dan ditutup dengan lapisan tanah halus setelab 1 cm. Biji akan berkecambah dengna baik kalau mendapatkan cahaya pagi. Becambah akan mati akibat penyakit mati pucuk kalau diairi secara berlebihan, sehingga tanah harus diairi sedikit-demi sedikit dua kali sehari. Kadangkala perlu menggunakan tanah yang telah disterilkan atau difumigasi dengan bromo-methan. Setelah umur seminggu bibit muda dapat dipindahkan ke kantong plastik ukuran 15x20 cm, dan dipelihara selama 3-4 minggu sebelum ditanam .

Pepaya umumnya ditanam dengan jarak 2x3 m, jarak yang lebih rapat memberikan hasil lebih banyak pada tahun pertama, tetapi tanaman mengalami etiolasi dan hasilnya menurun pada tahun ke dua. Umumnya pepaya ditanam tidak lebih dari 3-4 tahun. Untuk mendapatkan proporsi tanaman betina yang banyak, menanam tiga bibit dengan jarak 25 cm dengan biji yang berasal dari polinasi luar. Tanaman betina murni dapat dikenali oleh tidak adanya bunga jantan sebelum tiga bulan di daerah tropika; pada saat ini tanaman yang kelihatan betina ditinggalkan dan yang lain dipotong.

Rabuk organik dan pupuk buatan keduanya dipakai untuk pepaya. Untuk mendapatkan buah yang banyak diperlukan pupuk majemuk NPK (15-15-15) dengan dosis 1.5 kg/tanaman/tahun. Rincian dosis pupuk menurut umur tanaman adalah:

Umur 0-3 bulan: 20 g/tanaman/bulanUmur 4-6 bulan: 50 g/tanaman/bulanUmur > 7 bulan: 100 g/tanaman/bulanKalau buah pepaya akan digunakan untuk konsumsi kalengan

maka dosis pupuk nitrogen harus dikurangi. Dosis N yang tinggi akan menimbulkan kadar nitrat yang tinggi pada pepaya dan ini membahayakan kaleng. Untuk pengalengan ternyata pupuk lengkap NPK dengan rasio 1:2:2 harus digunakan dan dosisnya tidak boleh lebih dari 50 g/tanaman/bulan.

Penyiangan secara manual harus hati-hati supaya tidak merusak akar tanaman. Herbisida Diuron dengan dosis 2 kg/ha dan

27

Page 28: kawasan agribisnis pepaya

paraquat 1 liter/ha memberikan hasil yang baik kalau disemprotkan di lingkaran tajuk seputar batang, asalkan tidak pada tanah berpasir dan gambut.

Pepaya mudah terserang nematoda dan lahan tidak boleh ditanami pepaya lebih dari sekali (1-3 tahun) sebelum dirotasikan dengan tanaman lainnya. Pada lahan yang terserang parah, nematisida separeti Nemagon sangat dianjurkan. Formalin (25 ml larutan metanal 4%) dituangkan dalam lubang tanam juga dianjurkan. Pada tanah-tanah yang drainasenya jelek, dan tanah tanah yang sebelumnya telah ditanami pepaya, maka Phytophthor dan berbaqabusuk akar lainya menyebabkan kerugian yang serius pada pepaya.Berbagai penyakit batang dan daun juga ada dan kadang kadang dapat dikendalikan dengan menyemprot fungisida.Ada banyak penyakit virus pada pepaya dengan gejala seperti mosaik, kerdil, lambatnya pertumbuhan tanaman dan kerdil, menguningnya daun dan tajuk yang kecil. Mereka umumnya disebarkan oleh serangga,tetapi sukar diberantas. Suatu tanaman yang tumbuhnya tidak normal harus segera dibongkar dan dibakar atau dikubur. Beberapa tanaman menunjukkan resitensi dan ini harus digunakan untuk memprokduksi biji benih. Pepaya pegunungan juga agak resisten terhadap gangguan virus penyakit. Buah pepaya harus dipanen pada saat setengah masak,ketika daging buahnya masih keras dan tekstur seperti wortel.Buah ini akan cepat masak selama 1-3 hari dan harus segera diangkut ke pasar sebelum menjadi lunak.

Dalam hal budidaya tanaman pepaya dan pengelolaannya, mulai dari persemaiannya benih sampai dengan pemanenannya, terdapat beberapa permasalahan yang umum dijumpai oleh petani pepaya di wilayah Jawa Timur, yakni kualitas bibit yang tidak bagus (bahkan terkesan apa adanya), kerontokan bunga yang cukup besar, terjadinya tanaman jantan, produksi buah tidak teratur /beragam dan buah hasil panen yang tidak tahan lama dan mudah rusak/busuk.

(a). Kualitas bibit yang kurang baikUmumnya petani mendapatkan bibit pepaya dari buah yang diperoleh dari tetangga atau membeli buah di pasar bebas. Biji dari buah ini kemudian disemaikan dan bibitnya ditanam. Bibit yang diperoleh dengan cara seperti ini ternyata ragam produksinya sangat besar dan umumnya mempunyai produktivitas yang rendah.

(b). Kerontokan bungaKerontokan bunga sering terjadi pada tanaman pepaya, terutama bila terjadi hujan deras dan angin kencang selama periode pembungaan berlang sung.

28

Page 29: kawasan agribisnis pepaya

(c). Terjadinya buah yang kecil-kecil dan bentuknya tidak teratur Pada masa pemanenan buah, tak jarang kita jumpai adanya buah-buah yang kecil-kecil dan bentuknya tidak beraturan. Kondisi seperti ini biasnaya dibarengi dengan buah yang tumbuh jarang-jarang pada pohon pepaya.

3.2.2. Potensi Produksi di Jawa TimurDi Jawa Timur, sentra produksi pepaya terletak di daerah

Kediri-Malang-Lumajang-Jember hingga Banyuwangi. Di daerah ini dapat dijumpai tanaman pepaya yang ditanam secara campuran dengan tanaman lain pada lahan pekarangan dan tegalan, ada pula petani-petani yang mengkhususkan diri menanam pepaya dalam kebun monokultur.

Tabel 3.7. Potensi riil produksi pepaya di Jawa Timur

Kabupaten Tanaman menghasilkan (pohon)

Produksi buah (ton)

Rataan prodktivitas (kg/pohon)

Kategori Daerah

1. Mojokerto 199.637 1777 8.90 Rendah3. Bojonegoro 191.054 5428 28.41 Tinggi4. Tuban 225.994 4379 19.38 Sedang5. Madiun 130.734 1035 7.92 Rendah7 .Ngawi 193.151 3232 16.73 Sedang8 .Ponorogo 481.145 4103 8.53 Sedang9 . Pacitan 126.433 1319 10.43 Rendah10. Kediri 1058.056 33663 34.65 Sangat tinggi11. Nganjuk 334.663 3019 9.02 Sedang12. Blitar 396.325 3485 8.79 Sedang13. Malang 1928.204 32377 16.79 Sangat Tinggi14. Lumajang 249.098 8350 33.52 Tinggi15. Bondowoso 301.266 3215 10.67 Sedang17. Jember 657.106 3286 5.00 Sedang18. Banyuwangi 649.414 20423 31.45 Sangat Tinggi19. Sumenep 319.600 1620 5.07 RendahKeterangan: Rendah : < 2500 ton/tahun; Sedang: 2500 - 5000; Tinggi: 5000 - 10.000; Sangat Tinggi: > 10.000 ton/tahun.

3.2.3. Ekologi Tanaman

Kondisi AgroklimatTanaman pepaya dapat dijumpai pada hampir seluruh wilayah

Jawa Timur, dengan keanekaan jenis yang sangat besar dan ragam produktivitas yang sangat tinggi. Tanaman ini mudah beradaptasi secara lokal dan tersebar luas pada berbagai kondisi daerah.

29

Page 30: kawasan agribisnis pepaya

Kondisi lingkungan tumbuh tanaman ternyata sangat berpengaruh terhadap produktivitas buah dan ukuran individu buah. Kualitas buah ini sangat tergantung pada fluktuasi musiman suhu udara dan radiasi matahari (Hamilton, 1971). Preferensi buah pepaya yang ukurannya kecil untuk ekspor, rataan sekitar 340 - 560 g, telah mendorong penanaman pepaya strain "Puna" atau "Kapoho" di Hawaii. Manipulasi lingkungan tumbuh tanaman melalui teknologi budidaya tanaman, terutama suplai air irigasi dan pupuk juga berpengaruh terhadap ukuran buah. Di wilayah bebas salju di Afrika Selatan, buah pepaya menunjukkan pola pertumbuhan sigmoid dalam meningkatkan volumenya, tetapi bentuk kurvenya sangat beragam tergantung pada bulan fruit-set dan klon tanaman (Kuhne dan Allan, 1970). Suhu rataan mingguan sekitar 19oC akan memperpanjang fase initial dan fase akhir dari pertumbuhan yang relatif lambat. Fase pertengahan meningkat dengan cepat volume buahnya dan paling kurang terpengaruhi oleh suhu udara yang rendah. Laju pertumbuhan pada fase initial lebih cepat apabila suhu udara lebih tinggi selama masa pra-anthesis dan fase initial dari kurva eksponensial (log volume buah). Rataan suhu mingguan (<15oC) selama fase ini menyebabkan penangguhan laju pertumbuhan dan reduksi ukuran buah. Ukuran buah mencapai puncaknya apabila fruitset terjadi pada musim panas dan kemudian menurun dengan cepat.

Musim hujan yang berkepanjangan dan drainase tanah yang jelek dapat mengakibatkan gugur daun (premature) pada bagian bawah, menguningnya daun-daun muda, batang kurus dan tumbuh memanjang, dan hasil buah sedikit. Dalam rangka untuk mengatasi masalah ini biasanya petani membuat bedengan yang tinggi dengan parit-parit yang lebar dan dalam.

Kondisi TanahKondisi tanah yang ideal bagi tanaman pepaya dalah tanah

lempung berpasir yang ringan, namun dmeikian tanaman ini masih mampu tumbuh dengan baik pada berbagai kondisi tanah yang mampu menahan cukup banyak air tersedia dan drainasenya bagus. kondisi air tergenang sangat berbahaya, dan drainase yang kurang bagus akan mendorong gangguan penyakit busuk akar dan busuk batang. Fumigasi tanah dapat mengurangi gangguan akibat penyakit busuk akar Phytophthora dan Pythium. Syarat tumbuh lainnya untuk mendapatkan hasil buah yang bagus ialah kondisi struktur tanah yang baik dan mampu menyediakan unsur hara dalam jumlah yang memadai. Pada kondisi iklim yang baik, dan suplai unsur hara tersedia yang memadai, tanaman pepaya akan tumbuh pendek, batangnya kuat dan dengan cepat menghasilkan bunga dan buah. Tanah yang sangat masam harus dikapur hingga nilai pH-nya mencapai 6.0 - 6.5.

30

Page 31: kawasan agribisnis pepaya

Kebutuhan hara dan pemupukanMenurut Chandler (1964), praktek pemupukan yang dianggap

paling baik ialah mempertahankan suplai nitrogen agak tinggi dan mensuplai secukupnya hara lain yang defisien. Untuk mensuplai fosfat tersedia dalam tanah, terutama bagi tanaman muda, sebanyak 500 g pupuk fosfat dicampur secara merata dengan tanah pada liang tanam, atau pemupukan sebelum tanam bibit sekitar 1250 kg/ha campuran pupuk yang mengandung N, P dan K, dengan rasio N/P2O5/K2O = 1:3:1, dibenamkan dalam tanah lapisan atas 15-20 cm. Defisiensi P mengakibatkan daun berwarna hijau gelap dengan tulang daun dan tangkai daun berwarna ungu kemerahan. Kalium menjadi snagat penting setelah fase pembungaan. Selama masa pertumbuhan awal, periode vegetatif 5-6 bulan pertama tanaman sangat ememelrukan nitrogen, setelah itu kebutuhan utamanya adalah nitorgen dan kalium dengan rasio K2O/N = 1.5:2. Telah terbukti bahwa pada tanah-tanah yang tampaknya subur, dimana hanya respon nitrogen yang terjadi, pemupukan P dan K cenderung merangsang pertumbuhan yang cepat dan pembungaan yang lebih awal. Penggunaan rabuk kandang pada awal musim tanam atau sebelum tanam bibit sangat disarankan, terutama kalau dikombinasikan dengan fosfat, dalam rangka untuk meningkatkan ketersediaan fosfat dalam tanah. Namun demikian tidak disarankan menempatkan rabuk kandang dalam liang tanam karena dapat merangsang perkembangan jamur Pythium.

