laporan pembuatan tingtur cabe

25
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara di dunia yang permukaan tanahnya kaya akan sumber daya alam hayati (hewan dan tumbuhan) terbesar. Sumber daya alam adalah segala sesuatu yang disediakan oleh alam yang dapat di pergunakan oleh manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, sehingga orang-orang terdahulu telah memanfaatkan sumber daya alam tumbuhan sebagai bahan obat untuk menyembuhkan suatu penyakit. Dengan semakin berkembangnya zaman dan teknologi, ilmu pendidikan berusaha mengembangkan teknologi di bidang farmasi. Dimana perkembangan teknologi industri farmasi ini sangat berperan aktif dalam peningkatan kualitas produksi obat- obatan. Farmasi merupakan suatu ilmu yang mempelajari cara bagaimana mencampur obat, meracik formula, identifikasi, kombinasi serta menganalisis mengenai obat serta pengobatan. Sebagai seorang farmasis, kami dituntut untuk bisa membuat sediaan farmasi yang “baik” dalam arti luas. Artinya, semua aspek harus diperhatikan untuk keselamatan pasien. 1

Upload: prionodon

Post on 26-Dec-2015

1.371 views

Category:

Documents


71 download

DESCRIPTION

Oleh kelompok 3 Farmakognosi pada praktikum farmakognosi jurusan farmasi, universitas negeri gorontalo, fakultas ilmu-ilmu kesehatan dan keolahragaan. kampus 3 UNG alamat jalan andalas depan pertamina

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Pembuatan Tingtur Cabe

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu negara di dunia yang permukaan

tanahnya kaya akan sumber daya alam hayati (hewan dan tumbuhan)

terbesar. Sumber daya alam adalah segala sesuatu yang disediakan oleh

alam yang dapat di pergunakan oleh manusia untuk memenuhi kebutuhan

hidupnya, sehingga orang-orang terdahulu telah memanfaatkan sumber daya

alam tumbuhan sebagai bahan obat untuk menyembuhkan suatu penyakit.

Dengan semakin berkembangnya zaman dan teknologi, ilmu

pendidikan berusaha mengembangkan teknologi di bidang farmasi. Dimana

perkembangan teknologi industri farmasi ini sangat berperan aktif dalam

peningkatan kualitas produksi obat-obatan. Farmasi merupakan suatu ilmu

yang mempelajari cara bagaimana mencampur obat, meracik formula,

identifikasi, kombinasi serta menganalisis mengenai obat serta pengobatan.

Sebagai seorang farmasis, kami dituntut untuk bisa membuat sediaan

farmasi yang “baik” dalam arti luas. Artinya, semua aspek harus

diperhatikan untuk keselamatan pasien.

Didalam ilmu farmasi, diajarkan juga tentang ilmu Farmakognosi.

Farmakognosi adalah ilmu pengetahuan tentang bahan obat khususnya yang

berasal dari alam yaitu nabati, hewani, maupun mineral. Bahan obat yang

berasal dari alam salah satunya yaitu simplisia. Simplisia inilah yang akan

diolah dengan berbagai cara dan metode untuk menghasilkan obat baru yang

dapat digunakan sebagai pengobatan. Salah satunya adalah tingtur.

Tingtur adalah sediaan cair yang dibuat dengan cara maserasi atau

perkolasi simplisia nabati atau hewani atau dengan cara melarutkan senyawa

kimia dalam pelarut yang tertera pada masing – masing monografi kecuali

dinyatakan lain dibuat dengan menggunakan 20% zat berkhasiat dan 10%

untuk zat berkhasiat keras (Dirjen POM, 1979).

1

Page 2: Laporan Pembuatan Tingtur Cabe

Pada praktikum kali ini, dilakukan percobaan terhadap satu sampel

dalam bentuk serbuk dari cabai. Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui

cara pembuatan tingtur dari cabai (Capsici Tinctura) dengan menggunakan

metode maserasi.

I.2 Maksud dan Tujuan Percobaan

I.1.1 Maksud Percobaan

Adapun maksud dilakukannya percobaan ini yaitu untuk mengetahui dan

memahami cara pembuatan tingtur dengan menggunakan metode tertentu.

