b.indo new
DESCRIPTION
bahasa indonesiaTRANSCRIPT
1
TEKNIK PEMBUATAN FONDASI TELAPAK
Diusulkan Oleh:
1. Aldy Yafi 3.11.15.2.02
2. Famila Hasan 3.11.15.2.09
3. Iza Rahmani Shabri 3.11.15.2.13
4. M. Mahfud Farid T 3.11.15.2.14
D3- KONSTRUKSI GEDUNG
TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI SEMARANG
SEMARANG
2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang Teknik
Pembuatan Fondasi Telapak ini dengan baik meskipun banyak kekurangan di dalamnya.
Dan juga kami berterima kasih pada Bapak Drs.Royswan Isgandhi, M.Pd selaku Dosen
mata kuliah Bahasa Indonesia Politeknik Negeri Semarang yang telah memberikan tugas
ini kepada kami.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan
serta pengetahuan kita mengenai konstruksi kusen pintu dan jendela, hubungan sambungan
kayu dan juga pekerjaannya. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah
ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya
kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang akan kami buat di masa yang akan
datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang
yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata
yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi
perbaikan di masa depan.
Semarang, 23 Oktober 2015
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL…………………………………………………………………………… i
KATA PENGANTAR……………………………………………………………ii
DAFTAR ISI…………………………………………………………….......…....iii
1 PENDAHULUAN………………………………..………………………....... 1
2 PEMBAHASAN…………………………………………………………… 1
2.1 Pekerjaan Galian Tanah Fondasi……………………………………… 1
2.2 Pekerjaan Penulangan………………………………………………… 4
2.2.1 Perakitan Tulangan…………………………………………… 4
2.2.2 Pemasangan Tulangan………………………………………… 4
2.3 Pekerjaan Pengecoran………………………………………………… 5
2.3.1 Pekerjaan Bekisting…………………………………………… 5
2.3.2 Pengecoran………………………………………………… 5
2.3.3 Pelaksana pengendalian pekerjaan pengecoran…………………6
3 KESIMPULAN…………………………………………………………………8
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………… 9
iii
1
1 PENDAHULUANFondasi bangunan adalah kontruksi yang paling terpenting pada suatu bangunan.
Karena fondasi berfungsi sebagai penahan seluruh beban (hidup dan mati ) yang berada di
atasnya dan gaya–gaya dari luar.
Fondasi merupakan bagian dari struktur yang berfungsi meneruskan beban menuju
lapisan tanah pendukung dibawahnya. Dalam struktur apapun, beban yang terjadi baik
yang disebabkan oleh berat sendiri ataupun akibat beban rencana harus disalurkan ke
dalam suatu lapisan pendukung dalam hal ini adalah tanah yang ada di bawah struktur
tersebut (Subarkah, 1987:12).
Pengertian umum untuk fondasi adalah struktur bagian bawah bangunan yang
berhubungan langsung dengan tanah, atau bagian bangunan yang terletak di bawah
permukaan tanah yang mempunyai fungsi memikul beban bagian bangunan lainnya di
atasnya. fondasi harus diperhitungkan untuk dapat menjamin kestabilan bangunan
terhadap beratnya sendiri, beban-beban bangunan (beban isi bangunan), gaya-gaya luar
seperti: tekanan angin,gempa bumi, dan lain-lain. Disamping itu, tidak boleh terjadi
penurunan level melebihi batas yang diijinkan.
Secara umum, terdapat dua macam fondasi, yaitu fondasi dangkal dan fondasi dalam.
Fondasi dangkal digunakan bila bangunan yang berada di atasnya tidak terlalu besar.
Rumah sederhana misalnya. Fondasi ini juga bisa dipakai untuk bangunan umum lainnya
yang berada di atas tanah yang keras. Yang termasuk dalam fondasi dangkal ialah fondasi
batu kali setempat, fondasi lajur batu kali, pondasi telapak, fondasi lajur beton, fondasi
strouspile dan fondasi tiang pancang kayu (Subarkah, 1987:14).
