model arima(eka)

10
ANALISIS DERET WAKTU I (TIME SERIES) DISUSUN OLEH : IRFINA SARI (1317142016) EKA SAFITRI (1317142037) PRODI STATISTIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR 2015

Upload: ekasafitri02

Post on 12-Sep-2015

218 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

-

TRANSCRIPT

  • ANALISIS DERET

    WAKTU I

    (TIME SERIES)

    DISUSUN OLEH :

    IRFINA SARI (1317142016)

    EKA SAFITRI (1317142037)

    PRODI STATISTIKA

    FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

    UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR

    2015

  • TUGAS

    1. Tentukan model ARIMA (p,d,q) data pada lampiran 2.1 (Data pengangguran wanita

    usia 16 s.d 19 tahun di Amerika Serikat mulai januari 1961- Desember 1985

    PENYELESAIAN :

    Menerapkan Tahapan Metodologi Box-Jenkins (Tahapan analisis menggunakan paket

    statistika MINITAB)

    1) Tahap identifikasi Model

    - Plot time series

    Untuk memunculkan plot time series dari data pada lampiran 2.1 (Data tersebut

    telah di input di minitab pada kolom c1) klik perintah stat time series time

    series plot pilih bentuk gambar yang diinginkan masukkan kolom data ke

    dalam series (c1) ok.

    Berdasarkan diagram time series tersebut maka dapat disimpulkan bahwa data

    tidak stasioner pada rata-rata dari waktu ke waktu. Karena data tidak stasioner

    pada rata-rata maka dilakukan langkah selanjutnya yaitu langkah differencing.

    (klik stat time series differences). Sehingga muncul kotak perintah

    differences, masukkan kolom c1 pada bagian series, lalu ketik c3 pada bagian

    store differences in (artinya data hasil differencing disimpan di c3), dan

    masukkan nilai 1 pada bagian lag maksudnya kita akan melakukan

    differencing 1 kali.Sehingga muncul data hasil differences pada kolom c3.

  • Lalu langkah selanjutnya, ulangi perintah memunculkan time series plot,

    tetapi masukkan kolom c3 pada bagian series.

    Diagram data deret waktu hasil differencing d=1

    Dari plot diatas terlihat bahwa pola yang terbentuk mengindikasikan bahwa

    data telah stasioner. Oleh karena itu, kita dapat langsung menggunakan data

    tersebut untuk pembentukan model ARIMA.

    - Plot ACF

    munculkan grafik ACF dengan perintah stat time series autocorrelation.

    Sehingga muncul tabel perintah autocorrelation:

  • Sehingga muncul Diagram ACF hasil differencing d=1 seperti di bawah ini.

    - Plot PACF

    munculkan diagram PACF dengan perintah stat time series partial

    autocorrelation. Sehingga muncul tabel perintah partial autocorrelation:

    Sehingga muncul diagram PACF hasil differencing d=1 seperti di bawah ini.

  • Berdasarkan diagram ACF dan PACF hasil differencing tersebut, terlihat

    bahwa pada diagram ACF nilai autokorelasi cut off after lag 1, sedangkan

    pada diagram PACF Dapat kita lihat bahwa data tersebut cut off after lag 1, 2,

    dan 3. Maka dugaan model yang sesuai untuk data itu adalah :

    ARIMA (0,1,1)

    ARIMA (3,1,1)

    ARIMA (3,1,0 )

    2) Tahap Penaksiran Parameter dan Pemeriksaan Diagnostik

    - Menentukan model ARIMA (p,d,q)

    Berdasarkan diagram ACF dan PACF hasil differencing tersebut, Dugaan

    awal model yang sesuai untuk data ini adalah ARIMA (0,1,1), ARIMA (3,1,1),

    atau ARIMA (3,1,0). Untuk memastikannya, kita perlu menguji ketiga model

    tersebut dengan perintah stat time series ARIMA, sehingga muncul kota

    perintah seperti di bawah ini:

    Setelah itu klik ok, sehingga muncul hasil untuk kesesuaian setiap model:

    Masukkan kolom c1 pada bagian ini

    Ketik nilai AR pada model ARIMA yang telah kita duga

    Ketik nilai I pada model ARIMA yang telah kita duga

    Ketik nilai MA pada model ARIMA yang telah kita duga

  • a. Model ARIMA (0,1,1)

    Berdasarkan hasil di atas dapat diasumsikan bahwa:

    Taksiran parameter model ARIMA (0,1,1) tersebut signifikan berbeda dari

    nol dengan tingkat kepercayaan 95%. Hal ini dapat dilihat pada nilai t hitung

    atau nilai p. Untuk parameter MA (1) yaitu 1, nilai t = 10,36 dengan nilai p =

    0,000 < = 0,05.

