mental mekanisme bab 1

34
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap individu dalam keadaan tertekan, cemas, stress ataupun konflik akan berupaya untuk melawan keadaan tersebut dengan mekanisme pertahanan diri yang dimilikinya. Mekanisme pertahanan ini tidak selalu patologis. Mekanisme pertahanan diri (defence mechanisms) adalah proses asadar yang digunakan oleh ego untuk mengurangi konflik antara id dan superego yang menyebabkan kecemasan. Freud menggunakan istilah mekanisme pertahanan diri untuk menunjukkan proses asadar yang melindungi individu melalui pemutarbalikan kenyataan. Pada dasarnya strategi-strategi ini tidak mengubah kondisi obyektif bahaya dan hanya mengubah cara individu mempersepsi atau memikirkan masalah itu. Jadi mekanisme pertahanan diri melibatkan unsur penipuan diri. 1

Upload: revanala-kioro-tami

Post on 05-Dec-2015

18 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

MENTAL MEKANISME

TRANSCRIPT

Page 1: MENTAL MEKANISME BAB 1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Setiap individu dalam keadaan tertekan, cemas, stress ataupun konflik

akan berupaya untuk melawan keadaan tersebut dengan mekanisme pertahanan

diri yang dimilikinya. Mekanisme pertahanan ini tidak selalu patologis.

Mekanisme pertahanan diri (defence mechanisms) adalah proses asadar yang

digunakan oleh ego untuk mengurangi konflik antara id dan superego yang

menyebabkan kecemasan.

Freud menggunakan istilah mekanisme pertahanan diri untuk

menunjukkan proses asadar yang melindungi individu melalui pemutarbalikan

kenyataan. Pada dasarnya strategi-strategi ini tidak mengubah kondisi obyektif

bahaya dan hanya mengubah cara individu mempersepsi atau memikirkan

masalah itu. Jadi mekanisme pertahanan diri melibatkan unsur penipuan diri.

Seseorang memerlukan berbagai teknis psikologis dengan cara

berupaya untuk mempertahankan dirinya, membangun kompromi antara impuls-

impuls konflik dan menghilangkan ketegangan dari dalam. Hal ini dilakukan

dengan cara membangun rencana pertahanan untuk menangani anxietas, impuls

agresif, permusuhan, kebencian dan frustasi. Dengan demikian, mekanisme

pertahanan didefinisikan sebagai suatu proses, mekanisme atau dinamisme mental

yang berfungsi melindungi seseorang terhadap bahaya yang berasal dari impuls

atau afeknya.

1

Page 2: MENTAL MEKANISME BAB 1

Teori psikoanalisis dan psikodinamika menjelaskan proses bagaimana

kita melindungi diri kita dari impuls yang mengancam dan yang tidak diinginkan.

Pada teori psikoanalitik, mekanisme defensi merupakan mediasi asadar ego antara

id dan super ego yang sedang konflik. Dengan mengubah kesadaran seseorang

terhadap impuls original, dapat membuat keadaan menjadi lebih ditolerir.

Kebutuhan dan dorongan merupakan faktor penting yang

mempengaruhi perilaku manusia. Kebutuhan psikologik, misalnya rasa aman,

kasih sayang, dan rasa harga diri. Tidak ada dorongan psikologik yang khas untuk

kebutuhan ini, akan tetapi emosi, rasa tegang, senang, puas, takut, dan cemas

berfungsi sebagai dorongan untuk mendapatkan kebutuhan psikologik ataupun

somatik. Makin besar usaha untuk mencapai kebutuhan dan tujuannya, makin

besar dorongannya.

Lingkungan manusia dibagi menjadi lingkungan fisik dan sosial.

Lingkungan sosial sangat berpengaruh dalam perkembangan manusia setelah

lahir. Kelompok sosial juga mempunyai kebutuhan, bila keseimbangan kelompok

terganggu, maka akan timbul dorongan untuk memulihkannya. Kalau dorongan

badaniah dan psikologik bekerja lebih banyak, misalnya perasaan puas, senang,

cemas, dan rasa salah (kontrol diri) maka dorongan sosial bekerja lebih banyak

dengan munculnya perasaan bangga atau malu, adanya pahala atau hukuman

melalui sistem norma dan adat istiadat (kontrol sosial).