Tujuan utama dari program pemupukan yang berimbang adalah perkembangan tajuk tanaman yang penuh dan sehat. Kalau daun-daun di bagian bawah menguning, ini mengindikasikan defisiensi nitrogen. Sangat diperlukan untuk menjaga daun-daun bagian bawah tetap hijau sehat selama mungkin karena pertumbuhan tanaman, rasa dan kandungan gula dalam buah secara langsung tergantung pada luas permukaan daun ini dan sintesis karbohidratnya. Standar tentatif nitrogen dan fosfor, yang didasarkan pada tangkai daun dewasa terakhir telah diteliti oleh Awada et al. (1969). Informasi mengenai nilai baku hara tanaman ini dapat diabtraksikan sbb:

Hara Lokasi Sampling Standard; % bhan kering percobaan Maksimum 5% dari

maksimumNitrogen Waimanalo Juni 1.28 1.14 Agst-Sept 1.20 1.07 September 1.14 1.02Fosfor Malama-Ki Mei-Juni 0.25 0.21

31

Page 32: kawasan agribisnis pepaya

Rekomendasi pemupukan pada perkebunan pepaya di Angola ialah 50 g pupuk lengkap 10-10- 10 pada saat tanam bibit, diikuti dengan 250 g selang 3-4 bulan berikutnya pada pertenghaan musim hujan. Pada tahun ke dua, 1000 g/tanaman harus diberikan, setengahnya pada awal musim hujan dan sisanya pada pertengahan musim hujan.

Berikut ini adalah rekomendasi pemupukan yang lazim dilakukan petani:

Untuk tanaman yang umurnya kurang setahun

Dosis per tanaman

Ammonium sulfat 50-100 gSuperfosfat (18% P2O5) 150-300 gSulfat kalium 20-40 g

Untuk tanaman yang umurnya lebih setahun

Dosis per tanaman

Ammonium sulfat 300-400 gSuperfosfat (18% P2O5) 400-800 gSulfat kalium 100-200 g.

Pada pertanaman pepaya monokultur di Queensland, Agnew (1968) merekomendasikan penaburan 1250 kg pupuk lengkap 12-34-12 per hektar dan membenamkannya ke dalam tanah 15 cm, diikuti dengan pemupukan 40 kg N/ha setiap dua bulan. Kalau tanaman dibudidayakan untuk pengalengan buah, yang menghendaki buah bebas nitrat, jadwal pemupukan ini harus dilakukan hingga akhir Februari pada musim summer setelah tanam bibit, dan setelah itu penugalan pupuk harus dibatasi hingga Nopember-Februari setiap tahun berikutnya. Kalau tanaman menunjukkan gejala defisiensi nitrogen, harus diberikan tambahan nitrogen sebagai semprotan urea. Rekomendasi lainnya (Kruger dan Menary, 1968) adalah menggunakan 100 g N dalam tiga kali aplikasi dari saat panen buah hingga Januari, dengan tambahan semprotan urea kalau diperlukan. Dalam rangka untuk menghindari kelebihan nitrogen pada musim winter maka tidak boleh ada tanaman pupuk hijau atau tanaman legum dan rabuk kandang. Pada pertanaman pepaya di New South Wales, Leigh (1969) merekomendasikan basal-dressing 1250 kg per ha pupuk lengkap NPK 1:3:1, yang diikuti dengna side dressing campuran pupuk yang serupa dengan dosis 240 g/tanaman pada bulan Agustus, Nopember dan Februari selama tahun pertama. Selama tahun-tahun berikutnya, dosis pupuk dapat ditingkatkan hingga maksimum 1350 g/tanaman setahun.

32

Page 33: kawasan agribisnis pepaya

Persyaratan Tumbuh TanamanHackett dan Carolane (1982) menyusun kriteria evaluasi

syarat lingkungan tumbuh tanaman sebagai beirkut:

1. Agen biologis yang diperlukan dalam pembuahan (1-5): 22. Persyaratan kelembaban udara: agak tinggi3. Kebutuhan hara: Perlunya pemupukan hara makro (2-8): N : 7 Ca dan Mg : 6 P : 7 K : 7 Kebutuhan pupuk mikro (1-5) : 2 4. Fotoperiodisitas: Hari panjang atau hari pendek. 5. Toleransi kemiringan lahan (o): Maksimum : > 10o Minimum : 06. Kedalaman efektif tanah (2-8): Kurang dari 10 cm : 4 10 - 20 cm : 6

21 - 40 cm : 8 > 40 cm : 87. Reaksi (pH) tanah (2-8): Kurang dari 5.5 : 2 5.5 - 7.0 : 8 7.1 - 8.5 : 8 8. Tekstur tanah (2-8): Lempung, seragam : 8 Lempung di atas liat : 6 Tanah berbatu : 4 Pasir , seragam : 8 Pasir di atas liat : 6 Tidak ada medium solid 2

9. Suhu udra (oC): Suhu dasar : 10-12 Kisaran optimum : 21 - 30 Batas atas (siang/malam) : 45 / 30. Kepekaan salju (1-9) : 6 Kebutuhan vernalisasi (1-5) : 1 10. Toleransi Kekeringan (1-8) : 5 Banjir (2-7) : 2 Garam sebagai spray(1-9) : 2 Garam di daerah perakaran (1-9) : 2 Naungan (1-5) : 1

33

Page 34: kawasan agribisnis pepaya

Angin (3-7) : 3 11. Daerah sentra produksi Elevasi ( m dpl) < 800

Produktivitas 0 -200 ton/ha/th. Garis lintang 20 oLU Garis bujur 155o BB

3.4. Sistem Usahatani Tanaman PepayaTanaman pepaya berproduksi mulai umur satu tahun sampai

dengan umur 5-7 tahun. Modal investasi usahatani dibutuhkan sampai tanaman berumur satu tahun (sebelum berproduksi). Analisis cash-flow usahatani pepaya menunjukkan biaya produksi per tahun per hektar sampai dengan umur lima tahun adalah sekitar Rp.250.000 hingga Rp 450.000. Pada tingkat usahatani pepaya secara monokultur umumnya dapat diperoleh keuntungan yang memadai, dengan Net B/C (DF 18%) 2.75 - 4.50, NPV (DF 18%) Rp.2.500.000 - Rp 5.500.000,- dan IRR umumnya lebih dari 25%.

(1). Sifat PengusahaanSecara agroekologis wilayah Kabupaten Kediri, Malang, Blitar,

dan sekitarnya cocok untuk budidaya tanaman pepaya dan juga pemeliharaannya tidak terlalu sulit. Tanaman pepaya umumnya ditanam petani dalam sistem campuran pada l;ahan pekarangan dan tegalan, sistem budidaya pepaya dalam kebun monokultur buiasanya dilakukan oleh petani yang modalnya kuat dan dilakukan secara intensif. Tetapi akhir-akhir ini banyak petani yang sudah mulai memperhatikan pengusahaan tanaman ini secara monokultur karena harganya cukup baik. Perhatian petani tersebut berupa usaha-usaha untuk mengadakan pemeliharaan dan pemupukan terhadap tanaman pepaya. Asal bibit tanaman pepaya sebagian besar berasal dari biji yang tumbuh dengan sendirinya (tukulan) yaitu sebanyak 60-70% dan sisanya berasal dari penangkar bibit. Mereka umumnya menanam pepaya di lahan pekarangan sebagai batas pekarangan atau pada pekarangan yang tidak diusahakan untuk tanaman pangan.

Rata-rata pemilikan tanaman pepaya adalah relatif kecil, di Kabupaten Kediri, Blitar dan Malang dn sekitarnya yakni 15-20 pohon, dengan variasi 5 - 50 pohon. Petani yang memiliki pohon pepaya cukup banyak, sudah mulai mengusahakan tanaman ini secara intensif. Tetapi ada juga yang memiliki pohon pepaya cukup banyak berasal dari bibit "tukulan" di pekarangannya dan biasanya tidak dipelihara. Umur rata-rata pohon pepaya produktif tersebut adalah 2-3 tahun, yang paling muda dijumpai berumur 1 tahun dan yang paling tua berumur hanmpir 10 tahun. Sebagai tanaman pekarangan pepaya ditanam tidak memakai jarak tanam yang

34

Page 35: kawasan agribisnis pepaya

teratur. Rata-rata jarak tanam dari pohon yang satu ke pohon yang lainnya adalah 8-10 meter, tetapi petani ada yang menanam dengan jarak 5 m atau bahkan 20 m antara satu pohon dengan pohon yang lain.

(2). Intensitas PengusahaanPerawatan tanaman pepaya walaupun masih kurang tetapi

sudah ada usaha ke arah pengelolaan secara intensif. Sebagian besar responden (sekitar 70% petani) melakukan pembumbunan pada tanaman ini dan yang lainnya membiarkan tanaman ini seperti tanaman liar. Sumber air untuk tanaman pepaya berasal dari air hujan, mendapat pengairan dari sumur dan dari sungai/saluran irigasi. Usaha untuk membuat saluran drainase untuk tanaman ini hampir dilakukan oleh seluruh petani, sebagian petani sudah ada yang melakukan pembuatan teras pada lahan tempat tumbuh dari tanaman ini karena kemiringannya lebih dari 15%.

(3). Analisa Biaya dan Pendapatan.Tanaman pepaya monokultur dipelihara secara intensif oleh

sebagian petani. Oleh karena itu dikenal dua macam petani, yaitu petani pepaya monokultur yang melakukan pemeliharaan secara intensif dan petani pepaya campuran yang tidak melakukan usaha pemeliharaan sama sekali. Untuk golongan petani yang pertama, biaya pemeliharaan tahun pertama untuk satu pohon sekitar Rp. 2000 - 2250.

35

Page 36: kawasan agribisnis pepaya

Tabel 3.8. Taksiran rataan biaya produksi pepaya per pohon/tahun. Macam biaya Jumlah (Rp.)1. Pupuk Kandang 20 Kg 500.00 Pupuk Urea 1.5 Kg 425.00 Pupuk ZA 0.5 Kg 150.00 Pupuk TSP 1.5 Kg 425.00 Pupuk KCl 0.5 Kg 150.00 2. Biaya Tenaga Kerja: - Pemupukan 150.00 - Pemangkasan 75.003. Pestisida dan Penyemprotan 250.00 Total 2125.00Harga pupuk buatan rata-rata per kg Rp.300, pupuk kandang Rp.25/kg. (Soemarno. 1992.)

Usaha pemupukan yang dilakukan oleh petani antara lain pembe rian pupuk kandang dilakukan oleh 100% petani, kompos 25%, Urea 80%, ZA 35%, TSP 80%, KCl 10% dan NPK 5 %.. Pemberian pupuk dilakukan menjelang pepaya berbunga dan setelah panen. Petani yang menyatakan memberikan pupuk pada saat menjelang berbunga adalah sebesar 75-80%, dan setelah panen sebesar 25-30%. Pemanenan raya buah pepaya mulai dilakukan sekitar bulan April sampai bulan Nopember, musim raya buah pepaya sekitar lima bulan, dan setelah itu buah masih dapat dipanen sepanjang tahun. Dalam waktu lima bulan tersebut pohon pepaya dapat dipanen beberapa kali, tergantung dari ketersediaan air untuk pertumbuh annya. Penerimaan dari penjualan buah pepaya (Harga jual rataan Rp 125/kg) rata-rata Rp. 27.500 per pohon setahun dengan kisaran Rp.15.500-Rp.50.000 tergantung dari produktifitas tanaman pepaya. Rata-rata pemilikan petani 15-25 pohon dengan kisaran 5 - 50 pohon per keluarga yang memiliki tanaman. Umur pohon pepaya milik petani berkisar antara 1-10 tahun.

