mklh b.indo

27
PENERAPAN EYD DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Bahasa Indonesia Disusun Oleh : 1. Shinta Ayu Reva Y.K K5410057 2. Shinta Khoiru N K5410058 3. Susy Ermawaty K5410059 4. Tanjung Fitri A K5410060 5. Teguh Agil K5410061 6. Umar Al Farauq K5410062 7. Vicky Fariz Arya Dana K5410063 8. Vikky Viddia K5410064 9. Yasyfa Nafi R K5410065 10. Yayuk Purwaningsih K5410066 11. Yesy Patmala K5410067 12. Yuli Setyo Dewi K5410068

Upload: bhianrangga

Post on 30-Jun-2015

249 views

Category:

Documents


7 download

TRANSCRIPT

Page 1: MKLH B.INDO

PENERAPAN EYD DALAM KEHIDUPAN

SEHARI-HARIMakalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Bahasa Indonesia

Disusun Oleh :

1. Shinta Ayu Reva Y.K K5410057

2. Shinta Khoiru N K5410058

3. Susy Ermawaty K5410059

4. Tanjung Fitri A K5410060

5. Teguh Agil K5410061

6. Umar Al Farauq K5410062

7. Vicky Fariz Arya Dana K5410063

8. Vikky Viddia K5410064

9. Yasyfa Nafi R K5410065

10.Yayuk Purwaningsih K5410066

11.Yesy Patmala K5410067

12.Yuli Setyo Dewi K5410068

PROGRAM STUDI GEOGRAFI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

2010

Page 2: MKLH B.INDO

DAFTAR ISI

Halaman Judul........................................................................................................i

Daftar isi.................................................................................................................ii

Bab I Pendahuluan

A. Latar belakang....................................................................................1

B. Tujuan.................................................................................................1

C. Rumusan Masalah..............................................................................2

Bab II Pembahasan

A. Penerapan EYD dalam penulisan kata dan kalimat dalam kehidupan

sehari-hari..........................................................................................3

B. Damapak negatif modernisasi terhadap EYD.................................12

Bab III Pentutup

A. Simpulan..........................................................................................15

B. Saran................................................................................................15

Daftar Pustaka

Page 3: MKLH B.INDO

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Di zaman yang modern seperti sekarang ini, kita di tuntut untuk

selalu mengikuti perkembangan teknologi yang makin canggih. Salah satu

contoh teknologi canggih yang sedang marak adalah handphone (HP) /

telephone genggam. Dari remaja hingga orang dewasa, semuanya

memiliki benda mungil ini. Bahkan kini anak-anak pun telah mulai

menggunakannya memang dengan HP ini mempermudah urusan-urusan

kita.

Kini, mengirim surat tidak harus dengan prosedur yang sulit.

Hanya dengan sms, beberapa menit kemudian pesan yang kita sampaikan

telah bisa di bisa di terima oleh seseorang yang kita tuju. Namun, dampak

negatif dari kecangihan ini yang kaitannya dengan kebahasaan adalah

tidak digunakannya EYD dengan baik.

Untuk menghemat biaya & waktu, penggunaan HP sering

menyingkat kata-kata bahkan kadang ada yang telah menyimpang jauh

dari kota asalnya. Salah satu contohnya pada kata karena. Ada yang

menyingkat krn, ada yang menyingkat coz/cz. Kata ini di ambil karena

dalam bahasa inggris, yaitu because yang di singkat menjadi coz. Untuk

itu kami makalah ini guna memberikan informasi tentang penerapan EYD

yang baik dan benar. Supaya Bahasa Indonesia tetap terjaga dan tidak

hilang hanya karena bahasa gaul dan bahasa sms.

B. TUJUAN

Adapun tujuan yang ingin dicapai oleh penulis dalam pembuatan makalah

ini adalah :

1. Dapat memahami penggunaan huruf besar,tanda koma, tanda titik,

Page 4: MKLH B.INDO

pemakaian huruf miring, penggunaan kata depan dan unsur serapan.

2. Dapat memahami bagaimana cara membuat sebuah kalimat yang

efektif.