Stress adalah segala masalah atau tuntutan penyesuaian diri sebagai

akibat adanya penghalang kesukaran, kebimbangan, aral melintang dalam usaha

mencapai tujuan sehingga menganggu keseimbangan. Bila tidak dapat diatasi

2

Page 3: MENTAL MEKANISME BAB 1

dengan baik, akan muncul gangguan badan ataupun jiwa. Sumber stres psikologik

antara lain frustasi, konflik, tekanan atau krisis. Frustasi timbul bila keinginan dan

tujuan yang akan dicapai terhalangi oleh sesuatu. Konflik terjadi bila seseorang

tidak dapat memilih antara dua atau lebih macam kebutuhan atau tujuan. Memilih

satu berarti frustasi terhadap yang lain.

Daya tahan stress atau nilai ambang frustasi pada tiap orang berbeda-

beda, tergantung keadaan somato-psikososial orang tersebut. Jika stress itu cukup

besar, lama, dan spesifik maka orang akan terganggu jiwanya. Penyesuaian diri

terhadap stress tergantung pada umur, seks, kepribadian, intelegensi, dan emosi.

Mekanisme tersebut menjadi patologis bila penggunaannya secara terus

menerus membuat seseorang berperilaku maladaptive/tidak mampu beradaptasi

dengan baik, sehingga kesehatan fisik dan / atau mental orang itu turut

terpengaruh. Kegunaan mekanisme pertahan ego adalah untuk melindungi

pikiran/diri/ego dari kecemasan, sanksisosial atau untuk menjadi tempat

“mengungsi” dari situasi yang tidak sanggup untuk dihadapi.

Mekanisme pertahanan dilakukan oleh ego sebagai salah satu bagian

dalam struktur kepribadian menurut psikoanalisis Freud selain id, dan super ego.

Mekanisme tersebut diperlukan saat impuls-impuls dari id mengalami konflik satu

sama lain, atau impuls itu mengalami konflik dengan nilai dan kepercayaan dalam

super ego, atau bila dirasakan ada ancaman dari luar yang dihadapi ego.

Faktor penyebab perlunya dilakukan mekanisme pertahanan adalah rasa

kecemasan. Bila kecemasan sudah membuat seseorang merasa sangat terganggu,

3

Page 4: MENTAL MEKANISME BAB 1

maka ego menganggap perlu menerapkan mekanisme pertahanan untuk

melindungi individu.

Rasa bersalah dan malu sering menyertai perasaan cemas. Kecemasan

dirasakan sebagai peningkatan ketegangan fisik dan mental. Perasaan demikian

akan terdorong untuk bertindak defensive/mempertahankan diri terhadap apa yang

dianggap membahayakan nya. Penggunaan mekanisme pertahanan dilakukan

dengan membelokan impuls id ke dalam bentuk yang bisa diterima, atau dengan

tanpa disadari menghambat impuls tersebut.

Di beberapa aliran psikologi (terutama dalam teori psikodinamik),

psikolog berbicara tentang “mekanisme pertahanan”, atau perilaku di mana kita

berperilaku atau berpikir dengan cara tertentu untuk lebih melindungi atau

“membela” diri kita sendiri. Mekanisme pertahanan adalah salah satu cara

melihat bagaimana orang-orang menjauhkan diri dari kesadaran penuh yg tidak

menyenangkan perasaan dan perilaku.

Mekanisme pertahanan kadang kurang disadari – yang berarti sebagian

besar dari kita tidak menyadari kita sedang menggunakan mereka pada saat itu.

Beberapa jenis psikoterapi dapat membantu seseorang menjadi lebih menyadari

mekanisme pertahanan apa yang mereka sedang gunakan, seberapa efektif hal itu

dan bagaimana menggunakan mekanisme yang lebih efektif untuk masa yang

akan dating (dikemudian hari).

4

Page 5: MENTAL MEKANISME BAB 1

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Makhluk hidup dalam evolusinya mengembangkan dirinya dengan

berbagai cara dan mekanisme dalam upaya menyesuaikan diri dengan kondisi

kehidupan yang mungkin akan mengancamnya. Penyesuaian diri atau adaptasi

sangat penting bagi kehidupan manusia sebagai mahluk yang tertinggi tingkat

perkembangannya. Melalui proses perkembangan, seseorang memerlukan

berbagai teknik psikologis dengan cara berupaya guna mempertahankan dirinya.

Kita semua akan menggunakan mekanisme pertahanan secara terus menerus dan

hal ini tidak selalu patologis.