3.2.5. Sistem Pemasaran Buah

(1). Lembaga Pemasaran

Petani ProdusenPetani pepaya umumnya menanam beberapa pohon (15-50

pohon) di lahan pekarangan dan tegalan dicampur dengan tanaman lainnya. Mereka ini umumnya tidak mengusahakan tanaman pepaya secara intensif, pemeliharaan tanaman dilakukan secara sederhana dan kalau tiba saatnya berbuah barulah petani memperhatikan

36

Page 37: kawasan agribisnis pepaya

tanamannnya dari gangguan. Pada musim panen buah mereka menjual buah secara tebasan kepada pedagang (penebas). Sebagian kecil petani telah menanam pepaya secara monokultur (>500 pohon) dan dipelihara secara intensif. Tanaman sela selama tahun pertama biasanya jagung atau sayur-sayuran. Petani seperti ini biasanya berhubungan dengan pedagang besar dan memasarkan buah pepaya segar ke kota-kota besar seperti Surabaya, Bandung, dan Jakarta.

Penebas dan Tengkulak I.Penebas adalah orang yang membeli buah pepaya yang

masih berada di atas pohon. Penebas tersebut menaksir jumlah buah yang dapat dihasilkan oleh satu atau beberapa pohon sekaligus, kemudian menentukan harganya. Transaksi antara penebas dengan petani (umumnya petani monokultur) pembayarannya dilakukan secara kontan, dan hanya sebagian kecil lainnya (8-10% petani) dengan cara membayar uang muka sejumlah 50% dari nilai transaksi.

Tengkulak I adalah orang yang membeli buah pepaya setelah buah dipetik oleh pemiliknya. Transaksi pembelian dilakukan per satuan buah pepaya atau per satuan berat (kuintal atau ton). Cara pembayarannya adalah kontan atau dibayar setelah buah pepaya terjual habis (khusus untuk tengkulak I yang berasal dari dalam desa). Volume perdagangan dari penebas/tengkulak I ini dalam satu lokasi antara 3-5 ton buah pepaya per bulan pada saat musim panen raya, dan 0.5- 1.5 ton pada saat panen biasa. Modal usaha dari tengkulak I rata Rp. 250.000 - Rp 500.000 berupa modal yang digunakan dalam pembelian dan penjualan.

Tengkulak II (TK II)TK II adalah orang yang membeli buah pepaya dari para

tengkulak I atau penebas. Pedagang ini berdomisili di luar desa sentra produksi dan menjual hasil pembeliannya kepada para pedagang pengecer di kota. Volume perdagangan dari TK II ini daspat mencapai 10-15 ton buah pepaya per bulan pada saat musim panen raya. Modal yang digunakan rata-rata Rp. 2 -5 juta.

Pedagang Pengumpul.Pedagang ini umumnya berdomisili di kota-kota besar, tetapi

melakukan kegiatannya sampai di desa/lokasi kebun pepaya. Pedagang ini membeli buah pepaya dari para tengkulak I atau tengkulak II. Penjualan dilakukan ke para pengecer di kota-kota besar seperti Kediri, Malang, Surabaya, Bandung dan Jakarta. Volume perdagangan dapat mencapai 20-25 ton buah pepaya per bulan pada saat musim panen yang berlangsung sekitar tiga hingga empat bulan. Alat transportasi yang digunakan dalam pengangkutan

37

Page 38: kawasan agribisnis pepaya

barang dagangannya adalah truk colt-diesel yang berkapasitas 5-7.5 ton pepaya sekali angkut. Modal yang digunakan diperkirakan lebih dari Rp. 10 juta.

(2). Saluran PemasaranBuah pepaya oleh petani pada umumnya dijual kepada pene-

bas (75-80% petani), tengkulak 15%, pedagang pengecer 5%. Biasanya pembeli yang datang kepada petani, dari sejumlah kasus penjualan yang dilakukan oleh petani hanya kurang dari 10% saja petani yang menjual buah pepayanya ke pasar atau yang menjual buah pepayanya dengan mendatangi pembelinya. Saluran tataniaga pepaya dari petani sampai dengan konsumen yang utama adalah: Petani, penebas/Tengkulak I, Tengkulak II, Pedagang pengumpul, dan Pedagang pengecer

(3). Transaksi PenjualanPanen pepaya dapat dimulai pada bulan Desember dan

berakhir dalam waktu 4-5 bulan, satu pohon pepaya dapat menghasilkan buah sepanjang tahun tergantung dari cukup tidaknya air dan hara yang tersedia bagi pertumbuhannya. Cara tebasan nampak lebih dominan (terutama pada sistem monokultur), pembayaran penebas pada sebagian besar petani dilakukan secara kontan. Dalam penentuan harga antara pembeli dan penjual biasanya dilakukan dengan tawar menawar (75% responden) dan lainnya ada yang memperoleh informasi harga dari pasar (15% responden) atau biasanya pihak penjual sudah mengetahui harga dari tetangganya (10-20% responden).

Dalam melakukan pembelian pepaya kepada petani, seorang penebas/tengkulak I harus mengeluarkan biaya untuk 100 kg pepaya sebagai berikut:1. Ongkos Petik Rp.1000 - Rp.1500 (tengkulak I tidak mengeluarkan

biaya panen). 2. Ongkos Angkut Rp.500 - Rp.1000 (tergantung dari jarak yang

ditempuh untuk ke luar dari desa sentra produksi).Tengkulak II membeli pepaya dari berbagai tempat sentra

produksi pepaya. Dalam melakukan aktivitas pembelian dan penjualan, pedagang mengeluarkan biaya-biaya untuk 1 ton pepaya sebanyak:1. Ongkos angkut Rp.5.000 - Rp.7.500 (tergantung dari jarak yang

ditempuh).2. Ongkos Penimbangan Rp. 15003. Rafraksi antara Rp 20.000 - Rp.25.000

Pedagang Pengumpul membeli pepaya dari para tengkulak I/tengkulak II di pasar tempat sentra produksi pepaya setiap hari. Volume pembeliannya rata-rata setiap hari adalah 1.0-2.5 ton. Alat angkut yang digunakan untuk mengangkut buah pepaya ke kota

38

Page 39: kawasan agribisnis pepaya

adalah truk colt-diesel yang berkapasitas 5-7.5 ton. Dalam transaksi perdagangan biaya yang harus dikeluarkan untuk 5 ton pepaya sekitar Rp.218.000 (Tabel 3.9).

Tabel 3.9. Biaya fungsi marketing yang dikeluarkan oleh pedagang pengumpul (5 ton).

Macam biaya Biaya (Rp.) ...........1. Ongkos angkut 35.000.2 Ongkos muat bongkar 30.000.3. Ongkos packing 15.000.4. Ongkos Penimbangan 5.000.5. Retribusi 2.500.6. Rafraksi 125.000. Total 24.500.

Sumber: Diolah dari data primer (Soemarno. 1992).

Pedagang PengecerPengecer biasanya menjual pepaya dan buah- buahan

lainnya. Rata-rata setiap hari pedagang ini harus menanggung biaya retribusi sebesar Rp 400 - Rp 500. Modal yang digunakan dalam perdagangan pepaya sebesar Rp.250.000 - Rp 500.000.

(4). Analisis Biaya dan MarginHarga yang diterima petani per kg pepaya Rp.150 atau sekitar

25% dari harga eceran yang dibayar konsumen yaitu Rp.550- Rp 600. Perbedaan harga konsumen dan produsen sebesar Rp.400 - 450 per kg pepaya, sekitar 35 % digunakan untuk biaya fungsi tataniaga dan 65% merupakan keuntungan yang diterima oleh lembaga tataniaga. Pada transaksi penjualan dari tengkulak II ke pedagang pengumpul, dan transaksi antara pedagang pengumpul ke pengecer biasanya ada rafraksi sebesar 5-10 % berupa potongan harga yang diberikan pada pembeli untuk transaksi partai besar.

3.6. Teknik Budidaya Tanaman

(1). Produksi biji atau benihBenih pepaya diperoleh dapat dari tanamannya sendiri. Pada

dasarnya ada dua cara untuk mendapatkan benih yang baik, yaitu:(a). Biji diambil dari pohon yang menghasilkan banyak buah dan tipe

buahnya bagus.(b). Persilangan pohon-pohon yang hasilnya tinggi juga dapat

dilakukan.Karena pepaya sering mengalami polinasi dari luar, maka

hasil yang lebih baik dapat diperoleh dengan menyilangkan pohon-

39

Page 40: kawasan agribisnis pepaya

pohon tertentu yang terpilih. Penyilangan pohon betina yang buahnya banyak dengan tanaman hermaprodite akan menghasilkan banyak biji yang akan tumbuh menjadi pohon betina. Bibit ini sangat dibutuhkan untuk tanaman di lapangan/kebun monokultur. Kalau diinginkan pepaya dengan tipe buah kecil, pohon hermaprodit dapat disilangkan.

(2). Pesemaian Biji dikecambahkan pada petakan rata tanah berpasir yang

drainasenya bagus. Biji disusun dengan jarak 2 cm dan ditutup dengan lapisan tanah halus setebal 1 cm. Biji akan berkecambah dengan baik kalau mendapatkan cahaya pagi. Pengalaman empiris petani menyatakan bahwa kecambah akan mati akibat penyakit mati pucuk kalau diairi secara berlebihan, sehingga tanah harus diairi sedikit-demi sedikit dua kali sehari. Kadangkala perlu menggunakan tanah yang telah disterilkan atau difumigasi dengan bromo-methan. Setelah umur seminggu bibit muda dapat dipindahkan ke kantong plastik ukuran 15 cm x 20 cm, dan dipelihara selama 3-4 minggu sebelum ditanam .

(3). Cara Bertanam Bibit dan Populasi TanamanPepaya monokultur umumnya ditanam dengan jarak 2 m x 3

m, jarak yang lebih rapat memberikan hasil lebih banyak pada tahun pertama, tetapi tanaman mengalami etiolasi dan hasilnya menurun pada tahun ke dua. Umumnya pepaya ditanam tidak lebih dari 4-5 tahun. Untuk mendapatkan proporsi tanaman betina yang banyak, menanam tiga bibit dengan jarak 25 cm dengan biji yang berasal dari polinasi luar. Tanaman betina murni dapat dikenali oleh tidak adanya bunga jantan sebelum tiga bulan di daerah tropika; pada saat ini tanaman yang kelihatan betina ditinggalkan dan yang lain dipotong.

Kepadatan populasi tanaman monokultur yang lazim adalah 1000 - 2000 tanaman per hektar. Praktek yang baik ialah menanam tiga atau empat bibit secara terpisah dengan jarak 20-25 cm dan kemudian dijarangkan tinggal satu tanaman yang bagus. Surplus pohon jantan dipotong dan ditinggalkan pohon betina yang terbaik. Untuk mendapatkan polinasi yang memadai, diperlikan satu pohon jantan untuk setiap 10 pohon betina bagi varietas yang berumah dua (dioecious) Kalau kebun pepaya terdiri atas campuran pohon hermaprodit, jantan dan betina, maka diperlukan lebih sedikit pohon jantan untuk menjamin polinasi yang efektif.

Cara bertanam pohon pepaya tidak banyak berbeda dengan cara bertanam pohon buah-buahan lainnya. Sebelum bibit ditanam pada tempat yang telah disediakan, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk memperoleh hasil penanaman yang memuaskan. Oleh karena produksi buah yang dihasilkan kelak

40

Page 41: kawasan agribisnis pepaya

sangat tergantung kepada cara bertanamnya selain faktor keadan bibit itu sendiri.