3. Dapat memahami bagaimana cara membuat dan mengembangkan suatu

paragraf yang baik.

C. RUMUSAN MASALAH

A. Bagaimana penerapan EYD dalam penulisan kata dan kalimat yang

digunakan sehari-hari dengan benar?

B. Apa dampak negatif modernisasi pada penerapan EYD ?

Page 5: MKLH B.INDO

BAB II

PEMBAHASAN

A. Penerapan EYD yang Benar dalam Penulisan Kata dan Kalimat dalam

Kehidupan Sehari-hari

1. Pemakaian Huruf

a. Pemenggalan kata

1) Kata dasar

a) Di antara dua vokal berurutan di tengah kata (diftong tidak

pernah diceraikan): ma-in.

b) Sebelum huruf konsonan yang diapit dua vokal di tengah kata:

ba-pak.

c) Di antara dua konsonan yang berurutan di tengah kata: man-di.

d) Di antara konsonan pertama dan kedua pada tiga konsonan

yang berurutan di tengah kata: ul-tra.

2) Kata berimbuhan: Sesudah awalan atau sebelum akhiran: me-rasa-

kan.

3) Gabungan kata: Di antara unsur pembentuknya: bi-o-gra-fi

b. Huruf kapital

1) Huruf pertama pada awal kalimat. Contoh: Andi makan roti.

2) Huruf pertama petikan langsung. Contoh : “Bapak sudah pergi?”,

tanya Budi.

3) Huruf pertama dalam ungkapan yang berhubungan dengan nama

Tuhan dan kitab suci, termasuk kata ganti untuk Tuhan. Contoh:

Ibu membaca Al-Quran setiap habis maghrib.

4) Huruf pertama nama gelar kehormatan, keturunan, dan keagamaan

yang diikuti nama orang (tidak berlaku jika tidak diikuti nama

orang). Contoh: Raden Ajeng Kartini lahir di Jepara.

Page 6: MKLH B.INDO

5) Huruf pertama unsur nama jabatan dan pangkat yang diikuti nama

orang atau pengganti nama orang, nama instansi, atau nama tempat

(tidak berlaku jika tidak diikuti nama orang, instansi, atau tempat).

Contoh: Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menunda

kunjungannya ke Wasior.

6) Huruf pertama unsur-unsur nama orang (tidak berlaku untuk nama

orang yang digunakan sebagai nama sejenis atau satuan ukuran).

Contoh: Charly, Denok.

7) Huruf pertama nama bangsa, suku, dan bahasa (tidak berlaku untuk

nama bangsa, suku, dan bahasa yang dipakai sebagai bentuk dasar

kata turunan). Contoh: suku Batak, bangsa Indonesia, bahasa Jawa.

8) Huruf pertama nama tahun, bulan, hari, hari raya, dan peristiwa

sejarah (tidak berlaku untuk peristiwa sejarah yang tidak dipakai

sebagai nama). Contoh: Juliarti lahir pada bulan Mei.

9) Huruf pertama nama geografi (tidak berlaku untuk istilah geografi

yang tidak menjadi unsur nama diri dan nama geografi yang

digunakan sebagai nama jenis). Contoh: Kemarin Endang baru saja

pulang dari Semarang, Bandung, dan Surakarta.

10) Huruf pertama semua unsur nama negara, lembaga pemerintahan

dan ketatanegaraan, serta nama dokumen resmi kecuali kata seperti

"dan" yang tidak terletak pada posisi awal, termasuk semua unsur

bentuk ulang sempurna. Contoh: Dinas Pendidikan dan

Kebudayaan.

11) Huruf pertama unsur singkatan nama gelar, pangkat, dan sapaan.

Gelar akademik: Kepmendikbud 036/U/1993.

12) Huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan seperti bapak,

ibu, saudara, kakak, adik, dan paman yang dipakai dalam

penyapaan dan pengacuan (tidak berlaku jika tidak dipakai dalam

pengacuan atau penyapaan). Contoh: Selamat pagi, Pak.