Bentuk fondasi ditentukan oleh berat bangunan dan keadaan tanah disekitar
bangunan, sedangkan kedalaman pondasi ditentukan oleh letak tanah padat yang
mendukung fondasi. Jika terletak pada tanah miring lebih dari 10%, maka fondasi
bangunan tersebut harus dibuat rata atau dibentuk tangga dengan bagian bawah dan atas
rata (Subarkah, 1987:14).
Di dalam makalah ini akan dibahas mengenai pembuatan fondasi telapak mulai dari
proses galian tanah, penulangan fondasi sampai proses pengecoran fondasi.
Berdasarkan uraian latar belakang yang telah disampaikan, didapatkan bahwa
rumusan masalah adalah bagaimana proses pembuatan fondasi telapak pada sebuah
bangunan dengan tujuan untuk menjelaskan tahapan – tahapan pembuatan fondasi telapak.
2
2. Pekerjaan Galian Tanah FondasiPekerjaan galian fondasi tanah bangunan adalah pekerjaan yang sering mengalami
kendala disamping berhubungan dengan alam juga pekerjaan ini sering dianggap sepele
karena dianggap hanya membutuhkan tenaga saja. Bagi orang yang kurang mengerti
mungkin berpikir tidak masalah jika galian fondasi salah, tidak akan kelihatan karena
akan ditutup kembali, padahal bisa saja kesalahan tersebut akan mengakibatkan kerugian
waktu, material dan juga mempengaruhi ukuran bangunan dan juga kekuatan
konstruksinya (Gunawan, 1990:26).
Pekerjaan Galian Tanah Fondasi
Tahapan-tahapan yang harus diperhatikan dalam pekerjaan galian tanah fondasi telapak.
a. Penggalian tanah untuk fondasi setempat dilakukan secara hati-hati serta harus
mengetahui ukuran panjang, lebar dan kedalaman fondasi.
b. Tebing dinding galian tanah fondasi dibuat dengan perbandingan 5:1 untuk jenis
tanah yang kurang baik dan untuk jenis tanah yang stabil dapat dibuat dengan
perbandingan 1:10 atau dapat juga dibuat tegak lurus permukaan tanah tempat
meletakkan fondasi.
c. Dalamnya suatu galian tanah ditentukan oleh kedalamnya tanah padat/tanah keras
dengan daya dukung yang cukup kuat, min 0.5 kg/cm2.
d. Bila tanah dasar masih jelek, dengan daya dukung yang kurang dari 0.5
kg/cm2, maka galian tanah harus diteruskan, sampai mencapai kedalaman tanah yang
cukup kuat, dengan daya dukung lebih dari 0.5 kg/cm2.
e. Lebar dasar galian tanah fondasi hendaknya dibuat lebih lebar dari ukuran
fondasi agar tukang lebih leluasa bekerjanya.
f. Semua galian tanah harus di tempatkan diluar dan agak jauh dari pekerjaan penggalian
agar tidak mengganggu pekerjaan (Gunawan, 1990:28).
Resiko yang akan dihadapi jika terjadi kesalahan galian tanah fondasi.
a. Galian tanah yang tidak sesuai dengan posisi dan ukurannya akan mempengaruhi
proses konstruksi berikutnya, dimana penempatan/ titik titik fondasi yang salah
akan mempengaruhi posisi kolom.
3
a. Bila elevasi galian tidak sesuai, misalnya terlampau dalam atau terlampau ren-
dah berpengaruh terhadap kekuatan daya dukung berdasarkan hasil pengujian
tanah.
b. Bila posisi terlalu jauh dari rencana, bisa mengakibatkan pengulangan galian
yang menimbulkan kerugian waktu dan biaya.
c. Pekerjaan galian tanah mengandung resiko longsoran dan reruntuhan.