Ego merupakan inti kesatuan manusia, maka ancaman terhadap ego

merupakan ancaman pula terhadap tulang punggung eksistensi manusia. Manusia

secara bertahap belajar memahami mekanisme pembelaan egonya bila ada

ancaman terhadap keutuhan integritas pribadinya. Mekanisme ini penting untuk

memperlunak kegagalan, mengurangi kecemasan mengurangi perasaan yang

menyakitkan, mempertahankan perasaan layak dan harga diri. Namun demikian,

sebenarnya mekanisme pertahanan itu bersifat kurang realistic, tidak berorientasi

kepada tugas, mengandung penipuan diri, sebagian besar bekerja secara tidak

disadari sehingga sukar untuk dinilai dan dievaluasi secara sadar.

5

Page 6: MENTAL MEKANISME BAB 1

Sigmund Freud adalah orang pertama yang mengembangkan teori

mekanisme pertahanan. Anaknya, Anna Freud menyempurnakannya. Dia

menggambarkan beberapa macam mekanisme pertahanan sebagai berikut:

1.Represi

Menurut Freud, represi merupakan mekanisme pertahanan yang

penting dalam terjadinya neurosis. Represi adalah mekanisme pertahanan dengan

cara secara tidak sadar menekan keluar pikiran yang mengganggu, memalukan

dan menyedihkan dari alam sadar ke alam tak sadar.

Seseorang yang bersama-sama mengalami suatu kecelakaan dan

saudaranya yang kemudian meninggal, merasa “lupa” akan kejadian tersebut.

Dengan cara hipnosis atau suntikan pentotal, pengalaman yang direpresi itu dapat

dipanggil dari alam tak sadar ke alam sadar. Represi kadang-kadang tidak

sempurna dan tidak jarang muncul ke dalam impian, angan-angan, lelucon keseleo

lidah.

Represi didefinisikan sebagai upaya individu untuk menyingkirkan

frustrasi, konflik batin, mimpi buruk, krisis keuangan, dan sejenisnya yang

menimbulkan kecemasan. Bila represi terjadi, hal-hal yang mencemaskan itu tidak

akan memasuki kesadaran walaupun masih tetap ada pengaruhnya terhadap

perilaku. Jenis-jenis amnesia tertentu dapat dipandang sebagai bukti akan adanya

represi. Tetapi represi juga dapat terjadi dalam situasi yang tidak telalu menekan.

Bahwa individu merepresikan mimpinya, karena mereka membuat keinginan tidak

6

Page 7: MENTAL MEKANISME BAB 1

sadar yang menimbulkan kecemasan dalam dirinya. Sudah menjadi umum banyak

individu pada dasarnya menekankan aspek positif dari kehidupannya.

Individu cenderung untuk tidak berlama-lama untuk mengenali

sesuatu yang tidak menyenangkan, dibandingkan dengan hal-hal yang

menyenangkan

Berusaha sedapat mungkin untuk tidak melihat gambar kejadian yang

menyesakkan dada

Lebih sering mengkomunikasikan berita baik daripada berita buruk

Lebih mudah mengingat hal-hal positif daripada yang negatif

Lebih sering menekankan pada kejadian yang membahagiakan dan enggan

menekankan yang tidak membahagiakan.

Suatu gagasan atau perasaan dapat dibuang atau ditahan dari

kesadaran melalui represi. Represi primer adalah mengekang gagasan dan

perasaan sebelum mereka mencapai kesadaran; represi sekunder adalah

mengeluarkan dari kesadaran apa yang pernah dialami pada tingkat sadar. Hal

yang direpresi tidak benar-benar dilupakan, sehingga perilaku simbolik dapat

ditemukan. Represi adalah berbeda dari supresi dengan mempengaruhi inhibisi

impuls yang disadari sampai titik yang hilang dan tidak hanya menunda

penghargaan tujuan. Persepsi instink dan perasaan yang disadari adalah dihalangi.

Perasaan-perasaan dan impuls yang nyeri atau tidak dapat diterima

(memalukan, membangkitkan rasa bersalah, membahayakan) didorong keluar

kesadaran, tidak diingat, dilupakan. Ini dapat membentuk gejala karena materi

yang dilupakan itu mencari penyaluran dalam fungsi-fungsi sistem badaniah

7

Page 8: MENTAL MEKANISME BAB 1

tertentu (gejala-gejala seperti ini ditemukan dalam sindrom histeria), atau terjadi

“lowongan” dalam pola ingatan. Hal-hal yang diekspresikan dapat juga

bermanifestasi dalam ide-ide atau perasaan-perasan yang dipegang secara teguh

dan kaku tetapi tanpa alasan yang masuk akal.