Dalam penelitiannya mengenai pepaya di Tanzania utara, Northwood (1970), mendapatkan hasil papain sebanyak 169 kg/ha selama periode 11 bulan dengan jarak tanam 3 m x 3 m, dan jarak tanam 3 m x 1.5 m ternyata 50% lebih tinggi dibandingkan dengan jarak tanam 3 x 4.5 m. Pemupukan N tidak berpengaruh nyata. Masalah gangguan penyakit harus dipertimbangkan dalam memilih jarak tanam yang sesuai dan populasi tanaman harus cukup tinggi untuk mengimbangi kehilangan.

(4). Pemeliharaan TanamanPemberian mulsaPemulsaan merupakan praktek yang bagus untuk

mengkonservasi air tanah dan mengendalikan pertumbuhan gulma. Kalau bahan organik miskin nitrogen digunakan sebagai bahan mulsa maka diperlukan tambahan pupuk nitrogen untuk menghindari defisiensi nitrogen. Mulsa perlu diberikan terutama pada waktu bibit masih muda dan pada waktu musim kemarau, sejak selesai penanaman bibit ke lubang tanam. Mulsa diberikan di sekeliling tanaman hingga menutupi tanah sekitar tanaman dengan cara melingkar. Mulsa yang digunakan biasanya dari jerami. Guna pemberian mulsa ini adalah untuk mempertahankan kelembaban tanah di sekitar tanaman agar tetap lembab, tidak cepat kering.

Penyiangan dan Pendangiran Penyiangan gulma dilakukan bersamaan dengan menutupi

tanah di sekeliling tanaman dengan mulsa berupa jerami atau daun-daunan. Pada dasarnya penyiangan harus tetap dilakukan secara rutin di sekeliling tanaman apabila ternyata gulma tetap tumbuh dan mengganggu, terutama ketika tanaman masih muda (umur setahun). Cara penyiangan dapat dilaksanakan dengan menggunakan sabit, cangkul, dicabut dengan tangan biasa, sekop, kecol, atau secara khemis dengan menggunakan herbisida.

Pendangiran adalah pengerjaan tanah di sekeliling tanaman dengan cara mencangkuli tanah-tanah di sekitarnya, agar tanah gembur sekaligus memperbaiki aerasi dan drainasinya. Dalam mengerjakan penggemburan tanah diusahakan sebaik-baiknya agar akar tanaman tidak rusak akibat pencangkulan, maka harus dilakukan dengan hati-hati sekali. Akan lebih baik bila alat yang digunakan berupa garpu untuk menghindari putusnya akar akibat pencangkulan. Pekerjaan pendangiran harus dilakukan secara rutin untuk mendukung pertumbuhan tanaman agar lebih baik, terutama pada tanah-tanah yang mudah padat dan pada tanaman yang sedang mengalami fase pertumbuhan aktif. Perioda perkembangan dan pertumbuhan

41

Page 42: kawasan agribisnis pepaya

tanaman pepaya biasanya dimulai sejak masa transplanting sampai tanaman berumur lebih kurang lima tahun.

PemupukanPupuk organik dan pupuk buatan keduanya dipakai oleh

petani monokultur untuk pepaya muda (umur kurang dari setahun) dan tanaman dewasa (umur lebih dari setahun). Untuk mendapatkan buah yang banyak diperlukan pupuk majemuk NPK (15-15-15) dengan dosis 1.5 kg/tanaman/tahun. Rincian dosis pupuk yang lazim menurut umur tanaman muda adalah:

Umur 0-3 bulan: 20 g/tanaman/bulanUmur 4-6 bulan: 50 g/tanaman/bulanUmur > 7 bulan: 100 g/tanaman/bulanKalau buah pepaya akan digunakan untuk konsumsi kalengan

maka dosis pupuk nitrogen harus dikurangi. Dosis N yang tinggi akan menimbulkan kadar nitrat yang tinggi pada pepaya dan ini membahayakan kaleng. Untuk pengalengan ternyata pupuk lengkap NPK dengan rasio 1:2:2 harus digunakan dan dosisnya tidak boleh lebih dari 50 g/tanaman/bulan.

Jenis pupuk yang diberikan pada tanaman pepaya dapat berupa pupuk organik (pupuk kandang, pupuk hijau atau kompos) dan pupuk anorganik. Pupuk organik dapat diberikan bersamaan waktu tanam atau saat selanjutnya setelah tanam. Pupuk anorganik diberikan selang bebe rapa waktu setelah tanam. Waktu pemupukan yang paling tepat diberikan pada saat mulai turun hujan. Dosis pemupukan untuk setiap tanaman berbeda tergantung umur tanaman, keadaan tanah dan tanaman serta lingkungannya. Tetapi secara umum dosis pupuk yang perlu diberikan berdasarkan umur dapat dilihat pada Tabel 3.10.

Tabel 3.10. Pemupukan tanaman pepaya berdasarkan umur

Tahun ke Pupuk kandang

(kg)

NPK(g) Keterangan

Waktu tanam

5 50-100 per phn per thn

I - II 5-10 100 - 150 per phn per thnII - III 10 - 15 150 - 200 per phn per thnLebih III 10 - 15 150 -200 per phn per thnSumber: Diolah dari data primer (usahatani pepaya monokultur)

Dalam penelitian Awada (1969) telah dilakukan penentuan secara tentatif nilai baku N dan P untuk keperluan program pemupukan. Tangkai daun dewasa paling akhir, yang ditandai oleh adanya bunga termuda pada ketiak daun, dipilih sebagai jaringan

42

Page 43: kawasan agribisnis pepaya

indeks untuk N dan P. Nilai Standar N yang dinyatakan dalam epersentase berat ekering beragam dari 1.28 pada bulan Juni hingga 1.20 pada Agustus/September dan 1.14 pada September. NIlai standar P adalah 0.25 untuk sampling bulan Mei/Juni.

PemangkasanPemangkasan dilakukan terhadap daun yang terserang

penyakit yang diperkirakan sulit disembuhkan dan terhadap daun yang kering atau mati; pemangkasan wiwilan dilakukan terhadap tunas-tunas vegetatif yang tumbuh. Pemangkasan pemeliharaan juga dilakukan pada tanaman yang terlalu rimbun. Di Ghana, formula untuk mengestimasi luas daun pepaya telah diteliti (Karikari, 1973). Formula ini menyediakan metode yang cepat dan cukup akurat yang dapat digunakan pada daun yang masih utuh, dan tampaknya formula ini juga dapat dipakai untuk mengestimasi luas daun pepaya di negara lain.

(5). Pembungaan dan pemeliharaan buah pepaya

PembungaanPembungaan tanaman pepaya dapat terjadi sepanjang tahun,

namun demikian pembungaan lebat dapat terjadi pada awal musim hujan. Selama periode pembungaan ini, peka sekali terhadap tiupan angin yang kencang. Apabila terjadi tiupan angin yang kencang, proses pembuahan akan gagal terjadi sehingga produksi buahnya kelak akan merosot jumlahnya. Apabila sesudah periode pembungaan terjadi periode kering yang berat, proses pembuahan akan gagal terjadi dengan baik sehingga produksi buah yang dihasilkan kelak menjadi gepeng. Bunga pepaya juga tidak tahan terhadap hujan yang terlalu deras, karena menyebabkan banyak bunga yang gugur dan gagal melakukan pembuahan. Periode pembentukan buah pada pepaya dapat terjadi sepanjang musim.

Pemeliharaan buahPemeliharaan buah pada waktu buah belum dipanen

merupakan hal yang penting untuk dikerjakan, karena pemeliharaan ini akan menentukan kualitas buah, dan harga buah bila kelak dipanen. Untuk konsumsi buah dalam bentuk segar, kualitas buah menjadi faktor penting yang harus diperhatikan yang meliputi ukuran buah, penampakan buah dan warna yang menarik, tebal daging buah, aroma, rasa dan sebagainya. Terdapat bebe rapa cara memelihara buah yang masih melekat di pohonnya agar kualitas buah tetap terjaga dengan baik.

Buah pepaya dibungkus secara individual dengan kantong poli-etilen berlubang-lubang atau kertas tissue dan dikemas dalam kotak karton. Kemudian dikirim lewat udara dengan lama perjalanan

43

Page 44: kawasan agribisnis pepaya

dua hari dalam suatu peti kemas yang terkendali tekanan dan suhunya; atau dikirim lewat laun selama 21 hari dalam peti kemas beku. Buah-buah yang dibungkus dengan kantong polietilena ternyata masih menunjukkan kenampakan yang bagus. Pra-perlakuan buah dengan 2% Zineb gagal mereduksi kehilangan selama periode pematangan (Lee, 1973).

a. Penyemprotan buahBuah pepaya (milik petani kebun pepaya monokultur) kadangkala disemprot dengan obat-obatan berupa insektisida maupun fungisida untuk mencegah serangan hama penyakitnya, karena seringkali diserang hama seperti lalat atau lainnya apabila dibiarkan, sehingga akan merusak buah dan kualitasnya. Pada buah yang sudah terserang hama/penyakit yang berat sekali dan diperkirakan sulit diberantas, lebih baik dipetik untuk mencegah penularannya.

b. Perbaikan warna buahBuah pepaya diusahakan dapat menerima cahaya matahari langsung untuk memperbaiki warnanya, agar buah berwarna lebih bagus dan menarik. Sehingga daun-daun tua yang terlampau rimbun dan seringkali menutupi buah perlu dipangkas, atau dengan menyangga ranting yang berbuah banyak dengan tiang penyangga dan diusahakan buah tersembul ke atas dari pentupan daun. Dengan demikian buah dapat terkena cahaya matahari langsung.

(6). Hama - penyakit Tanaman dan PengendaliannyaAda beberapa macam hama dan penyakit yang biasa

terdapat menyerang tanaman pepaya. Jenis hama yang sering ditemukan antara lain kalong/codot, burung, ulat daun. Sedangkan jenis penyakitnya antara lain embun tepung, penyakit layu, nematode dan beberapa penyakit lainnya. Masih banyak jenis hama dan penyakit tanaman pepaya yang belum dapat disebutkan disini, karena yang diutamakan adalah hama penyakit penting yang biasa menyerang tanaman pepaya.

Pepaya mudah terserang nematoda dan lahan tidak boleh ditanami pepaya lebih dari sekali (1-3 tahun) sebelum dirotasikan dengan tanaman lainnya. Pada lahan yang terserang parah, nematisida separeti Nemagon sangat dianjurkan. Formalin (25 ml larutan metanal 4%) dituangkan dalam lubang tanam juga dianjurkan. Pada tanah-tanah yang drainasenya jelek, dan tanah tanah yang sebelumnya telah ditanami pepaya, maka Phytophthor dan berbaqabusuk akar lainya menyebabkan kerugian yang serius pada pepaya.Berbagai penyakit batang dan daun juga ada dan kadang kadang dapat dikendalikan dengan menyemprot fungisida.

44

Page 45: kawasan agribisnis pepaya

Ada banyak penyakit virus pada pepaya dengan gejala seperti mosaik, kerdil, lambatnya pertumbuhan tanaman dan kerdil, menguningnya daun dan tajuk yang kecil. Mereka umumnya disebarkan oleh serangga, tetapi sukar diberantas. Suatu tanaman yang tumbuhnya tidak normal harus segera dibongkar dan dibakar atau dikubur. Beberapa tanaman menunjukkan resitensi dan ini harus digunakan untuk memproduksi biji benih. Pepaya pegunungan juga agak resisten terhadap gangguan virus penyakit.

Hama Tanamana. Kalong/Codot

Bagian tanaman yang diserang adalah buah. Buah pepaya yang masak sangat digemari hewan ini, buah akan diambil dan dimakan. Tak jarang buah pepaya berjatuhan akibat serangan hama ini. Kalong/ codot kebanyakan menyerang pada malam hari. Cara mengatasinya dengan cata gropyokan yaitu menangkap hewan ini beramai-ramai, kemudian membunuhnya.

b. Ulat daunBagian tanaman yang diserang adalah daun, terutama daun-daun yang masih muda. Hama ini menyerang bunga dan tunas-tunas muda. Pemberantasan kimiawi, dilakukan dengan menggunakan insektisida Diazinon atau Basudin 0.2 - 0.5%.

c. Kumbang hijauSerangannya ditandai dengan penggerekan terhadap batang dan membuat liang panjang didalamnya. Pemberantasan kimiawi dengan menggunakan Karbolineum plantarum .

d. Tungau atau mites Hama ini umumnya menyerang tanaman dengan menghisap zat cair organ tanaman/daun muda. Pada serangan berat daun tampak mengering. Cara menanggulanginya dengan menyemprotkan bubur California atau dengan penghembusan tepung belerang.