I.2.2 Tujuan Percobaan

Adapun tujuan dilakukannya percobaan ini yaitu untuk mengetahui cara

pembuatan tingtur dari cabai (Capsici Tinctura) dengan menggunakan

metode maserasi.

I.3 Prinsip Percobaan

Adapun prinsip kerja dari percobaan ini yaitu mengetahui cara

pembuatan tingtur dari cabai (Capsici Tinctura) dengan cara maserasi yaitu

suatu cara penarikan simplisia dengan merendam simplisia tersebut dalam

pelarut etanol 70%.

2

Page 3: Laporan Pembuatan Tingtur Cabe

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Teori Umum

Tingtur adalah sediaan cair yang dibuat dengan cara maserasi atau

perkolasi simplisia nabati atau hewani atau dengan cara melarutkan

senyawa kimia dalam pelarut yang tertera pada masing-masing monografi.

Kecuali dinyatakan lain, tingtur dibuat menggunakan 20% zat berkhasiat

dan 10% untuk zat berkhasiat keras (Dirjen POM, 1979).

Cara pembuatan tingtur terbagi atas 2 yaitu (Syamsuni, 2005):

1. Cara Perkolasi

Perkolasi adalah suatu cara penarikan memakai alat yang di sebut

perkolator, yang simplisianya terendam dalam cairan penyari dimana

zat-zatnya terlarut dan larutan tersebut akan menetes secara beraturan

keluar memenuhi syarat-syarat dalam Farmakope. Campur dengan

hati-hati serbuk bahan obat atau campuran bahan obat dengan pelarut

atau campuran pelarut tertentu secukupnya hingga rata dan cukup

basah, biarkan selama 15 menit. Pindahkan kedalam  perkolator yang

sesuai dan mampatkan. Tuangkan pelarut atau campuran pelarut

tertentu secukupnya sampai terendam seluruhnya, tutup bagian atas

perkolator dan jika cairan sudah hampir menetes dari  perkolator, tutup

lubang bawah. Perkolasi dilakukan selama 24 jam atau sesuai dengan

waktu yang tertera pada monografi. Jika penetapan kadar tidak

dinyatakan lain, lakukan perkolasi secara perlahan atau pada kecepatan

yang telah ditentukan, dan secara bertahap tambahkan  pelarut atau

campuran pelarut secukupnya hingga diperoleh 1000 mL tingtur.

Prinsip kerja perkolasi yaitu serbuk simplisia ditempatkan dalam

bejana silinder, yang bagian bawahnya diberi sekat berpori. Cairan

penyari dialirkan dari atas ke bawah melalui serbuk tersebut. Cairan

penyari akan melarutkan zat aktif sel-sel yang dilalui sampai mencapa

keadaan jenuh (Syamsuni, 2005).

3

Page 4: Laporan Pembuatan Tingtur Cabe

Perkolasi, kecuali dinyatakan lain sebagai berikut (Syamsuni,

2005) :

a. Basahi 10 bagian simplisia atau campuran simplisia dengan derajat

halus yang cocok menggunakan 2,5-5 bagian cairan penyari,

masukkan kedalam bejana tertutup sekurang-kurangnya 3 jam

pindahkan massa sedikit demi sedikit dalam perkolator sambil tiap

kali ditekan hati-hati, tuangi dengan cairan penyari secukupnya

sampai cairan mulai menetes, dan diatas simplisia masih terdapat

selapis cairan penyari, tutup perkolator, biarkan selama 24 jam.

b. Biarkan cairan menetes dengan kecepatan 1 mL per menit,

tambahkan berulang-ulang cairan penyari secukupnya sehingga

selalu terdapat selapis cairan penyari diatas simplisia sehingga

diperoleh 80 bagian perkolat.

c. Peras massa, campurkan cairan perasan kedalam perkolat,

tambahkan cairan penyari secukupnya hingga diperoleh 100

bagian. Pindahkan kedalam bejana, tutup, biarkan selama 2 hari

ditempat sejuk terlindung dari cahaya.