Hal hal baik perlu diperhatikan yang berhubungan dengan pekerjaan galian.
a. Pelaksana harus memperhatikan faktor keamanan bagi masyarakat di sekitar
galian pada saat pelaksanaan pekerjaan. Perlunya pembuatan pagar atau papan
petunjuk agar setiap orang berhati-hati disekitar galian. Hanya pekerja dan yang
berkepentingan yang diijinkan memasuki area galian fondasi.
b. Pelaksana mengatur pekerja di lapangan sesuai posisi dan job desk masing-mas-
ing agar pekerjaan dapat efektif dan optimal. Untuk pekerjaan galian yang digu-
nakan secara manual, maka pelaksana harus memperhatikan kondisi si pekerja
dan juga harus menyiapkan peralatan yang dibutuhkan misalnya cangkul, sekop,
tambang, ember/ karung pembuang tanah.
c. Sebelum dilakukan penggalian pelaksana dan pengawas perlu memeriksa batas
tanah pemilik. Jika tanah berbatasan dengan pemilik lain maka terlebih dahulu
dilakukan pembicaraan apakah galian tanah dapat dibuang sementara ke lokasi
tanahnya, jika tidak bisa dilakukan maka harus dilakukan pengaturan posisi
pembuangan supaya dapat dihindari terjadinya longsoran tanah.
d. Untuk lokasi area yang sempit perlu diperhatikan posisi pembuangan tanah su-
paya tetap tersedia lokasi penempatan material dan peralatan pengecoran. Pen-
gawas dan pelaksana memeriksa sistim penumpukan tanah galian fondasi dan
memastikan sistem penumpukan tersebut tidak menghambat proses pengecoran.
e. Sebelum penggalian dimulai, Pengawas dan Pelaksana supaya memeriksa di-
mensi dan elevasi kedalaman galian (disesuaikan dengan gambar ). Pelaksana
harus membuat papan bowplank yang kuat untuk membuat garis benang posisi
dan batas tanah yang akan digali. Pemberian benang harus mudah dibuka dan di-
pasangkan kembali supaya tidak menganggu pekerjaan galian.
4
f. Pelaksana harus mengatur metode pengalian, pembuangan dan penumpukan
tanah. Penumpukan tanah galian tidak boleh terkonsentrasi dekat galian untuk
mengurangi resiko runtuhan tanah masuk kembali ke dalam galian fondasi .
g. Bila ukuran galian lebih dari 1 m, pelaksana harus menyediakan tangga semen-
tara, disediakan buat pekerja sebagai akses turun naik ke dalam penggalian.
h. Tipe galian disesuaikan dengan kondisi tanah aktual. Untuk kondisi tanah di-
mana koefisien runtuhan tanah kecil dapat dilakukan sisi galian tegak, jika koe-
fisien runtuhan tanah besar maka sisi galian miring .
i. Untuk jenis tanah berlumpur, kemungkinan terjadinya longsoran/runtuhan tanah
cukup besar. Karena itu buat galian sisi miring dan lebar galian dibuat lebih be-
sar dari ukuran dimensi tapak. Lakukan penambahan cerucuk sebagai turap. Tu-
juannya supaya tekanan lumpur akan berkurang ke bekisting.
j. Untuk galian fondasi kedalaman lebih dari 1 m dimana jenis tanah adalah tanah
runtuhan, pengawas memerintahkan pelaksana segera melakukan pemasangan
struktur penahan tanah (turap).
k. Untuk galian tanah yang terdapat sumber mata air dibawahnya maka subkon-
traktor harus menyiapkan mesin pompa air untuk mengeluarkan air tersebut. Be-
gitu juga apabila galian menampung air hujan maka sebelum meneruskan peker-
jaan selanjutnya maka air harus dibuang terlebih dahulu.
l. Selama proses pengalian, pelaksana dan pengawas harus memperhatikan kesela-
matan pekerja yang ada di dalam galian. Pelaksana harus memastikan tersedia
orang yang membuang tumpukan tanah di pinggir galian supaya tanah tidak
bertumpuk. Hal ini untuk menghindari longsoran dimana tanah galian masuk
kembali ke dalam.
m. Jika proses penggalian sudah selesai, pengawas harus melakukan pengecekan
kembali ukuran dan elevasi kedalaman galian apakah sudah sesuai dengan gam-
bar rencana.
n. Setelah proses pengecekan selesai dan sudah memenuhi syarat, selanjutnya
pekerjaan siap dilanjutkan dengan pembuatan lantai kerja.