Penyakit TanamanFaktor utama yang mendorong terjadinya gangguan penyakit

pada pepaya ialah kondisi tanah yang jelek, termasuk defisien hara, kondisi iklim/cuaca buruk, teknik budidaya yang tidak memadai, kontaminan atmosfer, dan kelainan pertumbuhan karena faktor genetik (Barbosa, 1971).

Istilah "Mosaik" telah digunakan dalam penyakit virus pepaya baik untuk mendeskripsikan gejala yang berhubungan dengan lebih dari satu penyakit maupun sebagai nama umum untuk penyakit tunggal yang disebabkan oleh suatu infeksi tertentu (Cook, 1972). Dalam uji rumahkaca yang dilakukan di Hawaii, virus mosaik

45

Page 46: kawasan agribisnis pepaya

papaya dan virus ringspot pepaya dapat dikenali melalui daya infeksinya pada inang yang terpilih (Cook dan Milbrath, 1969). Tanaman kacang buncis (Vicia faba), Ocium basilicum, dan Celosia plumosa yang semula dianggap tidak peka ternayata dapat terinfeksi virus mosaik pepaya. Daun-daun Chenopodium amaranticolor yang diinokulasi dengan virus ringspot pepaya ternyata menumbuhkan lesion lokal yang dapat dikenali dengan jelas berbeda dengan yang disebabkan oleh virus mosaik pepaya. Penyakit mosaik pepaya di Hawaii serupa dengan Mosaik Bombay di India, becak ringspot di Florida, dan Mosaik pepaya di Puerto Rico.

Pengendalian gulmaPenyiangan secara manual dilakukan oleh petani dengan

sangat hati-hati supaya tidak merusak akar tanaman. Herbisida Diuron dengan dosis 2 kg/ha dan paraquat 1 liter/ha memberikan hasil yang baik kalau disemprotkan di lingkaran tajuk seputar batang, asalkan tidak pada tanah berpasir. Paraquat dan diuron lazim digunakan untuk mengendalikan gulma pada perkebunan pepaya di Hawaii (Romanowski, 1972). Perlakuan yang dianjurkan ialah Paraquat (+surfactant) pada dosis 0.56- 1.12 kg produk komersial (c.p.)per hektar; dan Diuron dosis 2.8 - 5.6 kg c.p./ha. Paraquat diaplikasikan sebagai basic-spray untuk gulam yang berkecambah dengan dosis 750-950 l/ha. Surfactan non-ionik seperti X-77 harus ditambahkan sekitar 230-460 g ke dalam 100 gallons (378 l) bahan semprotan. Bahan semprotan ini tidak boleh kontak dengan batang dan daun pepaya yang berwarna hijau. Diuron hanya boleh digunakan setelah kebun pepaya tumbuh baik minimal umur 6 bulan. Veinal klorosis dapat terjadi pada daun-daun tua. Tanaman tidak boleh ditanam selama dua tahun setelah aplikasi Diuron terakhir. Kebun pepaya di Hawai berada pada tanah vulkanik kasar memerlu-kan perlakukan khusus dalam budidayanya. Frekuensi pemupukan harus lebih sering dibandingkan dengna kebun pepaya pada tanah- tanah yang normal. Karena tanah yang porus ternyata pengendalian gulma dengan herbisida juga menjadi masalah. Dua bahan kimia yang digunakan ialah solven petroleum 150-375 l/ha dan paraquat 0.5-1.1 kg/ha dengan surfactan 2.5-5 l/ha. Diuron dengan dosis 2.2 kg/ha diberikan tidak lebih dari duakali setahun (Ito, 1969).

3.7. Panen dan PascapanenBuah pepaya harus dipanen pada saat setengah masak,

ketika daging buahnya masih keras dan tekstur seperti wortel. Buah ini akan cepat masak selama 1-3 hari dan harus segera diangkut ke pasar .

Tanda-tanda kemasakan buah pepaya terutama ditandai adanya perubahan warna kulit buah dari hijau menjadi kuning atau kemerahan. Tanda kemasakan dengan melihat warna buah ini

46

Page 47: kawasan agribisnis pepaya

adalah merupakan cara paling sederhana dan mudah. Buah yang masak benar dicirikan dengan tidak adanya campuran warna hijau pada kulit buah. Kulit buah berwarna kuning atau kemerahan atau campuran kedua warna tersebut. Kemasakan buah umumnya terjadi 4- 5 bulan setelah pembungaan.

47

Page 48: kawasan agribisnis pepaya

IV. RANCANGAN KEGIATAN PENGEMBANGAN

SPAKU PEPAYA

Untuk mewujudkan Sentra Pengembangan Agribisnis Komoditas Unggulan (SPAKU) Pepaya di wilayah Kecamatan Wajak, Kabupaten Malang, maka berbagai kegiatan dalam seluruh subsistem-subsistem agribisnis termasuk subsistem penunjangnya perlu direncanakan. Perwujudan Kecamatan Wajak sebagai sentra pengembangan agribisnis komoditas pepaya akan memerlukan waktu sekitar 5 tahun, dimana 2 tahun adalah kebutuhan waktu untuk pembangunan kebun (penanaman) dan 3 tahun adalah kebutuhan waktu untuk pembinaan KUBA mandiri.

Berikut ini diuraikan kegiatan-kegiatan yang ditargetkan untuk dapat dilaksanakan dalam kurun waktu 5 tahun. Rancangan kegiatan ini difokuskan pada pengembangan 1000 Ha kebun pepaya monokultur sebagai inti dan sekitar 500 ha pepaya pekarangan sebagai daerah dampak dari SPAKU pepaya.

Rancangan kegiatan ini memberikan gambaran kegiatan-kegiatan pokok yang akan ditangani melalui proyek sejak penanaman sampai dengan pemeliharaan tahun ke 2 karena tanaman pepaya baru dapat di panen pada tahun ke 2.

4.1. Pengadaan dan Penyaluran Agroinput

4.1.1. Pengadaan dan Penyaluran Bibit PepayaSesuai target/sasaran, dalam kurun waktu lima tahun akan

dikembangkan 1000 Ha tanaman pepaya, pada lima kecamatan terpilih. Untuk itu dibutuhkan bibit pepaya Thailand sebanyak minimal 1.000.000 bibit ditambah 5 - 10 % perkiraan kebutuhan cadangan bibit untuk sulaman tanaman yang mati.

Pengadaan bibit untuk kebutuhan pengembangan sentra pepaya tersebut diharapkan dapat dipenuhi dari penangkar-penangkar setempat.

Selain bibit pepaya juga diperlukan pengadaan bibit tanaman aneka jenis hortikultura sayuran, sela jagung, kedelai, kacangtanah, dan kacang hijau; serta bibit tanaman pagar seperti sengon, kapok randu, melinjo, petai, pisang, alpokad, atau lainnya.

4.1.2. Pengadaan dan Penyaluran Saprodi

1. PupukSesuai dengan agroekosistem/kondisi lahan ke lima

Kecamatan terpilih sebagai lokasi sentra agribisnis pepaya, maka rencana pengadaan pupuk yang dibutuhkan untuk tanaman pepaya

48

Page 49: kawasan agribisnis pepaya

mulai tanam sampai dengan pemeliharaan tanaman menjelang panen adalah sebagaimana disajikan dalam Tabel 4.1.

Tabel 4.1. Rencana Pengadaan Pupuk Sentra Agribisnis Pepaya

Jenis Kebutuhan, kg/ha PengadaanPupuk Pena- Pemeliharaan untuk naman Th.I Th.II Th.III Th.IV 1000 Ha Urea

62.5 125

125

250 250 812500

ZA 62.5 125 125 250 250 812500TSP 62.5 125 125 125 200 637500KCl 62.5 125 125 125 200 637500

Pengadaan pupuk ini diusulkan disalurkan melalui/oleh KUD. Selain itu juga diperlukan pengadaan pupuk untuk menunjang program intensifikasi usahatani tanaman sela, sesuai dengan paket agroteknologi yang disarankan.

2. PestisidaBeberapa hama dan penyakit yang umumnya menyerang

tanaman pepaya adalah wereng pepaya atau sikada, penggerek batang dan buah, lalat buah dan antrakaose. Untuk mencegah dan memberantas hama penyakit yang mungkin dapat menyerang tanaman pepaya, maka dalam kurun waktu berlangsungnya pembangunan sentra (1000 Ha) diperlukan pengadaan pestisida sebesar 125000 liter dengan rincian sebagaimana disajikan dalam Tabel 4.2.

Tabel 4.2. Pengadaan Pestisida Sentra Agribisnis Pepaya

Jenis Kebutuhan, kg/ha Pengadaan Saat Pemeliharaan untuk

tanam P1 P2 P3 P4 1000 haBasudin 0.0 5.0 5.0 5.0 10.0 25000Azodrin 0.0 5.0 5.0 5.0 10.0 25000Metil Cugero 0.0 5.0 5.0 5.0 10.0 25000Benlate/ Dithare M-45 0.0 10.0 10.0 15.0 15.0 50000

49

Page 50: kawasan agribisnis pepaya

Jumlah kebutuhan pengadaan agroinput (pupuk dan pestisida) untuk tanaman pepaya s/d tanaman berproduksi optimal (tahun ke 10) dapat dilihat pada paket budidaya tanaman.

3. Pengadaan benih tanaman selaSebagai sumber penghasilan tambahan bagi petani sebelum

pepaya berproduksi, maka akan dibudidayakan tanaman kedelai, kacangtanah, kacang hijau, cabai, jagung atau tanaman sayuran sebagai tanaman sela. Dengan memperhitungkan pergiliran tanaman, maka kebutuhan benih jagung dan kedelai untuk tanaman sela pada areal seluas 1000 Ha dapat dihitung berdasarkan paket usahatani yang disarankan. Pengadaan benih tanaman sela ini dapat disalurkan melalui KUD setempat.

4.2. Pengadaan Sarana, Prasarana dan Alsintan Alsintan yang dibutuhkan pada saat tanaman diproduksi

sampai dengan panen adalah alat pengolah tanah dan penyiangan. Perkiraan kebutuhan pengadaan alsintan untuk pengembangan SPAKU pepaya di Kecamatan Wajak adalah satu unit per rumahtangga. Sarana yang sangat diperlukan dalam pengem-bangan komoditas pepaya ini yaitu pengairan yang diupayakan melalui pembuatan sumur galian sebanyak 2 unit/ha kebun. Prasarana utama yang perlu dibangun adalah jalan kebun sepanjang 100 m/ha kebun dalam waktu 5 tahun.

4.3. Pemantapan Kelembagaan Kelembagaan yang harus ada di lokasi SPAKU meliputi

kelembagaan petani, kelembagaan ekonomi dan kelembagaan aparatur.

4.3.1. Kelembagaan Pengelola SPAKU Pepayaa. Setiap petani menjadi anggota KUBA Pepaya.b. Setiap KUBA Pepaya tani beranggotakan 20 petani.c. Setiap petani menguasai sekitar 1 Ha lahan untuk pepaya.d. Setiap 15 KUBA Pepaya oleh 1 PPL.e. Setiap PPL mengelola 5 Ha kebun inti yang berfungsi sebagai

kebun produksi, pusat informasi teknologi budidaya pepaya, yang dilengkapi dengan SAUNG (gubuk tempat pertemuan kelompok tani).

f. Setiap petani juga menjadi anggota Koperasi Petani Pepaya/KUD.

g. Setiap KUD menjadi mitra sumber dana yang terdiri dari BRI, BPD, BUMN, BUMS.