2. Cara Maserasi

Maserasi adalah cara penarikan sari dari simplisia dengan

merendam simplisia tersebut dalam cairan penyari pada suhu biasanya

15-25° C. maserasi juga merupakan proses pendahuluan untuk

pembuatan secara perkolasi. Prinsip kerja maserasi adalah pencucian

zat aktif yang dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia

dalam cairan penyari yang sesuai pada temperatur kamar, terlindung

dari cahaya. Cairan penyari akan masuk ke dalam sel melewati dinding

sel. Isi sel akan larut karena adanya perbedaan konsentrasi antara

larutan di dalam sel dengan di luar sel. Larutan yang konsentrasinya

tinggi akan terdesak keluar dan diganti oleh cairan penyari dengan

konsentrasi rendah (proses difusi). Peristiwa tersebu berulang sampai

terjadi keseimbangan konsentrasi antara larutan diluar sel dan di dalam

4

Page 5: Laporan Pembuatan Tingtur Cabe

sel. Maserasi bahan obat dengan 750 mL pelarut atau campuran pelarut

tertentu dalam wadah yang dapat ditutup, letakkan ditempat hangat.

Diamkan selama 3 hari sambil dikocok sesekali atau hingga terlarut.

Pindahkan campuran kedalam penyaring, dan jika sebagian besar

cairan telah mengalir keluar, cuci residu pada penyaring dengan

sejumlah  pelarut atau campuran pelarut tertentu secukupnya hingga

diperoleh 1000 mL tingtur. Tingtur harus disimpan dalam wadah

tertutup rapat, tidak tembus cahaya, jauhkan dari cahaya matahari

langsung dan panas yang  berlebihan. Menurut literatur lain, tingtur

adalah sediaan cair yang dibuat dengan cara perkolasi atau maserasi

simplisia nabati atau hewani, atau dengan cara melarutkan senyawa

kimia dalam pelarut yang tertera pada masing-masing monografi.

Kecuali dinyatakan lain, tingtur dibuat menggunakan 20% zat

berkhasiat dan 10% zat berkhasiat keras (Syamsuni, 2005).

Maserasi, kecuali dinyatakan lain dilakukan sebagai berikut

(Syamsuni, 2005) :

a. Masukkan 20 bagian simplisia dengan derajat halus yang cocok

kedalam sebuah bejana, tuangi dengan 75 bagian cairan penyari,

tutup, biarkan selama 5 hari terlindung dari cahaya sambil diaduk,

lalu diperas. Cuci ampas dengan cairan penyari secukupnya hingga

diperoleh 100 bagian.  

b. Pindahkan kedalam bejana tertutup, biarkan ditempat sejuk

terlindung dari cahaya selama 2 hari. Tuangkan dan saring.

Tingtur dapat dibagi menjadi beberapa macam yaitu sebagai

berikut (Syamsuni, 2005) :

a. Tingtur Asli adalah tingtur yang dibuat secara maserasi atau

perkolasi. Contoh: Tingtur yang dibuat secara maserasi; Opii

Tinctura, Valerianae Tinctura, Capsici Tinctura, Myrrhae Tinctura,

Opii Aromatica Tinctura, Polygalae Tinctura . Tingtur yang dibuat

secara perkolasi, contoh: Belladonae Tinctura, Cinnamomi

5

Page 6: Laporan Pembuatan Tingtur Cabe

Tinctura, Digitalis Tinctura, Lobeliae Tinctura, Strychnini

Tinctura, Ipecacuanhae Tinctura.

b. Tingtur Tidak Asli (Palsu) adalah tingtur yang dibuat dengan jalan

melarutkan bahan dasar atau bahan kimia dalam cairan pelarut

tertentu. Contoh: Iodii Tinctura, Secalis Cornuti Tinctura.

c. Tingtur Keras adalah tingtur yang dibuat menggunakan 10 %

simplisia yang berkhasiat keras. Contoh: Belladonae Tinctura,

Digitalis Tinctura, Opii Tinctura, Lobeliae Tinctura, Stramonii

Tinctura, Strychnin Tinctura, Ipecacuanhae Tinctura.

d. Tingtur Lemah adalah tingtur yang dibuat menggunakan 20 %

simplisia yang tidak berkhasiat keras. Contoh: Cinnamomi

Tinctura, Valerianae Tinctura, Polygalae Tinctura, Myrrhae

Tinctura.

e. Tingtur Lain Berdasarkan Cairan Penariknya.