5
3. Pekerjaan Penulangan
3.1 Perakitan tulangan
Untuk fondasi setempat perakitan tulangan dilakukan di luar tempat pengecoran di
lokasi proyek agar setelah dirakit dapat langsung dipasang dan proses pembuatan fondasi
dapat berjalan lebih cepat.
Cara perakitan tulangan adalah :
a. mengukur panjang untuk masing-masing tipe tulangan yang dapat diketahui dari ukuran
fondasi setempat;
b. mendesain bentuk atau dimensi dari tulangan fondasi setempat,dengan
memperhitungkan bentuk-bentuk tipe tulangan yang ada pada fondasi setempat tersebut;
c. merakit satu per satu bentuk dari tipe tulangan fondasi dengan kawat pegikat agar kokoh
dan tulangan tidak terlepas.
3.2 Pemasangan Tulangan
Setelah merakit tulangan fondasi setempat maka untuk pemasangan tulangan
dilakukan dengan cara manual karena tulangan untuk pondasi setempat ini tidak terlalu
berat dan kedalaman fondasi ini juga tidak terlalu dalam.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pemasangan tulangan adalah sebagai berikut.
a. Hasil rakitan tulangan dimasukan kedalam tanah galian dan diletakkan tegak lurus
permukaan tanah dengan bantuan waterpass.
b. Rakitan tulangan ditempatan tidak langsung bersentuhan dengan dasar tanah, jarak
antara tulangan dengan dasar tanah kurang lebih 40 mm, yaitu dengan menggunakan
pengganjal yang dibuat dari batu kali disetiap ujung sisi/tepi tulangan bawah agar ada
jarak antara tulangan dan permukaan dasar tanah untuk melindungi/melapisi tulangan
dengan beton (selimut beton) dan tulangan tidak menjadi karat.
c. Setelah dipastikan rakitan tulangan benar-benar stabil, maka dapat langsung
melakukan pengecoran.
6
4. Pekerjaan Pengecoran
4.1 Pekerjaan Bekisting
Bekisting adalah suatu konstruksi bantu yang bersifat sementara yang
digunakan untuk mencetak beton yang akan di cor, di dalamnya atau di atasnya
(Gunawan, 1990:45).
Pekerjaan bekisting dilakukan dengan cara.
a. Diasumsikan yang akan dibuat bekisting adalah bagian tiangnya untuk
penyambungan kolom sedangkan unuk fondasinya hanya diratakan dengan cetok
(sendok spesi)
b. Supaya balok beton yang dihasilkan tidak melengkung maka waktu membuat
bekisting, jarak sumbu tumpuan bekistingnya harus memenuhi persyaratan.
c. Papan cetakan disusun secara rapih berdasarkan bentuk beton yang akan dicor.
d. Papan cetakan dibentuk dengan baik dan ditunjang dengan tiang agar tegak lurus
tidak miring dengan bantuan alat waterpass.
e. Papan cetakan yang digunakan tidak boleh dicor.
f. Papan-papan disambung dengan klem/penguat/penjepit (civil architectural,
2015).
4.2 Pengecoran
Bahan-bahan pokok dalam pembuatan beton adalah semen, pasir, kerikil/split dan
air. Kualitas/mutu beton tergantung dari kualitas bahan-bahan pembuat beton dan
perbandingannya. Bahan-bahan harus diperiksa dulu sebelum dipakai membuat beton
dengan maksud menguji apakah syarat-syarat mutu dipenuhi. Semen merupakan bahan
pokok terpenting dalam pembuatan beton karena mempersatukan butir-butir pasir
dan kerikil/split menjadi satu. kesatuan berarti semen merupakan bahan pengikat dan
apabila diberi air akan mengeras. Agregat adalah butiran-butiran batuan yang dibagi
menjadi bagian pokok ditinjau dari ukurannya yaitu agregat halus yang disebut pasir dan
agregat kasar yang disebut kerikil/split dan batu pecah (Gunawan, 1990:47).