Page 7: MKLH B.INDO

c. Huruf miring

1) Nama buku, majalah, dan surat kabar yang dikutip dalam tulisan.

Contoh: Ayah menyuruh Fafa membeli surat kabar Kompas.

2) Huruf, bagian kata, kata, atau kelompok kata yang ditegaskan

atau dikhususkan. Contoh: Pejabat jangan sekali-kali

membohongi rakyat.

3) Kata nama ilmiah atau ungkapan asing kecuali yang telah

disesuaikan ejaannya.

Contoh: Rambut akan lebih halus jika diberi conditioner setelah

keramas.

2. Penulisan Kata

a. Kata dasar. Ditulis sebagai satu kesatuan

b. Kata turunan

1) Ditulis serangkai dengan kata dasarnya: dikelola, permainan

2) Imbuhan ditulis serangkai dengan kata yang langsung mengikuti

atau mendahuluinya, tapi unsur gabungan kata ditulis terpisah jika

hanya mendapat awalan atau akhiran: bertanggung jawab, garis

bawahi

3) Imbuhan dan unsur gabungan kata ditulis serangkai jika mendapat

awalan dan akhiran sekaligus: pertanggungjawaban

4) Ditulis serangkai jika salah satu unsur gabungan kata hanya

dipakai dalam kombinasi: adipati, narapidana

5) Diberi tanda hubung jika bentuk terikat diikuti oleh kata yang

huruf awalnya adalah huruf kapital: non-Indonesia

6) Ditulis terpisah jika kata maha sebagai unsur gabungan diikuti oleh

kata esa dan kata yang bukan kata dasar: maha esa, maha pengasih

c. Kata ulang. Ditulis lengkap dengan tanda hubung: anak-anak, sayur-

mayur

d. Gabungan kata

1) Ditulis terpisah antarunsurnya: duta besar, kambing hitam

Page 8: MKLH B.INDO

2) Dapat ditulis dengan tanda hubung untuk menegaskan pertalian di

antara unsur yang bersangkutan untuk mencegah kesalahan

pengertian: alat pandang-dengar, anak-istri saya

3) Ditulis serangkai untuk 47 pengecualian: acapkali, adakalanya,

akhirulkalam, alhamdulillah, astagfirullah, bagaimana,

barangkali, bilamana, bismillah, beasiswa, belasungkawa,

bumiputra, daripada, darmabakti, darmasiswa, dukacita,

halalbihalal, hulubalang, kacamata, kasatmata, kepada,

keratabasa, kilometer, manakala, manasuka, mangkubumi,

matahari, olahraga, padahal, paramasastra, peribahasa,

puspawarna, radioaktif, sastramarga, saputangan, saripati,

sebagaimana, sediakala, segitiga, sekalipun, silaturahmi, sukacita,

sukarela, sukaria, syahbandar, titimangsa, wasalam.

e. Kata ganti

1) Ku dan kau ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya: kusapa,

kauberi

2) Ku, mu, dan nya ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya:

bukuku, miliknya

f. Kata depan. di, ke, dan dari ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya,

kecuali daripada, kepada, kesampingkan, keluar, kemari, terkemuka

g. Kata sandang. si dan sang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya:

sang Kancil, si pengirim

h. Partikel

1) Partikel -lah, -kah, dan -tah ditulis serangkai dengan kata yang

mendahuluinya: betulkah, bacalah

2) Partikel pun ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya: apa pun,

satu kali pun

3) Partikel pun ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya untuk

adapun, andaipun, ataupun, bagaimanapun, biarpun, kalaupun,

kendatipun, maupun, meskipun, sekalipun, sungguhpun, walaupun

i. Singkatan dan akronim

Page 9: MKLH B.INDO

1) Singkatan nama orang, nama gelar, sapaan, jabatan atau pangkat

diikuti dengan tanda titik: A.S. Kramawijaya, M.B.A.