1. Tingtura Aetherea, jika cairan penariknya adalah aether atau

campuran aether dengan aethanol. Contoh: Tingtura Valerianae

Aetherea.

2. Tingtura Vinosa, jika cairan yang dipakai adalah campuran

anggur dengan aethanol. Contoh: Tinctura Rhei Vinosa (Vinum

Rhei).

3. Tinctura Acida, jika ke dalam aethanol yang dipakai sebagai

cairan penarik ditambahkan suatu asam sulfat. Contoh: pada

pembuatan Tinctura Acida Aromatica.

4. Tinctura Aquosa, jika sebagai cairan penarik dipakai air,

contoh: Tinctura Rhei Aquosa.  

5. Tinctura Composita, adalah tingtur yang didapatkan dari jika

penarikan dilakukan dengan cairan penarik selain aethanol hal

ini harus dinyatakan pada nama tingtur tersebut, misalnya

campuran simplisia, contoh: Tinctura Chinae Composita.

6

Page 7: Laporan Pembuatan Tingtur Cabe

II.2 Uraian Tanaman

1. Cabe Merah (Capsicum annum)

a) Klasifikasi (Dalimartha, 2000)

Regnum : Plantae

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Ordo : Solanaless

Famili : Solanaceae

Genus : Capsicum

Spesies : Capsicum annum

b) Morfologi

Cabai berasal dari Amerika tropis, tersebar mulai dari

Meksiko sampai bagian utara Amerika Selatan. Di Indonesia,

umumnya cabai dibudidayakan di daerah pantai sampai

pegunungan, hanya kadang-kadang menjadi liar (Dalimartha,

2000).

Perdu tegak, tinggi 1-2,5 m, setahun atau menahun. Batang

berkayu, berbuku-buku, percabangan lebar, penampang bersegi,

batang muda berambut halus berwarna hijau.Daun tunggal,

bertangkai (panjangnya 0,5-2,5 cm), letak tersebar. Helaian daun

bentuknya bulat telur sampai elips, ujung runcing, pangkal

meruncing, tepi rata, pertulangan menyirip, panjang 1,5-12 cm,

lebar 1-5 cm, berwarna hijau. Bunga tunggal, berbentuk bintang,

berwarna putih, keluar dari ketiak daun. Buahnya buah buni,

berbentuk kerucut memanjang, lurus atau bengkok, meruncing

pada bagian ujungnya, menggantung, permukaan licin mengilap,

diameter 1-2 cm, panjang 4-17 cm, bertangkai pendek, rasanya

pedas. Buah muda berwarna hijau tua, setelah masak menjadi

merah cerah. Biji yng masih muda berwarna kuning setelah tua

7

Gambar II.2Cabe Merah

(Capsicum annum)

Page 8: Laporan Pembuatan Tingtur Cabe

menjadi coklat, berbentuk pipih, berdiameter sekitar 4 mm

(Dalimartha, 2000).

c) Kandungan Kimia

Buah mengandung kapsaisin, dihidrokapsaisin, vitamin

(A,C), dammar, zat warna kapsantin, karoten, kapsarubin,

zeasantin, kriptosantin, dan lutein. Selain itu, juga mengandung

mineral, seperti zat besi, kalium, kalsium, fosfor, dan niasin

(Dalimartha, 2000).

d) Khasiat

Buah berkhasiat stimulant, meningkatkan nafsu makan

(stomakik), peluruh keringat (diaforetik), perangsang kulit, dan

sebagai obat gosok (Dalimartha, 2000).

II.3 Uraian Bahan

1. Alkohol (Dirjen POM, 1979 ; Dirjen POM, 1995)

Nama resmi : Aethanolum

Nama lain : Etanol

RM/BM : C2H6O/46,07

Rumus struktur : H H

H C C O H

H H

Pemerian : Cairan mudah menguap, jernih, tidak berwarna,

baunya khas dan menyebabkan rasa terbakar pada

lidah. Mudah menguap walaupun pada suhu rendah

dan mendidih pada suhu 78°. Mudah terbakar.