Tahap-tahap pekerjan pengecoran fondasi setempat, yaitu:
7
a. membuat kotak takaran untuk perbandingan material yaitu dari kayu dan juga dapat
mempergunakan ember sebagai ukuran perbandingan;
b. membuat wadah/tempat (kotak spesi) hasil pengecoran yang dibuat dari kayu
atau seng/pelat dengan ukuran tinggi x lebar x panjang adalah 22 cm x 100 cm x 160
cm dapat juga dibuat dari pelat baja dengan ukuran tebal 3 mm x 60 cm x 100 cm;
c. mempersiapkan bahan-bahan yang digunakan untuk pengecoran seperti: semen, pasir,
split, serta air dan juga peralatan yang akan digunakan untuk pengecoran;
d. membuat adukan/pasta dengan bantuan mollen (mixer) dengan perbandingan volume
1:2:3 yaitu 1 volume semen berbanding 2 volume pasir berbanding 3 volune split serta
air secukupnya;
e. memasukan adukan kedalam tabung dengan urutan: pertama masukan pasir, kedua
semen portand, ke tiga split dan biarkan tercampur kering dahulu dan baru kemudian
ditambahkan air secukupnya;
f. setelah adukan benar-benar tercampur sempurna kurang lebih selama 4-10 menit
tabung mollen (mixer) dibalikan dan tungkan kedalam kotak spesi;
g. memasukkan hasil dari pengecoran kedalam lubang galian tanah yang sudah diletakan
tulangan dengan bantuan alat sendok spesi/cetok dan dilakukan/dikerjakan bertahap
sedikit demi sedikit agar tidak ada ruangan yang kosong dan kerikil/split yang
berukuran kecil sampai yang besar dapat masuk kecelah- celah tulangan.
Setelah melakukan pengecoran, maka fondasi setempat tersebut dibiarkan mengering
dan setelah mengering fondasi diurug dengan tanah urugan serta disisakan beberapa cm
untuk sambungan kolom.
4.3 Tahap pelaksanaan dan pengendalian pekerjaan pengecoran
4.3.1 Pekerjaan persiapan
Pekerjaan persiapan dilakukan dengan mempersiapkan bahan-bahan material yang
akan digunakan untuk pengecoran dan ditempatkan di daerah yang tidak terlau jauh
dengan tempat galian fondasi/tempat yang akan dicor.
4.3.2 Cara pengadukan
Karena didalam pengecoran ini diasumsikan memakai mollen/mixer, maka
pengadukan bahan material dimasukan kedalam sebuah tabung mollen/mixer dengan
urutan: pertama memasukan pasir, kedua memasukan kerikil/split, ketiga memasukan
semen dan biarkan tercampur kering dahulu sesuai dengan perbandingan volume.
8
(Gunawan, 1987:67)
4.3.3 Cara pengecoran
Setelah bahan material sudah tercampur dalam keadaan kering kemudian
tambahkan air secukupnya sampai merata, maka material tersebut berubah dalam bentuk
pasta, setelah menjadi pasta tuangkan sedikit demi sedikit kedalam galian fondasi yang
sudah diletakan tulangan dan setelah pasta masuk kedalam galian fondasi pasta tersebut
yang diratakan dengan sendok spesi/cetok sesuai dengan kemiringan dari bentuk pondasi
4.3.4 Cara pelaksanaan
Setelah semua material bahan pengecoran benar-benar tercampur seluruhnya
mulai dari pasir, kerikil/split serta semen dan air sebagai bahan pengikat, maka cara
pelaksanaan pengecoran fondasi setempat dituangkan kedalam galian pondasi dengan
cara bertahap sedikit demi sedikit dengan bantuan sendok spesi/cetok agar semua material
bahan pengecoran dapat masuk ketempat pengecoran yang sudah diletakkan tulangan dan
tidak ada celah yang kosong dan lebih padat.