2) Singkatan nama resmi lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, badan

atau organisasi, serta nama dokumen resmi yang terdiri atas huruf

awal kata ditulis dengan huruf kapital dan tidak diikuti dengan tanda

titik: DPR, SMA

3) Singkatan umum yang terdiri atas tiga huruf atau lebih diikuti satu

tanda titik: dst., hlm.

4) Singkatan umum yang terdiri atas dua huruf diikuti tanda titik pada

setiap huruf: a.n., s.d.

5) Lambang kimia, singkatan satuan ukuran, takaran, timbangan, dan

mata uang tidak diikuti tanda titik: cm, Cu

6) Akronim nama diri yang berupa gabungan huruf awal dari deret kata

ditulis seluruhnya dengan huruf kapital: ABRI, PASI

7) Akronim nama diri yang berupa gabungan suku kata atau gabungan

huruf dan suku kata dari deret kata ditulis dengan huruf awal huruf

kapital: Akabri, Iwapi

8) Akronim yang bukan nama diri yang berupa gabungan huruf, suku

kata, ataupun gabungan huruf dan suku kata dari deret kata seluruhnya

ditulis dengan huruf kecil: pemilu, tilang

j. Angka dan lambang bilangan. Angka dipakai untuk menyatakan lambang

bilangan atau nomor yang lazimnya ditulis dengan angka Arab atau angka

Romawi.

1) Fungsi

1. menyatakan (i) ukuran panjang, berat, luas, dan isi (ii) satuan

waktu (iii) nilai uang, dan (iv) kuantitas,

2. melambangkan nomor jalan, rumah, apartemen, atau kamar pada

alamat,

3. menomori bagian karangan dan ayat kitab suci,

2) Penulisan

1. Lambang bilangan utuh dan pecahan dengan huruf

Page 10: MKLH B.INDO

2. Lambang bilangan tingkat

3. Lambang bilangan yang mendapat akhiran -an

4. Ditulis dengan huruf jika dapat dinyatakan dengan satu atau dua

kata, kecuali jika beberapa lambang bilangan dipakai secara

berurutan, seperti dalam perincian dan pemaparan

5. Ditulis dengan huruf jika terletak di awal kalimat. Jika perlu,

susunan kalimat diubah sehingga bilangan yang tidak dapat

dinyatakan dengan satu atau dua kata tidak terdapat pada awal

kalimat

6. Dapat dieja sebagian supaya lebih mudah dibaca bagi bilangan

utuh yang besar

7. Tidak perlu ditulis dengan angka dan huruf sekaligus dalam teks

kecuali di dalam dokumen resmi seperti akta dan kuitansi

8. Jika bilangan dilambangkan dengan angka dan huruf,

penulisannya harus tepat

3. Penulisan Tanda Baca

a. Tanda titik

1. Dipakai pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan.

Contoh: Gery berangakat ke Surabaya tadi pagi.

2. Dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan, ikhtisar,

atau daftar (tidak dipakai jika merupakan yang terakhir dalam suatu

deretan).

3. Dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang

menunjukkan waktu atau jangka waktu. Contoh: Handi tiba di rumah

pada pukul 10.15.

4. Dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya (tidak

dipakai jika tidak menunjukkan jumlah). Contoh: Uang yang didapat

Indri dari berjualan nasi sebesar Rp 100.000,00.

Page 11: MKLH B.INDO

5. Tidak dipakai pada akhir judul yang merupakan kepala karangan atau

kepala ilustrasi, tabel, dan sebagainya. Contoh: Rusaknya Bahasa

Indonesia di Dunia Maya

6. Tidak dipakai di belakang (1) alamat pengirim dan tanggal surat atau

(2) nama dan alamat penerima surat.

Contoh: Yth. Bapak Jojon

Jalan Kembang 14, Kajar

Kudus

b. Tanda koma

1. Dipakai di antara unsur-unsur dalam suatu perincian atau

pembilangan. Contoh: Satu, dua, tiga

2. Dipakai untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat

setara berikutnya yang didahului oleh kata seperti tetapi atau

melainkan. Contoh: Kau bukan seorang yang baik, melainkan

seorang yang jahat.

3. Dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat jika anak

kalimat itu mendahului induk kalimatnya (tidak dipakai jika anak

kalimat itu mengiringi induk kalimatnya). Contoh: Jika bulan depan

mendapat bonus, Kuncoro akan berangkat ke Bali.

4. Dipakai di belakang kata atau ungkapan penghubung antarkalimat

yang terdapat pada awal kalimat. Termasuk di dalamnya oleh karena

itu, jadi, lagi pula, meskipun begitu, akan tetapi. Contoh: Jadi,

minggu depan kita akan berangkat ke Bali.

5. Dipakai untuk memisahkan kata seperti o, ya, wah, aduh, kasihan dari

kata yang lain yang terdapat di dalam kalimat. Contoh: Aduh, aku

lupa membawa uang.

6. Dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam

kalimat. Contoh: Kakek berpesan, ”Patuhlah kepada orang tuamu!”

7. Dipakai di antara (i) nama dan alamat, (ii) bagian-bagian alamat, (iii)

tempat dan tanggal, dan (iv) nama tempat dan wilayah atau negeri

yang ditulis berurutan. Contoh: Kebumen, 29 Agustus 2008

Page 12: MKLH B.INDO

8. Dipakai untuk menceraikan bagian nama yang dibalik susunannya

dalam daftar pustaka.

Contoh: Chaerul, Abdul. 1994. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka

Cipta.

9. Dipakai di antara nama orang dan gelar akademik yang mengikutinya

untuk membedakannya dari singkatan nama diri, keluarga, atau

marga. Contoh: Lisyana, S.H.

10. Dipakai di muka angka persepuluhan atau di antara rupiah dan sen

yang dinyatakan dengan angka.

11. Dapat dipakai di belakang keterangan yang terdapat pada awal

kalimat untuk menghindari salah baca.

c. Tanda titik koma

1. Dapat dipakai untuk memisahkan bagian-bagian kalimat yang sejenis

dan setara.

2. Dapat dipakai sebagai pengganti kata penghubung untuk memisahkan

kalimat yang setara di dalam kalimat majemuk. Contoh: Aku tidak

meneruskan pertanyaanku; ayah juga; kami sama diam.

d. Tanda titik dua

1. Dapat dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap jika diikuti

rangkaian atau pemerian (tidak dipakai jika rangkaian atau perian itu

merupakan pelengkap yang mengakhiri pernyataan). Contoh: Fakultas

Sastra mempunyai empat Jurusan: Bahasa dan Sastra Inggris, Bahasa

dan Sastra Indonesia, Bahasa dan Sastra Jawa, dan Bahasa dan Sastra

Jepang.

2. Dipakai sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan pemerian.

Fakultas Sastra mempunyai Bahasa dan Sastra Indonesia, Bahasa dan

Sastra Inggris, Bahasa dan Sastra Jawa, dan Bahasa dab Sastra Jepang.

3. Dapat dipakai dalam teks drama sesudah kata yang menunjukkan

pelaku dalam percakapan Contoh:

Luna : “Selamat pagi. Ada yang bisa saya bantu?”

Mumun : “Selamat pagi. Saya mau membeli jeruk 2 Kg.”

Page 13: MKLH B.INDO

4. Dipakai (i) di antara jilid atau nomor dan halaman, (ii) di antara bab

dan ayat dalam kitab suci, (iii) di antara judul dan anak judul suatu

karangan, serta (iv) nama kota dan penerbit buku acuan dalam

karangan. Contoh: Chaer, Abdul. 1994. Linguistik Umum. Jakrta:

Rineka Cipta.

e. Tanda hubung

1. Dipakai untuk menyambung suku-suku kata dasar yang terpisah oleh

penggantian baris (Suku kata yang berupa satu vokal tidak

ditempatkan pada ujung baris atau pangkal baris) Contoh: be-li, me-

rah.

2. Dipakai untuk menyambung awalan dengan bagian kata di

belakangnya atau akhiran dengan bagian kata di depannya pada

pergantian baris (Akhiran -i tidak dipenggal supaya jangan terdapat

satu huruf saja pada pangkal baris). Contoh: Men-jadi, me-nangkap.