Kelarutan : Bercampur dengan air dan praktis bercampur

dengan semua pelarut organik.

Khasiat : Sebagai disinfektan

Kegunaan : Untuk membersihkan alat yang akan digunakan

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, jauh dari api

2. Aqua destilata (Dirjen POM, 1979)

Nama resmi : Aqua destilata

8

Page 9: Laporan Pembuatan Tingtur Cabe

Nama lain : Air suling, air murni

RM/BM : H2O/18.02

Rumus struktur : H O H

Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak

mempunyai rasa

Kegunaan : Sebagai pelarut

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

II.4 Prosedur Kerja

1. Diambil 150 mL alkohol 95%.

2. Dilakukan pengenceran alkohol 95% menjadi alkohol dengan

konsentrasi 93%.

3. Dimaserasi 100 g cabe yang telah diserbukkan dengan 150 mL alkohol

yang telah diencerkan.

4. Ditambahkan madu dan gula jawa yang telah dihancurkan.

5. Diaduk maserat dengan menggunakan batang pengaduk selama 1-2

jam.

6. Disaring maserat sebanyak 3x penyaringan.

7. Dimasukkan ke dalam botol sprite yang sudah dikalibrasi.

8. Ditambahkan aquades sampai 200 mL.

9. Diberi label dan simpan di tempat yang tertutup, kering dan terlindung

dari cahaya.

9

Page 10: Laporan Pembuatan Tingtur Cabe

BAB III

METODE PRAKTIKUM

III.1 Waktu dan Tempat Praktikum

Praktikum dilaksanakan pada hari selasa, 18 november 2014 pukul

07.30 sampai dengan selesai. Bertempat di Laboratorium Farmakognosi

dan Fitokimia, Jurusan Farmasi, Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan dan

Keolahragaan, Universitas Negeri Gorontalo.

III.2 Alat dan Bahan

III.2.1 Alat

10

Page 11: Laporan Pembuatan Tingtur Cabe

Gambar 1Aluminium Foil

Gambar 2Botol Sprite

Gambar 3Corong

Gambar 4Gelas Ukur

Gambar 5Kain Putih

Gambar 6Neraca Mekanik

11

Page 12: Laporan Pembuatan Tingtur Cabe

Gambar 7Pisau

III.2.2 Bahan

Gambar 1Alkohol 70%

Gambar 2Aquadest

Gambar 3Cabe

12

Page 13: Laporan Pembuatan Tingtur Cabe

Gambar 4Gula Merah

Gambar 5Madu

Gambar 6Tissue

III.3 Cara Kerja

III.3.1 Pembuatan

III.3.1.1 Tingtur Cabe (Capsici Tinctura)

1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.

2. Dimasukkan cabe sebanyak 77 g ke dalam toples.

3. Ditambahkan alkohol 70% yang telah diencerkan menjadi alkohol

dengan konsentrasi 50% sebanyak 420 mL.

4. Ditutup toples menggunakan aluminium foil kemudian dikocok

selama 1 jam.

5. Ditambahkan madu dan gula merah yang telah dihaluskan

secukupnya.

6. Disaring maserat sebanyak 3 kali menggunakan kain putih.

7. Dimasukkan ke dalam botol sprite yang telah dikalibrasi 200 mL.

13

Page 14: Laporan Pembuatan Tingtur Cabe

8. Ditutup menggunakan aluminium foil dan diberi label

9. Disimpan ditempat yang tertutup, kering dan terlindung dari cahaya.

14

Page 15: Laporan Pembuatan Tingtur Cabe

BAB IV

HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

IV.1 Hasil Pengamatan

Gambar IV.1Capsici Tinctura

IV.2 Pembahasan

Pada praktikum kali ini yang dilakukan adalah pembuatan tingtur.

Tingtur adalah sediaan cair yang dibuat dengan cara maserasi atau

perkolasi dengan cara melarutkan senyawa kimia dalam cairan pelarut

yang tertera pada masing-masing monografi. Kecuali dinyatakan lain,

tingtur dibuat dari 20% zat berkhasiat dan 10% untuk zat berkhasiat keras

(Dirjen POM, 1979).