2. Supresi

Yaitu apabila seseorang secara sadar menolak pikirannya ke luar alam

sadarnya dan memberikan hal yang lain. Dengan demikian pada supresi tidak

begitu berbahaya terhadap kesehatan jiwa karena terjadi dengan sengaja sehingga

ia mengetahui apa yang dibuatnya.

Supresi merupakan suatu proses pengendalian diri yang terang-

terangan ditujukan menjaga agar impuls-impuls dan dorongan-dorongan yang ada

tetap terjaga (mungkin dengan cara menahan perasaan itu secara pribadi tetapi

mengingkarinya secara umum). Individu sewaktu-waktu mengesampingkan

ingatan-ingatan yang menyakitkan agar dapat menitik beratkan kepada tugas, ia

sadar akan pikiran-pikiran yang ditindas (supresi) tetapi umumnya tidak

menyadari akan dorongan-dorongan atau ingatan yang ditekan (represi) .

Keputusan yang disadari atau setengah disadari untuk menunda

perhatian pada terjadinya impuls atau konflik yang disadari. Masalah dapat

semata-mata dihalangi, tetapi tidak dihindari. Rasa tidak nyaman adalah dirasakan

tetapi ditekan.

8

Page 9: MENTAL MEKANISME BAB 1

3. Penyangkalan (denial)

Melindungi diri sendiri terhadap kenyataan yang tak menyenangkan

dengan menolak menghadapi hal tersebut, sering dilakukan dengan cara melarikan

diri dari kenyataan atau kesibukan dengan hal-hal lain. Sebagai contoh adalah

tidak mau menerima bahwa anaknya terbelakang, tidak mau mengerti bahwa

dirinya berpenyakit berbahaya dan seterusnya. Mekanisme pertahanan ini banyak

ditemukan oleh pasien-pasien dengan skizofrenia tipe katatonik.

4. Proyeksi

Dengan menyalahkan orang lain mengenai kegagalannya, kesulitannya

atau keinginannya yang tidak baik. Misalnya prestasi olah raga yang kurang baik

dengan alasan sedang sakit flu atau tidak naik kelas karena gurunya sentimen.

Mekanisme proyeksi ini digunakan oleh pasien yang menyebabkan gejala waham

atau pasien paranoid.

5. Sublimasi

Terjadi apabila dorongan kehendak atau cita-cita yang tidak dapat

diterima oleh norma-norma di masyarakat disalurkan menjadi bentuk lain yang

lebih dapat diterima. Misalnya orang yang mempunyai dorongan kuat untuk

berkelahi disalurkan dalam olahraga keras misalnya bertinju. Dokter yang agresif

disalurkan menjadi dokter ahli bedah.

9

Page 10: MENTAL MEKANISME BAB 1

6. Reaksi formasi

Mencegah keinginan yang berbahaya baik diekspresikan dengan cara

melebih-lebihkan sikap dan perilaku yang berlawanan dan menggunakannya

sebagai rintangan untuk dilakukannya. Misalnya seorang anak yang iri hati

terhadap adiknya, ia memperlihatkan sikap yang sebaliknya, yaitu sangat

menyayangi secara berlebihan. Contoh lain ialah orang yang secara fanatik

mengutuk perjudian dan kejahatan lain dengan tujuan agar dapat menekan

kecenderungan dirinya sendiri ke arah itu.

7. Rasionalisasi

Berupaya untuk membuktikan bahwa perilakunya itu masuk akal

(rasional) dan dapat dibenarkan sehingga dapat disetujui oleh diri sendiri dan

masyarakat. Misalnya membatalkan bertanding olah raga dengan alasan sakit dan

akan ada ujian, padahal ia takut kalah. Melakukan korupsi dengan alasan gaji

tidak cukup dan sebagainya.

8. Introyeksi

Terjadi apabila seseorang menerima dan memasukkan ke dalam

pendiriannya berbagai aspek keadaan yang mengancamnya. Hal ini dimulai sejak

kecil dan kemudian ia dapat mengendalikan perilakunya sehingga dapat mencegah

10

Page 11: MENTAL MEKANISME BAB 1

pelanggaran dan hukuman sebagai akibatnya. Dalam pemerintahan dan kekuasaan

yang otoriter maka banyak orang mengintroyeksikan nilai-nilai serta kepercayaan

baru sebagai perlindungan terhadap perilaku yang dapat menyusahkan mereka.