50

Page 51: kawasan agribisnis pepaya

Dalam rangka menyusun model pembinaan KUBA Pepaya digunakan langkah-langkah sebagai berikut :

51

Page 52: kawasan agribisnis pepaya

1. KONDISI SAAT INI

2. PELUANG PENGEMBANGAN

3. MODEL RANCANG-BANGUN

EVALUASI KELAYAKAN

4. TEKNOLOGI 5. SOSIAL EKONOMI

6. REKAYASA KELEMBAGAAN ORGANISASI/ PRANATA

7. JUSTIFIKASI KELEMBAGAAN

8. RANCANG-BANGUN SISTEM

9. STRATEGI IMPLEMENTASI

10. RENCANA ENFORCEMENT DAN PEMANTAUAN

52

Page 53: kawasan agribisnis pepaya

(A). Rona Lingkungan Aktual

1. Sosial Ekonomia. Rataan pendapatan per kapita per tahun para pemilik pepaya

(petani lahan kering) di wilayah kecamatan Wajak, Kabupaten Malang masih harus ditingkatkan untuk mencapai tingkat kesejahteraan yang lebih baik

b. Fluktuasi pendapatan bersifat musiman dan sangat tergantung pada dinamika pasar/harga pepaya di pasaran serta fluktuasi pasar/harga saprodi, terutama pupuk dan pestisida;

c. Rataan anggota keluarga 4 - 5 orang, dengan 2 - 3 orang anak.

2. Teknologi Pemeliharaan Tanaman Pepaya (Produksi)a. Jumlah dan kualitas pohon sangat beragam dan kualitasnya

umumnya rendah b. Populasi pohon pepaya 50 - 100 pohon c. Luas pekarangan 500-1000 m persegi untuk menanam tanaman

pepaya dan ditanami dengan aneka tanaman tahunan lainnyad. Sasaran produksi : buah pepaya ;e. Tenaga kerja keluarga: suami-istri, dan anak-anak .

3. Kelembagaan Produksi Primer: Petani lahan kering

a. Hubungan antara anggota kelompok tani yang ada sekarang bersifat tradisional

b. Usaha pemeliharaan tanaman dengan sistem kebun campuran kurang intensif;

c. Setiap kelompok tani beranggotakan 20-30 RTP dan dipimpin oleh seorang ketua dan seorang sekretaris dan seorang benda-hara; namun demikian aktivitas kelompok ini masih sederhana

d. Kelompok tani yang ada sekarang belum membentuk Koperasi formal yang beranggotakan semua RTP (Rumah Tangga Petani)

(B) Permasalahan dan Peluang Pengembangan1. Keterbatasan penguasaan informasi, modal dan teknologi

mengakibatkan operasi pemeliharaan tanaman sangat terbatas dan hasil buah pepayanya juga masih relatif rendah. Peluang inovasi teknologi dapat dilakukan melalui pembinaan kelompok tani (KUBA=Kelompok Usaha Bersama Agribisnis) secara intensif sehingga mempunyai akses yang lebih besar terhadap kemudahan-kemudahan yang disediakan oleh pemerintah atau investor swasta.

2. Fluktuasi harga buah pepaya pada tingkat petani masih cukup besar dan "bargaining power" dalam mekanisme pasar relatif sangat lemah , karena informasi pasar yang dikuasai sangat

53

Page 54: kawasan agribisnis pepaya

terbatas dan daerah pemasarannya sangat terbatas. Informasi pasar yang memadai diharapkan dapat memperbaiki situasi ini. Rintisan kemitraan dengan kelembagaan suasta yang bergerak dalam bidang pemasaran buah pepaya diharapkan dapat membantu petani memasarkan hasil buahnya. Dalam kaitan ini perlu adanya lembaga pengumpul (pengepul) di desa sebagai "perwakilan" dari perusahaan suasta tersebut yang berperan sebagai pedagang desa. Lembaga pengepul inilah yang berhubungan langsung dengan KUBA.

3. Salah satu kendala serius yang masih dihadapi para petani ialah dalam pengadaan saprodi, terutama bibit pepaya yang unggul, sedangkan pupuk dan pestisida telah dapat tersedia secara lokal dengan harga yang layak. Jalinan kemitraan juga perlu dikembangkan dengan melibatkan agen-agen dari produsen bibit/penangkar bibit yang bersertifikat, serta kios-kios/toko pertanian yang merupakan perwakilan dari produsen saprodi, seperti pupuk daun, hormon /zat trumbuh dan pestisida.

4. Khusus dalam kaitannya dengan pembinaan dan pengembangan KUBA Pepaya diperlukan suatu "Forum Komunikasi Agribisnis Pepaya (FORKA Pepaya)" yang beranggotakan wakil-wakil dan dinas/instansi terkait, koperasi/KUD, Suasta, ketua-ketua KUBA dan tokoh masya-rakat. Fungsi dan tugas FORKA ini adalah membahas segenap permasalahan pengembangan KUBA pepaya dan mencari alternatif penanganannya.

(C). Hopotesis Disain Agro-TeknologiUsaha pemeliharaan pepaya dengan sistem KUBA

disarankan dengan perbaikan paket agrtoteknologi alternatif sebagai berikut :1. Sistem perkebunan pepaya permanen dengan pemeliharaan

tanaman secara intensif 2. Menggunakan bibit pepaya jenis unggul, misalnya Thailand3. Kebun monokultur lebih disarankan apabila memungkinkan. 4. Pengawasan kesehatan dan kesuburan tanaman dilakukan

dengan menerapkan praktek budidaya tanaman secara intensif.5. Recording buku harian individu tanaman pepaya dan

pengawasan periode pembungaan dan pembuahan kalau memungkinkan.

6. Menerapkan teknologi penanaganan pasca panen buah untuk menyeragamkan pematangan buah atau menangguhkan proses pematangan melalui manipulasi teknologi kemasan.

(D). Kelayakan Disain Kebun Pepaya

54

Page 55: kawasan agribisnis pepaya

1. Kelayakan Teknis Kebun monokultur digunakan secara khusus untuk

memproduksi buah-buah pepaya yang kualitasnya bagus dan seragam; sedangkan pengelolaan kebun dapat mengikuti rekomendasi yang ada. Tanaman selama selama lima tahun pertama adalah kedelai atau jagung yang dikelola secara intensif.

2. Kelayakan EkonomiSekala ekonomi minimum bagi rumah tangga petani adalah

0.5-1.0 ha dengan jumlah pohon produktif 500-1000 pohon.Peningkatan produksi dan pendapatan usahatani pepaya

mulai tahun ke V diharapkan telah cukup tinggi untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga secara memadai (telah melampaui batas ambang kemiskinan); Fluktuasi pendapatan dan produksi hampir merata dari tahun ke tahun tahun. Penyerapan tenaga kerja memungkinkan mempekerjakan tenagakerja luar keluarga ; Secara ekonomi layak;

Beberapa faktor penunjang kelayakan ekonomi tersebut adalah :a. Menambah sasaran produksi, yaitu grading buah-buah pepaya

untuk pasar lokal, regional dan kota-kota besar.b. Meningkatkan hasil buah pepaya secara bertahap setiap tahun

hingga sasaran akhir tahun ke X dengan sekala usaha 500-1000 pohon produktif setiap rumahtangga yang memiliki lahan kering 0.5 -1.0 ha.

c. Mengurangi fluktuasi produksi dan pendapatan dengan jalan disiplin usaha dan pemantauan/pemeliharaan tanaman produktif secara intensif.

d. Menciptakan adanya pola usaha bersama (KUBA) secara berkelompok dengan pangsa yang relatif sama.

3. Kelayakan SosialUsaha pemeliharaan pepaya secara berkelompok telah lazim

dilakukan dengan kerjasama yang serasi; dengan demikian proyek SPAKU Pepaya ini tidak akan menimbulkan konflik sosial dan mengganggu sistem kelompok yang telah serasi.

(E). Rekayasa Kelembagaan

1. Petani yang terikat pinjaman dengan pedagang/pelepas uang harus melunasi untuk melepaskan ikatan tersebut;

2. Respon terhadap inovasi teknologi masih harus ditingkatkan, karena keterbatasan akses individu petani terhadap sumber

55

Page 56: kawasan agribisnis pepaya

informasi inovasi, peluang- peluang bisnis dan informasi pasar yang ada;

3. Respon terhadap KUD umumnya rendah dan terkesan bahwa peran KUD dalam membantu pemasaran hasil buah serta penyediaan modal belum banyak dirasakan oleh masyarakat petani ;

4. Respon terhadap perkreditan formal rendah, hal ini disebabkan pengalaman sebelumnya dimana penyaluran kredit kurang aspiratif, terlalu birokratif, bunga tinggi dan tidak sesuai dengan kebutuhan petani .

Berdasarkan atas beberapa kendala tersebut, maka strategi rekayasa kelembagaan yang perlu disarankan adalah sebagai berikut :1. Menciptakan usaha berkelompok dari RTPLK yang

memungkinkan berkongsi dengan pangsa yang relatif seimbang dalam bentuk KUBA;

2. Meningkatkan peran serta PTL, PPL, dan tokoh masyarakat dalam pembinaan KUBA pepaya;

3. Mengurangi secara bertahap ketergantungan petani pada pedagang/ lembaga pemasaran sehingga meningkatkan posisi tawar- menawar dalam pemasaran hasil ;

4. KUBA-KUBA pepaya perlu membentuk koperasi petani pepaya (Unit Usaha Otonom Agribisnis dari KUD) yang berfungsi sebagai jembatan penghubung antara kelompoktani pepaya dengan dunia luar, baik dunia bisnis, birokrasi dan perbankan, maupun sumber inovasi teknologi

5. Memperkenalkan kredit yang ditempuh dengan sistem bagi hasil, serta mengatur sistem bagi hasil yang lebih seimbang dengan melibatkan lembaga antara , yaitu Koperasi petani pepaya atau KUD.

(F). Justifikasi KelembagaanIkatan antara sesama petani dan antara petani dalam

lembaga tradisional yang ada, serta antara petani dengan tokoh masyarakat sangat kuat. Pada sisi lain keterbatasan penguasaan modal dan informasi teknologi dirasakaan sebagai kendala pokok bagi pengembangan agribisnis pepaya. Oleh karena itu usaha yang sekarang dilakukan masih terkesan tradisional dengan sekala usaha yang relatif rendah.

Sistem kredit bagi hasil dengan lembaga antara KUBA dan Koperasi Petani Pepaya (Unit usaha otonom KUD) dimaksudkan untuk mengurangi keterbatasan modal usaha melalui penggunaan fasilitas KPPA. Dengan demikian perbankan formal, seperti Bank Jatim, sebagai penyedia fasilitas kredit diharapkan mampu menjalin kerjasama kemitraan dengan para petani .

56

Page 57: kawasan agribisnis pepaya

(G). Rancangan Sistem SPAKU Pepaya

1. Organisasi Produsen Primer

FORKA Investor Pepaya Pemerintah (Mis. Bank Jatim)

Konsultasi/investasi/Perkreditan

kredit dengan Suasta/ ( PTL dan PPL) sistem perwakilan Tokoh bagi hasil Pedagang buah Masyarakat Produsen Saprodi

kerjasama

Pemasaran Penyuluhan Modal hasil buahDIKLAT usaha & SAPRODI

KOPERASI PETANI Pepaya

KUBA PEPAYA 25-30 RTP

2. Struktur Sistem Pembinaan

57

Page 58: kawasan agribisnis pepaya

FORKA PEPAYA BPTP

PPL Pusattokoh masyarakat Penangkaran

bibit

Koperasi Suasta Petani Pepaya

KUBA pepaya KUBA pepaya .............. 25-30 RTP 25-30 RTP .........