3. Dipakai untuk menyambung unsur-unsur kata ulang. Contoh:

mondar-mandir, mobil-mobilan

4. Dipakai untuk merangkaikan (i) se- dengan kata berikutnya yang

dimulai dengan huruf kapital, (ii) ke- dengan angka, (iii) angka

dengan -an, (iv) singkatan berhuruf kapital dengan imbuhan atau

kata, dan (v) nama jabatan rangkap. Contoh: se-Jawa Tengah, tahun

2000-an

f. Tanda tanya

1. Dipakai pada akhir kalimat tanya. Contoh: Siapa yang tidak suka

makan nasi?

g. Tanda seru

1. Dipakai sesudah ungkapan atau pernyataan yang berupa seruan atau

perintah yang menggambarkan kesungguhan, ketidakpercayaan,

ataupun rasa emosi yang kuat. Contoh: Aduh, aku lupa membawa

uang!. Tolong ambilkan pensil di atas meja itu!

Page 14: MKLH B.INDO

h. Tanda petik

1. Mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan dan

naskah atau bahan tertulis lain. Contoh: “Pengemis yang biasa

mangkal di lampu merah itu meninggal dunia kemarin pagi.”, kata

Ibu.

2. Mengapit judul syair, karangan, atau bab buku yang dipakai dalam

kalimat. Contoh: Kisah hidupnya dituturkan Neni dalam buku “Arti

Kehidupan”.

3. Mengapit istilah ilmiah yang kurang dikenal atau kata yang

mempunyai arti khusus.

4. Tanda petik penutup mengikuti tanda baca yang mengakhiri petikan

langsung. Contoh: “Jangan ambil buku itu!”

i. Tanda petik tunggal

1. Mengapit petikan yang tersusun di dalam petikan lain

2. Mengapit makna, terjemahan, atau penjelasan kata atau ungkapan

asing

j. Tanda garis miring

1. Dipakai di dalam nomor surat dan nomor pada alamat dan penandaan

masa satu tahun yang terbagi dalam dua tahun takwim. Contoh::

03/PMD/X/10

2. Dipakai sebagai pengganti kata atau, tiap. Contoh: KERAKYATAN

YANG DIPIMPIN OLEH HIKMAT KEBIJAKSANAAN DALAM

PERMUSYAWARATAN /PERWAKILAN.

B. Dampak Negatif Modernisasi Pada Penerapan EYD

Seiring dengan dinamika peradaban yang terus bergerak menuju arus

globalisasi, bahasa Indonesia dihadapkan pada persoalan yang semakin rumit

dan kompleks.

1. Dalam hakikatnya sebagai bahasa komunikasi, bahasa Indonesia dituntut

Page 15: MKLH B.INDO

untuk bersikap luwes dan terbuka terhadap pengaruh asing. Hal ini cukup

beralasan, sebab kondisi zaman yang semakin kosmopolit dalam satu

pusaran global dan mondial, bahasa Indonesia harus mampu menjalankan

peran interaksi yang praktis antara komunikator dan komunikan.

Artinya, setiap peristiwa komunikasi yang menggunakan media bahasa

Indonesia harus bisa menciptakan suasana interaktif dan kondusif,

sehingga mudah dipahami dan terhindar dari kemungkinan salah tafsir.

2. Dalam kedudukannya sebagai bahasa resmi, bahasa Indonesia harus tetap

mampu menunjukkan jatidirinya sebagai milik bangsa yang beradab dan

berbudaya di tengah-tengah pergaulan antarbangsa di dunia. Hal ini

sangat penting disadari, sebab modernisasi yang demikian gencar

merasuki sendi-sendi kehidupan bangsa dikhawatirkan akan menggerus

jatidiri bangsa yang selama ini kita banggakan dan kita agung-agungkan.