9. Pengelakan atau salah pindah (displacement)

Terjadi apabila kebencian terhadap seseorang dicurahkan atau

dielakkan kepada orang atau obyek lain yang kurang membahayakan. Misalnya

seorang pegawai yang dimarahi oleh atasannya dielakkan dan dicurahkan kepada

isteri, anaknya atau pembantunya. Kritik yang destruktif dan desas-desus (gossip)

sebagai pembalasan dendam merupakan cara yang terselubung dalam menyatakan

perasaan permusuhan.

10. Simbolisasi

Adalah suatu mekanisme apabila suatu ide atau obyek digunakan

untuk mewakili ide atau obyek lain, sehingga sering dikatakan bahwa simbolisme

adalah bahasa dari alam tak sadar. Misalnya menulis dengan tinta merah

merupakan simbol dari kemarahan. Demikian pula warna pakaian, cara berbicara,

cara berjalan, tulisan dan sebagainya merupakan simbol-simbol yang tak disadari

oleh orang yang bersangkutan.

11

Page 12: MENTAL MEKANISME BAB 1

11. Kompensasi

Adalah menutupi kelemahan dengan menonjolkan sifat yang

diinginkan atau pemuasan secara berlebihan dalam satu bidang karena mengalami

frustasi dalam bidang lain. Kompensasi ini sangat dalam bagi masyarakat yang

bersaing, karena sering membandingkan dengan orang lain. Misalnya kurang

mampu dalam pelajaran di sekolah dikompensasikan dalam juara olah raga atau

sering berkelahi agar ditakuti.

12. Identifikasi

Digunakan untuk menambah rasa percaya diri dengan menyamakan

diri dengan orang lain atau institusi yang mempunyai nama. Misalnya seseorang

yang meniru gaya orang yang tekenal atau mengidentifikasikan dirinya dengan

jawatannya atau daerahnya yang maju.

13. Konversi

Adalah suatu proses psikologis dengan menggunakan mekanisme

represi, identifikasi, penyangkalan, pengelakan dan simbolisme. Suatu konflik

yang berakibat penderitaan afek dikonversikan menjadi terhambatnya fungsi

motorik atau sensorik untuk menetralisasikan pelepasan afek. Dengan paralisis

atau gangguan sensorik, konflik dielakkan dan afek ditekan dan hambatan fungsi

12

Page 13: MENTAL MEKANISME BAB 1

merupakan simbol dari keinginan yang ditekan. Seringkali konversi memiliki

gejala atas dasar identifikasi.

14. Regresi

Adalah mundur ke tingkat perkembangan yang lebih rendah dengan

respons yang kurang matang dan bisanya dengan aspirasi yang kurang. Misalnya

anak yang sudah besar mengompol atau menghisap jarinya, atau marah-marah

seperti anak kecil agar keinginannya dipenuhi. Mekanisme ini banyak digunakan

pada pasien-pasien dengan skizofrenia tipe terdisorganisasi.

15. Undoing

Adalah menebus sehingga dengan demikian meniadakan keinginan

atau tindakan yang tidak bermoral. Misalnya seorang pedagang yang kurang

sesuai dengan etika dalam berdagang akan memberikan sumbangan-sumbangan

besar untuk usaha sosial.

16. Penyekatan emosional

Terjadi apabila seseorang mempunyai tingkat keterlibatan

emosionalnya dalam keadaan yang dapat menimbulkan kekecewaan atau yang

menyakitkan. Misalnya melindungi diri terhadap kekecewaan dan penderitaan

13

Page 14: MENTAL MEKANISME BAB 1

dengan cara menyerah dan menjadi orang yang menerima secara pasif apa saja

yang terjadi dalam kehidupan.

17. Isolasi (intelektualisasi dan disosiasi)

Merupakan bentuk penyekatan emosional. Misalnya orang yang

kematian keluarganya dikurangi dengan mengatakan “sudah nasibnya” atau

“sekarang sudah tidak menderita lagi” dan sambil tersenyum.

18. Pemeranan (acting out)

Dapat mengurangi kecemasan yang dibangkitkan oleh berbagai

keinginan yang terlarang dengan membiarkan ekspresinya dan melakukannya.