3. Pranata

Tugas dan tanggung masing-masing komponen organisasi yang diusulkan tersebut diuraikan sebagai berikut :

a. Investor PEMERINTAH:- Menyediakan fasilitas kredit bagi hasil dalam bentuk paket

agribisnis pepaya intensif untuk KUBA melalui koperasi petani pepaya;

- Menjalin kerjasama kemitraan dalam permodalan dengan koperasi petani dengan jalan menyediakan kemudahan-kemudahan birokrasi dan administrasi;

- Menjalin kerjasama konsultatif dengan Koperasi petani pepaya, khususnya dalam pelatihan manajemen permodalan bagi usaha agribisnis pepaya.

b. Suasta: Pedagang buah/Produsen Saprodi :

58

Page 59: kawasan agribisnis pepaya

- Diharapkan bersedia sebagai mitra kerja Koperasi Petani Pepaya atau KUBA pepaya, dengan jalan menunjuk perwakilannya di desa ;

- Menjalin kerjasama kemitraan dengan jalan menyediakan informasi-informasi pasar dan transfer teknologi inovatif .

c. Petugas Penyuluhan/Teknis Lapangan (PPL/PTL) :- Bertanggung jawab terhadap pelatihan dan penyuluhan untuk

lebih meningkatkan akses petani kecil terhadap peluang-peluang ekonomi yang ada dan penguasaan teknologi;

- Menjalin kerjasama konsultatif dan kemitraan dengan instansi terkait dan tokoh masyarakat setempat dalam pelaksanaan transfer teknologi dan pembinaan pengelolaan usaha

d. Koperasi Petani Pepaya (Unit Usaha Otonom KUD)- Mengawasi, mengkoordinasikan dan membina pelaksanaan

sistem usaha agribisnis yang dilakukan oleh KUBA pepaya ; - Membantu KUBA dalam operasionalisasi kegiatan pembinaan agribisnis pepaya ;

- Membina mekanisme kerja pengembalian kredit sehingga dapat memenuhi aspirasi petani dan sumber kredit ;

- Menjalin kerjasama kemitraan dengan suasta pedagang telur dan produsen/pedagang SAPRODI ;

- Membina dan mengembangkan mekanisme tabungan sukarela dari para petani.

e. Petani Pepaya- Melaksanakan usaha agribisnis pepaya melalui KUBA- Menjalin kerjasama kemitraan dengan instansi/ investor melalui

mekanisme "kerjasama yang saling menguntungkan";- Mengikuti pelatihan teknologi sebelum/selama operasionalisasi

kegiatan;- Memasarkan hasil produksinya kepada lembaga pemasaran yang

bermitra dengan KUBA- Pengelolaan pemilikan alat produksi (jika kredit telah lunas), tetap

berusaha secara kongsi di bawah pengawasan dan pembinaan KUBA dan Koperasi;

- Menjalin kerjasama dengan Koperasi Petani Pepaya melalui program tabungan bebas sebagai dana untuk perawatan alat-alat produksi.

(H). Strategi Implementasi

1. Aspek Kelembagaan a. Pengaturan adanya usaha agribisnis pepaya secara berkelompok

(KUBA) dilakukan dengan sistem kredit bagi hasil ;

59

Page 60: kawasan agribisnis pepaya

b. Sarana alat produksi dan SAPRODI menjadi milik RTPLK yang berkelompok menjadi KUBA

c. Pembagian hasil diatur sedemikian rupa, sehingga saling men-guntungkan semua pihak secara proporsional

d. Pada tahap awal, pemilihan kelompok sasaran perlu diarahkan pada pribadi-pribadi yang memiliki status sosial hampir sama/merata dan respon terhadap mekanisme pembinaan ;

e. Perlu dijalin kerjasama kemitraan yang harmunis antara instansi pemerintah, investor suasta, pedagang/pengolah/produsen SAPRODI, Koperasi dan tokoh masyarakat desa melalui forum komunikasi agribisnis (FORKA). Kunci keberhasilan pembinaan sangat tergantung pada peran serta semua pihat terkait, termasuk petani.

2. Operasionalisasi TeknisRekapitulasi pengaturan teknis yang diperlukan untuk

menunjang keberhasilan kredit bagi hasil adalah sebagai berikut :a. Jumlah Jumlah tanaman produktif yang dipelihara minimum 500

pohon setiap RTPLK ; b. Jumlah RTPLK dalam usaha kelompok ± 25-30 RTPLK;c. Ketentuan bagi hasil dalam pengembalian kredit dan perguliran

berdasarkan asas saling menguntungkan;d. Nilai kredit/modal yang diinvestasikan disesuaikan dengan

kebutuhan.

60

Page 61: kawasan agribisnis pepaya

3. Operasionalisasi Pengorganisasian.Pengorganisasian yang perlu diakukan untuk menunjang

program ini adalah :

No.

Tahapan kegiatan Pelaksana

1 Pengaturan kerjasama investor dengan

Investor dan Di

Petani nas/Instansi 2. Penentuan pedagang sebagai

komponenFORKA

pembina-an 3. Pengaturan kerjasama antar

kelembagaan FORKA

yang terkait 4. Pelatihan PPL tentang teknologi yang

akan Dinas/BLPP

diintroduksikan. BPTP 5. Penentuan/seleksi RTPLK untuk

usahaInstansi/Tokoh

kelompok dalam KUBA Pepaya masyarakat/Desa 6. Pelatihan Petani PPL/FORKA/BPTP 7. Operasionalisasi kegiatan usaha

agribisnis

secara berkelompok/berkongsi : a. Pemeliharaan Tanaman RTPLK b. Pembeli hasil produksi pepaya Pedagang/Pengepul c. Pengatur dan pengawasan bagi

hasil Ketua KUB

d. Pengawasan harga Koperasi e. Pembelian Saprodi Koperasi; RTP f. Penanggung jawab bagi hasil Koperasi, KUB g. Penambahan modal usaha Koperasi, KUB 8. Pengaturan usaha bersama petani

setelah Koperasi+KUB

kredit lunas

(I). Enforcement dan PemantauanDalam rangka untuk mengamankan dan membantu

kelancaran kredit bagi hasil untuk petani kecil tersebut perlu dikembangkan pola insentif dan penalti yang melibatkan Koperasi, KUBA, aparat pemerintahan desa, dan kelembagaan lain yang terkait. Dalam hubungan ini pendekatan persuasif sangat diperlukan.

61

Page 62: kawasan agribisnis pepaya

4.3.2. Kelembagaan Ekonomi/KeuanganKelembagaan ekonomi yang diperlukan adalah : BRI, BPD,

BUMN, Swasta, KUD, Pedagang dan Arisan/pengajian.

4.3.3. Kelembagaan AparaturKelembagaan aparatur, berdasarkan fungsinya dapat dibagi

menjadi :a. Lintas sektoral Misalnya : LKMD, Forum Musyawarah LKMD.b. Struktural sektoral - Mantri Tani, berfungsi untuk administrasi tanaman pepaya atau SIMKM (Sistem Informasi

Manajemen Kebun Pepaya) - Kepala Dinas Tk. II - Kepala Dinas Tk. I - Kakanwil Dep. Pertanian Propinsi Jawa Timurc. Struktural fungsional - PPL pepaya, dibekali ketrampilan teknis dan manajerial dan dengan modal kredit usahatani. - PPS di tingkat BIPP Kabupaten.d. Balai Latihan Kerja dan Diklat Petani - Sekolah Lapangan (SL) Agribisnis pepaya di lokasi

sentra. - BLPP di Tingkat Kabupaten

4.4. Peningkatan Pengolahan dan PemasaranSalah satu aspek sangat penting dalam pembangunan

sentra agribisnis adalah pengolahan/pemasaran hasil. Memasuki perdagangan bebas, aspek-aspek penting dari produk usahatani atau produk agroindustri yang akan dipasarkan adalah :

a. Kuantitas (volume produksi) yang berskala ekonomib. Kontinuitas (ketersediaan sepanjang waktu)c. Kualitas/mutu yang tinggi dan Harga (efisiensi) yang

kompetitif

4.4.1. Peningkatan pengolahan meliputi :a. Pengadaan alat pengolahan hasil (Cold storage)b. Pelatihan pengolahan hasil bagi petani (pemakaian bahan

kimia untuk penyeragaman pemasakan)c. Pelatihan peningkatan mutu hasil (Sekolah Lapang

Agribisnis Pepaya)d. Magang petani di perusahaan agroindustrie. Magang di BLPP/BPTP Karangploso, Malang.

62

Page 63: kawasan agribisnis pepaya

4.4.2. Peningkatan pemasaran meliputi :

a. Pengembangan sistem informasi pasar Melalui Radio Komunikasi Informasi Pertanian (RKIP) Wonocolo Surabaya.

b. Temu Usahac. Magang di perusahaan agribisnis produk pepaya yang adad. Studi banding ke daerah PUSAT pemasaran

4.5. Dukungan Sektor TerkaitPembangunan Sentra Agribisnis Komoditas Unggulan

memerlukan dukungan sektor lain yang terkait seperti :a. Pembangunan jalan kebun (Dep. PU)b. Pembangunan Irigasi /sumur (Dep. PU)c. Pengembangan Koperasi/KUD (Dep. Koperasi dan PPK)d. Pembangunan Pasar Lelang, pasar induk (Dep. PERINDAG)e. Pembangunan Industri Pengolahan Hasil (DEPERINDAG)f. Teknologi tepatguna inovatif (BPTP Karangploso, Malang)

4.6. Analisis Faktor Pendorong dan Penghambat Dalam rangka pembangunan sentra pengembangan komoditi

unggulan pepaya di Kabupaten Kediri, perlu dianalisis faktor pendorong dan penghambat.

4.6.1. Faktor pendorongMeliputi sosioteknologi, agroekosistem cacah, infra struktur

memadai, kelembagaan agro-support mendukung, supra struktur politis kondusif.

4.6.2. Faktor penarikMeliputi pemasaran prospektif, trend kenaikan pendapatan,

kesadaran gizi masyarakat, Program Gerakan Kembali ke Desa, perkembangan struktur ekonomi wilayah perdesaan.

4.6.3. Faktor penghambatMeliputi pemilihan lahan sempit, kesulitan air, orientasi

subsistensi, keragaman poliklonal, musiman dan binial bearing (pembuahan tidak teratur), volume besar dan berat serta mudah rusak.

4.7. Pengorganisasian Proyek

4.7.1. Koordinasi Perencanaan Proyek1. Kegiatan

63

Page 64: kawasan agribisnis pepaya

Tahapan kegiatan-kegiatan tahunan seperti dijabarkan pada Bab VI merupakan rencana kegiatan untuk pengembangan sentra agribisnis pepaya di Kabupaten Malangyang perlu disepakati oleh fungsi perencanaan pada Kanwil Departemen Pertanian Propinsi Jawa Timur, Bappeda Tingkat I Propinsi Jawa Timur, Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Tk. I dan Tk. II serta Bappeda Kabupaten Kediri, dan disetujui oleh Departemen Pertanian dan Pemda Kabupaten Malangserta Dinas-dinas sektor terkait lainnya.

2. PendanaanBiaya pembangunan sentra produksi pepaya selama 5 - 10

tahun diusulkan untuk dapat dialokasikan tidak saja dari dana APBN tetapi juga dari dana APBD Tk. I atau APBD Tk. II. Dengan sistem/pola pendanaan :

- Pemeliharaan th. I = APBN- P II - P III - P IV = APBD I dan II

4.7.2. PelaksanaanPengembangan sentra agribisnis pepaya di Kabupaten

Malangini dilaksanakan oleh Unit Pelayanan Pengembangan (UPP) sentra agribisnis pepaya yang berada di bawah tanggung jawab Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Tk. II Kabupaten Kediri.

4.7.3. Pengendalian Pengendalian kegiatan pengembangan sentra agribisnis

pepaya (selama masa konstruksi proyek) di Kabupaten Malangdilaksanakan oleh Tim Teknis Pembangunan Pertanian Propinsi Jawa Timur. FORKA Pepaya (Forum Komunikasi Agribisnis Pepaya) dibentuk dan diharapkan dapat berfungsi penuh selama pasca proyek.

4.7.4. Monitoring dan EvaluasiEvaluasi pelaksanaan kegiatan tahunan (on going)

dilaksanakan secara terpadu oleh Kanwil Deptan Propinsi Jawa Timur, Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Tk. I dan Tk. II Kabupaten Kediri, Bappeda Kabupaten Malangserta Dinas- dinas sektor terkait di Kabupaten Kediri.