“Ruh” heroisme, patriotisme, dan nasionalisme yang dulu gencar

digelorakan oleh para pendahulu negeri harus tetap menjadi basis moral

yang kukuh dan kuat dalam menyikapi berbagai macam bentuk

modernisasi di segenap sektor kehidupan. Dengan kata lain, bahasa

Indonesia sebagai bagian jatidiri bangsa harus tetap menampakkan

kesejatian dan wujud hakikinya di tengah-tengah kuatnya arus

modernisasi.

3. Bahasa Indonesia dituntut untuk mampu menjadi bahasa pengembangan

ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek) seiring dengan pesatnya laju

perkembangan industri dan Iptek. Ini artinya, bahasa Indonesia harus

mampu menerjemahkan dan diterjemahkan oleh bahasa lain yang lebih

dahulu menyentuh aspek industri dan iptek. Persoalannya sekarang,

mampukah bahasa Indonesia berdiri tegas di tengah-tengah tuntutan

modenisasi, tetapi tetap sanggup mempertahankan jatidirinya sebagai

milik bangsa yang beradab dan berbudaya? Sanggupkah bahasa

Indonesia menjadi bahasa pengembangan iptek yang wibawa dan

terhormat, sejajar dengan bahasa-bahasa lain di dunia?masih setia dan

banggakah para penuturnya untuk tetap menggunakan bahasa Indonesia

Page 16: MKLH B.INDO

secara baik dan benar dalam berbagai wacana komunikasi?

a) Akibat penyalahgunaan EYD

Akibat dari penyalahgunaan EYD yang dapat penulis ambil adalah :

1. Arti kata menjadi rancu

3. Ambigu

4. Arti kata tidak nyambung

Contoh penyalahgunaan EYD (dalam SMS) :

1. mkn, bisa berarti "makan" atau "makin"

2. skl, bisa berarti "sekolah" atau "sekali"

3. Kadang – kadang kita ingin agak "keren" tapi malah jadi beda

arti.

Contoh kalimat:

1. Silahkan dikerjain tugasnya!

Maksudnya "dikerjakan", tapi ketika menggunkan kata "dikerjain"

menjadi mempunyai arti berbeda, dan tidak nyambung.

Page 17: MKLH B.INDO

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

1.Penerapan EYD dalam penulisan kalimat yang benar:

a. Dalam penulisan kalimat, hendaknya memperhatikan kata, tanda baca,

huruf, dan ejaan yang sesuai dengan kaidah EYD.

b. Bahasa yang digunakan hendaknya bahasa baku untuk meminimalisasi

kerancuan makna.

2. Dampak negatif modernisasi pada penggunaan EYD:

a. Menghilangkan jati diri bangsa Indonesia yaitu bahasa Indonesia.

b. Terjadi kekacauan makna kata yang mengakibatkan kata bermakna

ganda (ambigu).

c. Penggunaan kalimat menjadi tidak efektif sehingga sulit untuk

dipahami.

d. Rusaknya tata bahasa di kalangan masyarakat terutama di kalangan

anak muda.

B. SARAN

1. Sebaiknya segenap masyarakat Indonesia menerapkan tata bahasa baku

dalam berkomunikasi sehari-hari.

2. Masyarakat Indonesia harus bisa membentengi diri dari budaya asing

yang masuk sehingga tidak terpengaruh oleh budaya asing yang

mengganggu persatuan bangsa.

Page 18: MKLH B.INDO

DAFTAR PUSTAKA

Setyawati, Nanik. 2010. Analisis Kesalahan Berbahasa Indonesia. Cetakan kedua. Surakarta:Yuma Pustaka.

.......2010.Kata Pengantar.diakses dari http//:my.opera.com/superwidya/blog/kata-pengantar. Diunduh pada Selasa, 12 Oktober 2010, pada pukul 09.45.

.......2010.Bahasa Indonesia Antara Modernisasi dan Jatidiri.diakses dari http//: sawali.wordpress.com/.../bahasa-indonesia-antara-modernisasi-dan-jatidiri. Diunduh pada Selasa, 12 Oktober 2010, pada pukul 09.57.

http://id.wikibooks.org/w/index.php?title=Pembicaraan:Bahasa_Indonesia/

EYD&action=edit&redlink=1