Tingtur digolongkan menjadi 3 kelompok, yaitu menurut cara

pembuatan, menurut kekerasan dan menurut cairan penariknya. Menurut

cara pembuatannya, tingtur yang dibuat pada praktikum kali ini termasuk

dalam kelompok tingtur asli karena dibuat dengan cara maserasi dimana

maserasi adalah suatu cara penarikan simplisia dengan merendam

simplisia tersebut dalam cairan penyari pada suhu biasa atau memakai

pemanasan. Sedangkan menurut cairan penariknya, tingtur yang dibuat

pada praktikum ini termasuk dalam kelompok tingtur aetherea karena

menggunakan pelarut etanol dimana etanol ini dapat diminum dan tidak

15

Page 16: Laporan Pembuatan Tingtur Cabe

bersifat toksik jika dibandingkan dengan pelarut yang lain. Sampel yang

digunakan untuk pembuatan tingtur yaitu serbuk cabe merah.

Pertama-tama disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.

Kemudian dimasukkan serbuk cabe sebanyak 77 g yang sebelumnya telah

ditimbang menggunakan neraca mekanik ke dalam toples. Lalu

ditambahkan alkohol 70% yang telah diencerkan menjadi alkohol dengan

konsentrasi 50% sebanyak 420 mL. Pelarut yang selalu digunakan pada

pembuatan tingtur adalah etanol karena pelarut-pelarut selain etanol

bersifat toksik sedangkan etanol dapat diminum. Setelah itu ditutup toples

menggunakan aluminium foil kemudian dikocok selama 1 jam, hal ini

bertujuan agar kita dapat dengan cepat memperoleh sari dari serbuk cabe.

Kemudian ditambahkan madu dan gula merah yang telah dihaluskan

secukupnya, hal ini bertujuan agar dapat menutupi rasa pedas dari cabe.

Lalu disaring maserat sebanyak 3 kali menggunakan kain putih, hal ini

bertujuan untuk memisahkan antara filtrat dan residu. Kemudian filtrat

yang dihasilkan dimasukkan ke dalam botol sprite yang telah dikalibrasi

200 mL. Selanjutnya ditutup botol sprite menggunakan aluminium foil dan

diberi label. Setelah itu disimpan ditempat yang tertutup, kering dan

terlindung dari cahaya, hal ini bertujuan untuk mencegah tingtur tidak

terkontaminasi dengan cahaya. Jika tingtur terkontaminasi dengan cahaya,

kemungkinan besar ada beberapa senyawa metabolit sekunder yang

terkandung di dalam tingtur tersebut yang mudah teroksidasi oleh cahaya

sehingga akan terjadi fotolisis yaitu penguraian oleh cahaya. Jadi hal

tersebut merupakan alasan mengapa tingtur harus disimpan ditempat yang

kering dan terlindung dari cahaya.

16

Page 17: Laporan Pembuatan Tingtur Cabe

BAB V

PENUTUP

VI.1 Kesimpulan

Setelah melakukan percobaan ini maka dapat disimpulkan bahwa tingtur

merupakan sediaan cair yang dapat dibuat dengan cara maserasi yaitu

merendam simplisia cabai dalam pelarut etanol, dimana tingtur pada

praktikum ini dapat digolongkan dalam kelompok tingtur asli berdasarkan

cara pembuatannya yaitu dengan cara maserasi.

VI.2 Saran

1. Jurusan

Saran untuk jurusan yaitu sebaiknya menyediakan anggaran yang

lebih besar untuk laboratorium agar alat-alat yang ada di dalam

laboratorium lengkap dan dapat digunakan dengan maksimal oleh

praktikan.

2. Laboratorium

Saran untuk laboratorium, sebaiknya alat-alat yang ada di

laboratorium lebih diperhatikan dan dirawat lagi agar saat praktikum

bisa dipergunakan dengan baik dan maksimal tanpa ada kekurangan.

3. Praktikan

Saran untuk praktikan yaitu, praktikan harus teliti dalam melakukan

percobaan dan berhati-hati memakai peralatan-peralatan agar tidak tejadi

kecelakaan dalam percobaan dan tidak ribut ketika sedang melakukan

percobaan.

17