Monitoring dan evaluasi pelaksanaan kegiatan tahunan bertujuan memantau kegiatan tahunan agar sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan dan merekomendasi penyesuaian-penyesuaian yang perlu dilaksanakan seandainya demi tercapainya tujuan pengembangan sentra agribisnis pepaya.

Evaluasi dampak (ex post) akan dilaksanakan setelah 5 - 6 tahun berjalan yang melibatkan Instansi Pertanian tingkat Pusat.

64

Page 65: kawasan agribisnis pepaya

Evaluasi dampak bertujuan melihat/menganalisa dampak yang timbul akibat adanya kegiatan pembangunan sentra agribisnis pepaya. Diharapkan dampak yang timbul adalah dampak positif yaitu antara lain : meningkatnya pendapatan petani khususnya dan perekonomian desa pada umumnya.

65

Page 66: kawasan agribisnis pepaya

V. PENTAHAPAN KEGIATAN

Untuk mengembangkan Kecamatan Wajak, Kabupaten Malang menjadi sentra agribisnis pepaya diperlukan pembinaan dan pembiayaan dari Pemerintah selama 5 tahun. Dengan kata lain, masa kerja Unit Pelayanan Pengembangan (UPP) sentra agribisnis pepaya akan berlangsung selama 5 tahun. Dasar pertimbangan dibutuhannya waktu 5 tahun adalah sebagai berikut :

1. Sasaran luas areal yang akan dikembangkan menjadi inti/percontohan adalah 1000 Ha dengan target penanaman 200 Ha/tahun. Dengan demikian dibutuhkan waktu selama 5 tahun untuk mengembangkan 1000 Ha sentra produksi pepaya di lokasi terpilih.

2. Tanaman pepaya baru dapat berproduksi setelah tanaman berusia 2 tahun. Agar petani mampu melakukan pemeli-haraan tanaman sesuai paket teknologi yang dianjurkan, maka diharapkan pembinaan dan bantuan Pemerintah diberikan kepada petani tidak hanya berupa paket 1 tahun (pada tahun penanaman) tapi juga pembinaan dan paket pemeliharaan tanaman sampai dengan tanaman mulai berproduksi. Tanaman yang ditanam pada tahun ke 4 baru akan berproduksi pada tahun ke 4. Oleh karena itu dibutuhkan waktu sampai dengan 5 tahun pembinaan.

Pada tahun ke 5, sebelum berakhirnya masa tugas Unit Pelayanan Pengembangan sentra agribisnis pepaya akan dilaksanakan evaluasi dampak (ex-post evaluation) untuk menilai dampak pembangunan sentra agribisnis pepaya terhadap peningkatan pendapatan petani khususnya, dan peningkatan kegiatan ekonomi pedesaan pada umumnya.

66

Page 67: kawasan agribisnis pepaya

VI. P E N U T U P

6.1. Mekanisme Pendanaan

Untuk tercapainya sasaran kegiatan pengembangan Agribisnis pepaya yang tahapan kegiatannya telah dijabarkan pada Bab V, maka setiap tahun pada penyelenggaraan Rakor bangtan/Rakorbang Tk. II, perlu dibahas rancangan kebutuhan biaya pelaksanaan pembangunan sentra agribisnis pepaya setiap tahunnya. Hal ini diperlukan untuk pengalokasian dana dari masing- masing sumberdana yang seperti telah diusulkan pada bab-bab terdahulu.

6.2. Manfaat Yang Diharapkan

Pembangunan "SPAKU" Pepaya di Kecamatan Wajak, Kabupaten Malang ini jika berhasil akan memberikan dampak langsung berupa pening-katan pendapatan dan kualitas hidup ± 1000-2000 rumah tangga petani peserta yang akan dibina, dimana pada umumnya kualitas hidup rata- rata para petani tersebut masih berada di sekitar ambang kemiskinan.

67

Page 68: kawasan agribisnis pepaya

BAHAN BACAAN

AAK. 1980. Bertanam Pohon Buah-buahan I. Yayasan Kanisius. Yogyakarta

AAK. 1980. Bertanam Pohon Buah-buahan II. Yayasan Kanisius. Yogyakarta.

Adriance, G.W. dan F.R. Brison. 1967. Propagation of Horticultural Plant. Second ed. Tata McGraw Hill Publ. Co. Ltd., New Dwlhi.

Afriastini, J.J. 1985. Daftar Nama Tanaman. PT Penebar Swadaya. Jakarta.

Astawan, M. dan M.W. Astawan. 1991. Teknologi Pengolahan Pangan Nabati Tepat Guna. Penerbit Akademika Pressindo. Jakarta.

Ayers, R.S. dan D.W. Westcot. 1976. Water Quality for Agriculture. FAO Irrigation and Drainage Paper No 20. Rome.

Azis, A. 1991. Interaksi Sektor Pertanian dan Sektor Industri dalam Proses Industrialisasi. Kongres Ilmu Pengetahuan Nasional V, Jakarta 3-7 September 1991, Pusat Analisa Perkembangan IPTEK-LIPI, Jakarta.

Brinkman,A.R. dan A.J. Smyth. 1973. Land Evaluation for Rural Purposes. Publ. No. 17. ILRI, Wageningen.

Chicester,DF and FW Tanner, 1968. Antimicrobial Food Additives. In Handbook of Food Additives by Furia, TE. The Chemical Rubber Co. Ohio. p. 1963-1966

Dent,J.B. dan J.R. Anderson. 1971. System Analysis in Agricultural Management. John Wiley and Sons,Australia PTY, Sydney.

DeWit,C.T. 1958. Transpiration and Crop Yield. Versl. Landbkundig Onderz., 64(5) Pudoc, Wageningen.

Direktorat Gizi, Departemen Kesehatan RI. 1981. Daftar Komposisi Bahan Makanan. Bhatara Karya Aksara, Jakarta.

Doorenbos, J. dan W.O. Pruitt. 1977. Guidelines for Predicting Crop Water Requirements. FAO Irrigation and Drainage Paper No. 24. Food and Agriculture Organization of The United Nations, Rome.

Doorenbos, J dan A.H. Kassam. 1979. Yield Response to Water. FAO Irrigation and Drainage Paper No 33. Food and Agriculture Organization of The United Nations. Rome.

68

Page 69: kawasan agribisnis pepaya

Downey, W.D. dan S.P. Erickson. 1989. Manajemen Agribis nis. (Terjemahan R.S. Ganda). Penerbit Erlangga, Jakarta.

Dwi Astuti, R., M. Dewani , S. Wijana dan Solimun. 1995. Abstraksi Sistem Agribisnis Rambutan. Review Hasil-hasil Penelitian dalam Rangka Implementasi PIP Universitas Brawijaya Tahun 1990/91 - 1993/94. Lembaga Penelitian Universitas Brawijaya, Malang

Dwiastuti, M.E., A. Muharam dan A. Triwiratno, 1992. Biokarakterisasi koleksi strain lemah virus Tristeza Jeruk (CTV) di Indonesia. Penelitian Hortikultura 3 (1).

Dwiastuti, M.E., A. Triwiratno, dan A. Muharam, 1992. Deteksi cepat CVPD pada jeruk dengan teknik immunoflurescence technique. Penelitian Hortikultura 3 (1).

FAO. 1978. A Framework for Land Evaluation. Soils Bulletin No. 32. Food and Agriculture Organization of The United Nations. Rome.

FAO. 1978. Agro-ecological Zone Project. Soil Resources Report No. 48. Rome.

Fisher, R.A. dan R.M. Hagan. 1965. Plant Water Relations, Irrigation Management and Crop Yields. Exp. Agric. 1:161-177.

Flach, K.W. 1986. Modeling of Soil Productivity and Related Land Classification. Soil Conservation Services, USDA, Washington, D.C.

France, J. dan J.H.M. Thornley. 1984. Mathematical Models in Agriculture. A Quantitative Approach to Problems in Agriculture and Related Sciences. Butterworths & Co. (Publishers) Ltd., London

Frazier,WC., 1978. Food Microbiology. Tata Mac Graw Hill Publishing Co. Ltd. New Delhi. India. p. 368.

Gibbon,D. dan A. Pain. 1985. Crops of the Drier Regions of the Tropics. Intermediate Tropical Agriculture Series. Longman, London.

Godefroy, J. dan Ph. Melin. 1973. Effect of sulphur applications on the chemical characteristics of a volcanics soil used for banana cultivation. Fruits (France) 28(4): 255-261.

Gonzales, C.I., B.G. Mercado, B.G. Dimayuga, and L.V. Magraye, 1991. Recent development technologies towards the control of citrus greening disease in thr Philippines. Proc. of 6th Int. Asia Pacific Workshop on Integrated citrus health management. Kualalumpur, Malaysia.

69

Page 70: kawasan agribisnis pepaya

Hamer, W.I. 1982. Final Soil Conservation Consultant Report. AGOF/INS/78/006. Technical Note No. 26.Centre for Soil Research, Bogor.

Hernandez, R.P. 1986. Land Inventory and Traditional Agro-technology Information as basis for the Mapping of Land Management Units in Central Mexico. Soil Sci. Laboratory, Dept. of Agric. Sci., Univ. of Oxford, U.K.

Hernandez, L. J. 1973. The elaboration of full orange juices. Boletin Estacion Experimental Agricola de Tucuman (Argentina) No. 113, 9p.

Kamarijani, 1983. Perencanaan Unit Pengolahan Hasil Pertanian. Jurusan Pengolahan Hasil Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

Kartasapoetra, G., A.G. Kartasapoetra, dan R.G. Kartasapoetra. 1985. Management Pertanian (Agribisnis). Penerbit Bina Aksara Jakarta.

Kassam, A.H. 1977. Net biomass production and yield of crops.

Present and Potential Land Use by Agroecological Zones Projects, FAO, Rome.

Kipps, M.S. 1970. Production of field crops. A Textbook of Agronomy. McGraw Hill, New York.

Malavolta, E. 1962. On the mineral nutririon of some tropical crops. Editors: International Potash Institute, Berne, Switzerland.

Malquori, A. 1980. The Potassium requirements of fruit crops. Dalam Potassium Requirements of Crops. IPI Research Topics No. 7, International Potash Institute Bern/Switzerland.

Malquori, A. dan F. Parri. 1980. Potassium requirements of fruit crops. Dalam Potassium requirement of crops. Int. Potash Inst. Research Topics No. 7, Bern/Switzerland.

Mangkusubroto, K dan L. Trisnadi, 1987. Analisa Keputusan. Pendekatan Sistem Dalam Manajemen Usaha dan proyek. Ganeca Exact Bandung. Bandung.

Pusat Pengembangan Agribisnis. 1988. Commodity Profiles. Pusat Pengembangan Agribisnis (PPA) Jakarta.

Quilici, S. 1989. Report of mission to Indonesiaas a consultant for FAO Proyect INS/84/007 on Citrus rehabilition. France

Rismunandar. 1983. Membudayakan Tanaman Buah-Buahan. Penerbit Sinar Baru. Bandung,

70

Page 71: kawasan agribisnis pepaya

Rodriguez,A.J., R. Guadalupe, L.M.de G. Iquina. 1974. the ripening of local papaya cultivars under controlled conditions . Jour. of Agric. of the Univ. of puerto Rico 58(2) : 184-196.

Ryall, A.L. dan W.J. Lipton. 1983. Handling, Transportation and Storage of Fruits and Vegetables. Volume I. AVI Publishing Company, Inc. Westport, Connecticut.

Samson, J.A. 1980. Tropical Fruits. Longman. London.

Soemarno. 1992. Studi Model Pewilayahan Komoditi Pertanian yang Berwawasan Lingkungan di Sub DAS Lesti, Kabupaten Malang, Jawa Timur. Proyek Penelitian yang dibiayai oleh Proyek ARM Balitbang Pertanian.

Sys, C. 1985. Land Evaluation. Part III. International Training Centre for Post-Graduate Soil Scientists, State University of Ghent.

Tohir, K. A. 1983. Bercocok Tanam Pohon Buah-buahan. Pradnya Paramita. Jakarta.

71