Dalam keadaan biasa hal ini tidak dilakukan, kecuali bila orang tersebut lemah

dalam pengendalian kesusilaannya. Dengan melakukan perbuatan tersebut, maka

akan dirasakan sebagai meringankan agar hal tersebut cepat selesai.

19. Afliasi

Individu yang berhadapan dengan konflik emosional, atau stresor

internal atau eksternal dengan mencari orang lain untuk bantuan dan dukungan.

Melibatkan berbagi masalah dengan orang lain namun tidak menuntut orang lain

untuk bertanggung jawab untuk mereka.

14

Page 15: MENTAL MEKANISME BAB 1

20. Inhibisi Tujuan

Meletakkan batas pada keinginan instingtual; menerima sebagian atau

memodifikasi keinginan untuk pemenuhan. Sebagai contoh, seseorang dengan

hasrat seksual tinggi “memutuskan” bahwa yang dibutuhkan dalam sebuah

hubungan adalah kebersamaan. Mekanisme pertahanan ini tidak termasuk baik

atau buruk, diharapkan maupun tidak diharapkan, tapi lebih baik ada sedikit

daripada tidak sama sekali, namun inhibisi tujuan yang sebenarnya tidak perlu

dapat merampas kepuasan yang sebenarnya dapat dicapai.

21. Alturisme

Individu yang berhadapan dengan konflik emosional, atau stresor

internal atau eksternal dengan berdedikasi memenuhi kebutuhan orang lain. Tidak

seperti pengorbanan diri yang kadang-kadang merupakan karakteristik dari

pembentukan reaksi, disini individu tersebut menerima penghargaan baik secara

nyata maupun melalui respons orang lain.

22. Antisipasi

Individu yang berhadapan dengan konflik emosional, atau stresor

internal atau eksternal dengan manghayati reaksi emosional terlebih dahulu atau

15

Page 16: MENTAL MEKANISME BAB 1

mengantisipasi konsekuensi dari kejadian yang memungkinkan di masa depan dan

mempertimbangkan respons dan solusi yang realistik.

23. Fantasi Autistik

Individu yang berhadapan dengan konflik emosional, atau stresor

internal atau eksternal dengan melamun berlebihan sebagai pengganti hubungan

manusia, tindakan yang lebih efektif, maupun pemecahan masalah.

24. Avoidance

Mekanisme pertahanan terdiri dari penolakan untuk menghadapi

situasi, obyek, atau aktivitas karena menggambarkan impuls seksual bawah sadar

dan/atau hukuman untuk impuls tersebut. Avoidance merupakan mekanisme

pertahanan pada fobia.

25. Devaluasi

Individu yang berhadapan dengan konflik emosional, atau stresor

internal atau eksternal dengan cara memberikan kualitas negatif berlebihan kepada

diri sendiri maupun orang lain.

16

Page 17: MENTAL MEKANISME BAB 1

26. Incorporasi

Asimilasi suatu obyek kepada ego dan/atau superego seseorang. Ini

adalah salah satu mekanisme pertahanan yang paling dulu digunakan. Orang tua

menjadi bagian dari anaknya.

27. Penolakan Bantuan

Individu yang berhadapan dengan konflik emosional, atau stresor

internal atau eksternal dengan cara berkeluh kesah atau membuat permintaan

bantuan berulang atau terus menerus yang menutupi perasaan atau kekesalan

kepada orang lain, yang diekspresikan dengan menolak saran, anjuran atau

bantuan yang ditawarkan. Dapat melibatkan hal fisik maupun psikologik.

28. Idealisasi

Perkiraan yang berlebihan untuk kualitas yang diinginkan dan

meremehkan keterbatasan dari obyek yang diinginkan. Sebagai contoh, seseorang

yang membicarakan betapa cantik dan pintar pacarnya yang sebenarnya tidak

terlalu cantik maupun pintar.

17

Page 18: MENTAL MEKANISME BAB 1

29. Omnipoten

Individu yang berhadapan dengan konflik emosional, atau stresor

internal atau eksternal dengan cara merasakan atau bertindak seperti kerasukan

kekuatan atau kemampuan khusus dan merasa lebih superior dari orang lain.