9
5. PENUTUP
Dalam teknik pembuatan fondasi telapak terdapat tiga tahapan, yaitu pekerjaan galian
tanah, pekerjaan penulangan, dan pekerjaan pengecoran. Pekerjaan galian tanah harus
sesuai dengan pedoman yang sudah ditetapan dan tidak boleh dianggap remeh karena
berhubungan langsung dengan kekuatan fondasi. Dalam pekerjan penulangan terdapat dua
tahapan,perakitan tulangan dan pemasangan tulangan. Pekerjaan pengecoran meliputi
pekerjaan bekisting, pengecoran, dan pelaksana pengendalian pekerjaan pengecoran.
Semua proses pembuatan fondasi tersebut tidak boleh sembarangan, harus sesuai dengan
SNI dan melalui beberapa tahapan.
Dari penyusunan makalah ini diharapkan kita dapat mengetahui tahapan-tahapan
pembuatan fondasi telapak dan fungsi dari fondasi itu sendiri. Kritik dan saran yang
sifatnya membangun sangat kami perlukan untuk perbaiakan penyusunan makalah kami
kedepannya.
10
DAFTAR PUSTAKA
Gunawa, rudy. 1990. Pengantar Teknik Fondasi. Yogyakarta: Kanisius.
Subarkah, iman. 1987. Teknik Fondasi. Bandung: Idea Dharma
Asiyah.“Desain Pondasi Telapak Bujur Sangkar”.3 November
2015.http://asiyahku.blogspot.com/2012/06/desain-pondasi-telapak-bujur-sangkar.html
Rizky, Arif.“civil-architectural”.3 November
2015.https://designoke.wordpress.com/category/civil-architectural/
11
12
LAMPIRAN
LAPORANPELAKSANAAN DISKUSI
1. Pelaksanaan :Hari/ Tanggal : Jumat/ 11 Desember 2015……………………………………
Pukul : 17.00 WIB……………………………
Ruang : KS 1A……………………………………………………………
…………………………………………………………………
Jumlah Peserta : 21…………………………………………………………………
…………………………………………………………………
Tidak hadir : -………………………………………………
2. HasilModerator : Famila Hasan
Notulis : Aldy Yafi
Penyaji : 1. M. Mahfud Farid T
2.Iza Rahmani Shabri
Judul : TEKNIK PEMBUATAN FONDASI TELAPAK
Ringkasan materi :
13
Dalam teknik pembuatan fondasi telapak Terdapat tiga tahapan, yaitu pekerjaan
galian tanah, pekerjaan penulangan, dan pekerjaan pengecoran. Pekerjaan galia tanah
harus sesuai dengan pedoman yang sudah ditetapan dan tidak boleh dianggap remeh
karena berhubungan langsung dengan kekuatan fondasi. Dalam pekerjan penulangan
terdapat dua tahapan, perakitan tulangan dan pemasangan tulangan. Pekerjaan
pengecoran meliputi pekerjaan bekisting, pengecoran, dan pelaksana pengendalian
pekerjaan pengecoran. Semua proses pembuatan fondasi tersebut tidak boleh
sembarangan, harus sesuai dengan SNI dan melalui beberapa tahapan.
Pertanyaan :
1. Konstruksi gedung seperti apakah yang menggunakan fondasi telapak? (oleh : Mayhendra Maharaja)
Jawaban : Konstruksi gedung bertingkat lebih sering menggunakan fondasi
telapak, karena struktur fondasi telapak itu sendiri yang memang mampu
menahan beban lebih berat.
2. Saat pengecoran ada bagian yang retak, bagaimana cara mengantisipasinya? (oleh : Sukma Aji)
Jawaban : Yaitu dengan memaksimalkan proses penuangan adukan.
Kemudian pengecoran dilaksanakan pada waktu malam hari karena suhunya
yang relatif stabil.
Semarang,11 Desember 2015
Moderator, Notulis,
14
Famila Hasan Aldy Yafi
Lampiran:
1. Makalah2. Pertanyaan beserta penanya dan jawaban/tanggapan