    Sisa sudah memenuhi syarat cukup (residual white noise). Hal ini dapat

    dilihat dari nilai p untuk lag 12 yaitu 0,551, untuk lag 24 yaitu 0,081 dan

    seterusnya. Nilai-nilai p tersebut lebih besar dari = 0,05.

    Residual berdistribusi normal karena P-value > 0,05. Ini dapat kita lihat pada

    gambar di bawah ini: P-value (0,180) > 0,05.

  • Karena semua parameter dalam model signifikan, sisanya telah memenuhi syarat

    white noise dan berdistribusi normal, model dugaan awal kita yaitu ARIMA (0,1,1) adalah

    sesuai.

    b. Model ARIMA (3,1,1)

  • Berdasarkan hasil di atas dapat diasumsikan bahwa:

    Taksiran parameter model ARIMA (3,1,1) tersebut tidak signifikan pada AR

    (3) Hal ini dapat dilihat pada nilai t hitung atau nilai p. Untuk parameter AR

    (3) yaitu 1, nilai t = -0,84 dengan nilai p = 0,403> = 0,05.

    Sisa sudah memenuhi syarat cukup (residual white noise). Hal ini dapat

    dilihat dari nilai p untuk lag 12 yaitu 0,502, untuk lag 24 yaitu 0,149 dan

    seterusnya. Nilai-nilai p tersebut lebih besar dari = 0,05.

    Residual berdistribusi normal P-value > 0,01. ini dapat kita lihat pada gambar

    di bawah ini:

    Karena parameter dalam model tidak signifikan, walaupun sisanya telah

    memenuhi syarat white noise dan berdistribusi normal, model dugaan awal kita yaitu

    ARIMA (3,1,1) adalah tidak sesuai.

  • c. ARIMA (3,1,0)

    Berdasarkan hasil di atas dapat diasumsikan bahwa:

    Taksiran parameter model ARIMA (3,1,0) tersebut signifikan berbeda dari

    nol dengan tingkat kepercayaan 95%. Hal ini dapat dilihat pada nilai t hitung

    atau nilai p. Untuk parameter AR (1) yaitu 1, nilai t = -8,55 dengan nilai p =

    0,000, parameter AR (2) yaitu 2 niali t = -3,27 dengan nilai p = 0,001,

    parameter AR (3) yaitu 3

    = 2,49 = 0,013.

    Sisa sudah memenuhi syarat cukup (residual white noise). Hal ini dapat

    dilihat dari nilai p untuk lag 12 yaitu 0392, untuk lag 24 yaitu 0,165 dan

    seterusnya. Nilai-nilai p tersebut lebih besar dari = 0,05.

    Residual berdistribusi normal karena P-value > 0,05. Ini dapat kita lihat pada

    gambar di bawah ini: P-value (0,180) > 0,05.

  • Karena semua parameter dalam model signifikan, sisanya telah memenuhi

    syarat white noise dan berdistribusi normal, model dugaan awal kita yaitu ARIMA

    (3,1,0) adalah sesuai.

    Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa ada dua model dugaan

    yang sesuai yaitu model ARIMA (0,1,1) dan ARIMA (3,1,0). Langkah selanjutnya

    adalah membandingkan nilai MSE dari kedua model tersebut untuk menentukan model

    yang terbaik. Nilai MSE untuk model ARIMA (0,1,1) adalah 1398, sedangkan nilai

    MSE untuk model ARIMA (3,1,0) adalah 1410. Dengan dasar perbandingan nilai MSE

    yang lebih kecil, model ARIMA (0,1,1) adalah model yang terbaik untuk data

    pengangguran.

    3) Tahap Peramalan

    Nilai nilai ramalan beberapa bulan kedepan dapat dilihat pada hasil berikut ini :