30. Pasif Agresif

Individu yang berhadapan dengan konflik emosional, atau stresor

internal atau eksternal dengan cara mengekspresikan agresi secara tidak langsung

kepada orang lain. Sering kali muncul sebagai respons pada tuntutan untuk

tindakan atau penampilan yang independent atau kurang penghargaan atas

keinginan dependen namun dapat menyesuaikan pada posisi subordinat yang tidak

dapat mengekspresikan dengan baik.

31. Resistensi

Mekanisme pertahanan ini menimbulkan oposisi pada perhatian yang

ditekan. Individu tersebut cenderung menghindari ingatan atau pandangan yang

dapat memicu kecemasan.

18

Page 19: MENTAL MEKANISME BAB 1

32. Somatisasi

Konflik ditampilkan sebagai gejala fisik melibatkan bagian tubuh

yang dipersarafi saraf simpatis dan parasimpatis. Sebagai contoh, orang yang

sangat kompetitif atau agresif, yang situasi hidupnya membutuhkan perilaku yang

restriktif, mengakibatkan hipertensi.

33. Self-Assertion

Individu yang berhadapan dengan konflik emosional, atau stresor

internal atau eksternal dengan cara mengekspresikan perasaannya dan langsung

berpikiran yang tidak bersifat manipulatif.

34. Restitusi

Mekanisme ini menampakkan pikiran bersalah dengan berbaikan atau

memperbaiki (membayar beserta bunganya).

35. Substitusi

Dengan mekanisme pertahanan ini, individu mengamankan alternatif

atau penghargaan dibandingkan mereka yang mungkin sudah bekerja dengan

frustasi yang tidak muncul.

19

Page 20: MENTAL MEKANISME BAB 1

BAB III

KESIMPULAN

Setiap individu dalam keadaan tertekan, cemas, stress ataupun konflik

akan berupaya untuk melawan keadaan tersebut dengan mekanisme pertahanan

diri yang dimilikinya. Mekanisme pertahanan ini tidak selalu patologis.

Mekanisme pertahanan diri (defence mechanisms) adalah proses asadar yang

digunakan oleh ego untuk mengurangi konflik antara id dan superego yang

menyebabkan kecemasan.

Mekanisme pertahanan diantaranya :

Represi

Supresi

Penyangkalan (denial)

Proyeksi

Sublimasi

Reaksi formasi

Rasionalisasi

Introyeksi

Pengelakan atau salah pindah (displacement)

Simbolisasi

Undoing

Kompensasi

Regresi

20

Page 21: MENTAL MEKANISME BAB 1

Identifikasi

Konversi

Penyekatan emosional

Isolasi (intelektualisasi dan disosiasi)

Pemeranan (acting out)

Afliasi

Inhibisi Tujuan

Alturisme

Antisipasi

Fantasi Autistik

Avoidance

Devaluasi

Incorporasi

Penolakan Bantuan

Idealisasi

Omnipoten

Pasif Agresif

Resistensi

Somatisasi

Self-Assertion

Restitusi

Substitusi

21

Page 22: MENTAL MEKANISME BAB 1

DAFTAR PUSTAKA

1. Ibrahim, A.S : “Pemeriksaan Psikiatri, Wawancara Psikiatri,

Psikopatologi, Farmakoterapi, Gangguan Kepribadian dan Mekanisme

Pertahanan”, PT. Dua As-As, 2002. Hal. 242-252.

2. Kaplan and Sadock: Sinopsis Psikiatri, “Ilmu Pengetahuan Perilaku” edisi

ke-7., Jilid I, 1997. Hal. 369-378.

3. Maramis, W.F. : “Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa”, Airlangga University

Press, 2005, hal. 72-89

4. Santrock, John W.2008. Psikologi Pendidikan. Alih Bahasa Tri Wibowo.

Jakarta: Kencana Prenada Media Group

5. Suryabrata, Sumardi. 2001. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Raja Garfindo

Persada

6. Syah, Muhibbin. 2000. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosda

7. Maramis, W.F. 2005. Catatan ilmu kedokteran Jiwa. Airlangga University

Press: Surabaya.

22

Page 23: MENTAL MEKANISME BAB 1

REFERAT PSIKIATRI

MENTAL MEKANISME

SUPERVISIOR

dr. Kartidjo, Sp.KJ

Oleh :

Dioba Ficha Putri Utami S.ked

NPM. 10310307

BAGIAN ILMU KEDOKTERAN JIWA

RSUD DR. SOEKARDJO KOTA TASIKMALAYA

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI

TAHUN 2015

23

Page 24: MENTAL MEKANISME BAB 1

24